HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT PESISIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT PESISIR"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT PESISIR (Suatu Penelitian Di Desa Tabilaa Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan) SUMMARY Boby Supryanto NIM Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes dr.sri Manovita Pateda, M.Kes JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLARAGAAN, UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Boby Supryanto Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Pesisir (Suatu Penelitian Di Desa Tabilaa Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow selatan, Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolaragaan, Universitas Negeri Gorontalo.Pembimbing I Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes dan Pembimbing II dr.sri Manovita Pateda, M.Kes. Masalah sampah khususnya di Indonesia merupakan masalah yang rumit, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara penanganan sampah yang baik, sikap masyarakat yang terkadang tidak mau tahu terhadap keberadaan sampah dan proses penanganannya, serta tindakan masyarakat yang seenaknya membuang sampah sembarangan karena kurangnya kesadaran. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat dalam hal ini pengetahuan, sikap, dan tindakan. Jenis Penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi dan Sampel dalam Penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berada di sepanjang pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa yang berjumlah 46 KK, Analisis statistrik mengunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan pengetahuan masyarakat (p=0,014) sikap masyarakat (p=0,006) dan tindakan masyarakat (p=0,000) dengan masyarakat yang berada dipemukiman penduduk Desa Tabila Diharapkan bagi Dinas Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk segera mungkin bisa menjamah sampai ke Desa Tabilaa untuk melakukan proses pembersihan sampah atau memberikan jenis tempat sampah yang sesui standar kesehatan dan BLH agar mengangkut sampah secara terjadwal dengan rutin, sehinga tidak menganggu kebersihan kawasan sepanjang pesisir desa Tabilaa. Kata Kunci : Pengelolaan Sampah, Perilaku, Kawasan Pesisir

2 PENDAHULUAN Masalah sampah khususnya di Indonesia merupakan masalah yang rumit, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara penanganan sampah yang baik, sikap masyarakat yang terkadang acuh-tak acuh terhadap keberadaan sampah dan proses penanganannya, serta tindakan masyarakat yang seenaknya membuang sampah sembarangan karena kurangnya kesadaran. Selain itu dari pihak pemerintah belum dapat menyediakan tempat pembuangan sampah yang baik dan memenuhi syarat bagi masyarakat. Faktor lain yang menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi masyarakat yang kurang untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya (Rohani, 2007). Dampak yang akan timbul apabila sampah tidak ditangani dengan baik ini akan tampak pada 3 aspek : 1) Aspek kesehatan Sampah dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti serangga, tikus, cacing, jamur dan lain-lain. Vektor-vektor tersebut dapat menimbulkan penyakit seperti diare, kolera, typus, dan lain sebagainya. 2) Aspek lingkungan Untuk aspek lingkungan sampah dapat mengganggu estetika lingkungan, penurunan kualitas udara, serta apabila sampah dibuang ke badan air akan menyebabkan terjadinya pencemaran air. 3) Aspek sosial masyarakat Dalam hal sosial masyarakat pengolahan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat serta keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan hasrat turis untuk datang berkunjung (Mukono, 2008) Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kegiatannya maka semakin bertambah pula sampah yang dihasilkan. Di Indonesia sendiri pertumbuhan jumlah sampah setiap tahunnya meningkat dengan sangat tajam. Volume sampah yang setiap harinya meningkat tidak seimbang dengan keberadaan saran dan parasana untuk menanggulanginya, selain itu keberadaan tenaga kerja dalah hal penanganan sampah ini juga tidak seimbang dengan peningkatan volume sampah ini. Kota-kota besar di Indonesia produksi sampah yang dihasilkan setiap harinya meningkat dengan sangat pesat, sehingga menyebabkan bertambahnya jumlah sampah di setiap tahunnya, sebagai contoh di kota Bandung pada tahun 2005 volume sampahnya sebanyak m 3 perhari, dan pada tahun 2006 telah mencapai m 3 per hari. Selain itu Jakarta pada tahun 2005 volume sampah yang dihasilkan yaitu sebanyak m 3 /hari dan pada tahun 2005 telah mencapai m 3 /hari (Faizah, 2008). Jumlah masyarakat yang tingal di pemukiman penduduk kawasan pesisir berjumlah 46 kk di desa Tabilaa, dan masih banyak sampah yang berserakan di pesisir pantai, hal ini disebabkan oleh perilaku

