Dipersembahkan untuk: Diri Sendiri. Peringatan No 1: Buku terlarang. Jauhkan dari jangkauan dokter-dokter Spesialis!

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dipersembahkan untuk: Diri Sendiri. Peringatan No 1: Buku terlarang. Jauhkan dari jangkauan dokter-dokter Spesialis!"

Transkripsi

1 0

2 Dipersembahkan untuk: Diri Sendiri Peringatan No 1: Buku terlarang. Jauhkan dari jangkauan dokter-dokter Spesialis! 1

3 KATA SAMBUTAN MENTRI PENDIDIKAN NASIONAL Atas terbitnya buku Jurus-Jurus Sesat Belajar THT Saya sangat gembira menyambut terbitnya buku Jurus-Jurus Sesat Belajar THT ini. Ini merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Penulisan buku ini adalah sebuah bentuk kebangkitan dunia pendidikan di Asia khususnya di Indonesia. Diharapkan dalam waktu dekat, saudara Fauzan akan mampu menerbitkan buku-buku serupa di bagian-bagian lainnya dan semoga penerjemahan ke bahasa-bahasa asing cepat direalisasikan. Sekali lagi, ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan atas nama seluruh rakyat Indonesia dan atas nama dunia riset dan teknologi kepada saudara Fauzan. Semoga tujuan penerbitan buku ini tercapai dan amal bakti Saudara mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Jakarta, 2009 Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia 2

4 DAFTAR ISI Kata Sambutan Mendiknas... 2 Jurus 1 Nanya-Nanya Standar... 4 Jurus 2 Tuli... 7 Jurus 3 Di Balik Tahi Telinga Anda... 8 Jurus 4 Corek... 9 Jurus 5 Bangat pada Corek Jurus 6 Rasa Hanyut Jurus 7 Telinga Bedanging Jurus 8 Behingusan dan kawan-kawan Jurus 9 Daging Tumbuh Jurus 10 Sinus Jurus 11 Hidung Bedarahan Jurus 12 Tumor Jurus 13 Amandal Jurus 14 Faringitis Jurus 15 Serak Sesak

5 JURUS SATU NANYA-NANYA STANDAR Manusia itu adalah tempatnya berkeluh kesah... dan inilah kumpulan keluhan manusia di bidang THT Jenis Keluhan Tuli TELINGA Waktu Lokasi Keluhan penyerta - tibatiba/bertahap - satu telinga/ dua2nya - sejak kapan - jangan-jangan sejak bayi? - lebih terasa saat kapan? Etiologi - riwayat trauma? - riawayat trauma akustik? - pemakaian obat ototoksik? - riwayat infeksi? Telinga berdenging - sejak kapan - bila kapan? - terasa di kepala/telinga? - di sebelah mana? Atau keduaduanya? - ada gangguan pendengaran? - nada tinggi atau nada rendah? Pusing berputar Nyeri dalam telinga Keluar cairan dari telinga - timbul pada posisi kepala tertentu saja? Atau tidak ditentukan posisi? - bila kapan? - sejak kapan? - sebelah mana? Atau dua-duanya? - sejak kapan? - dari 1 atau 2 telinga? - mual muntah? - rasa penuh di telinga? - gangguan neurologis lain? - nyeri? - bau? - banyak atau sedikit? Warna? Darah? - ada gangguan keseimbangan? - ada penyakit lain seperti DM, HT, dll? Gali kemungkinan otalgia sebagai nyeri alih Riwayat sakit sebelumnya? 4

6 Jenis Keluhan Hidung tersumbat Hingus HIDUNG Waktu Lokasi Keluhan penyerta - satu atau duaduanya? - terus menerus atau hilang timbul? - keluar pagi hari? Atau musim tertentu? Atau tidak beraturan? - satu atau kedua belahnya? - - mulut dan tenggorokan kering? - bersin? - darah? - nanah? - bau? - bentuk sekret? Bersin - kapan saja? - + ingus? - gatal di hidung, tenggorok, mata? Nyeri di muka/ kepala - apakah bila menundukkan kepala? - rasa nyerinya lama? - apakah di daerah dahi? Pangkal hidung? Pipi? Tengah kepala? Bedarahan - bila kapan? - satu atau keduaduanya? - depan atau belakang? Gangguan penciuman - sejak kapan? - hilang timbul? - yang bau hidung atau mulutnya? - ingus kental? - bau? Etiologi - riwayat alergi? - pemakaian obat lama? - rokok/alkohol? - riwayat alergi? - riwayat infeksi lain? - riwayat alergi? - sakit gigi? - ingus lama? - alergi? - trauma? - benda asing? - HT? - gangguan perdarahan? - riwayat infeksi? - trauma? - Penderita mencium bau atau hanya orang lain yang mencium? 5

7 TENGGOROKAN Jenis Keluhan Waktu Lokasi Keluhan penyerta Nyeri - hilang timbul? - Nyeri sampai tenggorok telinga? - demam? - batuk? - kering? - serak? Dahak - sering? - batuk? - campur darah? Tersumbat di - sejak kapan? - tempatnya leher - semakin berat? dimana? Ngalih - sejak kapan? - muntah? menaguk - jenis makanan - BB menurun (disfagia) apa? Nyeri menaguk (odinofagi) - sejak kapan? - batuk? - demam? Batuk - sejak kapan? - dahak kental? - darah? Serak - sejak kapan? - batuk? - nyeri? Etiologi - riwayat alergi? - riwayat infeksi? - rokok? - riwayat tertelan? - trauma? - penghalang? - gangguan menaguk sebelumnya? - infeksi? - rokok? - alergi? - infeksi? 6

8 JURUS DUA TULI KONDUKTIF TELINGA LUAR TELINGA TENGAH Rinne (-) Weber: Lateralisasi ke sakit Atresia liang telinga Serumen OE Osteoma Sumbatan tuba Otitis Media Otosklerosis Timpanosklerosis Dislokasi tulang TULI Tes Garputala Rinne (+) Weber: Lateralisasi ke sehat PERSEPTIF KOKLEA Rekrutmen (+) Audiometri decay (+) Kongenital Labirintitis Trauma Intoksikasi obat Sudden deafness Presbiakusis Pre natal? Perinatal? Postnatal? Mekanik Akustik Aminoglikosid Eritromisin loop diuretic salisilat antimalaria antitumor Sensorik metabolik neural mekanik CAMPURAN RETRO KOKLEA (Otak) Neuroma akustik Tumor sudut pons serebellum Cedera otak Perdarahan otak PRINSIP PENATALAKSANAAN - sesuai etiologi - penatalaksanaan seringkali sulit - lebih ke arah pencegahan (alat pelindung, pindah tempat, cegah infeksi, dll) - untuk tuli koklea pemasangan implant koklea - pada presbiakusis pemasangan hearing aid - ototoksik hentikan obat 7

9 JURUS TIGA DI BALIK TAHI TELINGA ANDA DIAGNOSIS ETIOLOGI GEJALA TERAPI Penumpukan Serumen Otitis Eksterna Sirkumskripta (bisul) (di kulit 1/3 luar liang telinga) Otitis Eksterna difus (di 2/3 dalam liang telinga) Otomikosis Otitis eksterna kronis Kolesteatosis/ Keratosis Kolesteatoma eksterna Otitis Eksterna Maligna S Aureus, S Albus Pseudomonas, S Albus, E Coli Jamur Aspergillus, Candida Infeksi jamur tak diobati, trauma berulang, benda asing, penggunaan hearing aid Penglupasan kulit. penumpukan deskuamasi Akbat kolesteatosis yang tidak ditanggulangi erosi kulit dan bagian tulang liang telinga Infeksi pada orangtua dengan DM (Pseudomonas Aeruginosa) Gangguan pendengaran, rasa tertekan Rasa nyeri hebat (pada penekanan perikondrium atau membuka mulut), gangguan pendengaran Sda + sekret berbau Rasa gatal dan penuh di liang telinga Liang telinga menyempit Sikatriks Rasa penuh Kurang pendengaran Kulit terkelupas (mirip serumen) Nyeri hebat Gatal, nyeri hebat bertambah, sekret banyak Liang telinga bengkak tertutup jaringan granulasi, paresis/paralisis fasial Keluarkan! Cair: kapas yang dililitkan Padat: pengait Irigasi Abses insisi Polymixin B, basitrasin salep. Asam asetat 2-5% Tampon mengandung antibiotik Antibiotik sistemik Bersihkan dengan larutan asam asetat 2-5% Anti jamur topikal Operasi rekonstruksi Bersihkan Bersihkan periodik Tetes telinga alkohol, H2O2 Operasi pada kasus berat - antibiotik dosis tinggi - debridemen radikal 8

10 JURUS EMPAT COREK Otitis media peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid Klasifikasi OTITIS MEDIA OTITIS MEDIA SUPURATIF OTITIS MEDIA NON SUPURATIF Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) Otitis Media Serosa Akut (barotrauma) Otitis Media Serosa Kronis (glue ear) Patogenesis Perubahan tekanan udara tiba-tiba Alergi, Infeksi Sumbatan (Sekret, tampon, tumor) Sembuh/normal Gangguan tuba Tekanan negative telinga tengah EFUSI infeksi OME OMA Sembuh OME OMSK 9

11 OMA Etiologi: Streptococcus hemoliticus, S aureus, Pneumococcus Hemofilus influenza, E coli, Pseudomonas aerugenosa Perjalanan penyakit Stadium Patologi Gejala/Tanda Terapi Oklusi Tekanan berkurang, Efusi (+) Membrane timpani normal/keruh Dekongestan, HCl efedrin 0,5% Hiperemi Pembuluh darah melebar Sekret eksudat/serosa Membrane timpani hiperemi, edema Dekongestan, HCl efedrin 0,5%, antibiotic (ampisilin, eritromisin), Supurasi Perforasi Resolusi Sel epitel superf hancur eksudat purulen Membrane timpani rupture Membrane timpani perlahan kembali normal Membrane timpani boomban, demam, nyeri telinga sangat hebat, nadi meningkat Nanah keluar. Tidak gelisah lagi, demam berkurang Sekret berkurang kering. Gejala (-) analgetik antibiotic, analgetik, miringotomi Cuci telinga H 2 O 2 3%, antibiotic Antibiotik OMSK peradangan kronis telinga tengah dan mastoid berlangsung lebih dari 2 bulan membran timpani perforasi sekret purulen hilang timbul (encer atau kental, bening atau berupa nanah) Etiologi 1. Lingkungan 2. Genetik 3. Otitis media sebelumnya. 4. Infeksi 5. Autoimun 6. Alergi 7. Gangguan fungsi tuba eustachius. Faktor penyebab perforasi membran timpani menetap: - Infeksi menetap pada telinga tengah mastoid produksi sekret berlanjut. - obstruksi tuba eustachius berlanjut mengurangi penutupan spontan. - penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel kolesteatom. 10

12 Klasifikasi Jenis Gejala/Tanda Terapi Benigna - tipe tenang perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat tuli konduktif ringan. tidak perlu pengobatan, jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga Gejala lain yang dijumpai seperti waktu mandi, dilarang vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga. berenang, segera berobat bila menderita ISNA. Bila mungkin = operasi rekonstruksi (miringoplasti, - tipe aktif Terdapat sekret pada telinga (bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen) tuli konduktif campuran, otalgia, vertigo Maligna Perforasi marginal atau atik sekret berupa mukus berkurang, tuli konduktif berat campuran. otalgia, vertigo + kolesteatom (kantong retraksi bertumpuknya keratin) - Abses atau fistel retroaurikular - Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani bisa keluar darah. - Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom) Foto rontgen mastoid gambaran kolesteatom. timpanoplasti) Membersihkan liang telinga dan kavum timpani. Pemberian antibiotika (topical + sistemik) Operasi 1.Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy) 2.Mastoidektomi radikal 3.Mastoidektomi dengan modifikasi 4.Miringoplasti 5.Timpanoplasti 6.Pendekatan radikal ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty) Komplikasi A. Komplikasi ditelinga tengah : 1. Perforasi persisten 2. Erosi tulang pendengaran 3. Paralisis nervus fasial B. Komplikasi telinga dalam 1. Fistel labirin 2. Labirinitis supuratif 3. Tuli saraf ( sensorineural) C. Komplikasi ekstradural 1. Abses ekstradural 2. Trombosis sinus lateralis 3. Petrositis D. Komplikasi ke susunan saraf pusat 1. Meningitis 2. Abses otak 3. Hindrosefalus otitis 11

13 OME Etiologi bakteri, imunologis, alergi, virus, disfungsi tuba eustachi, obstruksi nasofaring, dll Faktor predisposisi - terganggunya fungsi tuba eustachius - Adenoid hipertropi - Adenoitis - Sumbing palatum (cleft palate) - Tumor di nasofaring - Barotrauma - Sinusitis - Rhinitis - Defisiensi imunologik atau metabolic Patogenesis gangguan fungsi tuba perbedaan tekanan hidrostatik transudat/ plasma keluar dari pembuluh darah Serosa Gejala klinis - pendengaran berkurang - rasa penuh pada telinga - rasa tersumbat pada telinga - suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda (diplacusis binauralis) - kadang terasa ada cairan yang bergerak dalam telinga saat posisi kepala berubah. - Rasa sedikit nyeri dalam telinga - Tinitus atau vertigo ringan - Otoskopi: membran timpani retraksi, kadang tampak gelembung udara Terapi - Pengobatan diarahkan untuk memperbaiki ventilasi normal telinga tengah. - banyak bisa sembuh sendiri dengan mengobati faktor predisposisi - Jika OME menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan medis mulai diindikasikan: 1. Antihistamin atau dekongestan 2. Mukolitik. 3. Antibiotika (karena sering diikuti OMA) dosis profilaksis 4. Kortikosteroid. - Anak dengan OME persisten bilateral dan yang menderita kehilangan pendengaran selama lebih dari 3 bulan patut dipertimbangkan untuk dilakukan intervensi pembedahan. pilihan yang di anjurkan adalah miringotomi dan pemasangan tabung ventilasi (Grommet) 12

14 KOLESTEATOM kista epitelial berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi tersebut dapat berasal dari kanalis auditoris externus atau membrana timpani. Apabila terbentuk terus menerus dapat menyebabkan terjadinya penumpukan sehingga menyebabkan kolesteatom bertambah besar bersifat desktruksif pada kranium yang dapat mengerosi dan menghancurkan struktur penting pada tulang temporal. Patogenesis 1. Teori Invaginasi timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrana timpani pars flacida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba. 2. Teori Imigrasi terbentuk akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membrana timpani ke telinga tengah. Migrasi ini berperan penting dalam akumulasi debris keratin dan sel skuamosa dalam retraksi kantong dan perluasan kulit ke dalam telinga tengah melalui perforasi membran timpani. 3. Teori Metaplasi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama. 4. Teori Implantasi akibat adanya implantasi epitel kulit secara iatrogenik ke dalam telinga tengah waktu operasi, setelah blust injury, pemasangan ventilasi tube atau setelah miringotomi. Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman, yang paling sering adalah Pseudomonas aerogenusa. Pembesaran kolesteatom menjadi lebih cepat apabila sudah disertai infeksi, kolesteatom ini akan menekan dan mendesak organ di sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Erosi tulang melalui dua mekanisme. 1. desakan atau tekanan yang mengakibatkan remodeling tulang atau nekrosis tulang. 2. aktivitas enzimatik tepi kolesteatom yang bersifat osteoklastik yang menyebabkan resorpsi tulang. Klasifikasi a.kolesteatom Kongenital membrana timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. ditemukan pada daerah petrosus mastoid, cerebellopontin angle, anterior mesotimpanum atau pada daerah tepi tuba austachii, dan seringkali teridentifikasi pada usia 6 bulan hingga 5 tahun. b. Kolesteatoma Akuisital 1. Primer terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani, akan tetapi telah terjadi retraksi membran timpani. 2. Kolestetoma Akuisital Sekunder 13

15 terbentuk setelah perforasi membran timpani. Terbentuk akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga /dari pinggir perforasi membrana timpani Gejala Klinis Perforasi sentral (lubang terdapat di tengah-tengah gendang telinga) keluar nanah berbau busuk dari telinga tanpa disertai rasa nyeri. Bila terus menerus kambuh, akan terbentuk pertumbuhan menonjol (polip), yang berasal dari telinga tengah dan melalui lubang pada gendang telinga akan menonjol ke dalam saluran telinga luar. Pendengaran berkurang Perasaan penuh Pusing Perasaan pusing atau kelemahan otot dapat terjadi di salah 1 sisi wajah atau sisi telinga yang terinfeksi. Penatalaksanaan a. Terapi Medikamentosa b. Terapi pembedahan Prosedur pembedahan meliputi: Canal Wall Down Procedure (CWD) Canal Wall Up Procedure (CWU) Trancanal Anterior Atticotomi Bondy Modified Radical Procedure Komplikasi Tuli Konduksi Tuli sensorineural Kehilangan pendengaran total Paralisis fasialis Fistula labyrinthin abses periosteal, trombosis sinus lateral dan abses intrakranial Komplikasi ke SSP Meningitis, Abses otak, hidrosefalus otitis 14

16 JURUS LIMA BANGAT PADA COREK LABIRINITIS radang telinga dalam (labirin), disebabkan oleh kuman ygmampu menyebabkan reaksi inflamasi. Merupakan komplikasi yg serius dari OMK perforata atau mastoiditis, juga OMA. Kausa - OMK - Kolesteatom - Mastoiditis - Trauma - Operasi telinga Jalannya infeksi : Melalui tulang : Fistel kanalis semi sirkularis Foramen Rotundum Foramen Ovale merusak basis stapes Merusak promontorium Melalui pembuluh darah Trauma Gejala Umum Vertigo (gangguan keseimbangan) Kurang dengar (gangguan pendengaran) Muntah-muntah / mual keringat dingin Bila Pada OMK Terjadi Vertigo Spontan Ingat LABIRINITIS!! Fistel Sign Prinsip : mengisap & memompa udara di canalis auditoris eksterna Fistel terjadi nistagmus, vertigo Klasifikasi Labirinitis Sirkumskripta Laten Difusa Serosa Purulenta 15

17 Sirkumskripta Difusa Serosa Difusa Purulenta Laten L.D. serosa yg telah terjadi pustulasi barier telah tertembus infeksi/ masuk ke labirin = Absorpsi produk toksin bakteri telinga tengah, mastoid ke labirin (invasi kuman - ) Penyebab Komplikasi OMK OMA, post op ME & Stapedektomi Gejala Vertigo Pendengaran turun Vomitus Fistel sign (+) Vertigo spontan Nistagmus Mual / muntah ± Tuli saraf ringan Fistula sign (-) OMA, Mastoiditis akut, OMK / Mastoiditis kronik exaserbasi akut Tuli total, Vertigo berat, Mual muntah Nistagmus spontan Posisi pasien khas (mengurangi vertigo = Labirinitis Difusa Purulenta Kronik terlokalisir di dalam kapsul labirin saja gejala labirinitis tdk menyolok fungsi labirin kurang / hilang unilateral, tuli sama sekali Terapi Terapi OMSK Antibiotik Operasi,simtomatik Istirahat total Antibiotik adekuat Drainase telinga tengah Bed rest total Sedatif ringan Antibiotika adekuat operasi : segera! Drainase atasi infeksi Mastoidektomi (bila ada indikasi) Komplikasi Intrakranial melalui perineural & perivaskuler Subarahnoid melalui aqua duktus koklearis (perilimfe) Duramater melalui duktus endolimfatik (endolimfe) 16

18 JURUS ENAM RASA HANYUT Vertigo anamnesa - jenis - kapan, lama serangan, frekuensi - gejala penyerta - riwayat terdahulu (trauma kapitis, OMSK, hipertensi, intoksikasi) Tipe Vertigo Sentral Perifer Paroksismal (mendadak) jarang Sering Beratnya Ringan Berat Waktu Lama Singkat Dipengaruhi posisi kepala - + Gejala otonom - + Kelainan SSP + - MENIERE DISEASE Etiologi Belum jelas. Kemungkinan karena gangguan biokimia cairan endolimfe, gangguan klinik membran labirin Patofisiologi Hidrops endolimfe pada koklea dan vestibulum karena: 1. tekanan hidrostatik ujung arteri meningkat 2. tekanan osmotik dalam kapiler 3. tekanan osmotik ruang ekstrakapiler meningkat 4. jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat Gejala Klinis - vertigo berat disertai muntah - tinnitus - tuli saraf Terapi - tergantung etiologi - simptomatik (sedatif, antiemetik) - vasodilator perifer - antiiskemia - fisioterapi dan rehabilitasi 17

19 JURUS TUJUH TELINGA BEDANGING Tinnitus keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa ada rangsangan bunyi dari luar Dibagi: - Objektif: pemeriksa dapat mendengar dengan auskultasi dll. Sifat vibratorik, transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler sekitar telinga - Subjektif: non vibratorik proses iritatif/ degenerasi traktus auditorik 1. Nada rendah + tuli konduksi sumbatan liang telinga (serumen, tumor, tuba katar, otitis media, dll) 2. Nada rendah berpulsasi, tuli konduksi (-) gejala dini tumor glomus jugulare 3. tinitus objektif seirama denyut nadi gangguan vaskular 4. nada tinggi tuli sensorineural, intoksikasi obat 5. nada tinggi/rendah (bergemuruh/ berdengung) + tuli sensorineural + vertigo hipertensi endolimfatik 6. bilateral intoksikasi obat, presbiakusis, trauma bising, penyakit sistemik lain Anamnesis - kualitas tinnitus - kuantitas tinnitus - vertigo? - Gangguan pendengaran? - Gejala neurologik lain? - Unilateral/ bilateral? - Lama serangan (patologik bila >5 menit) Terapi 1. elektrofisiologik: alat bantu dengar, tinitus masker 2. psikologik 3. medikamentosa: transquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin 4. bedah 18

20 JURUS DELAPAN BEHINGUSAN DAN KAWAN-KAWAN ALERGIKA NON INFEKSI VASOMOTOR RINITIS MEDIKAMENTOSA INFEKSI AKUT RINITIS SIMPLEKS INFLUENZA KRONIS RINITIS HIPERTROFI RINITIS SIKA R. ATROFI/ OZAENA RINITIS SPESIFIK R. difteri R. sifilis R. tuberkulosa R. jamur 19

21 RINITIS ALERGI Etiologi Reaksi alergi pada pasien atopi Hipersensitivitas tipe I Klasifikasi Rinitis Alergika Rinitis alergi intermitten (kadang-kadang). < 4 hari/minggu atau < 4 minggu. Rinitis alergi persisten (menetap). Gejalanya > 4 hari/minggu atau > 4 minggu. Rinitis alergi ringan. Tidak mengganggu aktivitas harian Rinitis alergi sedang & berat. Mengganggu aktivitas harian. Anamnesis Bersin patologis (berulang lebih 5 kali setiap serangan) Rinore Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat. Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi). Allergic shiner. Perasaan anak bahwa ada bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung. Allergic salute. Perilaku anak suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa gatal. Allergic crease. garis melintang 1/3 bawah dorsum nasi akibat menggosok hidung. Alergen terperinci Hirupan (dws): debu rumah, tungau, jamur, bulu binatang Makanan (anak): susu, telur, ikan laut, coklat Riwayat alergi dalam keluarga Bahan iritan pada tempat kerja Pemeriksaan Fisik Lakrimasi berlebihan, sklera dan konjungtiva yang merah, daerah gelap periorbita (mata biru alergi), pembengkakan sedang sampai nyata dari konka nasalis yang berwarna kepucatan keunguan, sekret hidung encer jernih, keriput lateral pada krista hidung, gambaran allergic salute, lipatan hidung transversal, lipatan infraorbita Dennie-Morgan Pemeriksaan Penunjang eosinofil meninggi dlm sekret hidung dan darah tepi, peningkatan kadar serum IgE. Sitologi hidung banyak eosinofil (menunjukkan alergi inhalan), basofil 5 sel/lap (menunjukkan alergi ingestan), dan sel PMN (menunjukkan infeksi bakteri). radio immunosorbent test (RAST) & enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) Uji kulit. Penatalaksanaan 1. Menghindari alergen penyebab Terapi simptomatik dengan obat-obatan Antihistamin oral, dekongestan (dapat diberikan tunggal atau kombinasi dengan antihistamin H 1 lokal atau peroral), Kortikosteroid (sistemik atau intranasal) 2. Injeksi alergen, imunoterapi, atau hiposensitisasi 20

22 Bila cara-cara konservatif tidak berhasil, maka injeksi alergen dapat diindikasikan. penyuntikkan alergen penyebab bertahap menginduksi toleransi penderita alergi. 3. Penatalaksanaan komplikasi atau faktor-faktor yang memperburuk 4. Terapi bedah Pembedahan biasa dilakukan pada polip hidung dan sinusitis berkaitan dengan faktor infeksi jika terapi obat-obatan. Komplikasi Otitis media, Disfungsi tuba eustachius, Sinusitis akut, Sinusitis kronik RINITIS VASOMOTOR dan RINITIS MEDIKAMENTOSA Vasomotor Medikamentosa Penyebab Ketidakseimbangan saraf simpatis & parasimpatis (otonom) - Obat-obatan yang menekan kerja simpatis - Faktor fisik: asap rokok, udara dingin, bau yang merangsang - Faktor endokrin - Faktor psikis Gejala Klinis Terapi Hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan (tergantung posisi) Rinore (mukus/serosa) Bersin jarang, tidak ada gatal Gejala memburuk pada pagi waktu bangun tidur RA: edema mukosa hidung, konka merah tua/gelap/pucat - hindari penyebab - simptomatis (dekongestan oral, diatermi, kauterisasi konka, kortikosteroid topikal) - Operasi (bedah beku, elektrokauter, konkatomi inferior) - Neurektomi n. Vidianus Pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes hidung/semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan sumbatan menetap Hidung tersumbat terus menerus dan berair RA: edema konka, sekret hidung berlebihan Pengujian dengan adrenalin: edema konka tidak berkurang - Hentikan obat - kortikosteroid - dekongestan oral 21

23 RINITIS SIMPLEKS, SIKA, HIPERTROFI, ATROFI (OZAENA) Simpleks Sika Hipertrofi Ozaena Sebab virus Lingkungan berdebu, panas, kering, orangtua, anemia, alkohol, gizi buruk Infeksi berulang di hidung/ sinus Lanjutan rinitis alergi/ vasomotor Klebsiella ozaena, def Fe, vitamin A, sinusitis kronis, kelainan hormon, peny kolagen Gejala Terapi hidung kering, panas &gatal, bersin berulang, hidung tersumbat, ingus encer (kental bila infeksi sekunder oleh bakteri) demam, nyeri kepala Istirahat Analgeti antipiretik, dekongestan Iritasi, rasa kering di hidung Epistaksis (kadang2) Tergantung penyebab, obat cuci hidung Sumbatan hidung Sekret banyak (muko purulen), nyeri kepala Konka hipertrofi, berbenjol2 ditutupi mukosa hipertrofi Sekrer mukopurulen Sesuai penyebab Kauterisasi konka Nafas berbau (yang mencium orang lain, pasien tidak), hiposmia/anosmia, ingus kental hijau, krusta hijau, hidung tersumbat, sakit kepala Antibiotik, obat cuci hidung, operasi RHINITIS DIFTERI, SIFILIS, TB Difteri Sifilis TB Penyebab Corynebacterium difteria T Pallidum M Tuberculosis Gejala Terapi Demam, toksemia, limfadenitis, paralisis Ingus bercampur darah Pseudomembran putih, krusta coklat di nares dan cavum nasi Isolasi ADS, penisilin (lokal/im) Sama dgn rinitis akut lain. Bercak pada mukosa, gumma/ ulkus Sekret mukopurulen berbau + krusta, perforasi septum/ hidung pelana Penisilin, obat cuci hidung Hidung tersumbat, Sekret mukopurulen, krusta BTA (+) Obat anti TB Obat cuci hidung 22

24 JURUS SEMBILAN DAGING TUMBUH Polip Nasi massa lunak bertangkai dalam rongga hidung, permukaannya licin berwarna putih keabu-abuan, agak bening karena mengandung banyak cairan (polip edematosa) berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa). Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral. Etiologi Belum diketahui pasti. Namun ada beberapa teori: 1. Faktor alergi polip nasi paling tinggi dijumpai pada penderita alergi saluran nafas, peningkatan sel eosinofilia dalam darah dan sekret hidung pengumpulan Ig E dalam cairan polip. 2. Faktor infeksi Faktor predisposisi 1. Alergi terutama rinitis alergi. 2. Sinusitis kronik. 3. Iritasi. 4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi (deviasi septum, hipertrofi konka) Patofisiologi Fenomena Bernoulli teori Bernstein ketidakseimbangan saraf vasomotor udara mengalir melalui tempat sempit tekanan negatif pada daerah sekitar jaringan yang lemah akan terisap aliran udara turbulensi di daerah sempit kompleks osteomeatal prolaps submukosa reepitelisasi pembentukan kelenjar baru peningkatan penyerapan Na permuksaan sel epitel retensi air peningkatan permeabilitas kapiler + gangguan regulasi vaskuler pelepasan sitokin dari sel mast edema mukosa (kebanyakan di meatus medius) stroma terisi cairan interseluler mukosa yang sembab jadi polipoid mukosa makin besar turun dlm rongga hidung Membentuk tangkai POLIP 23

25 Gambaran Mikroskopik: epitel dari polip serupa mukosa hidung normal (epitel bertingkat semu bersilia) dengan submukosa yang sembab. Sel selnya terdiri limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan makrofag. Mukosa mengandung sedikit sel sel goblet. Pembuluh darah sangat sedikit dan tidak mempunyai serabut saraf. Polip yang sudah mengalami metaplasi epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik, gepeng berlapis tanpa keratinisasi. Anamnesis - hidung tersumbat menetap, makin lama makin memberat. - hiposmia anosmia (bila berat). - nyeri kepala sampai mata (bila disertai sinusitis) - keluar sekret jernih sampai purulen (bila disertai sinusitis) - ingus turun ke belakang (arah tenggorok) - bersin dan iritasi di hidung (bila penyebabnya alergi) - batuk kronik dan asma (bila disertai asma) - bernafas melalui mulut tengorokan kering bau mulut - telinga terasa penuh - suara sengau - gangguan tidur, mengorok saat tidur, dan penurunan kualitas hidup Pemeriksaan Fisik - deformitas hidung luar hidung tampak mekar - massa bertangkai, mudah digerakkan, konsistensi lunak, tidak nyeri bila ditekan, tidak mudah berdarah, pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil. Polip biasanya berbentuk multiple dan tumbuhnya bilateral. Pemeriksaan Radiologis Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus. Diagnosis Banding 1. Tumor nasofaring, tampak seperti polip fibroudematus, relative lebih mudah berdarah (epistaksis) 2. Inverted Cell Papilloma tampak seperti polip multiple, pada orang berusia lanjut. 3. Meningokel, biasanya pada bayi, dan ingat polip jarang dijumpai pada anak/ bayi. 4. Konka polipoid (Tidak bertangkai, Sukar digerakkan, Nyeri bila ditekan dengan pinset, Mudah berdarah, Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor) Klasifikasi berdasar bentuk (Paparella dan Shumrick) 1. Polip udematus putih kelabu, licin, mengandung sedikit jaringan ikat, banyak rongga berisi cairan. 2. Polip fibrosa Berwarna keruh karena banyak mengandung jaringan ikat. 3. Polip vaskuler Berwarna kemerahan karena relatif mengandung lebih banyak pembuluh darah. 24

26 Pembagian Stadium polip (Mackay dan Lund) 0 : tidak ada polip 1 : terbatas di meatus medius 2: sudah keluar dari meatus medius, tampak tapi belum memenuhi rongga hidung 3: polip yang masif menutupi hampir seluruh rongga Komplikasi - Sinusitis paranasalis - rinolalia oklusa - hiposmia atau anosmia - aprokseksia nasalis. - epifora. - foetor ex oroe - sumbatan muara tuba eustachius gangguan drainase dan ventilase telinga tengah. otitis media. - kelainan bentuk hidung berupa Frog-face deformity Penatalaksanaan 1. Terapi Operatif Polipektomi dengan senar atau dengan forseps. bila berulang atau sudah sangat besar = operasi etmoidektomi, atau CWL atau BSEF 2. Terapi Konservatif Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian dosis diturunkan perlahan lahan (tappering off). Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5 7 hari sekali, sampai polipnya hilang. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid Prognosis Cenderung residif 25

27 JURUS SEPULUH SINUS 4 Sinus (1) Sinus frontalis ostiumnya terletak di meatus nasi medius. (2) Sinus maksilaris (yang paling besar) ostiumnya di meatus nasi medius. (3) Sinus ethmoidalis: anterior ostiumnya di meatus nasi medius, posterior: meatus nasi superior (4) Sinus sfenoidalis ostiumnya di meatus nasi superior. Kompleks osteomeatal: di meatus medius, terdapat daerah rumit dan sempit. Terdiri dari infundibulum etmoid, resesus frontales, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya, serta ostium sinus maksilla. Fungsi sinus - air conditioning - penahan suhu - keseimbangan kepala - resonansi suara - peredam perubahan tekanan udara - produksi mukus Sinusitis radang mukosa sinus paranasal. mengenai beberapa sinus multisinusitis, mengenai semua sinus pansinusitis paling sering ditemukan sinusitis maksila, karena: - sinus terbesar - letak ostium lebih tinggi drainase hanya tergantung dari silia - dasar berupa akar gigi - letak ostium di sekitar hiatus semilunaris Etiologi - rinogen (obstruksi ostium sinus) - dentogen (infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas serta premolar P1 dan P2) - infeksi tenggorok (tonsillitis, infeksi faring, adenoiditis) Faktor predisposisi - Obstruksi mekanik (deviasi septum, benda asing di hidung, polip, tumor - rinitis kronis, rinitis alergi - lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering perubahan pada mukosa dan kerusakan silia 26

28 Klasifikasi, Gejala, Terapi Akut Sub akut kronis Waktu 0-3 minggu 3 minggu 3 bulan > 3 bulan Patologi Penyumbatan kompleks = Silia rusak perubahan osteomeatal oleh infeksi, mukosa hidung obstruksi mekanis, ireversibel, kerusakan alergi. silia Mukosa reversibel Anamnesis Hidung buntu Nyeri di daerah siuns Nyeri alih Maksilla: kelopak mata, gigi, dahi, depan telinga Etmoid: pangkal hidung, kantus medius, bola mata, pelipis Frontal: dahi, kepala Sfenoid: verteks, oksipital, belakang bola mata, mastoid Demam, lesu, ingus kental, berbau, Px Fisik Bengkak daerah muka/pipi/ kelopak mata Mukosa konka edema Hiperemi, postnasal drip transiluminasi (+) Terapi waters: perselubungan, air fluid level Antibiotik Dekongestan lokal tetes hidung Analgetik Sama sinusitis akut, tapi tanda-tanda radang akutnya mereda Sama sinusitis akut, tapi tanda-tanda radang akutnya mereda Antibiotika spektrum luas Dekongestan lokal tetes hidung, Analgetik Antihistamin, mukolitik Diatermi, Pungsi irigasi Sekret di hidung, post nasal drip Rasa tidak nyaman, gatal di tenggorok Pendengaran terganggu Nyeri kepala Gangguan di mata Batuk Gejala saluran cerna akibat mukopus tertelan Tidak seberat sinusitis akut Bengkak wajah (-) Sekret kental purulen Post nasal drip Antibiotik, Dekongestan lokal, Analgetik Diatermi pungsi dan irigasi sinus operasi radikal: CWL, BSEF Komplikasi 1. Orbita : - Peradangan atau reaksi edem yang ringan - Selulitis orbita - Abses subperiosteal - Abses Orbita 2. Mukokel (kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus) erosi tulang deformitas wajah, proptosis atau enopthalmus, diplopia. nyeri pada wajah, sakit kepala. 27

29 JURUS SEBELAS HIDUNG BEDARAHAN suatu gejala, bukan penyakit Perdarahan dari : Rongga hidung Jaringan sekitar: Sinus paranasalis, nasofaring ETIOLOGI LOKAL TRAUMA Mengeluarkan ingus tll kuat Bersin-bersin Mengorek hidung Benda asing INFEKSI Rinitis Sinus paranasalis Granuloma spesifik NEOPLASMA KONGENITAL Hemangioma Angiofibroma nasofaring Ca nasofaring Herediter hemoraging telengectasis SISTEMIK Kardiovaskular (HT, Kelainan pembuluh darah, Nefritis kronis, sirosis hepatic) Kelainan darah (Hemofilia, Trombositopenia, leukemia) Infeksi (DHF, tifoid, morbili) perubahan tekanan atmosfir (coison disease) Gangguan endokrin (hamil, menopause) 28

30 SUMBER & LOKASI PERDARAHAN A. ethmoid ant Hidung atas A. ethmoid post POSTERIOR a. sphenopalatina hidung bawah Plexus Kieselbach ANTERIOR PENATALAKSANAAN 1. Menghentikan perdarahan a. Bersihkan bekuan darah b. Tekan / jepit ala nasi 5 10 mnt u/ perdarahan pleksus kiesselbach c. Pemberian vasokonstriktor + lokal anastesi (lidokain epidril 1%) d. Kaustik (Triclor acetic acid 100%, Nitrat argenti 20-30%, elektrokauter e. Pemasangan tampon anterior f. Pemasangan tampon posterior tampon Bellocq (perdarahan posterior dan nasofaring, Bila dg tampon anterior tidak teratasi : g. Ligasi arteri( a. ethmoidalis anterior, a. ethmoidalis posterior, a. karotis eksterna, a. maxillaris interna) 2. Mencegah komplikasi a. Infus b.transfusi darah bila Hb < 8% c. Antibiotika d.obat-obat hemostatika 3. Mencegah berulangnya epistaksis Mencari penyebab terapi yg sesuai kausa KOMPLIKASI - Komplikasi epistaksis :Hipotensi, hipoksia, anemia, aspirasi pneumonia - Komplikasi kauterisasi : Sinekia, perforasi septum - Komplikasi pemasangan tampon : Sinekia, rinosinusitis, sindrom syok toksik, Perforasi septum, tuba eustachius tersumbat, aritmia (overdosis kokain atau lidokain ) - Komplikasi embolisasi : Perdarahan hematom, nyeri wajah, hipersensitivitas, paralisis fasialis, infark miokard. - Komplikasi ligasi arteri : kebas pada wajah, sinusitis, sinekia, infark miokard. 29

31 JURUS DUA BELAS TUMOR ANGIOFIBROMA NASOFARING tumor jinak nasofaring, secara histologis jinak, secara klinis bersifat ganas, karena mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya. Kaya pembuluh darah - terjadi hanya pada laki-laki, biasanya selama masa prepubertas dan remaja. (7-21 tahun) Etiologi Belum jelas. berbagai macam teori banyak diajukan. - teori jaringan asal, tempat perlekatan spesifik angiofibroma di dinding posterolateral atap rongga hidung. - Faktor ketidakseimbangan hormonal (pertumbuhan yang abnormal dari kondrokartilago embrional, dimana hormon testosteron berperan dalam terbentuknya hamartomatous nidus dari jaringan konka inferior yang seharusnya tidak terdapat di nasofaring) - trauma, inflamasi, infeksi, alergi, dan herediter. Histopatologi memiliki lobulus-lobulus, firm, tidak berkapsul, biasanya berwarna merah muda-keabuan atau ungu-kemerahan. mikroskopis, memiliki pembuluh darah yang berdinding tipis dengan diameter beragam bergantung dari stroma jaringan ikat yang matang. jaringan ikat sembab dengan diantaranya didapatkan pembuluh-pembuluh darah lebar, yang sangat bervariasi dalam besar, bentuk, serta distribusinya. Pada beberapa tempat tampak adanya pembuluh-pembuluh darah kapiler yang saling berhubungan. Gejala Klinis epistaksis yang hebat, pembengkakan wajah, proptosis, dan gejala okular (diplopia dengan atau tanpa gangguan lapangan pandang) Pemeriksaan Fisik Inspeksi : Bentuk muka ( frog face ), mata menonjol. Rinoskopi anterior, didapatkan tumor di bagian belakang rongga hidung. Fenomena palatum negative. Rinoskopi posterior, didapatkan tumor di nasofaring merah kebiruan. Pemeriksaan Tambahan Ct scan, angiografi, MRI, untuk mengetahui perluasan tumor. Biopsi tidak dianjurkan mengingat bahaya perdarahan. Tumor akan tumbuh ekspansif o Ke lateral : Menutup ostium tuba Eustchius, terjadi oklusi tuba, otitis media. o Ke anterior : Masuk ke rongga hidung menimbulkan buntu hidung unilateral / bilateral. Menimbulkan frog face. Masuk ke orbita, menyebabkan protrusion bulbi. o Ke bawah : Mendesak palatum mole, menyebabkan bombans. Masuk ke orofaring, hipofaring, menyebabkan gangguan menelan dan sesak nafas.. o Ke atas : Mendesak dasar tengkorak, masuk ke rongga tengkorak. 30

32 Penatalaksanaan Terapi Bedah 1. Rhinotomi lateral, transpalatal, transmaksilla, atau melalui spenoethmoidal digunakan untuk tumor-tumor kecil (Fisch stadium I atau II). 2. Melalui infratemporal fossa digunakan untuk tumor yang sudah melebar ke lateral. 3. Melalui Midfacial degloving, dengan atau tanpa osteotomi LeFort, improves posterior access to the tumor (gambar 2). Terapi Hormon : Penghambat reseptor testosteron flutamide Radioterapi KARSINOMA NASOFARING Etiologi virus Epstein-Barr Histopatologi WHO (1991) dibagi 2 tipe: 1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma). 2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma). Gejala Klinik 1. Gejala Dini. a. Gejala telinga - Rasa penuh pada telinga - Tinitus - Gangguan pendengaran b. Gejala hidung - Epistaksis - Hidung tersumbat c. Gejala mata dan saraf - Diplopia - Gerakan bola mata terbatas9,12 2. Gejala lanjut - Limfadenopati servikal - Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar - Gejala akibat metastase jauh.2,3,10 Penatalaksanaan 1. Radioterapi 2. Kemoterapi 3. Operasi diseksi leher radikal (jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi) dan nasofaringektomi (paliatif pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu) 4. Imunoterapi 31

33 TUMOR SINONASAL - keganasan paling banyak terjadi pada sinus maksilaris, diikuti etmoidalis, sfenoidalis, dan sinus frontalis - tumor ganas sinonasal yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul oleh karsinoma yang berdeferensiasi, dan tumor kelenjar. - 10,1% dari seluruh tumor ganas THT. Rasio penderita laki-laki banding wanita sebesar 2:15. Etiologi belum diketahui, diduga beberapa zat hasil industri antara lain nikel, debu kayu, kulit, formaldehid, kromium, minyak isopropil, dan lain-lain. Faktor Risiko tukang kayu, tukang sepatu dan boot, serta pembuat furnitur. Klasifikasi 1. Tumor Jinak tersering papiloma skuamosa. Makroskopis mirip dengan polip, tetapi lebih vaskuler, padat dan tidak mengkilap. Ada 2 jenis papiloma, pertama eksofitik atau fungiform dan yang kedua endofitik disebut papiloma inverted. (dibahas di bawah) 2. Tumor Ganas Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%). Sinus maksila tersering terkena (65-80%), sinus etmoid (15-25%), hidung sendiri (24%), 3. Invasi Sekunder antara lain pituitary adenomas, chordomas, karsinoma nasofaring, meningioma, tumor odontogenik, neoplasma skeleton kraniofasial jinak dan ganas, tumor orbita Gejala Klinis 1. Gejala nasal obstruksi hidung unilateral dan rinorea. Sekret sering bercampur darah atau terjadi epistaksis. Tumor yang besar mendesak tulang hidung deformitas hidung. Khas pada tumor ganas ingusnya berbau karena mengandung jaringan nekrotik. 2. Gejala orbital diplopia, protosis, oftalmoplegia, gangguan visus dan epifora. 3. Gejala oral ulkus di palatum /prosesus alveolaris. (mengeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi geligi goyah. 4. Gejala fasial penonjolan pipi, nyeri, anesthesia atau parestesia muka jika mengenai nervus trigeminus. 5. Gejala intrakranial sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat disertai likuorea, Terapi pembedahan radikal diikuti dengan radioterapi postoperatif. 32

34 INVERTED PAPILOMA tumor jinak, tetapi terdapat hiperplasi epitel yang tumbuh dan masuk ke dalam jaringan stroma di bawahnya untuk kemudian membentuk kripte, dengan membrana basalis yang tetap utuh. mampu merusak jaringan sekitar, cenderung kambuh lagi dan dapat menjadi ganas. Etiologi belum jelas, terdapat bermacam-macam teori, antara lain: infeksi kronis, virus, polip HPV 6, 11,16, and 18. Faktor Resiko laki-laki: wanita = 3:1. Riwayat sinusitis sebelumnya Histologi mirip dengan polip. variasi warna dari merah sampai merah muda pucat. Lebih vaskular dibandingkan polip. Gejala Klinis mirip dengan gejala tumor jinak hidung dan sinus paranasal, masa tumor mirip dengan polip hidung, tetapi biasanya unilateral. obstruksi nasal disertai gejala seperti epistaksis, nyeri di hidung, rhinorrhea, proptosis, dan epifora. Di literature lain disebutkan nyeri pada wajah, diplopia, suara bindeng, facial pruritus, dan anosmia. Penatalaksanaan Tindakan bedah (rhinotomy lateral dengan maxilektomi medial, lateral osteotomy dari tulang nasal serta midfacial degloving) Radioterapi (adjuvan) 33

35 TONSILITIS AKUT Keradangan akut pada tonsil Biasanya pada anak-anak >> 5 th s.d 10 th Etiologi - Streptokokus B hemolitikus group A - Streptokokus non hemolitikus - Virus JURUS TIGA BELAS AMANDAL Anamnesis - Nyeri menelan hebat anak tidak mau makan - Tenggorokan terasa kering - Otalgia nyeri alih - Panas tinggi kejang - Nyeri kepala & malaise Pemeriksaan - Plummy voice suara terdengar spt berisi makanan - Ptialismus - Tonsil merah udem dg detritus - Palatum mole - Arkus anterior udem & hiperemi - Arkus posterior - Pembesaran kelenjar regional yugolodigastrikus & nyeri tekan Komplikasi Lokal - Abses / infiltrat peritonsiler - Abses parafaring - Adenitis servikal supuratifa - Otitis media akut Sistemik : - Ginjal : GNA, nefritis - Persendian : artritis - Jantung : endokarditis - Vaskuler : plebitis Terapi - Simptomatis - Istirahat - Makanan lunak - Obat kumur - Analgetika / antipiretik - Antibiotika : pada penderita dg daya tahan menurun golongan penisilin (5-10 hari) 34

36 TONSILITIS KRONIS Etiologi Seperti tonsilitis akut Anamnesis - Ringan tanpa keluhan sakit tenggorok - Hebat eksaserbasi akut - Rasa ada benda asing - bau mulut Pemeriksaan Gambaran klinis bervariasi tergentung bentuk infeksi - Tonsil hipertropi: tonsil membesar, jaringan parut (+), kripte melebar & eksudat purulen diantara kripte - Tonsil atropi : tonsil kecil membentuk lekukan dg tepi hiperemis - Sekret purulen tipis - Didapatkan pembesaran kelenjar submandibula tanpa nyeri tekan - Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dg infeksi kronis / berulang Komplikasi seperti tonsilitis akut Terapi tonsilektomi Indikasi Mutlak 1. Corpulmonal karena obstruksi jalan nafas menahun 2. Hipertropi tonsil (adenoid) dg sindroma sleep apneu 3. Hipertropi gangguan makan dg penurunan berat badan yg cepat 4. Biopsi karena curiga keganasan 5. Post abses peritonsiler yg berulang atau abses yg meluas ke jaringan sekitar Indikasi Relatif 1. Serangan berulang (4-5x /th) walau pemberian terapi sudah adekuat 2. Tonsilitis dg karier a.l : difteri, strep B hemolitikus 3. Hiperplasia tonsil & obstruksi fungsional Hiperplasia & obstruksi yg menetap setelah infeksi mononukleosis 4. Riwayat demam rematik jantung yg berhubungan dg tonsilitis yg berulang 5. Tonsilitis kronis menetap respon penatalaksanaan medis tidak berhasil 6. Hipertropi tonsil dan adenoid 7. Tonsilitis kronis yg berhubungan dg adenopatia servikal persisten 35

37 ADENOIDITIS AKUT Keradangan akut pada adenoid pada bayi & anak Etiologi Streptokokus hemolitikus (50%), Virus Gambaran Klinis - Panas badan tinggi kejang - Hidung buntu bayi menyusu tidak tenang - Rhinoskopi anterior (kalau terlihat): adenoid udem & hiperemi kadang tertutup sekret - Biasanya bersama-sama tonsilitis akut Terapi - Simptomatis: analgetika / antipiretika - antibiotika Komplikasi - OMA - Infeksi saluran nafas bawah ADENOIDITIS KRONIK ADENOID HIPERTROPI Keradangan berulang / iritasi pada adenoid akibat a/l : rinitis kronis, sinusitis kronis post nasal drip Gejala - Obstruksi nasi shg berakibat : Rinolalia oklusa - adenoid face - Nafsu makan menurun - Sering pilek - Sering sakit kepala - Pendengaran berkurang - Batuk yg sukar sembuh - Aproseksia nasalis (sukar konsentrasi) - Rinoskopi anterior : palatum mole penomen (-) / terbatas Terapi Adenoidektomi Indikasi Adenoidektomi - Obstruksi jalan nafas kronis Nasofaring purulen kronis walaupun dg terapi adekuat - Otitis media serosa - Otitis media supuratifa akut yg rekuren penatalaksanaan medis (-) - Otitis media supuratifa kronik - Curiga keganasan nasofaring 36

38 JURUS EMPAT BELAS FARINGITIS NON SPESIFIK AKUT KRONIS HIPERPLASTIK ATROFI FARINGITIS LUETIKA SPESIFIK TB FARINGITIS AKUT, KRONIS HIPERPLASTIK DAN ATROFI AKUT HIPERPLASTIK ATROFI Penyebab Streptococcus β hemoliticus, S viridan, S piogenes. Virus influenza, adenovirus, ECHO Predisposisi: rinitis kronis, sinusitis, iritasi kronis (rokok, alkohol), hidung sumbat nafas lwt mulut Rinitis atrofi Gejala Terapi Nyeri tenggorok, disfagia, demam, mual, kel limfa leher >>, Faring hiperemi, edem Dind posterior bergranula Analgetik Antibiotik Tenggorok gatal dan kering Batuk bereak Kaustik (Nitrat argenti, elektrokauter) Obat kumur, obat batuk Tenggorok kering dan tebal Mulut berbau Mukosa faring ditutupi lendir kental, bila diangkat mukosa kering Obati rinitis atrofi Obat kumur, hiegene mulut FARINGITIS LUETIKA DAN TUBERKULOSA LUETIKA T Pallidum TB Gejala Primer: bercak keputihan rongga mulut faring, ulkus, kel mandibula >> nyeri(-) Sekunder: eritema Nyeri hebat tenggorok, otalgia, kel servikal >> BTA (+) Tertier: guma Terapi Penisilin dosis tinggi Terapi TB 37

39 JURUS LIMA BELAS SERAK - SESAK Obstruksi Laring Keadaan darurat Anak-anak mudah terjadi karena 1. Adanya jaringan ikat kendor udem >> Umur < 1 th udem 1mm lumen mengecil sp 50%, sedangkan dewasa 20% 2. Lumen glotis kecil 3. Tulang rawan & trakea lunak Gejala 1. Stridor inspiratoar 2. Sesak nafas 3. Retraksi waktu inspirasi 4. Gelisah 5. Pucat sianosis (hipoksia) 4 Stadium Jackson Stadium I Retraksi supra sternal Stridor inspiratoar Penderita tampak tenang Stadium II Stridor inspiratoar Retraksi supra sternal Retraksi epigastrial Mulai gelisah Stadium III Stridor inspiratoar Retraksi suprasternal Retraksi supra klavikula Retraksi infra klavikula Retraksi epigastreal Retraksi interkostal Gelisah & sesak Stadium IV Seperti stadium III tetapi lebih berat Sangat gelisah berusaha nafas Tampak ketakutan Sianosis Setelah gelisah tenang sianosis kesadaran menurun LARINGITIS AKUT (NON SPESIFIK) Penyebab Banyak bicara : Bicara keras (teriak) Penyalahgunaan suara = vokal abuse Faktor eksogen : Asap rokok Debu alkohol Faktor endogen : iritasi post nasal drip 38

40 Gejala Suara parau afoni Tenggorokan gatal, kering sakit waktu bicara Subfibril Korda vokalis merah dan udem Terapi Self limiting disease Vokal rest antibiotika LARINGITIS KRONIK SPESIFIK 1. Laringitis TBC 2. Laringitis luetika 3. Laringits G O 4. Laringitis AIDS Terapi sesuai etiologi Nantikan buku seri Jurus-Jurus Sesat lainnya Download buku-buku di atas di Segera Terbit!! - seri Mata Cemerlang - seri Hitam Putih Radiologi Miliki pula: - Protap mini Jaga VK cara sesat 39

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik. LAPORAN KASUS RUMAH SAKIT UMUM YARSI II.1. Definisi Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik). II.2. Etiologi Epistaksis dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga.

Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga. THT Otitis Eksterna (OE) Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga. Terdapat 2 jenis OE, yaitu OE sirkumkripta

Lebih terperinci

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil TONSILEKTOMI 1. Definisi Tonsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada

Lebih terperinci

Dipersembahkan untuk: Diri Sendiri. Peringatan No 1: Buku terlarang. Jauhkan dari jangkauan dokter-dokter Spesialis!

Dipersembahkan untuk: Diri Sendiri. Peringatan No 1: Buku terlarang. Jauhkan dari jangkauan dokter-dokter Spesialis! 1 Dipersembahkan untuk: Diri Sendiri Peringatan No 1: Buku terlarang. Jauhkan dari jangkauan dokter-dokter Spesialis! 2 KATA SAMBUTAN MENTRI PENDIDIKAN NASIONAL Atas terbitnya buku Jurus-Jurus Sesat Belajar

Lebih terperinci

PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen

PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen RSU. HAJI MAKASSAR RINITIS ALERGI PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen TUJUAN Menembalikan fungsi hidung dengan cara menghindari allergen penyebab,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sinusitis Sinusitis adalah proses peradangan atau infeksi dari satu atau lebih pada membran mukosa sinus paranasal dan terjadi obstruksi dari mekanisme drainase normal. 9,15

Lebih terperinci

Telinga Luar. Dalam kulit kanal auditorius eksterna. Glandula seminurosa. Sekresi substansi lilin. serumen. tertimbun. Kanalis eksternus.

Telinga Luar. Dalam kulit kanal auditorius eksterna. Glandula seminurosa. Sekresi substansi lilin. serumen. tertimbun. Kanalis eksternus. Gangguan pendengaran Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli sensorineural/saraf/perseptif, atau tuli campur. 1. Tuli konduktif disebabkan kelainan di telinga luar atau telinga tengah.

Lebih terperinci

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal. HIDUNG Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar

Lebih terperinci

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE Laporan Kasus Besar Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE 406117055 IDENTITAS PASIEN PEMERIKSAAN SUBJEKTIF AUTOANAMNESIS Rabu, 25 April jam 09.00 1. Keluhan Utama Benjolan

Lebih terperinci

BAB II. Kepustakaan. 2.1 Anatomi telinga luar

BAB II. Kepustakaan. 2.1 Anatomi telinga luar BAB II Kepustakaan 2.1 Anatomi telinga luar Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya adalah bersin, hidung beringus (rhinorrhea), dan hidung tersumbat. 1 Dapat juga disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan salah satu penyakit inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI FARINGITIS AKUT Laporan Penyakit : 1302 ICD X : J.00-J.01 Faringitis adalah Inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring (dapat

Lebih terperinci

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Otitis Media Supuratif Kronis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Otitis Media Supuratif Kronis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronis Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan,

Lebih terperinci

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS Pembimbing: drg. Ernani Indrawati. Sp.Ort Disusun Oleh : Oktiyasari Puji Nurwati 206.12.10005 LABORATORIUM GIGI DAN MULUT RSUD KANJURUHAN KEPANJEN FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Prof.dr.Abd. Rachman S, SpTHT-KL(K)

Prof.dr.Abd. Rachman S, SpTHT-KL(K) TUMOR HIDUNG DAN SINUS PARANASAL Prof.dr.Abd. Rachman S, SpTHT-KL(K) Tumor jinak sering ditemukan, sedangkan tumor ganas jarang ± 3% dari tumor kepala leher & 1% dari seluruh keganasan. Gejala klinis tumor

Lebih terperinci

FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial

FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial FISIK DIAGNOSTIK THT Dody Novrial A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menjalani praktikum fisik diagnostik kepala leher, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Melakukan pemeriksaan fisik telinga dengan benar 2. Melakukan

Lebih terperinci

1. Pria 35 tahun, pekerja tekstil mengalami ketulian setelah 5 tahun. Dx a. Noise Induced HL b. Meniere disease c. Labirintis d.

1. Pria 35 tahun, pekerja tekstil mengalami ketulian setelah 5 tahun. Dx a. Noise Induced HL b. Meniere disease c. Labirintis d. THT [TELINGA] Jumlah soal : 30 soal 1. Pria 35 tahun, pekerja tekstil mengalami ketulian setelah 5 tahun. Dx a. Noise Induced HL b. Meniere disease c. Labirintis 2. Tuli Konductive berapa db?? a. > 75

Lebih terperinci

RINCIAN KEWENANGAN KLINIS DOKTER SPESIALIS THT-KL. Dokter spesialis yang mengajukan : Lulusan : Tahun lulus:

RINCIAN KEWENANGAN KLINIS DOKTER SPESIALIS THT-KL. Dokter spesialis yang mengajukan : Lulusan : Tahun lulus: RINCIAN KEWENANGAN KLINIS DOKTER SPESIALIS THT-KL Dokter spesialis yang mengajukan : Lulusan : Tahun lulus: No Rincian kewenangan klinis kemampuan klinis 1 2 3 1 Benda asing di telinga 2 Perikondritis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi Rinitis Alergi (RA) menurut ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) merupakan reaksi inflamasi pada mukosa hidung akibat reaksi hipersensitivitas

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

LAPORAN KASUS (CASE REPORT) LAPORAN KASUS (CASE REPORT) I. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : Amelia : 15 Tahun : Perempuan : Siswa : Bumi Jawa Baru II. Anamnesa (alloanamnesa) Keluhan Utama : - Nyeri ketika Menelan

Lebih terperinci

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4. KONSEP MEDIK A. Pengertian Mastoiditis Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala

Lebih terperinci

2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan

2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan 2.3 Patofisiologi Otitis media dengan efusi (OME) dapat terjadi selama resolusi otitis media akut (OMA) sekali peradangan akut telah teratasi. Di antara anak-anak yang telah memiliki sebuah episode dari

Lebih terperinci

Definisi Vertigo. Penyebab vertigo

Definisi Vertigo. Penyebab vertigo Definisi Vertigo Vertigo adalah perasaan yang abnormal mengenai adanya gerakan penderita terhadap lingkungan sekitarnya atau lingkungan sekitar terhadap penderita, dengan gambaran tiba-tiba semua terasa

Lebih terperinci

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang MENIERE S DISEASE Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang dari vertigo yang berlangsung dari

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016 LAPORAN KASUS Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober 2016 12 November 2016 MENIERE S DISEASE Pembimbing: dr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL

Lebih terperinci

BENDA ASING HIDUNG. Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BENDA ASING HIDUNG. Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 BENDA ASING HIDUNG Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 Benda asing pada hidung salah satu kasus yang banyak

Lebih terperinci

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM TRAUMA MUKA DAN HIDUNG DEPT. THT FK USU / RSHAM PENDAHULUAN Hidung sering fraktur Fraktur tulang rawan septum sering tidak diketahui / diagnosis hematom septum Pemeriksaan dapat dilakukan dengan palpasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pharmaceutical Care adalah salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan dan selalu berhubungan dengan elemen lain dalam bidang kesehatan. Farmasi dalam kaitannya

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan adanya lubang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rinitis alergi 2.1.1. Definisi Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang diinduksi oleh inflamasi yang diperantarai IgE (Ig-E

Lebih terperinci

Penyebab tuli konduksi

Penyebab tuli konduksi Penyebab tuli konduksi 1. Pada meatus akustikus eksterna : cairan (sekret, air) dan benda asing, polip telinga). 2. Kerusakan membrana timpani : perforasi, ruptura, sikatriks. 3. Dalam kavum timpani :

Lebih terperinci

Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit :

Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Pengertian Kode Penyakit SOP Peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil

Lebih terperinci

asuhan keperawatan Tinnitus

asuhan keperawatan Tinnitus asuhan keperawatan Tinnitus TINNITUS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian dilakukan sampai jumlah sampel terpenuhi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Epistaksis Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyakit lain yang

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS. Epistaksis. Oleh : Nanny Herwanto, S.Ked ( ) Pembimbing : dr. Ahmad Dian Wahyudiono, Sp.THT-KL

LAPORAN KASUS. Epistaksis. Oleh : Nanny Herwanto, S.Ked ( ) Pembimbing : dr. Ahmad Dian Wahyudiono, Sp.THT-KL LAPORAN KASUS Epistaksis Oleh : Nanny Herwanto, S.Ked (0610710092) Pembimbing : dr. Ahmad Dian Wahyudiono, Sp.THTKL Laboratorium Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Sinusitis adalah peradangan pada sinus paranasal (Smeltzer, 2001). Sedangkan

BAB II KONSEP DASAR. Sinusitis adalah peradangan pada sinus paranasal (Smeltzer, 2001). Sedangkan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Sinusitis adalah peradangan pada sinus paranasal (Smeltzer, 2001). Sedangkan menurut (Long, 1996). Sinusitis adalah peradangan pada membrane mukosa sinus. Sinusitis juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis. Setiap rongga sinus ini

Lebih terperinci

TUMOR NASOFARING. Tumor benigna - Angiofibroma belia Tumor maligna - Karsinoma nasofaring (KNF)

TUMOR NASOFARING. Tumor benigna - Angiofibroma belia Tumor maligna - Karsinoma nasofaring (KNF) TUMOR NASOFARING TUMOR NASOFARING Tumor benigna - Angiofibroma belia Tumor maligna - Karsinoma nasofaring (KNF) - Limfoma non Hogdkin - Karsinoma kistik adenoid - Adenocarcinoma & tumor kel. ludah minor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinusitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih mukosa sinus paranasal. Sinusitis juga dapat disebut rinosinusitis, menurut hasil beberapa diskusi pakar yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Eustachius dan prosessus mastoideus (Dhingra, 2007).

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Eustachius dan prosessus mastoideus (Dhingra, 2007). 20 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Anatomi telinga tengah Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba Eustachius dan prosessus mastoideus (Dhingra, 2007). 2.1.1. Membran Timpani Membran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telinga adalah organ penginderaan yang berfungsi ganda untuk pendengaran dan keseimbangan dengan anatomi yang kompleks. Indera pendengaran berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 31 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan leher 4.2. Rancangan Penelitian Desain penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Pustaka 2.1.1. ISPA a. Definisi ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar

Lebih terperinci

EPISTAKSIS - HIDUNG BERDARAH - MIMISAN DEF. : PERDARAHAN MELALUI HIDUNG YANG ASALNYA DARI RONGGA HIDUNG ATAU DAERAH SEKITAR HIDUNG.

EPISTAKSIS - HIDUNG BERDARAH - MIMISAN DEF. : PERDARAHAN MELALUI HIDUNG YANG ASALNYA DARI RONGGA HIDUNG ATAU DAERAH SEKITAR HIDUNG. DEPT. THT FK-USU / RSUHAM EPISTAKSIS - HIDUNG BERDARAH - MIMISAN DEF. : PERDARAHAN MELALUI HIDUNG YANG ASALNYA DARI RONGGA HIDUNG ATAU DAERAH SEKITAR HIDUNG. ETIOLOGI 1. LOKAL A. TRAUMA TRAUMA RINGAN :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS

LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS DEFINISI : Sinusitis adalah : merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus. ETIOLOGI a. Rinogen Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama

Lebih terperinci

Tonsilofaringitis Akut

Tonsilofaringitis Akut Tonsilofaringitis Akut Faringitis merupaka salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak. Keterlibatan tonsil pada faringitis tidak menyebabkan perubahan derajat beratnya penyakit. Tonsilofaringitis

Lebih terperinci

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1 Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi atau telah terjadi atau yang digambarkan dengan kerusakan jaringan. Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Disusun Oleh : AHMAD IKHLASUL AMAL 092110004 STASE KEPERAWATAN ANAK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Author : Edi Susanto, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.

Author : Edi Susanto, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed. Author : Edi Susanto, S.Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk PENDAHULUAN Sinus paranasal merupakan ruang udara yang berada

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

Laporan Operasi Tonsilektomi

Laporan Operasi Tonsilektomi Laporan Operasi Tonsilektomi Oleh: Ahmad Riza Faisal Herze 1110103000034 Pembimbing: dr. Heditya Damayanti, Sp.THT-KL KEPANITERAAN KLINIK THT RSUP FATMAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisme berbahaya dan bahan-bahan berbahaya lainnya yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. organisme berbahaya dan bahan-bahan berbahaya lainnya yang terkandung di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara Fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur kondisi udara dengan mempersiapkan udara inspirasi agar sesuai dengan permukaan paru-paru, pengatur

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut, maka dikembangkan suatu kerangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang disebabkan oleh suatu infeksi

BAB II KONSEP DASAR. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang disebabkan oleh suatu infeksi BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang disebabkan oleh suatu infeksi telinga tengah, jika tidak diobati dapat terjadi osteomilitis (Brunner dan Suddarth, 2000). Mastoiditis

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba Eustachius

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba Eustachius BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Anatomi telinga tengah Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba Eustachius dan prosessus mastoideus (Dhingra, 2007). 2.1.1. Membran Timpani Membran

Lebih terperinci

KEPERAWATAN DEWASA. Otitis Media Akut dan Kronik. Oleh: KELOMPOK VIIII. Fitriani 023. A. Usmianti. Khumaerah PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

KEPERAWATAN DEWASA. Otitis Media Akut dan Kronik. Oleh: KELOMPOK VIIII. Fitriani 023. A. Usmianti. Khumaerah PROGRAM STUDI KEPERAWATAN Tugas kelompok Dosen pembimbing: Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep. KEPERAWATAN DEWASA Otitis Media Akut dan Kronik Oleh: KELOMPOK VIIII Fitriani 023 A. Usmianti Khumaerah PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

SHAUMBAUGH. Radang akut telinga tengah yang biasanya. pada anak-anak sampai 3 minggu

SHAUMBAUGH. Radang akut telinga tengah yang biasanya. pada anak-anak sampai 3 minggu Prof.dr. Askaroellah Aboet, SpTHT-KL(K) Radang akut telinga tengah yang biasanya disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas sering pada anak-anak sampai 3 minggu SHAUMBAUGH Radang akut dari keseluruhan

Lebih terperinci

Diagnosa banding MATA MERAH

Diagnosa banding MATA MERAH Diagnosa banding MATA MERAH Konjungtivitis Keratitis Uveitis Anterior Glaukoma Kongestif Akut Visus Normal Tergantung letak infiltrat Menurun perlahan, tergantung Menurun ak letak radang Hiperemi konjungtiva

Lebih terperinci

Topik Soal UKDI : Tuli Akibat Bising (Noiced Induced Hearing Loss)

Topik Soal UKDI : Tuli Akibat Bising (Noiced Induced Hearing Loss) Nama: Nia Rahmawinata NIM: 0707101010087 Status : Orientasi Topik Soal UKDI : Tuli Akibat Bising (Noiced Induced Hearing Loss) 1. Pasien usia 40 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan pendengaran berkurang

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN OMSK 1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (aural toilet)

PENATALAKSANAAN OMSK 1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (aural toilet) PENATALAKSANAAN OMSK OMSK Tipe Aman Pengobatan OMSK tipe aman berprinsip pengobatan konservatif atau dengan medikamentosa. Pengobatan OMSK tipe aman secara konservatif, yaitu : 1. Membersihkan liang telinga

Lebih terperinci

SERUMEN PROP. Angga Rizky Permana Dina Nurfadhilah Khairi Maulana Azhari Isnaini Syakira

SERUMEN PROP. Angga Rizky Permana Dina Nurfadhilah Khairi Maulana Azhari Isnaini Syakira SERUMEN PROP Angga Rizky Permana Dina Nurfadhilah Khairi Maulana Azhari Isnaini Syakira Anatomi telinga DEFINISI Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas

Lebih terperinci

LAPORAN OPERASI TIMPANOMASTOIDEKTOMI. I. Data data Pasien Nama : Umur : tahun Jenis Kelamin : Alamat : Telepon :

LAPORAN OPERASI TIMPANOMASTOIDEKTOMI. I. Data data Pasien Nama : Umur : tahun Jenis Kelamin : Alamat : Telepon : Lampiran 1 LAPORAN OPERASI TIMPANOMASTOIDEKTOMI I. Data data Pasien Nama : Umur : tahun Jenis Kelamin : Alamat : Telepon :. Agama : No. M R : Tanggal : II. Keluhan Utama : III. Keluhan tambahan : - Sakit

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Epistaksis

Penatalaksanaan Epistaksis 1 Penatalaksanaan Epistaksis Dr. HARI PURNAMA, SpTHT-KL RSUD. Kabupaten Bekasi Pendahuluan Epistaksis merupakan salah satu masalah kedaruratanmedik yang paling umum dijumpai, diperkirakan 60 % dari populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

(Assessment of The Ear)

(Assessment of The Ear) Pengkajian Pada Telinga (Assessment of The Ear) RIWAYAT KESEHATAN Keluhan Utama Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pola Hidup dan Psikososial Review System 1. Keluhan Utama Kehilangan Pendengaran Nyeri Drainase

Lebih terperinci

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK AD AKTIF TIPE AMAN

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK AD AKTIF TIPE AMAN LAPORAN KASUS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK AD AKTIF TIPE AMAN Oleh : SAIFUL BAHRI ( H1A 005 045 ) DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT THT RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi 2.1.1. Anatomi Hidung Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagian dari atas ke bawah yaitu: pangkal hidung (bridge), batang hidung (dorsum nasi), puncak hidung

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 1 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Oleh: Sari Wulan Dwi Sutanegara 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyposis) 2012 adalah inflamasi hidung dan sinus paranasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi telinga Gambar 1 anatomi telinga (Sumber: Kaneshiro N K,2011) 2.1.1. Anatomi telinga luar Anatomi luar terdiri dari, heliks, lipatan heliks, kanal heliks,kanalis auditorius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

HIPERTENSI ESENSIAL. No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP

HIPERTENSI ESENSIAL. No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP HIPERTENSI ESENSIAL SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Pemerintah Kabupaten Cirebon Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP.19620212 198302 2 001 Puskesmas Astanajapura 1. Pengertian Peradangan

Lebih terperinci

11/29/2013 PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU

11/29/2013 PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGINDERAAN PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU BEBERAPA KESAN TIMBUL DARI LUAR YANG MENCAKUP PENGLIHATAN, PENDENGARAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan masalah yang sering terjadi pada anak anak, misal otitis media akut (OMA) merupakan penyakit kedua tersering pada

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB III METODE DAN PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD BAB III METODE DAN PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta, RSUD Karanganyar, RSUD Sukoharjo, dan RSUD Boyolali.

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi BAB III METODE DAN PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Poliklinik THT-KL RSUD Karanganyar, Poliklinik THT-KL RSUD Boyolali.

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II. 1 Anatomi Telinga. Telinga terbagi menjadi 3 :

BAB II PEMBAHASAN. II. 1 Anatomi Telinga. Telinga terbagi menjadi 3 : BAB I PENDAHULUAN Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan salah satu penyakit inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar

Lebih terperinci

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan.

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan. Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan. Energi ini dihasilkan oleh dipatahkannya molekul glukosa dalam semua sel hidup tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur kondisi udara dengan mempersiapkan udara inspirasi agar sesuai dengan permukaan paru-paru,

Lebih terperinci

SINUSISTIS MAKSILARIS EC HEMATOSINUS EC FRAKTUR LE FORT I. Lukluk Purbaningrum FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta RSUD Salatiga

SINUSISTIS MAKSILARIS EC HEMATOSINUS EC FRAKTUR LE FORT I. Lukluk Purbaningrum FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta RSUD Salatiga SINUSISTIS MAKSILARIS EC HEMATOSINUS EC FRAKTUR LE FORT I Lukluk Purbaningrum 20070310087 FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta RSUD Salatiga IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. R Umur : 53 tahun Alamat : Jl.

Lebih terperinci

Laporan Problem Based Learning Makassar, 23 Maret 2009 Sistem Indera Khusus TULI. Disusun oleh: KELOMPOK 5B

Laporan Problem Based Learning Makassar, 23 Maret 2009 Sistem Indera Khusus TULI. Disusun oleh: KELOMPOK 5B Laporan Problem Based Learning Makassar, 23 Maret 2009 Sistem Indera Khusus TULI Disusun oleh: KELOMPOK 5B Herawati Tjongi 110.206.126 Asnita 110.206.127 Berry Erida Hasbi 110.206.128 Nurliah 110.206.129

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Sinus Paranasal Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang

Lebih terperinci