ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN DAN INVESTASI DALAM INTEGRASI EKONOMI ASEAN : PENDEKATAN MODEL GRAVITY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN DAN INVESTASI DALAM INTEGRASI EKONOMI ASEAN : PENDEKATAN MODEL GRAVITY"

Transkripsi

1 ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN DAN INVESTASI DALAM INTEGRASI EKONOMI ASEAN : PENDEKATAN MODEL GRAVITY Oleh : RIDWAN A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 ABSTRACT RIDWAN The Analysis of Trade and Investment Flow within ASEAN Economic Integration Area: Gravity Model Approach (MANGARA TAMBUNAN as Chairman, IMAN SUGEMA and RINA OKTAVIANI as Members of Advisory Committee). This research aims to analysis how trade and investment flow within ASEAN area and ASEAN member countries. The research method used was gravity model, in both trade flow and investment flow. The research took 5 samples of ASEAN countries, namely Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand and Philippines. Meanwhile, the trade and investment partners were taken from 14 countries with the greatest trade and investment contribution. The research took place within 1982 to The study results uncover that the trade flow within ASEAN area and its member countries is influenced positively and significantly by trade integration index, FDI, number of populations, economic transparency, interest rate and GDP. Meanwhile, some variables such as rate, distance and real exchange rate generally effect negatively to the trade flow. Within real sectors, it is found that FDI in ASEAN area and its member countries are positively and significantly affected GDP, number of populations, economic transparency and export and import, while other variables like interest rate, rate, distance and real exchange rate generally effect negatively to the FDI flow within ASEAN area. The participation of ASEAN countries in APEC economic integration affects positively to the trade increase. Compared to ASEAN economic integration, integration within APEC area has a greater impact. It indicates the low intensity of intra-trade amongst ASEAN countries. The membership of FDI investor countries within NAFTA area has positive impacts to FDI and ASEAN flow. In contrast, membership in European Union area has negative impacts. The members of NAFTA and ASEAN are jointly incorporated in APEC area. FDIs in China and India effect to ASEAN FDI. Trade between China and India with ASEAN is sufficiently high. China has a greater impact than India, in addition to the greater size, investment ease in China is better than India. Keywords: Economic Integration, ASEAN, Gravity Model, Trade and Investment

3 RINGKASAN RIDWAN Analisis Aliran Perdagangan dan Investasi dalam Integrasi Ekonomi ASEAN : Pendekatan Model Gravity (MANGARA TAMBUNAN sebagai ketua, IMAN SUGEMA dan RINA OKTAVIANI sebagai anggota komisi pembimbing). Penelitian ini bertujuan menganalisis aliran perdagangan dan investasi di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. Metode penelitian menggunakan model gravitasi. Penelitian fokus pada 5 negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina. Sedangkan mitra perdagangan dan investasinya mengambil 14 negara yang memberikan kontribusi perdagangan dan investasi terbesar. Periode penelitian antara tahun Hasil studi menemukan bahwa aliran perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh Indeks Integrasi Perdagangan, FDI, jumlah penduduk, keterbukaan ekonomi, suku bunga dan GDP. Sedangkan variabel seperti tarif, jarak dan nilai tukar riil umumnya berpengaruh secara negatif terhadap aliran perdagangan. Sedangkan FDI dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh GDP, jumlah penduduk, keterbukaan ekonomi, ekspor maupun impor. Variabel suku bunga, tarif, jarak dan nilai tukar riil umumnya berpengaruh secara negatif terhadap aliran FDI pada kawasan ASEAN. Keikutsertaan negara ASEAN pada integrasi ekonomi APEC berpengaruh positif terhadap peningkatan perdagangan. Pengaruh APEC lebih besar daripada ASEAN. Hal tersebut membuktikan rendahnya intensitas perdagangan intra-trade antara sesama negara ASEAN. Keanggotaan negara investor FDI di kawasan NAFTA berpengaruh positif terhadap aliran FDI ke ASEAN. NAFTA dan ASEAN anggotanya tergabung bersama dalam kawasan APEC. Sebaliknya, keanggotaan pada Uni Eropa berpengaruh negatif. Strategi yang dilakukan untuk meningkatkan ekspor, daya saing produk dan FDI di negara ASEAN adalah pemerintah ASEAN diharapkan mempertahankan nilai kurs mata uang yang rendah terhadap Dolar Amerika dan menurunkan suku bunga. Suku bunga yang rendah dapat meningkatkan FDI, karena dapat memperbesar daya saing industri, peningkatan return dan stok kapital dalam negeri. Keywords: Integrasi Ekonomi, ASEAN, Model Gravity, Perdagangan dan Investasi

4 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritil atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumpulkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa seizing IPB

5 ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN DAN INVESTASI DALAM INTEGRASI EKONOMI ASEAN : PENDEKATAN MODEL GRAVITY RIDWAN Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pada Program Studi Ilmu ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup: 1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. Staf Pengajar pada Departemen Ilmu Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MEc. Staf Pengajar pada Departemen Ilmu Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka: 1. Dr. Ir. Deddy Saleh, MSi Dirjen Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan 2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MEc. Staf Pengajar pada Departemen Ilmu Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan disertasi dengan judul: Analisis Aliran Perdagangan dan Investasi Dalam Kawasan Integrasi Ekonomi ASEAN: Pendekatan Model Grafity. Disertasi tersebut merupakan syarat untuk menyelesaikan studi program doktor pada program studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis secara tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pembimbing; Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, MSc, selaku ketua komisi pembimbing; Dr. Ir. Iman Sugema; Prof. Dr. Ir.Rina Oktaviani, MSi masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan perhatian, waktu, dan masukan dalam penyusunan disertasi. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga ingin penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Rektor IPB, Bapak Dekan dan Sekretaris Program Pascasarjana IPB serta seluruh staf pengajar dan administrasi pada program pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian, atas semua bantuan dan fasilitas yang disediakan sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan dengan baik dan lancar. 2. Bapak Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Hassanuddin, Prof. Dr. Muhammad Restu, MSi dan Ketua Jurusan Kehutanan, Dr. Ir. Beta Putranto, MSc beserta seluruh staf pengajar Fakultas Kehutanan Unhas, yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menempuh pendidikan Doktor. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA, sebagai dosen dan Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN), yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, masukan dan dorongan yang sangat berharga.