3 masyarakat yang hidup tidak besrsih, selain itu hasil wawancara dengan kepala BLH Molibagu menyatakan bahwa wilayah kerja petugas kebersihan yang di lapangan hanya sampai desa Molibagu dan Sondana dan belum sampai ke desa Tabilaa, dan kabupaten Bolaang Mongondow Selatan belum memiliki TPA yang tetap masih dalam tahap konstruksi,dan segala fasilitas sanitasi tempat umum belum sampai ke desa Tabilaa Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis Kajian teoritis menjelaskan beberapa hal di antaranya : 1. Batasan Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (Mahluk Hidup ) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuhtumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masingmasing. Sehinga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau Aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai benteng yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat di simpulkan bahwa yang di maksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat di amati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatnodjo,2007 :133) 1. Pengetahuan Sebelum seorang mengadopsi perilaku (berpikir baru), dia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikatorindikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokan menjadi : A. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi : a) Penyebab penyakit b) Gejala atau tanda-tanda penyakit c) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan d) Bagaimana penularanya e) Bagaimana cara pencegahanya B. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi : a) Manfaat air bersih b) Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat dan sampah c) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat d) Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya 2. Sikap Telah diuraikan diatas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit) Setelah seorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab

4 itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan dengan pengetahuan seperti di atas yakni : A. Sikap terhadap sakit dan penyakit Sikap terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana penilaian atau pendapat seorang terhadap : gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya. B, Sikap terhadap kesehatan lingkungan Sikap terhadap kesehatan lingkungang adalah pendapat atau penilaian seorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya. (Notoatmodjo,2007:147) 3. Tindakan Setelah seorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang di ketahui,proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau memperhatikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) inilah yang disebut Praktik kesehatan, atau juga dapat juga di katakana perilaku kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut yakni : A. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit Tindakan atau perilaku ini mencakup pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi semingu sekali, mengunakan masker di waktu kerja di tempat berdebu dan sebagainya. B. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah jenis penelitian deskriktif analitik rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian cross sectional study tentang hubungan perilaku masyarakat dengan pengelolaan sampah pada masyarakat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Yang Menjadi populasi pada penelitian ini adalah adalah Seluruk kk yang berada disepanjang pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa yang berjumlah 46 kk sementara jumlah sampel pada penelitian ini adalah 46 kk keseluruhan dari populasi atau total sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah anailis bivariat menggunakan uji Chi square dengan menggunakan bantuan software SPSS. Hasil uji Chi Square dapat mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel X dan Y yang bermakna secara statistic (Ridiwikdo, 2010 :102). Yang menjadi dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95% : a. jika nilai p value α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) diterima. b. jika nilai p value > α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.Hasil Penelitian Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya Hubungan Perilaku Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Pada Masyarkat Pemukiman Penduduk Kawasan Pesisir Desa Tabilaa Kecamatan Bolaang Uki Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Analisis data secara statistik dilakukan dengan uji chi square, dengan menggunakan bantuan program SPSS. Diakatakan ada hubungan jika nilai p value α (0,05) 1. Hubungan pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah. Hubungan pengetahuan dengan disajikan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Pemukiman Penduduk Kawasan Pesisir Desa Tablaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2013 Variabel Pengelolaan sampah Tidak baik ;n (%) Total Baik; n(%) n (%) p Persentase jumlah responden, p = kemaknaan. Dari hasil analisis hubungan pengetahuan masyarakat dengan kawasan pesisir yang diperoleh menunjukan bahwa apabila pengethuan yang kurang baik maka perilaku masyarakat yang mengelolah sampah sedikit dan berbanding terbalik apabila pengetahuan masyarakat baik maka perikau masyarakat dalam hal mengelolah sampah menjadi baik. Pengetahuan baik dan pengelolaan sampah baik sebanyak 11 responden (23,9) dan pengetahuan kurang pengelolaan baik 8 responden (17,4) Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,014 (p 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima atau ada hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan. 2. Hubungan sikap masyarakat dengan pengelolaan sampah. Hubungan sikap dengan disajikan pada tabel 4.5. pengetahuan kurang 21(45,7) 8(17,4) 29(63,0) baik 6(13,0) 11(23,9) 17(37,0) 0,014 Jumlah 27(58,7) 19(41,3) 46(100) Sumber : Data Primer Keterangan: n = Jumlah responden masing- masing perilaku, (%) =

6 Tabel 4.5 Hubungan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Pemukiman Penduduk Kawasan Pesisir Desa Tablaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2013 Variabel Sikap tidak setuju Pengelolaan sampah Total Tidak Baik ;n (%) Baik; n(%) n (%) 22(47,8) 8(17,4) 30(65,2) 0,006 Setuju 5(10,9) 11(23,9) 16(34,8) Jumlah 27(58,7) 19(41,3) 46(100) Sumber : Data Primer Keterangan: n = Jumlah responden masing- masing perilaku, (%) = Persentase jumlah responden, p = kemaknaan. Dari hasil analisis hubungan sikap masyarakat dengan kawasan pesisir yang diperoleh menunjukan bahwa apabila sikap masyarakat yang kurang baik maka perilaku masyarakat yang mengelolah sampah sedikit dan berbanding terbalik apabila sikap masyarakat baik maka perikau masyarakat dalam hal mengelolah sampah menjadi baik, atau tinggi. Sikap masyarakat setuju dan pengelolaan sampah baik sebanyak 11 responden (23,9) dan sikap tidak setuju dan pengelolaan baik 8 responden (17,4) Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,007 (p 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima atau ada hubungan sikap masyarakat dengan P kawasan pesisir pantai desa Tabilaa. 3. Hubungan tindakan masyarakat dengan pengelolaan sampah. Hubungan tindakan dengan disajikan pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hubungan Tindakan Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Pemukiman Penduduk Kawasan Pesisir Desa Tablaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun 2013 Pengelolaan Total sampah Variabel Tindakan tdk melakukan Melakukan pengelolaan Tidak Baik ;n (%) Baik; n(%) n (%) 26(56,5) 4(8,7) 30(65,2) 1(2,2) 15(32,6) 16(34,8) Jumlah 27(58,7) 19(41,3) 46(100) Sumber : Data Primer Keterangan: n = Jumlah responden masing- masing perilaku, (%) = Persentase jumlah responden, p = kemaknaan. Dari hasil analisis hubungan tindakan masyarakat dengan kawasan pesisir yang diperoleh menunjukan bahwa apabila tindakan masyarakat yang kurang maka perilaku masyarakat yang mengelolah sampah sedikit dan P 0,000

7 berbanding terbalik apabila tindakan masyarakat baik maka perilaku masyarakat dalam hal mengelolah sampah menjadi baik atau tinggi. Tindakan masyarakat yang melakukan pengelolaan dengan pengelolaan sampah baik sebanyak 15 responden (32,6) tindakan masyarakat yang tidak melakukan pengelolaan dan pengelolaan sampah baik sebanyak 4 responden (8,7) Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000 (p 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima atau ada hubungan tindakan masyarakat dengan pengelolaan sampah pada masyarkat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa. 3.2 Pembahasan 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Geografi Desa Tabilaa adalah salah satu dari 23 Desa di Kecamatan Bolaang Uki yang didirikan pada tahun 1940 sampai dengan saat ini telah berusia 71 tahun. Nama Desa berasal dari bahasa setempat yang terdiri kata TABI yang berarti sayang dan LAA berarti sangat/amat. TABILAA berarti sangat disayangi. Desa Tabilaa Satu Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan terletak diujung Timur Kabupaten, dan berjarak ± 9 Km dengan Ibu Kota Kabupaten dengan batas-batas sebagai berikut : - Utara berbatasan dengan Laut Maluku - Selatan berbatasan dengan Pegunungan. - Timur berbatasan dengan Kecamatan Pinolsian - Barat berbatasan dengan Desa Tolondadu. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan mulai tanggal 1april sampai 30 mei Sampel penelitian berjumlah 46 kk yang berada di sepanjang pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa dan populasi menjadi keseluruhan sampael atau total sampling. 2. Pembahasan Kajian Tentang Responden Penelitian Desa Tabilaa adalah desa yang berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh KK yang berada disepanjang pesisir pantai desa Tabilaa yaitu sebanyak 46 KK Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara perilaku masyarakat dalam hal ini pengetahuan, sikap, dan tindakan, dalam kawasan pesisir desa Tabilaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Hubungan pengetahuan masyarakat dengan pengelolaan sampah pada masyarakan pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa. Hasil analisis data statistik menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat ada hubunganya dengan. Dari hasil uji bivariat di peroleh nilai p value 0,015 (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, sehingga ada hubungan

8 antara pengetahuan masyarakat dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tahun Menurut Notoatmojdjo (2003) mengatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuannya. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Pengetahuan disini meliputi pengertian sampah, jenis sampah dan dan lain lain.dapat kita lihat pada tabel 4.4 pengetahuan responden tentang sampah berdasarkan pendidikan responden. Hasil penelitian dilihat dari aspek pendidikan dengan pengetahuan terhadap pengelolaan sampah dilihat dari aspek pendidikan, jumlah pendidikan yang paling banyak adalah SD sebanyak 29 orang, SMP 19 0rang SMA 3 orang dan yang tidak sekolah 1 orang, dari jumlah tersebut yang paling banyak adalah pendidikan SD, sehingga pengaruh pengelolaan sampah kurang baik di Desa Tabilaa dikarenakan aspek pendidikan yang masih rendah dapat di lihat pada tabel 4.4 Dapat disimpulkan bahwa perilaku masyarakat dalam hal ini pengetahuan yang kurang baik merupakan salah satu faktor dan ada faktor yang lain, ketika faktor lain dapat dimaksimalkan akan mengurangi risiko pengelolaan sampah itu sendiri dan begitu juga sebaliknya jika faktor lain tersebut tidak dapat dimaksimalkan akan menjadi pengelolaan sampah yang kurang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hermawan (2010) perilaku masyarakat Kampung Kamboja dalam mengelola sampah. Karakteristik fisik Sungai Kapuas di wilayah Kampung Kamboja membentuk image kepada masyarakat di wilayah ini untuk menjadikan sungai sebagai bagian dari fasilitas atau bagian yang memfasilitasi dalam pengelolaan sampah permukiman. Teori tersebut diatas didasarkan atas fakta yang terjadi di masyarakat Kampung Kamboja tentang anggapan bahwa pasang surut air sungai yang secara kontinyu terjadi akan membersihkan sampah-sampah, sehingga sampah yang hanyut dan terhambat dilingkungan permukiman ini ataupun sampah akibat perilaku pembuangan secara spontan di kolong rumah. Selain itu faktor sungai yang cukup lebar, debit air yang cenderung stabil dan arus yang relatif deras, menjadikan sampah yang dihanyutkan warga cenderung tampak tidak berarti dalam mengotori sungai Hubungan sikap masyarakat dengan. Hasil analisis data statistik menunjukan bahwa sikap masyarakat ada hubunganya pengelolaan sampah pada masyarakat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa. Dari hasil uji bivariat di peroleh nilai p value 0,007 (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, sehingga ada hubungan antara masyarakat sikap dengan

9 Kabupaten Bolang Mongondow Selatan Tahun Menurut Widayatun, N, R. (2008) sikap adalah keadaan mental saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh yang dinamik terarah terhadap respon individu pada semua objek yang berkaitan denganya. Hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang dilihat dari aspek pendidikan dengan sikap terhadap pengelolaan sampah dilihat dari aspek pendidikan, jumlah pendidikan yang paling banyak adalah SD sebanyak 29 orang, SMP 13 0rang SMA 3 orang dan yang tidak sekolah 1 orang, dari jumlah di atas yang palng banyak adalah pendidikan SD. Pengaruh pengelolaan sampah kurang baik di Desa Tabilaa dikarenakan aspek pendidikan yang masih rendah dapat di lihat pada tabel 4.4, selain itu sikap masyarakat yang tidak mau tahu dengan dampak sampah terhadap lingkungan, dan juga masih banyak masyarakat yang buang sampah di sembarang tempat atu di pesisir pantai, hal demikian sehinga dapat dikatakan pengelolaan sampah yang kurang baik diakibatkan dari aspek pendidikan, semakin tinggi pendidikan masyarakat maka perilaku masyarakat dalam hal ini adalah sikap bisa baik pula. Dapat disimpulkan sama halnya dengan pengetahuan bahwa perilaku masyarakat dalam hal ini sikap yang kurang baik merupakan salah satu faktor dan ada faktor yang lain, ketika faktor lain dapat dimaksimalkan akan mengurangi risiko pengelolaan sampah itu sendiri dan begitu juga sebaliknya jika faktor lain tersebut tidak dapat dimaksimalkan akan menjadi pengelolaan sampah yang kurang baik Hubungan tindakan masyarakat dengan. Hasil analisis data statistik menunjukan bahwa tindakan masyarakat ada hubunganya. Dari hasil uji bivariat di peroleh nilai p value 0,000 (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, sehingga ada hubungan antara masyarakat tindakan dengan Kabupaten Bolang Mongondow Selatan Tahun Hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang dilihat dari aspek pendidikan dengan tindakan terhadap pengelolaan sampah dilihat dari aspek pendidikan, jumlah pendidikan yang paling banyak adalah SD sebanyak 29 orang, SMP 19 0rang SMA 3 orang dan yang tidak sekolah 1 orang, dari jumlah di atas yang palng banyak adalah pendidikan SD.Selainitu aspek kebiasaan dan pekerjaan juga bisa mempengaruhi tindakan masyarakat dalam hal pengelolaan sampah. Pengaruh pengelolaan sampah kurang baik di Desa Tabilaa dikarenakan aspek pendidikan yang masih rendah dapat di lihat pada table di atas, sehinga dapat dikatakan pengelolaan sampah yang kurang baik diakibatkan dari aspek pendidikan, semakin tinggi pendidikan masyarakat maka

10 perilaku masyarakat dalam hal ini adalah tindakan tehadap pengelolaan sampah bisa baik pula. Dapat disimpulkan sama halnya dengan pengetahuan dan sikap bahwa perilaku masyarakat dalam hal ini tindakan dalam pengelolaan sampah yang kurang baik, atau tidak melakukan pengelolaan merupakan salah satu faktor dan ada faktor yang lain, ketika faktor lain dapat dimaksimalkan akan mengurangi risiko pengelolaan sampah itu sendiri dan begitu juga sebaliknya jika faktor lain tersebut tidak dapat dimaksimalkan akan menjadi pengelolaan sampah yang kurang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya Hermawan (2010) perilaku masyarakat Kampung Kamboja dalam mengelola sampah, Pembinaan pengelolaan sampah yang telah diadakan oleh Pemerintah Kota Pontianak kepada warga di Kampung Kamboja sampai saat ini cenderung belum menampakkan keberhasilannya. Pelaksanaan pembinaan yang tidak rutin dan pola pembinaan yang tidak menyentuh langsung kepada masyarakat melainkan hanya dilakukan dengan perwakilan oleh tokoh warga, menjadikan perkembangan upaya pengelolaan sampah oleh warga di wilayah ini cenderung stagnan. Selain itu pelaksanaan program pembinaan yang tidak disertai dengan monitoring dan evaluasi menjadikan program pembinaan yang telah dilaksanakan tidak diketahui perkembangannya oleh pemangku program pembinaan, sehingga tidak terjadi intraksi dengan masyarakat dalam mengupayakan keberhasilan Keterbatasan dari pihak peneliti adalah keterbatasan waktu dalam suatu penelitian, keterbatasan jangkauaan dalam lokasi penelitian dan juga keterbatasan pengetahuan peneliti sendiri. Sehingga masi banyak terdapat kekurangan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian hubungan perilaku masyarakat dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dapat ditarik kesimpulan yaitu : 1. Ada hubungan pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan sampah pada masyarakat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Dari uji bivariat diperoleh nilai p value =0,015 (<0,05) 2. Ada hubungan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah pada masyarakat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Dari uji bivariat diperoleh nilai p value =0,007 (<0,05) 3. Ada hubungan tindakan masyarakat terhadap pengelolaan sampah pada masyarakat pemukiman penduduk kawasan pesisir Desa Tabilaa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Dari uji bivariat diperoleh nilai p value =0,000 (<0,05)

11 DAFTAR PUSTAKA Brown, L, Dunia Penuh Ancaman. Jakarta: Karya Unipress, Chandra, B, Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC. Darmono, Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Pres). Faizah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Di Kota Yogyakarta). Tesis, Universitas Diponegoro Hermawan, Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Permukiman. Tesis, Universitas Diponegoro. \Mann I, Richard, Pejuangan Untuk Lingkungan. Canada: Getaway Books. Megristine, R, Pengolahan Sampah Plastik. Bandung: Titian Ilmu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Tabilaa adalah salah satu dari 23 Desa di Kecamatan Bolaang Uki yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Tabilaa adalah salah satu dari 23 Desa di Kecamatan Bolaang Uki yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografi Desa Tabilaa adalah salah satu dari 23 Desa di Kecamatan Bolaang Uki yang didirikan pada tahun 1940 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari adalah masalah sampah. Setiap manusia, memiliki potensi untuk

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari adalah masalah sampah. Setiap manusia, memiliki potensi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah lingkungan merupakan masalah yang akan terus berkembang dan berproses. Salah satu masalah lingkungan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ENYAKIT ISA ADA BALITA (Suatu enelitian Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten ) SISKA RISTY YOLANDA ADAM DJAFAR NIM : 811409020

Lebih terperinci

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga HUBUNGAN SARANA PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN JENIS JAMBAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Septian Bumulo

Lebih terperinci

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Summary GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Afriani Badu. 2012. Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Limboto Barat Barat Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni 2012. 3.2 Desain Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan data dari kelurahan desa Waru, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU KEPALA KELUARGA DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI DESA PINTADIA KECAMATAN BOLAANG UKI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Suharto S. Bunsal*, A. J. M. Rattu*, Chreisye K.F.

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN Lampiran I Summary FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 Cindy Pratiwi NIM 841409080

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak azasi manusia, sebagaimana tertuang dalam Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampah merupakan suatu yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Alamsyah dan Muliawati,

Lebih terperinci

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 ABSTRAK Likyanto Karim. 2012. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk

Lebih terperinci

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Summary Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Merliyanti Ismail 811 409 043 Jurusan kesehatan masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI Ani Murtiana 1, Ari Setiyajati 2, Ahmad Syamsul Bahri 3 Latar Belakang : Penyakit diare sampai

Lebih terperinci

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO Zainudin Lakodi NIM 811409110 Program study Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Higiene makanan sangatlah bermanfaat untuk menjaga kesehatan. Makanan merupakan kebutuhan manusia dan semua makhluk hidup untuk dapat melangsungkan hidupnya secara sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam merupakan salah satu sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging dan telur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dengan batas-batas pokok desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dengan batas-batas pokok desa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Leato Utara adalah salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo,

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah di Desa Loli Tasiburi Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah di Desa Loli Tasiburi Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah di Desa Loli Tasiburi Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala Dedi Mahyudin Syam 1 * Abstrak Desa Loli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI LINGKUNGAN DI PESISIR PANTAI SINDULANG SATU KECAMATAN TUMINTING TAHUN 2014 Jessy Desiere*, Henky Loho*, Johan Josephus* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah termasuk permasalahan lingkungan seperti kebersihan lingkungan. Hal ini disebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sakinah, 2 Erna, 3 Marta 1,2,3. STIKes Prodi IKM Prima Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Sakinah, 2 Erna, 3 Marta 1,2,3. STIKes Prodi IKM Prima Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DUSUN SEMAMBU BUNTING KELURAHAN JAMBI KECIL KECAMATAN MUARO SEBO TAHUN 1 Sakinah, 2 Erna, 3 Marta 1,2,3

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Kayubulan Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang pada saat

Lebih terperinci

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI PEMUKIMAN NELAYAN KENAGARIAN AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2011 Skripsi Diajukan ke Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR ANITA B. ABDULRAHMAN NIM : 811409105 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan tempat, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Indonesia Sehat 2010 yang dicanangkan Departemen Kesehatan pada tahun 1998 yang lalu memiliki tujuan-tujuan mulia, salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan Kelautan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indikator perilaku hidup bersih dan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan dilima tatanan yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan dunia. Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai masalah persampahan dikarenakan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam program pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah program lingkungan sehat, perilaku

Lebih terperinci

Oleh : Suharno ABSTRAK

Oleh : Suharno ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KETERSEDIAAN JAMBAN KELUARGA DI DESA CIDENOK WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suharno ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena sampah merupakan awal dari penyebab berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena sampah merupakan awal dari penyebab berbagai penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan semua buangan yang dihasilkan dari aktifitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan lagi.sampah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan

Lebih terperinci

Yulisetyaningrum ABSTRAK

Yulisetyaningrum ABSTRAK HUBUNGAN MOTIVASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEBIASAAN BUANG AIR BESAR (BAB) SEMBARANGAN DI DUKUH KRAJAN DESA KARANGROWO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2014 Yulisetyaningrum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini di wilayah Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi

Lebih terperinci

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sasaran program dari Dinas Kesehatan adalah berhubungan dengan masalah kesehatan. Masalah kesehatan lingkungan di negara-negara sedang berkembang adalah

Lebih terperinci

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah. 1 2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KAPASITAS PARU TENAGA KERJA PENGANGKUT SAMPAH DI KABUPATEN GORONTALO Novalia Abdullah, Herlina Jusuf, Lia Amalaia novaliaabdullah@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayi Di Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Indriyati Mantang 1, Maria Rantung 2, FreikeLumy 3 1,2,3 Jurusan Kebidanan Polekkes Kemenkes Manado

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) Pendahuluan Perkembangan Kota dapat mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk Permukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia. Selain itu, sampah juga berpotensi besar menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Desa Bukit Tingki merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Popayato dengan luas wilayah 5.250 Ha,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang mempunyai potensi sumber daya pesisir dan lautan yang berlimpah dan beragam sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan jumlah penduduk di Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan jumlah penduduk di Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah merupakan masalah yang dihadapai di hampir seluruh Negara di dunia. Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai masalah persampahan dikarenakan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Demografis Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, dan memiliki

Lebih terperinci

Dampak kesehatan lingkungan rumah susun: studi kasus rumah susun Pulo Gadung Bose Devi

Dampak kesehatan lingkungan rumah susun: studi kasus rumah susun Pulo Gadung Bose Devi Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Dampak kesehatan lingkungan rumah susun: studi kasus rumah susun Pulo Gadung Bose Devi Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=76899&lokasi=lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang lain dari sumber daya alam. Aktivitas tersebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND THE ELDERLY

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 Intisari RITA PURNAMA SARI Mahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut : 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Kondisi Demografi Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR WASTE HANDLING CORRELATION WITH THE OCCURRENCE OF DIARRHEA ON TODDLER WORKING AREA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga adalah suatu pemahaman yang penting agar masyarakat tahu dan mau serta mampu menerapkan pola perilaku hidup bersih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik daerahnya, kondisi fisik yang dimaksud yaitu topografi wilayah. Pengaruh kondisi fisik ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Erris, 2 Marinawati 1 Poltekes

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI MASYARAKAT MENIMBULKAN MASALAH SAMPAH DI KAWASAN PESISIR KAMPUNG BUGIS

POLA KONSUMSI MASYARAKAT MENIMBULKAN MASALAH SAMPAH DI KAWASAN PESISIR KAMPUNG BUGIS POLA KONSUMSI MASYARAKAT MENIMBULKAN MASALAH SAMPAH DI KAWASAN PESISIR KAMPUNG BUGIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang selalu berhubungan dengan konsumsi, apa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban.

Lampiran 1. Kata Kunci : Evaluasi, Program, STBM, Kepemilikan Jamban, Pemanfaatan jamban. 79 Lampiran 1 EVALUASI PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA BUNGIN KECAMATAN TINANGKUNG KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Leni Setyawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL Heriyani Hasnawi 811408035 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandhari 1, Ellen Yuni Yastuti 2 1) Dosen Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kelurahan Kayubulan Kecamatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 Oleh: TH.Tedy B.S.,S.K.M.,M.Kes. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No.23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat adalah kebutuhan yang sangat pokok dan mendasar bagi manusia, namun masih banyak faktor yang menimbulkan berbagai gangguan kesehatan dan kurang maksimalnya

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan pola hidup sehat siswa dalam keluarga, maka akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasus tersebut akan dialami oleh TPA dengan metode pengelolaan open dumping

BAB I PENDAHULUAN. kasus tersebut akan dialami oleh TPA dengan metode pengelolaan open dumping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang nomor 18 tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam yang berbentuk padat. Permasalahan sampah adalah hal

Lebih terperinci

Pengaruh Pelatihan Pengelolaan Sampah Terhadap Penurunan Volume Sampah di Lingkungan Balleanging Kabupaten Bulukumba

Pengaruh Pelatihan Pengelolaan Sampah Terhadap Penurunan Volume Sampah di Lingkungan Balleanging Kabupaten Bulukumba ISSN (Print) : 2443-1141 ISSN (Online) : 2541-5301 P E N E L I T I A N Pengaruh Pelatihan Pengelolaan Sampah Terhadap Penurunan Volume Sampah di Lingkungan Balleanging Kabupaten Bulukumba Syarfaini 1 *,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

BAB IV. Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun

BAB IV. Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun berada di Dataran rendah dan 3 dusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang kini sedang menghadapi masalah kebersihan dan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak

Lebih terperinci

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) Kementerian Kesehatan RI 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sasaran Waktu : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah : Siswa-siswa dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dalam kenyataannya lebih akrab dengan lingkungan alamnya daripada dengan lingkungan teknologi. Keadaan alam masih lebih menentukan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia.Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai kepadatan penduduk setiap tahunnya. Jumlah penduduk Surabaya mengalami

Lebih terperinci

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi yang sangat pesat menyebabkan kemajuan di segala bidang, dan sekaligus menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak kemajuan teknologi

Lebih terperinci

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

KUESIONER UNTUK PEDAGANG Lampiran 1 KUESIONER UNTUK PEDAGANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BERSIH DI BASEMENT PASAR PETISAH KOTA MEDAN TAHUN 2012 I. Identitas Pedagang No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara memastikan keberlanjutan lingkungan hidup, untuk itu setiap negara harus dapat mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini upaya peningkatan kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh sebagian besar Pemerintah Daerah dan kota di Indonesia melalui pencanangan berbagai program

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN Setelah melakukan pengambilan data dengan wawancara kepada responden, selanjutnya dilakukan tahapan pengolahan data. Dari data 180 responden yang diwawancara, terdapat 6 responden

Lebih terperinci

Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat. Oleh : Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M.

Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat. Oleh : Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M. KESEHATAN LINGKUNGAN Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat Oleh : Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M.Hum Yogyakarta, 21 Maret 2016 Kebijakan terkait Kesehatan

Lebih terperinci

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci