PROSES PEMBUATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES PEMBUATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR"

Transkripsi

1 DIKLAT TEKNOLOGI BIOBRIKET BAGI GURU MODUL PROSES PEMBUATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR Didukungi oleh: Disusun oleh: Deddy Misdarpon, S.Pd., MT Drs. Hadi Prasetyo.,MT Editor oleh: Niamul Huda, ST., M.Pd TEACHING BIOMASS TECHNOLOGIES AT MEDIUM TECHNICAL SCHOOLS Dikembangkan oleh: ETC Foundation the Netherlands Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri/ TEDC Bandung Maret

2 KATA PENGANTAR Buku Modul ini dimaksudkan untuk memandu peserta pendidikan dan pelatihan kompetensi untuk melaksanakan tugas kegiatan belajar di tempat diklat ataupun di tempat masing-masing. Dengan demikian diharapkan setiap peserta diklat akan berusaha untuk melatih diri memecahkan berbagai persoalan sesuai dengan tuntutan kompetensi yang akan dipilih. Di dalam buku modul ini diberikan kegiatan belajar, tugas- tugas dan tes formatif dimana seluruh kegiatan tersebut diharapkan dikerjakan/dilakukan secara man-diri/kelompok oleh setiap peserta diklat untuk melatih kemampuan dirinya dalam memecahkan berbagai persoalan Dalam pelaksanaanya seluruh kegiatan dilakukan oleh setiap peserta/siswa dengan arahan Pembimbing/Instruktur yang ditugaskan, dan pada akhir diklat seluruh materi dari modul ini akan diujikan secara mandiri untuk memenuhi tuntutan kompetensi dan standar pekerjaan/perusahaan. Materi pembelajaran atau bahan dari modul dan tugas-tugas ini diambil dari be-berapa buku referensi yang dipilih dan juga buku referensi tersebut sebagai bahan bacaan yang dianjurkan untuk memperkaya penguasaan kompetensi peserta diklat. Diharapkan setiap peserta pelatihan setelah mempelajari dan melaksanakan semua petunjuk dari modul ini secara tuntas, akan mempunyai kompetensi sesuai dengan tuntutan pekerjaan sebagai tenaga pelaksana pemeliharaan Teknik Energi Terbarukan. Bandung, 13 Maret 2014 Kepala PPPPTK BMTI, Dr. Dedy H. Karwan, MM NIP

3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL... a. Petunjuk Umum b. Petunjuk bagi peserta Diklat c. Peran Instruktur/ Guru d. Petunjuk Pembelajaran ii iii iv BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Pembelajaran. 2 C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.. 2 D. Indikator Keberhasilan. 3 BAB II. KEGIATAN PEMBELAJARAN... 4 KEGIATAN BELAJAR 1. PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG Uraian Materi Tugas Latihan Rangkuman Evaluasi Materi Umpan Balik dan Tindak Lanjut KEGIATAN BELAJAR 2. PEMBUATAN ASAP CAIR 1. Uraian Materi Tugas Latihan Rangkuman Evaluasi Materi Umpan Balik dan Tindak Lanjut KEGIATAN BELAJAR 3. PENGUJIAN BIO BRIKET 3

4 1. Uraian Materi Tugas Latihan Rangkuman Evaluasi Materi Umpan Balik dan Tindak Lanjut KEGIATAN BELAJAR 4. PENGUJIAN ASAP CAIR 1. Uraian Materi Tugas Latihan Rangkuman Evaluasi Materi Umpan Balik dan Tindak Lanjut BAB III. PENUTUP A. KUNCI JAWABAN B. INSTRUMEN PENILAIAN KELULUSAN DAFTAR PUSTAKA A. Umum PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Modul ini terdiri atas Kegiatan Belajar, Uraian Materi, dan Soal-soal Latihan. 4

5 2. Pelajari dahulu seluruh materi yang ada dari setiap Kegiatan Belajar, kemudian pelajari juga dari refferensi yang lain, sesuai dengan yang disarankan. 3. Anda diwajibkan untuk mengikuti seluruh Kegiatan Belajar yang ada pada Modul ini sebagai Kompetensi minimal, dari program diklat yang diselenggarakan. 4. Untuk mempertajam pemahaman, anda diwajibkan mengerjakan soal-soal yang telah disediakan pada bagian akhir dari setiap kegiatan belajar setelah anda selesai mempelajari bagian dimaksud. 5. Untuk dapat melanjutkan kegiatan, anda harus mampu menjawab dengan benar minimal 80 persen dari soal-soal yang ada. 6. Penguasaan /kompetensi anda akan diukur lebih lanjut melalui Post-Test secara terpisah oleh Instruktor/Pembimbing. B. Petunjuk Bagi Peserta Diklat a. Pelajari materi pada setiap kegiatan belajar dengan seksama. b. Siapkan alat bantu sebelum memulai melaksanakan pekerjaan. c. Siapkan peralatan alat keselamatan kerja dengan benar. d. Kerjakan lembar latihan yang terdapat pada bagian akhir dari setiap kegiatan belajar. e. Koreksi hasil jawabanmu dengan mencocokkan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir modul ini. f. Jika jawaban anda belum mencapai standar nilai minimal 80% maka anda dinyatakan belum kompeten, selanjutnya pelajari ulang pada materi tersebut dengan teliti hingá anda yakin telah memperoleh nilai minimal 80. g. Setelah selesai melakukan semua kegiatan belajar pada modul ini dengan memperoleh nilai rata-rata minimal 80, maka anda telah dinyatakan kompeten dalam proses pembuatan dan pengujian biobriket dan asap cair. 5

6 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Asia Pasific Coconut Community (APCC) menunjukkan bahwa konsumsi kelapa segar penduduk Indonesia sekitar 36 butir/kapita/tahun atau 7,92 miliar butir (51,1%). Bila produksi buah kelapa nasional sebanyak 15,5 miliar butir/tahun, maka buah kelapa yang dapat diolah di sektor industri adalah 7,57 miliar butir (48,9%). Jumlah ini dapat memenuhi kebutuhan 29 unit industri dengan kapasitas 1 juta butir/hari. Dari buah kelapa dapat dikembangkan berbagai industri yang menghasilkan produk pangan dan non-pangan mulai dari produk primer yang masih menampakkan ciri-ciri kelapa hingga yang tidak lagi menampakkan ciri-ciri kelapa. Dengan demikian, nilai ekonomi kelapa tidak lagi berbasis kopra. Keadaan tersebut sudah berkembang di negara-negara lain, seperti di Filipina. Dari total ekspor produk kelapa Filipina (US$ 920 juta), sekitar 49% diantaranya adalah berupa produk bukan coconut crude oil (CCO). Terkait hal itu, secara nasional promosi program diversifikasi di pedesaan untuk menghasilkan produk kelapa setengah jadi yang terkait dengan industri berteknologi tinggi perlu dikembangkan. Produk kelapa yang sudah berkembang di dalam negeri adalah coconut crude oil (CCO) dan turunannya, desiccated coconut (DC), virgin coconut oil (VCO), coconut milk (CM), CF, Activated carbon (AC), dan CCL. Sekitar 90% dari bahan baku daging kelapa digunakan untuk menghasilkan CCO dan sisanya terbagi untuk produk lainnya, tetapi kecenderungan untuk menghasilkan CCO tersebut semakin menurun, sedangkan produk lainnya semakin meningkat. Sesuai dinamika pasar produk, kecenderungan untuk menghasilkan produk oleokimia (OC) turunan dari CCO tampak semakin tinggi. Produk-produk turunan daging buah selain (OC) yang sangat prospektif untuk berkembang adalah VCO, DC, CM dan CC. Keempat produk ini memiliki konteks pengembangan yang sangat baik. VCO memiliki konteks produk yang dapat meningkatkan kesehatan (daya imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit degeneratif) dan bahan baku kosmetik alami yang bernilai tinggi. DC adalah produk campuran makanan yang higienis dan praktis. CM adalah minuman kesehatan yang 6

7 dapat mensubstitusi susu dan CC adalah bahan yang praktis dan hiegenis untuk keperluan memasak pengganti santan parut manual. Produk-produk turunan sabut yang prospektif untuk bahan jok mobil mewah, springbed, dan geotextile (GT). Produk-produk turunan tempurung yang prospektif adalah AC, CCL, tepung tempurung (CP) dan kerajinan. Activated carbon antara lain dapat digunakan untuk industri minyak dan gas, pemurnian air, pengolahan pulp, pupuk dan tambang emas. Ada empat komponen dasar dari buah kelapa, yaitu sabut, tempurung, daging buah dan air yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk. Dalam modul ini yang akan dibahas hanya yang berhubungan dengan tempurungnya saja. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari dan mengikuti semua petunjuk kegiatan pembelajaran dalam modul ini, peserta diharapkan mampu memahami prinsip dan melaksanakan : 1) Pembuatan briket arang tempurung 2) Pembuatan asap cair 3) Pengujian biobriket arang tempurung 4) Pengujian asap cair C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi 1. Membuat bio briket arang tempurung 2. Membuat asap cair dari proses pengarangan tempurung 3. Melakukan pengujian hasil bio briket arang tempurung 4. Melakukan pengujian hasil asap cair/ pyrolisis Kompetensi Dasar 1.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu 1.2. Menyiapkan bahan baku 1.3. Melaksanakan proses pembuatan bio briket 2.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu 2.2. Menyiapkan bahan baku 2.3. Melaksanakan proses pembuatan asap cair 3.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu 3.2. Menyiapkan bahan baku 3.3. Melakukan pengujian hasil bio briket tempurung kelapa 4.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu 4.2. Menyiapkan bahan baku 4.3. Melakukan pengujian hasil asap cair dari proses pengarangan tempurung kelapa 7

8 D. Indikator Keberhasilan Terlaksananya pembelajaran peserta diklat meliputi pemahaman prinsip dan melaksanakan : 1. Membuat Bio Briket Arang Tempurung 1.1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu 1.2. Menyiapkan bahan baku 1.3. Melaksanakan proses pembuatan bio briket 2. Membuat Asap Cair dari Proses Pengarangan Tempurung 2.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 2.2. Menyiapkan Bahan Baku 2.3. Melaksanakan proses pembuatan asap cair 3. Melakukan Pengujian hasil Bio Briket Arang Tempurung 3.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 3.2. Menyiapkan bio briket sebagai specimen benda uji 3.3. Melakukan pengujian hasil bio briket tempurung kelapa 4. Melakukan Pengujian Hasil Asap Cair/ Pyrolisis 4.1. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 4.2. Menyiapkan asap cair grade 1,2, dan 3 debagai specimen benda uji 4.3. Melakukan pengujian hasil asap cair dari proses pengarangan tempurung kelapa (Tingkat keberhasilan pembelajaran peserta diklat akan dievaluasi berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dikerjakannya) 8

9 BAB II. KEGIATAN PEMBELAJARAN A. KEGIATAN BELAJAR 1. PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG 1. Uraian Materi o Tempurung Tempurung kelapa yang dulu hanya digunakan sebagai bahan bakar, sekarang sudah merupakan bahan baku industri cukup penting. Produk yang dihasilkan dari pengolahan tempurung adalah arang, arang aktif, tepung tempurung, dan barang kerajinan. Arang aktif dari tempurung kelapa memiliki daya saing yang kuat karena mutunya tinggi dan tergolong sumber daya yang terbarukan. Selain digunakan dalam industri farmasi, pertambangan, dan penjernihan, arang aktif sekarang sudah dibuat untuk penyaring atau penjernih ruangan untuk menyerap polusi dan bau tidak sedap dalam ruangan. Berdasarkan data ekspor tahun 2003, Indonesia ternyata lebih banyak mengekspor dalam bentuk arang tempurung (56%), sedangkan negara lain dalam bentuk arang aktif. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat serta laju perkembangan industri menyebabkan meningkatnya penggunaan energi. Selama ini pemenuhan energi berasal dari minyak dan gas bumi yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan keberadaannya semakin menipis. Untuk mengantisipasi semakin berkurangnya minyak dan gas bumi, mendorong diusahakannya pemanfaatan sumber energi alternatif. Salah satu sumber energi alternatif yaitu penggunaan briket arang. Tahukah anda tentang arang tempurung kelapa? Mungkin bagi anda yang belum tahu mulai sekarang harus mencari tahu karena briket arang tempurung kelapa ini bisa diolah menjadi sebuah minyak tanah yang mana dijadikan salah satu kebutuhan pokok yang sukar sekali untuk didapatkan sekarang ini mengingat harga jual nya yang cukup tinggi sehingga banyak orang yang beralih untuk lebih memilih gas elpiji. 9

10 Gambar 1.1. GPotensi Pengembangan Produk Kelapa Hal ini bisa dijadikan sebagai peluang bisnis briket arang yang mana memberikan keuntungan yang cukup menjanjikan nantinya jika diolah dengan tangan yang benar. Kenaikan harga bbm yang berlangsung belakangan ini nyatanya dapat memberikan efek yang cukup penting untuk penduduk kelompok kalangan bawah. Gambar 1.2. Briket Arang Tempurung Sarat Peluang Bisnis 10

11 Peluang bisnis ini menyasar karena Kenaikan harga minyak tanah yang melambung tinggi sampai meraih empat kali lipat, ditambah lagi tingkat kecenderungan pemakaian bbm yang makin hari semakin merangkak naik, mendorong beberapa besar penduduk untuk mulai berpaling dari bahan bakar minyak ke pemakaian bahan bakar alternatif. Perumpamaannya saja potensi pemanfaatan briket arang tempurung kelapa yang sangat memungkinkan apabila dikembangkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah serta gas elpiji. Melimpahnya sampah tempurung kelapa yang telah tidak terpakai, serta besarnya kandungan daya yang dihasilkan limbah tersebut, membuat banyak sekali warga yang mulai tertarik untuk mengembangkan bahan bakar alternatif berbentuk biobriket dari limbah tempurung kelapa menjadi daya energi alternatif terbarukan. Pemakaian briket arang tempurung kelapa merupakan langkah pas bagi penduduk untuk kurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar fosil layaknya minyak tanah serta gas elpiji, ataupun pemakaian bahan bakar kayu yang tingkat konsumsinya makin hari makin meningkat tajam hingga membahayakan ekologi rimba. Tujuan pasar yang dapat anda bidik saat menjalankan usaha briket arang tempurung yang berdomisili di daerah-daerah terpencil. Di samping itu, anda juga dapat membidik beberapa pebisnis kuliner yang belakangan ini mulai memakai bahan bakar alternatif berbentuk briket arang untuk kurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar minyak tanah serta gas elpiji yang harganya makin hari semakin melambung tinggi. 11

