P R A K A T A. Page ii. Page i. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "P R A K A T A. Page ii. Page i. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD"

Transkripsi

1 BUKU PANDUAN PERLIINDUNGAN PENEMPATAN TENAGA KERJA ANTAR KERJA ANTAR DAERAH PEMERINTAH PROVINSII JAWA TENGAH DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN BALAI PELAYANAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN TENAGA KERJA SEMARANG 2015 P R A K A T A Puji syukur kami panjatkan ke hadlirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah NYA sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas pada Diklatpim Tingkat IV Angkatan XXXIII Tahun 2015 guna menyusun Buku Panduan Perlindungan Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (AKAD). Buku panduan ini disusun bukan hanya sebagai salah satu tugas peserta Diklatpim IV pola baru, tetapi lebih diarahkan guna memberikan pedoman para pihak pelaku penempatan tenaga kerja AKAD dalam pelaksanaan penempatan AKAD, sekaligus dalam rangka memberikan perlindungan tenaga kerja. Penyusun menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak atas dukungan, bimbingan, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan dalam penyusunan Buku Panduan Perlindungan Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (AKAD), kepada : 1. Ibu Dra. WIKA BINTANG, MM, selaku Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah. 2. Ibu BUDI PRABAWANINGDYAH, SH., MHum, selaku Kepala Balai Pelayanan Penyelesaian Perselisihan Tenaga Kerja (BP3TK) Provinsi Jawa Tengah. 3. Bapak AHMAD AZIZ, SE., MM, selaku Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi DINAKERTRANSDUK Prov. Jateng, beserta jajarannya. 4. Ibu Ir. ESTY TRIANI, MM, selaku Kepala Bidang Pengawasan Tenaga Kerja DINAKERTRANSDUK Prov. Jateng, beserta jajarannya. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page i Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page ii

2 5. Bapak Drs. AGUS SUTRISNO, MM, selaku Kepala Bidang Pelatihan dan Produktivitas DINAKERTRANSDUK Prov. Jateng, beserta jajarannya. 6. Bapak Drs. HANDONO SUPRIYADI, MM selaku Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial DINAKERTRANSDUK Prov. Jateng, beserta jajarannya. 7. Bapak/Ibu Staf BP3TK Provinsi Jawa Tengah, yang telah membantu baik pada pengumpulan data maupun penyusunan Buku Panduan. 8. Bapak AGUS SUPRIYANTO, Kasi Penempatan Tenaga Kerja, Disnakertrans. Kota Semarang beserta staf, yang telah membantu memperkaya Buku Panduan dengan kondisi di lapangan. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian Buku Panduan. Selanjutnya kami berharap Buku Panduan ini dapat bermanfaat pada perlindungan tenaga kerja mekanisme AKAD pada umumnya, dan pada khususnya bagi tenaga kerja pemula berupa para siswa SMK, serta dapat memberikan sumbangsih positif bagi kemajuan kemadirian masyarakat Jawa Tengah. Semarang, 1 Juli 2015 PENYUSUN D A F T A R I S I HALAMAN JUDUL... PRAKATA... DAFTAR ISI... BAB I KERJA... A. MAKNA BEKERJA... B. HUBUNGAN KERJA... C. MAJIKAN BURUH Buruh/Karyawan Majikan/Pengusaha... BAB II PENEMPATAN TENAGA KERJA... A. ANTAR KERJA ANTAR DAERAH Dasar Hukum Persyaratan Mekanisme Penempatan Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Pelaporan Sanksi-sanksi... B. BURSA KERJA KHUSUS Pengertian Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Kegiatan Penyaluran Dan Penempatan Tamatan Kegiatan Bursa Kerja Khusus... Halaman i ii iv Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page iii Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page iv

3 C. PERJANJIAN KERJA Pengertian Hal-hal yang Diperjanjikan dalam Perjanjian Kerja Persyaratan Jangka Waktu... BAB III HAK DAN KEWAJIBAN Upah dan Pengupahan Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Jaminan Sosial Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K 3) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Perlindungan Pekerja Perempuan... A. BURUH/PEKERJA Kewajiban Pekerja/Buruh Hak Pekerja/Buruh... B. MAJIKAN/PENGUSAHA Kewajiban Pengusaha Hak Pengusaha... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN A. MAKNA BEKERJA I K E R J A Setiap orang dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya haruslah melaksanakan pekerjaan, karena dengan bekerja orang akan memperoleh nafkah untuk mempertahan kan hidupnya. Pekerjaan tidak hanya untuk memperoleh penghasilan bagi seseorang guna memenuhi kebutuhan hidup bagi diri sendiri dan keluarganya, tetapi dapat dimaknai sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri sehingga seorang merasa hidupnya menjadi lebih bermakna bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Selain itu juga sebagai praktek dari ilmu yang didapatkan selama masa pendidikan. Ditinjau dari segi perorangan, makna bekerja adalah gerak dari badan dan pikiran setiap orang guna memelihara kelangsungan hidup badaniah maupun rohaniah. Makna bekerja ditinjau dari segi kemasyarakatan adalah melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa guna memuaskan kebutuhan masyarakat. Sedangkan makna bekerja ditinjau dari segi spiritual, merupakan hak dan kewajiban manusia dan memuliakan serta mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page v Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 1

4 Setelah kita memahami akan makna bekerja, maka kita perlu mengetahui apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan pekerjaan itu. Ditinjau dari segi hukum dan ekonomi, yang dimaksud dengan pekerjaan adalah lapangan usaha seseorang dengan mengikat dirinya pada orang lain untuk bekerja bagi kepentingan orang tersebut dengan mendapatkan upah sesuai jerih payah atau tenaganya. Dengan demikian pelaksanaan pekerjaan atau bekerja adalah pengerahan tenaga atau jasa seseorang yang telah terikat oleh suatu perjanjian dengan orang lain, dengan tunduk kepada perintah-perintah dan kepentingan orang tersebut, dengan maksud memperoleh imbalan atau upah. B. HUBUNGAN KERJA Jika ditinjau dari segi hukum dan perundang-undangan yang berlaku, Hubungan Kerja mempunyai arti : kegiatankegiatan pengerahan tenaga atau jasa seseorang secara terus menerus dalam waktu tertentu dan secara teratur demi kepentingan orang memerintahkannya (pengusaha atau majikan) sesuai dengan Perjanjian Kerja yang disepakati bersama. Dalam pengetahuan Ilmu Hukum, Hubungan Kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha, yang mana hubungan tersebut hendak menunjukkan kedudukan kedua belah pihak yang pada pokoknya menggambarkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak secara timbal balik. Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Dari uraian tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa Hubungan Kerja adalah hubungan yang terjadi karena adanya Perjanjian Kerja. Unsur-unsur yang terdapat didalam Perjanjian Kerja adalah : 1. Adanya pekerjaan yang harus dilakukan. 2. Adanya perintah (bekerja atas perintah pengusaha). 3. Adanya upah sebagai imbalan dari pekerjaan. Ketiga unsur yang terdapat di dalam Perjanjian Kerja dikatakan pula sebagai faktor yang menentukan adanya Hubungan Kerja. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, maka tidak akan ada Hubungan Kerja. Hubungan Kerja ini menunjukkan kedudukan kedua belah pihak, yang pada dasarnya menggambarkan hak dan kewajiban pekerja terhadap pengusaha, serta hak dan kewajiban pengusaha terhadap pekerja. Dikemukakan pula bahwa Hubungan Kerja pada dasarnya meliputi hal-hal yang berkenaan dengan : 1. Pembuatan Perjanjian Kerja, yaitu dasar adanya Hubungan Kerja. 2. Kewajiban pekerja melakukan pekerjaan, sekaligus merupakan hak pengusaha atas pekerjaan tersebut. 3. Kewajiban pengusaha membayar upah kepada pekerja, sekaligus merupakan hak pekerja atas upah. 4. Berakhirnya Hubungan Kerja. 5. Cara penyelesaian antara pihak-pihak tersebut (pekerja dengan pengusaha). Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 2 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 3

5 C. MAJIKAN BURUH Sebelum dibahas lebih jauh, maka perlu dipahami terlebih dahulu tentang konsep majikan/pengusaha dan konsep buruh/karyawan. 1. Buruh/Karyawan; Seringkali terjadi salah pengertian seakan-akan yang disebut pekerja/buruh/karyawan adalah orang-orang yang bekerja di pabrik, para cleaning service dan staf administrasi di kantor-kantor. Sedangkan para manajer, kepala-kepala bagian, para direktur bukan sebagai pekerja. Dalam hukum ketenagakerjaan, pekerja adalah Setiap orang yang bekerja pada orang lain dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Imbalan dalam bentuk lain yang dimaksud adalah berupa barang atau benda yang nilainya ditentukan atas dasar kesepakatan pengusaha dan pekerja. Unsur-unsur dalam pengertian pekerja itu adalah : a. Bekerja pada orang lain. b. Dibawah perintah orang lain. c. Mendapat upah. Dengan demikian siapapun yang bekerja pada orang lain dengan kompensasi akan mendapatkan upah, dia adalah karyawan/pekerja/buruh (Libertus Jehani, 2006;1). yayasan, lembaga-lembaga sosial, individu, koperasi dan sebagainya yang mempekerjakan orang lain, seringkali tidak digolongkan sebagai majikan. Padahal, menurut peraturan ketenagakerjaan mengatakan bahwa pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan mem-bayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan demikian semua orang yang mempekerjakan orang lain dengan membayar upah dapat dikatakan sebagai majikan/pengusaha, yang berarti wajib melaksanakan ketentuan ketenagakerjaan. 2. Majikan/Pengusaha; Bukan hanya konsep pekerja yang seringkali salah kaprah, majikan/pengusaha juga dimaknai secara sempit. Majikan seakan-akan hanya pemilik pabrik atau perusahaan-perusahaan besar. Sedangkan pemilik Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 4 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 5

6 II PENEMPATAN TENAGA KERJA Penempatan Tenaga Kerja adalah proses pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh pekerjaan dan pemberi kerja dalam pengisian lowongan kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan. Pelayanan penempatan tenaga kerja menurut lokasi kerja dibagi berdasarkan : 1. Penempatan tenaga kerja lokal (AKL), adalah penempatan tenaga kerja antar Kabupaten/Kota dalam wilayah 1 (satu) Provinsi. 2. Penempatan tenaga kerja antar daerah (AKAD), adalah penempatan tenaga kerja antar Provinsi dalam Wilayah Republik Indonesia. 3. Penempatan tenaga kerja antar Negara (AKAN), adalah penempatan tenaga kerja di Luar Negeri. A. ANTAR KERJA ANTAR DAERAH 1. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Per-07/Men/IV/2008 tentang Penempatan Tenaga Kerja. c. Keputusan Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Depnakertrans RI No. Kep.- 131/DPPTKDN/XI/2004 tentang Petunjuk Tehnis Bursa Kerja Khusus (BKK). d. Keputusan Dirjen Binapenta Depnakertrans RI No. Kep. 258/PPTK/2008 tentang Tata Cara Penempatan TK- AKAD. e. Keputusan Dirjen Binapenta Depnakertrans RI No. Kep. 99/PPTK/2009 tentang Tata Cara Pelaporan bagi Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta, Pemberi Kerja, Bursa Kerja Khusus dan Penyelenggara Pameran Kesempatan Kerja. 2. Persyaratan a. Bagi Perusahaan Calon Pengguna TK AKAD : i. Surat permohonan pengerahan tenaga kerja AKAD bermaterai cukup; ii. Surat Persetujuan Penempatan (SPP) AKAD dari Kementrian yang membidangi Ketenagakerjaan/ Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan Provinsi/ Kabupaten/Kota daerah penempatan; iii. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja AKAD (RKTKAD); iv. Draft perjanjian kerja yang telah diteliti dan disahkan oleh Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan daerah penempatan. b. Bagi Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta-AKAD (LPTKS-AKAD) i. Surat permohonan pengerahan tenaga kerja AKAD bermaterai cukup; Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 6 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 7

7 ii. Surat Persetujuan Penempatan (SPP) AKAD dari Kementrian yang mebidangi Ketenagakerjaan RI/ Dinas yang membidangi Ketenagakerjaan Provinsi/ Kabupaten/Kota daerah penempatan; iii. Bukti kontrak/pemborongan/spk bagi perusahaan kontraktor; iv. Surat Izin LPTKS-AKAD dari Menteri yang membidangi ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk; v. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja AKAD (RKTKAD); vi. Draft perjanjian kerja yang telah diteliti dan diketahui oleh Kepala Dinas yang membidangi ketenagakerjaan di daerah tujuan penempatan; vii. Draft perjanjian penempatan tenaga kerja antara calon tenaga kerja dengan LPTKS. 3. Mekanisme Penempatan a. Pelayanan Kepada Pencari Kerja Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja dilakukan secara Manual atau Daring (Online System). Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja harus terintegrasi dalam satu sistem Penempatan Tenaga Kerja Nasional. Pencari kerja yang akan bekerja didalam atau ke luar negeri wajib dilayani oleh Pengantar Kerja di Dinas yang membidangi ketenagakerjaan kabupaten/kota. Pelayanan yang diberikan kepada pencari kerja : i. Pendaftaran Pencari Kerja Baru Syarat pendaftaran pencari kerja : i.a. Pas foto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 (dua) lembar; i.b. Memperlihatkan Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku; i.c. Copy ijasah pendidikan terakhir bagi yang memiliki; i.d. Copy sertifikat keterampilan bagi yang memiliki; dan i.e. Copy surat keterangan pengalaman kerja bagi yang memilliki. Pencari kerja yang telah mendaftar akan diberikan Kartu tanda bukti pendaftaran pencari kerja (AK/1). Pengantar kerja wajib melakukan pengisian data pencari kerja (AK/II) melalui wawancara langsung untuk mengetahui bakat, minat dan kemampuan. ii. Pendaftaran ulang Kartu AK/I berlaku selama 2 (dua) tahun dengan keharusan melapor selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sekali terhitung sejak tanggal pendaftaran bagi pencari kerja yang belum mendapat pekerjaan. Pencari kerja yang telah mendapatkan pekerjaan wajib melaporkan bahwa yang bersangkutan telah diterima bekerja kepada Dinas/Kantor yang membidangi ketenagakerjaan kabupaten/ kota. Proses daftar ulang : ii.a. Pengantar Kerja Menerima Kartu AK/I dari pencari kerja; ii.b. Meneliti kartu AK/I untuk mengetahui status AK/II masih hidup atau sudah dihapuskan; ii.c. Mengambil Kartu AK/II yang masih hidup dari file/bak bergerak atau AK/II yang telah Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 8 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 9

8 dihapuskan dari file/bak mati untuk dihidupkan kembali; ii.d. Menyerahkan Kartu AK/II kepada Pengantar Kerja/Petugas Antar Kerja; ii.e. Menyimpan kembali kartu AK/II ke dalam file/bak bergerak. b. Pelayanan Kepada Pemberi Kerja Pemberi kerja wajib menyampaikan informasi lowong an pekerjaan secara tertulis kepada Dinas/Kantor yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota. Informasi lowongan pekerjaan memuat : i. Jumlah Tenaga Kerja yang dibutuhkan; ii. Jenis pekerjaan, jabatan dan syarat-syarat jabatan yang digolongkan dalam jenis kelamin, usia, pendidikan, keterampilan, keahlian, pengalaman kerja dan syarat-syarat lain yang diperlukan. iii. Pengantar Kerja/petugas antar kerja mencatat Informasi lowongan pekerjaan ke dalam daftar isian permintaan tenaga kerja (AK/III) dan menerbitkan bukti lapor lowongan pekerjaan. iv. Informasi lowongan pekerjaan (AK/III) pemenuhan nya diisi dari data pencari kerja yang terdaftar (AK/II) v. Pencari kerja yang memenuhi persyaratan jabatan yang dibutuhkan dilakukan pemanggilan dengan menggunakan kartu antar kerja/kartu panggilan kepada pencari kerja (AK/IV). vi. Dinas/Kantor yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota mengirimkan calon tenaga kerja kepada pemberi kerja dengan menggunakan Kartu antar kerja/ Surat Pengantar calon tenaga kerja (AK/V). vii. Dinas/Kantor yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota bersama-sama dengan pemberi kerja mela-kukan seleksi calon tenaga kerja sesuai persyaratan jabatan yang dibutuhkan. 4. Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Pelayanan penempatan tenaga kerja menurut lokasi kerja dibagi berdasarkan : a. Penempatan tenaga kerja lokal (AKL). b. Penempatan tenaga kerja antar daerah (AKAD). LPTKS/Pemberi Kerja/BKK yang akan menempat-kan TK AKAD harus memiliki Surat Persetujuan Penempatan (SPP) yang diterbitkan oleh : i. Dinas/Kantor yang membidangi ketenaga kerjaan Kabupaten/Kota untuk penempatan TK dalam Kabupaten/Kota. ii. Dinas yang membidangi ketenagakerjaan Provinsi untuk penempatan TK lintas kabupaten/kota dalam satu Provinsi. iii. Dirjen Binapenta untuk penempatan TK lintas provinsi. Syarat mengajukan SPP AKAD : i. Surat Permintaan dan rencana kebutuhan tenaga kerja dari pemberi kerja; ii. Rancangan Perjanjian Kerja antara calon tenaga kerja dengan pemberi kerja; Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 10 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 11

9 iii. Perjanjian penempatan tenaga kerja antara calon tenaga kerja dengan LPTKS/BKK; iv. Rekomendasi dari Dinas/Kantor yang mem-bidangi ketenagakerjaan Kabupaten/Kota daerah penerima bagi penempatan TK. c. Penempatan tenaga kerja antar Negara (AKAN) Penempatan tenaga kerja AKAN dilaksanakan berdasarkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. 5. Pelaporan Pelaporan dibuat berjenjang dan hirarkhis, meliputi : a. Pencari kerja terdaftar; b. Lowongan terdaftar; c. Pencari kerja yang telah ditempatkan; d. Penghapusan pendaftaran pencari kerja dan lowongan kerja. Laporan dibuat dan disampaikan setiap bulan. 6. Sanksi-Sanksi a. Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan Lembaga penempatan tenaga kerja swasta, hanya dapat memungut biaya penempatan tenaga kerja dari pengguna tenaga kerja dan dari tenaga kerja golongan dan jabatan tertentu. Sanksi administratif berupa : 1. teguran; 2. peringatan tertulis; 3. pembatasan kegiatan usaha; 4. pembekuan kegiatan usaha; 5. pembatalan persetujuan; 6. pembatalan pendaftaran; 7. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; 8. pencabutan ijin. b. Pelanggaran ketentuan kewajiban pelaksana penempatan tenaga kerja untuk memberikan perlindungan sejak rekrutmen sampai penempatan tenaga kerja, dan kewajiban pemberi kerja dalam mempekerjakan tenaga kerja untuk memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja, dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp ,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp ,00 (empat ratus juta rupiah). Tindak pidana tersebut merupakan tindak pidana pelanggaran. c. Pelanggaran ketentuan kewajiban lembaga penempatan tenaga kerja swasta dalam melaksanakan pelayanan penempatan tenaga kerja memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk, dapat dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp ,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp ,00 (seratus juta rupiah). Tindak pidana dimaksud merupakan tindak pidana pelanggaran. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 12 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 13

10 d. Pelanggaran ketentuan Lembaga penempatan tenaga kerja swasta, hanya dapat memungut biaya penempatan tenaga kerja dari pengguna tenaga kerja dan dari tenaga kerja golongan dan jabatan tertentu, dapat dikenakan sanksi pidana denda paling sedikit Rp ,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). Tindak pidana dimaksud merupakan tindak pidana pelanggaran. B. BURSA KERJA KHUSUS 1. Pengertian Bursa Kerja Khusus (BKK) adalah sebuah lembaga yang dibentuk di Lembaga Pendidikan Menengah, Lembaga Pendidikan Tinggi, dan Lembaga Pelatihan Kerja sebagai unit pelaksana yang memberikan pelayanan dan informasi lowongan kerja, pelaksana pemasaran, penyaluran dan penempatan tenaga kerja, merupakan mitra Dinas yang membidangi ketenagakerjaan. 2. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai sub sistem pendidikan nasional yang bertanggungjawab dalam penyiapan SDM tingkat menengah yang handal, berorientasi kepada kebutuhan pasar harus mampu mengembangkan inovasi untuk mempengaruhi perubahan kebutuhan pasar sehingga dapat mewujudkan kepuasan pencari kerja. BKK SMK merupakan salah satu komponen penting dalam mengukur keberhasilan pendidikan di SMK, karena BKK menjadi lembaga yang berperan mengoptimalkan penyaluran tamat an SMK dan sumber informasi untuk pencari kerja. Pemberdayaan BKK SMK merupakan salah satu fungsi dalam manajemen sekolah yaitu sebagai bagian pembinaan terhadap proses pelaksanaan kegiatan BKK SMK yang telah direncanakan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan SMK. BKK SMK merupakan salah satu komponen pelaksanaan pendidikan sistem ganda, karena tidak mungkin bisa dilaksanakan proses pembelajaran yang mengarah kepada kompetensi jika tidak ada pasangan industri/usaha kerja, sebagai lingkungan kerja dimana siswa belajar keahlian dan profesional serta etos kerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja. 3. Tujuan a. Sebagai wadah dalam mempertemukan tamatan dengan pencari kerja. b. Memberikan layanan kepada tamatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing seksi yang ada dalam BKK. c. Sebagai wadah dalam pelatihan tamatan yang sesuai dengan permintaan pencari kerja. d. Sebagai wadah untuk menanamkan jiwa wirausaha bagi tamatan melalui pelatihan. 4. Ruang Lingkup Kegiatan a. Penyusunan database siswa lulusan SMK pencari kerja dan perusahaan pencari tenaga kerja dan penelusuran tamatan siswa SMK. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 14 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 15

11 b. Menjaring informasi tentang pasar kerja melalui iklan di media massa, internet, kunjungan ke dunia usaha (industri) maupun kerjasama dengan lembaga penyalur tenaga kerja dan Kementrian yang membidangi ketenagakerjaan. c. Membuat leaflet informasi dan pemasaran lulusan SMK yang dikirim ke dunia usaha/industri yang terkait Kementrian yang membidangi ketenagakerjaan. d. Penyaluran calon tenaga kerja lulusan SMK ke dunia usaha dan industri. e. Melakukan proses tindak lanjut hasil pengiriman dan penempatan tenaga kerja melalui kegiatan penjajakan dan verifikasi. f. Mengadakan program pelatihan ketrampilan tambahan/khusus bagi siswa dan lulusan SMK disesuaikan dengan bidang keahlian yang diperlukan. g. Mengadakan program bimbingan menghadapi tahapan proses penerimaan siswa dalam suatu pekerjaan (wawancara, psikotest). h. Memberikan informasi kepada para ALUMNI ataupun para lulusan SMK lain yang membutuhkan informasi tentang lowongan kerja. 5. Penyaluran dan Penempatan Tamatan Adapun pelaksanaan penyaluran dan penempatan tamatan yang dapat dilakukan BKK SMK adalah : a. Menindaklanjuti kerjasama dengan industri pasangan yang telah menjadi mitra kerja dengan BKK sekolah. b. Melakukan penelusuran alumni dan dimasukkan ke dalam database sekolah. c. Merangkul pengurus Majelis Sekolah yang peduli dengan penempatan tenaga kerja dari alumni. d. Membuat website khusus BKK yang selalu up to date yang dapat di link dengan situs-situs JOB CARRIER. e. Menanamkan jiwa enterpreunership kepada siswa melalui pelatihan ketrampilan untuk menjadi seorang wirausaha (enterpreuneur). 6. Kegiatan Bursa Kerja Khusus a. Merencanakan program kerja hubungan industri setiap program studi. b. Mengadakan pertemuan dengan Ketua Jurusan tentang penempatan siswa-siswi praktek kerja industri. c. Mengadakan koordinasi dengan panitia PSG tentang penempatan siswa-siswi prakerin. d. Mengadakan koordinasi dengan panitia PSG tentang guru monitoring. e. Melakukan proses negosiasi dengan Dunia Usaha/ Dunia Industri dan pemerintah sebagai mitra dalam penempatan siswa-siswi prakerin. f. Menjalin kerjasama (MOU) dengan Dunia Usaha/ Dunia Industri dalam : sinkronisasi kurikulum, Pelatihan dan Penempatan tamatan. g. Pemetaan Dunia Usaha/Dunia Industri. h. Menjalin kerjasama dengan Kementrian yang membidangi ketenagakerjaan tentang pelatihan (Magang) dan penempatan tamatan. i. Membentuk Majelis Sekolah. j. Membuat database penelusuran tamatan baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 16 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 17

12 k. Membentuk Ikatan alumni. l. Membuat mading informasi lowongan kerja. m. Membuat website khusus BKK. n. Membuat Laporan Kegiatan. o. Monitoring dan Evaluasi. C. PERJANJIAN KERJA 1. Pengertian Yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja (PK) adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak (Pasal 1 ayat (14) UU No. 13 Tahun 2003). Dengan adanya perjanjian kerja antara Pekerja dan Pengusaha akan menimbulkan hak dan kewajiban diantara mereka. 2. Hal-hal yang Diperjanjikan Dalam Perjanjian Kerja Perjanjian Kerja akan memuat hal hal sebagai berikut : a. Macam pekerjaan, cara melaksanakannya, jam kerja dan tempat kerja. b. Besarnya upah, tempat dan waktu pembayaran nya dan fasilitas yang disediakan pengusaha bagi pekerja seperti : perumahan, kendaraan, transportasi, DLL. c. Pengobatan : biaya dokter, poliklinik, penggantian, kacamata, biaya bersalin dan lain lain. d. Perjanjian Kerja juga memuat cuti, ijin meninggal kan pekerjaan, hari libur, uang pesangon, DLL. 3. Persyaratan Syarat sahnya perjanjian kerja yang sah, yaitu : a. Adanya suatu persetujuan atau kesepakatan antara kedua belah pihak yang membuat kesepakatan itu artinya bahwa kesepakatan itu dibuat tidak ada unsur paksaan atau tekanan dari salah satu pihak. Pelanggaran atas persyaratan ini maka memungkinkan salah satu pihak dapat menuntut sesuai isi kesepakatan. b. Para pihak yang membuat kesepakatan harus mampu/ cakap. Artinya seseorang harus sudah dewasa, tidak dibawah perwalian dan sehat mental. Dalam hal pihak yang membuat kesepakatan tidak memenuhi ketentuan diatas maka kesepakatan itu dapat dibatalkan. c. Sesuatu yang disepakati harus jelas dan tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan, kesusilaan dan ketertiban umum. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuat Perjanjian Kerja adalah sebagai berikut : a. Dibuat secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia dan tulisan latin. Ini berarti PK itu tidak dapat dibuat hanya bahasa asing atau tidak mengguna kan tulisan latin. b. Tidak boleh disyaratkan adanya masa percobaan untuk perjanjian kerja waktu tertentu. Apabila dipersyarat kan maka masa percobaan tersebut batal demi hukum. c. Dibuat atas kemauan bebas kedua belah pihak tanpa paksaan. Perjanjian kerja waktu tertentu yang dibuat berdasarkan paksaan atau yang dibuat oleh seorang yang tidak mampu atau cakap adalah batal demi hukum. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 18 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 19

13 d. Pihak-pihak yang membuat mempunyai kemam puan dan kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Sehingga anak-anak atau orang dibawah perwalian tidak sah membuat PK. e. Dalam PK waktu tertentu harus jelas pekerjaan tertentu tersebut, dan yang disepakati didalam kesepakatan kerja waktu tertentu tidak dilarang oleh peraturan perundangan atau bertentangan dengan ketertiban umum atau kesusilaan. Perjanjian kerja waktu tertentu hanya diadakan untuk pekerjaan tertentu yang menurut sifat, atau jenis, atau kegiatannya akan selesai dalam waktu tertentu. Pekerjaan sebagaimana dimaksud adalah : a. Yang dikerjakan sekali selesai atau sementara sifatnya. b. Yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu tidak terlalu lama dan paling lama tiga tahun. c. Yang sifatnya musiman atau yang berulang kembali. d. Yang bukan merupakan kegiatan yang bersifat tetap dan tidak terputus-putus. e. Yang berhubungan dengan produk baru atau kegiatan baru atau tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajagan. Dalam perjanjian kerja harus memuat : a. Nama dan alamat Pengusaha dan Perusahaan. b. Nama, alamat, umur, dan jenis kelamin Pekerja. c. Jabatan atau jenis/macam pekerjaan yang disepakati. d. Besarnya upah serta cara pembayaran. e. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban Pengusaha dan Pekerja. f. Jangka waktu berlakunya kesepakatan kerja. g. Tempat dan lokasi kerja. h. Tempat, tanggal perjanjian kerja dibuat, tanggal mulai berlaku dan berakhir serta ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Syarat-syarat kerja yang dimuat dalam perjanjian kerja isinya tidak boleh lebih rendah dari syarat-syarat kerja yang termuat dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama yang berlaku di perusahaan yang bersangkutan. Apabila terdapat perjanjian kerja yang isinya lebih rendah dari peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama maka yang berlaku adalah isi peraturan atau perjanjian kerja bersama. Perjanjian kerja harus dibuat dalam rangkap tiga yang masing-masing untuk Pekerja, Pengusaha dan Kantor Dinas yang membidangi ketenagakerjaan setempat untuk didaftar. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pembuatan perjanjian tersebut dibebankan kepada Pengusaha. Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali atau dirubah kecuali persetujuan kedua belah karena alasan-alasan oleh Undang-Undang dinyatakan cukup untuk dirubah. 4. Jangka Waktu Jangka waktu PK dan pembaharuan PK : a. Perjanjian kerja yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan paling lama dua tahun. Perjanjian tersebut hanya boleh diperpanjang satu kali paling lama dalam waktu yang sama dengan waktu pertama dan jumlahnya tidak boleh melebihi tiga tahun. Apabila perjanjian kerja waktu tertentu akan diperpanjang selambat-lambatnya tujuh hari sebelum Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 20 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 21

14 berakhir, Pengusaha telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada para Pekerja yang bersangkutan untuk memperpanjang perjanjian tersebut. b. Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas pekerjaan tertentu tidak boleh berlangsung lebih dari tiga tahun. c. Perjanjian kerja waktu tertentu yang telah diperbaharui tidak dapat diperpanjang lagi. d. Perjanjian kerja waktu tertentu dinyatakan bertentangan dengan ketentuan yaitu : i. Dibuat dalam bahasa asing atau tidak tulisan latin. ii. Kesepakatan dibuat untuk pekerjaan yang terur menerus. iii. Jangka waktu melebihi ketentuan. Maka kesepakatan kerja waktu tertentu ini menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu. Berakhir perjanjian kerja, apabila : a. Apabila waktu perjanjian telah berakhir atau pekerjaan yang diperjanjikan telah selesai. b. Karena meninggalnya Pekerja yang bersangkutan c. Perjanjian kerja waktu tertentu tidak berakhir karena Pengusaha meninggal kecuali disepakati sebelumnya. d. Apabila Pengusaha meninggal dunia maka ahli waris Pengusaha dapat mengakhiri perjanjian kerja dengan mengajukan izin pemutusan hubungan kerja kepada Pengadilan Hubungan Industrial. e. Perjanjian kerja tidak berakhir karena jatuh pailit. Apabila terjadi kepailitan maka hak-hak Pekerja diselesaikan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. III HAK DAN KEWAJIBAN Persetujuan yang ditanda-tangani oleh buruh/pekerja dan majikan/pengusaha dalam suatu perjanjian kerja, akan melahirkan hak dan kewajiban dari kedua belah pihak. Hak dan kewajiban antara keduanya inilah yang pada dasarnya termuat dalam syaratsyarat kerja. Yang dimaksudkan dengan syarat-syarat kerja adalah segala petunjuk atau aturan yang harus ditata oleh buruh maupun majikan dalam suatu hubungan kerja (Endang Rokhani, 1999 : 1). Syarat kerja ini pada hakekatnya adalah kondisi kerja, yaitu suatu kondisi yang harus dipenuhi, baik oleh pengusaha maupun pekerja untuk mencegah timbulnya perselisihan hubungan industrial maupun kecelakaan kerja. Untuk itu amatlah penting mengetahui hak dan kewajiban kedua belah pihak agar memenuhi ketentuan syarat kerja berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku, antara lain : 1. Upah dan Pengupahan Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan atau dibayarkan menurut PK, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi para pekerja/ buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 22 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 23

15 Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan meliputi : a. upah minimum; b. upah kerja lembur; c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan; d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya; e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; f. bentuk dan cara pembayaran upah; g. denda dan potongan upah; h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional; j. upah untuk pembayaran pesangon; dan k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan. Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum. Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan. Ketentuan dimaksud tidak berlaku, dan pengusaha wajib membayar upah apabila : a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan; b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan; c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah, menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia; d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajiban terhadap negara; e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya; f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha; g. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat; h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan pengusaha; dan i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan. Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit : a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus) dari upah; b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah; c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari upah; dan d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 24 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 25

16 Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk bekerja sebagai berikut : a. pekerja/buruh menikah, dibayar selama 3 (tiga) hari; b. menikahkan anaknya, dibayar selama 2 (dua) hari; c. mengkhitankan anaknya, dibayar selama 2 (dua) hari; d. membaptiskan anaknya, dibayar selama 2 (dua) hari; e. isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar selama 2 (dua) hari; f. suami/isteri, orang tua/mertua, anak/menantu mening gal dunia, dibayar selama 2 (dua) hari; dan g. anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk selama 1 (satu) hari. Pengaturan pelaksanaan ketentuan dimaksud ditetapkan dalam PK, PP, atau PKB. Sistem pembayaran upah didasarkan atas status pekerja : a. Upah harian berlaku untuk pekerja yang berstatus harian, baik harian tetap maupun harian lepas. b. Upah bulanan, yaitu sistim pembayaran upah yang diberlakukan terhadap pekerja yang berstatus bulanan atau yang menurut PK dibayarkan secara bulanan. c. Upah Borong diberlakukan kepada pekerja yang melakukan pekerjaan dalam ukuran satuan atau volume barang/jasa yang dihasilkan. Dalam hal ini, upah sering tidak dapat dipisahkan dengan status pekerja (borong, bulanan, harian, kontrak, musiman dan lain-lain). Sistim pembayaran upah, harus memenuhi ketentuan yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah, antara lain : a. Upah harus dibayarkan langsung kepada pekerja. b. Berbentuk uang, kecuali untuk sebagian dapat diganti dengan bentuk lain selain minuman keras, obat obatan atau bahan obat (maksimal 25 %). c. Pembayaran dilakukan dengan alat pembayaran yang sah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. d. Pembayaran dilakukan ditempat dimana pekerja melakukan pekerjaan, kecuali ada perjanjian lain. e. Pembayaran dilakukan paling cepat seminggu sekali dan selambat-lambatnya sebulan sekali. Khusus untuk upah minimum, hanya berlaku bagi mereka yang masa kerjanya kurang dari satu tahun, sementara untuk mereka yang masa kerjanya lebih dari 1 tahun perlu dilakukan melalui perundingan atau kesepakatan. 2. Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Waktu kerja adalah 7 (tujuh) jam perhari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, dan 8 (delapan) jam perhari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Selebihnya adalah jam kerja lembur, dengan ketentuan lembur sehari tidak boleh lebih dari 3 (tiga) jam dan 14 (empat belas) jam seminggu, dan ada persetujuan dari pekerja/buruh yang bersangkutan. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja tersebut, wajib membayar upah kerja lembur. Waktu Istirahat dan Cuti : a. Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 26 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 27

17 b. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; c. Cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan d. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masingmasing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun. Dengan ketentuan : pelaksanaan waktu istirahat tahunan diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama, hak istirahat panjang hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu (diatur dengan Keputusan Menteri), dan setiap pekerja/buruh yang menggunakan hak waktu istirahat berhak mendapat upah penuh. Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi. Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh untuk bekerja pada hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan (diatur dengan Keputusan Menteri) tersebut harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus-menerus atau pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/ buruh yang melakukan pekerjaan pada hari libur resmi wajib membayar upah kerja lembur. 3. Jaminan Sosial Dalam rangka memberikan perlindungan dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, juga dilaksanakan melalui program jaminan sosial di perusahaan. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dalam pelaksanaan program jaminan sosial, penyelenggara program jaminan sosial adalah : a. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, untuk program : i. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK); adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. ii. Jaminan Kematian (JKM); adalah manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja. iii. Jaminan Hari Tua (JHT); adalah manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap. iv. Jaminan Pensiun, adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidup an yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 28 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 29

18 b. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, untuk : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. 4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K 3) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat kerja, serta begitu pula bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya. 5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan : a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus; b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya; d. pekerja/buruh menikah; e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya; f. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahan, atau perjanjian kerja bersama; g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama; h. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan; i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan; j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan. Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan alasan dimaksud batal demi hukum dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja/buruh yang bersangkutan. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 30 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 31

19 Pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Penetapan dimaksud tidak diperlukan dalam hal : a. pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bila mana telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya; b. pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali; c. pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundangundangan; atau d. pekerja/buruh meninggal dunia. Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud batal demi hukum. Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala kewajibannya. Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud berupa tindakan skorsing kepada pekerja/buruh yang sedang dalam proses pemutusan hubungan kerja dengan tetap wajib membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerja/buruh. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. 6. Perlindungan Pekerja Perempuan Secara kodrati perempuan memiliki berbagai keadaan fisiologis yang berbeda dengan laki-laki, sehingga pekerja perempuan harus mendapatkan perlindungan dan perlakuan sebagi perempuan seutuhnya dalam pekerjaan dengan memperhatikan harkat, martabat dan kodratnya dalam melakukan peran gandanya. Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan meliputi : a. Kerja Malam Wanita : Kerja malam wanita dimungkinkan karena adanya proses produksi yang terus menerus, pekerjaan yang bertimbuntimbun dan harus segera dilakukan. Ketentuan mengenai larangan kerja bagi wanita pada malam hari dimaksudkan agar pekerja wanita dapat memenuhi tugas-tugasnya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Larangan bekerja pada malam hari diatur dalam Undang-undang No. 13 Thn 2003 pasal 76 : i. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul sampai dengan pukul ii. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul sampai dengan pukul 07.00, iii. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul sampai dengan pukul wajib : memberikan makanan dan minuman Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 32 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 33

20 bergizi; dan menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. iv. Selain itu pengusaha wajib menyedia kan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul sampai dengan pukul b. Cuti Haid : Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 pasal 81 : i. Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid ; ii. Pelaksanaan ketentuan dimaksud diatur dalam Perjanjian Kerja (PK), Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB). c. Istirahat Melahirkan dan Gugur Kandung : Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja wanita dan anaknya diberikan istirahat melahirkan sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 pasal 82 : Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahir kan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. Pasal ini dimaksudkan menjamin waktu istirahat bagi pekerja perempuan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan ibu dan anaknya. Tetapi jika menurut dokter dalam waktu yang telah ditentukan ternyata kondisi kesehatannya tidak/belum memungkinkan maka dapat diperpanjang selama-lamanya 3 bulan sebelum saat pekerja wanita tersebut melahirkan. Hal yang perlu diperhatikan mengenai istirahat melahir kan/gugur kandung ini adalah bahwa buruh wanita tersebut tidak dapat di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) oleh perusahaan dan mendapat upah dan istirahat tersebut tidak dipotong dengan cuti tahunan. d. Kesempatan Menyusui Anak : Dalam Undang-undang nomor 13 Tahun 2003 pasal 83 menyebutkan pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja. Yang dimaksud dengan kesempatan sepatutnya adalah lamanya waktu yang diberikan kepada pekerja/ buruh perempuan untuk menyusui bayinya, apabila hal itu perlu dilakukan selama waktu kerja. Perusahaan yang mempekerjakan perempuan disarankan untuk menyediakan tempat penitipan anak, dimana pada saat-saat tertentu pekerja perempuan dapat menyusui anaknya, tetapi harus mempertimbangkan atau memperhatikan kondisi dan kemampuan perusahaan. e. Penanggulangan Anemia Gizi : Pekerja perempuan merupakan kelompok yang rentan terhadap kasus Anemia Gizi (kekurangan zat besi), karena sesuai dengan kodratnya pekerja perempuan mengalami haid, kehamilan dan menyusui bayi. f. Penghapusan Diskriminasi : Diskriminasi pada dasarnya memiliki pengertian yang bersifat universal, dan sering diartikan sebagai perbedaan perlakuan. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 34 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 35

21 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dalam Bab III pasal 5 menyebutkan : Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. Kemudian dalam pasal 6 menyebutkan : Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha, menjamin hak yang sama antara laki-laki dan wanita dalam melakukan pekerjaan : i. Hak mendapatkan pekerjaan sebagai hak azasi. ii. Kesempatan kerja yang sama dalam penerimaan pegawai. iii. Hak memilih dengan bebas profesi & pekerjaan. iv. Hak menerima upah yang sama dengan pekerja lakilaki untuk pekerjaan yang sama nilainya. v. Hak atas jaminan sosial khususnya dalam pensiun, sakit, cacat, hari tua/usia lanjut, cuti yang harus dibayar. Penghapusan Diskriminasi dalam Pengupahan. Pemerintah telah meratifikasi Konvensi ILO No. 100 tahun 1954 dengan Undang-Undang Nomor 80 tahun 1957 tentang Pengupahan yang sama antara pekerja laki-laki dan perempuan Pengusaha dilarang mengadakan diskrimi nasi dalam menetapkan upah antara laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya. Ketentuan lain yang mengatur larangan diskriminasi di bidang pengupahan antara laki-laki dan wanita tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1981 pasal 3 mengenai Perlindungan Upah. Penghapusan Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan. Pemerintah telah meratifikasi Konvensi ILO No. 111 yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang nomor : 21 tahun 1999 mengenai diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan disebutkan bahwa istilah Diskriminasi meliputi setiap perbedaan, pengecualian atau pengutamaan atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, keyakinan politik, kebangsaan atau asal usul sosial yang berakibat meniadakan dan mengurangi persamaan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan. Kemudian disebutkan bahwa istilah pekerjaan dan jabatan meliputi juga kesempatan mengikuti pelatihan, ketrampilan memperoleh pekerjaan dan jabatan tertentu dan syaratsyarat serta kondisi kerja. A. BURUH/PEKERJA 1. Kewajiban Pekerja/Buruh Sebelum mendapatkan haknya, sudah tentu pekerja/ buruh harus menjalankan kewajibannya sebagai pekerja/ buruh yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja (PK), Peraturan Perusahaan (PP), dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), maupun peraturan perundang-undangan bidang ketenagakerjaan. Kewajiban tersebut antara lain : a. Melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan perjanjian dan kemampuan. b. Melaksanakan tugas dan pekerjaannya tanpa ban tuan orang lain kecuali diijinkan oleh pengusaha. c. Mentaati segala peraturan kerja dan peraturan tata tertib yang berlaku di perusahaan. Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 36 Buku Panduan Perlindungan Penempatan TK AKAD Page 37

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB X PERLINDUNGAN, PENGUPAHAN, DAN KESEJAHTERAAN Bagian Kesatu Perlindungan Paragraf 1 Penyandang Cacat Pasal 67 1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1990, 2016 KEMENAKER. Penempatan Tenaga Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB I KETENTUAN U M U M UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG K E T E N A G A K E R J A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; DASAR HUKUM * UUD 1945, pasal 28 D ayat (2) : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Kepala

Lebih terperinci

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XII PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 150 Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 171 Barangsiapa : a. tidak memberikan kesempatan yang sama kepada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERLINDUNGAN BURUH/PEKERJA INFORMAL DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IX) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) copyright by Elok Hikmawati 1 PENGUPAHAN Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

Lebih terperinci

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Oleh: Arum Darmawati Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Hukum Ketenagakerjaan Seputar Hukum Ketenagakerjaan Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan Hubungan Kerja (Perjanjian

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XIII) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) copyright by Elok Hikmawati 1 Pemutusan Hubungan Kerja Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.07/MEN/IV/2008 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN Industrial Relation in Indonesia UU No. 13, Tahun 2003 HRM - IM TELKOM 1 DEFINISI KETENAGAKERJAAN. Segala yang berhubungan dengan tenaga kerja pada saat sebelum, selama, dan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H. 1 2 3 4 58 Dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan PKWT Jangka Waktu 5 59 ayat 4 hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka Kontrak waktu paling lama 1 (satu) tahun Outsourcing hanya untuk

Lebih terperinci

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 PENGUSAHA PEMERINTAH UU NO 13 TAHUN 2003 UU KETENAGAKERJAAN PEKERJA MASALAH YANG SERING DIHADAPI PENGUSAHA - PEKERJA MASALAH GAJI/UMR MASALAH KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN (UNDANG UNDANG No : 13 TAHUN 2003) PERLINDUNGAN 1.PENYANDANG CACAT 1. ANAK 2. PEREMPUAN 3. WAKTU KERJA 4. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1 1 PENYANDANG CACAT

Lebih terperinci

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 25/1997, KETENAGAKERJAAN *10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan Hubungan Kerja Suatu langkah pengakhiran hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha karena suatu hal tertentu. Pasal 1 angka 25 UU Ketenagakerjaan: Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 1 SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN)

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI TENGGARA WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG TENAGA KERJA LOKAL

PROVINSI SULAWESI TENGGARA WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG TENAGA KERJA LOKAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa pemberdayaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Jam Kerja, Cuti dan Upah Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Tujuan Pembelajaran Mengenal peraturan yang terkait dengan jam kerja, cuti dan upah Waktu Kerja Watu Istirahat Waktu Kerja

Lebih terperinci

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat

Lebih terperinci

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu htm

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu htm Page 1 of 49 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2017 WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN

Lebih terperinci

TENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing;

TENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing; LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 183 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TENGAH, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan semangat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN. Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN. Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN Direktorat Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak 1 KONDISI SAAT INI U U 13-2003 Pengawasan NK A (Act) P (Plan) Terlindunginya hak-hak pekerja C (Check)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH MURUNG RAYA NOMOR : 22 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH MURUNG RAYA NOMOR : 22 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH MURUNG RAYA NOMOR : 22 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Menimbang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Menimbang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAAN

UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAAN BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB VII BAB VIII BAB IX BAB X BAB XI BAB XII BAB XIII BAB XIV BAB XV BAB XVI BAB XVII BAB XVIII KETENTUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB IX HUBUNGAN KERJA Pasal 50 Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Pasal 51 1. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.154, 2015 KESRA. Jaminan Sosial. Kecelakaan Kerja. Kematian. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5714). PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) * * Pasal 150 UUK *Mencakup pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum baik swasta, pemerintah,

Lebih terperinci

Perselisihan dan Pemutusan. hubungan kerja. berhak memutuskannya dengan pemberitahuan pemutusan BAB 4

Perselisihan dan Pemutusan. hubungan kerja. berhak memutuskannya dengan pemberitahuan pemutusan BAB 4 BAB 4 Perselisihan dan Pemutusan Hubungan Kerja 1. Perselisihan dan Pemutusan Hubungan Kerja Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi

Lebih terperinci

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN BAB I PENGUPAHAN Pasal 1 SISTEM PENGUPAHAN 1. Hak untuk menerima gaji timbul pada saat adanya

Lebih terperinci

WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN 1 SALINAN WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003 1 42 ayat 1 Tenaga Kerja Asing wajib memiliki izin tertulis dari menteri/pejabat Pidana Penjara 1 ~ 4 Tahun 42 ayat 2 Pemberi kerja perorangan dilarang mempekerjakan orang asing Pidana Penjara 1 ~ 4 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan peranan dan kedudukan bidang

Lebih terperinci

WALAIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALAIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALAIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Tenaga Kerja 2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN

NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA Menimbang : a. PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2099, 2014 KEMENAKER. Peraturan Perusahaan. Pembuatan dan Pendaftaran. Perjanjian Kerja Sama. Pembuatan dan Pengesahan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

Tujuan UUK adalah kesejahteraan tenaga kerja: Memperoleh, meningkatkan, mengembangkan kompetensi kerja.

Tujuan UUK adalah kesejahteraan tenaga kerja: Memperoleh, meningkatkan, mengembangkan kompetensi kerja. UU No. 13 / 2003 Tujuan UUK adalah kesejahteraan tenaga kerja: Kesempatan memperoleh pekerjaan. Perlakuan yang sama dari pengusaha. Memperoleh, meningkatkan, mengembangkan kompetensi kerja. Kesempatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak.

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG JASA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN SWASTA Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor: PER-03/MEN/1996

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PREDISEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PREDISEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PREDISEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Penyandang Cacat Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA DALAM PERJANJIAN KERJA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA DALAM PERJANJIAN KERJA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA DALAM PERJANJIAN KERJA Imas Rosidawati Wiradirja Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No.530 Bandung, Indonesia. (022) 7507421, E-mail: i_rosida_df@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa sistem pengupahan yang berlaku sekarang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANA TORAJA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

STANDARISASI PEMUTUSAN

STANDARISASI PEMUTUSAN STANDARISASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DI PERUSAHAN Oleh : Ayu, Puput, Vitariai Badai, Habib, Yanuar Rizki Latar Belakang Penciptaan Lapangan Pekerjaan Indikator Ketenagakerjaan Krisis Ekonomi Global Pemutusan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 29 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DALAM NEGERI DAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG MENTERI KETENAGAKERJAAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PUBLIKDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sistem pengupahan yang berlaku sekarang ini sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, sehingga

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3702) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBIK INDONESIA NOMOR : PER.07/MEN/IV/2008 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBIK INDONESIA NOMOR : PER.07/MEN/IV/2008 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBIK INDONESIA NOMOR : PER.07/MEN/IV/2008 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM KETENAGAKERJAAN KETIDAKSUAIAN PENGUPAHAN KERJA LEMBUR

MAKALAH HUKUM KETENAGAKERJAAN KETIDAKSUAIAN PENGUPAHAN KERJA LEMBUR MAKALAH HUKUM KETENAGAKERJAAN KETIDAKSUAIAN PENGUPAHAN KERJA LEMBUR DISUSUN OLEH : TEGUH SANTOSO (13.11.106.701201.1711) M. BACHRUL ULUM (13.11.106.701201.1712) M. ADITYA (13.11.106.701201.1713) ARIEF

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa tenaga kerja mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum pada dasarnya tidak membedakan antara pria dan perempuan, terutama dalam hal pekerjaan. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi

Lebih terperinci

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja waktu tertentu. Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya

Lebih terperinci

NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PREDISEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA DAN HAK-HAK PEREMPUAN. Istilah Pekerja/ Buruh muncul untuk menggantikan istilah Buruh pada zaman

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA DAN HAK-HAK PEREMPUAN. Istilah Pekerja/ Buruh muncul untuk menggantikan istilah Buruh pada zaman BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA DAN HAK-HAK PEREMPUAN A. Tinjauan Umum Mengenai Pekerja 1. Pengertian Pekerja, Pengusaha, dan Perusahaan Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan patokan patokan perilaku, pada kedudukan kedudukan tertentu dalam masyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang: bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN PURWAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG TENTANG KETENAGAKERJAAN BAB I KETENTUAN UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG TENTANG KETENAGAKERJAAN BAB I KETENTUAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG TENTANG KETENAGAKERJAAN BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SP MDF FSPMI Klari ~ Karawang PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 98 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) NON PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA UU No 21/2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh UU No 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan UU No 2/2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial UNTUK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional di laksanakan dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2015 SALINAN 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci