DAMPAK SOSIAL PERTAMBANGAN RAKYAT (DI DESA TANOYAN SELATAN KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK SOSIAL PERTAMBANGAN RAKYAT (DI DESA TANOYAN SELATAN KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW)"

Transkripsi

1 DAMPAK SOSIAL PERTAMBANGAN RAKYAT (DI DESA TANOYAN SELATAN KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW) FITRI LIMBALO, Dr. Rauf A Hatu M.Si, Funco Tanipu ST. MA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI ABSTRACK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosial pertambangan rakyat di desa Tanoyan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, yakni untuk mengetahui seberapa besar dampak sosial pertambangan rakyat di desa Tanoyan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Berdasarkan data hasil wawancara dengan informan penelitian, maka hasilnya menunjukan bahwa keberadaan tambang emas di desa Tanoyan berdampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat setempat. Dampak positifnya adalah sebagai berikut: 1) Keberadaan Tambang Emas dapat menyediakan lapangan kerja baru bagi warga setempat sehingga memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat pada sektor non pertanian. 2) Keberadaan Tambang tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat sehingga kesejahteraan keluarga mereka pun terjamin. Selanjutnya, dampak negatifnya adalah sebagai berikut: 1) Semakin menyempitnya kesempatan kerja pada sektor pertanian di desa Tanoyan. 2) Semakin sedikitnya lahan pertanian yang dimiliki warga desa Tanoyan karena telah digunakan sebagai lahan pertambangan. 3) Sering terjadi konflik-konflik kecil antara sesama warga Tanoyan maupun warga setempat dengan warga migran atau pendatang. Sehingga menyebabkan kurang harmonisnya hubungan di antara warga-warga setempat. Berdasarkan hasil penelitian, maka diharapkan perlu adanya campur tangan pemerintah Kabupaten dalam hal pengelolaan sektor pertambangan yang ada di desa Tanoyan Selatan Kecmatan Lolayan serta perlu adanya perangkat aturan yang diberlakukan di Desa Tanoyan yang mengatur dan mengikat serta menjadi acuan bagi setiap warga yang datang untuk mengais rejeki di desa tersebut. Kata Kunci: Pertambangan, Perubahan Sosial, Konflik, Tenaga Kerja, Pendapatan dan Peluang Kerja A. PENDAHULUAN 1

2 Secara umum sektor pertambangan di Kabupaten Bolaang Mongondow khususnya Didesa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan merupakan sector yang memberikan kontribusi positif bagi pembangunan. Walaupun pertambangan diwilayah tersebut dikategorikan sebagai wilayah pertambangan skala kecil, namun hal ini berpengaruh positif bagi pengurangan pengangguran dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat setempat. Kondisi ini oleh pemerintah daerah dimanfaatkan untuk mengeluarkan kebijakan mengenai pertambangan daerah, sedangkan di tingkat kota dimanfaatkan untuk mengembangkan industri barang mineral. Pengelolaan sumberdaya mineral oleh industri pertambangan dilakukan karena dipandang dapat memberikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan pembangunan Negara, serta terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal maupun masyarakat di luar lokasi penambangan. Selain itu, karena pihak industri sebagai pihak yang memiliki modal berupa teknologi yang tinggi diharapkan mampu mengelola sumberdaya mineral secara baik dan efisien. Namun pada pelaksanaannya, pengelolaan sumberdaya mineral oleh industri tidak selamanya berjalan seperti apa yang diharapkan. Hal ini dikarenakan aktivitas pertambangan tersebut merupakan aktivitas pengerukan terhadap sumberdaya alam yang terkandung di tempat terbuka maupun bawah tanah, sedangkan pemanfaatan dengan penggunaan teknologinya seringkali berlebihan dalam mengeruk sumberdaya mineral yang ada sehingga pengelolaan sumberdaya alam tambang oleh industri pertambangan memberikan dampak terhadap perubahan ekosistem lokal. Perubahan pada ekosistem lokal meliputi perubahan pada tataran sosial-ekonomi maupun lingkungan. Perubahan yang terjadi pada tataran sosial ekonomi diantaranya terjadinya perubahan sistem mata pencaharian masyarakat lokal yang awalnya bergerak di sektor pertanian sebagai sektor utama masyarakat, berubah menjadi masyarakat non pertanian seperti buruh pabrik, pedagang maupun kegiatan non pertanian lainnya. Hal ini disebabkan menurunnya produktivitas lahan akibat rusaknya lahan pertanian yang ada dan berdampak terhadap penurunan pendapatan masyarakat. Sementara itu pada tataran lingkungan, terjadinya kerusakan ekologi seperti pencemaran air dan udara akibat limbah industri, serta 2

3 kekeringan air yang kemudian berimplikasi pada penurunan produktivitas lahan pertanian. Berdasarkan kondisi empirik yang diamati oleh peneliti dilapangan, bahwa tambang emas yang berada di desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaaang Mongondow sudah berlangsung sejak lama. Data Tahun 2011 menjelaskan bahwa Tambang ini dibuka tahun 1986 dan lokasi penambangan ini masuk dalam kawasan hutan produksi. Karena sudah memiliki izin pertambangan rakyat (IPR) yang oleh pemerintah setempat, maka tambang emas didesa Tanoyan Selatan disebut sebagai wilayah pertambangan rakyat (WPR). Desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow, merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumberdaya alam yang diantaranya adalah Tambang Emas. Adapun luas pertambangan desa Tanoyan Selatan adalah m 2 / 100 Ha. 1 Adanya aktivitas pertambangan di daerah tersebut mengakibatkan perubahan struktur sosial yang pada awalnya bergerak di sektor pertanian menjadi non pertanian. Perubahan tersebut diantaranya adalah pemanfaatan lahan pertanian untuk lokasi penambangan yang menyebabkan berkurangnya luas garapan bagi petani. Selanjutnya tenaga kerja di sektor pertanian lebih memilih melakukan pekerjaan di luar sektor pertanian, termasuk sebagai tenaga kerja pada usaha tambang. Perpindahan tenaga kerja disektor pertanian ke non-pertanian diperkirakan akan menghadapi sejumlah persoalan, baik jangka pendek maupun dalam jangka waktu panjang. Dalam jangka pendek, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani sering kurang dan bahkan tidak relevan dengan jenis pekerjaan diluar sektor pertanian. Oleh sebab itu, tingkat produktivitasnya sebagai tenaga kerja cenderung rendah sehingga gaji/upah yang diterima relative kecil. Petani sering hanya menjadi tenaga kerja/buruh untuk berbagai jenis pekerjaan, dan mempunyai kedudukan sangat rapuh terhadap pekerjaannya. Perkembangan usaha tambang juga menyebabkan kedatangan tenaga kerja migrant dari berbagai daerah di Indonesia. Tenaga kerja/pekerja tambang yang seluruhnya adalah laki-laki, jumlahnya ratusan orang membawa berbagai kebiasaan dan budaya yang berbeda dari kebiasaan dan budaya masyarakat. 1 Kantor Desa Tanoyan Selatan 2013 (Profil Desa) 3

4 Dalam kesehariannya interaksi antara pekerja migrant dengan masyarakat setempat memungkinkan terjadinya pergeseran-pergeseran prilaku dari masyarakat setempat. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: bagaimana Dampak Sosial Pertambangan Rakyat Di Desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dampak sosial pertambangan rakyat di Desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan B. KAJIAN TEORI Istilah tambang rakyat secara resmi terdapat pada Pasal 2 huruf n, UU No. 11Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Dalam pasal ini disebutkan bahwa Pertambangan Rakyat adalah satu usaha pertambangan bahanbahan galian dari semua golongan a, b dan c yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri. Golongan A ( bahan galian strategis, seperti minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batu bara, uranium, nikel, kobalt dan timah), Golongan B ( bahan galian vital, seperti besi, mangan, tembaga, timbale, emas, perak, intan, zircon, Kristal kuarsa dan belerang) dan golongan C ( bahan galian yang tidak termasuk golongan strategis dan vital, seperti marmer, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit, basal, tanah liat, batu permata, dan batu setengah permata ) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk pencarian sendiri. Kegiatan pertambangan rakyat dilakukan pada wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat. 2 Industri pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral dari batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-mineral 2 Undang-Undang No 11 tahun 1967, Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. 4

5 yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi lingkungan. Industri pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan oleh umat manusia di dunia. 3 Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan pertambangan rakyat berdampak pada kondisi sosial masyarakat. Hal ini terlihat dengan adanya peralihan mata pencaharian masyarakat sector pertanian ke sector non pertanian, berkurangnya luas lahan pertanian disebabkan semakin tingginya aktivitas pertambangan. Selain itu, terjadinya transformasi budaya yang berakibat pada timbulnya konflik horizontal dikalangan masyarakat. Dengan kata lain, bahwa aktivitas pertambangan sangat berpengaruh pada keberlangsungan tatanan kehidupan social masyarakat. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti menarik suatu kesimpulan bahwa untuk mengukur sejauhmana dampak keberadaan pertambangan terhadap kehidupan sosial masyarakat diperlukan beberapa indikator sebagai berikut: 1. Kesempatan Kerja 2. Pendapatan Masyarakat 3. Kepemilikan Lahan Pertanian 4. Hubunbgan antara warga Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok, adapula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas, serta perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi berjalan cepat. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakat, lapisanlapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial. Menurut Hendropuspito, bahwa terdapat dua rumusan definisi perubahan sosial yaitu: 3 D. Noor, Geologi Lingkungan, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal, 45 5

6 1) Perubahan sosial didefinisikan sebagai perbedaan keadaan yang berarti dalam unsur masyarakat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Dalam definisi ini terkandung perubahan sosial pasif. 2) Perubahan sosial adalah proses perkembangan unsur sosial budaya dari waktu ke waktu yang membawa perbedaan yang berarti dalam struktur dan fungsi masyarakat. 4 Menurut Mac Iver yang dikutip dalam Soejono Soekanto, perubahan sosial dikatakan sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (sosial relationship) atau sebagai perubahan terhadap perubahan keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial. 5 Dari berbagai pendapat tentang perubahan sosial tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada lembagalembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya. Perubahan sosial dalam masyarakat nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lembagalembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang serta interaksi sosial. C. PROSEDUR PENELITIAN Pendekatan penelitian adalah metode atau cara mengadakan penelitian. 6 Sedangkan jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yang mana pengkajian selanjutnya dalam penelitian ini adalah merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan. 7 Alasan peneliti memilih pendekatan kualitatif ini digunakan karena: Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan. Ketiga, metode ini lebih 4 Hendropuspito, Oc, Sosiologi Sistematik, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hal Soerdjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Grafindo Persada, 1982), hal Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rieneke Cipta. 2002), hal.23 7 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. (Bandung: PT Rosda Karya, 2006), hal.3 6

7 peka dan lebih dapat menyesuaikan dengan banyak penajaman pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 8 Dengan demikian, peneliti bisa mendapatkan data yang akurat dan otentik yang dikarenakan peneliti bertemu atau berhadapan langsung dengan informan sehingga bisa langsung mewawancarai dan berdialog dengan informan. Selanjutnya peneliti mendekripsikan tentang objek penelitian yang di teliti secara sistematis dan mencatat semua hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti mengenai Dampak Sosial Pertambangan Rakyat di Desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research), dimana lebih menitiberatkan pada hasil pengumpulan data dari informan yang telah ditentukan. 9 Penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan secara langsung dimana objek yang diteliti yaitu pemerintah desa, tokoh masyarakat dan beberapa perwakilan dari masyarakat yang berpropesi penambang. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan pembahasan yang dibahas yakni Dampak Sosial Pertambangan Rakyat di Desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Dalam penelitian ini, menurut Moleong, bahwa sumber data utama adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yaitu: Data Primer, yaitu berupa kata-kata dan Tindakan dari orang-orang yang diamati atau diwawancarai dalam hal ini adalah informan. Adapun informan yang di wawancarai adalah pemerintah desa, tokoh masyarakat dan beberapa perwakilan dari masyarakat yang berpropesi penambang. Data Sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh dari Kepustakaan dan dokumen-dokumen atau bahan-bahan tertulis yang relevan dengan pembahasan yang sedang dikaji Ibid. H.4 9 Ibid.h Lexy J. Maleong,, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung ; PT Remadja, 2005), hal 175 7

8 Untuk mendapatkan data yang nantinya digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data adalah teknik observasi, wawancara dan dokumenter. Proses analisis data dalam penelitia ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: reduksi data, display data dan verifikasi data. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di Desa Tanoyan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada beberapa alasan yakni: 1. Objek tersebut sesuai dengan tujuan penelitian, selain itu data yang akan digunakan sebagai bahan penelitian cukup memadai dan mudah untuk memperolehnya. 2. Dilihat dari segi waktu, biaya dan tenaga yang dibutuhkan masih dalam taraf kesanggupan peneliti. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Mayoritas penduduk Desa Tanoyan Selatan yang pada awalnya bergerak di sektor pertanian kini mulai beralih meninggalkan sektor pertanian tersebut dengan menjadi pekerja di sektor pertambangan Rakyat. Proses peralihan ini disebabkan oleh keadaan sektor pertanian yang belum mampu menjamin kesejahteraan para petani. Sehingga untuk menjamin kesejahteraan hidup, para pekerja sektor pertanian pun mengalihkan mata pencaharianya pada sektor pertambangan. Dampak kehadiran Tambang Rakyat bagi masyarakat Desa Tanoyan Selatan tidak hanya terlihat pada perubahan struktur mata pencaharian saja, melainkan juga pada aspek sosial dan ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan masyarakat, pelapisan sosial, kesempatan kerja sektor pertanian dan non pertanian, serta tingkat konflik yang terjadi di masyarakat sebagai akibat adanya perubahan kondisi lingkungan. Dimana, terjadinya kerusakan lingkungan seperti pencemaran air sungai yang di sebabkan oleh pembuangan limbah pertambangan. Hal ini berdampak pada kesehatan masyarakat setempat merupakan faktor pemicu konflik antara masyarakat yang berprofesi selain penambang dengan masyarakat penambang. 8

9 Berdasarkan data hasil wawancara dengan informan, maka dapat digambarkan bahwa kesempatan kerja bagi masyarakat setempat sebelum adanya Tambang Rakyat masih banyak bergerak pada sektor pertanian. Namun dengan kehadiran Tambang Rakyat tersebut, para petani sudah banyak yang mengalihkan mata pencahariannya pada sektor tambang rakyat sehingga menyebabkan semakin sedikitnya kesempatan kerja bagi sektor pertanian. Kondisi ini terjadi karena kesempatan kerja pada sektor pertambangan lebih terbuka lebar dan penghasilannya lebih menjanjikan kesejahteraan masyarakat desa Tanoyan Selatan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan tambang emas di Tanoyan Selatan tidak hanya berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Namun hal ini juga akan menimbulkan masalah baru bagi kelestarian lingkungan yang ada di sekitarnya. Dimana hasil pengolahan tambang menyisakan limbah yang dapat mencemari sungai dan akan berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat yang ada di lingkungan pertambangan tersebut. Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Sementara peningkatan pendapatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh ketersediaan lapangan pekerjaan dengan upah yang dapat menjamin kesejahteraan hidup masyarakat tersebut. Keberadaan Tambang Rakyat bukan hanya mampu menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat yang ingin bekerja pada sektor non pertanian, akan tetapi juga mampu meningkatkan pendapatan bagi masyarakat sehingga dapat menjamin kesejahteraan hidup. Berdasarkan hasil wawancara, maka dapat diketahui bahwa terlihat perbedaan penghasilan antara para pekerja sektor pertanian dengan para pekerja tambang. Keberadaan tambang rakyat di desa Tanoyan selatan dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat yang berprofesi penambang yang ada di desa setempat. Profesi atau pekerjaan sebagai penambang merupakan profesi yang dapat menjamin kelangsungan dan kesejahteraan masyarakat yang ada di Desa Tanoyan. Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya jumlah kenderaan pribadi berupa mobil dan sepeda motor yang dimiliki oleh masyarakat berprofesi penambang dan para pemilik lokasi pertambangan. 9

10 Secara faktual, kondisi tersebut di atas menunjukan proses pergeseran perubahan status sosial di kalangan para pekerja sebelum dan setelah adanya kegiatan pertambangan di desa Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow. Dimana masyarakat setempat yang berprofesi penambang atau para pemilik tambang yang sebelumnya berprofesi petani, saat ini sudah memiliki status sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pada umumnya masyarakat di Desa Tanoyan Selatan bekerja pada dua sektor sekaligus yakni sebagai petani dan penambang atau pekerja tambang. Salah satu dampak negatif keberadaan tambang emas adalah semakin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat desa Tanoyan Selatan. Dimana pada tahun 2013 luas lahan pertanian desa Tanoyan Selatan berkisar m 2 atau 800 Ha, sedangkan luas lahan pertambangan adalah m 2 atau 100 Ha. 11 Perluasan lokasi pertambangan di Desa Tanoyan Selatan merupakan faktor utama yang menyebabkan berkurangnya lahan pertanian di desa tersebut. Dari data hasil wawancara dapat diketahui bahwa pemanfaatan lahan pertanian untuk dijadikan lokasi pertambangan warga disebabkan oleh ketidaktahuan pemilik lahan perkebunan tentang kualitas lahan pertanian yang dimiliki oleh warga setempat. Ketidaktahuan pemilik lahan akan kualitas lahan mereka sengaja di gunakan oleh para pemiliki modal untuk membeli lahan milik petani dengan harga yang lumayan murah. Kondisi ini merupakan faktor yang menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Terjadinya proses alih fungsi lahan tersebut menyebabkan tingkat mobilitas masyarakat yang bergerak pada sektor pertambangan lebih besar daripada masyarakat yang bergerak pada sektor pertanian. Mobilitas masyarakat setempat yang semakin tinggi akan berpengaruh signifikan terhadap perubahan struktur sosial masyarakat Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow. Pada awalnnya hubungan antara sesama warga Tanoyan saat masih cukup baik. Ini terlihat dengan masih eratnya kehidupan gotong royong dan saling membantu antar sesama warga Tanoyan Selatan. Namun dengan adany kehadiran 11 Profil Desa Tanoyan Selatan Tahun

11 Tambang Emas kehidupan sosial masyarakat Desa Tanoyan Selatan perlahanlahan sudah mulai berubah. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya tenaga kerja migran yang datang untuk mengais rejeki di desa tersebut. Parilaku para tenaga kerja migran dapat mempengaruhi perilaku masyarakat yang ada dilingkungan pertambangan. Dimana kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yang diperlihatkan oleh para tenaga kerja migran akan memberikan dampak yang tidak baik bagi warga setempat terutama para remaja yang berada disekitarnya. Karena dalam kurun waktu tertentu, remaja dilingkungan setempat akan ikut-ikutan mingkonsumsi minuman beralkohol dengan para pekerja yang datang dari luar daerah. Kebiasaan mengkonsumsi minuman secara ramai-ramai yang diperlihatkan oleh penambang yang datang dari luar daerah dengan masyarakat atau remaja di desa Tanoyan Selatan merupakan hasil dari transformasi budaya, adat dan kebiasaan sehingga hal ini berpengaruh terhadap munculnya konflik diantara masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang. Kondisi ini memberikan dampak negatif terhadap proses perubahan sosial yang terjadi terjadi ditengahtengah masyarakat. Berdasarkan data hasil wawancara, dapat digambarkan bahwa keberadaan tambang yang disertai dengan meningkatnya masyarakat pendatang dapat menyebabkan kurang harmonisnya hubungan antar sesama warga setempat, baik sesama warga Tanoyan Selatan maupun warga pendatang. Ditambah lagi kebiasaan buruk yang dibawah oleh masyarakat pendatang yang menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya bagi masyarakat setempat. Karena mau tidak mau masyarakat setempat dengan sendirinya akan terpengaruh dan mengikuti kebiasaan-kebiasaan buruk yang ditunjukan oleh masyarakat pendatang atau para pekerja migran yang sudah lama berada di lingkungan tersebut. Jika hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan akan menimbulkan kesenjangan sosial yang akan menjurus kepada konflik horizontal yang lebih besar lagi. Terjadinya kesenjangan sosial dan konflik horizontal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah gesekan yang terjadi akibat benturan berbagai budaya yang di bawa oleh masyarakat pendatang dengan budaya yang dimiliki masyarakat setempat. 11

12 E. PENUTUP Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan tambang emas di desa Tanoyan Selatan memiliki dampak positif maupun negatif bagi kehidupan sosial masyarakat setempat. dampak positifnya, tersedianya peluang atau kesempatan kerja pada sektor pertambangan dan adanya peningkatan pendapatan bagi masyarakat setempat. Kemudian dampak negatifnya adalah semakin menyempitnya kesempatan kerja pada sektor pertanian, semakin berkurangnya lahan pertanian yang dimiliki warga desa Tanoyan karena telah digunakan sebagai lahan pertambangan dan sering terjadi konflik-konflik kecil antara sesama warga Tanoyan Selatan maupun warga setempat dengan warga migran atau pendatang. Sehingga menyebabkan kurang harmonisnya hubungan di antara warga-warga tersebut. Fenomena inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial masyarakat. Perubahan sosial tersebut ditandai oleh meningkatnya status sosial, struktur dan lapisan sosial sebagai akibat dari adanya peluang kerja dan peningkatan pendapatan dari masyarakat desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan. Selain itu, menyempitnya luas lahan pertanian dan kurang harmonisnya hubungan antara warga setempat dapat menyebabkan kesenjangan sosial yang memicu terjadinya konflik sosial masyarakat Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan. Dengan mengacu pada kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat memang tidak bisa dihindarkan. Perubahan sosial tersebut ada yang berdampak positif dan ada pula berdampak negatif bagi kehidupan sosial masyarakat Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan. Untuk mengantisipasi dampak negatif yang lebih besar lagi peneliti menyarankah beberapa hal seperti perlu adanya campur tangan pemerintah Kabupaten dalam hal pengelolaan sektor pertambangan yang ada di desa Tanoyan Selatan Kecmatan Lolayan. Selain itu juga diperlukan adanya perangkat aturan yang diberlakukan di Desa Tanoyan yang mengatur dan mengikat serta menjadi acuan bagi setiap warga yang datang untuk mengais rejeki di desa tersebut. 12

13 DAFTAR PUSTAKA Buecker, Regina, Karl Marx's Conception Of International Relations, (Glendon Journal Of International Studies Elfindri,. Bachtiar, Nasri, Ekonomi Ketenaga Kerjaan, Andalas University Press, Padang. Fuad, F.H. dan S. Maskanah Inovasi Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Hutan. Bogor: Pustaka LATIN. Hadi Sutrisno, Metode Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM Hartono Lahar, Dkk, Laporan Hasil Kegiatan Evaluasi Sumber Daya Dan Cadangan Bahan Galian Pertambangan Skala Kecil. Daerah Lembar Manado. Sulawesi Utara. Bandung: Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Hendropuspito, OC Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Kanisius. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama K.J Veeger, Realitas Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kristanto, P Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Kuswardoyo Sosiologi dan Antropologi Sebagai Ilmu tentang Perilaku Sosial dalam Masyarakat. Surakarta:PT Pabelan Koentjaradiningrat, 2000,. Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek : Sosiologi, Ekonomi, dan Perencanaan, Liberty, Yogyakarta. Maleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung ; PT Remadja Noor, D Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.. Salim, H.S Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudarmanto Analisis Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Desa di Sekitar Hutan dalam Pemanfaatan Hasil Hutan dan Prospek Pengembangannya (Studi Kasus Pengembangan Desa Hutan di Sekitar Wilayah HPH PT. INHUTANI V, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Dati II Musi Banyuasin Provinsi Dati I Sumatera Selatan) [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneke Cipta 13

14 Soemitro R, Sutyastie, dan Tjiptoherjanto, Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia (Suatu Analisis Awal), Rineka Cipta, Jakarta. Soerdjono Soekanto Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo Persada. T. Apandi dan S. Bachri, Peta Geologi Lembar Kotamubagu Sulawesi. Bandung: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi Paul Doyle Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia Wiriosudarmo, R Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Usaha. Yogyakarta: Graha Ilmu Dokumen Undang-undang No 11 tahun 1967, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Laporan Departemen Energy dan Sumberdaya Mineral Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam memberikan dampak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam berupa tambang merupakan salah satu andalan negara Indonesia setelah pertanian. Beberapa peraturan nasional baik berupa undangundang, peraturan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan upaya sadar yang dilakukan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dari hari ini. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan yang sangat besar sehingga menarik minat banyaknya para pelaku tambang (investor asing) tertarik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1980 TENTANG PENGGOLONGAN BAHAN-BAHAN GALIAN. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1980 TENTANG PENGGOLONGAN BAHAN-BAHAN GALIAN. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1980 TENTANG PENGGOLONGAN BAHAN-BAHAN GALIAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa penggolongan bahan-bahan galian yang diatur dalam Peraturan

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980 Tentang : Penggolongan Bahan-bahan Galian

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980 Tentang : Penggolongan Bahan-bahan Galian Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980 Tentang : Penggolongan Bahan-bahan Galian Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 27 TAHUN 1980 (27/1980) Tanggal : 15 AGUSTUS 1980 (JAKARTA) Sumber : LN 1980/47;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam yang dapat di perbaharui maupun yang tidak dapat di perbaharui. Potensi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam. 1

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan seperti pencemaran, kerusakan dan bencana dari tahun ke tahun masih terus berlangsung dan semakin luas. Kondisi tersebut tidak hanya menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat besar, salah satunya adalah bahan galian tambang. Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang berbeda-beda pada setiap daerah. Pengelolaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang berbeda-beda pada setiap daerah. Pengelolaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang sebagian wilayahnya berupa daratan menyimpan banyak kekayaan alam yang berbeda-beda pada setiap daerah. Pengelolaan sumber daya alam adalah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haves and the have nots. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata

BAB I PENDAHULUAN. haves and the have nots. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memang diberi karunia oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan sumberdaya alam yang kaya raya. Namun penyebaran sumberdaya alam di Indonesia tidak merata, hal ini sesuai

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda, dan perubahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap sandang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap sandang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap sandang, pangan, papan, air bersih dan energi. Hal tersebut mengakibatkan eksploitasi terhadap sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abadi dan keadilan sosial. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. abadi dan keadilan sosial. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dinyatakan tujuan nasional Negara Republik Indonesia yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang tersebar. Sumber daya di Indonesia ditinjau dari lokasinya

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA No. 4959 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Lokasi Aktifitas Pertambanagan di Kabupaten Magelang.

Lokasi Aktifitas Pertambanagan di Kabupaten Magelang. Lokasi Aktifitas Pertambanagan di Kabupaten Magelang. Warga Desa Keningar berdemo untuk penutupan pertambangan dan menuntut reklamasi tambang. Warga dan Kepolisian sedang memasang spanduk larangan melakuakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO, Menimbang : a. bahwa dalam memberikan dasar bagi usaha-usaha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pada umumnya setelah manusia berhasil menguasai sebidang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam merupakan salah satu kekayaan alam yang harus tetap dijaga kelestariannya. Saat ini banyak daerah yang memanfaatkan sumber daya alamnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan sebagai salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Begitu pun dengan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan potensi dan kekayaan alam yang berlimpah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa. Dua pertiga dari wilayah

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Tonggak awal bagi penguasaan sumberdaya pertambangan dialam kemerdekaan adalah

BAB II KAJIAN TEORI. Tonggak awal bagi penguasaan sumberdaya pertambangan dialam kemerdekaan adalah BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Pertambangan Rakyat 2.1.1 Gambaran Singkat Pertambangan Rakyat Sesudah Kemerdekaan Tonggak awal bagi penguasaan sumberdaya pertambangan dialam kemerdekaan adalah pasal 33

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sulawesi Tengah merupakan salah satu Provinsi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki banyak potensi Sumber Daya Alam, baik dari aspek pertambangan, perkebunan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA

LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA Kerjakan soal di bawah ini dengan menyilang huruf A,B,C,D, atau E yang kamu anggap benar! 1. Barang tambang yang disebut kastobiolith cair

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KONFLIK AGRARIA. (Studi Kasus di Desa Bilalang II Kecamatan Kotamobagu Utara) ABSTRAK

KONFLIK AGRARIA. (Studi Kasus di Desa Bilalang II Kecamatan Kotamobagu Utara) ABSTRAK KONFLIK AGRARIA (Studi Kasus di Desa Bilalang II Kecamatan Kotamobagu Utara) ABSTRAK Irfandi Mokoginta, Nim 281 410 032. Konflik Agraria (Studi Kasus di Desa Bilalang II, Kecamatan Kotamobagu Utara) di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang begitu melimpah bagi kelangsungan hidup umat manusia merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Salah satunya adalah sumber daya tambang

Lebih terperinci

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam baik hayati maupun non-hayati sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup manusia. Alam memang disediakan untuk memenuhi kebutuhan manusia di bumi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1992:78). Dalam pengertian lain industrialisasi merupakan transformasi proses

BAB I PENDAHULUAN. 1992:78). Dalam pengertian lain industrialisasi merupakan transformasi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi adalah proses segala hal yang berkaitan dengan teknologi, ekonomi, perusahaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya (SR. Parker, 1992:78).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 07 SUMBERDAYA MINERAL Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan p batuan (tanah). Berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara

BAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara `1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan sumber daya alam (natural resources). Sumber daya alam itu ada yang dapat diperbaharui (renewable),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa mineral dan batubara yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Bagja Waluya, penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau masalah guna mencari pemecahan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik berupa minyak dan gas bumi, tembaga, emas dan lain-lain. Kekayaan alam Indonesia

Lebih terperinci

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT

KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT Dedi Mardia Fitri 1 Erianjoni, M.Si 2 Elvawati, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Armin Tampubolon P2K Sub Direktorat Mineral Logam SARI Pada tahun anggaran 2005, kegiatan inventarisasi mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambangan. Bahan galian penambangan sebagian besar dilakukan di daerahdaerah

BAB I PENDAHULUAN. penambangan. Bahan galian penambangan sebagian besar dilakukan di daerahdaerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia 2.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI) Pasar modal merupakan sarana pembiayaan usaha melalui penerbitan saham dan obligasi. Perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diamandemen ke-4, Bab

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diamandemen ke-4, Bab BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian itu meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara dan lain-lain

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. Oleh: Catur Dewi Saputri

RINGKASAN SKRIPSI. Oleh: Catur Dewi Saputri PERUBAHAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT PENAMBANG PASIR PASCA ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DI DUSUN KOJOR, KELURAHAN BOJONG, KECAMATAN MUNGKID, KABUPATEN MAGELANG RINGKASAN SKRIPSI Oleh: Catur Dewi Saputri 08413241007

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan angka-angka, akan tetapi berupa kata-kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang ekonomi di Indonesia telah berlangsung selama 40

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang ekonomi di Indonesia telah berlangsung selama 40 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan bidang ekonomi di Indonesia telah berlangsung selama 40 tahun. Bermula ketika masa orde baru, pembangunan ekonomi di pedesaan diprioritaskan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup tersebut. Disadari atau tanpa kita sadari, banyak sekali barangbarang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup tersebut. Disadari atau tanpa kita sadari, banyak sekali barangbarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bumi sebagai tempat tinggal bagi kehidupan berbagai makhluk hidup, memiliki sumber daya alam yang dapat digunakan untuk mendukung kehidupan makhluk hidup tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam, yang dalam praktiknya perlu

BAB I PENDAHULUAN. eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam, yang dalam praktiknya perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ekploitasi terhadap sumber daya alam yang ada di Indonesia semakin lama semakin meluas. Hal ini merupakan dampak dari semakin meningkatnya kebutuhan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki potensi pertambangan yang sangat potensial. Secara geologist Indonesia berada pada tumbukan dua lempeng besar yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati disistematikan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Letusan Gunung Merapi Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten

Lebih terperinci

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi. Pengertian Pertambangan Pertambangan adalah : 1. Kegiatan, teknologi, dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Potensi tersebut sudah dikenal sejak zaman penjajahan sampai. Indonesia, prosesing mendapatkanya melalui usaha pertambangan.

BAB I. PENDAHULUAN. Potensi tersebut sudah dikenal sejak zaman penjajahan sampai. Indonesia, prosesing mendapatkanya melalui usaha pertambangan. BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang. Riau dikenal sebagai propinsi yang kaya akan bahan tambang dan mineral. Potensi tersebut sudah dikenal sejak zaman penjajahan sampai dengan kemerdekaan. Potensi itu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa mineral dan batubara yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa mineral dan batubara yang

Lebih terperinci

PELINGKUPAN (SCOPING) DAMPAK LINGKUNGAN PERTAMBANGAN

PELINGKUPAN (SCOPING) DAMPAK LINGKUNGAN PERTAMBANGAN PELINGKUPAN (SCOPING) DAMPAK LINGKUNGAN PERTAMBANGAN (Studi Kasus : Pertambangan Kapur dan Tanah Liat PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. di Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1964 TENTANG PENGGOLONGAN BAHAN-BAHAN GALIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1964 TENTANG PENGGOLONGAN BAHAN-BAHAN GALIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1964 TENTANG PENGGOLONGAN BAHAN-BAHAN GALIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penggolongan bahan-bahan galian yang diatur dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan umumnya bekerja di sektor pertanian. Pada hal kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara-negara berkembang secara umum keadaannya sangat berbeda dengan negara maju. Standar kualitas kehidupan masih rendah, pangan masih belum mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan mineral, seperti batubara, timah, minyak bumi, nikel, dan lainnya. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Alokasi waktu penelitian tentang tradisi masyarakat muslim dalam membagi harta warisan secara kekeluargaan di kecamatan Jekan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan berusaha melaksanakan pengkajian data deskriptif yang akan dituangkan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan berusaha melaksanakan pengkajian data deskriptif yang akan dituangkan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekaan kualitatif dengan berusaha melaksanakan pengkajian data deskriptif yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULAUN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan berbentuk Republik, hal ini dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia adalah sumber daya mineralnya

Lebih terperinci

Modul pertama Ekologi Manusia dan Alam Semesta, Modul ke-dua Bumi dan Kehidupan

Modul pertama Ekologi Manusia dan Alam Semesta, Modul ke-dua Bumi dan Kehidupan i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Ekologi Manusia membahas seluk-beluk ruang dalam kehidupan, termasuk benda, energi, tatanan dan makhluk hidup khususnya hal-ikhwal keberadaan manusia di dalamnya. Atas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah rancangan untuk mengumpulkan informasi tentang

Lebih terperinci

Bab Satu Pendahuluan. Latar Belakang

Bab Satu Pendahuluan. Latar Belakang Bab Satu Pendahuluan Latar Belakang Dalam tahapan Pembangunan, baik itu pembangunan tingkat nasional maupun daerah, diperlukan partisipasi masyarakat mulai dari perancangan pembangunan sampai pada tahapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian tersebut meliputi, emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sub DAS Cikapundung 4.1.1 Letak dan luas Daerah Sungai Cikapundung terletak di sebelah utara Kota Bandung Provinsi Jawa Barat, dan merupakan bagian hulu Sungai

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumawinata, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan salah satu pemikir besar ekonomi kerakyatan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sumawinata, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan salah satu pemikir besar ekonomi kerakyatan Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan strategi dalam mengatasi berbagai masalah aktual daerah seperti kemiskinan, keterbelakangan dan kependudukan. Permasalahan daerah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dengan berbagai cara. Bidang industri dan pertambangan dipercaya cukup efektif

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dengan berbagai cara. Bidang industri dan pertambangan dipercaya cukup efektif 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Persaingan di bidang perekonomian di dunia semakin ketat, tidak terkecuali dengan Indonesia yang berupaya meningkatkan kemampuan di bidang ekonomi dengan berbagai cara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan pendekatan penelitian Pada hakekatnya, penelitian dilakukan untuk mendapatkan penemuan baru atau mencari suatu kebenaran. Dalam penelitian, kita mengenal dua bentu

Lebih terperinci

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengidentifikasikan perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan data dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan sosial dan ekonomi pada masyarakat desa Giripeni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam, baik sumberdaya alam yang dapat diperbaharui maupun sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Lebih terperinci

Ditulis oleh Aziz Rabu, 07 Oktober :16 - Terakhir Diperbaharui Minggu, 11 Oktober :06

Ditulis oleh Aziz Rabu, 07 Oktober :16 - Terakhir Diperbaharui Minggu, 11 Oktober :06 POTENSI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI UNTUK MENINGKATKAN POTENSI EKONOMI DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Said Aziz Al-Idruss PhD. Pusat Survey Geologi Departemen Energi dan Sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. jenis data penelitian yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya

III. METODE PENELITIAN. jenis data penelitian yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya III. METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu, bab ini juga mencakup penetapan tempat penelitian, fokus penelitian, jenis data penelitian

Lebih terperinci

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan perekonomian. bajak, pemilik anggrek membutuhkan pot-pot anggrek, pemilik hotel

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan perekonomian. bajak, pemilik anggrek membutuhkan pot-pot anggrek, pemilik hotel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri modern merupakan gejala yang erat hubungannya dengan perkembangan masyarakat, sekaligus merupakan sebab dan akibat berbagai perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA. pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi

BAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA. pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi BAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA A. Pengertian Kegiatan Usaha Pertambangan Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam tambang

Lebih terperinci