8 4. Bapak Dr. Ir. Mujahidin Fahmid, MTD dan keluarga atas persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin selama lebih dari 20 tahun lebih. Bantuan, masukan dan semangat yang diberikan sangat berarti bagi penulis. 5. Bapak Leksi M Budiman, SE dan keluarga atas masukan dan dukungannya dalam persaudaraan yang hangat, selama lebih dari 20 tahun terakhir. 6. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Ambo Ala, MSi dan Ibu Dr.H. Marwah Daud Ibrahim. Bapak dan Ibu adalah guru terbaik saya, yang telah menanamkan visi serta membukakan jalan sehingga penulis bisa menjadi dosen di Unhas, serta menempuh jenjang pendidikan Doktor. 7. Bapak Prof. Dr. Djamal Sanusi, Bapak Dr. Ir. Bakri, MSc serta Bapak Dr. Ir. Beta Putranto. Bapak-bapak adalah dosen yang begitu memotivasi, khususnya pada waktu membimbing penulis menyusun skripsi pada studi tingkat sarjana. 8. Bapak Prof. Dr. Rizal Muin, MSc, Bapak adalah teman diskusi penulis yang sangat dekat dan hangat waktu menjadi mahasiswa tingkat sarjana di Unhas. 9. Bapak Hamka Halkam, SE, MSc; Ir. Soewarno Sudirman; Ir. Syahrullah; Ir. Tauhid Achmad, ME; Ir. Khaerul Usman; Drs Alam; Ir. Mulyadi Saleh; Lapipi Mado, MSE, dan Laode Asadi, ME. Bapak adalah teman terbaik saya. 10. Bapak anggota empat sekawan di Pascasarjana Fakultas Ekonomi Prof. Dr. Eddy Suratman, Dr. Syarkawi Rauf, dan Dr. Wildan Syafitri atas bantuan, dorongan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi. 11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi EPN angkatan 2003 atas dorongan dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian studi. 12. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi angkatan 2000 atas dorongan yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian studi.

9 13. Kepada seluruh Tim kerja saya di SPIRITEG Jakarta (Reren, Nasir, Ria, Ahmad, Roni, Endang, Opay, Eka, Miang). 14. Kepada Adik-adik saya yang dari Sinjai maupun Jogyakarta, kalian telah memberikan dukungan dan bantuan yang luar biasa. Semoga Allah SWT menyertai dan selalu membimbing kalian semua dalam mencapai cita-citanya. 15. Kepada Almarhum Orang tua saya, Bapak Abu Rahman (alm), Ibu Fatimah Musa(alm), serta Bapak H. Soewarno dan Ibu H. Siti Sobariah teri. Bapak dan Ibu telah memberikan yang terbaik yang orang tua harus berikan kepada anaknya. Semoga Allah SWT membalas jasa dan kebaikan Bapak dan Ibu. 16. Akhirnya kepada Istri saya tercinta Dian Wahyu Windarsih dan anak saya Ahyani F. Widiyaningrum dan Ariffani F. Nadiyaningrum kepadamulah disertasi ini Bapak dedikasikan. Kalian telah memberikan yang terbaik yang seharusnya Istri berikan kepada Suaminya dan anak kepada Bapaknya. 17. Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, baik itu pribadi maupun institusi yang secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu kelancaran studi saya, khususnya dalam penyelesaian disertasi ini. Penulis menyadari sepenuh hati bahwa sebagai makhluk Allah SWT, memiliki keterbatasan dalam menyusun disertasi ini. Semoga hasil penelitian disertasi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkannya. Bogor, Juni 2011 RIDWAN

10 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 12 Januari 1968 di Sinjai provinsi Sulawesi Selatan, sebagai Putera pertama dari pasangan Abu Rahman Mahmud (almarhum) dengan St. Fatimah Musa (almarhum). Penulis lulus SD, SMP, dan SMA di kabupaten Sinjai. Pada tahun 1987 penulis diterima sebagai mahasiswa program sarjana pada Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Hasanuddin. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan program Master bidang ilmu ekonomi dengan kekhususan ekonomi industri dan perdagangan internasional pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, lulus dan memperoleh gelar Master Ilmu Ekonomi pada tahun Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan Program Doktor (S3) di bidang Ilmu Ekonomi Pertanian pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Sejak tahun 1996 hingga sekarang, penulis bekerja sebagai dosen tetap pada jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Antara tahun menjadi dosen tidak tetap pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) LAN-RI, Jakarta. Pernah menjadi peneliti paruh waktu pada LPEM FE-UI antara tahun , peneliti paruh waktu di KPPOD Jakarta antara tahun Penulis menikah dengan Dian Wahyu Windarsih pada tahun 2007, di karuniai dua orang Puteri yaitu: Ahyani F. Widiyaningrum (3 tahun) dan Ariffani F. Nadyaningrum (20 bulan).

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 9 II. KEBIJAKAN INTEGRASI EKONOMI ASEAN Pembentukan ASEAN Kerjasama Bidang Ekonomi ASEAN Kerjasama Perdagangan ASEAN Perdagangan ASEAN dalam Kerangka AFTA Kerjasama Investasi ASEAN Kinerja Investasi ASEAN Kerjasama ASEAN dengan Kawasan Integrasi Ekonomi Lain III. KAJIAN TEORITIS INTEGRASI EKONOMI Teori Integrasi Ekonomi Dampak Kreasi dan Dampak Diversi Integrasi Ekonomi Pengaruh Perdagangan Internasional Hubungan Investasi, Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi Pengaruh Kreasi dan Diversi Investasi Kebijakan Doing Business dalam Investasi Inter Industry Trade dan Intra Industry Trade Pelajaran dari Integrasi Ekonomi Eropa... 52

12 Masyarakat Ekonomi Eropa Pasar Tunggal Eropa Sistem Moneter Eropa Mata Uang Tunggal Eropa Studi Empiris Terdahulu Kerangka Pemikiran Disertasi IV. METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Model Hipotesis Penelitian Model Persamaan Perdagangan Persamaan Investasi Populasi dan Sampel Jenis Sumber Data Metode Pengolahan Data Tehnik Estimasi Regresi Majemuk Penyimpangan Asumsi Klasik dan Pemecahannya Kolinearitas Jamak Heteroskedastisitas Autokorelasi/ Korelasi Serial Proses Estimasi dengan Model Regresi Data Panel Metode Pemilihan Estimasi dengan Fixed Effects atau Random Effects V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aliran Perdagangan ASEAN dan Negara Anggota ASEAN Analisis Aliran Perdagangan ASEAN Perdagangan Negara Anggota ASEAN Analisis Aliran Perdagangan Malaysia Analisis Aliran Perdagangan Indonesia Analisis Aliran Perdagangan Singapura Analisis Aliran Perdagangan Thailand

13 Analisis Aliran Perdagangan Philipina Analisis Aliran Foreign Direct Invesment pada Kawasan ASEAN Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Malaysia Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Indonesia Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Singapura Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Thailand Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Philipina VI. KESIMPULAN Kesimpulan Implikasi Kebijakan DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Total Perdagangan ASEAN Tahun Nilai Perdagangan ASEAN dengan Negara Luar ASEAN Foreign Direct Invesment dari Negara Penerima Foreign Direct Invesment Total Nilai Perdagangan Intra ASEAN Tahun Foreign Direct Invesment Inflows Negara ASEAN dari ASEAN Foreign Direct Invesment Inflows dari Negara Non ASEAN Perbandingan Tingkat Kemudahan Berbisnis di Beberapa Negara Asia Peringkat Komponen Doing Business Tahun 2009 dan Kawasan Integrasi Ekonomi Dunia Perbandingan ASEAN dengan Integrasi Ekonomi Lain Pengaruh Integrasi dan Variabel Makroekonomi terhadap Aliran Perdagangan ASEAN Hasil Estimasi Model Perdagangan Malaysia Hasil Estimasi Model Perdagangan Indonesia Hasil Estimasi Model Perdagangan Singapura Hasil Estimasi Model Perdagangan Thailand Hasil Estimasi Model Perdagangan Philipina Hasil Estimasi Aliran Investasi ASEAN Hasil Estimasi Aliran Foreign Direct Invesment Malaysia Hasil Estimasi Aliran Foreign Direct Invesment Indonesia Hasil Estimasi Aliran Foreign Direct Invesment Singapura

15 21. Hasil Estimasi Aliran Foreign Direct Invesment Thailand Hasil Estimasi Aliran Foreign Direct Invesment Philipina

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Alur Kerangka Pikir Penelitian Disertasi... 68

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Estimasi Perdagangan ASEAN Hasil Estimasi Perdagangan Malaysia Hasil Estimasi Perdagangan Indonesia Hasil Estimasi Perdagangan Singapura Hasil Estimasi Perdagangan Thailand Hasil Estimasi Perdagangan Philipina Hasil Estimasi Model I Foreign Direct Invesment ASEAN Hasil Estimasi Model II Foreign Direct Invesment ASEAN Hasil Estimasi Investasi Malaysia Hasil Estimasi Investasi Indonesia Hasil Estimasi Investasi Singapura Hasil Estimasi Investasi Thailand Hasil Estimasi Investasi Philipina Hasil Pengujian Autokorelasi Model Perdagangan ASEAN Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Model Perdagangan ASEAN Hasil Pengujian Multikolinearitas Model Perdagangan ASEAN Hasil Pengujian Autokorelasi Model Investasi ASEAN Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Model Investasi ASEAN Hasil Pengujian Multikolinearitas Model Investasi ASEAN

18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan meningkatnya jumlah negara yang menjadi anggota integrasi ekonomi. Saat ini sekitar 97 persen perdagangan dunia melibatkan negara yang minimal terikat dalam suatu perjanjian perdagangan khusus atau Preferential Trade Area (PTA). Meskipun beberapa kesepakatan integrasi tersebut terwujud antara lain karena pertimbangan politik, tetapi motivasi utama adalah kepentingan ekonomi yang telah menjadi alasan dan penggerak utama lahirnya berbagai kesepakatan integrasi ekonomi (Economic Integration Agreement). Integrasi ekonomi berkembang sangat pesat, mulai dari perjanjian perdagangan, customs union, economic union integration, dan total economic integration. Tujuannya adalah memperoleh manfaat pada kemajuan ekonomi dan pencapaian economics welfare. Meskipun demikian, kontroversi terhadap integrasi ekonomi tetap ada sampai sekarang. Pertanyaan mendasarnya adalah apakah integrasi ekonomi memberi manfaat ataukah memberi kerugian bagi ekonomi suatu negara. Keberhasilan integrasi ekonomi Eropa sampai pembentukan mata uang bersama (Currency Union), Euro, adalah contoh yang membuktikan bahwa integrasi ekonomi telah memberikan kemajuan ekonomi

19 bagi negara anggota. Kesuksesan tersebut mendorong integrasi ekonomi di berbagai kawasan dunia. Selain indikator banyaknya kesepakatan integrasi ekonomi bilateral, perkembangan dalam dua dekade terakhir juga ditandai dengan semakin berkembangnya integrasi dan proliferasi integrasi ekonomi pada tingkat regional (Regional Integration Agreement), antara lain melalui pembentukan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di kawasan Asia Pasifik, European Union (EU) di Eropa, Mercado Comun del Sur (MERCOSUR) di Amerika Latin, dan North America Free Trade Area (NAFTA) di Amerika Utara. Integrasi ekonomi dilandasi oleh konsep dasar bahwa manfaat ekonomi yang diperoleh dari integrasi lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dihadapi apabila tidak terlibat dalam integrasi. Alasan tersebut yang dipakai pemimpin negara untuk menempuh kebijakan liberalisasi perdagangan dan investasi atau bergabung dalam integrasi ekonomi. Kebijakan liberalisasi atau integrasi tersebut digunakan sebagai alat untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Integrasi ekonomi juga diharapkan memperkuat daya saing kawasan dalam menghadapi kompetisi global. Prinsip dasar integrasi ekonomi adalah mengurangi atau menghilangkan semua hambatan perdagangan dan investasi di antara negara anggota. Tujuannya adalah meningkatkan arus barang dan jasa yang bebas keluar masuk melintasi batas negara setiap anggota. Dari alasan tersebut, volume perdagangan semakin tinggi sehingga mendorong peningkatan produksi, peningkatan efisiensi, peningkatan kesempatan kerja, penurunan cost production, yang dapat

20 meningkatkan daya saing produk dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 1 Studi empiris yang dilakukan Viner (1950) mengenai persekutuan pabean menunjukkan bahwa pembentukan persekutuan pabean tidak selalu meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga dapat menurunkan kesejahteraan (diversi) negara anggotanya maupun negara lain yang bukan anggota. 2 Studi Cernat (2001) tentang penilaian kesepakatan perdagangan regional menemukan bahwa kebanyakan Regional Trade Arrangements (RTAs) di Afrika tidak menimbulkan efek diversi (diversion effects) tetapi membawa efek kreasi (creation effects). Pengaruh kreasi yang ditimbulkan suatu integrasi ekonomi lebih besar daripada pengaruh diversi. Dalam konteks ASEAN studi integrasi ekonomi yang dilakukan Sharma dan Chua (2000) menunjukkan bahwa integrasi ekonomi tidak memberi efek terhadap peningkatan perdagangan intra-asean, namun memberi efek pada peningkatan lingkup yang lebih luas atau ekstra-asean. Untuk memahami bagaimana kinerja perdagangan integrasi ASEAN sejak tahun maka disajikan Tabel 1. Studi integrasi ekonomi dan pengaruhnya terhadap investasi (FDI) telah dilakukan oleh Kreinin and Plummer (2008) yang menemukan tiga poin penting: (1) integrasi regional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap FDI, yang merupakan kombinasi dari efek kreasi dan diversi investasi, (2) efek diversi investasi terjadi pada beberapa kasus, dan dengan demikian perlu mendapatkan perhatian, khususnya di antara negara berkembang yang bukan merupakan bagian dari anggota regional dengan 1 Asian regionalism and its effect on trade in the 1980s and 1990s, pg.3 working paper no Dominic Salvatore, Ekonomi Internasional, hal tahun 1997

21 negara maju, dan (3) FDI bertindak sebagai substitusi untuk perdagangan, meskipun pada beberapa kasus bersifat komplemen bagi perdagangan. Tabel 1. Total Perdagangan ASEAN Tahun (US$ juta) Tahun Ekspor Impor Total Sumber : ASEAN Trade Statistic Data Base, 2009 (diolah). Perdagangan negara ASEAN dengan mitra dagangnya yang selama ini didominasi oleh negara seperti Jepang, Amerika, Uni Eropa, dan Cina disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Perdagangan ASEAN dengan Negara Luar ASEAN (US$ juta) Tahun Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Sumber : ASEAN Trade Statistic Data Base, 2009 (diolah). Perkembangan FDI di kawasan ASEAN cenderung komplemen dengan perdagangan. FDI dipengaruhi oleh beberapa variabel makroekonomi,

22 ketersediaan infrastruktur, tingkat korupsi serta kemudahan berinvestasi. FDI kawasan antara tahun disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Foreign Direct Invesment ASEAN dari Negara Penerima Foreign Direct Invesment (US$ juta) Tahun Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Sumber : ASEAN Statiscal Yearbook, Integrasi ekonomi telah mengalami perluasan dengan pembentukan kerjasama dalam bidang finansial. Pada kawasan integrasi ASEAN telah dibentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA) sebagai langkah awal, tetapi krisis ekonomi di Asia Timur pada tahun 1997 telah melahirkan kesadaran baru mengenai pentingnya kerjasama ekonomi secara luas dengan memikirkan kerjasama yang lebih kuat pada sektor finansial. Menjawab masalah tersebut, pada konferensi tingkat tinggi ASEAN tahun 1997, dilahirkan visi untuk memperluas integrasi ekonomi dengan membentuk ASEAN Economic Comunity (AEC). Visi AEC adalah kestabilan, kemakmuran ekonomi regional yang berdaya saing tinggi pada sektor barang dan jasa, investasi, dan modal akan bergerak secara bebas. Tujuannya adalah meningkatkan keunggulan kompetitif regional sebagai production base (barang komponen) untuk diekspor ke pasar dunia dengan mengambil keunggulan yang saling melengkapi di antara ekonomi

23 ASEAN, economic of scale yang relevan, serta menarik investasi. Pada akhirnya tercapai biaya yang rendah dan pusat produksi yang efisien di antara ekonomi ASEAN atas dasar keunggulan komparatif dan endowment. Dengan demikian akan meningkatkan peran kawasan sebagai production base, menarik investasi dan mempertinggi daya saing regional (Pangestu, 2003). Beberapa studi tentang integrasi ekonomi ASEAN baik segi perdagangan maupun investasi telah dilakukan. Studi dalam bidang perdagangan menunjukkan bahwa integrasi ekonomi belum memberikan efek pada peningkatan perdagangan intra anggota, yang telah dilakukan oleh Sharma dan Chua (2000), Lapipi (2004) dan Tubagus dan Yose (1996). Sedangkan studi Kreinin dan Plummer (2008) mengenai pengaruh integrasi ekonomi ASEAN terhadap FDI menunjukkan pengaruh positif untuk FDI yang berasal dari Jepang dan berpengaruh negatif untuk FDI yang berasal dari Amerika Serikat dan Jerman. Meskipun studi integrasi ekonomi sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian mengenai pengaruh integrasi ekonomi terhadap perdagangan dan investasi di ASEAN dan negara anggota belum dilakukan secara menyeluruh. Studi ini akan meneliti faktor yang memengaruhi aliran perdagangan dan investasi dalam kawasan integrasi ekonomi ASEAN serta dampaknya terhadap kreasi atau diversi perdagangan dan investasi. Studi ini penting mengingat pelaksanaan ASEAN Economic Community yang implementasinya pada tahun Rumusan Masalah Beberapa tahun terdahulu disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan penting dalam pola perdagangan dan investasi internasional. Hal tersebut ditandai dengan semakin banyaknya perjanjian perdagangan dan investasi, baik yang

24 bersifat regional maupun bersifat bilateral, baik dalam bentuk perjanjian perdagangan khusus maupun perjanjian multilateral. Integrasi ekonomi ASEAN secara terus menerus memperbaiki dan memperbaharui perjanjian investasi dan perdagangannya. Langkah konkret yang paling nyata adalah kerjasama perdagangan bebas ASEAN Free Trade (AFTA) pada tahun 1992 yang mulai diberlakukan tahun 1993 dengan melaksanakan penurunan tarif. Penurunan tarif dilaksanakan secara bertahap sampai pada pelaksanaan semua kesepakatan AFTA. Implementasi CEPT-AFTA telah berhasil meningkatkan perdagangan intra-asean dari US$ miliar (tahun 1993) menjadi US$ miliar (tahun 2006). Sedangkan dengan negara di luar kawasan ASEAN dari US$ miliar (tahun 1993) menjadi US$ miliar (tahun 2006). Beberapa ekonom menilai bahwa kerjasama AFTA belum berperan secara signifikan meningkatkan perdagangan di ASEAN. Beberapa studi menghasilkan kesimpulan bahwa AFTA belum meningkatkan volume perdagangan intra-asean karena negara-negara anggota, memiliki sumberdaya yang sama sehingga komoditi yang diperdagangkan adalah komoditi sejenis. Hal tersebut menunjukkan perdagangan di ASEAN didominasi perdagangan intra industry trade dibandingkan perdagangan inter industry trade. Krisis ekonomi negara ASEAN pada tahun 1997, telah menjadi pijakan untuk membentuk kerjasama sektor perdagangan dan investasi yang lebih kuat. Pertanyaannya adalah sejauh mana integrasi ekonomi CEPT-AFTA yang telah disepakati tersebut memberi pengaruh terhadap kreasi atau diversi perdagangan dan investasi di kawasan ASEAN. Apakah menurunnya hambatan perdagangan dan investasi antar anggota ASEAN menyebabkan negara anggotanya

25 menghadapi tekanan yang lebih kompetitif dan lebih besar, atau mendorong peningkatan kompetisi perolehan efisiensi produktif untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. Apakah integrasi memperbesar perdagangan antar anggota dan menjauhi perdagangan bukan anggota integrasi. Pertanyaan tersebut belum dijawab secara lengkap pada beberapa penelitian terdahulu tentang integrasi ekonomi ASEAN. Secara khusus permasalahan yang diteliti dalam disertasi ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah integrasi ekonomi ASEAN memberi pengaruh terhadap peningkatan aliran perdagangan dan investasi kawasan ASEAN dan negara anggota ASEAN atau sebaliknya. Apakah integrasi ekonomi memperbesar aliran perdagangan dan investasi antar negara anggota dan menjauhi perdagangan dan investasi bukan anggota integrasi atau sebaliknya. 2. Apakah integrasi ekonomi kawasan lain seperti APEC, NAFTA, UNI EROPA, Cina dan India, memberikan pengaruh terhadap aliran perdagangan dan investasi di kawasan ASEAN dan negara anggota ASEAN. 3. Bagaimana variabel makroekonomi dan keterbukaan ekonomi berpengaruh terhadap aliran perdagangan dan investasi di ASEAN dan negara anggota ASEAN. Masalah apa saja yang harus di benahi oleh ASEAN dan anggotanya dalam meningkatkan perdagangan dan investasi Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh integrasi ekonomi ASEAN dan variabel makroekonomi terhadap aliran perdagangan pada kawasan ASEAN dan masing-masing negara anggotanya.

26 2. Menganalisis pengaruh integrasi ekonomi ASEAN dan variabel makroekonomi terhadap aliran investasi dalam bentuk FDI pada kawasan ASEAN dan masing-masing negara anggotanya. 3. Menganalisis bagaimana pengaruh dan hubungan integrasi ekonomi di APEC, NAFTA, UE, Cina dan India terhadap aliran perdagangan dan FDI pada kawasan integrasi ASEAN dan negara anggotanya Manfaat Penelitian Secara praktis studi ini dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan ekonomi negara-negara ASEAN serta dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community khususnya dalam bidang perdagangan dan investasi. Secara teoritis studi ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa, peneliti, dan ilmuwan lainnya sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai dampak integrasi ekonomi ASEAN terhadap perdagangan dan investasi negara-negara di ASEAN Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian. 1. Penelitian ini hanya mencakup 5 negara anggota ASEAN, sementara 5 negara anggota ASEAN lainnya belum dimasukkan. Sedangkan negara mitra perdagangan dan investasi hanya mengambil 14 negara yang memiliki volume perdagangan dan investasi terbesar. 2. Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model gravitasi. 3. Penelitian ini menggunakan data agregat nasional baik negara ASEAN, maupun 14 negara mitra perdagangan dan investasi terbesar antara tahun

27 4. Jarak antara negara diukur berdasarkan ibu kota negara baik negara ASEAN, maupun 14 negara mitra perdagangan dan investasi terbesar. 5. Data perdagangan yang digunakan dalam penelitian ini hanya data perdagangan barang. Perdagangan jasa belum dimasukkan dalam analisis. 6. Data tarif yang digunakan adalah tarif rata-rata, yang dihitung dengan membagi total tarif yang diberlakukan dengan jumlah baris tarif barang yang diperdagangkan. 7. Data perdagangan dan investasi yang digunakan adalah data agregat nasional dari negara anggota ASEAN dan 14 negara mitra perdagangan dan investasi. 8. Variabel integrasi dihitung berdasarkan nilai indeks integrasi perdagangan dan tingkat keterbukaan ekonomi dari setiap negara anggota ASEAN.

28 II. KEBIJAKAN INTEGRASI EKONOMI ASEAN 2.1. Pembentukan ASEAN ASEAN merupakan organisasi kerjasama regional Asia Tenggara yang dideklarasikan di Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967, atas inisiatif Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura. Dasar pertimbangan pembentukannya adalah memperkuat stabilitas ekonomi, sosial, dan menjamin stabilitas keamanan, yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan ekonomi, kemajuan sosial, dan kemajuan budaya. Perkembangan berikutnya anggota ASEAN bertambah dengan masuknya Brunai Darussalam menjadi anggota keenam pada tanggal 7 Januari Pada bulan Juli tahun 1994 Vietnam menjadi anggota penuh. Tiga negara Indocina masuk menjadi anggota, yaitu Kamboja, Laos dan Myanmar pada KTT ke-5 di Bangkok pada tahun Sejak itu, integrasi ASEAN lengkap menjadi 10 negara anggota Kerjasama Bidang Ekonomi Dalam bidang ekonomi disepakati bahwa kerjasama ASEAN perlu diprioritaskan dalam bentuk konsolidasi ke dalam. Bidang ekonomi masih merupakan bagian yang paling lemah setiap negara anggota. Dalam bidang ekonomi, telah disepakati kerjasama mengenai basic commodity, terutama pangan dan energi, kerjasama di bidang industri, kerjasama di bidang perdagangan dan dalam masalah ekonomi lainnya. Semua negara anggota sepakat untuk mengambil bagian dan mendirikan kawasan perdagangan bebas, yang disebut

29 ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang pembentukannya berlangsung selama 10 tahun. Ada tiga alasan mengapa ASEAN menyetujui AFTA. Pertama, ASEAN mengkhawatirkan efek pengalihan perdagangan dengan adanya NAFTA dan pasar tunggal Eropa, juga kebangkitan ekonomi Cina. Kedua, perekonomian ASEAN telah berubah sesuai kebijakan yang dianut. Ketiga, kawasan tersebut harus mempertahankan kedekatan dan statusnya setelah selesainya masalah Kamboja dengan menggunakan tujuan ekonomi. Keberadaan AFTA terutama bukan dimaksudkan untuk meningkatkan perdagangan regional, melainkan lebih sebagai penarik investasi dan sebagai jawaban terhadap masalah pengalihan investasi yang dialami kawasan ASEAN dengan kebangkitan Cina. Jalan menuju AFTA ditempuh melalui Common Effective Preferential Tariff (CEPT) yang ditandatangani pemimpin negara anggota ASEAN pada bulan Januari Realisasinya adalah setiap negara akan menurunkan tarif bea masuk atau mengurangi restriksi non-tarif bagi sesama negara anggota, khususnya bagi produk yang masuk dalam kesepakatan yang berlaku di kawasan integrasi. Pertemuan menteri membahas area perdagangan bebas AFTA di Chiangmai Thailand, memutuskan untuk mempercepat realisasi AFTA dari 15 tahun menjadi 10 tahun. Hal tersebut dilakukan karena keberhasilan dalam realisasi CEPT dan komitmen ASEAN dalam melaksanakan liberalisasi. Disepakati pula untuk menurunkan tarif pada jalur normal (normal track) dan jalur cepat (fast track). CEPT mencakup berbagai produk manufaktur dan produk pertanian yang diproses dan tarif yang dikenakan secara bertahap akan diturunkan antara 0-5 persen. Pada jalur normal, disepakati tarif yang berada di atas 20

30 persen menjadi 20 persen pada 1 Januari 1998 dan berikutnya dari 20 persen menjadi 0-5 persen pada 1 Januari Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN tanggal Desember 1998, memutuskan untuk mempercepat pelaksanaan area perdagangan bebas AFTA agar secara cepat menurunkan tarif dari produk-produknya. Setiap negara akan menurunkan tarif sampai 0 persen atau tidak lebih dari 5 persen dari sedikitnya 85 persen produk yang diikutsertakan dalam inclusion list (daftar produk yang diikutsertakan dalam AFTA) pada tahun Daftar produk yang terkena tarif antara 0-5 persen ditingkatkan menjadi sedikitnya 90 persen pada tahun 2001 kemudian menjadi 100 persen pada tahun Kesepakatan ini juga berlaku bagi negara anggota lainnya, namun bagi Vietnam baru mulai berlaku tahun 2003 sedangkan untuk Laos dan Myanmar tahun Untuk pengenaan tarif 0 persen bagi Vietnam berlaku tahun 2006 dan untuk Laos dan Myanmar tahun Pada bidang investasi, langkah yang ditempuh adalah memberi tambahan perlakuan khusus kepada investor dari negara anggota dan non-anggota di bidang manufaktur yang implementasinya dimulai 1 Januari 1999 sampai 31 Desember Dalam rencana aksi Hanoi yang merupakan penjabaran visi ASEAN 2020 disebutkan tekad untuk memperkuat makroekonomi dan kerjasama keuangan melalui pemeliharaan stabilitas makroekonomi dan keuangan regional, meningkatkan liberalisasi sektor jasa keuangan, mengintensifkan kerjasama keuangan, pajak, asuransi serta pengembangan pasar modal. Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Manila tanggal 28 November 1999 menyepakati untuk menghapuskan semua bea masuk bagi 6 negara pendiri pada tahun 2010, lebih cepat dari rencana semula tahun Menyepakati pula untuk

31 hal yang sama bagi 4 negara anggota lainnya pada tahun Perdagangan bebas AFTA telah dilaksanakan oleh 6 negara pembentuk AFTA pada 15 kelompok komoditi sejak 1 Januari Transaksi perdagangan kelompok komoditi itu bebas dari semua hambatan tarif dan non-tarif. Pertemuan menteri perdagangan dan ekonomi ASEAN di Phnom Penh, Kamboja tanggal 2 September 2003, menyetujui untuk mempertimbangkan pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) dan tahun 2020 ditetapkan sebagai batas waktu pembentukannya. Konsep AEC ini akhirnya disepakati dalam KTT di Bali pada bulan Oktober AEC ini mirip dengan integrasi yang dilakukan Uni Eropa sampai pada pembentukan mata uang bersama (Currency Union). Dengan AEC segala bentuk tarif akan dihilangkan, mobilitas faktor produksi semakin bebas, fleksibilitas harga dan upah semakin tinggi. Integrasi ekonomi ASEAN yang lebih luas diharapkan akan mampu menjawab berbagai tantangan krisis, menggalang solidaritas kerjasama ekonomi, dan memecahkan krisis ekonomi secara terpadu Kerjasama Perdagangan ASEAN Dalam blue print perjanjian kerjasama, telah disepakati beberapa hal yang terdiri atas aliran bebas barang, aliran bebas investasi dan aliran bebas modal untuk mewujudkan pasar dan basis produksi tunggal ASEAN. Beberapa kesepakatan untuk memperlancar aliran bebas barang adalah: 1. Common Effective Preferential Tarrifs - ASEAN Free Trade Agreement (CEPT-AFTA) pada tahun Reduksi tarif dengan rumusan menyelesaikan jadwal reduksi tarif sampai 0,5 persen untuk semua produk inclution list dengan pengaturan waktu khusus

32 bagi Laos dan Kamboja. 3. Penghapusan tarif dengan merumuskan dan melengkapi produk di luar skema CEPT sesuai dengan kesepakatan CEPT serta menghapuskan kewajiban impor sebesar 60 persen dari semua produk IL, kecuali yang dilakukan bertahap untuk produk dan waktu tertentu bagi Laos, Myanmar, dan Kamboja. 4. Program kerja fasilitasi perdagangan dengan rumusan: (1) penyelesaian program kerja yang komprehensif untuk memfasilitasi perdagangan dan penilaian kondisi fasilitasi perdagangan, (2) mendorong transparansi dan visibilitas atas tindakan dan intervensi stakeholders di dalam transaksi perdagangan internasional, (3) menyederhanakan, mengharmoniskan dan menstandarisasi perdagangan untuk menggerakkan barang dan jasa, (4) menghapuskan tarif atas semua produk, kecuali yang dilakukan bertahap bagi anggota, serta menghapuskan tarif atas semua produk yang telah disetujui dan menghapuskan kewajiban impor atas produk dan waktu yang disepakati, dan (5) menurunkan tarif produk serta daftar produk sisanya ke dalam skema kesepakatan CEPT. 5. Menghapuskan hambatan non-tarif, dengan rumusan: (1) mempercayai komitemen standstill dan roll-back pada NTB (Non Tariff Barrier), yang akan segera berlaku serta meningkatkan transparansi dengan mematuhi protokol prosedur notifikasi dan menyusun mekanisme pengawasan, dan (2) menghapuskan NTB untuk ASEAN-5 serta membangun pusat fasilitasi perdagangan ASEAN. 6. Integrasi bea cukai dengan rumusan: (1) mengintegrasikan struktur bea cukai, (2) memodernisasi teknik bea cukai, dipandu dengan prosedur dan formalitas

33 bea cukai yang sederhana dan terharmonisasi yang sesuai dengan standar dan praktek terbaik internasional, (3) membangun sistem transit bea cukai untuk memfasilitasi pergerakan barang, membangun sistem bea cukai yang sesuai, (4) modernisasi klasifikasi tarif, sistem penetapan nilai dan sistem penetapan, dan (5) mengadopsi standar dan praktek internasional untuk menjamin sistem klasifikasi tarif yang seragam, memperhalus penghapusan bea cukai serta memperkuat pembangunan sumberdaya manusia. 7. Standar dan kesesuaian dengan menjalankan skema regulasi, memonitor implementasi skema regulasi, badan penilai kesesuaian memonitor implementasi rezim regulasi tunggal, menjalankan persyaratan teknis terharmonisasi, mengimplementasikan dan memperkuat kompetensi dan kepercayaan antar otoritas, harmonisasi prasyarat teknis serta meningkatkan infrastruktur teknis Perdagangan ASEAN dalam Kerangka AFTA Pelaksanaan CEPT-AFTA yang dimulai pada tahun 1993 ternyata dapat berpengaruh terhadap peningkatan perdagangan intra-asean-5 dari US$ miliar (tahun 1993) menjadi US$ miliar (tahun 2006). Setelah krisis ekonomi di kawasan ASEAN-5 tahun , perdagangan intra-anggota mengalami peningkatan cukup baik dan mencapai puncaknya pada tahun 2000 dengan nilai sebesar US$ miliar atau tumbuh persen dari tahun sebelumnya. Angka perdagangan tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2005 dan 2006 secara berurutan sebesar US$ miliar dan US$ miliar. Meskipun telah menunjukan peningkatan, perdagangan intra selama ini masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan perdagangan yang dilakukan dengan

34 negara-negara di luar kawasan ASEAN (extra-asean trade). Persentase perdagangan intra terhadap total perdagangan hanya berkisar antara persen. Secara jelas perdagangan intra sejak 1993 sampai 2008 disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Total Nilai Perdagangan Intra-ASEAN Tahun (US$ juta) Tahun Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Sumber: ASEAN Statiscal Yearbook, Perdagangan selama ini masih sangat mengandalkan mitra dagang negaranegara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Pada tahun 2003, perdagangan dengan Amerika Serikat mencapai 14.1 persen dari total nilai perdagangan ASEAN, kemudian disusul berturut-turut dengan Jepang (13.7 persen), Uni Eropa (11.5 persen), dan Cina (7 persen). Hal ini mencerminkan tingkat integrasi ekonomi kawasan masih relatif rendah dibandingkan misalnya, dengan integrasi NAFTA atau Uni Eropa. Implementasi AFTA selama ini masih menghadapi beberapa kendala. Kendala tersebut antara lain lemahnya komitmen negara anggota untuk mencapai

35 target liberalisasi perdagangan sebagaimana yang telah disepakati dalam CEPT merupakan hambatan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan AFTA. Beberapa negara anggota sampai saat ini masih belum bersedia menurunkan tarif dan menghapuskan hambatan non-tarif atas produk-produk tertentu dengan alasan untuk melindungi industri dalam negeri yang dianggap masih belum siap. Masalah lain adalah adanya perbedaan tingkat pembangunan ekonomi nasional dan keterbatasan kemampuan sumberdaya dari sebagian negara anggota dalam memasuki era liberalisasi perdagangan regional. Di samping itu, masih adanya keraguan dari sebagian negara anggota terhadap kemampuan AFTA dalam meningkatkan perdagangan dan investasi (FDI) di kawasan juga ikut menghambat pelaksanaan AFTA. Hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa negara anggota yang melakukan perdagangan bebas secara bilateral dengan negara maju. Singapura, misalnya menandatangani FTA dengan New Zealand (2002), Amerika Serikat (2001), Jepang (2002), dan Australia (2002). Demikian pula FTA Thailand dengan Australia (2005). Sedangkan Malaysia dan Indonesia sampai saat ini masih merundingkan FTA bilateral dengan Jepang. Ada beberapa alasan yang mendorong negara-negara ASEAN untuk mengadakan perjanjian FTA bilateral. Pertama, untuk memberi tekanan kepada negara-negara ASEAN yang selama ini masih enggan untuk meliberalisasi perdagangannya secara penuh. Kedua, krisis ekonomi dan keuangan tahun yang melanda sebagian negara anggota telah menyebabkan kemunduran ekonomi kawasan, khususnya di sektor ekspor dan investasi. Ketiga,

36 perkembangan ekonomi Cina yang pesat dikhawatirkan akan mengancam industri manufaktur dan daya saing ekspor negara-negara ASEAN (Aslam, 2003) Kerjasama Investasi ASEAN Kesepakatan dalam rangka mendorong dan memperlancar aliran investasi di kawasan ASEAN adalah: 1. Kesepakatan investasi yang telah merumuskan draft ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) 2. Liberalisasi dengan rumusan: (1) memulai fase pertama dari pengurangan progresif dan penghapusan hambatan investasi, (2) memulai fase pertama dari pengurangan progresif/penghapusan hambatan investasi untuk delapan negara anggota pada waktu yang disepakati, menyelesaikan fase akhir dari pengurangan progresif/penghapusan hambatan investasi, dan (3) mewujudkan rezim investasi bebas dan terbuka dengan hambatan investasi, memulai fase kedua dari pengurangan progresif/penghapusan hambatan investasi 3. Promosi dengan rumusan: (1) mengatur dua misi investasi inbound dan outbound, (2) mengatur dua misi investasi inbound dan outbound, dan mengatur dua misi investasi inbound dan outbound per tahun, (3) melanjutkan rangkaian seminar investasi mengenai peluang di negara ASEAN-6, dan (4) mendorong kluster dan jaringan produksi regional melalui inisiatif kerjasama industrial serta mendorong kluster dan jaringan produksi regional melalui inisiatif kerjasama industrial. 4. Proteksi dengan mengorganisasikan seminar mengenai perlindungan investasi dan penyelesaian sengketa investasi.

37 Dalam rangka memperlancar aliran modal yang lebih bebas, telah dirumuskan beberapa langkah: 1. Memperkuat pasar modal ASEAN dengan melakukan harmonisasi yang lebih besar pada standar pasar modal pada bidang-bidang yang menawarkan aturan untuk sekuritas hutang, persyaratan penyingkapan dan distribusi aturan, memfasilitasi MRA atau kesepakatan untuk pengakuan kualifikasi dan pendidikan serta pengalaman dari pasar profesional, mencapai fleksibilitas yang lebih besar pada bahasa dan penyusunan persyaratan hukum untuk penerbitan sekuritas. Meningkatkan struktur pajak, jika memungkinkan, untuk mendorong luasnya investor base pada penerbitan hutang. Membiarkan mobilitas modal yang lebih besar. Liberalisasi pergerakan modal dipandu dengan prinsip-prinsip: (1) menjamin liberalisasi akuntansi modal yang teratur dan konsisten dengan agenda nasional negara-negara anggota dan kesiapan ekonominya, (2) menyediakan pengaman yang mencukupi terhadap potensi instabilitas makroekonomi dan risiko sistemik yang mungkin timbul dari proses liberalisasi, termasuk hak-hak untuk mengadopsi tindakan yang diperlukan untuk menjamin stabilitas makroekonomi, dan (3) menjamin manfaat liberalisasi secara bersama oleh semua negara anggota. 2. Investasi langsung luar negeri Foreign Direct Investasi (FDI), dengan rumusan: (1) menilai dan mengidentifikasikan aturan untuk liberalisasi aliran FDI yang lebih bebas yang mencakup: direct outward investment, direct inward investment dan likuidasi investasi langsung, dan (2) secara progresif meliberalisasikan, jika sesuai dan memungkinkan, daftar aturan pra industrial untuk aliran FDI yang lebih bebas. Meliberalisasikan, jika sesuai dan

38 memungkinkan, aspek lain yang berhubungan dengan: FDI, investasi portofolio, tipe aliran modal lainnya, mendukung FDI dan mendorong pembangunan pasar modal. 3. Investasi portofolio, dengan rumusan: (1) menilai dan mengidentifikasi aturan untuk liberalisasi aliran investasi portofolio yang lebih bebas, khususnya pada hutang dan ekuitas, yang mencakup; pembelian sekuritas hutang domestik dan ekuitas oleh non-residen, penerbitan sekuritas hutang dan ekuitas oleh nonresiden secara lokal serta proses repatriasi yang muncul dari investasi portofolio dan penerbitan atau penjualan sekuritas hutang dan ekuitas, pembelian sekuritas hutang dan ekuitas ke luar negeri, dan (2) secara progresif meliberalisasikan daftar aturan pra-industrial untuk aliran FDI yang lebih bebas. 4. Tipe aliran lainnya, dengan rumusan: (1) menilai dan mengidentifikasi aturan untuk liberalisasi tipe aliran pinjaman luar negeri jangka panjang dan hutang, dan (2) menilai dan mengidentifikasi aturan untuk liberalisasi, khususnya pinjaman luar negeri jangka panjang dan hutang. 5. Transaksi neraca berjalan (current account), dengan rumusan: (1) membangun pasar finansial untuk menghapuskan, jika memungkinkan, struktur nilai tukar ganda, (2) memperlonggar hambatan untuk pembelian devisa dan tipe pembelian lainnya untuk transaksi yang tidak tampak (invisible transactions) dan transfer berjalan dan membangun pasar finansial, dan (3) menghilangkan atau memperlonggar, jika memungkinkan, hambatan untuk repatriasi/syarat penyerahan serta terus meliberalisasikan, jika memungkinkan, hal yang berhubungan dengan transaksi berjalan.

39 6. Fasilitasi, dengan rumusan: (1) membuat draft dan amendemen kerangka legal dan regulasi, jika sesuai dan memungkinkan, untuk mendukung perubahan pada aturan, (2) memperkuat dialog kebijakan mengenai aturan kehati-hatian (prudential regulation) dan supervisi, untuk membantu negara anggota membangun kerangka regulasi yang mendukung bagi liberalisasi serta membangun dan memperbaiki sistem untuk memonitor aliran di setiap negara anggota, dan (3) kerjasama antar negara untuk mengharmonisasikan kebijakan, statistika dan infrastruktur yang berhubungan dengan aliran serta membagi bersama-sama mengenai kemajuan pada aturan yang diliberalisasikan Kinerja Investasi ASEAN Kinerja investasi ASEAN sejak diberlakukannya AFTA mengalami kenaikan yang signifikan. Namun sejak tahun 1997 investasi terus menurun, sampai dengan tahun 2008 dengan nilai investasi sebesar US$ miliar. Realisasi investasi ASEAN disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Foreign Direct Invesment Inflows Negara ASEAN dari ASEAN (US$ juta) Tahun Negara Indonesia Malaysia Filipina Singapura Thailand Sumber: ASEAN Statiscal Yearbook, 2008.

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang : BAB 5 PENUTUP Berkembangnya regionalisme yang dipicu dari terbentuknya pasar Uni Eropa (UE) yang merupakan salah satu contoh integrasi ekonomi regional yang paling sukses, telah menarik negara-negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Aliran Perdagangan ASEAN dan Negara Anggota ASEAN Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap hasil estimasi model gravity untuk persamaan perdagangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H TESIS

ANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H TESIS ANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H151054164 TESIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS? Oleh: Ahmad Syariful Jamil, S.E., M.Si Calon Widyaiswara Ahli Pertama Belum selesai proses penarikan diri Inggris dari keanggotaan Uni Eropa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun negara yang tidak

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG 1 ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS Oleh Baida Soraya 117039030/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pembangunan ekonomi internasional yang semakin terkait dan adanya interdependensi antar negara, arus perdagangan barang juga mengalami perkembangan

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional merupakan suatu ilmu yang bersifat interdisipliner yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun 1997 1998 bermula di Thailand, menyebar ke hampir seluruh ASEAN dan turut dirasakan juga oleh Korea Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN periode 1980-2009 cenderung fluktuatif (Gambar 4.1). Hal ini disebabkan dominansi pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2017

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2017 Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK KAJIAN SINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015 TRANSFORMASI ASEAN 1976 Bali Concord 1999 Visi ASEAN 2020 2003 Bali Concord II 2007 Piagam

Lebih terperinci

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS DR. Mhd. Saeri, M.Hum (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah wadah bagi negara-negara Asia Tenggara untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan teknis perdagangan (technical barriers to trade) dengan mengurangi atau menghilangkan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regional Trade Agreements (RTA) didefinisikan sebagai kerjasama perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup free trade agreements (FTA),

Lebih terperinci

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY (Catatan Pertemuan the 8 th ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), 8 November 2011, Jakarta I. Latar Belakang (Nugraha Adi) Kawasan ASEAN telah menjadi

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Perkembangan Integrasi Ekonomi di Kawasan ASEAN. Sumber: Lim (2014) GAMBAR 4.1. Negara-negara di Kawasan ASEAN Secara astronomis Asia Tenggara terletak di antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai tukar merupakan salah satu alat untuk kebijakan ekonomi bagi sebuah negara. Nilai tukar adalah salah satu indikator ekonomi yang sangat dibutuhkan khususnya sebagai

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PERUSAHAAN INDUSTRI DAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2006

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PERUSAHAAN INDUSTRI DAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2006 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PERUSAHAAN INDUSTRI DAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2006 OLEH ABDUL HAKIM PARAPAT H14084012 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan kekuatan ekonomi potensial yang diarahkan menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan berbagai rumusan masalah yang terdapat pada Bab 1 dan memberikan saran bagi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya 58 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Perdagangan bebas yang menjadi landasan teori perdagangan internasional dicetuskan pertama kali oleh Smith (1776) dalam

Lebih terperinci

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( ) Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan Intra dan Ekstra ASEAN Tahun 2012 Dono Asmoro (151080089) Penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan penulis akan sejauh mana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

DAMPAK NEGATIF PEMBERLAKUAN ACFTA (ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT) TERHADAP INDUSTRI INDONESIA

DAMPAK NEGATIF PEMBERLAKUAN ACFTA (ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT) TERHADAP INDUSTRI INDONESIA DAMPAK NEGATIF PEMBERLAKUAN ACFTA (ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT) TERHADAP INDUSTRI INDONESIA (The Negative Effects of ACFTA on Indonesian Industry) SKRIPSI Oleh Tika Ayuning Tyas 060910101073 ILMU

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy

ABSTRACT. Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy ABSTRACT SAFRIDA. The Impact of Migration Policy on Labor Market and Indonesian Economy (BONAR M. SINAGA as Chairman, HERMANTO SIREGAR and HARIANTO as Members of the Advisory Committee) The problem of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa dihindari oleh suatu negara sebagai anggota masyarakat internasional. Salah satu bentuk liberalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara, karena pasar modal merupakan lembaga intermediasi dana dari pihak yang kelebihan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara menandakan berhasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada saat ini tahun 2016 sedang melakukan kerjasama dari berbagai bagian negara, dengan adanya hal ini akan memperlihatkan betapa pentingnya posisi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu rangkaian yang terencana menuju keadaan ke arah yang lebih baik. Tahun 1969 pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia mulai melaksanakan

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka tiga faktor Ukuran ekonomi, Cina sebagai pusat perdagangan dunia, dan pengaruh permintaan domestik

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR HERNY KARTIKA WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci