PERBANDINGAN PERHITUNGAN EFISIENSI ANTARA PLTU KONVENSIONAL DAN PLTN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN PERHITUNGAN EFISIENSI ANTARA PLTU KONVENSIONAL DAN PLTN"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN PERHITUNGAN EFISIENSI ANTARA PLTU KONVENSIONAL DAN PLTN Ir. H. Suyamto. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta 55281, Tilp : , E mail : ABSTRAK PERBANDINGAN PERHITUNGAN EFISIENSI ANTARA PLTU KONVENSIONAL DAN PLTN. Telah dilakukan perbandingan perhitungan dan analisis efisiensi antara PLTU konvensional dan PLTN. Perhitungan efisiensi PLTU dengan menggunakan siklus uap Rankine merupakan metode teoritis yang sulit dilakukan karena didasarkan pada grafik T S fluida kerja yang tidak memperhitungkan rugi rugi panas, tekanan, gesek dan lain lain pada sistem. Perhitungan menjadi lebih sulit bila dilakukan peningkatan efisiensi berdasarkan proses superheat, reheat dan regeneratif. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, dilakukan perhitungan efisiensi berdasarkan laju kalor. Perhitungan yang dilakukan terhadap PLTU 50 MW listrik milik PT Suralaya dengan penerapan proses superheat, reheat dan regeneratif menghasilkan efisiensi sebesar 33 %. Hasil tersebut lebih besar sekitar 3,32 % bila dibandingkan dengan efisien PLTN (BWR, PWR dan PHWR) karena adanya kemungkinan pengolahan uap yang lebih baik. Dari perkembangan peningkatan efisiensi, diketahui bahwa untuk PLTU konvensional dapat mencapai 35 %, kecuali untuk PLTGU dapat sampai dengan 45 %. Sedangkan untuk PLTN efisiensi PHWR %, BWR dan PWR % dan HTR 40 %. Dengan perkembangan design yang dilakukan terhadap BWR dan PWR (ABWR dan APWR), efisiensinya dapat ditingkatkan menjadi 34,5 % dan 35,3 %. Kata kunci : efisiensi, laju kalor, PLTU, PLTN. ABSTRACT THE COMPARISON OF EFFICIENCY COMPUTATION BETWEEN CONVENTIONAL STEAM ELECTRIC POWER AND NUCLEAR POWER PLAN. The comparison of efficiency computation between conventional steam electric power and nuclear power plant had been carried out. The efficiency computation of steam electric power is based on Rankine steam cycle as a theoretical method is difficult one, because it depends on T S curve of fluid work where the losses at the system is not considered i.e : heat loss, pressure drop, fluid friction etc. It will be more difficult for the process of superheat, reheat and regenerative. To cope with the difficulties of the efficiency computation should be done by heat rate method. The computation which is applied to the 50 MW electric power of PT Suralaya steam electric power by implementing of superheat, reheat and regenerative process yield efficiency of 33 %. This yield is greater around 3.32 % than NPP (BWR, PWR and PHWR), because steam can be managed well. From the development to improve efficiency it is known that for conventional system the efficiency is 35 %, unless for Combine Cycle is up to 45 %. While for NPP, the efficiency of PHWR is %, BWR and PWR %, and 40 % for HTR. By developing of design for BWR and PWR (ABWR and APWR), the efficiency can be improved up to 34.5 % and 35.3 % respectively. Keywords : efficiency, heat rate, steam electric power, nuclear power plant. 152

2 *Dipresentasikan pada : Seminar Keselamatan Nuklir BAPETEN, 5 6 Agustus 2009 BAB I terdapat sangat banyak perangkat keras yang harus dioperasikan oleh tenagatenaga yang profesional di bidangnya PENDAHULUAN Hampir semua energi listrik yang masing masing. Berkaitan dengan hal dibangkitkan dalam skala besar di dunia tersebut aplikasi iptek nuklir di bidang ini dihasilkan melalui siklus uap. Uap energi juga memerlukan SDM yang dihasilkan dari pemanasan air di dalam banyak dan handal serta berkualitas boiler yang selanjutnya dipakai untuk tinggi untuk menangani masing masing memutar turbin generator sehingga bidang tersebut. Hal ini bertujuan agar dihasilkan listrik. Dalam pembangkit keunggulan aplikasi iptek nuklir tetap konvensional (non nuklir) panas terjamin serta dapat diminimalisir diperoleh dengan membakar bahan bakar dampak negatif yang mungkin timbul fosil seperti minyak, gas dan batu bara. dalam pengoperasian suatu PLTN. Sistem pembangkit nuklir mempunyai Berkaitan dengan hal tersebut maka kesamaan dengan prinsip tersebut, kualifikasi SDM yang diperlukan harus bahkan sistem turbin generator nya juga memiliki spektrum yang lebar sehingga sangat dimungkinkan sama, baik jenis memenuhi kebutuhan SDM yang maupun ukurannya. Perbedaannya adalah diperlukan [2], [3]. Apalagi dengan adanya sumber energi panas dihasilkan dari evolusi PLTN sampai pada grenerasi reaksi fisi bahan bakar nuklir di dalam yang ke IV ini, maka semakin banyak reaktor [1]. diperlukan tenaga yang handal di bidang Seperti diketahui bahwa menurut nuklir maupun non nuklir. Untuk itu jenis fasilitas atau peralatan yang terdapat peningkatan kualitas SDM khususnya di dalam suatu Pembangkit Listrik para peneliti menjadi sangat penting baik Tenaga Nuklir (PLTN) secara garis besar pelibatan mereka di dalam bidang di bagi dua, yang pertama adalah perancangan, modifikasi, uji disain dan peralatan yang ada kaitannya dengan keselamatan suatu PLTN tertentu. Salah nuklir atau nuclear island dan yang ke satu kajian yang sangat penting adalah dua adalah peralatan yang tidak ada tentang efisiensi karena masalah efisiensi kaitannya dengan nuklir atau non nuclear sangat terkait dengan biaya atau ekonomi island. Di dalam ke dua bidang tersebut dan lingkungan atau ekologi. Maksud 153

3 dari efisiensi di sini adalah efisiensi daya, di mana di dalam makalah ini dilakukan perhitungan efisiensi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) konvensional. Jenis PLTU yang diambil adalah yang berdaya besar dengan bahan bakar energi primer berupa non nuklir, khususnya minyak, gas dan batubara termasuk kombinasi gas uap (combine cycle) dalam Pembangkit Tenaga Listrik Gas dan Uap (PLTGU). Efisiensi tersebut kemudian dibandingkan dengan data efisiensi pembangkit uap dari bahan bakar nuklir atau PLTN khususnya yang sudah proven yaitu BWR, PWR dan PHWR dan HTR. Tujuan umum penulisan makalah ini adalah pembiasaan terhadap metodologi metodologi standar yang lazim digunakan para ilmuwan dalam bidang pembangkit listrik. Disamping itu tujuan khusus yang ingin diraih adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang efisiensi suatu pembangkit PLTU konvensional serta perbandingannya dengan efisiensi PLTN agar diperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang kelebihan dan kekurangan masingmasing pembangkit. BAB II DASAR TEORI Dalam pembangkitan energi listrik baik dari energi terbarukan maupun tak terbarukan harus memenuhi falsafah tiga E, yaitu Energi, Ekologi dan Ekonomi. Artinya di dalam disain, pemilihan lokasi, pembangunan dan pengoperasian pembangkit listrik harus dapat dibangkitkan energi yang besar dengan efisiensi yang tinggi, pembangunan maupun pengoperasiannya harus ekonomis atau murah, serta concern terhadap lingkungan yaitu mempunyai tingkat pencemaran terhadap lingkungan rendah [4]. Tuntutan bahwa pembangkit harus mempunyai efisiensi daya yang besar mengakibatkan faktor efisiensi merupakan hal yang sangat penting dan selalu menjadi pembahasan utama di dalan setiap pembangkit listrik. Seperti diketahui bahwa dalam struktur dasar sistem energi, sumber energi primer dibagi dua yaitu energi takterbarukan atau non renewable dan energi terbarukan atau renewable. Termasuk di dalam energi tak terbarukan adalah batu bara, minyak mentah, gas alam, panas bumi dan energi nuklir, sedangkan yang termasuk dalam 154

4 kelompok energi terbarukan adalah bio massa, tenaga air, tenaga angin, dan tenaga surya [5], [6]. Agar sistem pembangkit tenaga dapat menghasilkan energi yang besar, pada umumnya digunakan bahan bakar yang berasal dari sumber energi primer jenis nonrenewable berupa pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak, termasuk juga bahan bakar nuklir yang dibakar melalui reaksi fisi menggunakan neutron. Pembangkitpembangkit berdaya besar dengan proses pembakaran disebut dengan Pusat Listrik Tenaga Termal karena di dalamnya terjadi proses panas. Jenis jenis Pusat Listrik Tenaga Termal adalah PLTG (Gas), PLTD (Disel), PLTP (Panas Bumi) dan PLTU (Uap), termasuk uap yang dibangkitkan dari proses nuklir (SPUN). Dalam hal ini PLTU mengalami perkembangan yang paling menonjol karena mempunyai kapasitas tiap unit yang besar dan dapat memenuhi permintaaan kebutuhan energi dengan cepat. [7]. Panas yang diperoleh dari pembakaran bahan bakar digunakan untuk menguapkan air sehingga di sebut PLTU atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Di dalam PLTU potensi tenaga kimia yang ada di dalam bahan bakar diubah menjadi tenaga listrik setelah melalui beberapa proses konversi energi. Dalam hal ini air dan uap melakukan proses siklus termodinamika tertutup seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 berupa siklus Rankine ideal. Siklus Rankine merupakan siklus yang paling banyak digunakan dalam pembangkitan daya seperti pada PLTU karena merupakan siklus untuk uap dan air. Karena siklus Rankine merupakan siklus uap air, maka paling baik digambarkan dalam diagram P V ( Tekanan Volume ) dan diagram T S (Suhu Entropi), dimana garis batas siklus menunjukkan batas uap jenuh dan air jenuh [7], [8], [9]. Dari Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa titik merupakan penekanan air oleh pompa secara adiabatis. Dengan proses tersebut akan terjadi sedikit kenaikan spesifik volume dan suhu, di mana dalam praktek kenaikan tersebut dapat diabaikan dan titik 6 berimpit dengan titik 6 1. Garis 6 1 2, menunjukkan proses pemanasan air di dalam boiler pada tekanan tetap, di mana energi kimia di dalam bahan bakar dipindahkan ke dalam fluida kerja air/uap. Garis 2 3 menunjukkan ekspansi uap di dalam turbin dan garis

5 menunjukkan proses pengembunan di dalam kondensor. Dalam analisis termohidrolik siklus dan instalasi daya, efisiensi termal dan keluaran daya merupakan hal yang paling panas atau kalor yang dimasukkan pada siklus [7]. Pada diagram T S, diketahui bahwa besarnya energi yang masuk ke sistem dan diterima oleh fluida kerja (q in ) ditunjukkan oleh luasan yang dibatasi penting sehingga selalu menjadi oleh garis Energi yang perhatian. Besarnya efisiensi suatu sistem merupakan perbandingan antara keluaran dan masukan dan dalam hal PLTU yang di dalamnya terdapat proses termodinamik dikenal efisiensi termal yaitu merupakan perbandingan antara kerja bersih yang dihasilkan dengan dimanfaatkan untuk kerja (q o ) ditunjukkan oleh luasan yang dibatasi oleh garis , sedangkan energi yang terbuang pada kondensor dan dilepaskan (q r ) ke air pendingin adalah luasan Dengan demikian maka efisiensi termal dari siklus adalah : η = q q 0 in = luas luas : 6 : (1) Energi listrik 6 (a) 156

6 T b a (b) 4 S Gambar 1. Siklus Rankine sederhana dari fluida kerja a. Diagram Alir b. Diagram T S (suhu entropi). Seperti telah dijelaskan bahwa pembangkit listrik harus mempunyai energi yang besar sehingga pembangkit harus mempunyai efisiensi yang besar atau energi yang terbuang harus kecil. Maka efisiensi suatu pembangkit terus diupayakan untuk dinaikkan dengan berbagai cara yang di dalam PLTU dilakukan dengan pengelolaan uap agar asas manfaatnya besar dan panas yang terbuang kecil. Dalam hal ini secara umum dikenal 3 macam peningkatan efisiensi PLTU yaitu dengan proses superheat, reheat dan regeneratif. Superheat yaitu pemanasan lanjut, dimana uap yang keluar dari boiler sebelum dialirkan ke turbin dipanaskan lagi atau dikeringkan pada tekanan konstan menggunakan superheater di dalam boiler. Reheter adalah proses pemanasan ulang, dimana uap yang keluar dari turbin tekanan tingggi sebagian dialirkan kembali ke dalam boiler untuk agar memperoleh pemanasan ulang di dalam boiler agar suhunya naik, kemudian diekspansikan ke turbin tekanan menengah dan rendah. Sedangkan proses regeneratif adalah dilakukan dengan memanfaatkan sebagian uap yang sudah berekspansi di turbin yang masih panas untuk memanaskan air yang akan masuk ke boiler. Dengan proses ini maka kerja boiler makin ringan dan panas yang hilang keluar dari sistem semakin kecil. Seluruh proses tersebut beserta diagram T S fluida kerja ditunjukkan pada Gambar

7 RS SS ES FWH (a) Keterangan : SS : Superheat steam ES : Extraction steam RH : Reheat steam FWH : Feedwater heater T a c 1 2 b (b) Gambar 2. Siklus Rankine fluida kerja dengan perbaikan efisiensi sistem (a) Diagram Alir (b) Diagram T S (Suhu Entropi) 4 S Dari Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa perubahan energi termanfaatkan karena proses superheating ditunjukkan oleh garis 2 a b, karena proses reheating oleh garis b c 3 dan karena proses regenerasi ditunjukkan oleh garis

8 Dengan memperhatikan gambar tersebut maka terlihat bahwa energi yang dimanfaatkan untuk kerja (q o ) bertambah besar dibandingkan dengan energi yang hilang, sehingga efisiensi dari sistem bertambah besar. Dalam hal ini maka efisiensinya adalah : η = q q 0 in = luas luas : 6 : a b c a b c (2) Efisiensi tersebut di atas akan lebih besar dari efisiensi sebelumnya yaitu pada saat tidak dilakukan proses lanjut terhadap uap. Perhitungan efisiensi dengan menggunakan siklus Rankine ideal seperti yang telah dijelaskan tersebut di atas tidak dapat diterapkan secara langsung pada PLTU yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena : [7], [8] 1. Pengembangan siklus untuk perbaikan efisiensi (superheat, reheat dan regeneratif) dilakukan secara sendiri sendiri atau terpisah satu sama lain. Padahal kenyataannya siklus PLTU sebenarnya yang ada di lapangan merupakann gabungan dari beberapa sistem. 2. Rugi rugi yang ada di dalam siklus belum diperhitungkan. Misalnya rugi tekanan karena geseskan fluida kerja dengan pipa, termasuk pipa pipa di dalam boiler, rugi hilang panas melalui dinding pipa, rugi pada gesekan dan kebocoran pada turbin, rugi pada pompa, rugi pada kondensor dan lain lain. [3]. Dengan kenyataan tersebut di atas, maka efisiensi yang dihitung dengan menggunakan siklus Rankine ideal akan lebih besar dari efisiensi sistem yang sebenarnya. Perhitungan yang lengkap harus memperhitungankan semua alat bantu atau tambahan (auxiliary), ketidakideal an dari turbin, pompa pompa, faktor gesekan fluida, faktor perpindahan kalor, faktor pembebanan dan sebagainya. Untuk itu perhitungan efisiensi suatu PLTU dihitung dengan cara lain yaitu dengan menggunakan metode heat rate (HR) atau laju kalor. HR didefinisikan sebagai besarnya kalor (Kcal) yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi listrik sebesar satu KWH. Dalam PLTU, HR dapat berupa HR turbin maupun HR untuk seluruh 159

9 sistem atau plant. Efisiensi kotor dihitung dari HR pada turbin generator, sedangkan efisiensi bersih dari sistem atau seluruh plant dihitung dari daya keluar bersih dikurangi dengan seluruh daya yang digunakan untuk sistem bantu. Dengan definisi tersebut maka besarnya HR untuk turbin generator (T HR ) adalah : dengan : Jumlah kalor pada turbin (kcal/jam) T HR = Daya keluar dari Generator (KW) Jumlah kalor masuk kalor keluar pada turbin (kcal) = Daya keluar dari Generator (KW) x jam H = (3) P OG x jam H = Q x h (kcal) Q : Jumlah uap yang dipakai(kg/jam) h : entalpi dari uap (kcal/kg) Efisiensi merupakan kebalikan dari HR, artinya semakin rendah HR semakain besar efisiensinya [7], [8], sehingga T = 1/T HR. Bila satuan energi panas (H) dalam BTU maka T = 3412/T HR, sedangkan apabila H dalam Kcal, maka T = 860/T HR Sedangkan HR dari plant adalah : P OG P HR = T HR (4) (P OG P aux ) x B Dengan P aux adalah seluruh daya untuk keperluan alat bantu, dan B adalah efisiensi boiler. Besarnya efisiensi plant P adalah : P = 1/P HR (5) 160

10 BAB III PERHITUNGAN EFISIENSI PLTU NON NUKLIR Siklus termal PLTU minyak, gas dan batu bara pada prinsipnya adalah sama sehinga proses penaikan efisiensinya juga dilakukan dengan cara yang sama yaitu superheat, reheat dan regeneratif. Secara umum efisiensi dari PLTU adalah sekitar 35 %, sehingga sisanya sebesar 65 % terbuang sebagai polusi [3]. Untuk menghitung efisiensi sebenarnya dari suatu plant instalasi pembangkit daya, berikut diberikan ilustrasi perhitungan efisiensi menggunakan metode HR. Contoh yang diambil adalah PLTU batu bara Suralaya dengan P OG sebesar 50 MW listrik, lihat Gambar 3. Dari Gambar 3 diketahui bahwa pada suatu plant pembangkit daya terdapat banyak sekali peralatan tambahan, sehinga untuk menghitung efisiensinya tidak mudah. Dalam hal ini dihitung P atau efisiensi plant, melalui metode HR pada turbin atau (T HR ) yan besarnya menurut Persamaan 3 adalah : {H T H B H H H S + H M} (kcal/jam) T HR = Daya keluar dari generator, P OG (KW) Dengan H T : energi panas masuk ke turbin H B : energi panas yang telah terpakai dan kembali ke turbin H H : energi panas yang digunakan untuk heater H S : energi panas yang ilang untuk pengaturan suhu uap masuk ke turbin H M: energi panas yang ditambahkan dari make up water Energi panas H = Q x h dapat dihitung apabila diketahui suhu dan tekanan uap pada masing masing peralatan sehingga dengan menggunakan tabel uap dapat diketahui besarnya entalpi (h). Dari diagram pada Gambar 3 maka : H T = x 815,6 = kcal/jam H B = x 218,8 = kcal/jam H H = x ( ) = kcal/jam H S = x 152,0 = kcal/jam 161

11 H M = x 30 = kcal/jam H = kcal/jam Karena P OG adalah 50 MW, maka H (Kcal/jam) kcal/jam T HR = = = 2.261,4 kcal/kwh P OG (Kw) KW Besarnya efisiensi turbin adalah T = 860/T HR = 860/2.261,4 = 0,38 atau 38 % Untuk menghitung besarnya P HR dari plant menurut rumus 4 harus diketahui daya total yang digunakan untuk sistem bantu P aux dan efisiensi boiler. B yang masing masing besarnya juga sangat tergantung dari sistem. Dalam hal ini diambil auxiliary power ratio ( P aux ) sebesar 0,9 % seperti yang di asumsikan pada PLTGU [10]. Sedangkan besarnya efisiensi boiler diambil sebesar 87,33 % seperti yang digaransi oleh PLTU Suralaya [11]. Dengan demikian maka menurut persamaan 4, P OG P HR = T HR (P OG P aux ) x B P HR = 2.261,4 = Kcal/KWH (1 0,009) x 0,8733 Dan akhirnya efisiensi dari plant adalah P = 860/P HR = 860/2.613 = 0,329 atau 33 % BAB IV PEMBAHASAN Dari perhitungan yang telah dilakukan diketahui bahwa perhitungan efisiensi suatu pembangkit listrik dari energi termal seperti PLTU tidak mudah. Hal ini disebabkan peralatan yang ada pada PLTU sangat banyak dan komplek, terutama bila disertai atau dilengkapi dengan proses penaikan efisiensi dengan super heater, reheater dan regenerasi. Bila dibandingkan dengan PLT lain 162

12 misalnya PLTD atau PLTA, jelas bahwa perhitungan efisiensi PLTU termal berbahan bakar minyak, gas atau batu bara akan lebih komplek. Namun bila dibandingkan dengan SPUN (Sistem Pembangkit Uap Nuklir) akan lebih mudah karena dalam PLTN, disamping harus diperhatikan sisi non nuclear. island, juga harus diperhatikan sisi nuclear island yang juga sangat rumit. Dari data yang ada, diketahui perbandingan efisiensi secara umum antara PLTU konvensional berbahan bakar fosil dan PLTN seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 [1], [4], Jenis pembangkit Tabel 1. Perbandingan besarnya PLTU konvensional dan PLTN PLTU Minyak PLTU Konvensional PLTU Gas PLTU Batu bara PLTGU Minyak dan Gas PLTN BWR PWR PHWR HTR (%) s/d 30 s/d s/d 40 Nilai pada tabel di atas adalah harga kisaran karena efisiensi akan berubah bila beban berubah, disamping itu juga tergantung pada sistem dan peralatan yang dipakai. Sebagai acuan adalah apabila semakin tinggi suhu dan tekanan pada sistem maka efisiensinya akan lebih besar. Karena adanya keterbatasan keterbatasan untuk menaikkan tekanan dan suhu fluida maka efisiensi tidak dapat dinaikkan terus berdasarkan pada tekanan dan suhu yang dikehendaki. Seperti diketahui bahwa pada SPUN, khususnya jenis PWR dan BWR ada pembatasan terhadap fluida kerja uap yaitu : [12] 1. Kondisi kritis dari uap, 3206,2 psia dan 705,4 O F 2. Alasan teknis berupa problem dua fasa dari air, hot spot pada teras reaktor, korosi dan lain lain Dengan alasan tersebut maka dapat dipahami bahwa efisiensi bersih (net effisiency) dari PLTN lebih kecil dari pada PLTU konvensional khususnya untuk bahan bakar minyak, dan batu bara. Sedangkan PLTGU mempunyai efisiensi yang paling besar karena adanya pengoptimalan uap yaitu pemanfaatan 163

13 kembali panas sisa yang terkandung di dalam uap keluar dari turbin. Dalam hal ini dapat dipakai sebagai acuan umum bahwa besarnya HR untuk PLTU konvensional adalah BTU/KWH, sedangkan untuk PLTN adalah BTU/KWH. Karena efisiensi merupakan kebalikan dari HR maka secara umum besarnya efisiensi PLTU konvensional dan PLTN masing masing adalah 35,81 % dan 32,49 %. Seperti diketahui pula bahwa PLTN mengalami perkembangan yang cukup pesat yaitu sudah mencapai generasi ke IV. Berkaitan dengan hal tersebut maka efisiensi PLTN juga terus mengalami perbaikan atau peningkatan. Sebagai contoh adalah BWR di Jepang yang terus mengalami perkembangan dari BWR 2 (Tsuruga 1) dan BWR 3 (Fukushima 1) mempunyai efisiensi 33 %, BWR 4 (Hamaoka 2) dan BWR 5 (Tokai 2) mempunyai efisiensi 34 %, dan yang terakhir adalah reaktor didih maju (Advanced Boiling Water Reactor ) atau ABWR (Kasiwasaki 6) ABWR yang mempunyai efisiensi 34,5 % serta reaktor air tekan maju APWR dengan efisiensi [13], [14] sebesar 35,3 %. BAB V KESIMPULAN Dari perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Perhitungan efisiensi suatu plant pembangkit listrik tidak mudah karena sangat tergantung dari keadaan dan peralatan dari pembangkit tersebut, sehingga perhitungan hanya dimungkinkan dengan metode heat rate atau laju kalor. 2. Peningkatan efisiensi pada PLTU konvesional dilakukan dengan pengolahan uap yaitu proses superheat, reheat dan regeneratif. Di samping itu dapat juga dilakukan dengan pemanfaatan uap panas yang lebih optimal seperti pada PLTGU. Sedangkan peningkatan efisiensi pada PLTN pada umumya dilakukan dengan menaikan suhu uap panas seperti yang terdapat di dalam HTR. 3. Secara umum efisiensi PLTU konvensional sedikit lebih tinggi dari PLTN karena adanya perbedaan dalam pengolahan uap. 164

14 Namun perbedaannya tidak terlalu jauh yaitu berkisar antara 3 4 %. 4. Efisiensi PLTU konvensional dan PLTN berkisar antara 30 sampai dengan 35 %, kecuali untuk PLTGU dapat sampai 45 % dan HTR dapat mencapai 40 %. DAFTAR PUSTAKA 1. HUDI HASTOWO, Sistem Pembangkit Uap Nuklir, Diklat Teknologi dan Perencanaan Energi, Pusat Pendidikan dan Latihan, Badan Tenaga Atom Nasional, Oktober ZAKI SU UD, Strategi Pengembangan Riset Dalam Dalam Bidang Iptek Nuklir Dalam Rangka Penyiapan SDM yang Berkualifikasi Tinggi. JFN, Vol.1 No.1, Mei 2007 ISSN IR. ADIWARDOYO, Persiapan Pembangunan dan Pengoperasian PLTN Lingkup Tupoksi BATAN, Kumpulan Makalah Utama, Seminar Nasional IV SDM Teknokogi Nuklir, STTN BATAN, 25 Agustus IR. SETIYOBAKTI, Dampak Lingkungan Pengoperasian Unit Pembangkit Tenaga, Diklat Teknologi dan Perencanaan Energi, Pusat Pendidikan dan Latihan, Badan Tenaga Atom Nasional, Oktober EFFENTRIP AGOES, DJODJO, Sumber Daya Energi Primer Diklat Teknologi dan Perencanaan Energi, Pusat Pendidikan dan Latihan, Badan Tenaga Atom Nasional, Oktober Mursid D. M. Sc, Jenis dan Karakteristik Energi, Diklat Teknologi dan Perencanaan Energi, Pusat Pendidikan dan Latihan, Badan Tenaga Atom Nasional, Oktober IR. SUBARYADI; IR. G. M. TARIGAN, PLTU Minyak & Gas, Diklat Teknologi dan Perencanaan Energi, Pusat Pendidikan dan Latihan, Badan Tenaga Atom Nasional, Oktober M. M. El WAKIL, Instalasi Pembangkit Daya Jilid 1, Penerbit Erlangga, KAM W. LI, A PAUL PRIDDY, Power Plant System Design, Copyright 1985, Published Simultaneously in Canada. 10.IR. PRAYITNO, Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), Diklat Teknologi dan Perencanaan Energi, Pusat Pendidikan dan Latihan, Badan Tenaga Atom Nasional, Oktober IR. PURWANTO, Uraian Umum Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara, Diklat Teknologi dan Perencanaan Energi, Pusat Pendidikan dan Latihan, Badan Tenaga Atom Nasional, Oktober ERIK S. PEDERSEN, Nuclear Power, volume 1. Nuclear Power Plant Design, Ann Arbor Science Publisher Inc/The Butterworth Group, Michigan 48106, copyright 1978, Fourth printing, Ensiklopedi Teknologi Nuklir BATAN, sumber.http//mext atm.jst.go.jp/images/02/ /01 git 165

15 14.AKHMAD SYAUKAT, Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol 2, No. 4 Desember 2000 :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan energi pun terus meningkat Untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLTU merupakan sistem pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan energi panas bahan bakar untuk diubah menjadi energi listrik dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SIKLUS RANKINE (STEAM POWER PLANT SYSTEM) SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN TERMODINAMIKA TEKNIK

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SIKLUS RANKINE (STEAM POWER PLANT SYSTEM) SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN TERMODINAMIKA TEKNIK Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 1, Januari 2013: 337-344 ISSN 2086-3403 PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SIKLUS RANKINE (STEAM POWER PLANT SYSTEM) SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN TERMODINAMIKA TEKNIK

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Kode Unit : JPI.KE01.001.01 STANDAR KOMPETENSI Judul Unit: Menerapkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9) EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 1 Januari 2014; 23-28 ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9) Agus Hendroyono Sahid, Dwiana Hendrawati Program Studi Teknik Konversi

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR Jamaludin, Iwan Kurniawan Program Studi Teknik mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori PLTGU atau combine cycle power plant (CCPP) adalah suatu unit pembangkit yang memanfaatkan siklus gabungan antara turbin uap dan turbin gas. Gagasan awal untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar

Lebih terperinci

TURBIN UAP. Penggunaan:

TURBIN UAP. Penggunaan: Turbin Uap TURBIN UAP Siklus pembangkitan tenaga terdiri dari pompa, generator uap (boiler), turbin, dan kondenser di mana fluida kerjanya (umumnya adala air) mengalami perubaan fasa dari cair ke uap

Lebih terperinci

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 3 September 2014; 72-77 ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3 Bachrudin Azis Mustofa, Sunarwo, Supriyo (1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik merupakan salah satu energi yang sangat dibutuhkan oleh manusia pada era modern ini. Tak terkecuali di Indonesia, negara ini sedang gencargencarnya melakukan

Lebih terperinci

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE

STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI PADA PENGARUH FWH7 TERHADAP EFISIENSI DAN BIAYA KONSUMSI BAHAN BAKAR PLTU DENGAN PEMODELAN GATECYCLE Disusun oleh : Sori Tua Nrp : 21.11.106.006 Dosen pembimbing : Ary Bacthiar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure Ryan Hidayat dan Bambang

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling

Lebih terperinci

PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP)

PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP) PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP) I. PENDAHULUAN Pusat pembangkit listrik tenaga uap pada saat ini masih menjadi pilihan dalam konversi tenaga dengan skala besar dari bahan bakar konvensional menjadi

Lebih terperinci

dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan

dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan 4 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 16 Maret 2017 23 Maret 2017 dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PLTU adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan tekanan uap hasil dari penguapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System 32 BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Single Flash System PLTP Gunung Salak merupakan PLTP yang berjenis single flash steam system. Oleh karena itu, seperti yang

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN TEKANAN TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI THERMAL SIKLUS RANKINE PADA PEMBANGKIT DAYA TENAGA UAP. Oleh ( ) TEKNIK MESIN UNILA

PENGARUH SUHU DAN TEKANAN TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI THERMAL SIKLUS RANKINE PADA PEMBANGKIT DAYA TENAGA UAP. Oleh ( ) TEKNIK MESIN UNILA 1 PENGARUH SUHU DAN TEKANAN TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI THERMAL SIKLUS RANKINE PADA PEMBANGKIT DAYA TENAGA UAP Oleh BAYU AGUNG PERMANA JASIRON NENI SUSANTI (0615021007) TEKNIK MESIN UNILA (0715021012)

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

ANALISA PRESTASI KERJA TURBIN UAP PADA BEBAN YANG BERVARIASI

ANALISA PRESTASI KERJA TURBIN UAP PADA BEBAN YANG BERVARIASI ANALISA PRESTASI KERJA TURBIN UAP PADA BEBAN YANG BERVARIASI Soelaiman, Sofyan, Novy Priyanto Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Kebutuhan konsumen akan daya listrik bervariasi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo B117 Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo Raditya Satrio Wibowo dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN VACUUM PADA SAAT BACKWASH CONDENSER TERHADAP HEAT RATE TURBIN DI PLTU

PENGARUH PENURUNAN VACUUM PADA SAAT BACKWASH CONDENSER TERHADAP HEAT RATE TURBIN DI PLTU PENGARUH PENURUNAN VACUUM PADA SAAT BACKWASH CONDENSER TERHADAP HEAT RATE TURBIN DI PLTU Imron Rosyadi 1*, Dhimas Satria 2, Cecep 3 1,2,3 JurusanTeknikMesin, FakultasTeknik, Universitas Sultan AgengTirtayasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Turbin uap adalah suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanik dalam

Lebih terperinci

Generation Of Electricity

Generation Of Electricity Generation Of Electricity Kelompok 10 : Arif Budiman (0906 602 433) Junedi Ramdoner (0806 365 980) Muh. Luqman Adha (0806 366 144) Saut Parulian (0806 366 352) UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan energi terus meningkat. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembangkit daya uap. Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa Termodinamika Siklus Rankine adalah siklus teoritis yang mendasari siklus kerja dari suatu pembangkit daya uap Siklus Rankine berbeda dengan siklus-siklus udara ditinjau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 61-68

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 61-68 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 61-68 ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3 Sunarwo, Supriyo Program Studi Teknik Konversi

Lebih terperinci

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN

ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN ANALISIS TERMODINAMIKA PERFORMA HRSG PT. INDONESIA POWER UBP PERAK-GRATI SEBELUM DAN SESUDAH CLEANING DENGAN VARIASI BEBAN Ilham Bayu Tiasmoro. 1), Dedy Zulhidayat Noor 2) Jurusan D III Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG 1. SIKLUS PLTGU 1.1. Siklus PLTG Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG Proses yang terjadi pada PLTG adalah sebagai berikut : Pertama, turbin gas berfungsi

Lebih terperinci

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU Bambang Setyoko * ) Abstracts Heat Recovery Steam Generator ( HRSG ) is a construction in combine cycle with gas turbine and

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR SKRIPSI / TUGAS AKHIR ANALISIS PEMANFAATAN GAS BUANG DARI TURBIN UAP PLTGU 143 MW UNTUK PROSES DESALINASI ALBERT BATISTA TARIGAN (20406065) JURUSAN TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Desalinasi adalah proses pemisahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan tenaga listrik terus meningkat. Tenaga listrik digunakan pada berbagai lini kehidupan seperti rumah tangga, perkantoran, industri baik home industry,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendirikan beberapa pembangkit listrik, terutama pembangkit listrik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kebutuhan energi listrik pada zaman globalisasi ini, Indonesia melaksanakan program percepatan pembangkitan listrik sebesar 10.000 MW dengan mendirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan efisiensi boiler. Rotary Air Preheater, lazim digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan efisiensi boiler. Rotary Air Preheater, lazim digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit listrik tenaga batu bara membutuhkan pemanasan awal untuk udara pembakaran pada boiler sekarang ini menjadi suatu keharusan sebagai usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia Memahami konsep penggerak mula (prime mover) dalam sistem pembangkitan tenaga listrik Teknik Pembangkit Listrik 1 st

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini, listrik menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan manusia sehari-hari. Sektor rumah tangga, bangunan komersial, dan industri membutuhkan listrik

Lebih terperinci

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI Depok 16424

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. listrik adalah salah stu kebutuhan pokok yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. listrik adalah salah stu kebutuhan pokok yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik adalah salah stu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari saat ini, dimana hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi

Lebih terperinci

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar. 5 TURBIN GAS Pada turbin gas, pertama-tama udara diperoleh dari udara dan di kompresi dengan menggunakan kompresor udara. Udara kompresi kemudian disalurkan ke ruang bakar, dimana udara dipanaskan. Udara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 Kajian Analitis Sistem Pembangkit Uap Kogenerasi Lamsihar S. Tamba 1), Harmen 2) dan A. Yudi Eka Risano 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Analisa Termodinamika Pengaruh Penurunan Tekanan Vakum pada Kondensor Terhadap Performa Siklus PLTU Menggunakan Software Gate Cycle

Analisa Termodinamika Pengaruh Penurunan Tekanan Vakum pada Kondensor Terhadap Performa Siklus PLTU Menggunakan Software Gate Cycle JURNAL TEKNIK POMITS 1 Analisa Termodinamika Pengaruh Penurunan Tekanan Vakum pada Kondensor Terhadap Performa Siklus PLTU Menggunakan Software Gate Cycle Slamet Hariyadi dan Atok Setiyawan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi panas bumi (Geothermal) merupakan sumber energi terbarukan berupa energi thermal (panas) yang dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Saat ini energi panas

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI

Lebih terperinci

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo

Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo B107 Analisis Pengaruh Tekanan Fluida Pemanas pada LPH terhadap Efisiensi dan Daya PLTU 1x660 MW dengan Simulasi Cycle Tempo Muhammad Ismail Bagus Setyawan dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pengembangan pemanfaatan energi nuklir dalam berbagai sektor saat ini kian pesat. Hal ini dikarenakan energi nuklir dapat menghasilkan daya dalam jumlah besar secara

Lebih terperinci

ANALISA TERMODINAMIKA PADA SISTEM PEMBANGKIT TENAGA UAP DENGAN VARIASI PEMBEBANAN DI UNIT PEMBANGKIT TENAGA UAP PT

ANALISA TERMODINAMIKA PADA SISTEM PEMBANGKIT TENAGA UAP DENGAN VARIASI PEMBEBANAN DI UNIT PEMBANGKIT TENAGA UAP PT ANALISA TERMODINAMIKA PADA SISTEM PEMBANGKIT TENAGA UAP DENGAN VARIASI PEMBEBANAN DI UNIT PEMBANGKIT TENAGA UAP PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP SKRIPSI Skripsi yang Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi menjadi peran penting dalam menunjang kehidupan manusia. Ketersediaan energi Indonesia saat ini masih didominasi oleh energi fosil. Energi fosil Indonesia jumlahnya

Lebih terperinci

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 KETAHANAN ENERGI DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN Ketahanan Energi Usaha mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Proses kerja dalam PLTU

Gambar 1.1. Proses kerja dalam PLTU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Hal ini karena hampir semua peralatan dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Energi listrik memegang peran penting dalam kehidupan manusia pada saat ini. Hampir semua aktivitas manusia berhubungan dengan energi listrik. Seperti yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

OPTIMASI JUMLAH FWH PADA SIKLUS RANKINE REGENERATIF

OPTIMASI JUMLAH FWH PADA SIKLUS RANKINE REGENERATIF OPTIMASI JUMLAH FWH PADA SIKLUS RANKINE REGENERATIF Wahyu Linardi*, Wibowo Paryatmo** SMK Kodeco Simpang Empat, Kalimantan Selatan* Program Studi Magister Teknik Mesin, Universitas Pancasila, Jakarta**

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TURBIN GAS TERHADAP BEBAN OPERASI PLTGU MUARA TAWAR BLOK 1

ANALISIS EFISIENSI TURBIN GAS TERHADAP BEBAN OPERASI PLTGU MUARA TAWAR BLOK 1 ANALISIS EFISIENSI TURBIN GAS TERHADAP BEBAN OPERASI PLTGU MUARA TAWAR BLOK 1 Ir Naryono 1, Lukman budiono 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik seluruh Indonesia (Statistik Ketenagalistrikan 2014, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik seluruh Indonesia (Statistik Ketenagalistrikan 2014, 2015) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemerintah, pada tahun 2014, mengumumkan program pengadaan 35 ribu Mega Watt untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia kedepannya. Dalam jangka waktu lima

Lebih terperinci

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-132 Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin Anson Elian dan

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU Steam Power Plant Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU Siklus dasar yang digunakan pada Steam Power Plant adalah siklus Rankine, dengan komponen utama boiler, turbin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan energi panas dari uap kering (steam) untuk memutar turbin sehingga dapat digunakan

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN 2339-028X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Ery Diniardi 1, Cahyo Sutowo 1

Lebih terperinci

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) DEFINISI PLTGU PLTGU merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga gas dan uap. Jadi disini sudah jelas ada dua mode pembangkitan. yaitu pembangkitan

Lebih terperinci

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR RINGKASAN Beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR), Reaktor Air Tekan Rusia (VVER),

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI TURBINE GENERATOR QFSN B UNIT 10 dan 20 PT. PJB UBJOM PLTU REMBANG

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI TURBINE GENERATOR QFSN B UNIT 10 dan 20 PT. PJB UBJOM PLTU REMBANG ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI TURBINE GENERATOR QFSN-300-2-20B UNIT 10 dan 20 PT. PJB UBJOM PLTU REMBANG Dwi Cahyadi 1, Hermawan 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. Perkembangan itu ditandai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi yang akhirnya akan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Adapun pembangkit listrik yang umumnya digunakan di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Adapun pembangkit listrik yang umumnya digunakan di Indonesia yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan kebutuhan listrik. Untuk mengatasi hal tersebut maka saat ini pemerintah berupaya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K.

Lebih terperinci

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) RINGKASAN Reaktor Air Didih adalah salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan suatu kebutuhan utama dalam setiap aspek kehidupan. Energi listrik merupakan alat utama untuk menggerakkan aktivitas produksi suatu pabrik. Demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan energi paling cocok dan nyaman bagi rumah tangga dan berbagai bidang industri karena selain energi llistrik itu tidak menimmbulkan bising energi listrik

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 2011, bertempat di Laboratorium Surya, Bagian Teknik Energi Terbarukan, Departemen

Lebih terperinci

BAB V TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. No. Turbin Gas Turbin Uap

BAB V TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. No. Turbin Gas Turbin Uap BAB V TURBIN GAS Pada turbin gas, pertama-tama udara diperoleh dari udara dan di kompresi dengan menggunakan kompresor udara. Udara kompresi kemudian disalurkan ke ruang bakar, dimana udara dipanaskan.

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

Exercise 1c Menghitung efisiensi

Exercise 1c Menghitung efisiensi Exercise 1 In a Rankine cycle, steam leaves the boiler 4 MPa and 400 C. The condenser pressure is 10 kpa. Determine the cycle efficiency & Simplified flow diagram for the following cases: a. Basic ideal

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Materi penelitian dalam Tugas Akhir ini adalah analisis proses konversi energi pada PLTU Suralaya Unit 5 mulai dari energi pada batubara hingga menjadi

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA ANALISA SISTEM KONTROL LEVEL DAN INSTRUMENTASI PADA HIGH PRESSURE HEATER PADA UNIT 1 4 DI PLTU UBP SURALAYA. Disusun Oleh : ANDREAS HAMONANGAN S (10411790) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Analisa Termoekonomi Pada Sistem Kombinasi Turbin Gas Uap PLTGU PT PJB Unit Pembangkitan Gresik

Analisa Termoekonomi Pada Sistem Kombinasi Turbin Gas Uap PLTGU PT PJB Unit Pembangkitan Gresik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisa Termoekonomi Pada Sistem Kombinasi Turbin Gas Uap PLTGU PT PJB Unit Pembangkitan Gresik Ika Shanti B, Gunawan Nugroho, Sarwono Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PEFORMA PLTU VERSUS VARIASI BEBAN PADA TURBIN UAP MENGGUNAKAN SOFTWARE CYCLE TEMPO. Dosen Pembimbing Dr. Ir. Budi Utomo Kukuh Widodo, ME

ANALISIS PEFORMA PLTU VERSUS VARIASI BEBAN PADA TURBIN UAP MENGGUNAKAN SOFTWARE CYCLE TEMPO. Dosen Pembimbing Dr. Ir. Budi Utomo Kukuh Widodo, ME TUGAS AKHIR TM 141585 ANALISIS PEFORMA PLTU VERSUS VARIASI BEBAN PADA TURBIN UAP MENGGUNAKAN SOFTWARE CYCLE TEMPO SEKAR SATITI NRP 2111 100 044 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Budi Utomo Kukuh Widodo, ME JURUSAN

Lebih terperinci

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Mengenal Proses Kerja dan Jenis-Jenis PLTN Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir itu hanya dapat dikeluarkan melalui

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK Ontoseno Penangsang Text Book : Power Generation Operation and Control Allen J. Wood & Bruce F. Wollenberg Power System Analysis Hadi Saadat INTRODUCTION Acquaint

Lebih terperinci

Pengaruh Feedwater Heater Terhadap Efisiensi Sistem Pembangkit 410 MW dengan Pemodelan Gate Cycle

Pengaruh Feedwater Heater Terhadap Efisiensi Sistem Pembangkit 410 MW dengan Pemodelan Gate Cycle 1 Pengaruh Feedwater Heater Terhadap Efisiensi Sistem Pembangkit 410 MW dengan Pemodelan Gate Cycle Adek Fathir Fajar, Ary Bachtiar K.P Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR Grata Patisarana 1, Mulfi Hazwi 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI Dosen Pembimbing : Ir. Joko Sarsetiyanto, MT Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan kebutuhan listrik, untuk mengatasi hal ini maka pemerintah Indonesia melaksanakan kegiatan percepatan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR DENGAN SISTEM DUAL PRESSURE MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG SEBUAH TURBIN GAS BERDAYA 160 MW

PERANCANGAN ULANG HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR DENGAN SISTEM DUAL PRESSURE MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG SEBUAH TURBIN GAS BERDAYA 160 MW PERANCANGAN ULANG HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR DENGAN SISTEM DUAL PRESSURE MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG SEBUAH TURBIN GAS BERDAYA 160 MW F. Burlian (1), A. Ghafara (2) (1,2) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci