KAJIAN KOMPRENSIF GERNAS KAKAO BIDANG PERLINDUNGAN TANAMAN DI TIGA KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN
|
|
- Sukarno Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN KOMPRENSIF GERNAS KAKAO BIDANG PERLINDUNGAN TANAMAN DI TIGA KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN STUDY AREA KOMPRENSIF GERNAS COCOA IN THREE PLANT PROTECTION DISTRICT IN SOUTH SULAWESI 1 Darwisa Tomme., 2 Nur Amin, 3 Melina, 1 Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman, Pasca Sarjana Unhas Makassar, 2 Fakultas Pertanian, Unhas Makassar Alamat Korespondesi: DARWISA TOMME Program Pasca Sarjana Unhas Makassar Sulawesi Selatan Hp Darwisatomme@yahoo.com
2 ABSTRACT One obstacle Indonesian cocoa production are crop pests are borers cacao fruit, fruit rot and disease VSD, based on these considerations, Vice President M. Jusuf Kalla at the coordination meeting on August 6, 2008 set to be done to improve the movement of people in cocoa cultivation period of 3 (three) years, ie from 2009 to 2011, with the completion of this project should be viewed comprehensively main areas of crop protection regarding its effectiveness in the field. The purpose of this study was to examine the impact Gernas Cocoa in concerning the areas of crop protection, especially VSD disease in three districts implementing the district Gernas Pinrang, Luwu and Bone. The data used in this study is primary data. Primary data was collected through structured interviews using questionnaires. Questionnaires were distributed to farmers who were respondents. The number of respondents in each district (bone, Pinrang and Luwu) is 30. In addition, direct observation was also carried out on the plant Gernas cocoa. The results showed that the average number of fruit VSD disease on cocoa trees take part Gernas VSD disease demonstrate a high percentage compared with other diseases. Fruit damage category VSD disease on cocoa plantations highest gernas categorized heavy damage by 0.9%. While there is no damage to either the category of damage was 0% and 0% light damage category. This is presumably because of the cocoa seedlings Gernas SE, klonnya VSD susceptible to disease. It is known from the characteristics or symptoms of VSD diseased plants, the plants become dry and visible fire, and when the plant leaves plucked three dots appear red. Percentage of pest attack on the sampling locations (Pinrang) which follows the activities gernas shows that the location of the VSD disease has reached serious damage. It is suspected that the seeds SE received by farmers vulnerable to disease VSD. Keywords: Cocoa Plants, Fruit rot disease, pests CPB, VSD disease. ABSTRAK Salah satu kendala produksi kakao Indonesia adalah organisme pengganggu tanaman yaitu penggerek buah kakao, penyakit busuk buah dan penyakit VSD, berdasarkan pertimbangan tersebut, wakil Presiden RI M. Jusuf Kalla pada pertemuan koordinasi tanggal 6 Agustus 2008 menetapkan segera dilakukan gerakan untuk memperbaiki pertanaman kakao rakyat dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, dengan selesainya proyek ini perlu dilihat secara komprehensif utamanya bidang perlindungan tanaman menyangkut efektifitasnya di lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dampak Gernas Kakao pada tahun menyangkut bidang perlindungan tanaman terutama penyakit VSD di tiga kabupaten pelaksana Gernas yaitu kabupaten Pinrang, Luwu dan Bone. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner dibagikan kepada petani yang menjadi responden. Jumlah responden pada setiap kabupaten (bone, Pinrang dan Luwu) adalah 30 orang. Selain itu, dilakukan juga pengamatan secara langsung pada tanaman Gernas kakao. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata jumlah buah yang terserang penyakit VSD pada tanaman kakao yang mengikuti kegiatan Gernas memperlihatkan persentase penyakit VSD yang tinggi dibanding dengan penyakit lain. Kategori kerusakan buah yang terserang penyakit VSD pada pertanaman gernas kakao tertinggi termasuk dalam kategori kerusakan berat sebesar 0,9 %. Sedangkan tidak terdapat kerusakan baik kategori kerusakan sedang 0 % maupun kategori kerusakan ringan 0%. Hal tersebut diduga karena kakao Gernas dari bibit SE, klonnya rentan terhadap penyakit VSD. Hal ini diketahui dari ciri-ciri atau gejala tanaman yang terserang penyakit VSD, tanamannya menjadi kering dan kelihatan terbakar, dan apabila daun tanaman dipetik nampak 3 noktah merah. Persentase serangan OPT pada lokasi pengambilan sampel (Kabupaten Pinrang) yang mengikuti kegiatan gernas memperlihatkan bahwa pada lokasi tersebut serangan penyakit VSD sudah mencapai kerusakan berat. Hal ini diduga bahwa bibit SE yang diterima oleh petani rentan terhadap penyakit VSD. Kata kunci : Tanaman Kakao, penyakit Busuk Buah, Hama PBK, penyakit VSD.
3 PENDAHULUAN Perkembangan kakao di Indonesia sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari program besar pada tahun 1980an, yang dikenal dengan Proyek Rehabilitasi dan Peremajaan Tanaman Ekspor (PRPTE). Pada waktu itu Indonesia berkepentingan untuk mencari dan mengembangkan komoditas ekspor non-migas, sekaligus untuk mengantisipasi penurunan produksi dan ekspor minyak dan gas bumi, yang menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Kakao tumbuh pesat pada dekade 1990an dan menjadikan Indonesia sebagai eksportir ketiga terbesar di dunia, setelah Pantai Gading dan Ghana (Semangun, 1996). Petani kakao di Indonesia sekarang diperkirakan berjumlah 1.4 juta rumah tangga, umumnya berskala kecil, sekitar 2 hektar atau kurang, sekalipun di luar Jawa. Kenaikan harga kakao yang sangat tinggi pada saat terjadinya krisis ekonomi pada akhir 1990an benar-benar telah membawa berkah tersendiri bagi petani kakao, terutama di Indonesia Timur. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa kakao di Indonesia telah berkontribusi signifikan pada pengentasan kemiskinan, terutama di kawasan pedesaan. (Arman, 2012). Dhalimi Azmi (2012) mengemukakan bahwa pada tahun 2002, Indonesia produsen kakao terbesar kedua dunia, namun tahun 2003 digeser Ghana ke posisi ketiga, keadaan ini akibat (1) serangan hama penggerek buah kakao (PBK), (2) penyakit Vascular Streak Dieback (VCD); (3) penurunan tingkat produktivitas; (4) rendahnya kualitas biji kakao (5) tanaman sudah tua. Kakao Malaysia nyaris habis total karena serangan penggerek buah kakao (PBK) yang disebabkan oleh serangga Conopomorpha cramerella. Berbagai macam hama dan penyakit juga dijumpai di Indonesia, terutama karena pohon kakao yang berusia tua dan penanganan usahatani yang kurang memadai (Anonim, 2012a). Selain hama PBK yang sangat ganas itu, penyakit dan hama kakao berikut ini juga banyak ditemukan di Indonesia misalnya Phytophthora palmivora yang menyebabkan busuk buah, busuk batang (Helopeltis spp), penggerek batang (Zeuzera spp), dan jamur perusak pembuluh batang atau dikenal dengan vascularstreak dieback (VSD) yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae. Stagnansi dan bahkan penurunan produksi kakao yang terjadi di Indonesia sejak
4 tahun 2003, tentu diperhatikan dengan seksama karena hal tersebut justru terjadi bersamaan dengan peningkatan areal tanam yang signifikan, yang tentu saja berimplikasi penurunan produktivitas kakao nasional (Anonim, 2012b). Di beberapa daerah, bahkan perluasan areal kakao Indonesia berkaitan dengan penurunan areal hutan atau deforestasi yang tentu bukan merupakan pilihan yang menimpa Brazil dan Malaysia dapat saja menimpa Indonesia. Sektor kakao Indonesia masih memerlukan intervensi dari pemerintah, swasta, dan masyarakat perkakaoan umumnya, agar Indonesia tetap berkibar dalam kancah ekonomi kakao di tingkat global. Singkatnya, seluruh pemangku kepentingan sektor kakao perlu bahu-membahu untuk menjaga dan mengamankan tingkat keberlanjutan perkakaoan Indonesia, sinergi program penanggulangan masalah di lapangan, terutama di Kawasan Timur Indonesia, sampai pada perbaikan koordinasi kebijakan di tingkat yang lebih strategis, menyangkut integrasi kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Walaupun demikian, beberapa masalah di lapangan dan koordinasi kebijakan tentu tidak dapat dipecahkan dalam waktu singkat. Langkah intervensi dan pemihakan dari pemerintah dan berbagai pihak masih sangat dibutuhkan, baik dari aspek budidaya dan perubahan teknologi, manajemen usahatani, peremajaan tanaman, maupun penyuluhan dan penyebaran informasi usahatani dan pemasaran kakao. Tujuan utama dari intervensi ini adalah agar keberlanjutan industri kakao Indonesia dapat dipertahankan dan diselamatkan. Di sinilah rasionalitas kelahiran program GERNAS (Anonim, 2012c). Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki pertanaman kakao rakyat, namun hasilnya belum optimal seperti yang diharapkan, karena pelaksanaannya dilakukan secara parsial dalam skala kecil. Oleh karena itu perlu dilakukan gerakan terpadu dan serentak dalam skala yang luas. Berdasarkan pertimbangan di atas, Wakil Presiden RI M. Jusuf Kalla pada pertemuan koordinasi tanggal 6 Agustus 2008 menetapkan segera dilakukan gerakan untuk memperbaiki pertanaman kakao rakyat. Selanjutnya untuk mendukung gerakan ini, telah ditindak lanjuti pada tanggal 10 Agustus 2008 kesepakatan para Gubernur se Sulawesi, Perbankan dan Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi. Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia menekankan agar
5 gerakan tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun Dengan selesainya proyek ini perlu dilihat secara komprehensif utamanya bidang perlindungan tanaman menyangkut efektifitasnya di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak Gernas Kakao pada tahun menyangkut bidang perlindungan tanaman di tiga kabupaten pelaksana Gernas yaitu kabupaten Pinrang, Bone dan Luwu. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pinrang, Luwu dan Bone pada wilayah program Gernas Kakao tahun 2009 sampai Pemilihan lokasi ini di dasarkan pertimbangan bahwa Ketiga kabupaten tersebut mempunyai potensi wilayah yang cukup luas merupakan wilayah potensil pengembangan kakao dan pada program Gernas Kakao tahun 2009 sampai sekarang ini yang terdapat kegiatan utama Gernas Kakao yaitu intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan tanaman kakao. Pengumpulan Data Kuisioner Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan dan diadaptasikan sebelumnya. Data diperoleh dengan cara wawancara secara langsung untuk mendapatkan informasi tentang identitas responden, lokasi pertanaman Gernas Kakao, serta permasalahan yang timbul akibat adanya OPT/OPTK serta pengendalian yang telah dilakukan. Kuisioner dibagikan kepada petani yang menjadi responden. Jumlah responden pada setiap kabupaten (bone, Pinrang dan Luwu) adalah 30 orang. Selain itu, Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan dan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap kemungkinan adanya OPT/OPTK secara umum dan spesifik yang meliputi :
6 Pengamatan OPT/OPTK Pengamatan terhadap adanya serangan OPT/OPTK dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tanaman Kakao SE di lapangan. Menghitung tanaman kakao yang terserang OPT ( berapa persentase yang terserang VSD). Penyakit VSD dihitung dengan menggunakan rumus : A B X 100 % Dimana : A = B = Total tanaman yang terserang Total tanaman yang diamati Selain itu, dilakukan juga pengumpulan sampel tanaman/bagian tanaman yang bergejala dan terindikasi terserang OPT, juga dilakukan pengambilan gambar gejala tanaman dan atau spesimen yang ditemukan di pertanaman. Editing/Tabulasi Data Data primer yang dikumpulkan diedit untuk menjaga konsisten dan akurasi data yang telah dikumpulkan. Kemudian data-data yang telah diverifikasi akurasinya ditabulasi dengan menggunakan MS-EXCEL. HASIL Hasil analisis data dengan menggunakan MS-EXCEL pada gambar diatas dan gambar tanaman yang terserang penyakit VSD pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah buah yang terserang penyakit VSD pada tanaman kakao yang mengikuti kegiatan Gernas memperlihatkan persentase penyakit VSD yang tinggi dibanding dengan penyakit lain. Kategori kerusakan buah yang terserang penyakit VSD pada pertanaman gernas kakao tertinggi termasuk dalam kategori kerusakan berat sebesar 0,9 %. Sedangkan tidak terdapat kerusakan baik kategori kerusakan sedang 0 % maupun kategori kerusakan ringan 0%. Hal tersebut diduga karena kakao Gernas dari bibit SE, klonnya rentan terhadap penyakit VSD. Hal ini diketahui dari ciri-ciri atau gejala tanaman yang
7 terserang penyakit VSD, tanamannya menjadi kering dan kelihatan terbakar, dan apabila daun tanaman dipetik nampak 3 noktah merah. PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan bahwa pada pertanaman kakao yang di amati di Kabupaten Pinrang khusus untuk penyakit VSD kategori kerusakannya sudah mencapai kategori kerusakan yang menandakan bahwa kakao Gernas dari bibit SE, klonnya rentan terhadap penyakit VSD. Hal tersebut diketahui dari ciriciri atau gejala tanaman yang terserang penyakit VSD, tanamannya menjadi kering dan kelihatan terbakar, dan apabila daun tanaman dipetik nampak 3 noktah merah. Anonim (2012i) mengemukakan bahwa gejala yang disebabkan oleh VSD adalah klorosis tampak daun menguning dengan bercak-bercak berwarna hijau. Biasanya daun tersebut terletak pada seri daun kedua atau ketiga dari titik tumbuh. Daun-daun yang menguning akhirnya gugur sehingga tampak gejala ranting bolong-bolong. Pada bekas duduk daun bila disayat terlihat tiga buah noktah berwarna cokelat kehitaman. Bila ranting dibelah membujur terlihat garis-garis cokelat pada jaringan xylem yang bermuara pada bekas duduk daun. Batas serangan biasanya ditengah ranting bukan diujungnya. Serangan dimulai dari kayu, air tidak lancer ke daun dan ranting mati. Lentisel diranting sakit membesar dan relative besar. Kadang-kadang daun menunjukkan gejala nekrose di antara tulang daun seperti gejala kekurangan unsur kalsium. Apabila gejala seperti di atas masih kurang jelas, diagnosis dapat dilakukan dengan menyetek ranting yang dicurigai. Jika dari bekas potongan daun, bekas duduk daun, atau bekas potongan ranting yang dicurigai muncul benang-benang berwarna putih, dapat dipastikan penyebabnya adalah jamur O. theobromae. Tanaman kakao yang rentan terhadap VSD dapat menimbulkan kerusakan yang berat. Jamur hidup dalam jaringan xylem dan berdampak mengganggu dan mengurangi pengangkutan air dan unsur hara ke daun. Gangguan ini menyebabkan gugur daun dan mati ranting. Apabila serangan berlanjut, kematian jaringan dapat menjalar sampai ke cabang atau bahkan ke batang pokok. Pada tanaman yang toleran terhadap penyakit VSD tidak menimbulkan kerusakan yang
8 berarti. Meskipun ranting telah terinfeksi namun masih mampu tumbuh baik dengan membentuk daun-daun baru.jika serangan berlanjut dapat menimbulkan gugur daun dan mati ranting (Wardani, 1997). KESIMPULAN DAN SARAN Persentase serangan OPT pada lokasi pengambilan sampel (Kabupaten Pinrang) yang mengikuti kegiatan gernas memperlihatkan bahwa pada lokasi tersebut serangan penyakit VSD sudah mencapai kerusakan berat. Hal ini diduga bahwa bibit SE yang diterima oleh petani rentan terhadap penyakit VSD. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya melakukan penelitian mengenai Kerentanan bibit SE terhadap penyakit VSD. DAFTAR PUSTAKA Amran arman (2012). Studi Evaluasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi Dan mutu Kakao (Gernas Kakao) Di Kabupaten. Anonim (2012a). Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu tanaman rempah dan Penyegar. Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian Anonim (2012b). Hama Penyakit Tanaman Kakao. Anonim (2012c). Program Gerakan Nasional Percepatan Revitalisasi Kakao Nasional (Gernas). Anonim (2012i). Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) dan pengendaliannya. Dhalimi Azmi (2012). Kajian inovasi teknologi spesifik lokasi mendukung sistem dan model pengembangan Good agricultural practise Di wilayah gernas kakao. etahanan pangan. Bogor. Semangun (1996). Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Penting di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
9 Wardani, S. H., Winarno dan E. Sulistyowati (1997). Model Pandangan Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama Buah Kakao. Pelita Perkebunan Vol. 13 No. 1 April 1997.Puslit Kopi dan Kakao, Jember. LAMPIRAN Gambar 1. Persentase Serangan Penyakit VSD
PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan
Lebih terperinciPENINGKATAN SINERGITAS PENELITIAN ANTAR LEMBAGA Nur Amin 1 Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, UNHAS
1 PENINGKATAN SINERGITAS PENELITIAN ANTAR LEMBAGA Nur Amin 1 Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, UNHAS 1. Ketua Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Komda Sulawesi Selatan PENDAHULUAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar
Lebih terperinciAsam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK
Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Oleh Embriani BBPPTP Surabaya Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Perkembangan Budidaya Kakao Kakao (Thebroma cacao. L) merupakan salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan yang peranannya cukup penting dalam kehidupan sosial
Lebih terperinciChristina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP
REKOMENDASI PENGENDALIAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO (Theobromae cocoa) di PT. PERKEBUNAN HASFARM SUKOKULON KEBUN BETINGA ESTATE KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA Christina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao memegang peranan penting dalam hal pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Komoditas ini memberikan kontribusi terhadap pendapatan devisa negara, pengadaan lapangan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT Vascular Streak Dieback (VSD) PADA TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK
PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT Vascular Streak Dieback (VSD) PADA TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SUMATERA BARAT Sry Ekanitha Br. Pinem dan Syahnen Laboratorium Lapangan Balai Besar
Lebih terperinciLAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO
LAPORAN KEMAJUAN KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTISE DI WILAYAH GERNAS KAKAO PROGRAM: INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN
Lebih terperinciAlternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama
Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan
Lebih terperinciPROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI BHINEKA TUNGGAL IKA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan
Lebih terperinciBoks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA
Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA Perkebunan kakao merupakan salah satu sektor unggulan di bidang pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara dimana sekitar 52% total
Lebih terperinciKetersediaan klon kakao tahan VSD
Alternatif Pengendalian Penyakit VSD (vascular-streak dieback) Melalui Penggantian Tajuk Tanaman Teguh Iman Santoso 1), Sudarsianto 1), dan A. Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan
Lebih terperinciBiocelebes, Desember 2017, ISSN-p: Vol. 12 No. 2 ISSN-e :
Biocelebes, Desember 2017, ISSN-p: 1978-6417 Vol. 12 No. 2 ISSN-e : 2580 5991 Pengamatan Oncobasidium theobromae secara Makroskopis dan Mikroskopis, serta Gejala Serangan Sebagai penyebab Penyakit Vascular
Lebih terperinciJURNAL. KERUSAKAN BIJI KAKAO OLEH HAMA PENGGEREK BUAH (Conopomorpha cramerella Snellen) PADA PERTANAMAN KAKAO DI DESA MUNTOI DAN SOLIMANDUNGAN
1 JURNAL KERUSAKAN BIJI KAKAO OLEH HAMA PENGGEREK BUAH (Conopomorpha cramerella Snellen) PADA PERTANAMAN KAKAO DI DESA MUNTOI DAN SOLIMANDUNGAN Damage cacao seed of is cacao moth (Conopomorpha cramerella
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu
Lebih terperinciKAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA
JURNAL KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA OLEH : FINAYAH AKHIRUL NIM. G2B114011 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
Lebih terperinciSetelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten
44 V. Penutup Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten Morowali, maka pada bagian penutup ini disajikan
Lebih terperinciDUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN
DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan pertanian, dalam pemenuhan kebutuhan hidup sektor ini merupakan tumpuan sebagian besar penduduk Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian nasional Indonesia salah satunya ditopang oleh sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian penduduk Indonesia. Sektor
Lebih terperinciPERAN BBPPTP SURABAYA DALAM MENANGANI SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PENTING KOMODITI PERKEBUNAN DI INDONESIA
PERAN BBPPTP SURABAYA DALAM MENANGANI SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PENTING KOMODITI PERKEBUNAN DI INDONESIA Oleh: 1. Ir. Achmad Sarjana,MSi. 2. Erna Zahro in,sp. Patutlah kita berbangga karena beberapa hasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia. Biji kakao menjadi komoditas andalan perkebunan yang memperoleh prioritas untuk
Lebih terperinciF1-35 PENINGKATAN PRODUKSI DAN APLIKASI BAHAN AKTIF PENGENDALI JAMUR FITOPATOGEN PADA TANAMAN KAKAO. Peneliti Utama : Rofiq Sunaryanto
F1-35 PENINGKATAN PRODUKSI DAN APLIKASI BAHAN AKTIF PENGENDALI JAMUR FITOPATOGEN PADA TANAMAN KAKAO Peneliti Utama : Rofiq Sunaryanto Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT 2012 LATAR BELAKANG Adanya serangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciSERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR
SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR Oleh: Erna Zahro in,sp dan Vidiyastuti Ari Yustiani,SP Indonesia telah tercatat sebagai negara penghasil
Lebih terperinciJSIKA Vol. 5, No ISSN X
SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN PENYAKIT PADA TANAMAN COKELAT Ririn Susanti 1) Jusak 2) Pantjawati Sudarmaningtyas 3) Program Studi/Jurusan Sistem Informasi Institut Bisnis dan Informatika Surabaya Jl. Raya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat
Lebih terperinci[ nama lembaga ] 2012
logo lembaga 1.04.02 KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES DI WILAYAH GERNAS KAKAO Prof. Dr. Ir. Azmi Dhalimi, SU Balai Besar Pengkajian
Lebih terperinciPeran Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera Sebagai Penguat Kelembagaan Petani di Sulawesi Tenggara
Peran Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera Sebagai Penguat Kelembagaan Petani di Sulawesi Tenggara Diany Faila Sophia Hartatri 1), Febrilia Nur Aini 1), dan Misnawi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Lebih terperinciJURNAL SOSIAL EKONOMI PERTANIAN p-issn ; e-issn Vol. 14, No. 1, Februari 2018
JURNAL SOSIAL EKONOMI PERTANIAN p-issn 0853-8395; e-issn 2598-5922 Vol. 14, No. 1, Februari 2018 PERAN PETANI KUNCI (COCOA DOCTOR) DALAM ADOPSI PAKET PENINGKATAN PRODUKSI PETANI KAKAO SERTIFIKASI: Kasus
Lebih terperinci2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS
2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS GEJALA SERANGAN PENGHISAP BUAH Menyerang buah dan pucuk kakao. Serangan Helopeltis pada buah muda menyebabkan layu pentil. Serangan Helopeltis pada pucuk menyebabkan mati pucuk.
Lebih terperinciPEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)
PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kakao Tanaman kakao mempunyai sistematika sebagai berikut (Tjitrosoepomo, 1988 dalam Syakir et al., 2010) Divisi Sub Divisi Kelas Sub Kelas Famili Ordo Genus : Spermatophyta
Lebih terperinciPOTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN
POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN (FARMER CAPITAL POTENCIES FOR REPLANTING RUBBER PLANTATION IN MUSI RAWAS REGENCY SOUTH SUMATERA) Maya Riantini
Lebih terperinciDAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT
INFEKSI Fusarium sp. PENYEBAB PENYAKIT LAPUK BATANG DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET Eko Heri Purwanto, A. Mazid dan Nurhayati J urusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Lebih terperinciStrategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada
Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Lada merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan yang diperoleh dari buah lada black pepper. Meskipun
Lebih terperinciSistem Pakar Diagnosa Penyakit Tanaman Kakao Dengan Metode Breadth First Search
ISSN: 26-3284 35 Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tanaman Kakao Dengan Metode Breadth First Search Gea Ayu Rianty, Taufiq Program Studi Sistem Informasi, STMIK Banjarbaru Jurusan Teknik Informatika, STMIK
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber
PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga
Lebih terperinciANALISIS KERUSAKAN TANAMAN KOPI AKIBAT SERANGAN HAMA
ANALISIS KERUSAKAN TANAMAN KOPI AKIBAT SERANGAN HAMA Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) PADA PERTANAMAN KOPI DI KABUPATEN TAPANULI UTARA SKRIPSI OLEH : Darwin Silitonga 100301161 AGROEKOTEKNOLOGI
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan
KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii iv v vi DAFTAR TABEL vii viii DAFTAR GAMBAR ix x DAFTAR LAMPIRAN xi xii 1 PENDAHULUAN xiii xiv I. PENDAHULUAN 2 KONDISI UMUM DIREKTOAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2005-2009
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting di Indonesia (Hendrata dan Sutardi, 2009). Kakao di Indonesia merupakan penghasil
Lebih terperinciKEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in
KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG Oleh: Erna Zahro in KAKAO INDONESIA Indonesia merupakan penghasil kakao (Theobroma cacao) nomor tiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Produksinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN
POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERKEBUNAN Jalan Perkebunan No. 7 Makassar Tujuan Penyelenggaraan Perkebunan 1. Meningkatkan
Lebih terperinci, ,56 99, , ,05 96,70
LAPORAN KONSOLIDASI PER PROGRAM/KEGIATAN/SUB.KEGIATAN/GROUP TAHUN ANGGARAN 2016 DANA DEKON DAN TUGAS PEMBANTUAN LINGKUP DITJEN PERKEBUNAN, P2HP DAN PSP Posisi : DESEMBER 2016 Sasaran Fisik Sasaran Keuangan
Lebih terperinciPe n g e m b a n g a n
Potensi Ekonomi Kakao sebagai Sumber Pendapatan Petani Lya Aklimawati 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 9 Jember 68118 Petani kakao akan tersenyum ketika harga biji kakao
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang telah lama dikembangkan baik oleh masyarakat maupun lahan perkebunan yang dikelola oleh pemerintah. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciPEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG
PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG Oleh Syahnen dan Ida Roma Tio Uli Siahaan Laboratorium Lapangan Balai Besar
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1
PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SERANGAN PENYAKIT CACAR DAUN CENGKEH (Phyllosticta sp.) PADA TANAMAN CENGKEH TRIWULAN II TAHUN 2013 WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA
PERKEMBANGAN SERANGAN PENYAKIT CACAR DAUN CENGKEH (Phyllosticta sp.) PADA TANAMAN CENGKEH TRIWULAN II TAHUN 2013 WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP 1 dan Effendi Wibowo, SP 2
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciKAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO UNTUK MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI GORONTALO
KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO UNTUK MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI GORONTALO Muh. Asaad 1 dan Agus Hasbianto 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Gorontalo Jl. Kopi 270, Tilong
Lebih terperinciMENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh
Lebih terperinciFAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH
FAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH RADHETA MILLATY PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,
Lebih terperinciPRAKATA. penelitian yang berjudul Persentase Penyakit pada Tanaman Cabai Rawit. (Capsicum frutescens L.) Akibat Patogen Cendawan di Desa Majasih
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan laporan penelitian yang berjudul Persentase Penyakit
Lebih terperinciMemperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen
RI N G K ASA N KEG IATA N 6 8 MARET, 2017, BENER MERIAH (KABUPATEN GAYO, ACEH 13 16 MARET, 2017, TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN TPSA CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Memperkuat
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produsen. Kopi sangat penting dalam bidang ekonomi dan politik di negaranegara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kopi merupakan komoditas penting dalam perekonomian dunia. Kopi adalah salah satu produk utama yang paling memiliki nilai jual tinggi kedua dalam perdagangan
Lebih terperinciFOCUS GROUP DISCUSSION
Diselenggarakan oleh: Fakultas Teknologi Pertanian Dalam Rangka Dies Natalis yang ke-49 Bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Daerah
Lebih terperinciSTATUS KEBERADAAN HAMA POTENSIAL PADA PERTANAMAN PADI HIBRIDA, NON-HIBRIDA DAN PENENTUAN PERIODE KRITIS
STATUS KEBERADAAN HAMA POTENSIAL PADA PERTANAMAN PADI HIBRIDA, NON-HIBRIDA DAN PENENTUAN PERIODE KRITIS SKRIPSI Oleh Lisa Adah Khafidhotul Hidayah NIM. 021510401007 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN
BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena
Lebih terperinciCocoa. Kingdom of the Netherlands. Schweizerische Eidgenossenschaft Confederation suisse Confederazione Svizzera Confederaziun svizra
R Schweizerische Eidgenossenschaft Confederation suisse Confederazione Svizzera Confederaziun svizra Swiss Confederation Federal Department of Economic Affairs, Education and Research EAER State Secretariat
Lebih terperinciWASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!
WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!! I. Latar Belakang Luas areal kebun kopi di Indonesia sekarang, lebih kurang 1,3 juta ha, sedangkan produksi kopi Indonesia sekarang, lebih kurang 740.000 ton dengan produksi
Lebih terperinciPenemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118
Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia Agung Wahyu Susilo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Keberadaan hama penggerek buah
Lebih terperinciASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.
ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa
Lebih terperinciOUTLOOK KOMODITI KAKAO
ISSN 1907-1507 OUTLOOK KOMODITI KAKAO 2014 OUTLOOK KOMODITI KAKAO Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2014 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i
Lebih terperinciTINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP
TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2013 Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014-2018 SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN KETERANGAN 1 2 3 4 5 1 Tercapainya peningkatan 1 Program
Lebih terperinciINTENSITAS SERANGAN PENYAKIT VASCUAR STREAK VSD PADA BEBERAPA KLON KAKAO DI DESA SIDONDO III
e-j. Agrotekbis 4 (2) :134-141, April 2016 ISSN : 2338-3011 INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT VASCUAR STREAK VSD PADA BEBERAPA KLON KAKAO DI DESA SIDONDO III VASCUAR STREAK DIEBACK DISEASE ATTACK INTENSITY
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi sumberdaya lahan dan dan sumber daya manusia yang ada di wilayah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perkebunan merupakan salah satu program pembangunan di sektor pertanian yang berperan cukup besar dalam rangka perbaikan ekonomi wilayah termasuk ekonomi
Lebih terperinciTEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN
TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanaman kakao lindak di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan
Lebih terperincipendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor
8 II. Tinjauan Pustaka 1.1. Kakao Dalam Usaha Pertanian Dalam percakapan sehari-hari yang dimaksud dengan pertanian adalah bercocok tanam, namun pengertian tersebut sangat sempit. Dalam ilmu pertanian,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang masih memerlukan. salah satu industri primer yang mencakup pengorganisasian sumber daya
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang masih memerlukan peningkatan perekonomian dari berbagai sektor misalnya sektor industri, sektor perdagangan, sektor jasa,
Lebih terperinciKERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu
KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU Afrizon, Dedi Sugandi, dan Andi Ishak (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu) afrizon41@yahoo.co.id Pengkajian Keragaan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT
RENCANA DESIMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT. Peneliti Utama Y Ngongo BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan
Lebih terperinciMENGENAL PENYAKIT AKAR COKLAT (Phellinus noxius) PADA TANAMAN KOPI. Oleh: Umiati,SP dan Dwi Purbo Lestari, SP.
MENGENAL PENYAKIT AKAR COKLAT (Phellinus noxius) PADA TANAMAN KOPI Oleh: Umiati,SP dan Dwi Purbo Lestari, SP. I. Pendahuluan Kopi ( Coffea spp. L) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia menjadi produsen
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874
Lebih terperinciGontor AGROTECH Science Journal Vol. 3 No. 1, Juni 2017
Gontor AGROTECH Science Journal Vol. 3 No. 1, Juni 2017 http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/agrotech KEEFEKTIFAN Trichoderma harzianum sebagai AGENSIA PENGENDALI HAYATI PENYAKIT PEMBULUH KAYU
Lebih terperinciPengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118
Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur Dwi Suci Rahayu 1) dan Adi Prawoto 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118 Nusa Tenggara Timur (NTT) termasuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk Studi mengenai jeruk telah dilakukan oleh banyak pihak, salah satunya oleh Sinuhaji (2001) yang melakukan penelitian mengenai Pengembangan Usahatani
Lebih terperinciV. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN
V. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN A. Arah Kebijakan Jangka Panjang 2025 Untuk mencapai sasaran jangka panjang yang telah diuraikan diatas, maka kebijakan dan program yang akan ditempuh dalam pengembangan
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN DURIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno
Lebih terperinciVol. Sat. Keu (Rp x 1,000) Keu (Rp x 1,000) Vol Sat. %
LAPORAN KONSOLIDASI PER PROGRAM/KEGIATAN/SUB.KEGIATAN/GROUP TAHUN ANGGARAN 2014 DANA DEKON DAN TUGAS PEMBANTUAN LINGKUP DITJEN PERKEBUNAN, P2HP DAN PSP Posisi : JUNI 2014 Kode Program / Kegiatan / Output
Lebih terperinciANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN
digilib.uns.ac.id ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Lebih terperinciINVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LOKASI SERANGAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO DI KABUPATEN BATUBARA
INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LOKASI SERANGAN PENYAKIT VSD (Vascular Streak Dieback) PADA TANAMAN KAKAO DI KABUPATEN BATUBARA Christina Oktora Matondang, SP dan Ir. Syahnen, MS BALAI BESAR PERBENIHAN
Lebih terperinciSERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora) DI JAWA TIMUR Oleh: Tri Rejeki, SP. dan Yudi Yuliyanto, SP.
SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora) DI JAWA TIMUR Oleh: Tri Rejeki, SP. dan Yudi Yuliyanto, SP. Coklat, makanan lezat yang disukai banyak orang. Dihidangkan dalam berbagai bentuk penyajian, baik
Lebih terperinciCENGKEH - RIWAYATMU KINI. Oleh: Erna Zahro in. Cengkeh pernah jadi primadona, kini keberadaannya mengkhawatirkan karena serangan hama dan penyakit.
CENGKEH - RIWAYATMU KINI Oleh: Erna Zahro in Cengkeh pernah jadi primadona, kini keberadaannya mengkhawatirkan karena serangan hama dan penyakit. Rempah Asli Indonesia Cengkeh (Syzygium aromaticum (L)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk
Lebih terperinci