12 Gambar 1.3. Arang Tempurung dan Briket o Proses Pembuatan Briket Arang Tempurung Kelapa Sesungguhnya untuk pembuatan biobriket ini kita dapat menggunakan berbagai macam bahan baku arang yang berupa limbah dan non limbah. Bahan baku briket arang dapat berupa sekam padi, kayu, limbah dari industri penggergajian, dan tempurung kelapa. Saat ini sedang dikembangkan briket arang yang dihasilkan dari tempurung kelapa yang biasanya hanya merupakan limbah pada industri pembuatan minyak kelapa. Perkembangan perkebunan kelapa di Indonesia terus meningkat, pada tahun 1968 luas areal kelapa mencapai 1,595 juta ha menjadi 3,712 ha tahun 1999 dengan volume ekspor minyak kelapa mencapai 735 ribu ton pada tahun 2000 (Anonim, 2003) yang berakibat semakin banyaknya tempurung kelapa yang tidak dimanfaatkan secara optimal dan menjadi limbah industri. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang, limbah tempurung kelapa ini dapat diproses menjadi produk olahan yang lebih bermanfaat. Pembuatan briket arang dari tempurung kelapa merupakan salah satu cara untuk menanggulangi limbah tempurung kelapa yang dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif. TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEMPURUNG TEMPURUNG Arang Tempurung Liquid Smoke Briket Karbon Black Karbon aktif Penggumpalan Pengawet Cita Rasa Asap Bahan Bakar Filler Karet Filter & Absorber lateks Ikan Bakso Tahu Daging Ikan Gambar 1.4. Skema Teknologi Pengolahan Tempurung Kelapa 12

13 Untuk menghasilkan briket arang, hal utama yang harus dilakukan yaitu pembuatan arang sebagai bahan dasar briket arang. Berbagai macam metoda digunakan untuk menghasilkan arang, baik metode sederhana maupun dengan menggunakan peralatan yang lebih modern. Sebagian besar masyarakat masih menggunakan metode sederhana untuk menghasilkan arang. Metode ini menggunakan ruang pembakaran berupa lubang di dalam tanah, dapur pengarangan, maupun drum pengarangan. Pembakaran dengan metode ini memakan waktu cukup lama, untuk pembakaran dengan lubang di dalam tanah memerlukan waktu 6 7 hari (Palungkun, 2001). Gambar 1.5. Tungku Pengarangan Sederhana Peralatan yang lebih modern untuk pembuatan arang dilengkapi dengan alat pengatur suhu pemanasan, sehingga suhu pengarangan dapat diketahui. Selain itu asap yang dihasilkan tidak langsung dibuang ke lingkungan tetapi dikondensasi menjadi asap cair. 13

14 Gambar 1.6. Tungku Pengarangan Modern Beberapa keuntungan pembuatan arang dengan metode modern dibandingkan metode sederhana yaitu jumlah arang yang dihasilkan lebih banyak, proses karbonisasi lebih cepat, asap yang dihasilkan selama proses karbonisasi dapat dijadikan asap cair sehingga mengurangi pencemaran lingkungan. Arang yang dihasilkan dari proses pengarangan dikatakan baik jika arang berwarna hitam merata dan tidak mengandung kotoran. Pada bagian ujung pecahan arangnya bercahaya dan bila dijatuhkan di atas lantai yang keras, pecahan kepingannya menampakkan lingkaran yang terang (Palungkun, 2001). Jadi ciri arang yang baik untuk biobriket adalah : o arang berwarna hitam merata o tidak mengandung kotoran o ujung pecahan arangnya bercahaya o bila dijatuhkan pada lantai keras, pecahan kepingannya seperti lingkaran terang Gambar 1.7. Arang Tempurung yang berkualitas Pada pembuatan briket arang, arang terlebih dahulu dijadikan serbuk, kemudian serbuk arang dicampur perekat dan dicetak. Bentuk dan ukuran briket arang dapat dimodifikasi sehingga lebih praktis dalam penggunaannya sebagai bahan bakar rumah tangga ( Hartoyo dkk, 1978). 14

15 Dilihat dari manfaat briket arang tempurung kelapa yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif, maka dalam proses pembuatannya juga akan dilakukan pengujian untuk mengetahui kualitas briket arang yang dihasilkan. o PROSES PELAKSANAAN PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG Penyiapan Bahan Baku Tempurung kelapa merupakan bagian yang paling keras dari buah kelapa. Tempurung kelapa termasuk golongan kayu keras dengan kadar air sekitar enam sampai sembilan persen (dihitung berdasar berat kering) dan terutama tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa (Woodroof, 1970). Adapun komposisi penyusun tempurung kelapa adalah sebagai berikut: Tabel 1.1. Komposisi penyusun tempurung kelapa Penyusun Jumlah ( % ) Tempurung Lignin 36,51 Selulosa 33,61 Hemiselulosa 19,27 (Woodroof, 1970) Briket arang tempurung kelapa dibuat dari bahan baku berupa tempurung kelapa. Pemilihan bahan baku tempurung kelapa yang akan dijadikan arang haruslah tempurung yang bersih dan berasal dari kelapa yang tua. Selain itu bahan harus kering, agar proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dan tidak menghasilkan banyak asap (Palungkun, 2001). MENYIAPKAN TEMPURUNG KELAPA SEBANYAK +/- 250kg, DENGAN KRITERIA : BERSIH, BERASAL DARI KELAPA YANG TUA, DAN KERING 15

16 Gambar 1.8. Menyiapkan Tempurung Sesuai Kriteria o PEMROSESAN PENGARANGAN CARA SEDERHANA Pengarangan cara sederhana banyak dilakukan oleh masyarakat, karena dengan cirri has kesederhanaannya. Pengarangan sederhana dalam prosesnya hanya akan menghasilkan arang saja, tidak akan menghasilkan asap cair, karena tidak ada proses penampungan asap. Alat yang dipakai untuk pengarangan adalah sebuah drum yang difungsikan sebagai tungku, untuk pengarangan dalam jumlah banyak, dapat menggunakan beberapa tungku pembakaran Proses Pengarangan : 1. Siapkan tungku pembakaran dan tempurung yang akan dipakai 2. Bersihkan tempurung dari kotoran dan sabut 3. Keringkan tempurung dengan cara dijemur, hingga kadar airnya kirakira 15% 4. Pengarangan dapat dilakukan dengan cara pengarangan langsung pada tungku tertutup, dengan bahan bakar dibawah tungku tersebut 5. atau pembakaran tempurung yang akan dijadikan arang pada tungku, kemudian pada saat semua tempurung sudah terbakar, lalu ditutup dengan debu sisa pembakaran atau pasir, sihingga terjadi proses pengarangan. Cara ini tidak memakai bahan bakar tersendiri. 6. Selanjutnya arang tempurung disortir dari bagian pengarangan yang tidak sempurna/ masih mentah. 7. Untuk menghasilkan kualitas arang yang baik, diperlukan pengalaman dan cara-cara yang sesuai dengan cara pengarangan modern 16

17 Gambar 1.9. Sampel arang tempurung yang belum matang o PENGARANGAN TEMPURUNG KELAPA CARA MODERN Bahan baku tempurung yang sudah dipilih kemudian diproses lebih lanjut menggunakan proses pyrolisis. Apabila tempurung kelapa dipirolisis, maka akan terjadi rangkaian proses peruraian penyusun tempurung kelapa tersebut, dan akan menghasilkan arang, tar dan gas (Hartoyo dkk,1978). a. Pengarangan tempurung Tahap suhu rendah (0 o C 200 o C) Reaksi yang terjadi pada bagian ini adalah reaksi endotermis, yaitu reaksi yang menyerap panas, artinya panas yang dihasilkan dari reaksi tersebut lebih rendah dari panas yang diterima. Reaksi ini pada intinya adalah proses menguapkan air, walaupun titik didih air adalah 100 o C tetapi untuk menguapkan air yang berada di dinding sel diperlukan suhu sampai 200 o C. Pada tahap ini, meskipun lambat terjadi pula proses dekomposisi kayu. Walaupun kekuatan kayu naik seiring dengan menurunnya kadar air kayu, namun perlahan-lahan akan menurun jika sudah di atas 100 o C. Proses prengarangan berjalan pelan namun kayu tempurung tidak sampai terbakar. Kelembaban tinggi akibat proses penguapan air. 17

18 Gambar Proses memasukkan tempurung pada tungku pengarangan sesuai dengan kapasitas tungkunya b. Pengarangan Tahap Suhu Tinggi (di atas 200 o C) Tahap ini merupakan reaksi eksotermis, yaitu reaksi yang menghasilkan panas artinya panas yang dihasilkan dari reaksi ini lebih besar dari yang diterima. Pada tahap ini proses dekomposisi meningkat pesat, dimulai dari terjadinya proses dekomposisi komponen kayu misalkan hemiselulosa, selulosa dan lignin. Hemiselulosa terdekomposisi pada suhu 200 o C o C, selulosa mulai 280 o C dan berakhir pada 300 o C 350 o C, sementara lignin mulai terdekomposisi pada suhu 300 o C-350 o C dan berakhir pada suhu 400 o C 450 o C. Pada permulaan pirolisis dihasilkan gas-gas yang mudah terbakar seperti CO, metana, metanol, formaldehid dan asam asetat. Proses pirolisis selanjutnya menghasilkan tar, termasuk di dalamnya adalah furfural dan derivatif furan sebagai hasil dekomposisi dari pentosan, kemudian glukosa sebagai hasil dekomposisi selulosa dan berbagai macam senyawa aromatik (fenol, xilenol) sebagai hasil dekomposisi lignin. Semua hasil dekomposisi menguap bersamaan dengan meningkatnya suhu pirolisis dan residu yang tertinggal adalah arang. Setelah proses pirolisis selesai kemudian bahan arang tempurung yang didapat digunakan sebagai bahan pembuatan briket arang tempurung. Proses pembuatan briket arang tempurung dapat menggunakan cara berikut. c. Pembuatan Serbuk/Tepung Arang Tempurung kelapa yang telah menjadi arang, kemudian dibuat serbuk yaitu digiling dengan mesin penggiling dan ditumbuk. Serbuk yang telah diperoleh disaring dengan saringan 20 mesh dan tertahan 42 mesh. Serbuk arang siap digunakan untuk pembuatan briket. 18

19 Gambar Mesin Penepung Arang Tempurung Gambar Proses Penepungan Arang Tempurung d. Pembuatan Pasta Briket Pasta briket dibuat dengan mencampur bahan perekat pati dengan serbuk arang tempurung menggunakan perbandingan 1 : 25. Perekat pati dibuat dengan campuran pati dan air dengan perbandingan 1 : 8. Campuran dipanaskan sampai campuran matang. Setelah perekat pati matang kemudian dicampurkan secara merata dengan serbuk arang tempurung secara manual ataupun menggunakan mesin pengaduk. Komposisi antar bahan pencampur dapat diamati dari skema dibawah ini : 19

20 TEPUNG KANJI/TAPIOKA (1kg) TEPUNG ARANG (25 kg) Air (8 liter) PASTA BIOBRIKET Gambar Diagram Komposisi Pasta Biobriket Arang Tempurung Gambar Mesin Pengaduk/ Mixer Adonan Briket dan Tepung Arang e. Pencetakan Briket Setelah adonan briket jadi, kemudian adonan dimasukkan ke dalam alat cetak briket, o Masukkan adonan briket pada moulding cetakan, sehingga memenuhi seluruh rongga silinder cetakan, volume adonan briket, seperti halnya volume silinder cetakan o Kemudian dipadatkan dengan tangan, sehingga permukaan atas adonan briket, sama tinggi dengan permukaan bagian atas cetakan 20

21 o Mengatur meja cetakan briket, sehingga bagian pin pengepres tepat berada dibagian tengah (senter) silinder rongga cetakan briket, kuncikan kedudukan meja cetakan pada posisi yang seharusnya o Memutar roda torak cetakan, sehingga pin pencetak menekan seluruh permukaan adonan briket, sehingga terjadi kepadatan tertentu o Mengeluarkan briket yang telah selesai dicetak, simpan pada loyang dan siap untuk dikeringkan Gambar Mesin Pengaduk/ Mixer Adonan Briket dan Tepung Arang f. Pengeringan Briket Setelah dicetak, selanjutnya biobriket dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan secara alamiah/manual dijemur dibawah terik matahari, atau dimasukkan pada alat pengering khusus (oven). Proses pengeringan secara manual di bawah terik matahari dilakukan selama 3-4 hari, atau kalau dengan menggunakan oven, dikeringkan pada suhu oven 60 o C selama 24 jam. sebelum dimasukkan oven, briket diangin-anginkan terlebih dahulu minimal 12 jam, agar tidak terjadi pengeringan yang mendadak, yang dapat menyebabkan pecah-pecah. 21

22 Gambar Pengeringan Bio Briket Pada Oven Khusus Pada Temp. 60 O C Gambar Pengeringan Bio Briket Pada Oven Khusus Pada Temp. 60 O C 22

23 Gambar Bio Briket yang sudah jadi selanjutnya di packing 2. Tugas Latihan Tugas Latihan ke 1: (Setelah anda menyimak uraian materi di atas dan mungkin anda mendapat informasi serupa yang lebih luas dari media lain, selanjutnya jawab pertanyaan dibawah ini dengan vukup rinci) 1.1. Jelaskan bagaimana potensi kelapa saat ini (contohkan potensi kelapa didaerah anda) kaitannya dengan rencana pengembangan energi baru terbarukan? 1.2. Jelaskan bagaimana aspek peluang bisnisnya, apabila pengembangan energi baru terbarukan yang bersumber dari tempurung kelapa, berhasil dilaksanakan? 23

24 1.3. Apabila anda berhasil memproduksi bio briket dari tempurung kelapa, kemana akan anda pasarkan? Tugas Latihan ke 2 : (Setelah anda menyimak uraian materi PROSES PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA di atas dan mungkin anda mendapat informasi serupa yang lebih luas dari media lain, selanjutnya jawab pertanyaan dibawah ini) 2.1. Identifikasikan bahan baku yang dapat dipakai untuk bio briket : a) b).. c) d) e) 2.2. Jelaskan apa kelebihan tempurung kelapa sebagai bahan baku bio briket! Jelaskan fungsi potensi arang tempurung, terkait dengan energy! Identifikasikan fungsi karbon aktif hasil dari arang tempurung! 2.5. Identifikasikan fungsi briket arang tempurung (bio briket)!.. 24

25 2.6. Jelaskan pembuatan arang dengan cara metode sederhana! Identifikasikan keuntungan pembuatan arang dengan metode modern!... Tugas Latihan ke 3 (Setelah anda menyimak uraian materi PENYIAPAN BAHAN BAKU di atas dan mungkin anda mendapat informasi serupa yang lebih luas dari media lain, selanjutnya jawab pertanyaan dibawah ini) 3.1. Apa yang menjadi patokan untuk menentukan jumlah bahan baku yang akan disiapkan? 3.2. Apakah tempurung yang akan dipilih termasuk sabut yang menempel pada tempurung tersebut? * Ya Tidak, alasannya adalah 3.3. Berapa persen kadar air tempurung maksimum yang akan dipakai langsung dalam pengarangan? 3.4. Apabila pengarangan memakai tempurung yang kotor dan mengandung banyak sabut menempel pada tempurung tersebut, bagaimana kualitas hasil arangnya? 3.5. Tuliskan beberapa persyaratan tempurung yang baik untuk dijadikan biobriket! 25

26 3. Rangkuman Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1 ini membahas tentang : Membuat Bio Briket Arang Tempurung, dengan sub pokok bahasan sebagai berikut : 1. Menyiapkan peralatan utama dan alat batu 2. Menyiapkan bahan baku 3. Melaksanakan proses pembuatan bio briket Sebagian besar masyarakat masih menggunakan metode sederhana untuk menghasilkan arang. Metode ini menggunakan ruang pembakaran berupa lubang di dalam tanah, dapur pengarangan, maupun drum pengarangan. Pembakaran dengan metode ini memakan waktu cukup lama, untuk pembakaran dengan lubang di dalam tanah memerlukan waktu 6 7 hari (Palungkun, 2001). Peralatan yang lebih modern untuk pembuatan arang dilengkapi dengan alat pengatur suhu pemanasan, sehingga suhu pengarangan dapat diketahui. Selain itu asap yang dihasilkan tidak langsung dibuang ke lingkungan tetapi dikondensasi menjadi asap cair o Proses Pengarangan : 1. Siapkan tungku pembakaran dan tempurung yang akan dipakai 2. Bersihkan tempurung dari kotoran dan sabut 3. Keringkan tempurung dengan cara dijemur, hingga kadar airnya kira-kira 15% 4. Pengarangan dapat dilakukan dengan cara pengarangan langsung pada tungku tertutup, dengan bahan bakar dibawah tungku tersebut 5. atau pembakaran tempurung yang akan dijadikan arang pada tungku, kemudian pada saat semua tempurung sudah terbakar, lalu ditutup 26

27 dengan debu sisa pembakaran atau pasir, sihingga terjadi proses pengarangan. Cara ini tidak memakai bahan bakar tersendiri. 6. Selanjutnya arang tempurung disortir dari bagian pengarangan yang tidak sempurna/ masih mentah. 7. Untuk menghasilkan kualitas arang yang baik, diperlukan pengalaman dan cara-cara yang sesuai dengan cara pengarangan modern o Pembuatan Pasta Briket Pasta briket dibuat dengan mencampur bahan perekat pati dengan serbuk arang tempurung menggunakan perbandingan 1 : 25. Perekat pati dibuat dengan campuran pati dan air dengan perbandingan 1 : 8. Campuran dipanaskan sampai matang. Setelah perekat pati matang kemudian dicampurkan dan diaduk secara merata dengan serbuk arang tempurung secara manual ataupun menggunakan mesin pengaduk Pencetakan Briket Setelah adonan briket jadi, kemudian adonan dimasukkan ke dalam alat cetak briket, o Masukkan adonan briket pada moulding cetakan, sehingga memenuhi seluruh rongga silinder cetakan, volume adonan briket, seperti halnya volume silinder cetakan o Kemudian dipadatkan dengan tangan, sehingga permukaan atas adonan briket, sama tinggi dengan permukaan bagian atas cetakan o Mengatur meja cetakan briket, sehingga bagian pin pengepres tepat berada dibagian tengah (senter) silinder rongga cetakan briket, kuncikan kedudukan meja cetakan pada posisi yang seharusnya o Memutar roda torak cetakan, sehingga pin pencetak menekan seluruh permukaan adonan briket, sehingga terjadi kepadatan tertentu o Mengeluarkan briket yang telah selesai dicetak, simpan pada loyang dan siap untuk dikeringkan Pengeringan Briket Setelah dicetak, selanjutnya biobriket dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan secara alamiah/manual dijemur dibawah terik matahari, atau dimasukkan pada alat 27

28 pengering khusus (oven). Proses pengeringan secara manual di bawah terik matahari dilakukan selama 3-4 hari, atau kalau dengan menggunakan oven, dikeringkan pada suhu oven 60 o C selama 24 jam 4. Evaluasi Materi o Post Test Kerjakan soal dibawah ini pada lembar jawaban yang telah disediakan. 1. Jelaskan persyaratan tempurung kelapa yang baik untuk dijadikan bio briket 2. Buatlah gambaran proses pengarangan tempurung kelapa cara sederhana 3. Jelaskan manfaat pengarangan tempurung dilakukan secara modern 4. Jelaskan prosedur dan cara membuat adonan briket 5. Jelaskan cara melakukan pencetakan adonan briket menjadi briket yang bentuknya stándar dan padat 6. Jelaskan kriteria oven pengering yang memenuhi persyaratan untuk mengeringkan bio briket 7. Jelaskan cara mengeringkan bio briket pada oven, agar hasilnya memenuhi standard kekeringan dan kualitasnya baik 8. Jelaskan mengapa kadar air bio briket tidak boleh lebih dari 10%? o Tugas Praktek Kerjakanlah Tugas Praktek Pembuatan Briket Arang Tempurung berikut ini menurut tatacara standard (SOP) yang tepat: 1. Pembuatan Arang Tempurung, cara tradisional atau cara modern 2. Pembuatan Tepung Arang Tempurung 28

29 3. Pembuatan Pasta briket 4. Pencetakan biobriket 5. Pengeringan /oven biobriket 5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut o Progres Pembelajaran : Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair Nama Peserta : Sekolah Asal : Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Skor Standar Skor yang dicapai Keterangan (L/ TL) 1. Membuat Bio Briket Arang Tempurung 1.4. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 1.5. Menyiapkan Bahan Baku 1.6. Melaksanakan proses pembuatan bio briket Jumlah Skor Membuat Asap Cair dari Proses Pengarangan Tempurung 2.4. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 2.5. Menyiapkan Bahan Baku 2.6. Melaksanakan proses pembuatan asap cair Jumlah Skor Melakukan Pengujian hasil Bio Briket Arang tempurung 3.4. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 3.5. Menyiapkan Bahan Baku 3.6. Melakukan pengujian hasil bio briket tempurung kelapa Jumlah Skor Melakukan Pengujian hasil asap cair/ pyrolisis 4.4. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 4.5. Menyiapkan Bahan Baku 4.6. Melakukan pengujian

30 hasil asap cair dari proses pengarangan tempurung kelapa 40. Jumlah Skor Cimahi, 2013 Penilai.. NIP. B. KEGIATAN BELAJAR 2. PEMBUATAN ASAP CAIR 1. Uraian Materi a. Pendahuluan Pengasapan telah lama dikenal sebagai salah satu tahapan dalam pengolahan produk pangan. Tujuan semula dari pengasapan adalah menghambat laju kerusakan produk. Namun dalam perkembangannya tujuan pengasapan tidak hanya itu, tetapi lebih ditujukan untuk memperoleh kenampakan tertentu pada produk asapan dan citarasa asap pada bahan makanan. Astuti (2000) mengemukakan bahwa penggunaan asap cair lebih menguntungkan daripada menggunakan metode pengasapan lainnya karena warna dan citarasa produk dapat dikendalikan, kemungkinan menghasilkan produk karsinogen lebih kecil, proses pengasapan dapat dilakukan dengan cepat dan bisa langsung ditambahkan pada bahan selama proses. Pengasapan diperkirakan akan tetap bertahan pada masa yang akan datang karena efek yang unik dari citarasa dan warna yang dihasilkan pada bahan pangan. Asap cair dapat diperoleh dengan cara pirolisis tempurung kelapa kemudian dilakukan kondensasi. Untuk aplikasi asap cair, perlu dilakukan pemisahan komponen tar, karena terikutnya komponen ini dapat memberikan kenampakan yang jelek. Salah satu cara untuk memisahkan tar adalah dengan perlakuan destilasi untuk memperoleh sifat organoleptik yang diinginkan. Menurut Yuwanti dkk (1999) proses destilasi terhadap asap cair juga dapat menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dalam asap cair seperti hidrokarbon karsinogen dan residu tar. Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya pirolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi. Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung 30

31 jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi citarasa, ph dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi dengan protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan (Astuti, 2000). Selain itu Fatimah (1998) menyatakan golongan-golongan senyawa penyusun asap cair adalah air (11-92 %), fenol (0,2-2,9 %), asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,6-4,0 %) dan tar (1-7 %). Kandungan senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat menentukan sifat organoleptik asap cair serta menentukan kualitas produk pengasapan. Komposisi dan sifat organoleptik asap cair sangat tergantung pada sifat kayu, temperatur pirolisis, jumlah oksigen, kelembaban kayu, ukuran partikel kayu serta alat pembuatan asap cair (Girard, 1992). Diketahui pula bahwa temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang paling menentukan kualitas asap yang dihasilkan. Darmadji dkk (1999) menyatakan bahwa kandungan maksimum senyawa-senyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis 600 o C. Tetapi produk yang diberikan asap cair yang dihasilkan pada temperatur 400 o C dinilai mempunyai kualitas organoleptik yang terbaik dibandingkan dengan asap cair yang dihasilkan pada temperatur pirolisis yang lebih tinggi. Adapun komponen-komponen penyusun asap cair meliputi: o Senyawa fenol Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk asapan. Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur pirolisis kayu. Menurut Girard (1992), kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara mg/kg Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol, dan siringol. Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus hidroksil yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus-gugus lain seperti aldehid, keton, asam dan ester (Maga, 1987). 31

32 OCH 3 HO HO H 3 CO H 3 CO Guaiakol Siringol o Senyawa karbonil Senyawa-senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida. OCH 3 HO HO H 3 CO Vanilin C O H H 3 CO Siringaldehida C O H o Senyawa asam Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai anti bakteri dan membentuk citarasa produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah asam asetat, propionat, butirat dan valerat. o Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) dapat terbentuk pada proses pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatik seperti benzo(a)pirena merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogen (Girard, 1992). Girard (1992) menyatakan bahwa pembentukan berbagai senyawa HPA selama pembuatan asap tergantung dari beberapa hal, seperti temperatur pirolisis, waktu dan kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta kandungan udara dalam kayu. 32

33 Dikatakan juga bahwa semua proses yang menyebabkan terpisahnya partikel-partikel besar dari asap akan menurunkan kadar benzo(a)pirena. Proses tersebut antara lain adalah pengendapan dan penyaringan. o senyawa benzo(a)pirena Benzo(a)pirena mempunyai titik didih 310 o C dan dapat menyebabkan kanker kulit jika dioleskan langsung pada permukaan kulit. Akan tetapi proses yang terjadi memerlukan waktu yang lama (Winaprilani, 2003). Untuk mendapatkan biobriket dan asap cair yang berkualitas maka harus kita persiapkan beberapa sarana pendukung yang berkualitas dan memadai pula. Banyak peralatan pencetak biobriket dan asap cair dengan spesifikasi dan kapasitas bervariasi yang beredar di pasaran dengan berbagai merk produk yang bermacammacam pula. Mesin produksi biobriket dan asap cair ini merupakan satu unit mesin pengolah limbah tempurung kelapa secara terpadu sehingga diharapkan dalam sekali proses kita mendapatkan hasil secara terpadu pula. Dengan demikian kita peralatan ini dapat berfungsi secara optimal dengan memberikan keuntungan ganda disamping tentu saja pertimbangan komponen bahan yang ekonomis. Peralatan produksi yang digunakan untuk memproses bahan baku tempurung kelapa menjadi briket dan asap cair terdiri dari beberapa unit mesin, yaitu: Mesin Pengeringan Tempurung Mesin Pembakaran Mesin Penepungan Mesin Pencetakan Mesin Destilasi dan Penyaringan Mesin Pengemasan 33

34 Gambar 2.1. Alat Destilasi Lab Pemroses Asap Cair Secara umum proses pembuatan biobriket dan asap cair seperti alur pada bagan berikut: 34

35 DIAGRAM PROSES PEMBUATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR Gambar 2.2. Diagram Proses Pembuatan Biobriket dan Asap Cair 35

36 Proses Pirolisis Pirolisis adalah degradasi limbah organik secara thermal dalam kondisi tanpa oksigen untuk menghasilkan arang karbon, minyak dan gas yang dapat dibakar. Besarnya produk yang akan dihasilkan dipengaruhi kondisi proses, terutama temperatur dan laju pemanasan. Perbedaan utama pirolisis, gasifikasi dan insinerasi: jumlah oksigen yang disuplai ke rekator thermal. Temparatur relatif rendah, yaitu dalam rentang C. Kondisi proses yang bervariasi mengakibatkan perbedaan produk arang, gas atau minyak yang dihasilkan. Panas disuplai melalui pemanasan tidak langsung, seperti pembakaran dari gas atau minyak, atau pemanasan langsung menggunakan transfer gas panas. Pirolisis memiliki kelebihkan dalam menghasilkan gas atau produk minyak dari limbah yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pirolisis itu sendiri. b. Pirolisis dari limbah domestik (sampah kota) menghasilkan: 35% produk arang kadar abu hingga 37% c. Pirolisis dengan laju pemanasan yang lambat terhadap limbah ban akan menghasilkan: Arang hingga 50% kadar abu sekitar 10% Pemanfaatan arang: 36

37 Digunakan langsung sebagai bahan bakar Dipadatkan menjadi briket bahan bakar Digunakan sebagai bahan adsorpsi seperti karbon aktif. Proses Pirolisis Proses pembakaran bahan baku tempurung kelapa menjadi arang tempurung dan asap cair dengan menggunakan tungku pirolisis, adapun langkah-langkah adalah sebagai berikut: Pada waktu pengisian bahan baku diusahakan tempurung kelapa terisi penuh di dalam reaktor dengan menggunakan balok kayu untuk memadatkan tempurung di dalam reaktor pirolisis. Reaktor ditutup rapat setelah terisi penuh dengan tempurung kelapa. Untuk mencegah asap keluar dari reaktor pirolisis. Untuk proses pembakaran disediakan bahan bakar sekitar kg tempurung untuk membakar 120 kg tempurung yang akan dijadikan briket. Pada saat proses pembakaran suhu pirolisis dikontrol melalui alat kontrol temperatur yang terpasang diatas reaktor pirolisis. Selama proses pembakaran suhu dijaga sekitar o C. Kran pada separator / penampung tar harus dibuka 5-10 menit per jam karena untuk mencegah cairan tar mengeras didalam pipa. Disamping itu untuk mencegah terjadinya tekanan tinggi pada reaktor pirolisis. Setelah 5 6 jam dimana asap cair tidak keluar dari kondensor maka proses pirolisis dianggap sudah selesai. Setelah proses pirolisis selesai tempurung (sisa pembakaran) yang digunakan sebagai bahan bakar kemudian dapat dikeluarkan dan dimatikan dengan menggunakan air. Arang hasil pirolisis yang ada didalam reaktor didiamkan terlebih dahulu selama 2 jam kemudian dikeluarkan dan digiling. a. Proses Pembuatan Asap Cair 1) Penangkapan Asap Cair Pada saat proses pirolisis berlangsung sekitar 4-6 jam, asap cair akan keluar dan masih mengandung gas metan dan tar, disalurkan melalui pipa diameter 3 cm ke tangki penampung asap. Asap akan mulai mengembun 37

38 menjadi cairan pada drum kondensor. Jadilah asap cair sebanyak 55 liter. Asap cair yang dihasilkan masih berupa asap cair grade C (masih mengandung tar sehingga warna coklat pekat) dengan kadar ph ) Pemisahan Tar Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak penampungan tar. Yang dibuka 5-10 menit setiap satu jam proses. 3) Proses Recycle Gas Metan Dari tangki penampung asap cair terdapat asap yang mengembun menjadi cairan dan gas yang masih belum terkondensasi berupa gas metan yang selanjutnya masih dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar dan disalurkan kembali ke bawah reaktor untuk membantu bahan bakar pirolisis. 4) Pemisahan Asap Cair Grade C dengan tar Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah terpisah oleh tar disaring dengan Zeolit aktif, proses selanjutnya asap cair grade C dilakukan dilakukan destilasi untuk pemurnian. 5) Pemurnian Asap Cair Grade C menjadi Grade A dan B (proses destilasi) Pada proses detilasi diusahakan suhu awal mencapai 250 C selama 3 jam (grade B) dengan warna agak kecoklatan dan kadar PHA yg masih cukup tinggi. Kemudian perlahan lahan diturunkan sampai dengan 120 C. Selama suhu 120 C proses destilasi sebaiknya dipertahankan selama 5 jam (grade A) dengan warna coklat muda agak bening dengan kadar PHA yang sangat sedikit. Kedua proses diatas dilakukan untuk volume asap cair sebanyak 55 liter, pada penurunan temperatur hasil asap cair akan semakin baik dimana larutan asap cair akan semakin bening dan kadar tar sudah habis begitu juga dengan kadar benzoapyrene/polycyclic Hidrocarbon Aromatic (PHA). 38

39 . 6) Pengemasan dan Pemanfaatan Asap Cair Asap Cair kemudian disimpan dalam penampungan untuk siap dikemas sesuai dengan gradenya masing-masing. Tungku Pirolisis Alat yang digunakan untuk pembakaran tempurung (pengarangan) menggunakan tungku pirolisis, agar hasil arang karbon bisa sempurna dan juga bisa didapatkan hasil lain berupa asap cair, dan gas methan. Untuk lebih jelasnya, Anda perhatikan pembahasan berikut ini. Bagan Dapur Pirolisis Arang Tempurung dan Kondensasi Asap Cair garis sambung flange 2"-304-JIS Detail sambungan knee dia. 2" garis asli Detail sambungan knee dia. 2" pipa s/s dia.2" reducer 2-1/2" flange 2"-304-JIS drain out s/s dia. 1/2" plate s/s JIS-304 3mm tutup outlet fire exhaust s/s dia. 4" flange 1/2"-304-JIS s/s 1/2" s/s dia. 4" drum dia.60 besi dia 12 stop kran s/s dia. 1/2" drain in besi siku 5/5 double plat s/s#3mm besi siku 5/5 Gambar 2.3. Bagan Dapur Pirolisis Arang Tempurung dan Kondensasi Asap Cair 39

40 Gambar 2.4. Metode Recycling Gas Metan untuk Pembakaran Keterangan Gambar: (1) Tabung pirolisis Tempat menampung semua bahan tempurung/kayu/serbuk gerjen yang akan dijadikan arang melalui proses pirolisis. (2) Tungku pembakaran Tungku pembakaran berfungsi untuk membakar semua bahan yang akan dibakar dalam tabung pirolisis. (3) Lubang udara Lubang udara berfungsi untuk sirkulasi udara selama proses pembakaran agar panas yang dihasilkan bisa merata (4) Lubang bahan bakar Lubang bahan bakar berfungsi untuk keluar masuknya semua bahan bakar yang digunakan selama proses pembakaran. (5) Pengukur suhu Pengukur suhu adalah alat yang berfungsi untuk mengatur suhu selama proses pembakaran dalam tungku agar lebih stabil sehingga proses 40

41 pengarangan menjadi lebih sempurna. (6) Tabung kondensasi Tabung kondensasi berfungsi untuk mendinginkan asap/gas agar menjadi zat cair sehingga mempermudah dalam penyimpanan. (7) Blower Blower berfungsi untuk mendorong agar asap dapat mengalir secara cepat dan lancar dalam tempat penampungan. (8) Penampung tar Penampung tar adalah alat yang digunakan untuk menampung tar yang keluar selama proses pengarangan mengggunakan pirolisis. (9) penampung bio-oil Penampung bio-oil adalah tempat untuk menampung asap cair yang dihasilkan dalam proses pengarangan dengan pirolisis. (10) Pengukur tekanan Pengukur tekanan merupakan peralatan yang mendukung dalam pengarangan menggunakan tabung pirolisis, berfungsi untuk mengukur tekanan agar tetap stabil. (11) pipa gas recycle Pipa gas recycle merupakan alat pendukung tabung pirolisis, berfungsi untuk merecycle semua bahan gas yang dihasilkan selama proses pengarangan dan digunakan sebagai tambahan bahan bakar. (12) pipa bio-oil Pipa bio-oil merupakan alat pendukung tabung pirolisis, berfungsi untuk mengalirkan bio-oil yang diperoleh selama proses pengarangan dalam pirolisis. Karakteristik Umum Alat Mesin pembuatan biobriket mengolah 120 kg tempurung kelapa dengan kadar air 15-20% hingga menghasilkan kira-kira 40 kg biobriket berukuran silinder dengan diameter 3.5 cm tinggi 6 cm dan diameter lubang 0.5 cm setiap potongnya, asap cair grade C sebanyak 50 liter dan tar 3 lt serta gas methan yang digunakan sebagai bahan bakar tambahan. Mesin ini terdiri dari beberapa bagian yang dapat diintegrasikan atau terpisah sesuai dengan tahapan pekerjaan, yaitu: 41

42 a. Proses Pirolisis untuk pembuatan arang tempurung kelapa dengan menggunakan tabung pirolisis dengan blower gas methan sebagai bahan bakar tambahan. Proses pirolisis berlangsung selama 4-6 jam pada suhu o C. b. Proses kondensasi untuk menghasilkan tar, gas methan dan asap cair grade C yang dilakukan dengan menggunakan tabung kondensator dengan air bersuhu C yang disirkulasi menggunakan pompa air. c. Proses destilasi untuk merubah asap cair grade C menjadi grade lebih tinggi dilakukan proses dehidrasi menggunakan zeolit aktif untuk menyerap air. Setelah itu asap cair tersebut dimurnikan menjadi grade B atau grade B menjadi grade A dengan menggunakan tabung destilator yang suhunya dapat diatur antara o C. Karakteristik Khusus Alat Instalasi Pirolisator dan Kondensator Tempurung Kelapa Gambar 2.5. Reaktor pirolisis sebelum dipakai 42

43 Reaktor pirolisis berdiameter 750 mm, tinggi 1040 cm dan kerucut dengan ketinggian 323 mm serta ketebalan plat 3 mm stainless steel. Konstruksi pirolisis ini dilengkapi dengan exhaust valve untuk menjaga tekanan dalam reaktor dan fire exhaust dengan diameter 4 inchi dan tempat termometer untuk mengukur suhu dalam reaktor. Dibawah reaktor ditempatkan ruang untuk pembakaran dengan ukuran kaki reaktor yang terbuat dari siku 5/5 dan tinggi 440 mm, lebar 750mm. Proses pirolisis berlangsung selama 4-6 jam pada suhu o C yang diukur dengan termometer payung. Pengaturan suhu dilakukan dengan mengontrol cara pembakaran dengan bahan tempurung kelapa. Hasil yang diperoleh dari proses pirolisis ini adalah arang tempurung kelapa, asap cair dan gas methan. Untuk mengalirkan gas asap cair ke drum kondensor menggunakan pipa diameter 2 Inchi dengan kemiringan 30 0 pada lekukan separator. Pipa ini menggunakan flange 2 unruk menghubungkan antara reaktor dengan drum kondensor dan juga flange 0.5 untuk menghubungkan dengan pipa separator Separator dibuat dari bahan stainless diameter 4 denan ketinggian 200 mm yang dilengkapi dengan stop kran diameter 0.5 untuk mengeluarkan tar. Pengolahan asap cair grade C dilakukan dengan menggunakan drum kondensator dengan air yang bersirkulasi. Untuk memisahkan tar dilakukan menggunakan sparator yang dipasang pada saluran sebelum masuk tabung kondensator. Kondensator terbuat dari bahan stainless dengan ukuran diameter 600 mm dan tinggi drum 880 mm. Dengan pipa kondensor diameter 0.5 tempat mengalirnya asap cair dan drum kondensor ini dilengkapi dengan pipa sirkulasi keluar masuknya air. Drum ini didukung dengan kaki yang terbuat dari besi siku 5/5 lebar kaki 667 mm dan tinggi 420 mm. Untuk memisahkan dan memanfaatkan gas methan dilakukan dengan menyambung saluran keluar tabung kondensator dengan pipa yang mengarah ke atas dan kemudian menghubungkannya dengan tabung pirolisis melalui blower. Asap cair grade C diperoleh dengan memasang penampung asap cair pada saluran keluar tabung kondensator yang mengarah ke bawah. Penampungan asap cair terbuat dari bahan stainless dengan kapasitas 60 liter. 43

44 Proses Destilasi Distilasi adalah suatu proses yang di dalamnya suatu cairan atau uap campuran dari dua atau lebih substansi dipisahkan ke dalam fraksi-fraksi komponennya dengan kemurnian yang diinginkan melalu pemakaian atau pelepasan kalor. Pemisahan komponen dari campuran cairan melalui distilasi tegantung atas perbedaan titik didih masing-masing komponen. Juga, tergantung atas konsentrasi komponen yang ada, campuran cairan akan memiliki karakteristik titik didih yang berbeda. Karenanya, proses distilasi tergantung atas karakteristik tekanan uap campuran cairan. Tekanan uap suatu cairan pada suhu tertentu merupakan tekanan kesetimbangan yang dilakukan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk permukaan cairan. Berikut beberapa butir penting melihat tekanan uap: o masukan energi menaikkan tekanan uap o tekanan uap terkait dengan pendidihan. o Suatu cairan dikatakan mendidih bilamana tekanan uapnya sama dengan tekanan sekitarnya o Kemudahan suatu cairan mendidih tergantung atas volatilitasnya o Cairan dengan tekanan uap tinggi ( cairan volatil) akan mendidih pada suhu lebih rendah o Tekanan uap dan titik didih campuran cairan tergantung atas jumlah relatip komponen di dalam campuran tersebut. o Distilasi terjadi dikarenakan beda volatilitas komponen di dalam cairan campuran. Destilasi Asap Cair Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa masih mengandung tar dengan warna kecoklatan dan pekat, selanjutnya asap cair ini dinamakan asap cair dengan grade C yang masih perlu dimurnikan lagi untuk mendapatkan grade B dan A. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Penangkapan Asap Cair Pada saat proses pembakaran tempurung kelapa dengan menggunakan tungku pirolisis berlangsung sekitar 4-6 jam, asap cair akan keluar dan masih mengandung gas metan dan tar, disalurkan melalui pipa diameter 3 44

45 cm ke tangki penampung asap. Asap akan mulai mengembun menjadi cairan pada drum kondensor. Jadilah asap cair sebanyak 50% berat tempurung terbakar atau sebanyak liter. Asap cair yang dihasilkan masih berupa asap cair grade C (masih mengandung tar dengan warna coklat pekat) dengan kadar ph 4-5. b. Pemisahan Tar Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak penampungan tar. Yang dibuka 5-10 menit setiap satu jam proses. c. Proses Recycle Gas Metan Dari tangki penampung asap cair terdapat asap yang mengembun menjadi cairan dan gas yang masih belum terkondensasi berupa gas metan yang selanjutnya masih dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar dan disalurkan kembali ke bawah reaktor untuk menambah bahan bakar pirolisis. d. Pemisahan Asap Cair Grade C dengan tar Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah terpisah dengan tar disaring menggunakan Zeolit aktif, proses selanjutnya asap cair grade C dilakukan proses destilasi untuk pemurnian. Pemurnian Asap Cair Grade C menjadi Grade A dan B (proses destilasi). Pada proses detilasi diusahakan suhu awal mencapai 250 C selama 3 jam (grade B) dengan warna agak kecoklatan dan kadar PHA yg masih cukup tinggi. Kemudian perlahan lahan diturunkan sampai dengan 120 C. Selama suhu 120 C proses destilasi sebaiknya dipertahankan selama 5 jam (grade A) dengan warna coklat muda agak bening dengan kadar PHA yang sangat sedikit. Kedua proses diatas dilakukan untuk volume asap cair sebanyak 55 liter, pada penurunan temperatur hasil asap cair akan semakin baik dimana larutan asap cair akan semakin bening dan kadar tar sudah habis begitu juga dengan kadar benzoapyrene/polycyclic Hidrocarbon Aromatic (PHA). 45

46 Instalasi Pemurnian Asap Cair (Destilasi) Gambar 2.6. Alat Destilasi di Lapangan/ Produksi Untuk menghasilkan asap cair grade B dilakukan melalui proses dehidrasi dan destilasi. Proses dehidrasi dilakukan dengan menggunakan zeolit yang diaduk dengan alat pengaduk manual kemudian didiamkan selama seminggu untuk memisahkan dari tar. Proses destilasi dilakukan menggunakan alat destilasi yang terdiri dari tabung destilasi berukuran diameter 50 cm dan tinggi 60 cm dengan bahan stainless steel dan kolom destilasi setinggi kira-kira 200 cm dengan pendinginan udara. Temperatur pemanasan pada tabung destilasi antara o C. Kolom destilasi dengan pipa diameter 3" dan 4, kapasitas liter asap cair, sistem destilasi batch, model kolom bertingkat dengan refluks, bahan besi galvalis, dilengkapi dengan timer 46

47 ALAT DAN BAHAN BAKU ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA Untuk pembuatan asap cair tempurung kelapa diperlukan Alat dan bahan sebagai berikut: Alat: o Reaktor untuk proses pirolisis o Satu set alat distilasi Bahan : o Tempurung kelapa. o Berbagai jenis kayu, sekam padi, ampas tebu, dan lain-lain. Sejumlah tempurung kelapa dibersihkan dari sabutnya, kemudian diambil secukupnya digunakan untuk pirolisis. Penggunaan berbagai jenis kayu sebagai bahan bakar pengasapan telah banyak dilaporkan. Pembuatan bandeng asap di daerah Sidoarjo, menggunakan berbagai jenis kayu sebagai bahan bakar seperti kayu bakau, serbuk gergaji kayu jati, ampas tebu dan kayu bekas kotak kemasan (Tranggono dkk, 1997). Namun untuk menghasilkan asap yang baik pada waktu pembakaran sebaiknya menggunakan jenis kayu keras seperti kayu bakau, rasa mala, serbuk dan serutan kayu jati serta tempurung kelapa, sehingga diperoleh hasil pengasapan yang baik (Tranggono dkk, 1997). Asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras akan berbeda komposisinya dengan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu lunak. Pada umumnya kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih kaya kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung senyawa asam dibandingkan kayu lunak (Girard, 1992). PEMROSESAN ASAP CAIR Pemrosesan asap cair bersamaan dengan proses pembakaran tempurung kelapa pada pembuatan arang tempurung. Proses utama pada pembuatan asap cair adalah menggunakan proses pirolisis dan destilasi. o Pirolisis Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi penguraian komponen-komponen penyusun tempurung kelapa Istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahanbahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan 47

48 dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung kelapa dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun tempurung dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas (Widjaya, 1982). Tempurung kelapa dan kayu mempunyai komponen-komponen yang hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin. Pada proses pirolisis terjadi dekomposisi senyawa-senyawa penyusunnya, sebagai berikut: o Pirolisis selulosa Selulosa adalah makromolekul yang dihasilkan dari kondensasi linear struktur heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari unit glukosa (Fengel dan Wegener, 1995). Selulosa terdekomposisi pada temperatur 280 o C dan berakhir pada o C Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam dua tahap, yaitu : i. Tahap pertama adalah reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa. ii. Tahap kedua merupakan reaksi yang menghasilkan asam asetat dan homolognya, bersama- sama air dan sejumlah kecil furan dan fenol. o Pirolisis hemiselulosa Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pirolisis pentosan menghasilkan furfural, furan dan derivatnya beserta satu seri panjang asam-asam karboksilat. Pirolisis heksosan terutama menghasilkan asam asetat dan homolognya. Hemiselulosa akan terdekomposisi pada temperatur o C. o Pirolisis lignin Lignin merupakan sebuah polimer kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi dan tersusun atas unit-unit fenil propana. Senyawa-senyawa yang diperoleh dari pirolisis struktur dasar lignin berperanan penting dalam memberikan aroma asap produk asapan. Senyawa ini adalah fenol, eter fenol seperti guaiakol, siringol dan homolog serta derivatnya (Girard,1992). Lignin mulai mengalami dekomposisi pada temperatur o C dan berakhir pada o C. 48

49 o Proses Destilasi Destilasi merupakan proses pemisahan komponen dalam campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya, atau pemisahan campuran berbentuk cairan atas komponennya dengan proses penguapan dan pengembunan sehingga diperoleh destilat dengan komponen-komponen yang hampir murni. Destilasi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran dengan menggunakan dasar bahwa beberapa komponen dapat menguap lebih cepat daripada komponen yang lainnya. Ketika uap diproduksi dari campuran, uap tersebut lebih banyak berisi komponen-komponen yang bersifat lebih volatil, sehingga proses pemisahan komponen-komponen dari campuran dapat terjadi (Earle dalam Astuti, 2000). Destilasi sederhana dilakukan secara bertahap, sejumlah campuran dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dipanaskan bertahap dan dipertahankan selalu berada dalam tahap pendidihan kemudian uap yang terbentuk dikondensasikan dan ditampung. Produk destilat yang pertama kali tertampung mempunyai kadar komponen yang lebih ringan dibandingkan destilat yang lain. Komponen-komponen dominan yang mendukung sifat-sifat fungsional dari asap cair adalah senyawa fenolat, karbonil dan asam. Titik didih dari komponenkomponen pendukung sifat fungsional asap cair dapat dilihat pada tabel berikut. 49

50 Tabel 2.1. Titik didih senyawa pendukung sifat fungsional asap cair Senyawa Fenol Guaikol 4- metilguaikol Eugenol Siringol Furfural Pirokatekol Hidrokuinon Isoeugenol Karbonil - Glioksal - Metilglioksal - Glikoaldehid Titik didih ( 0 C, 760 mmhg) * Diasetil - Formaldehid Asam - Asam asetat - Asam butirat - Asam propionat Asam Isovalerat Sumber : Buckingham dalam Astuti (2000) Keterangan : *adalah titik leleh Berdasarkan perbedaan titik didih dari senyawa-senyawa penyusun asap cair tersebut akan dilakukan destilasi untuk memisahkan komponen tar dan untuk mendapatkan fraksi asap cair dengan sifat-sifat fungsional yang menonjol. Pada proses pirolisis ini berlaku hukum kekekalan massa dimana massa sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap. Gas yang tidak dapat terkondensasi ini terhitung sebagai massa yang hilang yaitu data yang diperoleh dari perhitungan berat awal tempurung kelapa dikurangi dengan berat arang dan cairan. Hasil pirolisis ditampilkan pada tabel berikut. 50

51 Tabel 2.2. Nilai rata-rata hasil pirolisis tempurung kelapa Suhu Hasil pirolisis pirolisis Arang Cairan Gas ( 0 C) (%) (%) (%) ,17 41,43 16, ,28 46,42 18, ,93 48,57 18, ,80 51,43 16,77 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pirolisis dengan empat tingkat temperatur pirolisis yang berbeda menghasilkan arang, cairan dan gas dalam jumlah yang berbeda pula. Arang Proses pembuatan asap cair ini menghasilkan arang sebagai bahan sisa pirolisis. Grafik yang memperlihatkan hubungan temperatur pirolisis dengan rendemen arang dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2.7. Grafik Rendemen Arang Hasil Pirolisis 51

52 Pada gambar di atas terlihat penurunan rendemen arang dari temperatur o C. Arang yang dihasilkan beratnya semakin berkurang dengan naiknya temperatur pirolisis, ini disebabkan semakin berkurangnya komponen-komponen organik yang terdapat dalam tempurung tersebut. Arang yang dihasilkan pada temperatur 400 o C adalah sebesar 31,80 % dan pada temperatur 250 o C diperoleh arang dengan rendemen yang cukup tinggi yaitu sebesar 42,17 %. Cairan Cairan yang dihasilkan pada pirolisis ini terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan atas adalah asap cair sedangkan lapisan bawah adalah tar. Hasilnya ditampilkan dalam grafik pada gambar berikut. Gambar 2.8. Grafik Rendemen Cairan Hasil Pirolisis Selama proses pirolisis berlangsung, terjadi beberapa tahap pirolisis yaitu tahap awal adalah proses pelepasan air yang disertai pelepasan gas-gas ringan seperti CO dan CO2. Tahap awal ini terjadi pada temperatur 100 sampai 200 o C. Pada kisaran temperatur ini dalam wadah pendingin hanya berisi air saja. 52

53 Tahap kedua adalah proses dekomposisi unsur-unsur tempurung kelapa seperti hemiselulosa, selulosa dan lignin. Hemiselulosa terdekomposisi pada suhu 200 o C sampai 250 o C, selulosa mulai terdekomposisi pada temperatur 280 o C dan berakhir pada temperatur 300 o C sampai 350 o C, sedangkan lignin mulai terdekomposisi pada suhu 300 o C sampai 350 o C dan berakhir pada suhu 400 o C. Pada tahap ini mulai dihasilkan tar dan semua hasil dekomposisi tempurung kelapa yang menguap bersamaan dengan meningkatnya temperatur pirolisis, residu yang tertinggal adalah arang. Pembakaran tempurung pada temperatur pirolisis 400 o C dihasilkan cairan yang paling banyak yaitu sebesar 51,43%. Menurut Girard (1992) pirolisis pada temperatur 400 o C ini menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas organoleptik yang tinggi dan pada temperatur lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi pembentukan senyawa baru dan oksidasi produk kondensasi diikuti kenaikan linear senyawa tar dan hidrokarbon polisiklis aromatis. Cairan yang merupakan campuran asap cair dan tar ini memiliki perbedaan berat jenis yaitu asap cair sebesar 1,0357 g/ml dan tar sebesar 1,0465 g/ml. Sebelum dilakukan destilasi, cairan ini didekantasi untuk memisahkan tar. Proses dekantasi dilakukan selama seminggu dan diharapkan dapat mengurangi kandungan tar pada asap cair. 53

54 Alat Pengemas Asap Cair Asap cair yang sudah diproduksi kemudian dikemas dengan menggunakan botol plastik atau jerigen sesuai ukuran kemasan. Gambar.2.9. Kemasan asap cair dalam botol Gambar Kemasan Asap Cair Dalam Jerigen 54

55 2. Tugas Latihan Tugas Latihan 1 : 1) Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan proses pirolisis? 2) Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan proses destilasi? 3) Apa pengaruh temperatur pada proses pemanasan tungku/tabung terhadap produk yang dihasilkan pada proses pirolisis dan destilasi? 4) Sebutkan produk bahan-bahan apa saja yang dihasilkan dari hasil proses pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa? Tugas Latihan 1 : (1) Jelaskan persyaratan peralatan pengarangan tempurung kelapa agar sekaligus dapat menghasilkan asap cair/ pirolisis (2) Jelaskan cara melakukan proses menghasilkan asap cair grade C (3) Jelaskan bagaimana cara mendestilasi asap cair dari grade C ke grade B (4) Jelaskan bagaimana cara mendestilasi asap cair dari grade B ke grade A (5) Jelaskan perbedaan asap cair grade B dan grade C Tugas Praktek : Kerjakanlah Tugas berikut ini dengan cara yang sistematis, aman dan efisien : 1. Pembuatan Asap Cair grade C 2. Penyulingan Asap Cair grade C menjadi grade B 3. Penyulingan Asap Cair grade B menjadi grade A 55

56 3. Rangkuman Kegiatan Belajar 2 ini membahas tentang : Membuat asap cair melalui proses pirolisis, dengan sub pokok bahasan sebagai berikut : Mendeskripsikan proses pembuatan asap cair. Memahami proses pembuatan pirolisis. Mengidentifikasi peralatan pirolisi yang digunakan untuk pembuatan asap cair dan bahan baku briket tempurung. Melakukan proses pembuatan pirolisis dari bahan baku tempurung kelapa untuk diambil asap cairnya. Mengidentifikasi peralatan distilasi yang digunakan untuk proses permunian asap cair. Mendestilasi asap cair untuk mendapatkan kualitas grade A, B, dan C. Penggunaan asap cair terutama dikaitkan dengan sifat-sifat fungsional asap cair, diantaranya adalah sebagai antioksidan, antibakteri, antijamur, dan potensinya dalam pembentukan warna coklat pada produk. Asap cair dapat diaplikasikan pada bahan pangan karena dapat berperan dalam pengawetan bahan pangan. Cara pengawetan tradisional biasanya dilakukan dengan pengasapan. Beberapa teknik pengasapan dapat dilakukan pada temperatur di atas 70 o C kemudian bahan diasap langsung di atas sumber asap. Saat ini sedang dikembangkan metode pengawetan yang lain yaitu menggunakan metode pengasapan asap cair dengan mencelupkan bahan pada larutan asap atau menyemprotkan larutan asap pada bahan kemudian produk dikeringkan Proses destilasi terhadap asap cair juga dapat menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dalam asap cair seperti hidrokarbon karsinogen dan residu tar. Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya pirolisis tiga komponen material kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi. Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi 56

57 citarasa, ph dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi dengan protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan. Golongan-golongan senyawa penyusun asap cair adalah air (11-92 %), fenol (0,2-2,9 %), asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,6-4,0 %) dan tar (1-7 %). Kandungan senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat menentukan sifat organoleptik asap cair serta menentukan kualitas produk pengasapan. Komposisi dan sifat organoleptik asap cair sangat tergantung pada sifat kayu, temperatur pirolisis, jumlah oksigen, kelembaban kayu, ukuran partikel kayu serta alat pembuatan asap cair Diketahui pula bahwa temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang paling menentukan kualitas asap yang dihasilkan. Kandungan maksimum senyawasenyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis 600 o C. Tetapi produk yang diberikan asap cair yang dihasilkan pada temperatur 400 o C dinilai mempunyai kualitas organoleptik yang terbaik dibandingkan dengan asap cair yang dihasilkan pada temperatur pirolisis yang lebih tinggi. Pirolisis dengan empat tingkat temperatur yang berbeda menghasilkan arang, cairan dan gas dalam jumlah yang berbeda pula. Penurunan rendemen arang dari temperatur o C. Arang yang dihasilkan beratnya semakin berkurang dengan naiknya temperatur pirolisis, ini disebabkan semakin berkurangnya komponen-komponen organik yang terdapat dalam tempurung tersebut. Arang yang dihasilkan pada temperatur 400 o C adalah sebesar 31,80 % dan pada temperatur 250 o C diperoleh arang dengan rendemen yang cukup tinggi yaitu sebesar 42,17 %. o Cairan pirolisis Cairan yang dihasilkan pada pirolisis ini terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan atas adalah asap cair sedangkan lapisan bawah adalah tar. Hasil ditampilkan dalam grafik pada gambar berikut. Pembakaran tempurung pada temperatur pirolisis 400 o C dihasilkan cairan yang paling banyak yaitu sebesar 51,43 %. Menurut Girard (1992) pirolisis pada temperatur 400 o C ini menghasilkan senyawa yang mempunyai kualitas organoleptik yang tinggi dan pada temperatur lebih tinggi lagi akan terjadi reaksi kondensasi 57

58 pembentukan senyawa baru dan oksidasi produk kondensasi diikuti kenaikan linear senyawa tar dan hidrokarbon polisiklis aromatis. Cairan yang merupakan campuran asap cair dan tar ini memiliki perbedaan berat jenis yaitu asap cair sebesar 1,0357 g/ml dan tar sebesar 1,0465 g/ml. Sebelum dilakukan destilasi, cairan ini didekantasi untuk memisahkan tar. Proses dekantasi dilakukan selama seminggu dan diharapkan dapat mengurangi kandungan tar pada asap cair. Pemisahan asap cair secara destilasi adalah berdasarkan volatilitas komponen-komponennya. Asap cair didestilasi berdasarkan variasi temperatur dengan maksud untuk memisahkan tar dan untuk mendapatkan asap cair dengan sifat-sifat fungsional yang menonjol. Dengan proses destilasi ini diharapkan asap cair yang dihasilkan memiliki warna yang lebih jenih daripada asap cair tanpa destilasi dan tetap memiliki aroma asap. Proses Destilasi Distilasi adalah suatu proses yang di dalamnya suatu cairan atau uap campuran dari dua atau lebih substansi dipisahkan ke dalam fraksi-fraksi komponennya dengan kemurnian yang diinginkan melalu pemakaian atau pelepasan kalor. Pemisahan komponen dari campuran cairan melalui distilasi tegantung atas perbedaan titik didih masing-masing komponen. Juga, tergantung atas konsentrasi komponen yang ada, campuran cairan akan memiliki karakteristik titik didih yang berbeda. Karenanya, proses distilasi tergantung atas karakteristik tekanan uap campuran cairan. Tekanan uap suatu cairan pada suhu tertentu merupakan tekanan kesetimbangan yang dilakukan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk permukaan cairan. Berikut beberapa butir penting melihat tekanan uap: o masukan energi menaikkan tekanan uap o tekanan uap terkait dengan pendidihan. o Suatu cairan dikatakan mendidih bilamana tekanan uapnya sama dengan tekanan sekitarnya o Kemudahan suatu cairan mendidih tergantung atas volatilitasnya o Cairan dengan tekanan uap tinggi ( cairan volatil) akan mendidih pada suhu lebih rendah 58

59 o Tekanan uap dan titik didih campuran cairan tergantung atas jumlah relatip komponen di dalam campuran tersebut. o Distilasi terjadi dikarenakan beda volatilitas komponen di dalam cairan campuran. Destilasi Asap Cair Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa masih mengandung tar dengan warna kecoklatan dan pekat, selanjutnya asap cair ini dinamakan asap cair dengan grade C yang masih perlu dimurnikan lagi untuk mendapatkan grade B dan A. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Penangkapan Asap Cair Pada saat proses pembakaran tempurung kelapa dengan menggunakan tungku pirolisis berlangsung sekitar 4-6 jam, asap cair akan keluar dan masih mengandung gas metan dan tar, disalurkan melalui pipa diameter 3 cm ke tangki penampung asap. Asap akan mulai mengembun menjadi cairan pada drum kondensor. Jadilah asap cair sebanyak 50% berat tempurung terbakar atau sebanyak liter. Asap cair yang dihasilkan masih berupa asap cair grade C (masih mengandung tar dengan warna coklat pekat) dengan kadar ph 4-5. b. Pemisahan Tar Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak penampungan tar. Yang dibuka 5-10 menit setiap satu jam proses. c. Proses Recycle Gas Metan Dari tangki penampung asap cair terdapat asap yang mengembun menjadi cairan dan gas yang masih belum terkondensasi berupa gas metan yang selanjutnya masih dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar dan disalurkan kembali ke bawah reaktor untuk menambah bahan bakar pirolisis. d. Pemisahan Asap Cair Grade C dengan tar Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah 59

60 terpisah dengan tar disaring menggunakan Zeolit aktif, proses selanjutnya asap cair grade C dilakukan proses destilasi untuk pemurnian. Pemurnian Asap Cair Grade C menjadi Grade A dan B (proses destilasi). Pada proses detilasi diusahakan suhu awal mencapai 250 C selama 3 jam (grade B) dengan warna agak kecoklatan dan kadar PHA yg masih cukup tinggi. Kemudian perlahan lahan diturunkan sampai dengan 120 C. Selama suhu 120 C proses destilasi sebaiknya dipertahankan selama 5 jam (grade A) dengan warna coklat muda agak bening dengan kadar PHA yang sangat sedikit. Kedua proses diatas dilakukan untuk volume asap cair sebanyak 55 liter, pada penurunan temperatur hasil asap cair akan semakin baik dimana larutan asap cair akan semakin bening dan kadar tar sudah habis begitu juga dengan kadar benzoapyrene/polycyclic Hidrocarbon Aromatic (PHA). Gambar Asap Cair: Bening grade A, keruh grade B, pekat grade C 60

61 4. Evaluasi Materi 1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan pirolisis? 2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan asap cair? 3) Sebutkan produk bahan-bahan apa saja yang dihasilkan dari hasil proses pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa? 4) Jelaskan persyaratan peralatan pengarangan tempurung kelapa agar sekaligus dapat menghasilkan asap cair/ pirolisis 5) Jelaskan bagaimana cara menghasilkan asap cair grade A, B dan C, dengan bahan dasar tempurung kelapa? 61

62 5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Progres Pembelajaran : Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair Nama Peserta : Sekolah Asal : Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Skor Standar Skor yang dicapai Keterangan (L/ TL) 1. Membuat Bio Briket Arang Tempurung 1.7. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 1.8. Menyiapkan Bahan Baku 1.9. Melaksanakan proses pembuatan bio briket Jumlah Skor Membuat Asap Cair dari Proses Pengarangan Tempurung 2.7. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 2.8. Menyiapkan Bahan Baku 2.9. Melaksanakan proses pembuatan asap cair Jumlah Skor Melakukan Pengujian hasil Bio Briket Arang tempurung 3.7. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 3.8. Menyiapkan Bahan Baku 3.9. Melakukan pengujian hasil bio briket tempurung kelapa Jumlah Skor Melakukan Pengujian hasil asap cair/ pyrolisis 4.7. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 4.8. Menyiapkan Bahan Baku 4.9. Melakukan pengujian hasil asap cair dari proses pengarangan tempurung kelapa Jumlah Skor Cimahi, 2013 Penilai.. NIP. 62

63 KEGIATAN BELAJAR 3. PENGUJIAN HASIL BIO BRIKET 1. Uraian Materi Pengujian Bio Briket Rendemen Rendemen briket arang merupakan berat arang yang dihasilkan dibagi berat bahan baku yang dihitung dalam persen. Hasil pengukuran dan data rendemen dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Rata rata rendemen arang tempurung kelapa Suhu pirolisis ( o C) Rendemen (%) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rendemen arang pada suhu 250 o C yaitu 42,81% masih cukup besar dan arang yang dihasilkan belum sempurna. Rendemen yang cukup tinggi menunjukkan adanya proses yang tidak sempurna sehingga sebagian fraksi bahan masih dalam wujud semula. Data rendemen arang (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut: 45 Rendemen (%) Suhu pirolisis ( o C) Series1 Grafik hubungan suhu ( o C) dengan rendemen arang (%) 63

64 Dari Grafik hubungan suhu ( o C) dengan rendemen arang (%) dapat dilihat penurunan rendemen arang dengan semakin naiknya suhu pirolisis. Arang yang dihasilkan pada suhu pirolisis 350 o C dan arang yang dihasilkan pada suhu pirolisis 400 o C menunjukkan sifat arang yang baik yaitu arang yang dihasilkan berwarna hitam merata dan pada bagian ujung pecahan arangnya bercahaya. Arang yang dihasilkan dari suhu pirolisis 250 o C dan 300 o C belum baik karena arang yang dihasilkan masih ada bagian yang berwarna coklat dan arang yang dihasilkan belum sempurna. Rendemen arang yang terkecil sebesar 31,77 % dihasilkan pada suhu pirolisis 400 o C merupakan arang yang paling baik. Kadar air Suhu untuk analisis kandungan air adalah 130 o C 2 o C sehingga air yang lepas merupakan air terikat yang berada di dinding sel. Data kadar air briket arang tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel Rata-rata hasil pengujian kadar air (%) briket arang tempurung kelapa Suhu Persentase perekat pirolisis 3% 5% 7% 9% 250 o C 3,56 3,90 4,03 4, o C 2,98 2,89 3,90 4, o C 2,73 2,96 3,80 3, o C 2,65 2,83 2,94 3,23 Data pada tabel di atas menunjukkan kenaikan atau penurunan nilai yang tidak terlalu besar baik karena pengaruh suhu pirolisis maupun persentase perekat. Kadar air briket arang hasil penelitian sudah memenuhi standar Jepang (6%), di mana kadar air terendah yaitu 2,65 % dan kadar air tertinggi yaitu 4,11%. Kadar air briket arang tempurung kelapa yang paling baik didapat pada suhu pirolisis 400 o C dengan persentase perekat 3 % yaitu sebesar 2,65%. Data kadar air (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut: 64

65 Kadar air (%) % 5% 7% 9% Suhu pirolisis ( o C) Grafik hubungan suhu pirolisis ( o C) terhadap kadar air (%) dengan berbagai persentase perekat Dari Grafik hubungan suhu pirolisis ( o C) terhadap kadar air (%) dengan berbagai persentaseperekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis terhadap kadar air menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar air briket arang semakin kecil, sedangkan pengaruh persentase perekat menunjukkan semakin besar persentase perekat kadar air briket arang semakin besar. Kadar air briket arang yang terkecil didapat pada suhu pirolisis 400 o C dengan persentase perekat 3 % dan merupakan briket arang dengan kadar air yang paling baik. Kadar abu Abu yang terkandung dalam bahan bakar padat adalah mineral yang tidak dapat terbakar yang tertinggal setelah proses pembakaran Data kadar abu (%) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Hasil pengujian kadar abu (%) briket arang tempurung kelapa Suhu Persentase perekat pirolisis 3% 5% 7% 9% 250 o C 1,26 1,16 1,08 1, o C 1,37 1,46 1,58 1, o C 1,38 1,32 1,39 1, o C 1,41 1,60 1,71 1,89 65

66 Data pengujian kadar abu menunjukkan kenaikan atau penurunan nilai yang tidak terlalu besar baik karena pengaruh suhu pirolisis maupun persentase perekat. Kecenderungan naiknya kadar abu disebabkan faktor persentase perekat menunjukkan semakin banyaknya perekat yang digunakan untuk membuat briket arang akan menaikkan kadar abunya. Kadar abu yang terbesar dimiliki oleh briket arang dengan persentase perekat 9 % pada suhu pirolisis 400 o C. Data kadar abu (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut: 2.5 Kadar abu (%) % 5% 7% 9% Suhu pirolisis ( o C) Grafik hubungan suhu pirolisis ( o C) terhadap kadar abu (%) dengan berbagai persentase perekat. Dari Grafik hubungan suhu pirolisis ( o C) terhadap kadar abu (%) dengan berbagai persentase perekat dapat dilihat bahwa suhu pirolisis memberikan nilai kadar abu yang bervariasi, sedangkan dengan semakin besarnya persentase perekat kadar abu briket arang cenderung untuk mengalami kenaikan, sehingga pada persentase perekat 9 % nilai kadar abu briket arang menunjukkan nilai yang paling besar. Kadar abu yang terkecil dihasilkan pada suhu pirolisis 250 o C dengan persentase perekat 7% yaitu sebesar 1,08 % dan kadar abu terbesar pada suhu 400 o C dengan persentase perekat 9% yaitu sebesar 1,98%. Secara keseluruhan nilai kadar abu 66

67 briket arang masuk dalam standar Jepang, sehingga briket arang yang dihasilkan sudah baik. Kadar zat mudah menguap Kadar zat mudah menguap berkaitan dengan proses pirolisis yang berlangsung. Besarnya kadar zat mudah menguap dipengaruhi oleh suhu maksimum pembuatan arang. Data hasil pengujian kadar zat mudah menguap (%) diberikan pada tabel 5.4 berikut ini. tempurung kelapa. Tabel. Hasil pengujian kadar zat mudah menguap (%) briket arang Suhu Persentase perekat pirolisis 3% 5% 7% 9% 250 o C 48,60 48,83 48,17 47, o C 37,95 38,80 36,77 35, o C 33,99 33,67 34,27 32, o C 30,09 29,08 29,88 27,68 Data di atas menunjukkan bahwa suhu pirolisis menyebabkan nilai kadar zat mudah menguap mengalami penurunan. Suhu pirolisis memberikan pengaruh yang besar, hal ini dapat dilihat dari nilai kadar zat mudah menguap briket arang dengan persentase perekat 3% yang mana pada suhu 250 o C nilainya 48,60% mengalami penurunan dengan nilai yang besar sehingga pada suhu 400 o C kadar zat mudah menguapnya sebesar 30,09%. Kadar zat mudah menguap dengan adanya pengaruh persentase perekat tidak menunjukkan penurunan kadar yang besar. Pada suhu 250 o C, dengan persentase perekat 3% kadarnya 48,60% dan pada 9% kadarnya 47,44%, sehingga penurunannya hanya 1,16%. Data kadar zat mudah menguap (%) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut : 67

68 Kadar zat mudah menguap (%) Suhu pirolisis ( o C) 3% 5% 7% 95% Grafik hubungan suhu pirolisis ( o C) terhadap kadar zat mudah menguap (%) dengan berbagai persentase perekat. Kadar zat mudah menguap akan menunjukkan kualitas dari briket arang yang dihasilkan, semakin kecil kadar zat mudah menguap maka briket arang yang dihasilkan akan semakin baik. Dari Grafik hubungan suhu pirolisis ( o C) terhadap kadar zat mudah menguap(%) dengan berbagai persentase perekat dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar zat mudah menguapnya akan semakin kecil. Briket arang yang dihasilkan pada suhu 400 o C menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan pada suhu yang lain. Naiknya persentase perekat akan menurunkan kadar zat mudah menguap tetapi penurunannya tidak besar. Dari grafik dapat dilihat kadar zat mudah menguap yang terkecil yaitu pada suhu pirolisis 400 o C dengan persentase perekat 9%, sehingga briket arang yang dihasilkan merupakan briket arang yang paling baik. Berat jenis Berat jenis merupakan salah satu sifat senyawa yang penting. Briket arang dengan berat jenis yang tinggi akan memberikan nilai kalor yang lebih tinggi dibandingkan dengan briket arang dengan nilai berat jenis yang lebih rendah. Data hasil pengujian berat jenis dapat dilihat pada tabel berikut ini. 68

69 Tabel. Hasil pengujian berat jenis briket arang tempurung kelapa Suhu Persentase perekat pirolisis 3% 5% 7% 9% 250 o C 1,06 1,08 1,03 0, o C 1,07 1,07 1,06 1, o C 1,11 1,08 1,09 1, o C 1,12 1,16 1,13 1,12 Dilihat dari data pada tabel Hasil pengujian berat jenis briket arang tempurung kelapa yang didapat maka nilai berat jenis briket arang sudah baik dan hampir semuanya memenuhi standar buatan Jepang. Data hasil pengujian berat jenis menunjukkan kenaikan atau penurunan yang tidak terlalu besar karena pengaruh suhu pirolisis maupun persentase perekat. Akan tetapi kisaran angka untuk standar berat jenis yaitu 1 1,2, menyebabkan kenaikan atau penurunan yang kecil dari nilai berat jenis akan sangat berpengaruh terhadap mutu dari briket arang yang dihasilkan. Nilai berat jenis yang tertinggi didapat pada suhu pirolisis 400 o C dengan persentase perekat 5 %, sedangkan nilai berat jenis yang terkecil didapat pada suhu pirolisis 250 o C dengan persentase perekat 9%. Data berat jenis secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut : Berat jenis Suhu pirolisis ( o C) 3% 5% 7% 9% Grafik hubungan suhu pirolisis ( o C) terhadap berat jenis dengan berbagai persentase perekat 69

70 Dari Grafik hubungan suhu pirolisis ( o C) terhadap berat jenis dengan berbagai persentase perekat terlihat bahwa pengaruh suhu pirolisis terhadap berat jenis menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka berat jenis semakin besar, sedangkan semakin besar persentase perekat maka berat jenis cenderung semakin turun. Turunnya berat jenis disebabkan faktor persentase perekat menunjukkan semakin banyaknya perekat yang digunakan untuk membuat briket akan menurunkan nilai berat jenisnya. Nilai berat jenis terbesar didapat pada suhu pirolisis 400 o C dengan persentase perekat 5 %. Nilai kalor Nilai kalor menggambarkan nilai energi bahan yang merupakan jumlah satuan panas yang dihasilkan persatuan bobot dari proses pembakaran dengan oksigen dari suatu bahan yang mudah terbakar. Data pengujian nilai kalor (kal/g) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung kelapa Suhu Persentase perekat pirolisis 3% 5% 7% 9% 250 o C 6564, , , , o C 6740, , , , o C 7057, , , , o C 7150, , , ,89 Dari data tabel Hasil pengujian nilai kalor kal/g briket arang tempurung kelapa nilai kalor yang didapat menunjukkan kenaikan nilai kalor dengan semakin tinggi suhu pirolisis, sedangkan nilai kalor semakin kecil dengan semakin besarnya persentase perekat. Nilai kalor yang didapat sudah memenuhi standar buatan Jepang ( kal/g) dimana nilai kalor yang terkecil sebesar 6407,75 kal/g dan nilai kalor terbesar 7150,14 kal/g. Data nilai kalor (kal/g) secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik berikut: 70

71 Nilai kalor (kal/g) Suhu pirolisis ( o C) 3% 5% 7% 9% Grafik hubungan suhu pirolisis ( o C) terhadap nilai kalor dengan berbagai persentase perekat Dari grafik hubungan suhu pirolisis ( o C) terhadap nilai kalor dengan berbagai persentase perekat secara umum dapat dilihat bahwa nilai kalor semakin besar dengan semakin tingginya suhu pirolisis, sehingga nilai kalor yang terbesar didapat pada suhu pirolisis 400 o C. Persentase perekat menunjukkan pengaruh yang berkebalikan dari pengaruh suhu pirolisis, di mana semakin besar persentase perekat maka nilai kalornya semakin kecil, sehingga nilai kalor yang terbesar didapat pada persentase perekat 3%. Nilai kalor briket arang tempurung kelapa yang terbesar didapat pada suhu pirolisis 400 o C dengan persentase perekat 3 %. 71

72 2. Tugas Latihan a. Sebutkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas bio briket tempurung kelapa? b. Rendemen arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, Sebutkan! c. Jelaskan langkah dalam melakukan pengujian rendemen bio briket tempurung kelapa! d. Berdasarkan hasil penelitian berapa kadar air yang terdapat pada bio briket tempurung kelapa? e. Jelaskan pengaruh besarnya temperature pirolisi s terhadap rendemen briket! 72

73 3. Rangkuman o Rendemen Rendemen merupakan berat arang yang dihasilkan dibagi berat bahan baku yang dihitung dalam persen. Besarnya rendemen arang dari jenis-jenis kayu di Indonesia bervariasi cukup besar yaitu antara 21,1% - 40,8% (Hartoyo dan Nurhayati, 1976). Rendemen arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut: a. Pemananasan dan tekanan dalam tanur. b. Umur bahan baku briket. c. Berat jenis bahan baku briket. d. Komposisi kimia bahan briket. o Nilai kalor Nilai kalor merupakan jumlah satuan panas yang dihasilkan persatuan bobot dari proses pembakaran dengan oksigen dari suatu bahan yang mudah terbakar. Nilai kalor dinyatakan dalam satuan kal/g. Penelitian Hartoyo dan Nurhayati (1976) besarnya nilai kalor untuk jenis-jenis kayu di Indonesia berkisar antara kal/g. Sedangkan dalam penelitian Nurhayati dkk (1999) diperoleh nilai kalor arang tempurung kelapa berkisar antara 4267, ,62 kal/g. o Berat jenis Berat jenis adalah salah satu sifat fisika suatu senyawa yang paling penting. Berat jenis berhubungan dengan kerapatan. Kerapatan akan memberikan pengaruh terhadap nilai kalor suatu bahan, kerapatan yang tinggi cenderung memberi nilai kalor yang tinggi dibandingkan yang berkerapatan rendah o Kadar air Keberadaan air dalam kayu dan produk olahannya berkaitan erat dengan sifat higroskopis kayu, di mana kayu mempunyai sifat afinitas yang besar terhadap air sehingga kayu tidak pernah kering sama sekali (Brown dkk, 1952). Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan dalam persen berat kering tanur. Semakin tinggi kadar air maka semakin besar energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air. Dalam proses ini terjadi 73

74 proses karbonisasi tidak sempurna sehingga kualitas air yang dihasilkan jelek (Haygreen dan Bowyer, 1989). o Kadar Abu Salah satu bagian arang yang ada dalam sisa pembakaran adalah abu yang merupakan mineral. Abu terdiri dari bahan mineral seperti lempung, silika, kalsium serta magnesium oksida. Semakin besar kadar abu berarti kualitasnya semakin jelek. Biasanya kadar abu briket arang antara 0,5 5% (Anonim, 1985). o Kadar zat mudah menguap Zat mudah menguap dalam briket arang bukan merupakan komponen penyusun arang, tetapi merupakan hasil dekomposisi zat-zat penyusun arang akibat proses pemanasan. Kadar zat mudah menguap dalam arang selain air dapat dihitung dengan menguapkan semua zat-zat menguap dalam arang selain air. Hartoyo dkk (1978) mengemukakan bahwa suhu yang digunakan dalam proses pembuatan arang akan mempengaruhi besarnya kadar zat mudah menguap. Pendapat ini juga didukung oleh Nurhayati dkk (1999) yang menyatakan bahwa kadar zat mudah menguap dapat diperkecil bila suhu pengarangan dinaikkan. Dalam penelitian Nurhayati dkk (1999) dihasilkan kadar zat mudah menguap untuk briket arang tempurung kelapa sebesar 6,54 72,33%. 74

75 4. Evaluasi Materi 1. Sebutkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas bio briket tempurung kelapa? 2. Rendemen arang yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, Sebutkan! 3. Jelaskan langkah dalam melakukan pengujian rendemen bio briket tempurung kelapa! 4. Berdasarkan hasil penelitian berapa kadar air yang terdapat pada bio briket tempurung kelapa? 5. Jelaskan pengaruh besarnya temperature pirolisi s terhadap rendemen briket! Tugas Praktek: 1. Ukurlah rendemen bio briket tempurung kelapa! 2. Lakukan pengujian kadar air pada bio briket tempurung kelapa dari hasil pirolisis! 3. Lakukan pengujian berat jenis pada bio briket tempurung kelapa dari hasil pirolisis! 75

76 5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Progres Pembelajaran : Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair Nama Peserta : Sekolah Asal : Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Skor Standar Skor yang dicapai Keterangan (L/ TL) 1. Membuat Bio Briket Arang Tempurung Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu Menyiapkan Bahan Baku Melaksanakan proses pembuatan bio briket Jumlah Skor Membuat Asap Cair dari Proses Pengaranga n Tempurung Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu Menyiapkan Bahan Baku Melaksanakan proses pembuatan asap cair Jumlah Skor Melakukan Pengujian hasil Bio Briket Arang tempurung Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu Menyiapkan Bahan Baku Melakukan pengujian hasil bio briket tempurung kelapa Jumlah Skor Melakukan Pengujian hasil asap cair/ pyrolisis Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu Menyiapkan Bahan Baku Melakukan pengujian hasil asap cair dari proses pengarangan tempurung kelapa Jumlah Skor Cimahi, 2013 Penilai.. NIP. 76

77 D. KEGIATAN BELAJAR 4. PENGUJIAN HASIL PIROLISIS 1. Uraian Materi Pengujian Hasil Pemisahan asap cair secara destilasi adalah berdasarkan volatilitas komponen-komponennya. Asap cair didestilasi berdasarkan variasi temperatur dengan maksud untuk memisahkan tar dan untuk mendapatkan asap cair dengan sifat-sifat fungsional yang menonjol. Dengan proses destilasi ini diharapkan asap cair yang dihasilkan memiliki warna yang lebih jenih dari pada asap cair tanpa destilasi dan tetap memiliki aroma asap. Rendemen Hasil destilasi asap cair menghasilkan rendemen yang berbeda tiap fraksinya. Asap cair temperatur 250 o C Tabel 4.1. Hasil destilasi 200 ml asap cair temperatur 250 o C Fraksi Volume (ml) Rendemen (%) 1 2,5 1, , ,5 4 7,5 3,75 Dari tabel di atas diperoleh rendemen yang terbesar adalah pada fraksi 2 yaitu sebesar 61,5 %. Rendemen yang terkecil adalah pada fraksi 1 yaitu sebesar 1,25. Asap cair temperatur 300 o C Hasil destilasi asap cair temperatur 300 o C disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 4.2. Hasil destilasi 200 ml asap cair temperatur 300 o C Fraksi Volume (ml) Rendemen (%) 1 8,5 4, ,5 9, ,5 77

78 Dari tabel di atas diperoleh rendemen yang terbesar adalah fraksi 2 yaitu sebesar 72 % sedangkan rendemen terkecil adalah fraksi 4 yaitu sebesar 1,5 %. Asap cair temperatur 350 o C Hasil destilasi asap cair temperatur 350 o C disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 4.3. Hasil destilasi 200 ml asap cair temperatur 350 o C Fraksi Volume (ml) Rendemen (%) 1 5 2, , ,5 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasilnya tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil destilasi asap cair temperatur 300 o C. Ini diperkirakan pada temperatur pirolisis 300 dan 350 o C, diperoleh komponen asap cair yang tidak terlalu jauh berbeda. Asap cair temperatur 400 o C Hasil destilasi asap cair temperatur 400 o C disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 4.4. Hasil destilasi 200 ml asap cair temperatur 400 o C Fraksi Volume (ml) Rendemen (%) ,5 44, ,5 9,75 Dari tabel di atas terlihat bahwa fraksi 1 rendemennya paling kecil (4%). Ini disebabkan bahwa pada asap cair ini kandungan airnya lebih sedikit. Fraksi 2 adalah yang tertinggi sebesar 44,25%. Adapun hasil destilasi asap cair secara keseluruhan ditampilkan dalam bentuk grafik pada gambar berikut. 78

79 Gambar 4.1. Grafik Hasil Destilasi Asap Cair Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa asap cair hasil destilasi pada fraksi 2 memperlihatkan hasil yang paling banyak. Ini diperkirakan bahwa pada fraksi 2 mengandung banyak senyawa yang memiliki titik didih antara o C. Jika dijumlahkan seluruh asap cair fraksi 1 hingga fraksi 4 diperoleh hasil bahwa asap cair yang dapat terdestilasi adalah sebesar 89 %, dengan demikian asap cair yang tidak terdestilasi adalah sebanyak 11 %, yaitu berupa tar dan senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi. Warna Asap cair sebelum didestilasi memiliki warna coklat kemerahan, ini disebabkan karena masih mengandung tar yang pada dasarnya berwarna hitam dan mengandung komponen dengan berat molekul tinggi. Asap cair tanpa destilasi ini jika diaplikasikan pada bahan pangan akan menghasilkan bahan pangan dengan warna yang gelap. Sedangkan konsumen biasanya lebih menyukai bahan pangan dengan warna yang tidak gelap, oleh sebab itu pada penelititan ini dilakukan destilasi terhadap asap cair agar menghasilkan warna asap cair yang lebih jernih, 79

BAHAN BAKU DAN PEMROSESAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR

BAHAN BAKU DAN PEMROSESAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR Program Keahlian : TEKNIK ENERGI TERBARUKAN (1.18) Paket Keahlian : TEKNIK ENERGI BIOMASSA (062) Mata Pelajaran : BAHAN BAKAR NABATI BAHAN AJAR SISWA BAHAN BAKU DAN PEMROSESAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR Didukungi

Lebih terperinci

REKAYASA PERALATAN BIOBRIKET

REKAYASA PERALATAN BIOBRIKET DIKLAT TEKNOLOGI BIOBRIKET BAGI GURU MODUL REKAYASA PERALATAN BIOBRIKET Didukungi oleh: Disusun oleh: Niamul Huda, ST., M.Pd Editor Drs. Iman Permana, M.Pd. TEACHING BIOMASS TECHNOLOGIES AT MEDIUM TECHNICAL

Lebih terperinci

BAHAN AJAR SISWA PERALATAN DAN PEMANFAATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR

BAHAN AJAR SISWA PERALATAN DAN PEMANFAATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR Program Keahlian : TEKNIK ENERGI TERBARUKAN (1.18) Paket Keahlian : TEKNIK ENERGI BIOMASSA (062) Mata Pelajaran : BAHAN BAKAR NABATI BAHAN AJAR SISWA PERALATAN DAN PEMANFAATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR Disusun:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sumber daya perikanan laut cukup besar. Kota Bandar Lampung merupakan daerah yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,

Lebih terperinci

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN PENGAWET MAKANAN

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN PENGAWET MAKANAN Modul: PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN PENGAWET MAKANAN I. DESKRIPSI SINGKAT S aat ini isu lingkungan sudah menjadi isu nasional bahkan internasional, dan hal-hal terkait lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG Idrus Abdullah Masyhur 1, Setiyono 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih II. TINJAUAN PUSTAKA A. Cangkang Kelapa Sawit Kelapa Sawit (Elleis Guinensis) merupakan salah satu sumber minyak nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih 80% pericarp

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Lahan tanaman kelapa di Indonesia merupakan yang terluas di dunia dengan luas 31,2% dari total luas areal kelapa dunia, disusul Filipina (25,8%), India

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 16 BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Tahap desain proses dan teknologi b. Tahap perancangan teknologi ( pirolisator

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PIROLISIS DAN BAHAN BIOMASSA TERHADAP KAPASITAS HASIL PADA ALAT PEMBUAT ASAP CAIR

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PIROLISIS DAN BAHAN BIOMASSA TERHADAP KAPASITAS HASIL PADA ALAT PEMBUAT ASAP CAIR B.6 ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PIROLISIS DAN BAHAN BIOMASSA TERHADAP KAPASITAS HASIL PADA ALAT PEMBUAT ASAP CAIR Taufiq Hidayat*, Qomaruddin 1 *Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri EBT 02 Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri Abdul Rahman 1, Eddy Kurniawan 2, Fauzan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus Bukit Indah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komposisi buah kelapa terdiri dari 35% sabut, 12% tempurung, 28% daging buah dan 25% air. Industri pengolahan buah kelapa masih terfokus pada pengolahan hasil daging

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Arang Tempurung Kelapa

Arang Tempurung Kelapa Arang Tempurung Kelapa Mengapa harus arang tempurung? Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama minyak tanah, membuat masyarakat mencari alternatif lain untuk keperluan memasak. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik JURNAL PUBLIKASI Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR Nisandi Alumni Mahasiswa Magister Sistem Teknik Fakultas Teknik UGM Konsentrasi Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempurung Kelapa Tempurung kelapa terletak dibagian dalam kelapa setelah sabut. Tempurung kelapa merupakan lapisan keras dengan ketebalan 3 mm sam 5 mm. sifat kerasnya disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan. tak berharga. Seperti sampah organik yang banyak di pedesaan, meski

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan. tak berharga. Seperti sampah organik yang banyak di pedesaan, meski BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan tak berharga. Seperti sampah organik yang banyak di pedesaan, meski setiap hari manusia selalu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengawet pada produk makanan atau minuman sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam industri makanan. Apalagi perkembangan zaman menuntut produk makanan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA PIROLISATOR UNTUK MEMPRODUKSI GAS ASAP CAIR ( LIQUID SMOKE GASES ) SEBAGAI BAHAN PENGAWET DARI BIOMASSA LAPORAN AKHIR PENELITIAN

UNJUK KERJA PIROLISATOR UNTUK MEMPRODUKSI GAS ASAP CAIR ( LIQUID SMOKE GASES ) SEBAGAI BAHAN PENGAWET DARI BIOMASSA LAPORAN AKHIR PENELITIAN Penelitian Kompetitif Institusi UMK UNJUK KERJA PIROLISATOR UNTUK MEMPRODUKSI GAS ASAP CAIR ( LIQUID SMOKE GASES ) SEBAGAI BAHAN PENGAWET DARI BIOMASSA LAPORAN AKHIR PENELITIAN Disusun Oleh : SUGENG SLAMET

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan untuk membuat asap cair disebut juga alat pirolisator yang terdiri dari pembakar bunsen, 2 buah kaleng berukuran besar dan yang lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arang Arang adalah residu yang berbentuk padat hasil pada pembakaran kayu pada kondisi terkontrol. Menurut Sudrajat (1983) dalam Sahwalita (2005) proses pengarangan adalah pembakaran

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI Angga Yudanto (L2C605116) dan Kartika Kusumaningrum (L2C605152) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto,

Lebih terperinci

5. STUDI PUSTAKA/KEMAJUAN YANG TELAH DICAPAI DAN STUDI PENDAHULUAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN

5. STUDI PUSTAKA/KEMAJUAN YANG TELAH DICAPAI DAN STUDI PENDAHULUAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN 5. STUDI PUSTAKA/KEMAJUAN YANG TELAH DICAPAI DAN STUDI PENDAHULUAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN 5.1 Studi Pustaka Indonesia dalam menghadapi tahun 2007 memproyeksikan produksi minyak sawit kasar (crude palm

Lebih terperinci

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) Padil, Sunarno. Tri Andriyasih Palm Industry and Energy Research Group (PIEReG) Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS ASAP CAIR DENGAN DISTILASI ABSTRAK. Kata kunci : Serbuk kayu gergajian, pirolisis, distilasi dan asap cair

PENINGKATAN KUALITAS ASAP CAIR DENGAN DISTILASI ABSTRAK. Kata kunci : Serbuk kayu gergajian, pirolisis, distilasi dan asap cair PENINGKATAN KUALITAS ASAP CAIR DENGAN DISTILASI Fachraniah *), Zahra Fona *), Zahratur Rahmi **) ABSTRAK Asap cair diperoleh dari kondensasi uap hasil pirolisis serbuk kayu gergajian. Distilasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biomassa Biomassa diartikan sebagai material tanaman, tumbuh-tumbuhan, atau sisa hasil pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber bahan bakar. Secara umum sumber-sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan minyak bumi terus-menerus sebagai bahan bakar dalam dunia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan minyak bumi terus-menerus sebagai bahan bakar dalam dunia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan minyak bumi terus-menerus sebagai bahan bakar dalam dunia industri dapat menyebabkan persediaan minyak bumi akan semakin habis karena minyak bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut MINYAK KELAPA 1. PENDAHULUAN Minyak kelapa merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua adalah sebanyak 34,7%. Minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang keberadaannya sangat penting dan dibutuhkan di Indonesia. Tanaman karet sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini menguraikan secara rinci langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam proses penelitian agar terlaksana secara sistematis. Metode yang dipakai adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia saat ini. Minyak sangat dibutuhkan untuk bahan bakar kendaraan bermotor, kebutuhan

Lebih terperinci

M. Yunus: Teknologi Pembuatan Asap Cair dari Tempurung Kepala Sebagai Pengawet Makanan

M. Yunus: Teknologi Pembuatan Asap Cair dari Tempurung Kepala Sebagai Pengawet Makanan 53 TEKNOLOGI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI PENGAWET MAKANAN Oleh M. YUNUS Dosen Tetap Fakultas Teknik Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK Zaman modern sekarang ini banyak sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian bahan bakar dan penghasil polusi udara terbesar saat ini. Pada 2005, jumlah kendaraan bermotor

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS Tri Tjahjono, Subroto, Abidin Rachman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK p-issn: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan) e-issn: 2548-8376 Desember 2017 PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK

RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK PKMM-1-13-1 RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK Yuli Dwi Gunarso, Emi Susanti, Sri Nanik Sugiyarmi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ASAP CAIR HASIL PIROLISIS AMPAS TEBU SERTA PENGUJIANNYA UNTUK PENGAWETAN DAGING AYAM

KARAKTERISASI ASAP CAIR HASIL PIROLISIS AMPAS TEBU SERTA PENGUJIANNYA UNTUK PENGAWETAN DAGING AYAM KARAKTERISASI ASAP CAIR HASIL PIROLISIS AMPAS TEBU SERTA PENGUJIANNYA UNTUK PENGAWETAN DAGING AYAM Ayu Saputri *, dan Setiadi Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era industrialisasi di Indonesia, kebutuhan arang aktif semakin meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang dibangun, baik industri pangan maupun

Lebih terperinci

STUDI BANDING PENGGUNAAN PELARUT AIR DAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

STUDI BANDING PENGGUNAAN PELARUT AIR DAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 STUDI BANDING PENGGUNAAN PELARUT AIR DAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG 1 Enny Sholichah dan 2 Nok Afifah 1,2 Balai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui dapat atau tidaknya limbah blotong dibuat menjadi briket. Penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR DENGAN KATALIS BENTONIT: VARIABEL WAKTU PIROLISIS DAN RASIO KATALIS/CANGKANG SAWIT Padil, Sunarno, Komalasari, Yoppy Widyandra Jurusan Teknik Kimia Universitas

Lebih terperinci

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) 1 Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan proses pembuatan bahan bakar padat berbasis eceng gondok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat yang digunakan

Bab III Metodologi III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat yang digunakan Bab III Metodologi Penelitian terdiri dari beberapa bagian yaitu perancangan alat sederhana untuk membuat asap cair dari tempurung kelapa, proses pembuatan asap cair dan karakterisasi asap cair yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah BAB III METODE PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah 0 cc dengan merk Honda Blade. Adapun spesifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat. indonesia, di daerah perdesaan banyak sekali sampah organik kebun

BAB I PENDAHULUAN. Sampah menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat. indonesia, di daerah perdesaan banyak sekali sampah organik kebun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat indonesia, di daerah perdesaan banyak sekali sampah organik kebun yang hanya di buang dan di bakar tanpa ada manfaatnya,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA Subroto, Tri Tjahjono, Andrew MKR Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri

Lebih terperinci

Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi

Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi JURNAL PUBLIKASI Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi Disusun oleh: ARIANTO SUYATNO PUTRO D 200 090 043 JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu PENDAHULUAN Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan saat ini konsumsi meningkat. Namun cadangan bahan bakar konvesional yang tidak dapat diperbahurui makin menipis dan akan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bonggol Jagung Menjadi Asap Cair Menggunakan Proses Pirolisis Guna Untuk Pengawetan Ikan Layang (Decapterus spp)

Pemanfaatan Bonggol Jagung Menjadi Asap Cair Menggunakan Proses Pirolisis Guna Untuk Pengawetan Ikan Layang (Decapterus spp) LAPORAN TUGAS AKHIR Pemanfaatan Bonggol Jagung Menjadi Asap Cair Menggunakan Proses Pirolisis Guna Untuk Pengawetan Ikan Layang (Decapterus spp) (Clevis Corn Utilization Become Pyrolysis Process Using

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI Nur Asni dan Linda Yanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Pengkajian pengolahan minyak kelapa telah dilakukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI TURBO Vol. 5 No. 1. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit Komoditas kelapa sawit memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan/oleochemical serta produk samping/limbah. Limbah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan

TINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pertanian Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan bahwa berdasarkan asalnya limbah dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Limbah organik yaitu sampah

Lebih terperinci

Mengapa Air Sangat Penting?

Mengapa Air Sangat Penting? Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asap Cair Asap cair atau disebut juga cuka kayu (wood vinegar) diperoleh dengan cara pirolisis dari bahan baku misalnya batok kelapa, sabut kelapa atau kayu pada suhu 400-600ºC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang sangat tinggi pada saat ini menimbulkan suatu pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu mengurangi pemakaian bahan

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang mewarnai perekonomian di derah. Mulai dari industri makanan, kerajinan, mebel hingga konveksi atau tekstil,

Lebih terperinci

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ANALISA KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN VARIASI PEREKAT DAN TEMPERATUR DINDING TUNGKU 300 0 C, 0 C, DAN 500 0 C MENGGUNAKAN METODE HEAT FLUX CONSTANT (HFC) Aditya Kurniawan

Lebih terperinci

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong) Arang sekam padi memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah. Arang sekam dibuat dari pembakaran tak

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan secara kualitatif maupun kuantitatif, khususnya industri kimia. Hal ini menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Sumber energi yang digunakan masih mengandalkan pada energi fosil yang merupakan sumber

Lebih terperinci

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu)

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu) PENGASAPAN PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu) Tujuan Pengasapan: Pengawetan (Antibakteri, Antioksidan) Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Renewable Energy Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian briket dengan

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren Djeni Hendra, M.Si. Pusat Litbang Hasil Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, 11-12 Mei 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

MINYAK KELAPA DAN VCO. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

MINYAK KELAPA DAN VCO. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd MINYAK KELAPA DAN VCO Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Kelapa Nama Binomial : Cocos nucifera Akar Batang Daun Tangkai anak daun Tandan bunga (mayang) Cairan tandan bunga Buah Sabut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair Bab IV Pembahasan Asap cair yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pirolisis tempurung kelapa, yaitu suatu proses penguraian secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan pada suhu

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

Teknologi Pengolahan. Bioetanol Teknologi Pengolahan Djeni Hendra, MSi Bioetanol Pusat Litbang Hasil Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Yogyakarta, 11 Februari 2016 Outline I Latar

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA 3.1 Proses Perpindahan Kalor 3.1.1 Sumber Kalor Untuk melakukan perpindahan kalor dengan metode uap dan air diperlukan sumber destilasi untuk mendidihkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Bahan/material penyusun briket dilakukan uji proksimat terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat dasar dari bahan

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1)

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang akan dilakukan selama 4 bulan, bertempat di Laboratorium Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Definisi secara umum, limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian 1.1. Judul Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Eksperimen Dan Pemodelan Kesetimbangan Termodinamika Pada Ekstraksi Fenol Dari Bio-Oil Hasil Pirolisis Tempurung Kelapa. 1.2. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PENGOLAHAN KARET MENTAH

PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PENGOLAHAN KARET MENTAH PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PENGOLAHAN KARET MENTAH (Utilization of Liquid Smoke from Oil Palm Empty Fruit Bunches on Raw Rubber Processing) Asmawit, Hidayati dan Nana Supriyatna

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK 3.1. Flowchart Pengolahan dan Pengujian Minyak Biji Jarak 3.2. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah

Lebih terperinci