EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII"

Transkripsi

1 EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII MTs N 1 SEMARANG PADA MATERI POKOK KALOR SKRIPSI Dajukan untuk memenuh tugas dan melengkap syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Penddkan Oleh : FATCHUR ROCHMAN NIM : TADRIS FISIKA FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 010

2 PERSETUJUAN PEMBIMBING Tanggal Tanda Tangan Went Dw Yunart, S.Pd, M.Kom. NIP Pembmbng I Drs. Wahyud, M.Pd NIP Pembmbng II

3 PENGESAHAN Skrps saudara : Fatchur Rochman NIM : Judul : Efektftas Pembelajaran Sans dengan Pendekatan Ketramplan Proses terhadap Hasl Belajar Peserta Ddk Kelas VII MTs N 1 Semarang pada Mater Pokok Kalor. Telah d munaqosahkan oleh dewan penguj Fakultas Tarbah Instut Agama Islam Negr Walsongo Semarang, dan dnyatakan Lulus dengan predkat Kumloude/Bak/Cukup, pada tanggal 15 Desember 010. Dan dapat dterma sebaga syarat guna memperoleh gelar sarjana sastra 1 tahun akademk 010/011. Semarang, 19 Desember 010 Ketua Sdang Sekretars Sdang Fakrur Roz, M.Ag Went Dw Yunart, S.Pd, M.Kom NIP NIP Penguj I Penguj II And Fadllan.M, Sc Samnanto, M.Sc NIP NIP

4 MOTTO Îû $ygãö sùur MÎ/$rO $ygè=ô¹r& Bpt7Íh sû ;ot yft±x. Zpt6ÍhŠsÛ ZpyJÎ=x. WxsWtB ª!$# z>užÿñ y#ø x. t s? öns9r& ÇËÍÈ Ïä!$yJ 9$# Tdakkah kamu perhatkan bagamana Allah Telah membuat perumpamaan kalmat yang bak, sepert pohon yang bak, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langt. ngat. (Q.S Ibrahm [14]: 4) 1. 1 Mohammad Yunus, Terjemahan Al-Qur an,(bandung: Pt Al Ma arf.1994), hlm.38

5 PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan dan kebanggaan hat, kupersembahkan karya tuls yang sederhana n untuk orang-orang yang telah member art dalam hdupku: 1. Ayahanda dan bunda tercnta ( Soekar Maskur dan Kotdjah ), n adalah bagan dar perjuangan, cta-cta, rngan doa restumu. Karena jasa dan kash sayangmu aku akhrnya dapat menyelesakan kulah. Pengorbananmu sungguh luhur tada tara.. Keluarga Besar Mbah H. Djalan dan Keluarga besar mbah H. Sanus 3. Saudara Saudaraku(mas Munf, Mbak Lkah, Mbak Hank, Dek Alw, Dek Fajar) do a dan motvas darmu semoga mengantarkan aku menuju gerbang kesuksesan. 4. Orang yang menjad motvator dalam pembuatan skrps n (Inta, Han,Want, Mura, Arf, Najb). 5. Teman-temanku TF-06 senasb seperjuangan. 6. Seluruh kensh-kens dan Snpe-Snpe Dojo Mftahul Jannah IAIN WS yang telah mengajarku belajar menjad Boshdo. 7. Sahabat/ ku yang telah mengajarku art hdup dan telah menjad temen perjuanganku dkampus. 8. Semua phak yang telah membantu dan tdak bsa saya sebutkan Pada akhrnya semua tu punya art karenanya, kupersembahkan karya sederhana n untuk segala ketulusan kalan semua. Penuls

6 DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penuls menyatakan bahwa yang tertuls d dalam skrps n benar-benar hasl karya sendr, tdak bers mater yang pernah dtuls oleh orang lan atau dterbtkan. Demkan juga skrps n tdak bers pkran-pkran orang lan, kecual nformas yang terdapat dalam referens yang djadkan bahan rujukan. Semarang,6 Desember 010 Deklarator, Fatchur Ruchman NIM

7 ABSTRAK Fatchur Rochman (NIM : ). Efektftas Sans dengan Pendekatan Ketramplan Proses terhadap Hasl Belajar Peserta Ddk Kelas VII MTs N 1 Semarang pada Mater Pokok Kalor. Skrps Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadrs Progam Stud Fska Fakultas Tarbyah IAIN Walsongo, 010. Pembelajaran Sans merupakan pembelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep sebaga dasar untuk memperjelas tentang mater-mater pokok yang ada dalam Ilmu Fska. Tuntutan kompetens dalam kurkulum melput tga aspek pentng yang harus dmlk sswa sebaga hasl belajar yatu pemahaman konsep, keteramplan, dan skap lmah. Oleh karena tu, dperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mencakup ketga aspek tersebut. Pembelajaran dengan pendekatan keteramplan proses dapat menumbuhkan skap lmah, untuk mengembangkan keteramplan mendasar sehngga konsep yang dpelajar mudah dpaham. Peneltan n dmaksudkan untuk mengetahu efektftas hasl belajar ketga aspek tersebut. Pembelajaran yang dlakukan adalah dengan menggunakan pre test dan pos test. Pemberan pre test dan pos test bertujuan untuk mengetahu seberapa efektf penggunaan model pendekatan ketramplan proses terhadap hasl belajar peserta ddk kelas VII MTs N 1 Semarand. model pembelajaran yang mentk beratkan pada peserta ddk untuk mengetahu konsep-konsep tentang mater kalor melalu hasl kerja laboratorum. Dengan pembelajaran berbass penemuan (dscovery) n yang tentunya akan bsa menuntun peserta ddk memaham konsep konsep fska dengan sebuah penemuan ataupun sebuah percobaan. Dengan pembelajaran model n akan lebh memaham tentang mater yang dsampakan, bahkan peserta tu bsa menerapkan gejala-gejala alam yang berhubungan dengan kalor ataupun mater mater Sans lanya. Dalam penerapan pembelajaran n peserta ddk dapat melakukan percoban sesua petunjuk dan cara yang dsampakan oleh penddk melalu Lembar Kerja Sswa (LKS) yang dsedakan penddk. Dar hasl peneltan yang ddapat pada pre test, bahwa nla hasl belajar peseta ddk adalah homogen dan berdstrbus normal setelah dlakukan post test ddapatkan nla rata rata kelas kontrol 55,69 sedangkan nla rata-rata kelas ekspermen 65,63. dar hasl n bsa dlhat bahwa ada perbedaan hasl belajar antar peserta ddk yang dajarkan dengan model konvensonal dan model pendekatan ketramplan proses. Kesmpulan Berdasarkan dar perhtungan uj perbedaan rata rata dperoleh t htung = 4.54 dan t tabel = t (4.54)(66), dengan taraf sgnfkan, maka dkatakan rata rata post test kedua kelompok ada perbedaan karena t htung > t tabel. Artnya hasl belajar kelompok ekspermen lebh bak dar kelompok kontrol. Sehngga bsa dklatakan bahwa: ada efektftas pada hasl belajar peserta ddk saat dterapkan model pendekatan ketramplan proses d MTs N 1 Semarang. Kata kunc: pembelajaran sans, pendekatan keteramplan proses, hasl belajar.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulllah, puj dan syukur penuls panjatkan kehadrat Allah SWT yang telah melmpahkan berbaga nkmat, taufk, hdayah, nayah-nya, sehngga penuls bsa menyelesakan skrps n. Sholawat dan salam semoga senantasa tercurah kepada sang revsoner Nab Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengkutnya d dalam kebakan dan ketaqwaan. Banyak phak yang telah memberkan berbaga dukungan dan bantuan dengan caranya masng-masng dalam proses penyusunan skrps yang berjudul, Efektftas Pembelajaran Sans dengan Pendekatan Keteramplan Proses terhadap Hasl Belajar Peserta Ddk Kelas VII MTs N 1 Semarang pada Mater Pokok Kalor dar permulaan sampa akhr. Oleh karena tu, dengan setulus hat penuls mengucapkan terma kash yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu yang senantasa menyertakan penuls dalam setap munajatnya, kakak dan adk yang senantasa memberkan motvas kepada penuls. Secara khusus penuls sampakan ucapan terma kash kepada: 1. Dr. Suja, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbyah IAIN Walsongo Semarang.. Drs. H. Abdul Wahd, M. Ag., Ketua Jurusan Tadrs yang telah merestu pembahasan skrps n. 3. Wenty Dw Y. S.Pd., M.Kom walkelas Paket TF Joko Bud P. M.Pd (pembmbng I) dan Drs. Wahyud, M.Pd (pembmbng II) yang telah memberkan bmbngan kepada saya hngga selesanya skrps n. 5. Drs. Amrudn Azz.M.Pd., Keepala sdekolah MTs N 1 Semarang. 6. Nur Hdayah, S.Pd., Pengampu mata pelajaran IPA kelas VII MTs N 1 Karya n dbuat sebak-baknya, tetap d dalamnya mash banyak kekurangan. Untuk tu, krtk dan saran sangat dharapkan dem kesempurnaan. Akhr kata, penuls berharap karya n bermanfaat dan dcatat sebaga amal shalh. Amn. Semarang, Desember 010 Penuls

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN PENGUJI... ABSTRAK... DEKLARASI MOTTO..... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR LAMPIRAN... v v v v v x BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. Identfkas Masalah... C. Pembatasan Masalah..... D. Penegasan Istlah... E. Perumusan Masalah... F. Manfaat Peneltan BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskrps teor Teor Belajar Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Ketramplan Proses. 13 B. Hasl Belajar Pengertan Hasl Belajar. 17. Beberapa Defns Tentang Hasl Belajar Faktor Faktor yang Mempengaruh Hasl Belajar 0 a. Faktor Luar (Eksternal).. 0 b. Faktor Dalam (Internal) Alat Alat untuk Mengukur Hasl Belajar C. Tnjauan Mater Kalor... 1

10 BAB III : 1. Kalor.. Perubahan Wujud Akbat Kalor Asas Black D. Penerapan Mater Kalor Dengan Pendekatan Ketramplan Proses... E. Kajan Peneltan yang Relavan... F. Pengajuan Hpotess METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan B. Waktu dan Tempat Peneltan.. 33 C. Varabel Peneltan Varabel Bebas Varabel Terkat D. Metode Peneltan E. Populas, Sempel, dan Tehnk Pengamblan Sempel F. Tehnk Pengamblan Data Metode Test Metode Pengamatan Metode Dokumentas G. Tehnk Analss Data Tehnk Analss Data Reabeltas Soal Tngkat Kesukaran Soal UJ Daya Pembeda Soal H. Metode Analss Data Pengujan Tahap Awal a. Uj Normaltas Data Awal b. Uj Homogentas c. Uj Kesamaan Dua Rata Rata Data/Uj Beda Pengujan Tahap Akhr a. Uj Normaltas Hasl Belajar

11 BAB IV : b. Uj Kesamaan Varan/Homogentas.. 46 c. Analss Uj Hpotess HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Deskrps Awal Pembelajaran a. Pembelajaran pada Kelas Kontrol b. Pembelajaran pada Kelas Ekspermen. 50. Analss Uj Instrumen a. Analss Valdtas b. Analss Reabeltas c. Analss Tngkat Kesukaran d. Analss Daya Beda Data Nla Tes Awal (Pre Test) a. Kelas Kontrol b. Kelas Ekspermen Data Nla Tes Akhr (Post Test) 3 a. Kelas Kontrol b. Kelas Ekspermen B. Pengujan Hpotess Analss Tahap Awal a. Uj Normaltas.. 55 b. Uj Homogentas.. 56 c. Uj Kesamaan Dua Rata Rata Analss Tahap Akhr a. Uj Normaltas. 57 b. Uj Homogentas.. 58 c. Uj Kesamaan Rata rata (Phak Kanan) C. Pembahasan Hasl Peneltan D. Ketertbatasan Peneltan Kemampuan Penuls Keterbatasan Waktu... 6

12 3 Keterbatasan Tempat BAB V : PENUTUP A. Kesmpulan B. Saran-Saran Bag Peserta Ddk. 64. Bag Penddk Bag Sekolah C. Penutup. 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampran. Soal Test Awal (Pre Test) Lampran 3. Kunc Jawaban Soal Test Awal (Pre Test) Lampran 4. Soal Test Akhr (Post Test) Lampran 5 Kunc Jawaban Soal Test Akhr (Post Test) Lampran 6. Kelompok Peserta Ddk Ekspermen Penerapan pendekatan Ketramplan Proses Lampran 7. Lembar Kerja Sswa (LKS) Lampran. Perhtungan Valdtas, Reabeltas, Tngkat Kesukaran,dan Daya Pembeda Butr Soal Lampran 9. Perhtungan Reabeltas Lampran 10Perhtungan Tngkat Kesukaran Lampran 11Perhtungan Daya Pembeda Butr Soal Lampran 1Daftar Nama Kelas Uj Coba Lampran 13Daftar Nama Kelas Kontrol Lampran 14Daftar Nama Kelas Ekspermen Lampran 15Uj Normaltas Test Awal (Pre Test) Kelas Kontrol Lampran 16Uj Normaltas Test Awal (Pre Test) Kelas Kelas Ekspermen Lampran 17Uj Homogentas Nla Awal (Pre Test) Lampran 18Uj Kesamaan Dua Varans Data Post Test Antar Kelompok Kontrol dan Kelas Ekspermen Lampran 19UJ Perbedaan Dua Rata-Rata Post Test Antar Kelompok Kontrol dan Ekspermen Lampran 0Daftar Nla Test Peserta Ddk Lampran 1Uj Normaltas Nla Post Test Kelas Ekspermen Lampran Uj Normaltas Nla Post Test Kelas Kontrol Lampran 3Uj Homogentas Awal Nla Post Test Peserta Ddk Lampran 4Uj Kesamaan Dua Varans Data Pre Test Antar Kelompok Kontrol Lampran 5dan Kelas Ekspermen Lampran 6UJ Perbedaan Dua Rata-Rata Pre Test Antar Kelompok Kontrol dan Ekspermen Lampran 7Foto KBM

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar alah suatu proses usaha yang dlakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tngkah laku yang baru secara keseluruhan sebaga hasl pengamatannya sendr dalam nteraks dengan lngkungannya. Dengan belajar tersebut peserta ddk melakukan kualtatf ndvdu, sehngga tngkah lakunya berkembang selanjutnya akan bermanfaat bag kehdupan kelak, belajar bukan suatu tujuan tetap merupakan suatu proses untuk mencapa tujuan 3. Oleh karena tu belajar berlangsung dengan aktf dan ntegratf dengan menggunakan berbaga bentuk perbuatan untuk mencapa suatu tujuan, semua aktftas dan prestas hdup manusa tdak lan adalah hasl dar proses belajar. Kegatan belajar dapat mengembangkan potens-potens yang dbawa sejak lahr. Komponen-komponen yang ada dalam kegatan belajar d antaranya adalah guru dan peserta ddk. Seorang guru dtuntut mempunya pengetahuan, keteramplan, dan skap yang profesonal dalam membelajarkan peserta ddknya. Sehngga belajar merupakan proses perkembangan manusa untuk bertambah dan berubah. Peretumbuhan seorang dalam melakukan perubahan tulah yang membuat seorang bertambah secara lmu serta bertambah dan berkembang pengetahuanya. Dan perkembangan tu semua tdak terlepas dar adanya proses belajar. Sehngga belajar nlah yang menjadkan seorang menjad berkembang. Cara seorang untuk menngkatkan perubahan pada dr tdak akan terlepas dar pertumbuhan teknolog yang ada. Saat pertumbuhan lmu nlah yang akan mempengaruh pertumbuhan teknolog yang secara tdak langsung pertumbuhan dan perkembangan lmu berkembang secara alam. Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhnya, (Jakarta: Rneka Cpta, 1995), hlm. 3 Oemar Hamalk, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bum aksara, 003), hlm. 9

15 Perkembangan teknolog memberkan wahana yang memungknkan Sans berkembang dengan pesat. Hal n menggugah para penddk untuk dapat merancang dan melaksanakan penddkan yang lebh terarah pada penguasaan konsep Sans, yang dapat bermanfaat dalam kegatan sehar-har d masyarakat. Untuk dapat menyesuakan perkembangan Sans, kreatftas sumber daya manusa merupakan syarat mutlak untuk dtngkatkan. Jalur yang tepat dan sesua untuk menngkatkan sumber daya manusa adalah melalu jalur penddkan. Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan (KTSP) yang dkembangkan dalam penddkan saat n, menuntut peserta ddk untuk aktf dalam pembelajaran dan mempersyaratkan kompetens sebaga hasl belajar yang melput tga ranah yatu pengetahuan, keteramplan, dan skap. Sesua pusat kurkulum, d tngkat SMP/MTs dharapkan ada penekanan pembelajaran Salngtemas (Sans, lngkungan, teknolog, dan masyarakat) secara terpadu yang darahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalu penerapan konsep Sans dan kompetens bekerja lmah secara bjaksana 4. Peran serta guru dalam pembelajaran sebaga pembmbng dan peserta ddk menemukan sendr konsep atau fakta yang akan dpelajarnya sehngga muncul skap lmah peserta ddk. Proses penemuan sendr akan lebh bermanfaat bag peserta ddk sehngga pengetahuan yang dmlk sult untuk dlupakan. Pada realtanya permasalahan yang dhadap peserta ddk d MTs N 1 Semarang yatu : 1. Pemahaman peserta ddk MTs N 1 Semarang tentang konsep pelajaran Sans (fska) mash rendah.. Perhtan peserta ddk MTs N 1 Semarang terhadap pelajaran Sans (fska) yang dsampakan guru mash rendah. 4 Pusat Kurkulum, Departemen Penddkan Nasonal, Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrash Tsanawyah (MTs), 005. Terdapat d (1/8/010)

16 3. Anggapan sult peserta ddk MTs N 1 Semarang tentang pelajaran Sans (fska). 4. Banyak dar hasl belajar pelajaran Sans (fska) peserta ddk MTs N 1 Semarang tdak mencapa 60 yang belum tuntas (sesua KKM). Hal n yang mendorong bag penelt untuk mengubah cara penyampaan mater yang konvensonal menjad sebuah model pembelajaran yang berbass praktek pembelajaran n dnamakan pendekatan ketramplan proses. Sebuah model pembelajaran yang dharapkan bag penelt agar pesertas ddk mampu memaham konsep mater Sans (fska) terutama pada mater pokok kalor. Maka dengan model pembelajaran pendekatan ketrampulan proses n penelt memberkan solus dalam pembelajaran sepert: 1. Pendekatan ketramplan proses merupakan suatu anutan cara berpkr peserta ddk agar peserta ddk lebh bsa memeham tentang konsep Sans (fska) dengan mengetahu cara penemuanya karena ketramplan proses n penerapannya berupa percobaan dlaboratorum.. Pendekatan ketramplan proses salah satu meda pembelajaran yang mendorong peserta ddk untuk bsa mengert dan memaham tentang apa yang harus dkerjakan ddalam pembelajaran, karena dsn peserta ddk d tunyut untuk mengetahu, membuktkan, bahkan menemukan konsep dalam mater-mater Sans (fska). 3. Pendekatan ketramplan proses n akan menuntut peserta ddk untuk memperhatkan arahan dar guru untuk dasar mereka melakukan percobaan. 4. ketka peserta ddk mengert tentang konsep-konsep Sans (fska) sepert yang tertuang dalam pembelajaran n past akan bsa menngkatkan hasl belajar peserta ddk secara umum. Dalam pengelolaan pengajaran, peserta ddk yang duduk dengan rap dan dam juga tdak dapat dpastkan memperhatkan semua penjelasan guru bsa saja pandangan mata peserta ddk terarah pada gerak skap dan gaya mengajar. Bahkan kedaman peserta ddk terkadang memang takut pada

17 Guru, takut d tunjuk, dtanya, dan apalag kalau d suruh mengerjakan soal. Guru terkadang juga sadar bahwa pelajaran yang dberkan tdak semuanya dapat dserap peserta ddk. Salah satu cara untuk menngkatkan hasl belajar peserta ddk adalah dengan mengubah cara penyampaan mater, salah satunya dengan model pembelajaran ketramplan proses. Sehngga hasl belajar peserta ddk bsa tumbuh dan merasa senang dengan pelajaran Sans terutama fska yang mereka anggap pelajaran yang sult. Melhat problematka d atas seorang guru harus mempunya suatu metode pengajaran yang bsa mengkat perhatan peserta ddk dan membuat peserta ddk menjad senang dalam belajar fska. Para ahl menganggap metodolog pengajaran sebaga lmu bantu yang tdak dapat berdr sendr, tetap berfungs membantu bdang-bdang lan dalam proses pengajaran 5. Untuk mengatas problematka tersebut dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yatu model pendekatan ketramplan proses. B. Identfkas Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagamana ddeskrpskan datas, maka masalah peneltan n dapat ddentfkaskan sebaga berkut : 1. Pemahaman peserta ddk MTs N 1 Semarang tentang konsep pelajaran Sans (fska) mash rendah. khususnya pada mata pelajaran Sans (fska) mereka merasa kesultan dalam memaham konsep-konsep dasarnya dan merasa jenuh dkarenakan model pembelajaran Sans (fska) yang dterapkan guru mereka anggap membosankan.. Perhtan peserta ddk MTs N 1 Semarang terhadap mater Sans (fska) yang dsampakan guru mash rendah. Sehngga peserta ddk merasa sudah cukup dengan mendengarkan pelajaran d dalam kelas yang dterangkan oleh guru yang membuat mereka mengabakan penjelasa atas pelajaran yang dsampakan guru dan senang berman. 5 Slameto, op.ct., hlm. 184

18 3. Anggapan sult peserta ddk MTs N 1 Semarang tentang pelajaran Sans (fska). Sehngga menmbulkan adanya rasa takut, sungkan, bahkan cagguh pada dr peserta saat menerma pelajaran Sans (fska) karena merasa bngung dan mereka sudah menganggap bahwa pelajaran n sult. 4. Banyak dar hasl belajar peserta ddk MTs N 1 Semarang yang belum tuntas (sesua KKM). Kurang varatfnya metode/model pembelajaran yang dkembangkan oleh penddk menyebabkan peserta ddk kurang terlbat secara aktf dalam proses pembelajaran Sans (fska). C. Pembatasan Masalah Berangkat dar permasalahan datas, serta pertmbangan waktu dan baya, maka penuls membatas permasalahan n sebaga berkut: 1. Sasaran peneltan terbatas pada peserta ddk tngkat SMP/MTs.. Sasaran peneltan dtunjukkan kepada peserta ddk kelas VII semester ganjl. 3. Sasaran peneltan terbatas pada mater pokok kalor. 4. Sasaran peneltan terbatas pada Tahun Pelajaran 010/ Sasaan peneltan tebatas pada pemahaman kogntf peseta ddk. D. Penegasan Istlah Dalam penegasan stlah n, agar tdak terjad kesalah pahaman dalam memberkan nterpretas serta memudahkan dalam pemahaman maka perlu djelaskan beberapa stlah yang dgunakan dalam skrps n: 1. Efektvtas Efektvtas adalah ketepatgunaan, hasl guna, dan menunjang tujuan 6. Jad efektvtas yang dmaksud dalam peneltan n adalah keberhaslan tentang usaha atau tndakan, yatu keberhaslan pemberan model pembelajaran Sans dengan pendekatan keteramplan proses 6 Hendro Dermawan,dkk, Kamus Ilmah Populer, (Surabaya: Bntang Cemerlang, 010), hlm 114

19 terhadap hasl belajar peserta ddk kelas VII MTs N 1 Semarang pada mater pokok kalor sesua dengan harapan dan tujuan yang dngnkan.. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dgunakan sebaga pedoman dalam merencanakan pembelajaran d kelas atau pembelaja ran dalam tutoral. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan dgunakan, termasuk d dalamnya tujuan-tujuan pengajaran tahap-tahap dalam pembelajaran, lngkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas Pendekatan Keteramplan Proses Pendekatan Keteramplan Proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keteramplan-keteramplan ntelektual, sosal, dan fsk yang bersumber dar kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prnspnya telah ada dalam dr pembelajar Hasl Belajar Menurut Clfford T. Morgan yang dkutp Mustaqm dalam buku Ilmu Jwa Penddkan djelaskan learnng s any relatvely permanent change n behavour that s a result of past experence (Belajar adalah perubahan tngkah laku yang relatf tetap yang merupakan hasl pengalaman yang lalu) 9. Belajar merupakan proses ndvdu yang bernteraks dengan lngkungannya untuk mendapatkan perubahan perlaku, maka hasl belajar n bsa dkatan sebuah proses yang dlalu ndvdu dalam mencapa hasl sebuah proses dar perlaku sebelumnya. sehngga defns belajar dapat dartkan sebaga proses perubahan tngkah laku dar pengalaman yang telah ddapat. Sedangkan hasl belajar adalah pencapaan tngkat 7 Tranto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teor dan Praktek, (Surabaya: Prestas Pustaka, 007), hlm. 1 8 Dmyat dan Mudjono, Belajar dan Pembelajaran,( Jakarta: Departemen Penddkan dan Kebudayaan, 1999), hlm Mustaqm, Ilmu Jwa Penddkan, (Semarang: CV. Andalan kta, 007), hlm. 37

20 keberhaslan seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar untuk mencapa kepandaan atau lmu. 5. Sans Sans atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah lmu yang pokok bahasannya alam dengan segala snya atau pengetahuan yang sstemats atau tersusun secara teratur, berlaku umum dan berupa kumpulan data hasl observas dan ekspermen. dan obyektf serta dapat dtelt kebenarannya Mater Pokok Kalor Mater kalor merupakan salah satu mater yang d pelajar d MTs N 1 Semarang semester I (ganjl), dalam meter n banyak peserta ddk merasa kurang bsa menguasa karena memang menurut sebagan dar mereka merasa kesukaran. Dengan setandar kompetens: Memaham wujud zat dan perubahanya, dan kepetens dasar: Mendeskrpskan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehdupan sehar-har. 7. Kelas VII B MTs N 1 Semarang Kelas VII B adalah salah satu kelas VII MTs N 1 Semarang yang terplh sebaga sempel untuk dtelt dengan model pendekatan ketramplan proses. E. Perumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah sebagamana dungkapkan d atas, maka dapat dfokuskan peneltan n darahkan atau dbatas pada hal-hal berkut: Apakah Pembelajaran Sans dengan Pendekatan Keteramplan Proses Efektf terhadap Hasl Belajar d MTs N 1 Semarang Kelas VII pada Mater Pokok Kalor? 10 Tm Penyusun, Standar Penlaan Buku Pelajaran Sans, (Jakarta : Pusat Perbukuan Depdknas, 003), hlm. 1

21 F. Manfaat Peneltan 1. Manfaat peneltan n adalah : a. Bag Guru 1) Member gambaran bag guru bdang stud Saans (fska) mengena pembelajaran pendekatan ketramplan proses dalam menngkatkan hasl belajar peserta ddk. ) Memberkan dan memperkaya model pembelajaran Sans (fska) yang lebh sesua dengan kebutuhan peserta ddk. 3) Menngkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan kurkulum dan kegatan belajar mengajar secara efektf dan efsen. b. Bag peserta ddk 1) Membangktkan kepercayaan dr dan memotvas belajar Sans (fska) yang terkesan sult. ) Membantu peserta ddk dalam mengembangkan dan menngkatkan mnat belajar Sans (fska) untuk memperoleh hasl optmal dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pendekatan ketramplan proses. 3) Memberkan pengalaman langsung pada peseta ddk dalam menemukan konsep-konsep Sans (fska), dan merangsang mereka aktf, kreatf serta menumbuhkan skap postf mereka terhadap bdang stud Sans (fska) yang terkesan sult.

22 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskrps Teor 1. Teor Belajar Dalam kerangka sstem belajar mengajar, terdapat komponen proses yakn keaktfan fsk, mental, ntelektual, dan emosonal dan serta keterpaduan komponen produk, yakn hasl belajar berupa keterpaduan aspek-aspek kogntf, afektf, dan pskomotor 11. Secara lebh rnc kemampuan produk tu mencakup berbaga kemampuan yang membuat peserta ddk menjad aktf dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran n peserta ddk dtuntut untuk bsa mencapa kemampuan yang dharapkan, kemampuan tu melput mengamat, mengtepretaskan, meramalkan, mengkaj, menjeneralsas, menemukan, mendskuskan, dan mengkomunkaskan hasl penemuan yang telah dtemukan. Dalam penemuan dperlukan langkah-langkah atau metode dan haslnya akan sult terlupakan karena peserta ddk mengalamnya sendr. Sehngga jka peserta ddk menemukan sendr dar apa yang dkerjakan maka akan membuat suatu pengalaman dan pengalaman tulah yang nantnya akan menjad hasl dar sebuah proses belajar. Dmana dalam sebuah penemuan peserta ddk akan bsa lebh paham dengan konsepkonsep yang ada. Karena sebuah penemuan pada dasarnya juga bsa membuktkan kebenaran sebuah konsep bahkan bsa mendapatkan konsep-konsep yang baru. Sehngga perlu bag peserta ddk untuk menemukan sebuah konsep tersebut dengan sebuah kerja laboratorum. Pembelajaran dengan penemuan (nqury) merupakan satu komponen pentng dalam melakukan pendekatan konstruktvstk yang telah memlk sejarah panjang dalam novas dan pembnaan penddkan. Dalam pembelajaran dengan penemuan (nqury), peserta ddk ddorong untuk belajar sebagan besar melalu keterlbatan aktf mereka sendr 11 Oemar hamalk, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bum Aksara, 003), hlm. 138

23 dengan konsep-konsep dan prnsp-prnsp yang mendorong peserta ddk untuk memlk pengalaman dan melakukan percobaan yang memungknkan mereka menemukan prnsp-prnsp untuk mereka sendr. Cara belajar nqury dan dcovery mendorong peserta ddk untuk terlbat aktf terhadap konsep dan prnsp-prnsp sedangkan guru mendorong peserta ddk agar memlk pengalaman dan melaksanakan ekspermen yang memungknkan peserta ddk menemukan konsep untuk drnya sendr. Hasl belajar berupa kapabltas. Setelah belajar orang memlk keteramplan, pengetahuan, skap, dan nla. Tmbulnya kapabltas tersebut adalah dar stmulas yang berasal dar lngkungan, dan proses kogntf yang dlakukan oleh pembelajaran 1. Hal n sesua dengan apa yang terdapat dalam pendekatan ketramplan proses, peserta ddk dajarkan memaham konsep melalu sebuah percobaan ddalam laboratorum. Dengan demkan, belajar merupakan seperangkat taraf berpkr seseorang yang mengubah sfat stmulas lngkungan melewat pengolahan nformas sehngga tmbul kapabltas baru. Belajar dapat dklasfkaskan ke dalam dua dmens. Dmens yang pertama, berhubungan dengan cara nformas atau mater pelajaran dsajkan pada peserta ddk melalu penermaan atau penemuan. Dmens kedua, menyangkut cara bagamana peserta ddk dapat mengatkan nformas yang telah ada. Sehngga dalam belajar seorang akan merasakan adanya perubahan dalam drnya. Ketka seorang tu sudah melualu proses dalam kegatan belajar untuk mencapa sebuah perubahan dalam dr maka perlu bag seorang untuk menerapkan prnsp-prnsp dalam perubahan dalam drnya tersebut. Dalam menumbuhkan skap lmah seorang, maka seorang akan mengalam skap perubahan dalam drnya, sehngga skap 1 Dmyat dan Mudjono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Penddkan dan Kebudayaan, 1999). hlm 10

24 tulah yang nantnya akan menumbuhkan perubahan dalam hdup dan dar tu pula seorang mengfaham perubahan skap dalam drnya. Kajan yang dlakukan seorang akan menumbuhkan tarafr berpkr seorang. Dmana pertumbuhan tulah seorang akan mengalam proses perubahan dalam tngkah laku, karena dar sn seorang mengalam perubahan untuk mencapa perubahan tngkah laku. Belajar bukan merupakan sesuatu yang bsa dlakukan dengan cepat tetap lebh banyak pada proses. Belajar bukan hanya sekedar untuk mendapatkan sebuah hasl saja tetap, proses belajar merupakan sebuah langkah untuk mendapatkan pengetahuan.. Pendekatan Pembelajaran Ada beberapa metode yang cenderung untuk mengaktfkan peserta ddk antara lan ceramah yang dserta tanya jawab, demonstras, dskus, dan ekspermen 13. Metode belajar akan lebh efektf jka dserta dengan pendekatan pembelajaran karena metode dan pendekatan pembelajaran memlk peran yang pentng dalam proses belajar mengajar. Ada banyak metode pembelajaran yang dapat dgunakan dalam proses belajar mengajar. Pada dasarnya metode pembelajaran dapat dlhat melalu dua sudut pandang yatu, Pertama peserta ddk dpandang sebaga objek belajar, dalam hal n pembelajaran menuntut keaktfan guru atau yang basa dsebut tutur dan kapur. Kedua, peserta ddk sebaga subyek dan obyek belajar, peserta ddk dtuntut keaktfannya dalam proses belajar. Dalam menerapkan pendekatan yang basa dan cocok untuk menunjang keaktfan peserta ddk dantaranya adalah pendekatan konsep dan pendekatan proses. Dmana pendekatan n peserta ddk dajarkan untuk memaham konsep dar sebuah penemuan atau dscovery, yang 13 Memes, W, Model Pembelajaran Fska d SMP, ( Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (PGSM) IBRD,. 000). hlm. 40

25 mana peserta ddk akan lebh bsa memaham karena membuktkan konsep atau melakukan penemuan sendr dar hasl ekpermennya. Konsep adalah suatu de atau gagasan yang dgeneralsaskan dar pengalaman manusa dengan beberapa perstwa benda dan fakta. Konsep tu adalah hasl berfkr manusa yang merangkum beberapa pengalaman 14. Konsep dalam fska sangat pentng untuk memperoleh dan mengkomunkaskan pengetahuan. Dengan menguasa konsepkonsep kemungknan untuk memperoleh pengetahuan baru pada peserta ddk tdak terbatas. Pendekatan proses adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran IPA yang beranggapan bahwa IPA tu terbentuk dan berkembang melalu suatu proses lmah yang juga harus dkembangkan pada peserta ddk sebaga pengalaman yang bermakna yang dapat dgunakan sebaga bekal perkembangan dr selanjutnya 15. Pemahaman konsep fska tdak hanya haslnya saja yang dutamakan tetap proses mendapatkan konsep sangat pentng untuk membangun pengetahuan peserta ddk. Keteramplan dan skap lmah memlk peran yang pentng dalam menemukan konsep fska. Keteramplan proses merupakan proses lmah sehngga sesua untuk pelajaran sans khususnya fska. Produk dar fska berupa fakta, konsep, prnsp, teor, dan hukum sehngga sangat pentng untuk dterapkan. 3. Pendekatan Keteramplan Proses Pembelajaran merupakan suatu proses nteraks hubungan tmbal balk antara guru dengan peserta ddk. Guru memberkan bmbngan dan menyedakan berbaga kesempatan yang dapat mendorong peserta ddk belajar dan untuk memperoleh pengalaman sesua dengan tujuan 14 Memes, W. Ibd, Ibd, 40

26 pembelajaran. Tercapanya tujuan pembelajaran dtanda oleh tngkat penguasaan kemampuan dan pembentukan keprbadan. Proses pembelajaran melbatkan berbaga kegatan dan tndakan yang perlu dlakukan oleh peserta ddk untuk memperoleh hasl belajar yang bak. Kesempatan untuk melakukan kegatan dan perolehan hasl belajar dtentukan oleh pendekatan yang dgunakan oleh guru dan peserta ddk dalam proses pembelajaran tersebut. Suatu prnsp untuk memlh pendekatan pembelajaran alah belajar melalu proses mengalam secara langsung untuk memperoleh hasl belajar yang bermakna. Proses tersebut dlaksanakan melalu nteraks antara peserta ddk dengan lngkungannya. Peserta ddk dharapkan termotvas dan senang melakukan kegatan belajar yang menark dan bermakna bag drnya. Hal n berart bahwa peranan pendekatan belajar mengajar sangat pentng dalam katannnya dengan keberhaslan belajar. Beberapa alasan yang melandas perlunya dterapkan keteramplan proses dalam kegatan belajar mengajar yatu : a. Perkembangan lmu pengetahuan yang berlangsung begtu cepat sehngga tdak mungkn lag seorang guru memberkan semua fakta dan konsep kepada peserta ddk. b. Pada prnspnya anak mempunya motvas dar dalam drnya sendr untuk belajar. Hal n bsa dsebabkan oleh rasa ngn tahu anak terhadap sesuatu. c. Semua konsep yang telah dtemukan melalu penyeldkan lmah tdak bersfat mutlak sehngga mash terbuka untuk dpertanyakan, dpersoalkan dan dperbak. d. Adanya skap dan nla-nla yang perlu dkembangkan. Kegatan belajar mengajar harus mengusahakan agar semua pengalaman dan pengetahuan yang dperoleh peserta ddk merupakan hasl pengalamannya sendr. Peserta ddk melalu kegatan penyeldkan dan pengamatan peserta ddk sendr ataupun melalu praktk kerja laboratorum sehngga

27 dharapkan mampu melath keteramplan peserta ddk dalam mengaplkaskan konsep fska yang telah ada, sedangkan seorang guru hanyalah sebaga pembmbng dan motvator, serta fasltator bag peserta ddk. Hal n sesua dengan Kurkulum Tngkat Satuan Penddkan (KTSP) yang menyatakan bahwa kegatan pembelajaran darahkan pada kegatan prakts yang mendorong anak melakukan kegatan produktf sepert mengamat, merancang, melaksanakan percobaan, mengklasfkaskan dan kegatan prakts lannya. Pengamatan teorts yang akan dsajkan lebh darahkan pada pencaran nformas maupun dskus, tanya jawab dan membaca buku sumber. Pendekatan keteramplan proses adalah suatu cara untuk mengembangkan keteramplan-keteramplan yang menjad roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan skap dan nla. Pengajaran dengan pendekatan keteramplan proses dlaksanakan melalu langkah-langkah sebaga berkut: a. Observas Kegatan n bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau fenomena sehngga mampu membedakan yang sesua dan yang tdak sesua dengan pokok permasalahan. Pengamatan d sn dartkan sebaga penggunaan ndra secara optmal dalam rangka memperoleh nformas yang lengkap atau memada. b. Mengklasfkaskan Kegatan n bertujuan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. c. Mengnterpretaskan atau menafsrkan data Data yang dkumpulkan melalu observas, perhtungan, pengukuran, ekspermen, atau peneltan sederhana dapat dcatat atau dsajkan dalam berbaga bentuk, sepert tabel, grafk, dagram.

28 d. Meramalkan (mempredks) Hasl nterpretas dar suatu pengamatan dgunakan untuk meramalkan atau memperkrakan kejadan yang belum damat atau kejadan yang akan datang. Ramalan berbeda dar terkaan, ramalan ddasarkan pada hubungan logs dar hasl pengamatan yang telah dketahu sedangkan terkaan ddasarkan pada hasl pengamatan. e. Membuat hpotess Hpotess adalah suatu perkraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadan atau pengamatan tertentu. Penyusunan hpotess adalah salah satu kunc pembuka tabr penemuan berbaga hal baru. f. Mengendalkan varabel Varabel adalah faktor yang berpengaruh. Pengendalan varabel adalah suatu aktftas yang dpandang sult, namun sebenarnya tdak sesult yang kta bayangkan. Hal n tergantung dar bagamana guru menggunakan kesempatan yang terseda untuk melath anak mengontrol dan memperlakukan varabel. g. Merencanakan peneltan / ekspermen Ekspermen adalah melakukan kegatan percobaan untuk membuktkan apakah hpotess yang dajukan sesua atau tdak. h. Menyusun kesmpulan sementara Kegatan n bertujuan untuk menympulkan hasl dar percobaan yang telah dlakukan berdasarkan pada pola hubungan antara hasl pengamatan yang satu dengan yang lannya.. Menerapkan (mengaplkaskan) konsep Mengaplkaskan konsep adalah menggunakan konsep yang telah dpelajar dalam stuas baru atau dalam menyelesakan suatu masalah, msalnya sesuatu masalah yang dbcarakan dalam mata pelajaran yang lan. j. Mengkomunkaskan

29 ( Kegatan n bertujuan untuk mengkomunkaskan proses dar hasl perolehan kepada berbaga phak yang berkepentngan, bak dalam bentuk kata-kata, grafk, bagan maupun tabel secara lsan maupun tertuls 16. Praktk pengajaran dengan pendekatan ketramplan proses menuntut perencanaan yang sungguh-sungguh dan berkeahlan, kreatf dalam pelaksanaan pengajaran, dan mahr dalam mendayagunakan aneka meda serta sumber belajar. Jad guru bersama peserta ddk semakn dtuntut bekerja keras agar praktk pendekatan ketramplan proses berhasl efektf dan efsen. B. Hasl Belajar 1. Pengertan Hasl Belajar Sebelum membahas tentang hasl belajar perlu dketahu pengertan belajar tu sendr. Banyak pengertan tentang belajar yang dkemukakan oleh para pakar penddkan. Beberapa dantaranya mengatakan bahwa belajar adalah proses nteraks dengan lngkungannya. Hal n berart bahwa manusa belajar melalu nteraks dengan lngkungannya yang akan berlangsung seumur hdupnya, karena pada dasarnya manusa dcptakan oleh Allah SWT sebaga makhluk sosal yang tdak lepas dar lngkungannya. Sebaga makhluk sosal, maka manusa mempunya tanggungjawab sebaga khalfah Allah d bum. Sebagamana frman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30:. Zpxÿ Î=yz ÇÚö F{$# ÎoTÎ) Ïps3Í»n=yJù=Ï9 š /u ta$s% øœî)ur 16 Conny, Semawan, Pendekatan Ketramplan Proses, (Jakarta: Grameda Wdasarana Indonesa, 199), hlm

30 Ingatlah ketka Tuhanmu berfrman kepada para malakat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadkan seorang khalfah d muka bum." 17 Pengertan lan dar belajar adalah serangkaan kegatan jwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tngkah laku sebaga hasl dar pengalaman ndvdu dalam nteraks dengan lngkungannya yang menyangkut kogntf, afektf dan pskomotork 18 Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dlakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tngkah laku yang baru secara keseluruhan, sebaga hasl pengalamannya sendr dalam nteraks dengan lngkungannya 19. Menurut Oemar Hamalk belajar adalah modfkas atau memperteguh kelakuan melalu pengalaman (learnng s defned as the modfcaton or strengthenng of behavor through experencng ) 0. Menurut pengertan n, belajar merupakan suatu proses, suatu kegatan dan bukan suatu hasl atau tujuan. Belajar bukan hanya mengngat, akan tetap lebh luas dar tu, yakn mengalam. Hasl belajar bukan suatu penguasaan hasl lathan melankan pengubahan kelakuan. Dar beberapa defns datas, dapat dsmpulkan bahwa belajar adalah suatu proses nteraks dengan lngkungannya yang menyebabkan terjadnya perubahan-perubahan, bak dalam tngkah laku, pemkran, pemahaman, keteramplan dan nla skap yang bak sebaga hamba Allah maupun sebaga khalfah Allah. Perubahan tngkah laku yang terjad tu sebaga akbat dar kegatan belajar yang telah dcapa dar proses belajar. Karena belajar adalah suatu proses, maka dar proses tersebut akan menghaslkan suatu hasl dan hasl dar proses belajar adalah berupa hasl belajar. hlm Mahmud Yunus, Terjemah Al-Qur an Al-Karm, (Bandung: PT Al-Ma arf, 1994), 18 Syaeful Bahr Djamarah, Pskolog Belajar,(Jakarta: Rhneka Cpta, 00), hlm Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhnya,(Jakarta: Rhneka Cpta, 1995), hlm. 0 Oemar hamalk, Op.ct, hlm. 7

31 Istlah hasl belajar tu sama dengan prestas belajar. Hasl belajar/prestas belajar dapat drah melalu proses belajar, belajar tu tdak hanya mendengarkan dan memperhatkan penddk yang sedang memberkan pelajaran ddalam kelas, atau peserta ddk membaca buku, akan tetap lebh luas dar kedua aktvtas datas.. Beberapa Defns Tentang Hasl Belajar Menurut Nana Sudjana Hasl belajar adalah kemampuankemampuan yang dmlk peserta ddk setelah a menerma pengalaman belajarnya 1. Setap pengalaman yang dlakukan seorang akan menumbuhkan sebuah hasl, Hasl perubahan skap dan tngkah laku dalam hdup nlah yang merupakan sebuah proses dalam belajar yang merupakan hasl sebuah belajar untuk mencapa perubahan tngkah laku. Dar perubahan yang dalam seorang n maka akan menumbuhkan skap lmah seorang dalam mencapa perlaku hdupnya. Dalam pencapaan hasl belajar n seorang akan mengalam perubahan tngkah laku dalam hdupnya. Perubahan yang dalam n tdak akan terlepas dar sebuah proses yang dlakukan seseorang Jad, secara sederhana hasl belajar adalah penguasaan keteramplan dan pengetahuan yang dmlk peserta ddk dalam mata pelajaran yang dtunjukkan dengan tes atau nla yang dberkan oleh guru dan kemampuan perubahan skap/tngkah laku yang dperoleh peserta ddk melalu kegatan belajar. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruh Hasl Belajar a. Faktor Luar (Eksternal) Faktor luar yatu merupakan faktor yang berasal dar luar dar peserta ddk yang mempengaruh proses dan hasl belajar dantaranya yatu : 1 Nana Sudjana, Penlaan Hasl Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 006),Cet 11, hlm.

32 1) Faktor Lngkungan Faktor lngkungan dapat dkelompokkan menjad dua kelompok, yatu sebaga berkut: (a) Lngkungan Alam Lngkungan alam sepert keadaan suhu, kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap proses dan hasl belajar peserta ddk. (b) Lngkungan Sosal Lngkungan sosal bak yang berwujud manusa maupun yang berwujud hal-hal lan, langsung berpengaruh terhadap proses dan hasl belajar. Kadang terdapat pengaruh kurang menguntungkan dar lngkungan pabrk dan hruk pkuk lalu lntas. ) Faktor Instrumental Faktor nstrumental adalah faktor yang pengadaan dan penggunaannya drancang sesua dengan hasl belajar yang dharapkan. Faktor nstrumental antara lan yatu : kurkulum, program, sarana, fasltas, dan guru 3. b. Faktor Dalam (Internal) Faktor dalam merupakan faktor yang berasal dar dalam dr peserta ddk yang mempengaruh proses dan hasl belajar dantaranya, yatu: 1) Faktor Fsologs Faktor fsologs melput konds fsologs umum dan konds panca ndera. Konds fsologs umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Pada konds fsologs umum, msalnya orang yang dapat keadaan segar jasmannya dan berlanan belajarnya dar orang yang dalam Syaful Bahr Djamarah, Op. Ct., hlm Ibd, hlm. 146

33 keadaan kelelahan. Anak-anak yang kurang gz, kemampuan belajarnya d bawah anak-anak yang tdak kekurangan gz, mereka cepat lelah, mudah mengantuk dan tdak mudah menerma pelajaran. Sedangkan pada konds panca ndera yang palng berperan terutama adalah penglhatan dan pendengaran. ) Faktor Pskologs Faktor pskologs merupakan hal yang utama dalam menentukan ntenstas belajar seorang anak dan yang mempengaruh proses hasl belajar peserta ddk. Faktor-faktor pskologs melput mnat, kecerdasan, bakat, motvas dan kemampuan berfkr Alat-Alat untuk Mengukur Hasl Belajar Kegatan penlaan dan pengujan penddkan merupakan salah satu mata ranta yang menyatu terjaln ddalam proses pembelajaran peserta ddk. bahwa cara melancarkan tes nlah yang palng banyak dlakukan oleh para penddk dalam melakukan penlaan terhadap hasl belajar peserta ddknya. Dengan demkan peranan tes sebaga salah satu alat/teknk penlaan penddkan khususnya dalam proses belajar mengajar sangat pentng 5. Penlaan atau tes tu berfungs untuk memperoleh umpan balk dan selanjutnya dgunakan untuk memperbak proses belajar mengajar, maka penlaan tu dsebut penlaan formatf. Tetap jka penlaan tu berfungs mendapatkan nformas sampa mana prestas atau penguasaan dan pencapaan belajar peserta ddk yang selanjutnya dperlukan bag penentuan lulus tdaknya seseorang peserta ddk maka penlaan tu dsebut penlaan sumatf 6. 4 Ibd, hlm Ibd, hlm. 6 Ibd, hlm

34 Jka dlhat dar seg alatnya, penlaan hasl belajar dapat dbedakan menjad dua macam yatu tes dan non tes. Tes ada yang dberkan secara lsan (menuntut jawaban secara lsan) n dapat dlakukan secara ndvdu maupun kelompok, ada juga tes tulsan (menuntut jawaban dalam bentuk tulsan), tes n ada yang dsusun secara obyektf dan uraan, dan tes tndakan (menuntut jawaban dalam bentuk tndakan). Sedangkan non tes sebaga alat penlaannya mencakup observas, kusoner, wawancara, skala sosometr dan stud kasus 7. C. Tnjauan Mater Kalor 1. Kalor Kalor adalah sesuatu yang dpndahkan d antara sebuah sstem dan sekellngnya sebaga akbat dar hanya perbedaan temperatur 8. Sehngga kalor sendr bsa dkatakan energ yang dapat berpndah dar benda yang bersuhu tngg ke benda yang bersuhu rendah. Akbatnya suhu benda yang kehlangan kalor akan turun dan suhu benda yang mendapatkan kalor akan nak. Dan suatu benda kemungknan akan mengalam perubahan suhu dan perubahan wujud zat. Dar yang dlakukan Jammes Prescount Joule secara telt berulang-ulang nlah yang yang menemukan kalor merupakan bentuk energ sehngga hubungan antara satuan kalor dengan Joule sebaga berkut 9 : 1 kalor = 4,18 joule 1 joule = 0,4 kalor Bla energ panas dtambahkan pada suatu zat, maka temperatur zat tu nak. Jumlah energ panas Q yang dbutuhkan untuk menakkan temperatur 7 Nana Sudjana, Op.ct, hlm. 5 8 John Wley dan Sons, Fska, dterjemahkan oleh Pantur Slaban Ph.D, et al., (Bandung: Erlangga, 1985), cet. 3, hlm Ibd, hlm. 74

35 Suatu zat adalah sebandng dengan perubahan temperatur dan massa zat tu. Jumlah energ panas Q juga bergantung pada sfat alam bahan; msalnya untuk menakkan 1 kg ar sebesar 1 C dperlukan 4190 J, tap hanya 910 J untuk menakkan 1 kg alumnum. Dengan menyatukan seluruh hubungan tersebut dperoleh 30 : Q = m c T dmana Q = jumlah energ panas (Joule) m = massa zat (kg) c = kalor jens zat (J/kg C) T = perubahan suhu ( C) Kalor yang dberkan pada suatu zat dapat mengubah wujud zat. Zat yang berwujud padat dapat berubah menjad car. Jka kalor yang dberkan dtambah, maka zat yang berwujud car dapat berubah menjad gas. hal tersebut bsa dlhat sepert pada gambar Perubahan Wujud Akbat Kalor Ada 6 stlah perubahan dar 3 zat, yatu: 1) Membeku 3) Menyublm 5) Mengembun ) Mencar 4) Mengkrstal 6) Menguap Gambar.1.1 Dalam keadaan bebas ternyata tdak semua benda dapat mengalam ketga tngkat wujud tersebut. Msalnya sesuatu balok kayu dpanaskan, ternyata balok tdak mencar sepert es dpanaskan. Begtu pula dengan 30 Paul A.Tpler, Fska untuk Sans dan Teknk Eds Ke-Tga, Dterjemahkan oleh Lea Prasetyo, et. al., dar Physc for Scents and Engneers, Thrd Edton, Jld I, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 008), Cet. 9, hlm. 599.

36 kapur barus, dalam keadaan bebas selalu berubah menjad gas yang dnamakan menyublm. Bahkan, sebutr telur akan mengeras apabla dpanaskan (drebus). Dar contoh d atas ternyata ada kalor yang tdak dpergunakan untuk menakkan suhunya melankan dgunakan untuk mengubah wujudnya. Selama proses perubahan wujud, kalor yang dterma tdak dgunakan untuk menakkan suhunya tetap untuk mengubah wujud benda, kalor yang demkan dnamakan kalor laten (tersembuny). Apabla dnyatakan dalam bentuk persamaan menjad sebaga berkut 31 : Q L = atau Q = m.l m Keterangan Q = kalor (joule atau kalor) m = masa (kg atau gr) L = kalor laten (J/kg atau kal/gram) 3. Asas Black Ketka bagan-bagan yang berbeda dar sstem yang tersolas berada pada temperatur yang berbeda, kalor akan mengalr dar bagan dengan temperatur yang lebh tngg ke bagan dengan temperatur yang lebh rendah. Jka sstem tersolas seluruhnya, tdak ada energ yang mengalr ke dalam atau ke luar. Jad, kekekalan energ memankan peranan pentng. Kehlangan kalor sebanyak satu bagan sstem sama dengan kalor yang ddapat oleh bagan yang lan. Jad asas Black berbuny sebaga berkut: kalor yang dlepas akan sama dengan kalor yang dterma 3. Bla dtulskan dalam rumus sebaga berkut: 31 Hugh D. Young, et. al., Fska Unverstas Eds Ke-Sepuluh, dterjemahkan oleh Endang Yulastut dar Unversty Physc Tenth Edton, Jld 1, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 006), Cet. 8, hlm Douglas C. Gancol, Fska Eds Ke-Lma, Dterjemahkan oleh Yuhlza Hanum, dar Physc Ffth Edton, Jld 1, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 006), Cet. 8, hlm. 494.

37 Q k = Q m Keterangan Q k : jumlah kalor yang keluar / dlepas Q m : jumlah kalor yang masuk / dterma D. Penerapan Mater dengan Pendekatan Ketramplan Proses Pendekatan ketramplan proses yang dlakukan dalam penerapanya dalam mater kalor n yatu dengan sebuah kerja laboratorum (dscovery). model pembelajaran yang mentk beratkan pada peserta ddk untuk mengetahu konsep konsep tentang mater kalor melalu hasl kerja laboratorum. Dengan pembelajaran berbass penemuan (dscovery) n yang tentunya akan bsa menuntun peserta ddk memaham konsep konsep fska dengan sebuah penemuan ataupun sebuah percobaan. Pembelajaran yang dlakukan yatu berupa pembelajaran dengan melakukan percobaan untuk membuktka teor kalor yang ada dan untuk memudahkan peserta ddk dalam memaham konsep Sans (fska). Sehngga peserta ddk dharapkan bsa memaham konsep Sans pada mater pokok kalor karena peserta ddk menemukan ataupun membuktkan konsep yang telah ada. Sans (fska) erat katannya dengan kegatan laboratorum. Konsepkonsep fska yang sangat erat katannya dengan energ dan alam serta aplkasnya dalam kehdupan sehar-har perlu duj kebenarannya melalu kegatan laboratorum. Dalam proses pengajaran Sans (fska) perlu adanya kegatan-kegatan laboratorum yang d dalamnya tdak lepas dar kelengkapan alat-alat percobaan fska dalam kehdupan sehar-har. Dengan kegatan laboratorum peserta ddk akan melaksanakan proses belajar yang aktf, penyerapan pada mater pelajaran akan lebh tngg. Pembelajaran dengan kegatan laboratorum sesua dengan teor belajar konstruktvsme. Dalam kegatan laboratorum peserta ddk dapat membangun. pengetahuan atau pemahaman konsep sesua data dan fakta yang dperoleh melalu kegatan percobaan. Kegatan laboratorum memlk peran pentng dalam penddkan Sans (fska), karena dapat memberkan cara berfkr lmah peserta ddk. Peserta ddk dlath untuk membaca data secara objektf dan dar data yang dperoleh yang berupa fakta-fakta maka dapat dambl suatu kesmpulan. Kegatan laboratorum memungknkan peserta ddk untuk dapat menumbuhkan berfkr lmah. Melalu percobaan-percobaan dalam kegatan laboratorum peserta ddk akan melaksanakan proses belajar aktf memperoleh pengalaman langsung sehngga peserta ddk dapat mengembangkan berbaga keteramplan pskomotork yang sebenarmya sudah ada dalam dr peserta ddk tersebut.

38 Sesua prnsp pendekatan ketramplan proses maka dterapkan langkah-langkah dalam ketramplan proses n dengan ndkator sebaga berkut: Langkah-langkah Pendekatan Ketramplan Proses Melakukan pengamatan (observas) Menafsrkan pengamatan (nterpretas) Mengelompokkan (klasfkas) Meramalkan (predks) Berkomunkas Berhpotess Indkator yang Ingn Dcapa Mengdentfkas cr-cr suatu jens benda. Mengdentfkas persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau mater dalam Sans (fska) Membaca alat ukur. Mengdentfkas fakta-fakta berdasarkan hasl pengamatan dalam percobaan. Menafsrkan fakta atau data menjad suatu penjelasn yang logs dar sebuah pengamatan. Mencar perbedaan atau persamaan, mengontraskan cr-cr, membandngkan, dan mencar dasar penggolongan suatu zat ataupun benda. Mengajukan perkraan tentang sesuatu yang belum terjad berdasarkan suatu kecendrungan/pola yang ada. Mengutarakan suatu gagasan berdasarkan percobaan yang dlakukan. Menjelaskan penggunaan data hasl pengnderaan secara akurat suatu objek atau kejadan dalam pengamatan. Memberkan gambaran yang logs dar suatu hubungan yang dapat duj melalu percobaan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYUSUN KARANGAN BERDASARKAN RANGKAIAN GAMBAR SERI MELALUI METODE PENUGASAN DAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SDN JAMBEAN 03 SEMESTER 1 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG LINGKUNGAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT KELAS I SDN JAMBEAN 03 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA TENTANG BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF SISWA KELAS II SDN ANGKATAN LOR 02 KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN 2011 / 2012

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Laporan n Dsusun Guna Sebaga Pertanggungjawaban Pelaksanaan Praktk Pengalaman Lapangan (PPL) Tahun Akademk 2014/2015 Lokas PPL Nama Sekolah : SMA N 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh

BAB III METODE PENELITIAAN. Jenis penelitiaan ini adalah penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh 44 BAB III METODE PENELITIAAN A. Jens Peneltaan Jens peneltaan n adalah peneltan kuanttatf, karena data yang dperoleh berupa data kuanttatf. Dsampng tu jens peneltan n adalah peneltaan ekspermen, karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Adapun tujuan dar peneltan n adalah:. Untuk mengetahu pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learnng pada mater pokok kalor kelas VII d MTs Nurul Itthad

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:56) menjelaskan metode penelitian deskriptif adalah: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Sugyono (008:56) menjelaskan metode peneltan deskrptf adalah: Rumusan masalah deskrptf adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI PENERAPAN METODE BUZZ GROUP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG ANAI Yuwta Srmela 1 Fazr Zuzano 1 Nnwat 1 1 Jurusan Penddkan Matematka dan IPA,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai

BAB III METODELOGIPENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan selama ±4 bulan dari persiapan sampai 3 BAB III METODELOGIPENELITIAN 3. Lokas dan Waktu Peneltan 3.. Lokas Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger Bonepanta pada kelas X pada semester genap tahun ajaran 0/03. 3.. Waktu Peneltan Peneltan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

AHFAIZIN NIM : SKRIPSI

AHFAIZIN NIM : SKRIPSI ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KEMAMPUAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PRODUKTIVITAS PEGAWAI DI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Dsusun untuk memenuh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodolog adalah salah satu faktor yang sangat pentng dalam sebuah peneltan, juga sedkt banyak tergantung pada ketepatan metode yang dgunakan. A. Jens Peneltan Berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Menurut Sugyono (013: 6) bahwa: Metode peneltan dapat dartkan sebaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH PENILAILAN PRESTASI KERJA TERHADAP PROMOSI JABATAN KANTOR PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN UNIT KEBUN ADOLINA OLEH

SKRIPSI PENGARUH PENILAILAN PRESTASI KERJA TERHADAP PROMOSI JABATAN KANTOR PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN UNIT KEBUN ADOLINA OLEH SKRIPSI PENGARUH PENILAILAN PRESTASI KERJA TERHADAP PROMOSI JABATAN KANTOR PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN UNIT KEBUN ADOLINA OLEH Dw Wra Prawaty 110502294 PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada sswa kelas XI d SMA Neger Gorontalo, Kota Gorontalo waktu peneltan dlaksanakan d mula pada bulan Oktober 03 sampa bulan Desember

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA INTI BERBASIS MULTIMEDIA DENGAN SWISHMAX SEBAGAI MEDIA BELAJAR MANDIRI MAHASISWA FISIKA FMIPA UM Aula Rahmatka Dew, Wdjanto, Dw Haryoto Unverstas Neger Malang e-mal:

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI 1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI Shanmada Smanjuntak 1), Dr.Hj. Farda Kohar, MP ), St Syuhada, S.Pd.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor Analss Indkator Makroekonom Negara Tujuan Ekspor terhadap Knerja Ekspor Non Mgas Indonesa: Stud Kasus Lma Negara Tujuan Utama Ekspor Skrps Dajukan Sebaga Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesakan Program

Lebih terperinci