Musim kering yang panjang, mengeringkan segala yang berada di atas permukaan bumi, menjadi masa yang sengsara bagi para petani dusun.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Musim kering yang panjang, mengeringkan segala yang berada di atas permukaan bumi, menjadi masa yang sengsara bagi para petani dusun."

Transkripsi

1 Pegunungan itu jelas memperlihatkan sentuhan musim kering yang berkepanjangan. Pohon-pohon kehilangan banyak daunnya, bahkan ada di antara pohon-pohon yang gundul. Cabang dan rantingnya mencuat kering ke sana sini. Sebatang pohon besar nampak menyendiri di antara pohon-pohon yang layu. Pohon ini nampak masih hijau segar. Mungkin karena akar-akarnya sudah mencari air jauh di bawah permukaan tanah yang kering kerontang itu. Sawah dan ladang terpaksa dibiarkan menganggur setelah dicangkuli, nampak terbuka dan dengan sabar menanti datangnya air hujan. Kalau angin berhembus kuat, nampak debu mengepul di permukaan tanah. Matahari bersinar teriknya, dan sedikit gumpalan-gumpalan awan putih tidak menjanjikan hujan yang di nanti-nanti itu. Anak-anak sungai tidak ada airnya dan dasarnya yang masih agak basah itu dipenuhi rumput-rumput. Beberapa ekor kerbau yang ramping kurus mencoba untuk makan rumput yang tumbuh di tengah anak sungai. Seorang laki-laki setengah tua yang sama kurusnya meniru usaha kerbau-kerbau itu, mencabuti rumput hijau. Untuk dimakan! Daripada mati kelaparan, terutama bagi anaknya yang masih kecil di rumah, diambilnyalah apa saja yang masih hijau dan masih hidup, untuk dimasak dan dimakan! Jauh di atas, beberapa ekor burung beterbangan. Mereka itu lebih beruntung karena dengan sayap mereka, mereka mampu terbang jauh untuk mencari makanan. Banyak serangga keluar dari sarang mereka di bawah tanah untuk mencari makanan yang amat kurang bagi mereka dan seranggaserangga ini menjadi makanan burung. Musim kering yang panjang, mengeringkan segala yang berada di atas permukaan bumi, menjadi masa yang sengsara bagi para petani dusun. Dusun Ki-ceng di kaki pegunungan itu dilanda malapetaka musim kering yang panjang. Banyak penduduk yang mati karena kelaparan. Satu-satunya sumber air yang berada di dusun itu masih mengeluarkan air, akan tetapi hanya sepersepuluh dari biasanya. Air yang mengucur kecil inilah yang setiap hari dibuat rebutan penduduk dusun. Hanya sekedar untuk minum. Tubuh yang kurus kering dengan pakaian compang-camping itu kulitnya kelihatan kering dan dimakan kutu penyakit gatal. Perut Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 1

2 anak-anak membesar walaupun kaki tangannya mengecil, tanda dari busung lapar. Memang ada beberapa orang kaya di dusun itu, yang menjadi tuan-tuan tanah. Namun mereka sama sekali tidak memperdulikan keadaan rakyat di sekitar mereka. Mereka menutup pintu gudang yang penuh beras dan gandum itu rapat-rapat. Kalaupun ada yang mau menolong, tentu ada pamrihnya. Yang memiliki anak gadis cantik dan bersih, ditolong dengan menyerahkan gadisnya kepada si hartawan untuk di tukar dengan beberapa karung gandum atau beras. Keluarga Si Cun termasuk satu di antara para keluarga miskin itu. Si Cun sudah berusia limapuluh tahun dan isterinya beberapa tahun lebih muda daripada dia. Keluarga ini mempunyai tiga orang anak, yang pertama seorang anak perempuan dan yang dua orang lagi anak laki-laki. Anak perempuan itu bernama Si Kiok Hwa, anak kedua bernama Si Leng dan yang ketiga bernama Si Kong, karena sudah tidak dapat lagi memperoleh makanan, maka ketika Hartawan Lui yang tertarik kepada kecantikan Kiok Hwa menurunkan bantuan, Si Cun terpaksa menyerahkan Kiok Hwa untuk menjadi selir hartawan itu, menukarnya dengan lima karung beras. Sungguh patut dikasihani nasib Kiok Hwa yang baru berusia enambelas tahun itu. Ia dipaksa menyerahkan dirinya kepada Hartawan Lui yang usianya hampir tujuhpuluh tahun itu. Akan tetapi ia menerima nasib. Kalau ia tidak mau, berarti ia sekeluarga akan mati kelaparan. Lima karung beras itu hanya bertahan beberapa bulan saja. Dan tak mungkin mengharapkan uluran tangan dari Kiok Hwa. Anak perempuan itu seakan-akan telah mati bagi keluarga Si, karena dilarang keluar, apalagi memberikan apa-apa kepada keluarganya. Pada suatu hari, Si Leng, anak yang kedua itu, tidak pulang kerumah. Tentu saja ayah ibunya dan Si Kong yang baru berusia sepuluh tahun menjadi bingung dan mencari kemana-mana. Akhirnya beberapa orang tetangga datang menggotong Si Leng yang berusia empatbelas tahun itu dalam keadaan sudah tak bernyawa lagi. Menurut cerita para tetangga, Si Leng hendak mencuri di rumah Hartawan Lui, naik kepagar tembok dan ketahuan penjaga yang mengejarnya dan membacoknya dengan golok sehingga anak itu tewas! Si Cun sekeluarga menangis dan meratapi kematian anak mereka. Mereka tahu benar bahwa Si Leng pergi kesana bukan untuk mencuri, melainkan untuk menemui kakak perempuannya dan minta bantuan. Untuk masuk melalui pintu depan tentu tidak mungkin dan akan diusir para tukang pukul. Maka dia naik ke pagar tembok dengan harapan bertemu dengan encinya di bagian belakang gedung itu. Akan tetapi nasibnya buruk dan dia ketahuan tukang pukul, dituduh mencuri dan dibunuhnya! Si Cun tidak berdaya. Mau melapor kemana? Yang berwajib di dusun itu adalah Lurah Ciu. Dan lurah ini tentu akan menyalahkan Si Leng yang dituduh mencuri dan memarahi Si Cun yang dikatakan tidak dapat mendidik anaknya. Kiok Hwa yang berada di gedung Hartawan Lui itupun mendengar tentang adiknya yang terbunuh karena meloncati pagar tembok, akan tetapi iapun hanya dapat menangisi kematian adiknya itu, tak dapat berbuat apa-apa. Dalam keadaan terhimpit itu, Si Cun terpaksa menggadaikan sawahnya kepada Hartawan Boan, seorang hartawan lain di dusun Ki-ceng. Dia memperoleh hanya sepuluh tael perak dan hutangnya itu dibebani bunga yang tinggi, sepuluh prosen sebulan. Tanah itu menjadi milik hartawan Boan sampai Si Cun dapat mengembalikan utangnya berikut bunganya. Uang sepuluh tael perak itu dibelikan beras, akan tetapi keluarga yang hanya tinggal tiga orang ini setiap hari harus makan bubur yang banyak airnya, itupun dibagi-bagi di antara tiga orang itu. Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 2

3 Ketika hujan mulai turun, uang itupun habis. Untuk mengembalikan uang yang sudah menjadi dua puluh tael itu tentu saja Si Cun tidak sanggup. Dan karena tanahnya dikuasai hartawan Boan, terpaksa Si Cun bekerja kepada tuan tanah sebagai buruh tani! Dia mulai mencangkul tanah miliknya sendiri menjadi buruh tani. Curahan keringatnya untuk menyuburkan hasil sawah itu hasilnya bukan untuk dia, melainkan untuk tuan tanah Boan dan dia hanya kebagian sepersepuluh bagian. Hanya bisa pas saja untuk makan setiap harinya, dan tidak ada sisa untuk ditabung sebagai pembayar utang. Dengan sendirinya, hutang itu makin menumpuk, tertimbun bunganya sehingga setahun kemudian, hutang sudah menjadi berlipat ganda! Si Cun kehilangan anak gadisnya, kehilangan anak kedua, dan kehilangan sawahnya pula! Setiap malam Si Cun dan isterinya merenungi nasib mereka dan air mata Nyonya Si Cun sampai habis terkuras karena setiap malam menangis. Mereka bertiga bekerja di sawah dari pagi sampai petang. Bahkan Si Kong yang baru berusia sepuluh tahun itupun membantu mencangkul di sawah. Kehidupan manusia di dunia ini teramat janggal, teramat tidak adil. Si kaya memiliki makanan, pakaian dan rumah yang berlebihan. Sedangkan si miskin yang tinggal di sebelah rumahnya, demikian melaratnya sehingga untuk makan saja tidak cukup! Malaskah si miskin itu? Sama sekali tidak. Bahkan mereka bekerja keras siang malam untuk sekedar bertahan hidup. Menyedihkan memang. Apalagi melihat si kaya membeli barang-barang mewah yang tidak perlu. Padahal, uang yang dihamburkan itu dapat menghidupi banyak keluarga miskin. Lebih menyedihkan lagi kalau banyak sekali uang dihamburkan untuk membeli senjata untuk mempertahankan diri. Padahal, uang untuk membeli senjata itu akan menghidupkan suatu bangsa yang sedang dilanda kemiskinan. Alangkah baiknya kalau dalam kehidupan ini manusia saling menolong, bangsa saling menolong sehingga tidak akan terjadi permusuhan. Alangkah indahnya kalau sinar kasih menyelimuti kehidupan kita, bukan permusuhan, dendam dan kebencian! Musim kering telah lewat. Sawah ladang nampak hijau segar. Lautan daun padi nampak menghijau dan kalau angin bertiup daun-daun itu seperti menari-nari, merayakan musim panen yang segera tiba. Akan tetapi semua yang serba indah itu bagaikan ejekan bagi keluarga Si. Sewaktu mereka bertiga menjaga sawah yang mulai berbuah, mereka merenungi nasib mereka, seakan tenggelam dalam lautan menghijau itu. Dengan bekerja keras tak mengenal lelah, Si Cun dan isterinya akhirnya dapat juga memetik hasilnya. Biarpun hanya memperoleh sepuluh bagian, namun karena hasil sawahnya banyak sekali, mereka dapat menjual hasil itu dan mengembalikan hutang kepada Hartawan Boan sebanyak duapuluh lima tael. Sawah itu kembali kepada mereka! Hidup mereka tetap miskin, sisa hasil sawah yang dijual dapat menahan mereka dari ancaman kelaparan, akan tetapi mereka harus berhemat. Makan dikurangi, pakaianpun tidak membeli melainkan memakai satu-satunya pakaian yang melekat di badan! Kalau sedang mencuci pakaian, mereka hanya menggunakan selimut butut untuk menutupi tubuh mereka yang telanjang. Pengalaman pahit membuat seseorang menjadi kebal dan pengalaman itu tidak terasa pahit lagi. Makan sedikit bubur dengan garam tidak mendatangkan kesedihan bagi orang yang sudah terbiasa dengan makanan itu. Kehidupan yang keras dan sulit tertanam dalam-dalam di jiwa Si Kong sehingga anak ini dapat mandiri dalam usianya yang baru sepuluh tahun. Dia menjadi seorang anak yang tabah dan tidak cengeng. Dia seolah lupa lagi untuk menangis karena di waktu kecilnya sudah terlalu banyak Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 3

4 menangis. Tubuhnya pun menjadi kokoh kuat, tulang-tulang mengeras dan daya tahannya luar biasa. Dia mampu mencangkul sehari penuh tanpa istirahat dan hanya makan semangkok bubur encer! Kemalangan bagi seorang manusia kadang datang secara bertubi-tubi. Baru saja keadaan keluarga Si sedikit membaik, tanahnya sudah kembali kepada mereka, timbul wabah penyakit di dusun Ki-ceng. Di antara orang-orang yang terkena penyakit ini, termasuk Si Cun dan isterinya! Karena keadaan, maka penghidupan mereka tidak dapat disebut bersih. Dan inilah yang membuat mereka kejangkitan wabah penyakit itu. Dan dalam waktu sepekan saja, Si Cun dan isterinya berturut-turut meninggal dunia! Dunia rasanya kiamat bagi Si Kong yang baru berusia sepuluh tahun itu! Bagi Si Kong dan mungkin kebanyakan orang, peristiwa itu dianggap keterlaluan seolah Tuhan tidak adil! Tentu karena manusia hanya melihat segi lahiriahnya saja! Tuhan Maha Adil! Hanya jalan yang di tempuh Tuhan untuk menentukan sesuatu itu rahasia besar bagi kita, tidak terjangkau oleh akal pikiran kita. Bagi kita hanya ada satu sikap. Yaitu, berikhtiar sekuat dan sebaik mungkin, akan tetapi menerima kenyataan dan keadaan dengan pasrah dan menguatkan iman kita bahwa apa yang Tuhan kehendaki semua terjadilah! Dan semua itu terjadi dengan benar dan adil. Mengapa terjadi begini atau mengapa terjadi begitu, berada di luar kekuasaan kita. Hukum Karma tidak akan pernah menyimpang seujung rambutpun. Dan kita harus menerimanya penuh kepasrahan, ikhlas dan dengan iman yang kuat akan kekuasaan, kebesaran dan kebenaran Tuhan! Atas nasihat para tetangga, Si Kong terpaksa menjual sawah dan rumah gubuknya, untuk membiayai pemakaman ayah ibunya. Dia menggunakan uang penjualan sawah dan rumah itu membeli peti mati dan semua keperluan sembahyang, kemudian dilayat oleh para tetangga, ayah ibunya dikuburkan secara sederhana. Semua tetangga yang melayat sudah meninggalkan tanah kuburan itu, akan tetapi Si Kong tidak mau pergi. Beberapa tetangga mencoba untuk membujuknya, akan tetapi Si Kong berkeras tidak mau pergi sehingga akhirnya orang meninggalkannya di depan sepasang makam itu. Si Kong mendekam berlutut di depan kuburan ayah ibunya sambil menangis. Suaranya sampai habis dipakai menangis sejak kemarin. Dia merasa berduka dan nelangsa sekali. Kini dia hidup seorang diri, yatim piatu. Satu-satunya saudaranya hanyalah Si Kiok Hwa, namun encinya itu telah dipenjara dalam gedung Hartawan Lui, tidak dapat dijumpainya. Bahkan mungkin encinya itu tidak tahu akan kematian orang tuanya. Si Kong terus mendekam dengan menyentuh tanah. Perut lapar, seluruh tubuh lemah lunglai, tidak dirasakan lagi. Kalau mungkin dia tidak akan bangkit lagi selamanya, ingin berada di situ bersama makam ayah bundanya yang tercinta. Akhirnya, tubuhnya yang tidak kuat dan diapun tergolek pingsan. *** Hujan turun malam itu. Malam gelap pekat, hanya kadang-kadang ada cahaya kilat menerangi permukaan bumi, meninggalkan bayang-bayang raksasa pohon yang menyeramkan. Tanah kuburan itu menjadi tempat yang mengerikan! Karena tubuhnya disiram air hujan, Si Kong siuman dari pingsannya. Tubuhnya terasa lemas dan Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 4

5 begitu siuman, dia teringat kepada ayah ibunya. Ayah..! Ibu..! Bawalah aku., aku ikut! dia menangis dan berteriak-teriak. Kalau ada orang mendengarkan suara itu di tengah malam hujan di pekuburan, tentu mengira suara iblis. Setelah menangis dan berteriak-teriak sampai suaranya habis, Si Kong lalu bangkit. Dia memandang ke arah dua gundukan tanah itu dan baru sadar sepenuhnya apa yang telah terjadi. Ayah ibunya telah mati, telah dikubur dan tidak mungkin membawanya. Dia harus pulang, akan tetapi pulang kemana? Rumahnya telah dijual, uangnya untuk biaya penguburan. Sisanya hanya tinggal beberapa keping saja di saku bajunya yang basah kuyup. Dia menggigil dan menatap dua makam itu. Ayah.. ibu.. bagaimana dengan aku ini? kembali dia menubruk makam itu dan menangis sambil memeluk dan rebah menelungkup di atas makam ibunya. Dia pingsan lagi! Mengenang masa lampau, takut menghadapi masa depan, menimbulkan duka. Apabila kita sedang berduka, duka itu semakin menghebat kalau kita bandingkan keadaan kita dengan keadaan orang lain, karena kita selalu tengadah dan melihat mereka yang berada di atas kita. Kalau kita melihat ke atas, yang nampak hanyalah orang-orang yang lebih tinggi kedudukannya dari pada kita, lebih kaya, lebih senang dan sebagainya, pendeknya serba lebih dari pada kita. Akan tetapi sekali kita menunduk, melihat ke bawah, ternyata masih banyak sekali orang yang lebih rendah dari pada kita, lebih miskin, lebih sengsara dan barulah kita menyadari bahwa keadaan kita masih lebih baik daripada keadaan banyak orang! Sekali ini, air hujan yang menyiram tubuhnya tidak mampu menggugah Si Kong dari pingsannya. Dia pingsan terus sampai pagi, sampai matahari pagi sudah mulai menghidupkan segala sesuatu, mengusir kabut dan kegelapan. Seorang kakek yang pakaiannya penuh tambalan memasuki kuburan itu. Usianya sudah enampuluhan tahun, tangan kanan membawa tongkat bambu dan tangan kirinya menjinjing sebuah keranjang berisi beberapa macam daun dan akar-akaran. Kakek berusia enampuluhan tahun itu rambutnya sudah berwarna dua, hitam dan putih sehingga dari jauh kepalanya nampak kelabu. Namun wajahnya yang lebar itu masih nampak muda tanpa keriput, bahkan kedua pipinya kemerahan tanda sehat dan mulutnya tak pernah berhenti tersenyum. Matanya juga bersinar-sinar sehingga wajah itu selalu nampak berseri. Matanya mencari kanan kiri, dan agaknya dia mencari tumbuh-tumbuhan, sementara mulutnya perlahan menyanyikan sajak. bacoklah air dengan pedang dan air akan mengalir terus, benamkan duka dalam arak dan kedukaan makin bertambah, dalam hidup ini, harapan harapan kita terpenuhi, kelak, dengan rambut terurai lepas, kita akan pergi anda bertanya mengapa aku memilih tinggal di pegunungan. aku tersenyum tanpa jawab, hatiku dalam kedalaman, bunga persik pergi air mengalir, terdapat Langit dan Bumi Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 5

6 di luar dunia manusia. Sajak itu adalah tulisan pujangga Li Pai ( ) ratusan tahun yang lalu, dinyanyikan oleh kakek itu dengan suaranya yang dalam. Dan Si Kong masih pingsan atau tertidur itu bermimpi. Dia merasa duduk di dekat perapian yang dibuat di dalam rumah, dirangkul ibunya. Detak jantung ibunya terasa olehnya, menimbulkan suasana akrab dan hangat. Telinganya mendengar suara ayahnya yang agak parau dan dalam, dan suara itu mendatangkan rasa damai dan tenteram di hatinya. Alangkah senangnya duduk di dekat api dalam rangkulan ibunya dan mendengar suara ayahnya. Memang perutnya masih terasa lapar. Makan semangkok bubur malam itu belum memuaskan perutnya. Akan tetapi suasana yang akrab dan tenteram itu amat menyenangkan. Heiii, nak, matahari sudah naik tinggi dan engkau masih enak-enak tidur di sini? Dia mendengar teguran ayahnya. Ayahnya memang tidak senang kalau melihat dia malas-malasan. Kemudian pundaknya diguncang dan suara ayahnya terdengar lagi. Hayo bangun! Engkau bisa sakit tidur di sini! Eh, mengapa ayahnya berkata demikian? Dan suara itu, memang dalam akan tetapi tidak parau. Bukan suara ayahnya! Si Kong bangkit dari tidurnya. Sinar matahari tepat menerobos celah-celah daun menimpa matanya. Dia melindungi matanya dengan punggung tangan, menggosok-gosoknya untuk mengusir sisa kantuk, lalu menurunkan kedua tangannya. Terbelalak dia memandang kepada kakek yang tadi menyuruhnya bangun. Sama sekali bukan ayahnya, melainkan seorang kakek. Kakek itu asing pula, bukan penghuni dusun Ki-ceng. Seluruh penduduk dusun Ki-ceng dikenalnya, akan tetapi kakek ini tidak dikenal. Rasa lapar mengerogoti perutnya, akan tetapi ditahannya. Engkau siapakah, kek? tanyanya. Ha-ha-ha-ha, sepatutnya aku bertanya engkau ini siapa dan apa kerjamu di sini? Engkau tertidur di atas makam dan seluruh pakaianmu basah. Lihat mukamu membiru tanda kedinginan. Cepat kau kunyah ini dan telan, jangan pedulikan pedas dan pahitnya! Dia menyodorkan sejari jahe yang diambilnya dari keranjang obatnya. Si Kong tidak membantah. Dia memang seorang anak yang penurut dan mudah memahami kehendak orang lain. Dia segera tahu bahwa kakek ini hendak menolongnya, maka diapun menerima jahe itu dan dimakannya. Panas dan getir bukan main rasanya, akan tetapi terus ditelan saja. Ada rasa hangat di perutnya. Rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuhnya dan dia tidak lagi merasa kedinginan. Nah, sekarang engkau harus memberitahu kepadaku, mengapa engkau berada di sini, siapa namamu dan di mana pula rumahmu? Karena kedua kakinya agak gemetar dipakai berdiri, Si Kong duduk di atas batu di dekat makam ayah ibunya. Namaku Si Kong dan ini adalah makam ayah dan ibuku yang baru dimakamkan kemarin sore. Kemarin sore dimakamkan dan engkau semalam suntuk berada disini, kehujanan dan kedinginan? kakek itu bertanya dengan suara mengandung keheranan dan juga kekaguman. Anak ini berbakti dan pemberani. Sukar dicari anak yang berani tinggal semalam di kuburan, apalagi malam tadi gelap dan dingin banyak mengandung kilat. Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 6

7 Mereka adalah orang tuaku, kakek, dan aku tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Teringat akan ini, kembali Si Kong mengeluarkan air mata. Rumah kami sudah kujual untuk membeli peti mati. Aku tidak punya rumah lagi, sebatang kara di dunia ini. Melihat anak itu mulai menangis dan mengguguk, kakek itu meloncat dan tertawa-tawa. Suara tawanya berbaur dengan suara tangis Si Kong sehingga terdengar aneh sekali. Bahkan Si Kong yang sedang menangis itu menghentikan tangisnya memandang kakek itu. Kek, apa yang kau tertawakan? Anak yang baik, apa yang kau tangisi? Aku menangisi kematian ayah ibuku. kata Si Kong penasaran. Ha-ha, benarkah itu? Bagaimana mungkin engkau tangisi orang tuamu kalau engkau tidak tahu bagaimana keadaan mereka sekarang? Yang jelas, mereka terhindar dari kemiskinan, terhindar dari sakit. Itukah yang kau tangisi? Ataukah engkau menangisi dirimu sendiri karena merasa ditinggalkan orang-orang yang kausayangi, karena merasa hidup seorang diri dan tidak mempunyai siapa-siapa lagi, tidak memiliki apa-apa lagi? Itukah yang kautangisi? Si Kong tertegun dan sadar. Memang begituah, kek, aku menangisi diriku sendiri, merasa kasihan kepada diriku sendiri. Salahkah itu? Ha-ha, tidak salah melainkan tidak tepat. Manusia harus berusaha mengatasi kesulitannya, bukan hanya ditangisi. Dan engkau sendiri mengapa tertawa-tawa, kek? Apa engkau menertawakan aku yang sedang berduka? Alangkah kejamnya engkau. Ha-ha-ha, aku tertawa karena melihat kelucuan. Betapa manusia diombang-ambingkan antara tawa dan tangis, antara suka dan duka. Baru terlahir sudah menangis, masih belum puaskah? Menangis dan menangis lagi. Seorang bocah seperti engkau ini tidak pantas menangis, pantasnya tertawa seperti aku, mentertawakan dunia mentertawakan manusia dengan segala kepalsuannya! Sudahlah, berkabung semalam suntuk sudah cukup baik. Kulihat engkau kedinginan dan kelaparan. Dinginmu sudah kuusir jahe tadi, akan tetapi kalau kubiarkan saja perutmu kosong, engkau dapat mudah diserang penyakit. Ini aku mempunyai beberapa potong buah pisang. Nah makanlah dan habiskan! Dia mengambil lima potong buah pisang dari keranjangnya. Si Kong terheran-heran. Darimana kakek itu dapat memiliki buah pisang? Di daerah itu sama sekali tidak ada pohon pisang. Bahkan Si Kong baru melihat saja, belum pernah makan. Akan tetapi dia tidak menolak. Diterimanya buah pisang itu, dikupasnya kulitnya dan dimakannya dengan lahap. Sejak kemarin pagi, perutnya tidak dimasuki apa-apa. Sekarang, telanlah ini untuk menguatkan badanmu. Kakek itu kembali mengambil sebutil pel dari bungkusan dalam keranjangnya. Pel itu berwarna merah dan tanpa ragu-ragi lagi Si Kong menelannya. Aku mendengar bahwa dusun Ki-ceng diserang wabah penyakit. Apakah orang tuamu juga terserang penyakit itu? Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 7

8 Agaknya begitulah, kek. Tubuh mereka panas sekali dan dalam waktu dua hari saja, mereka meninggal dunia seperti orang-orang lain di dusun ini yang lebih dulu terserang. Engkau sebatang kara? Tidak memiliki apa-apa dan siapa-siapa? Benar, kek. Kalau begitu, maukah engkau ikut dan membantuku? Akan tetapi ingat, keadaanku tidak banyak bedanya denganmu, aku juga tidak mempunyai apa-apa dan siapa-siapa. Maukah engkau menjadi muridku? Menjadi murid? Belajar apakah, kek? Ha-ha, belajar apa? Mengobati orang, membaca huruf, dan juga mengemis! Aku suka belajar mengobati orang dan membaca huruf, akan tetapi aku tidak mau belajar mengemis, kek. Mengemis adalah perbuatan yang penting untuk mencegah kita menjadi pencuri. Kalau kita dapat bekerja mencari nafkah, itu baik sekali. Akan tetapi kalau tidak bisa, lalu apa yang kaumakan? Tidak makan berarti mati, maka daripada mencuri lebih baik mengemis, menggerakkan hati manusia untuk sekedar memberi semangkok nasi. Si Kong tidak berpikir lama. Jelaslah bahwa kakek ini berhati baik, dia dapat belajar mengobati dan membaca huruf. Soal mengemis, bagaimana nanti sajalah. Dia dapat bekerja apa saja. Bagaimana? Engkau suka menjadi muridku? Si Kong menjawab. Suka sekali! dan dia segera menjatuhkan diri berlutut di depan kakek pengemis tua itu dan menyebut suhu! Bagus! Nah, mulai detik ini engkau harus menurut semua kata-kataku. Siapa namamu tadi? Si Kong? Dan kenallah nama gurumu. Orang-orang yang usil mulut menyebutku Yok-sian Lo-kai (Pengemis Tua Dewa Obat). Lihat, mereka mengangkatku menjadi Yok-sian (Dewa Obat) akan tetapi memakiku sebagai Lo-kai (Pengemis Tua). Akan tetapi aku sudah terbiasa dengan nama itu sehingga aku sudah lupa namaku sendiri, ha-ha-ha! Suhu, kita akan kemana sekarang? Di Ki-ceng sini sedang berjangkit wabah yang menular. Orang tuamu sendiri menjadi korban. Kita harus menolong mereka yang sakit dan menjaga mereka yang belum ketularan. Hayo, antarkan aku ke rumah kepala dusun. Si Kong menjadi penunjuk jalan. Sementara itu, matahari mulai memuntahkan sinarnya yang panas sehingga pakaian Si Kong yang tadinya basah kuyup karena semalam diguyur air hujan, kini mulai mengering. Mereka disambut oleh kepala dusun sendiri yang mengenal Si Kong. Si Kong, ada apakah engkau minta menghadapku dan siapakah kakek ini? Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 8

9 Lo-ya, kakek ini adalah guru saya berjuluk Yok-sian Lo-kai dan dia datang untuk mengobati mereka yang sakit terkena wabah. Ah, kebetulan sekali. Anakku juga terserang dan baru malam tadi badannya panas sekali. Kata kepala dusun. Boleh aku memeriksanya dan mengobatinya? Tanya Yok-sian Lo-kai. Tentu saja. Mari, silakan masuk. Kepala dusun yang sedang gelisah itu mempersilakan mereka masuk. Kakek itu masih memegang tongkat bambunya, akan tetapi kini keranjang terisi rempa-rempa itu dibawakan Si Kong. Anak sakit itu berusia sepuluh tahunan, sebaya dengan Si Kong. Ketika Yok-sian Lo-kai memasuki kamar itu, anak itu dalam keadaan tidak sadar dan tubuhnya panas sekali. Yok-sian Lo-kai memeriksa denyut nadinya, membuka matanya dan mulutnya, lalu mengangguk-angguk. Penyakit ini memang mudah menular, terbawa oleh lalat. Akan tetapi keadaannya masih dini, belum parah dan mudahmudahan dia dapat disembuhkan. Kakek itu lalu menotok dengan jarinya di beberapa bagian tubuh anak itu. Anak itu kini siuman dan mengerang kepanasan. Kakek itu mengambil sedikit akar dan berkata kepada Si Kong. Si Kong, masak akar ini dengan semangkok air, sampai mendidih dan sisakan setengah mangkok, bawa kesini. Isteri lurah yang juga berada di kamar itu lalu menggapai Si Kong. Mari kusediakan alatnya untuk memasak obat. Mereka ke dapur dan kakek itu tetap menggunakan jari-jari tangannya untuk menekan sana-sini. Setelah obat itu selesai dimasak, Si Kong membawanya kepada gurunya. Setelah obat itu agak dingin Yok-sian Lo-kai lalu menyuruh anak yang sakit itu minum obat itu sampai habis. Setelah itu dia menyuruh anak itu tidur kembali. Sungguh manjur sekali obat itu karena panas tubuh anak itu segera menurun. Tentu saja kepala dusun dan keluarganya merasa girang dan berterima kasih sekali. Kalian carilah ilalang dan akar ini sebanyaknya. Masak dan beri minum kepada mereka yang sakit. Tentu dapat menolong nyawa mereka. Dan yang belum terkena penyakit ini harus berhati-hati. Jangan sekali-kali membiarkan lalat hinggap pada makanan. Semua makanan harus ditutup rapat. Jangan minum air mentah, melainkan air itu harus dimasak sampai mendidih. Keluarkan alas tempat tidur dan selimut, jemur sampai kering benar. Jagalah kebersihan dan wabah ini akan lenyap dengan sendirinya. demikian Yok-sian Lo-kai berkata kepada kepala dusun. Sang kepala dusun segera memanggil semua penduduk dan kepada mereka dia meneruskan pesan Yok-sian. Beramai-ramai penduduk yang sanak keluarganya sakit mencari daun ilalang dan akar itu, lalu mengobati mereka yang sakit. Kepala dusun lalu menjamu Yok-sian Lo-kai dan Si Kong. Tanpa sungkan lagi Yok-sian lalu makan minum dengan lahapnya. Juga Si Kong yang sejak kemarin belum makan, kini makan dengan lahapnya. Setelah itu, Yok-sian lalu berkata kepada kepala dusun. Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 9

10 Sekarang harap lo-ya suka memanggil semua orang yang kaya agar berkumpul disini. Saya ingin bicara hal penting pada mereka. Permintaan ini pun dilaksanakan oleh kepala dusun. Tak lama kemudian belasan orang tuan tanah yang kaya raya berkumpul ditempat itu, tidak ketinggalan disertai pengawal-pengawal atau tukang pukul. Aku ingin bicara, harap kalian dengarkan baik-baik. Kalian adalah warga-warga dusun Ki-ceng ini, berarti senasib sependeritaan dengan warga lain yang kurang mampu. Mulai sekarang, harap kalian suka mengubah sikap terhadap warga yang miskin. Jangan lagi memeras mereka, akan tetapi bantulah mereka apabila musim paceklik tiba. Jangan memberi hutang dengan bunga tinggi, dan jangan merampas sawah ladang mereka. Kalau kalian masih berani melakukan penindasan, mungkin dusun ini akan terkutuk dan datang lagi wabah penyakit yang lebih hebat pula. Dan penyakit itu tidak takut kepada harta kalian. Belasan orang hartawan itu menjadi gempar, dan jelas kelihatan bahwa mereka tidak menyetujui hal ini. Melihat ini Yok-sian Lo-kai lalu berkata lantang kepada kepala dusun. Lo-ya sebagai kepala dusun di sini harus bersikap keras terhadap para hartawan yang membangkang. Mereka yang tidak mau membantu warga yang melarat harus dipaksa. Akan tetapi, in-kong (tuan penolong), semua itu adalah milik mereka sendiri dan kami tidak dapat memaksa. Bahkan mereka mempunyai pengawal-pengawal yang siap menghajar siapa yang berani menentang mereka. Mendengar ini, Yok-sian Lo-kai berkata lagi kepada para hartawan itu. Kalian dengar itu? Agaknya kalian hendak memaksakan kehendak dengan mengandalkan anjing-anjing pengawal kalian! Sekarang aku yang memerintahkan kalian menurut aturan itu, membantu para warga yang miskin, memberi pinjaman tanpa bunga. Siapa yang berani menentang perintah itu? Para tukang pukul itu serentak maju. Tidak kurang dari tiga puluh orang tukang pukul yang bertubuh tinggi besar melangkah maju. Siapa yang berani memaksa majikan kami, akan berhadapan dengan kami! kata seorang diantara mereka. Apalagi engkau hanya seorang jembel tua, bagaimana berani bicara seperti itu kepada majikan kami? Apakah engkau sudah bosan hidup? Ha-ha-ha, dengarlah! kata Yok-sian Lo-kai sambil menudingkan tongkatnya kepada para tukang pukul itu. Ajing-anjing peliharaan para hartawan itu memang pandai menggonggong, akan tetapi mereka tidak pandai menggigit. Para hartawan yang tidak rela untuk menolong warga yang miskin menjadi marah dan mereka memberi isyarat kepada para tukang pukul mereka untuk bertindak. Tukang pukul yang tadi bicara berada paling depan. Agaknya dia hendak mempertontonkan kehebatannya, maka dengan ganas dia sudah menyerang Yok-sian Lo-kai dengan kepalan tangannya yang sebesar kepala orang itu! Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 10

11 Wuuutt.! dengan hanya miringkan tubuh menggerakkan kepalanya Yok-sian Lo-kai sudah membuat pukulan itu mengenai tempat kosong saja dan dengan secepat kilat tongkatnya menotok, tepat mengenai lutut kanan kiri tukang pukul itu. Mendadak, tanpa dapat dihindarkan lagi, tukang pukul itu jatuh berlutut di depan Yok-sian Lo-kai. Ha-ha-ha, engkau minta ampun? Baik, baik, kuampuni kau! kata Yok-sian Lo-kai. Penduduk yang berdatangan menonton peristiwa itu menahan tawa karena geli. Memang dipandang sepintas lalu, tukang pukul itu kelihatan seperti berlutut minta ampun kepada si pengemis tua. Melihat ini, para tukang pukul lainnya menjadi marah. Tiga orang meloncat dan menyerang, akan tetapi dengan gerakan tongkat tga kali, tiga orang itupun terpelanting roboh terkena sambaran tongkat bambu! Kini mengertilah para tukang pukul bahwa kakek yang pandai mengobati itu, juga pandai bersilat. Karena mereka berjumlah banyak, mereka tidak takut dan kini mereka mencabut senjata pedang dan golok menyerbu. Terdengar suara tawa pengemis tua itu dan tubuhnya sudah melayang ke atas. Ketika turun, tongkatnya diputar dan banyak pengeroyok roboh berpelantingan. Sisanya menyerbu semakin nekat, akan tetapi mereka inipun roboh satu demi satu sehingga tidak ada seorangpun yang tidak roboh. Gerakan Yok-sian Lo-kai itu demikian cepat sehingga tidak dapat diikuti dengan pandangan mata. Yang nampak hanya gulungan sinar kuning dan tahu-tahu para tukang pukul itu sudah roboh berpelantingan. Bagaimana, cu-wi wangwe (hartawan sekalian), maukah kalian memenuhi permintaanku tadi? Membantu warga miskin, jangan memungut bunga, jangan mengambil sawah ladang mereka, dan bayarlah buruh tani dengan selayaknya sehingga mereka mampu hidup dengan layak pula. Seperti dikomando saja, para hartawan itu mengangguk dan menyatakan setuju. Ingat, kalau lain kali aku lewat di Ki-ceng ini dan kalian masih melakukan pemerasan terhadap warga dusun yang miskin, aku Yok-sian Lo-kai tidak akan mau mengampuni kalian lagi. Nah, pulanglah ke rumah masing-masing dan laksanakanlah perintahku. Bubarkan para tukang pukul karena kalau kalian bersikap baik terhadap warga tani yang miskin, kalian tidak perlu khawatir akan harta kalian. Penduduk akan berterima kasih kepada kalian dan akan menjaga harta milik kalian. Orang-orang kaya itu pun pergi dengan muka ditundukkan. Di antara mereka yang rela, terdapat mereka yang tidak rela, akan tetapi mereka takut akan ancaman pengemis tua yang sakti itu. Sementara itu, ketika dia melihat Yok-sian Lo-kai dikeroyok para tukang pukul, Si Kong merasa khawatir sekali. Akan tetapi ketika terjadi hal yang tidak disangka-sangkanya, betapa pengemis tua itu menghajar tiga puluh orang tukang pukul, di dalam hatinya Si Kong bersorak. Dan dia mengambil keputusan dalam hatinya bahwa selain belajar ilmu pengobatan dan membaca huruf, diapun akan minta supaya diajari ilmu bela diri! Setelah semua orang bubaran, Yok-sian Lo-kai segera berpamit kepada kepala dusun, kepala dusun itu tergopoh-gopoh mengambil uang dan hendak memberi sumbangan kepada pengemis tua itu. Akan tetapi Yok-sian Lo-kai tidak mau menerimanya dan berkata, Aku memang seorang pengemis dan kalau terpaksa aku suka mengemis makanan. Akan tetapi untuk pengobatanku, aku tidak sudi menerima upah. Dia lalu menggandeng tangan Si Kong dan menarik anak ini pergi dari situ. Orang-orang hanya memandang heran dan mengikuti murid dan guru itu pergi. Bunyi tongkat bambu itu bertuk-tuk di sepanjang jalan. Baru setelah bayangan pengemis itu menghilang di sebuah tikungan, mereka ramai membicarakan sepak terjang pengemis tua itu. Dan semenjak hari itu, tidak ada lagi penyakit yang Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 11

12 berjangkit di dusun itu. Juga kehidupan para warga dusun yang miskin kini mendingan keadaannya karena uluran tangan para hartawan. Paksaan dan siksaan yang dilakukan para tukang pukul juga tidak ada lagi. Mulai saat meninggalkan dusun Ki-ceng, Si Kong menjadi murid Yok-sian Lo-kai. Yok-sian adalah seorang perantau yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap. Kalau bertemu dengan kota atau dusun yang cocok dan menyenangkan hatinya, dia dapat tinggal di situ sampai sebulan lamanya. Akan tetapi banyak dusun dan kota yang dilewatinya begitu saja. Dan di sepanjang jalan, dia selalu mengumpulkan rempa-rempa yang dianggapnya berguna. Tangannya selalu terjulur untuk menolong dan mengobati orang sakit. Untuk makan mereka, kadang mereka mendapatkan binatang buruan di hutan, atau mendapatkan buah-buahan di dalam hutan. Sering pula Si Kong bekerja di rumah makan atau rumah penginapan untuk mendapatkan uang sekedar pembeli makan untuk dia dan gurunya. Akan tetapi kalau Yok-sian Lo-kai tidak tinggal lama di suatu tempat, mereka mengemis makanan dari rumahrumah. Cara mengemis Yok-sian Lo-kai berbeda dengan pengemis lain. Dia dan Si Kong mendatangi rumah orang, dan menyatakan terus terang bahwa mereka minta diberi makanan. Kalau diberi uang, Yok-sian tidak menerimanya, melainkan pindah ke rumah lain. Si Kong tidak sesabar itu, akan tetapi kalau ada gurunya, diapun tunduk kepada kebiasaan gurunya itu. Kalau perutmu tidak lapar, mengapa mengemis makanan? Kalau tidak haus mengapa mengemis minuman? Kalau tidak butuh pengganti pakaian, mengapa mengemis pakaian? Kita harus tidak melanggar pantangan itu. Mengemis uang dapat membuat kita menjadi malas. demikianlah pendirian Yok-sian Lo-kai. Di waktu senggang, kakek itu mulai mengajarkan ilmu pengobatan kepada muridnya. Tidak saja Si Kong harus menghafal nama rempa-rempa dan kegunaannya, juga dia di ajar cara meneliti keadaan orang dari denyut nadinya. Melihat gejala-gejala penyakit dari lidah dan mata orang yang sakit. Bahkan kalau ada orang sakit membutuhkan pengobatan, dia menyuruh muridnya untuk mengobatinya dan dia hanya meneliti kalau-kalau muridnya salah memberi obat. Juga Si Kong diberi pelajaran tentang jalan darah manusia, titik-titik mana yang harus dipijat atau ditotok. Memang Si Kong memiliki kecerdasan sehingga dia dapat menerima dan menghafalkan semua pelajaran itu. Di samping pelajaran pengobatan Si Kong mulai pula diajar ilmu membaca dan menulis. Dan ternyata Si Kong cepat sekali memperoleh kemajuan dalam ilmu ini. Baru setahun dia ikut merantau bersama Yok-sian Lo-kai, dia sudah pandai membaca dan menulis. Tentu saja gurunya merasa girang sekali melihat kemajuan muridnya. Lalu dia mulai mengajarkan dasar-dasar ilmu silat kepada muridnya. Si Kong merasa gembira sekali dan dia berlatih dengan tekun sekali. Karena sejak masih kecil sekali Si Kong telah terbiasa menggunakan tenaga kasar, maka tubuhnya lebih kuat dari pada anak biasa. Bahkan kemajuannya dalam ilmu silat mengalahkan kemajuannya dalam ilmu sastra. Gurunya maklum bahwa anak ini memang bertulang baik dan berbakat sekali, maka diapun mengajarkan ilmu tongkatnya yang terkenal sekali di seluruh dunia kang-ouw, yaitu Ta-kaw Sin-tung (Tongkat Sakti Pemukul Anjing). Ilmu tongkat ini hanya terdiri tigabelas jurus pokok, akan tetapi perkembangannya dapat menjadi ratusan, tergantung dari bakat yang menguasai ilmu itu. Karena itu, selama tiga tahun berlatih, barulah Si Kong dapat menguasai Ta-kaw Sin-tung, dan semenjak dia berlatih ilmu tongkat itu, dia kinipun memiliki sebatang tongkat bambu yang selain dipakai untuk berlatih silat, juga dipergunakan untuk memikul keranjang rempa-rempa milik gurunya. Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 12

13 *** Pada suatu pagi yang cerah. Matahari masih agak kekuningan di langit timur, akan tetapi sinarnya sudah menyengat hangat. Pohon-pohon dan segala tumbuh-tumbuhan nampaknya seperti hidup baru setelah semalam suntuk mereka diselimuti kegelapan yang penuh rahasia itu. Di jalan yang menuju kota Souw-ciu suasananya masih sunyi. Jalan itu memang hanya jalan yang menghubungkan kota Souw-ciu dengan dusun-dusun, maka nampak sunyi. Saat yang sunyi itu dibuyarkan oleh dua orang yang berjalan berdampingan. Mereka adalah Yok-sian Lo-kai dan Si Kong. Anak itu kini telah menjadi seorang pemuda remaja berusia limabelas tahun. Akan tetapi dia nampak lebih daripada usianya, mungkin hal ini dikarenakan dia ditempa oleh keadaan, banyak menghadapi kesukaran dan kesengsaraan. Tubuhnya tinggi tegap dan wajahnya jantan dan gagah, walaupun pakaiannya yang nampak bersih itu sudah penuh dengan tambalan, seperti pakaian yang dipakai Yoksian Lo-kai. Agaknya pagi yang cerah itu membangkitkan kegembiraan di hati Yok-sian. Dia memandang ke atas lalu menyanyikan sebuah sajak. Daripada menguasai sampai sepenuhnya lebih baik berhenti pada saatnya. Menempa untuk mencapai tajamnya ketajaman itu takkan bertahan lama. Ruangan penuh dengan emas dan batu permata tidak mungkin dapat dijaga. Angkuh karena mewah dan mulia dengan sendirinya membawa bencana. Tugas selesai, nama menyusul, diri mundur demikianlah jalan yang ditempuh langit. Wah sajak suhu sekali ini membuat aku bingung dan tidak mengerti apa artinya. Maukah suhu menjelaskan kepadaku? Apa yang tidak jelas? Sajak itu sendiri sudah menjelaskan artinya. Dinasihatkan di situ agar kita tidak Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 13

14 menuruti kehendak nafsu yang ingin memiliki sepenuhnya, menguasai sepenuhnya, yang akhirnya tak pernah puas dan tergelincir oleh tindakan sendiri. Lebih baik berhenti pada saatnya atau mengenal batas. Segala sesuatu yang dipaksakan untuk diperolehnya, yang diperoleh itu tidak akan bertahan lama, akan membosankan. Harta kekayaan yang berlebihan hanya akan menimbulkan iri hati dan mendatangkan maling untuk mencurinya. Kalau orang menjadi angkuh karena kemewahan dan kemuliaan, harta benda atau kedudukan tinggi, hal itu akhirnya akan mendatangkan bencana pada diri sendiri. Kalau merasa sudah menyelesaikan tugas dengan baik, tentu namanya menjadi harum dan dia boleh mengundurkan diri untuk menyatukan diri dengan Tuhan. Jalan itulah yang ditempuh oleh Langit dan Bumi, yang bersikap selaras dengan kehendak Tuhan. Aduh, demikian dalamnya ini sajak itu, suhu. Siapakah pembuat sajak itu? Sajak itu termuat dalam kitab Tao-tek-keng, merupakan ujar-ujar peninggalan Sang Bijaksana Lo Cu. Kelak kalau ada kesempatan, engkau harus menghafalkan dan memahami seluruh sajak Tao-tek-keng itu. Mereka kini memasuki kota Souw-ciu dari arah barat. Kota itu cukup ramai dan dikelilingi bukit sehingga pemandangannya indah dan hawanya juga sejuk. Gembira rasa hati Si Kong ketika dia memasuki kota, melihat banyak toko, rumah makan dan penginapan. Suhu, aku dapat mencari pekerjaan di kota ini! katanya. Banyak sekali toko besar, rumah makan dan penginapan. Hemm, kita lihat saja nanti. Belum tentu aku suka tinggal lama ditempat ini. Mari kita melihat ke sana, agaknya di sana itu ada pasar yang ramai. Mereka berjalan terus dan tiba-tiba perhatian mereka tertarik oleh sedikit keributan yang terjadi di depan sebuah rumah makan. Seorang pengemis berpakaian compang-camping hitam sedang ribut mulut dengan seorang pengemis yang pakaiannya tambal-tambalan berkembang. Tidak usah banyak cakap! Engkau dan rombonganmu tidak kami perbolehkan untuk mengemis di kota ini, kecuali kalau kalian menjadi anggauta kami! Kata si pengemis baju berkembang. Kalian selalu mengganggu kami! Kami sudah mempunyai perkumpulan sendiri. Kami tidak sudi menjadi anggauta perkumpulan kalian dan sudah sejak dahulu kami bekerja di sini. Kalian tidak berhak melarang. Eh, berani membantah, ya? Engkau sudah bosan hidup rupanya! Dan si pengemis baju berkembang itu segera menyerang pengemis baju hitam. Terjadi perkelahian saling pukul dan saling tendang. Tak lama kemudiang datang lima orang pengemis baju berkembang, juga lima orang pengemis baju hitam dan terjadilah perkelahian di antara mereka. Orang-orang segera datang menonton perkelahian antara pengemis itu. Sejak tadi Yok-sian Lo-kai berhenti melangkah dan menonton perkelahian. Melihat betapa perkelahian telah menjadi keroyokan, dia berkata kepada Si Kong, Orang-orang itu tidak tahu diri. Pekerjaan mengemis saja diperebutkan! Si Kong, coba kau pergunakan tongkatmu untuk melerai mereka. Kalau mereka nekat berkelahi, hajar mereka semua dengan gebukan tongkatmu! Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 14

15 Selama ini belum pernah Si Kong berkelahi. Biarpun dia sudah menguasai Tongkat Sakti penggebuk anjing dengan baik, akan tetapi belum pernah dia pergunakan untuk bertanding. Kehidupan mereka sebagai pengemis itu tentu saja tidak pernah menarik perhatian para perampok atau penjahat sehingga dia dan gurunya tak pernah diganggu orang. Kini, gurunya menghendaki agar dia melerai duabelas orang yang sedang berkelahi dan merobohkan mereka semua kalau mereka tidak berhenti berkelahi. Akan tetapi dia tidak membantah. Diturunkannya keranjang rempa-rempa dari pikulannya dan dengan senjata tongkat bambu di tangan dia menghampiri mereka yang sudah saling pukul itu. Heii, kawan-kawan! Berhentilah berkelahi! Tidak baik antara kita sendiri berkelahi. Hayo, berhenti! Akan tetapi melihat bahwa yang melerai itu adalah seorang pemuda pengemis pula, bukan anggauta pengemis baju hitam dan juga bukan anggauta pengemis baju berkembang, para pengemis itu tidak peduli, bahkan mereka berbalik menyerang Si Kong! Baik yang baju hitam maupun yang baju berkembang kini menyerang Si Kong! Si Kong cepat mengelak dan memutar tongkat bambunya. Baginya, gerakan para pengemis itu terlampau lamban, dan mudah saja untuk dirobohkan. Akan tetapi hati Si Kong tidak tega untuk menyakiti mereka. Oleh karena itu, tongkatnya bergerak hanya untuk menjegal atau mendorong sehingga berturut-turut duabelas orang pengemis itu terpelanting ke kanan kiri! Para pengemis itu terkejut. Mereka yang berbaju berkembang bangkit dan seorang di antara merka menudingkan telunjuknya kepada Si Kong sambil berkata, Awas akan pembalasan kami! Dia lalu memberi isarat kepada kawan-kawannya untuk pergi dari situ. Sementara itu, enam orang pengemis baju hitam tidak pergi, melainkan memandang kepada Si Kong dan Yok-sian Lo-kai. Mereka mengerti bahwa pemuda itu hanya melerai, buktinya diantara mereka tidak ada yang terluka. Tiba-tiba seorang di antara mereka melihat keranjang rempa-rempa di dekat Yok-sian Lo-kai, dan dia segera memberi hormat dan bertanya, Bukankah locianpwe ini yang berjuluk Yok-sian Lo-kai? Ha-ha-ha, sialan itu nama! Di mana-mana ada saja yang mengetahuinya. Benar, aku Yok-sian Lo-kai. Dan kaian ini apa-apaan, di antara sesama pengemis saling hantam! Memalukan sekali! Kini enam orang itu menjatuhkan diri berlutut di depan Yok-sian Lo-kai dan seorang diantara mereka berkata, Kami mohon bantuan locianpwe! Apa? Kalian menyuruh aku ikut campur dalam perkelahian antara pengemis? Nanti dulu! Aku bukan orang yang suka memusuhi sesama pengemis, darimana pun pengemis itu berasal. Bukan itu, locianpwe. Melainkan kami mohon pertolongan agar locianpwe suka mengobati ketua kami yang terluka parah. Hemmm, kenapa dia terluka parah? Apakah karena dia berkelahi pula dengan pengemis lain? Locianpwe akan mendengarnya sendiri nanti. Tadipun kami tidak bermaksud memusuhi pengemis baju berkembang, melainkan mereka yang melarang kami mengemis, kecuali kalau kami mau menjadi anggauta mereka. Kami mohon locianpwe sudi menolong kami. Hemmm, membikin repot saja. Hayo Si Kong, kita ikuti mereka. Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 15

16 Enam orang pengemis itu kelihatan gembira sekali dan mereka lalu menjadi penunjuk jalan, diikuti oleh Yok-sian Lo-kai dan Si Kong. Orang-orang yang tadi menonton juga bubaran dan mereka membicarakan dan memuji pemuda yang dengan tongkat bambunya membuat duabelas orang yang berkelahi itu menjadi kocar-kacir. Enam orang itu ternyata keluar dari kota dan menuju ke selatan. Di luar kota ini terdapat sebuah kuil tua yang sudah tidak dipergunakan lagi dan agaknya kuil ini menjadi tempat tinggal perkumpulan pengemis Baju Hitam. Ketika mereka tiba di situ, terlihat belasan orang pengemis baju hitam sedang duduk di beranda kuil. Melihat enam orang rekan mereka datang bersama dua orang pengemis asing, mereka semua bangkit berdiri dan menyambut. Bagaimana dengan pangcu (ketua)? tanya seorang dari enam orang pengemis yang baru datang itu. Wah, makin payah. Napasnya terengah-engah dan tubuhnya panas sekali. Kata seorang di antara mereka yang tadi duduk diberanda. Locianpwe, silakan masuk. Pangcu kami berada di kamar dalam. Yok-sian Lo-kai mengangguk dan bersama Si Kong dia mengikuti pengemis itu memasuki kuil. Ternyata kuil yang sudah tua itu cukup besar dan mereka diajak masuk ke dalam sebuah kamar. Di dalam kamar ada beberapa orang pengemis baju hitam menjaga sang ketua yang sedang sakit. Melihat keadaan yang gawat dari ketua itu, tanpa diminta lagi Yok-sian segera menghampirinya, memegang pergelangan tangan si sakit untuk merasakan denyut nadinya. Hemm, dia keracunan! katanya. Dia terluka pukulan didadanya, kata seorang pengemis. Coba, buka bajunya, perlihatkan luka itu. kata Yok-sian. Baju pengemis yang sakit itu dibuka dan nampaklah gambar lima jari tangan atau cap telapak tangan pada dada itu. Yok-sian memeriksa luka atau bekas pukulan tangan itu, merabanya dan berkata, Kalian semua boleh keluar. Biarkan aku dan muridku mengobatinya. Mendengar ucapan ini, para pengemis baju hitam lalu keluar dari dalam kamar. Yok-sian menoleh kepada muridnya dan berkata, Ini kesempatan baik bagimu untuk menguji kepandaianmu dalam ilmu pengobatan. Hayo, kau periksa keadaannya dan katakan bagaimana pendapatmu dan cara mengobatinya. Si Kong yang sudah bertahun-tahun mempelajari ilmu pengobatan dari gurunya, segera menghampiri si sakit. Diperiksanya nadinya, dirabanya dadanya dan didengarnya detak jantungnya. Kemudian dia berkata penuh keyakinan kepada gurunya. Dia menderita pukulan beracun, suhu. Tangan lawannya itu tentu mengandung sinkang panas. Pengobatannya adalah dengan tusuk jarum atau totokan jari ke arah Ci-kiong-hiat, Koan-goan-hiat dan Thian-ti-hiat. Totokan-totokan untuk mengalirkan darah ke arah luka juga perlu dilakukakan. Sementara itu, dia harus diberi minum obat pembersih darah dan obat menurunkan panas. Kalau itu masih kurang, boleh menyalurkan sinkang untuk membantu hawa murni di tubuhnya yang keluar dari tantian. Demikianlah, suhu, dan mudah-mudahan apa yang teecu Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 16

17 kemukakan itu benar. Ha-ha-ha, bagus! Memang itu cara pengobatan yang baik sekali. Sekarang lakukanlah totokan-totokan itu. kata Yok-sian Lo-kai. Si Kong memandang kepada tubuh yang bagian atasnya telanjang itu dan sambil mengerahkan tenaganya mulailah dia menotok jalan-jalan darah yang disebutkannya tadi. Dia sampai berkeringat ketika selesai melakukan totokan terakhir di sekitar dada yang terluka. Hatinya girang karena dia melihat betapa tanda telapak tangan menghitam itu sudah mulai pudar. Sekarang minggirlah dan masak obat pembersih darah dan obat menurunkan panas di luar. Aku akan menyalurkan sin-kang kepadanya. Si Kong merasa girang bahwa cara dia mengobati ketua Hek I Kaipang (Perkumpulan Pengemis Baju Hitam) tadi ternyata benar. Dia lalu keluar membawa keranjang rempa-rempa dan minta kepada para pengemis untuk disediakan perapian untuk memasak obat. Setelah selesai memasak obat dan membawa dua mangkok kecil ke dalam kamar, dia melihat suhunya menempelkan telapak tangan kirinya ke dada ketua perkumpulan pengemis itu sambil pejamkan mata. Tahulah dia bahwa gurunya sedang mengerahkan tenaga sakti ke dada orang sakit itu untuk mengusir sisa hawa kotor yang terkandung dalam pukulan tangan beracun itu. Dia sendiri sudah mempelajari dan menghimpun tenaga sinkang yang lumayan, akan tetapi untuk mengusir hawa kotor itu tenaga saktinya belum kuat. Oleh karena itu suhunya yang melakukannya. Setelah Yok-sian Lo-kai menyalurkan hawa sakti dari telapak tangannya, perlahan-lahan kakek yang sakit itupun mulai menggerakkan biji matanya. Lalu dia membuka matanya dan mencoba untuk bangkit. Yok-sian membantunya bangkit duduk, dan dia minta dua mangkok yang dibawa masuk Si Kong. Minumlah dua mangkok obat ini dan engkau akan sembuh seperti sediakala. Kai-pangcu (ketua perkumpulan pengemis) itu tidak membantah dan minum dua mangkok obat itu. Tenaga kakek itu kini pulih dan wajahnya kemerahan, dadanya sudah tidak ada lagi tanda-tanda menghitam. Dia memandang kepada Yok-sian Lo-kai, lalu kepada Si Kong dan dia lalu turun dari pembaringan dan menjatuhkan diri berlutut di depan Yok-sian. Atas pertolongan locianpwe Yok-sian Lo-kai, saya menghaturkan terima kasih. Yok-sian Lo-kai tertawa sambil memandang kepada muridnya. Ha-ha-ha-ha! Lihat, Si Kong, betapa tidak enaknya menjadi orang terkenal. Di mana-mana ada saja orang mengenalnya, padahal orang itu tidak pernah berjumpa dengannya. Setelah berkata demikian, dia menggunakan tongkatnya, dimasukkan ke bawah lengan ketua itu dan sekali bergerak, ketua itu dipaksa berdiri. Jangan keterlaluan, aku bukan raja kenapa mesti berlutut? Dan bagaimana engkau bisa tahu siapa diriku? Dengan sikap hormat, membungkuk Hek I Kaipangcu itu lalu berkata, Mudah saja. Melihat pakaian locianpwe jelas pakaian seorang pengemis, dan melihat betapa locianpwe dapat menyembuhkan dan memulihkan kesehatan saya, jelas bahwa locianpwe seorang ahli pengobatan luar biasa yang berilmu tinggi. Siapa lagi pengemis yang pandai ilmu pengobatan selain Yok-sian Lo-kai? Pendekar Kelana > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 17

AUTHOR: Kho Ping Ho TITLE: Pendekar Kelana

AUTHOR: Kho Ping Ho TITLE: Pendekar Kelana AUTHOR: Kho Ping Ho TITLE: Pendekar Kelana Pegunungan itu jelas memperlihatkan sentuhan musim kering yang berkepanjangan. Pohon-pohon kehilangan banyak daunnya, bahkan ada di antara pohon-pohon yang gundul.

Lebih terperinci

Diceritakan kembali oleh: Rachma www.dongengperi.co.nr 2008 Cerita Rakyat Sumatera Utara Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya

Lebih terperinci

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini PENJAGAL ANGIN Tri Setyorini Awal yang ku lihat adalah abu putih yang berterbangan. Pikirku itu adalah salju yang menyejukkan. Namun ternyata bukan karena abu ini justru terasa panas dan membakar telapak

Lebih terperinci

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini. Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati. Malam di Perkuburan Diposkan pada 03 Januari 2016 Sebelumnya saya tidak pernah tinggal di tanah perkuburan. Dan tak ingin tinggal di sana. Namun suatu saat saya mengajak seorang pa-kow. Ketika saya sampai

Lebih terperinci

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati 1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati Oleh: Alberta Angela (@black_printzesa) Hai, namaku Jati. Mungkin kalian semua sudah sering mendengar namaku. Tapi mungkin kalian belum terlalu mengenal aku dan kehidupanku.

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

Kura-kura dan Sepasang Itik

Kura-kura dan Sepasang Itik Kura-kura dan Sepasang Itik Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha.

Lebih terperinci

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada Petualangan Tomi di Negeri Glourius Oleh: Desi Ratih Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada di tempat yang begitu asing baginya. Suasana gelap dan udara yang cukup dingin menyelimuti tempat

Lebih terperinci

Sepasang Sayap Malaikat

Sepasang Sayap Malaikat Sepasang Sayap Malaikat Mereka sepasang sayap terbang ke awan-awan ingatan pemiliknya memilih menapak tanah, menikah dengan gadis pujaan. Setahun lalu, ia bertemu seorang gadis di sebuah kebun penuh air

Lebih terperinci

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat Dahulu kala, dikota Persia, hidup 2 orang bersaudara yang bernama Kasim dan Alibaba. Alibaba adalah adik Kasim yang hidupnya miskin dan tinggal didaerah pegunungan. Ia mengandalkan hidupnya dari penjualan

Lebih terperinci

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( ) ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( 09.12.3843 ) Copyright 2011 Reza Fahlevi All Right Reserved SINOPSIS adalah seorang anak laki-laki dari pasangan Yusaku Matsuda dan dari desa kecil bernama Chikuya di

Lebih terperinci

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus SATU Kalau manusia didesain untuk memiliki lebih dari dua kaki oleh sang Pencipta, ia akan sangat bersyukur saat ini. Ia adalah seorang pria; kegelapan malam menutupi wujudnya. Kegelapan itu merupakan

Lebih terperinci

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu Kisah Satu (Oktra) Mendamba Angin Malam Hidup adalah tentang berkorban, atau bahkan mengorbankan orang lain untuk hidup kita. Hidup memberikan makna-makna tersirat yang harus kita artikan sendiri sebagai

Lebih terperinci

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana, Tetapi tetap tidak ada jawaban. Aku mencoba mengeluarkan diriku dari tumpukan kertas ini. Kau tahu adegan dimana ada sebuah perahu yang bocor di tengah lautan dan orangorang di dalam perahu mencoba mengeluarkan

Lebih terperinci

Tiga Tahun Lalu. Fitri Icha Masdita 1

Tiga Tahun Lalu. Fitri Icha Masdita 1 Tiga Tahun Lalu Fitri Icha Masdita 1 2 Anak Pinggir Ciliwung Hari ini kuawali perjalanan panjang yang terbiasa aku lakoni. Bersama Guntoro dan Guntur di sampingku. Guntoro yang gundul dan lucu, Guntur

Lebih terperinci

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 7/15/15 Yunus 1 YUNUS Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 Pada jaman dahulu, ada seorang nabi di Israel yang bernama Yunus. Ayahnya bernama Amitai. ALLAH memberi

Lebih terperinci

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak PROLOG S eorang anak laki-laki berjalan menuju rumahnya dengan lemas. Padahal ini adalah hari pertamanya masuk SD, seharusnya dia merasa senang. Dia juga termasuk anak lakilaki yang pemberani karena dia

Lebih terperinci

Matahari dan Kehidupan Kita

Matahari dan Kehidupan Kita Bab 5 Matahari dan Kehidupan Kita Tema Peristiwa dan Kesehatan Pernahkah kalian berjalan di siang hari yang terik? Misalnya, saat sepulang sekolah. Apa yang kalian rasakan? Kalian tentu merasa kepanasan.

Lebih terperinci

KARENA KASIH Sebuah fragmen berdasarkan perumpamaan Anak Yang Hilang

KARENA KASIH Sebuah fragmen berdasarkan perumpamaan Anak Yang Hilang KARENA KASIH Sebuah fragmen berdasarkan perumpamaan Anak Yang Hilang Para Lakon: 1. Bapak :... 2. Sulung :... 3. Peternak :... 4. Bungsu :... Adegan 1. Seorang bapak setengah baya nampak sedang berbincang-bincang

Lebih terperinci

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat lebih jelas. Sebelum batang pohon terlihat seperti batang

Lebih terperinci

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25 Ellen hanya berdiri termangu melihat tubuh Marwan yang kaku terbujur yang tiga perempat tubuhnya tertutup oleh kain putih. Hanya kelihatan kepalanya saja. Ellen hanya ingin melihat wajah Marwan terakhir

Lebih terperinci

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi 1 Nadia Eliora Yuda Putri Bahasa Indonesia 7 13 September 2012 Pelarian Jauh Di Hutan Duarr! Bunyi ledakan bom tentara-tentara Jepang. Setelah ledakan pertama itu, orang-orang di desaku menjadi kalang

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN Naskah Film Dan Sinopsis Ber Ibu Seekor KUCING DISUSUN OLEH : INDRA SUDRAJAT 09.12.3831 09-S1SI-05 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012

Lebih terperinci

Yang Mencinta dalam Diam

Yang Mencinta dalam Diam Yang Mencinta dalam Diam Aku melihat sebuah abstrak dengan gambar batu-batu cantik menyerupai sebuah rumah, lengkap dengan air-air jernih dibatu-batu tersebut, mereka mengalir dan bergerak sebebas-bebasnya,

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan

Lebih terperinci

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? 16. Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? 16. Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup! Xc3 Kunjungan ke Kaisarea Filipi 96 Petrus Mengakui untuk Kedua-kalinya bahwa Yesus adalah Mesias 88 Matius 16:13-20, Mar kus 8:27-30, Lukas 9:18-21 13 Setelah Yesus beserta murid-muridnya berangkat ke

Lebih terperinci

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul. PROLOG Frankfurt, Germany. Nick umur 9 tahun. Aku berlarian di padang rumput. Mengitari lapangan yang seperti permadani hijau. Rumput-rumputnya sudah mulai meninggi. Tingginya hampir melewati lututku.

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

2. Gadis yang Dijodohkan

2. Gadis yang Dijodohkan 2. Gadis yang Dijodohkan Burung-burung berkicau merdu di tengah pagi yang dingin dan sejuk. Dahan-dahan pohon bergerak melambai, mengikuti arah angin yang bertiup. Sebuah rumah megah dengan pilar-pilar

Lebih terperinci

Lima Belas Tahun Tidak Lama

Lima Belas Tahun Tidak Lama Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia" Lima Belas Tahun Tidak Lama Kota kami telah hampir berusia setengah abad, dan hampir saja hanyut karena kecelakaan gunung berapi. Beberapa tahun belakangan ini

Lebih terperinci

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan. 1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2 1. Bacalah kutipan cepen berikut! Pagi hari ini adalah hari pertama di Kota Yogyakarta buat seorang Revanda. Dia dan keluarganya

Lebih terperinci

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata)

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata) Sinopsis Kisah bermula bermula apabila Indera Jenaka tiba ke negeri Rom setelah sekian lama mengembara dan sampai ke rumah bondanya Si Batu Kembar. Bondanya bertanya

Lebih terperinci

My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN

My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN Hari ini judul khotbah saya adalah THE JOY OF THE LORD/SUKACITA DALAM TUHAN. Saya rindu hari ini bahkan

Lebih terperinci

László Hankó: Kebahagiaan Marina

László Hankó: Kebahagiaan Marina 1 László Hankó: Kebahagiaan Marina Terjemahan: Mentari Siahaan Dahulu kala hiduplah seorang wanita muda dan cantik bernama Marina. Dia tinggal di sebuah gubuk kecil di tepi pantai bersama suaminya yang

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.6 1. Bacaan untuk soal nomor 2-4 Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba

Lebih terperinci

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

SEKOLAH SESUDAH INI. Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka. SEKOLAH SESUDAH INI "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka." Sorga adalah sebuah sekolah; bidang studinya, alam semesta; gurunya, Yang tak berkesudahan hari-nya. Cabang

Lebih terperinci

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Kisah ini mengajarkan dua hal: Pertama, bahwa setiap peperangan yang dikobarkan oleh rasa iri dan benci hanya akan menghancurkan semua

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (5/6)

Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus Memiliki Semua Kuasa dan Penakluk Kematian Kode Pelajaran : SYK-P05 Pelajaran 05 - YESUS MEMILIKI SEMUA KUASA

Lebih terperinci

L; re.- o~ ChNs+ rl'l&oil,si'a tt '

L; re.- o~ ChNs+ rl'l&oil,si'a tt ' L; re.- o~ ChNs+ rl'l&oil,si'a tt '.i.,i,. Jo I. I I. I I. I I. I SEORANG AYAH MENGAMPUNI ANAKNYA Yesus berceritera Untuk mengajarkan kebenaran rohani. Yesus sering menceriterakan ceritera-ceritera pendek

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #19 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA. Judul buku: SYAIR KERINDUAN Penulis: Gunawan Tambunsaribu Jlh. Hal: : 251 halaman Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA. Ada rasa SUKA. KEBENCIAN, SEDIH, BAHAGIA,

Lebih terperinci

Rut 2 Rut bertemu dengan Boas

Rut 2 Rut bertemu dengan Boas Rut 1 Rut dan Naomi 1 Pada zaman para hakim memerintah ada kelaparan di tanah Israel. Lalu pergilah seorang dari Betlehem-Yehuda beserta isterinya dan kedua anaknya laki-laki ke daerah Moab untuk menetap

Lebih terperinci

manfaat matahari pelajaran 7

manfaat matahari pelajaran 7 pelajaran 7 manfaat matahari manfaat matahari bagi kehidupan matahari sumber energi cahaya dan panas bumi menjadi terang dengan cahaya matahari pakaian basah menjadi kering dengan panas matahari manfaat

Lebih terperinci

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan Bab 1 Wonderheart Di suatu titik di alam semesta ini, terdapat sebuah galaksi yang begitu mirip dengan galaksi Bimasakti. Di dalamnya terdapat sebuah planet yang juga memiliki kehidupan mirip seperti Bumi.

Lebih terperinci

Angin senja terasa kencang berembus di antara

Angin senja terasa kencang berembus di antara Bab I Angin senja terasa kencang berembus di antara gedung-gedung yang tinggi menjulang. Di salah satu puncak gedung tertinggi, terlihat sebuah helikopter berputar di tempat, berusaha untuk mempertahankan

Lebih terperinci

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua Rahasia Gudang Tua Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah suara petir yang silih berganti membuatnya susah memejamkan mata. Hiasan gantung di luar jendela kamarnya selalu bergerak ditiup angin

Lebih terperinci

KOMPETENSI 5 CERITA MENARIK. Standar Kompetensi Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca.

KOMPETENSI 5 CERITA MENARIK. Standar Kompetensi Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca. KOMPETENSI 5 CERITA MENARIK A. MEMBACA CERITA Standar Kompetensi Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca. Kompetensi Dasar Menceritakan kembali cerita anak yang dibaca. Indikator 1. Mampu

Lebih terperinci

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata. Hikayat Cabe Rawit Alkisah, pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami-isteri di sebuah kampung yang jauh dari kota. Keadaan suami-isteri tersebut sangatlah miskin. Rumah mereka beratap anyaman daun rumbia,

Lebih terperinci

YUNUS. 1 Yunus 1. Yunus menolak perintah ALLAH untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

YUNUS. 1 Yunus 1. Yunus menolak perintah ALLAH untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 Yunus 1 YUNUS 1P Yunus menolak perintah ALLAH untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe ada zaman dulu ada seorang nabi di Israel bernama Yunus. Bapak dari Yunus bernama Amitai. ALLAH memberikan

Lebih terperinci

hangat hangat hangat hanyut hanyut hanyut haus haus haus

hangat hangat hangat  hanyut hanyut hanyut  haus haus haus hangat (a) panas Ayah membasuh cawan itu menggunakan air yang hangat meriah, sambutan hebat Pertandingan nyanyian itu mendapat sambutan hangat daripada orang ramai hanyut (a) dibawa mengalir oleh air Bangkai

Lebih terperinci

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.7 Nabi Ya qub AS. dan Nabi Yusuf AS.

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.7 Nabi Ya qub AS. dan Nabi Yusuf AS. 5.7.5 Nabi Yusuf AS. dan Saudara-saudaranya Kini saudara-saudara Nabi Yusuf yang telah menceburkannya ke dalam sumur telah datang. Anak-anak Nabi Ya qub datang dan berbaris dalam rombongan orang-orang

Lebih terperinci

KUMPULAN KATA-KATA BIJAK

KUMPULAN KATA-KATA BIJAK KUMPULAN KATA-KATA BIJAK Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Sesuatu yang benar, belum tentu baik. Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga. Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus. Pikiran

Lebih terperinci

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya. Lelah menanti.. Cinta untukmu tak pernah berbalas. Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya. Lucu memang, aku masih saja merindukanmu.. Walau kutau hatimu

Lebih terperinci

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari PROLOG Queenstown Singapore, 1970 Apartemen setinggi ratusan kaki itu mustahil akan membuatnya mudah turun dan keluar. Dia ada di lantai paling atas. Bersama tiga nyawa yang telah hilang dengan beragam

Lebih terperinci

semoga hujan turun tepat waktu

semoga hujan turun tepat waktu semoga hujan turun tepat waktu aditia yudis kumpulan cerita pendek dan flash fiction yang pernah diikutkan kompetisi nulisbuku dan comotan dari blog pribadi. Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com

Lebih terperinci

TIMUN EMAS. Nyi Loro Kidul. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Nyai Dasima. Dongeng Kera Sakti. Asal Usul Rawa Pening. Buaya Perompak. Leny M.

TIMUN EMAS. Nyi Loro Kidul. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Nyai Dasima. Dongeng Kera Sakti. Asal Usul Rawa Pening. Buaya Perompak. Leny M. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara TIMUN EMAS Si Manan dan Si Beku Nyai Dasima Pengalaman I Kodok Asal Usul Rawa Pening Dongeng Kera Sakti Buaya Perompak Dongeng Durbet Asal Mula Bukit Demulih Nyi Loro Kidul

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #37 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #37 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #37 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #37 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

Perjuangan Meraih Cita-cita

Perjuangan Meraih Cita-cita Perjuangan Meraih Cita-cita Matahari terik membakar ubun-ubun kepala. Senin pagi ini di SMA Negeri 1 Batangan telah berjejer rapi menghadap tiang bendera sekaligus pembina upacara hari ini. Pukul 08.00

Lebih terperinci

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR WILLEM ISKANDAR Willem Iskandar adalah penulis terkenal dari Sumatra Utara, Indonesia. Ia menulis puisi dan buku-buku sekolah. Ia tertarik untuk mengajar dan belajar. Ia adalah seorang Sumatra pertama

Lebih terperinci

.satu. yang selalu mengirim surat

.satu. yang selalu mengirim surat .satu. yang selalu mengirim surat Bunyi klakson motor berwarna oranye, dengan teriakan khas Pos! setiap hari selalu aku nantikan. Mata tak lepas dari balik pagar besi lusuh bewarna coklat tua. Ketika pagi

Lebih terperinci

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG Jari ini berjalan begitu saja, seiring angan yang tidak pernah berhenti berharap. Merasa sebuah mimpi yang tidak pernah akan terwujud, harapan yang tidak pernah akan tercapai.

Lebih terperinci

(Aku Melihatnya & Dia Melihatku)

(Aku Melihatnya & Dia Melihatku) (Aku Melihatnya & Dia Melihatku) JUBAH HITAM PART 1 Tahun 1993, sebuah cerita tentang kelahiranku. Tentunya, kedua orangtuaku menjadi saksi bagaimana aku lahir. Saat aku masih dalam kandungan, ayah, dan

Lebih terperinci

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina BAB II RINGKASAN CERITA Ada dua kewajiban yang paling di benci Lara yang harus di lakukannya setiap pagi. Lara harus mengemudi mobil ayahnya yang besar dan tua ke rumah sakit dan mengantarkan adik-adiknya

Lebih terperinci

Dan Ia mengucapkan dan mengajar banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: Adalah seorang penabur keluar untuk menabur benihnya.

Dan Ia mengucapkan dan mengajar banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: Adalah seorang penabur keluar untuk menabur benihnya. Xb4 Perumpamaan tentang Kerajaan Allah 64 Perumpamaan tentang Penabur Matius 13:1-23, Markus 4:1-20, Lukas 8:4-15 1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau dan mulai pula mengajar

Lebih terperinci

Level 1 Pelajaran 6 PERTOBATAN

Level 1 Pelajaran 6 PERTOBATAN Level 1 Pelajaran 6 PERTOBATAN Oleh Don Krow Beberapa orang memiliki pengertian yang salah mengenai pertobatan. Pertobatan bukanlah kesempurnaan tapi perubahan arah. Kita akan bicara mengenai kisah anak

Lebih terperinci

Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian

Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian AKU AKU AKU Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian lantaran ia adalah teladan didunia yang

Lebih terperinci

dan tenteram, tidak pernah lagi merasa khawatir karena tidak ada yang mengenal mereka dan mereka merasa tidak punya musuh.

dan tenteram, tidak pernah lagi merasa khawatir karena tidak ada yang mengenal mereka dan mereka merasa tidak punya musuh. An Orphaned Boy Segala peristiwa yang terjadi di dunia ini, adalah fakta-fakta yang tak dapat diubah lagi oleh apa dan siapapun juga. Peristiwa yang terjadi adalah suatu hal yang sudah nyata, wajar, dan

Lebih terperinci

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang. Induksi Jika aku mengatakan kepadamu, lihatlah seekor burung merah, dapatkah kau melihatnya untukku? Lihatlah setangkai bunga kuning. Lihatlah sebuah mobil biru. Lihatlah seekor anjing dan seekor kucing.

Lebih terperinci

Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,

Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, XI.a.2 Perumpamaan tentang Pemuridan 138. Perumpamaan tentang Menara Lukas 14:28-30 28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya,

Lebih terperinci

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com MEMBILAS PILU Oleh: Dipa Tri Wistapa Copyright 2014 by Dipa Tri Wistapa Penerbit Dipa Tri Wistapa Website dipoptikitiw@gmail.com

Lebih terperinci

Bab 1. Awal Perjuangan

Bab 1. Awal Perjuangan Bab 1 Awal Perjuangan Ivan adalah nama dari seorang anak yang memiliki cita-cita sekolah karena keterbatasan biaya Ivan harus membantu kedua orang tuanya ayah yang bekerja sebagai pemulung sampah dan ibu

Lebih terperinci

ABSTRAK KONFLIK DALAM NOVEL DAUN PUN BERZIKIR KARYA TAUFIQURRAHMAN AL AZIZY DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

ABSTRAK KONFLIK DALAM NOVEL DAUN PUN BERZIKIR KARYA TAUFIQURRAHMAN AL AZIZY DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) ABSTRAK KONFLIK DALAM NOVEL DAUN PUN BERZIKIR KARYA TAUFIQURRAHMAN AL AZIZY DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) OLEH RAHMA ARTA YULIA Masalah yang dibahas dalam penelitian

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 1. Merpati, Elang, dan Bangau akan pamer kecepatan. Setelah semua siap, Rajawali memberi aba-aba. Tapi belum hitungan ketiga,

Lebih terperinci

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap. CINTA 2 HATI Udara sore berhembus semilir lembut,terasa sejuk membelai kulit.kira kira menunjukan pukul 16.45 WIB. Seorang gadis yang manis dan lugu sedang berjalan didepan rumahnya itu. Tiba tiba seorang

Lebih terperinci

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu:

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu: Kisah Ashabul Kahfi Kisah Ashabul Kahfi dan anjing adalah sebuah kisah penuh keajaiban sebagai pertanda kekuasan Allah swt yang tak bias di jelaskan oleh akal manusia yang terbatas ini kisah ini di muat

Lebih terperinci

Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian. Aroma keringat menusuk hidungku. Keringat yang selama ini menghiasi perjuangan mereka membesarkanku. Tanpa sadar

Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian. Aroma keringat menusuk hidungku. Keringat yang selama ini menghiasi perjuangan mereka membesarkanku. Tanpa sadar PULANG Aku kembali di sebuah desa yang lebih pantas kusebut kampung halaman. Hamparan sawah menyambutku yang telah lama meninggalkan tempat ini sejak melepas seragam putih abu-abu. Kini, setelah mendapat

Lebih terperinci

6 Pesan Untuk Gereja

6 Pesan Untuk Gereja 6 Pesan Untuk Gereja Mujizat Penyembuhan dan Undangan Ilahi ke Surga Oleh Pastor Brani Duyon www.divinerevelations.info/indonesia Pengenalan: Di bulan Mei tahun 2006, seorang pelayan Tuhan dibawa ke surga

Lebih terperinci

SHIN HAIDO THE FINNEGANS SHADOWS #1. Penerbit FD Company IVAN DE FINNEGAN

SHIN HAIDO THE FINNEGANS SHADOWS #1. Penerbit FD Company IVAN DE FINNEGAN SHIN HAIDO THE FINNEGANS SHADOWS #1 IVAN DE FINNEGAN Penerbit FD Company The Finnegans Shadows #1 Ivan De Finnegan Oleh: Shin Haido Copyright 2013 by Shin Haido Penerbit FD Company Desain Sampul: Picture

Lebih terperinci

MENGAMPUNI ORANG LAIN

MENGAMPUNI ORANG LAIN Level 2 Pelajaran 9 MENGAMPUNI ORANG LAIN Oleh Don Krow Hari ini kita akan membahas mengenai pengampunan yang di ambil dari Matius 18:21-22: Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus:"Tuhan, sampai

Lebih terperinci

ayahku selalu mengajarkan bahwa kita harus selalu menghormati orang yang lebih tua. Ambillah sendiri. Kau kenapa nak? Sepertinya ada masalah?

ayahku selalu mengajarkan bahwa kita harus selalu menghormati orang yang lebih tua. Ambillah sendiri. Kau kenapa nak? Sepertinya ada masalah? ayahku selalu mengajarkan bahwa kita harus selalu menghormati orang yang lebih tua. Ambillah sendiri. Kau kenapa nak? Sepertinya ada masalah? Nanti keceritakan. Aku mengambil seiikat bunga tulip yang ada

Lebih terperinci

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... 6 Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... OooOooOooO "Hye..." "Hhmmm..." "Aku mencintaimu..." "Nado. Aku

Lebih terperinci

KUMPULAN PUISI KAHLIL GIBRAN

KUMPULAN PUISI KAHLIL GIBRAN A.Nggier FKIP Universitas Muhammadiyah Malang Persahabatan Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan. Dan dia menjawab: Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi. Dialah

Lebih terperinci

AKU AKAN MATI HARI INI

AKU AKAN MATI HARI INI AKU AKAN MATI HARI INI Cerpen Ardy Kresna Crenata AKU BELUM TAHU DENGAN CARA APA AKU AKAN MATI. Apakah mengiris nadi dengan pisau akan menyenangkan? Atau memukul-mukul tengkorak dengan batu akan jauh lebih

Lebih terperinci

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus SATU Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own - ROBERT A. HEINLEIN Kenapa Mama harus pergi? tanya seorang anak berusia sekitar delapan tahun. Mama harus

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #38 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

KOPI DI CANGKIR PELANGI.. KOPI DI CANGKIR PELANGI.. Irama detik menuju menit yang semakin jelas terdengar, menandakan sunyi telah memonopoli malam. Malam memang selalu berdampingan dengan sunyi, dan kemudian memadu kasih untuk

Lebih terperinci

ku yakin, ada makna di balik terjadinya segala sesuatu. Ada makna di balik air mengalir. Ada makna di balik panasnya api.

ku yakin, ada makna di balik terjadinya segala sesuatu. Ada makna di balik air mengalir. Ada makna di balik panasnya api. A ku yakin, ada makna di balik terjadinya segala sesuatu. Ada makna di balik air mengalir. Ada makna di balik panasnya api. Juga ada makna di balik daun yang rontok. Semua makna itu Tuhan berikan untuk

Lebih terperinci

Kierkegaard dan Sepotong Hati

Kierkegaard dan Sepotong Hati Kierkegaard dan Sepotong Hati Langit sudah memerah. Matahari yang anggun nyaris meninggalkan tahtanya. Meninggalkan aku dalam tanda tanya. Aku mempercepat langkah menaiki anak-anak tangga yang cukup curam.

Lebih terperinci

MEMOAR 1. Aku Anak Nelayan

MEMOAR 1. Aku Anak Nelayan MEMOAR 1 Aku Anak Nelayan Mentari pagi menampakkan sinarnya yang terang, ketika seorang bocah laki-laki yang masih duduk di bangku SD kelas II bersama bapaknya mencari ikan di laut. Siapa pun tahu bahwa

Lebih terperinci

Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira

Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira Mata Cinta Selalu terbuka jelas mata ini Mata ciptaan-mu Aku berjalan lemah di atas hiasan Pijakan menuju satu berita gembira Tangan ini beralirkan anugerah kuasa-mu Sederhana bagi-mu Hanya kamilah merasa

Lebih terperinci

BAGIAN PERTAMA. Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah

BAGIAN PERTAMA. Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah BAGIAN PERTAMA Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah 2 MOTIVASI HIKMAH 1 Cinta Sang Wanita Penghibur Apakah ada di dunia ini orang tua yang rela menghancurkan hidup anak kandungnya? Apa kau tahu rasanya hidup terkatung-katung

Lebih terperinci

Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba

Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba Awal, Sosok Sang pembunuh Aaarrrrrggghh terdengar suara guraman keras aahhhh, tolong aku teriakan seorang wanita. Ternyata ada demon yang mencoba memakan jiwa seorang wanita, wanita itu terduduk lemas

Lebih terperinci

Tubuh-tubuh tanpa bayangan

Tubuh-tubuh tanpa bayangan Tubuh-tubuh tanpa bayangan Ada sebuah planet bernama Arais. Planet Arais dihuni oleh suatu makhluk bernama Tubuh berjubah hitam. Mereka adalah makhluk yang sepanjang masa hanya berdiri di tempat yang sama.

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #24 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN Bagus Eko Saputro Copyright 2016 by Bagus Eko Saputro Desain Sampul: Agung Widodo Diterbitkan Secara Mandiri melalui: www.nulisbuku.com 2 Daftar

Lebih terperinci

Kakek Sang Waktu Oleh: RIYN-QIS (Sholah Fariduddin)

Kakek Sang Waktu Oleh: RIYN-QIS (Sholah Fariduddin) Ahmad Taqi Rayhan, Abdullah ibn Mas ud, dkk. Kakek Sang Waktu Oleh: RIYN-QIS (Sholah Fariduddin) Awal, aku tidak percaya bisa melakukan hal-hal yang sebodoh ini. Aku menyesal. Mengapa diriku ini bodoh,

Lebih terperinci

Negeri Peri Di Tengah Hutan

Negeri Peri Di Tengah Hutan Negeri Peri Di Tengah Hutan EXT. Desa Terpencil. Pagi Hari Disebuah desa hiduplah seorang anak perempuan yang lugu, yang bernama. Ia senang sekali bermain ditepi hutan. Namun ibunya sebenarnya melarangnya.

Lebih terperinci

Rahasia dibalik Lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh

Rahasia dibalik Lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh Rahasia dibalik Lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh Matius 25:1-4 Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima

Lebih terperinci