Keywords : agriculture, check dam, agricultural productivity

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Keywords : agriculture, check dam, agricultural productivity"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN CEKDAM SINGAPRAYA UNTUK PENGAIRAN LAHAN SAWAH DI DESA KADUPANDAK KECAMATAN TAMBAKSARI KABUPATEN CIAMIS Utilization of Cekdam Singapraya For Water Wetland in Kadupandak village Tambaksari sub-district Ciamis District Ina Dwi Listyani 1 (inadwilistyani@gmail.com) H. Nedi Sunaedi, Drs.,M.Si. 2 (nedi_pdil@yahoo.com) Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Abstract INA DWI LISTYANI Utilization of Cekdam Singapraya For Water Wetland in Kadupandak village Tambaksari sub-district Ciamis District. Geography Education Department of Faculty of Educational Sciences and Teachers Training Siliwangi University Tasikmalaya. The background of this research is utilization of Cekdam Singapraya for irrigation of paddy fields in the village Kadupandak Tambaksari District Ciamis District. The main issue discussed was the condition Cekdam Singapraya used for irrigation of paddy fields in the village Kadupandak Tambaksari District Kudat district and Singapraya Cekdam utilization can increase the productivity of agricultural land in the village Kadupandak Tambaksari District Ciamis District. The hypothesis of this study is Cekdam Singapraya conditions used by the people in the village Kadupandak Tambakasari District of Kudat district is for irrigation of paddy fields. Utilization Cekdam Singapraya Kadupandak Village Tambaksari District Kudat district is able to increase the productivity of agricultural land. The method used in this research is quantitative descriptive method with data collection through observation, interviews, questionnaires, study documentation and study of literature. Sampling of respondents used the technique of random sampling as much as 5% or 66 people in the village Kadupandak. The analysis technique used is a simple analytical technique with the formula percentage (%). Utilization of research results Cekdam Singapraya for irrigation of paddy fields in the village Kadupandak Tambaksari District Kudat district is water flow in Cekdam Singapraya influenced by rainfall. Rainfall plays the growth and production of food crops, especially rice plants. Cekdam Singapraya has an area of 53,000 M 2, with a depth of 4 meters average rat. Capacities of water in Cekdam Singapraya 212,000 M 3. Water conditions in Cekdam Singapraya affected by the condition of water coming into the cekdam. Source of water entering Cekdam Singapraya derived from Cisontrol River, Cikutagana River, and the river Citomo. Irrigation of Cekdam Singapraya the provision and regulation of water to support agriculture in the village Kadupandak. The existence Cekdam Singapraya in his capacity as a provider of irrigation needs of wetland, meant that the availability of water for agricultural irrigation can be maintained throughout the year. Irrigation Cekdam Singapraya serves to maintain and improve the productivity of agricultural land in order to achieve optimal results. Productivity of agricultural land in the village can be seen from Hasel Kadupandak harvest each season in the area of land cultivated by a population of 100 bricks. Total harvest before the Cekdam Singapraya on land land area of 100 bricks as much as three hundred pounds, while the number of agricultural produce after their Cekdam 100 brick Singapraya on land as much as five hundred pounds. Keywords : agriculture, check dam, agricultural productivity 1

2 ABSTRAK INA DWI LISTYANI Pemanfaatan Cekdam Singapraya untuk Pengairan Lahan Sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Latar belakang penelitian ini adalah untuk melakukan analisis mengenai pemanfaatan Cekdam Singapraya untuk pengairan lahan sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Masalah pokok yang dibahas adalah kondisi Cekdam Singapraya dimanfaatkan untuk pengairan lahan sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis dan pemanfaatan Cekdam Singapraya dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Hipotesis penelitian ini adalah kondisi Cekdam Singapraya dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Kadupandak Kecamatan Tambakasari Kabupaten Ciamis adalah untuk pengairan lahan sawah. Pemanfaatan Cekdam Singapraya di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis adalah dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan, wawancara, kuesioner, studi dokumentasi dan studi literatur. Pengambilan sampel responden digunakan dengan teknik Random Sampling sebanyak 5% atau 66 warga di Desa Kadupandak. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis sederhana dengan rumus persentase (%). Hasil penelitian pemanfaatan Cekdam Singapraya untuk pengairan lahan sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis adalah Debit air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman pangan terutama tanaman padi. Cekdam Singapraya memiliki luas M 2, dengan kedalaman rata-rat 4 meter. Kapasitas tampung air di Cekdam Singapraya M 3. Kondisi air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh kondisi air yang masuk ke cekdam tersebut. Sumber air yang masuk ke Cekdam Singapraya berasal dari Sungai Cisontrol, Sungai Cikutagana, dan Sungai Citomo. Irigasi dari Cekdam Singapraya merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian di Desa Kadupandak. Keberadaan Cekdam Singapraya dalam kapasitasnya sebagai penyedia kebutuhan pengairan lahan sawah, dimaksudkan agar ketersediaan air untuk kebutuhan pengairan pertanian dapat terjaga sepanjang tahun. Irigasi Cekdam Singapraya berfungsi mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang optimal. Produktivitas lahan pertanian di Desa kadupandak dapat dilihat dari hasel panen tiap musim pada luas lahan yang digarap oleh penduduk sebanyak 100 bata. Jumlah hasil panen padi sebelum adanya Cekdam Singapraya pada luas lahan lahan 100 bata sebanyak 3 kuintal, sedangkan jumlah hasil pertanian setelah adanya Cekdam Singapraya pada lahan 100 bata sebanyak 5 kuintal. Kata kunci: pertanian, cekdam, produktivitas pertanian 2

3 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumberdaya air merupakan sumber utama kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara langsung maupun untuk kegiatan pendukung kehidupannya. Air juga merupakan salah satu sumber daya geologi yang sangat penting dan vital, tidak hanya diperlukan untuk mahluk hidup yang ada di bumi, tetapi juga diperlukan bagi proses-proses geologi. Air disamping sebagai media yang mempunyai sifat-sifat kimiawi, juga berguna pada proses-proses geologi seperti proses pelapukan, erosi, transportasi, dan pengendapan material bumi. Aktivitas air di permukaan bumi, batuan, tanah, udara dan lautan mempunyai arti penting dan secara berkelanjutan akan berdampak terhadap aktivitas manusia. Manfaat sumberdaya air bagi manusia antara lain adalah sebagai air minum, irigasi, pembangkit tenaga listrik, faktor penentu dalam iklim di permukaan bumi, serta untuk sarana olahraga dan rekreasi. Cekdam Singapraya berada di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Daerah ini merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng agak terjal sampai terjal yaitu 15 30%, berada pada ketinggian 358,24 359,55 m dpl. Pembangunan Cekdam Singapraya dimulai pada tahun Tujuan dibangunnya cekdam tersebut adalah untuk menampung air dari beberapa sungai yang ada di Desa kadupandak yang akan dimanfaatkan untuk sumber pengairan pertanian. Pembangunan cekdam ini dilakukan karena sebagian besar lahan pertanian di desa Kadupandak berada pada lereng perbukitan, sehingga ketika musim kemarau, air tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengairan pada lahan pertanian. Pada bulan Juni tahun 2010 dipicu oleh curah hujan yang tinggi, di Desa Kadupandak terjadi bencana gerakan tanah. Bendungan Cekdam Singapraya tidak mampu menampung debit air sehingga Cekdam Singapraya jebol. Air limpasan dari cekdam tersebut mengalir ke sebelah utara menuruni lereng melewati lahan permukiman dan lahan Persawahan warga di Dusun Karangsari dan Dusun Walahar. Pasca bencana gerakan tanah, Cekdam 3

4 Singapraya dibangun kembali dengan kontruksi yang baru. Cekdam tersebut difungsikan kembali sampai saat ini. Pemanfaatan air dari Cekdam Singapraya belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Kadupandak sebagai saluran irigasi secara maksimal, hal ini karena belum adanya saluran irigasi permanen yang dibangun untuk sumber pengairan lahan persawahan. Cekdam tersebut hanya digunakan sebagai penyerapan air, karena belum dibuatnya saluran irigasi air untuk lahan pertanian, apabila Cekdam tersebut debit airnya naik maka debit air di pertanian juga ikut naik, begitu juga sebaliknya jika debit air Cekdam menurun maka debit air di pertanian juga ikut menurun. Oleh karena itu warga sangat membutuhkan sarana untuk menampung air hujan dalam jumlah besar guna mengaliri areal pertanian mereka jiga terjadi musim kemarau. Efisiensi pemberian air dari Cekdam untuk pertanian, dilakukan guna menyesuaikan air yang tersedia dengan air yang dibutuhkan oleh tanaman menurut jumlah dan waktu yang tepat. Untuk mengetahui pemanfaatan Cekdam Singapraya di Desa Kadupandak, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Cekdam Singapraya Untuk Pengairan Lahan Sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Metode kuantitaif mengidentifikasi masalah penelitian dengan mendeskripsikan atau menguraikan kecenserungan atau menjelaskan tentang keterkaitan antara variabel dan pengembangannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua variabel yang menunjukkan aktivitas masyarakat dalam pemanfaatan Cekdam Singapraya nntuk pengairan lahan sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Populasi dalam penelitian ini sebanyak orang, dan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini diambil 5% dari jumlah KK di Desa Kadupandak sebanyak 66 orang orang, dan satu orang kepala desa. 4

5 Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, tekink kuesioner, studi dokumentasi, dan studi literarur B. PEMBAHASAN Desa Kadupandak terletak pada koordinat LS dan BT, merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng agak terjal sampai terjal yaitu 15 30%, berada pada ketinggian 358,24 359,55 m dpl. Tata guna lahan di Desa Kadupandak sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian seperti sawah, perkebunan, sedangkan yang lainnya dimanfaatkan manjadi lahan terbangun. Penduduk di Desa Kadupandak sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani berdasarkan Data Monografi Desa Kadupandak Tahun 2014 adalah jiwa. Aktivitas penduduk dalam bidang pertanian didukung oleh potensi hidrologi yang terdiri dari potensi air tanah dan air permukaan. Air permukaan di Desa Kadupadak terdiri dari mata air, hulu lebak, dan Cekdam Singapraya. Selain bermatapencaharian sebagai petani penggarap sawah, masyarakat Desa Kadupandak juga beraktivitas berkebun pada lahan darat, hasil dari berkebun tersebut berupa tanaman kayu, dan palawija, namun tidak sedikit juga masyarakat yang berternak seperti ternak sapi, kambing, domba. Aktivitas bertani menggarap lahan sawah merupakan mata pencaharian pokok, namun disamping aktivitas tersebut juga mencari pekerjaan sampingan dintaranya menjadi buruh bangunan, pengrajin kerajinan anyaman, dan jasa. 1. Kondisi Cekdam Singapraya dimanfaatkan untuk Pengairan Lahan Sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis a. Debit Air Debit air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman pangan terutama tanaman padi. Curah hujam merupakan salah satu faktor utama yang memiliki komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang atau kemarau panjang. Jumlah curah hujan di Desa Kadupandak pada tahun 2014 sebanyak mm. Cekdam Singapraya 5

6 memiliki luas M 2, dengan kedalaman rata-rat 4 meter. Kapasitas tampung air di Cekdam Singapraya M 3. Air dari cekdam digunakan untuk pengairan lahan sawah. Sebagian besar lahan sawah yang ada di Desa Kadupandak merupakan sawah tadah hujan. Ketersediaan air untuk pengairan pertanian sangat penting agar panen yang diperoleh dapat maksimal. Dengan adanya Cekdam Singapraya membantu memudahkan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pengairan pada lahan garapannya. b. Kondisi Air Kondisi air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh kondisi air yang masuk ke cekdam tersebut. Sumber air yang masuk ke Cekdam Singapraya berasal dari Sungai Cisontrol, Sungai Cikutagana, dan Sungai Citomo. Kondisi air di Cekdam Singapraya juga dipengaruhi oleh hujan. Ketika hujan turun, air sungai menjadi keruh karena membawa material lumpur yang terbawa sepanjang melewati kawasan perkebunan Gunung Bitung. Sifat tanah di Gunung bitung mudah terkikis, dan mengendap di di Cekdam Singapraya. Namun demikian, warna air keruh tersebut tidak akan berlangsung lama karena tercampur dengan air yang bersumber dari mata air yng berada di Cekdam Singapraya. Selain sebagai daerah tangkapan air yang digunakan untuk pengairan lahan sawah, Cekdam Singapraya dijadikan tempat rekreasi, budidaya ikan keramba dan tempat memancing ikan. Aktivitas memancing dilakukan tidak hanya berasal dari wrga setempat tetapi juga oleh warga diluar Desa Kadupandak. Untuk melakukan aktivitas memancing ikan, tiap orang dipungut biaya sebesar Rp ,00. Cekdam Singapraya sengaja ditanami ikan untuk pemancingan. Pembudidayaan ikan keramba dilakukan oleh warga di sekitar Cekdam Singapraya yang hasilnya dapat dijual kepada pengunjung yang datang ke daerah tersebut. Untuk mengetahui kualitas air di Cekdam Singapraya, dilakukan pengujian kualitas air. Pengujian kualitas air di Cekdam Singapraya didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas II). 6

7 Lokasi pengambilan contoh uji dilakukan di Cekdam Singapraya Desa Kadupandak, jenis contoh uji pada air permukaan, pengujian contoh uji tanggal 31 Maret 2015, hasil pengujian dikeluarkan tanggal 7 April 2015 dengan Nomor : 660.1/017-Labling/KLH/2015. c. Saluran Irigasi Irigasi merupakan sumberdaya penting dalam perencanaan dan peningkatan produktivitas pertanian. Irigasi dari Cekdam Singapraya merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian di Desa Kadupandak. Dalam pembangunan irigasi harus mempertimbangkan kelayakan dan keuntungan. Pembangunan irigasisalah satunya dimaksudkan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan air yang dalam proses tercapainya sapta usaha tani. Keberadaan Cekdam Singapraya dalam kapasitasnya sebagai penyedia kebutuhan pengairan lahan sawah, dimaksudkan agar ketersediaan air untuk kebutuhan pengairan pertanian dapat terjaga sepanjang tahun. Dalam pembangunan Irigasi Cekdam Singapraya tidak hanya mempertimbangkan jumlah air yang tersedia, tetapi perlu juga memperhatikan luas usaha tani yang memperoleh manfaat dari irigasi tersebut. Air mungkin tersedia berlebihan, tapi beberapa bagian lahan tidak dapat diairi karena pengaruh topografi, jenis tanah, atau karena tidak ada sistem penyaluran air yang baik. Saat ini, saluran irigasi dari Cekdam Singapraya belum permanen dan menjangkau pada lahan sawah milik masyarakat, sehingga penyaluran air tersebut belum merata. Irigasi bagi tanaman padi berfungsi sebagai penyedia air yang cukup dan stabil untuk menjamin produksi padi. Lahan sawah di dalam daerah pengairan Cekdam Singapraya di bagi-bagi sedemikian rupa sehingga memudahkan pembagian airnya. Adapun cara pembagiannya tergantung pada tujuan pengairan itu dan kebutuhan air untuk pertanian. Air yang disalurkan ke sawah melalui sistem jaringan yang terdiri atas saluran-saluran air dengan pintu air pengendali. Dalam pengolahan sawah, awal musim hujan sangat menentukan penentuan saat tanam sedangkan awal musim kemarau menentukan 7

8 tingkat keberhasilan panen, karena akhir musim pertanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air menjelang kemarau. Dengan demikian dapat disimpulkan keberadaan saluran irigasi dari Cekdam Singapraya sangat membantu para petani dalam mendapatkan sumber pengairan sawah. d. Pola Pengaturan Air Irigasi Cekdam Singapraya berfungsi mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang optimal. Air yang masuk ke Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh volume air dari sungai yang masuk ke cekdam tersebut. Sumber air yang masuk ke Cekdam Singapraya berasal dari Sungai Cisontrol, Sungai Cikutagana, dan Sungai Citomo. Pengaturan air dari Cekdam Singapraya bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada petani di Desa Kadupandak. Pengaturan air di Cekdam Singapraya menggunakan pintu air dalam mengatur aliran air untuk pembuang, dan pengatur lalu lintas air. Air yang keluar dari pintu air tersebut dialirkan melalui saluran permanen yang selanjutnya akan mengalir melalui selokan yang menghubungkan dengan petakan sawah. Pengaturan air dirancang sedemikian rupa agar debit air di Cekdam Singapraya sesuai dengan daya tampungnya. Pada musim hujan volume air di Cekdam Singapraya meningkat, sehingga air yang tertampung harus dibuang. 2. Pemanfaatan Cekdam Singapraya dalam Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. a. Padi Ketersediaan sumberdaya alam menjamin keberlangsungan masyarakat Desa Kadupandak yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan. Pemanfaatan Cekdam Singapraya dilakukan dalam meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Ketersediaan lahan pertanian yang didukung 8

9 oleh potensi hidrologi berupa pengairan dari Cekdam Singapraya merupakan sumberdaya yang digunakan oleh masyarakat Desa Kadupandak dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Keadaan tanah yang subur serta iklimnya yang mendukung menjadikan masyarakat di desa Kadupandak menggantungkan hidupnya pada aktivitas pertanian. Desa Kadupandak merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng agak terjal sampai terjal yaitu 15 30%. Dengan kondisi topografi demikian, penggunaan lahan di wilayah ini sebagian besar tidak sesuai dengan peruntuknnya. Tidak hanya lahan pertanian yang berada pada lereng, tetapi juga lahan permukiman warga berada pada lereng dengan kemiringan yang sama. Lahan sawah yang digarap oleh masyarakat pada umumnya berada pada lereng. Kondisi tersebut menjadikan lahan sawah dibuat dengan teknik sengkedan. Sebagian besar lahan sawah merupakan lahan sawah tadah hujan. Sumber pengairan sawah tersebut belum maksimal terutama pada musim kemarau. Keberadaan Cekdam Singapraya yang dibangun kembali tahun 2013 pasca gerakan tanah, membantu petani di Desa kadupandak dalam penyediaan sumber air yang digunakan untuk pengairan lahan pertanian. Lahan sawah yang digarap oleh petani di Desa Kadupandak berada pada tempat yang berbeda-beda, namun sebagian besar berada pada lereng. Lahan sawah yang berada pada wilayah dataran merupahan lahan sawah yang berada di Dusun Sukamandi, karena secara topografi dusun tersebut berada pada wilayah yang landai. Lahan sawah di Desa Sukamandi tidak terkait langsung dengan Cekdam Singapraya. Ketersediaan air pada lahan sawah di wilayah ini sangat melimpah. Frekuensi mengolah sawah dalam setahun ditentukan oleh ketersediaan air. Lahan sawah yang berada pada lereng pada umumnya kesulitan dalam mendapatkan air dibandingkan dengan lahan sawah yang berada pada wilayah yang landai. Kesulitan dalam mendapatkan air tersebut menjadikan lahan sawah hanya digarap sebanyak 1 kali dalam setahun. Ada kalanya karena kesulitan air yang berkepanjangan, lahan sawah tersebut diubah fungsinya menjadi lahan darat. Tata air atau drainase yang 9

10 kurang baik menjadikan penyaluran air pada lahan sawah tidak merata, sehingga mempengaruhi produktivitas lahan pertanian. Dalam melakukan pengolahan sawah, dalam hal ini aktivitas penanaman padi, penggunaan pupuk merupakan faktor penting dalam memaksimalkan pertumbuhan tanaman padi. Penggunaan pupuk paling banyak yang digunakan oleh responden pada pertaniaannya menggunakan pupuk kimia. Sebagian kecil responden menggunakan pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk kimia. Pupuk organik tersebut berupa kotoran hewan sapi, kambing, dan domba. Dalam proses pengolahan lahan sawah, teknologi yang digunakan oleh responden berbeda-beda. Dalam proses pengolahan sawah, alat yang digunakan oleh petani untuk membajak sawah pada umumnya menggunakan traktor. Namun demikian ada juga petani yang menggarap sawahnya dilakukan dengan cara dicangkul, hal ini dilakukan karena kondisi sawahnya berada pada lereng yang tidak dimungkinkan untuk dilewati traktor. Selain itu kondisi sawah yang dalam tidak memmungkinkan menggunakan traktor karena akan amblas, sehingga jalan keluar satu-satunya dengan dicangkul. Hasil panen yang diperoleh petani tidak lepas dari keberadaan Cekdam Singapraya sebagai penyedia sumber perairan bagi lahan sawah. Keberadaan Cekdam Singapraya sebagai sumber pengairan lahan sawah memberikan keuntungan pada petani berupa hasil panen padi setelah cekdam tersebut dioperasikan kembali. Pasca gerakan tanah yang terjadi di Desa Kadupandak Tahun 2010, tidak hanya lahan pertanian saja yang mengalami kerusakan, tetapi juga jebolnya cekdam Singapraya yang berpengaruh langsung pada hasil pertanian padi. b. Palawija Palawija dapat dikatakan sebagai tanaman kedua setelah tanaman utama dari padi. Petani biasanya memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam tanaman palawija untuk mendapatkan hasil tambahan. Aktivitas menanam tanaman palawija biasanya dilakukan di sawah setelah panen padi, penanaman ini dilakukan sebelum kembali menggarap sawah untuk menanam padi. Penanaman palawija merupakan bentuk diversifikasi 10

11 pertanian, yaitu usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Penanaman palawija pada dasarnya membutuhkan air yang cukup, namun seperti diketahui bahwa keberadaan lahan sawah di Desa Kadupandak berada pada lereng. Masalah yang dihadapi dalam menanam jenis apapun di kawasan tersebut akan menghadapi kendala kurangnya ketersediaan air. Dengan kondisi seperti itu para petani lebih memilih membiarkannya begitu saja sampai musim penghujan datang. Namun tidak sedikit juga para petani yang menanam palawija setelah panen padi. Petani yang melakukan penanaman palawija pada umumnya yang memiliki lahan di daerah yang relatif datar dengan ketersediaan air cukup. Jenis tanaman palawija yang ditanam oleh petani bermacam-macam. Tanaman palawija yang sering ditanam adalah jagung. Pilihan petani menanam jagung adalah karena jagung memiliki nilai jual tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman palawija lainnya. Selain itu perawatan tanaman jagung lebih mudah, serta untuk varietas tertentu lebih tahan terhadap serangan hama. Dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian di Desa Kadupandak, keberadaan kelompok tani sangat penting sebagai wadah aspirasi para petani. Kelompok tani memiliki fungsi sebagai wadah aspirasi bagi para anggotanya, serta membantu para petani dalam berbagai macam hal yang berhubungan dengan usaha pertaniannya. Keberadaan kelompok tani di Desa Kadupandak meripakan sarana diskusi antar para petani dalam menambah wawasan dalam bidang pertanian. Bibit padi merupakan faktor penting dalam keberhasilan pertanian. Bibit padi yang diperoleh para petani berasal dari sumbr yang berbeda. Bibit padi di toko pertanian lebih beragam dengan jenis dan varietas yang lebih unggul dibandingkan dengan bantuan pemerintah. Bibit padi yang diberikan pemerintah terkadang tidak sesuai dengan jenis bibit padi yang diharapkan oleh para petani. Sedangkan bibit hasil pembibitan dari hasil 11

12 panen sebelumnya atau pembibitan sendiri terkadang gagal dan kurang maksimal pada musim tanam selanjutnya. Gangguan hama merupakan masalah yang dihadapi para petani. Gangguan hama berpotensi menurunkan hasil panen padi atau bahkan gagal panen. Untuk jenis padi tertentu lebih mudah terserang hama. Hama tersebut biasanya hama wereng, kumbang batang, tikus, dan burung. Pemerintah terus berupaya membantu para petani dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Banyak persoalan yang dihadapai oleh para petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi maupun pada pemasaran hasilhasil pertaniannya. Pada musim tanam petani kesulitan dalam mendapatkan pupuk bersubsidi, hal ini disebabkan oleh permintaan pupuk meningkat sedangkan persediaan pupuk di pasaran terbatas, sehingga memicu kelangkaan dan kenaikan harga pupuk. Pada musim panen harga jual gabah kering giling mengalami penurunan karena stok gabah melimpah, hal ini memicu pada penurunan harga gabah. Tidak adanya standar harga dari pemerintah mengenai harga minimal gabah kering giling mengakibatkan petani mengalami kerugian. Peranan KUD melemah karena harga ditentukan oleh mekanisme pasar. Para petani menjual hasil pertanian kepada para tengkulak karena KUD tidak membeli hasil pertanian berupa padi ketika stoknya sudah terpenuhi. Peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas pertanian tidak hanya memberikan bantuan berupa material, tetapi juga berupa penyuluhan. Kegiatan Penyuluhan pertanian dapat disebut dengan pendidikan non formal. Suatu bentuk pendidikan yang cara, bentuk dan sasarannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, waktu maupun tempat petani. Tujuan utamanya adalah untuk menambah kesanggupan petani dalam usaha taninya. Melalui penyuluhan pertanian diharapkan adanya perubahan perubahan perilaku petani, sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok tanam, agar dapat menghasilkan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 12

13 C. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian penulis mengenai aktifitas masyarakat dalam memanfaatkan Cekdam Singapraya untuk pengairan lahan sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis: 1. Kondisi Cekdam Singapraya dimanfaatkan untuk Pengairan Lahan Sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis a. Debit Air Debit air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman pangan terutama tanaman padi. Cekdam Singapraya memiliki luas M 2, dengan kedalaman rata-rat 4 meter. Kapasitas tampung air di Cekdam Singapraya M 3. Ketersediaan air untuk pengairan pertanian sangat penting agar panen yang diperoleh dapat maksimal. Dengan adanya Cekdam Singapraya membantu memudahkan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pengairan pada lahan garapannya. b. Kondisi Air Kondisi air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh kondisi air yang masuk ke cekdam tersebut. Sumber air yang masuk ke Cekdam Singapraya berasal dari Sungai Cisontrol, Sungai Cikutagana, dan Sungai Citomo. Kondisi air di Cekdam Singapraya juga dipengaruhi oleh hujan. Ketika hujan turun air sungai menjadi keruh karena membawa material lumpur, namun demikian warna air keruh tersebut tidak akan berlangsung lama karena tercampur dengan air 157 yang bersumber dari mata air yng berada di Cekdam Singapraya. Kondisi air yang bersih dan jernih menjadikan Cekdam Singapraya dijadikan tempat rekreasi, budidaya ikan keramba dan tempat memancing ikan. c. Saluran Irigasi Irigasi dari Cekdam Singapraya merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian di Desa Kadupandak. 13

14 Keberadaan Cekdam Singapraya dalam kapasitasnya sebagai penyedia kebutuhan pengairan lahan sawah, dimaksudkan agar ketersediaan air untuk kebutuhan pengairan pertanian dapat terjaga sepanjang tahun. d. Pola Pengaturan Air Irigasi Cekdam Singapraya berfungsi mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang optimal. Pengaturan air di Cekdam Singapraya menggunakan pintu air dalam mengatur aliran air untuk pembuang, dan pengatur lalu lintas air. Air yang keluar dari pintu air tersebut dialirkan melalui saluran permanen yang selanjutnya akan mengalir melalui selokan yang menghubungkan dengan petakan sawah. Pengaturan air dari Cekdam Singapraya bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada petani di Desa Kadupandak. 2. Pemanfaatan Cekdam Singapraya dalam Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis a. Padi Keberadaan Cekdam Singapraya sebagai sumber pengairan lahan sawah memberikan keuntungan pada petani berupa hasil panen padi. Produktivitas lahan pertanian di Desa kadupandak dapat dilihat dari hasel panen tiap musim pada luas lahan yang digarap oleh penduduk sebanyak 100 bata. Jumlah hasil panen padi sebelum adanya Cekdam Singapraya pada luas lahan lahan 100 bata sebanyak 3 kuintal, sedangkan jumlah hasil pertanian setelah adanya Cekdam Singapraya pada lahan 100 bata sebanyak 5 kuintal. b. Palawija Penanaman palawija merupakan bentuk diversifikasi pertanian, yaitu usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Petani di Desa Kadupandak biasanya memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam tanaman palawija untuk mendapatkan hasil tambahan. Aktivitas menanam tanaman palawija 14

15 biasanya dilakukan di sawah setelah panen padi, penanaman ini dilakukan sebelum kembali menggarap sawah untuk menanam padi. Tanaman palawija yang sering ditanam oleh petani di Desa Kadupandak diantaranya, jagung, kacang tanah, dan singkong. 2. Saran 1. Pentingnya peranan pemerintah dalam melakukan penyuluhan pertanian di Desa Kadupadak dalam upaya peningkatan produktifitas lahan pertanian. Kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Kadupandak tersebut hendaknya disosialisasikan kepada masyarakat agar informasi dapat diterima dengan merata. Penyuluhan pertanian sebaiknya tidak hanya dilakukan pada tingkat desa, tetapi sampai ke tingkat dusun dengan waktu yang sudah terjadwal. 2. Memaksimalkan upaya-upaya pengelolaan yang baik terhadap lahan sehingga petani mendapatkan produktivitas yang tinggi serta produksi yang baik dengan sistem tanam yang sesuai dengan keadaan lahan pertanian. 3. Untuk menjaga tingkat kesuburan lahan pertanian hendaknya petani di Desa Kadupandak dalam mengolah lahan sawah mengikuti waktu tanam yag tepat. 4. Untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian perlu diupayakan pembangunan saluran irigasi secara permanen dan menjangkau pada lahan sawah milik masyarakat, sehingga penyaluran air tersebut dapat merata. DAFTAR PUSTAKA Banowati, E. dan Sriyanto Geografi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Noor, Djauhari Geologi Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu. Noor, Djauhari Geologi untuk Perencanaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pemerintah Desa Kadupandak. Data Monografi Desa Kadupandak Tahun Tidak Diterbitkan. 15

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI LAHAN KERING DI DESA SADAPAINGAN KECAMATAN PANAWANGAN KABUPTEN CIAMIS

PENGEMBANGAN POTENSI LAHAN KERING DI DESA SADAPAINGAN KECAMATAN PANAWANGAN KABUPTEN CIAMIS PENGEMBANGAN POTENSI LAHAN KERING DI DESA SADAPAINGAN KECAMATAN PANAWANGAN KABUPTEN CIAMIS Annisa Rahma 1 (annisa.rahma@student.ac.id) Siti Fadjarajani 2 (sfadjarajani@yahoo.com) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

H. Nedi Sunaedi. Drs. M.Si. 1) Rydwannulah Darmawan 2)

H. Nedi Sunaedi. Drs. M.Si. 1) Rydwannulah Darmawan 2) PEMANFAATAN SALURAN IRIGASI PARAGPAG SUB DAS CI LIUNG CI TANDUY SEBAGAI SUMBER PENGAIRAN LAHAN SAWAH DI DESA BOJONGGEDANG KECAMATAN RANCAH KABUPATEN CIAMIS H. Nedi Sunaedi. Drs. M.Si. 1) (nedi_pdil@yahoo.com)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan 252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUNGAI CI KARO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK MASYARAKAT DI DESA KAWUNGSARI KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN

PEMANFAATAN SUNGAI CI KARO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK MASYARAKAT DI DESA KAWUNGSARI KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN PEMANFAATAN SUNGAI CI KARO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK MASYARAKAT DI DESA KAWUNGSARI KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN Sri Novi Hastuti H. Nedi Sunaedi, M. Si, Program studi pendidikan geografi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI DAERAH PERBATASAN : STUDI KASUS KABUPATEN BELU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI DAERAH PERBATASAN : STUDI KASUS KABUPATEN BELU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI DAERAH PERBATASAN : STUDI KASUS KABUPATEN BELU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ernawati* Email: Ernawati_effendi@yahoo.com ABSTRAK Sebagai salah satu daerah perbatasan di Indonesia,

Lebih terperinci

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN berikut : FAO dalam Arsyad (2012:206) mengemukakan pengertian lahan sebagai Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tanam Pola tanam dapat didefinisikan sebagai pengaturan jenis tanaman atau urutan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang lahan dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu

Lebih terperinci

POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA

POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA Nurul Ikhsan Alfazary 1 (n.ikhsanalfazary@gmail.com) Nedi Sunaedi

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Enung Santi Yunia Siti Fadjarajani

Enung Santi Yunia Siti Fadjarajani DIVERSIFIKASI HORIZONTAL PADA LAHAN PERTANIAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI BUDIDAYA TANAMAN SAWI (Brassica Juncea) DI DESA KURNIABAKTI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA (SUATU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian atau riset merupakan suatu usaha untuk mencari pembenaran dari suatu permasalahan hingga hasilnya dapat ditarik kesimpulan dan dari hasil penelitian yang diperoleh

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan 181 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Keberadaan budidaya rosella yang dikembangkan

Lebih terperinci

KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA

KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA 181 /Sosial Ekonomi Pertanian LAPORAN PENELITIAN DOSEN MADYA KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA TIM PENELITI

Lebih terperinci

KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI

KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

STRATEGI PETANI DALAM PENINGKATAN HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI JORONG SAWAH KAREH KECAMATAN RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR

STRATEGI PETANI DALAM PENINGKATAN HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI JORONG SAWAH KAREH KECAMATAN RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR STRATEGI PETANI DALAM PENINGKATAN HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI JORONG SAWAH KAREH KECAMATAN RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR Rini Oktavia Khairani 1, Erna Juita 2, Arie Zella Putra Ulni 2 1 Mahasiswa Progran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak memberikan sumber kehidupan bagi rakyat Indonesia dan penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut

Lebih terperinci

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pujastuti Sulistyaning Dyah Magister Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta,

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI BUDIDAYA TANAMAN CABAI (SOLANACEAE SP)

DIVERSIFIKASI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI BUDIDAYA TANAMAN CABAI (SOLANACEAE SP) DIVERSIFIKASI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI BUDIDAYA TANAMAN CABAI (SOLANACEAE SP) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DESA CIRANJENG KECAMATAN CINGAMBUL KABUPATEN MAJALENGKA H. Nedi Sunaedi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Luas dan Tata Guna Lahan Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas 210.974 ha, dengan kantor Pusat Pemerintahan di Kota Kalianda, yang diresmikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRAK

Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRAK PERKEMBANGAN DESA CISARUA PASCA PEMEKARAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA BAGI MASYARAKAT DI DESA CISARUA KECAMATAN LANGKAPLANCAR KABUPATEN PANGANDARAN Wiwin Sumarni 1 (wiwinsumarni87@yahoo.com)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang. Tanaman apabila kekurangan air akan menderit (stress)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. Sekitar 60% penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan sampai akhirnya bermuara

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN DENGAN BUDIDAYA SAWO (ACHRAS SAPOTA L) DI DESA CIKADU KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA

PEMANFAATAN LAHAN DENGAN BUDIDAYA SAWO (ACHRAS SAPOTA L) DI DESA CIKADU KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA PEMANFAATAN LAHAN DENGAN BUDIDAYA SAWO (ACHRAS SAPOTA L) DI DESA CIKADU KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA Land Use in Aquaculture Sapodilla (Achras Sapota L) in the Village District of Cikalong

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography. Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PARTISIPASI PETANI DALAM SAPTA USAHA TANI DI DESA KEBONHARJO, KECECAMATAN PATEBON,

Lebih terperinci

TINJAUAN GEOGRAFIS KEBERADAAN INDUSTRI AIR MINUM PT. VODA TIRTA NIRWANA DI DESA BATU KERAMAT

TINJAUAN GEOGRAFIS KEBERADAAN INDUSTRI AIR MINUM PT. VODA TIRTA NIRWANA DI DESA BATU KERAMAT TINJAUAN GEOGRAFIS KEBERADAAN INDUSTRI AIR MINUM PT. VODA TIRTA NIRWANA DI DESA BATU KERAMAT Riska Juniar 1), I Gede Sugiyanta 2), Edy Haryono 3) ABSTRACT: the objective of this research was to analyze

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai ciri-ciri khas dan kemampuan dalam mengolah potensi sumber daya alam yang

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Esti Sarjanti Pendidikan Geografi-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO.BOX. 202 Purwokerto

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Lampung yang selalu bertambah pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan otonomi daerah, serta pertambahan

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT

IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : RAHMADI RABUN DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Air adalah unsur yang sangat penting dalam kehidupan di dunia ini. Distribusi air secara alamiah, dipandang dari aspek ruang dan waktu adalah tidak ideal. Sebagai contoh,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut berasal dari perairan Danau Toba. DAS Asahan berada sebagian besar di wilayah Kabupaten Asahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tata Guna Lahan Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penyebaran penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi

Lebih terperinci