Policy Brief Ekonomi Politik Relasi Industri di Indonesia: Oleh: Raymond Atje, Mochamad Pasha, dan Udin Silalahi
|
|
- Verawati Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Policy Brief Ekonomi Politik Relasi Industri di Indonesia: Oleh: Raymond Atje, Mochamad Pasha, dan Udin Silalahi 1. Pendahuluan Krisis ekonomi 1997/98 menandai sebuah era baru relasi industri di Indonesia. Perhatian utama pemerintah adalah stabilitas politik dan pergerakan tenaga kerja yang bebas dianggap berpotensi mengancam stabilitas tersebut. Stabilitas politik dianggap sebagai kondisi yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan pembangunan ekonomi, khususnya pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dalam tulisan ini, hubungan industrial adalah praktik yang berhubungan dengan persetujuan kolektif, trade unionism, dan relasi tenaga kerja-manajemen, didalamnya termasuk institusi dan asosiasi dimana melaluinya interaksi tersebut dimediasi. Hubungan industrial melibatkan interaksi antara majikan, pekerja, dan pemerintah (tripartite). Tulisan ini membahas tentang bagaimana pasar tenaga kerja Indonesia telah ditransformasi oleh krisis 1997/98 dan transformasi politik yang mengikutinya, dari yang relatif fleksibel sebelum krisis menjadi relatif kaku setelah krisis. Kefleksibelan pasar tenaga kerja tergantung dari biaya penggantian tenaga kerja, seperti biaya memperkerjakan dan memberhentikan. Semakin tinggi biayanya, maka semakin tidak fleksibel pasar tenaga kerja. Biaya tersebut tergantung kelimpahan relatif tenaga kerja dan peraturan tenaga kerja yang berlaku. Dari sudut pandang ekonomi murni, jika suatu perekonomian memiliki surplus tenaga kerja, maka pasar tenaga kerjanya cenderung fleksibel, walaupun tidak demikian dengan Indonesia. 2. Hubungan Industrial Sebelum Krisis Kebijakan pada tahun 1980-an dan awal 1990-an cenderung memihak pada industri-tetapi tidak harus mengorbankan kepentingan pekerja. Pergerakan tenaga kerja dikontrol ketat oleh pemerintah. Pendekatan yang dilakukan pemerintahan Soeharto (Orde Baru) pada serikat, dipengaruhi persepsi peran destabilisasi pergerakan serikat di masa lalu ketika ketidaktenangan industri menimbulkan masalah bagi pemerintah. Lalu, pemerintah mengambil sikap yang lebih lunak terhadap pergerakan pekerja, tetapi mengalami kesulitan untuk mempertemukan kebebasan serikat dengan kebutuhan untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. 1 Bagi pemerintah Orde Baru, jenis serikat yang ada sebelum 1965 terlalu bersifat politik, jauh dari batas toleransi. Untuk menyelesaikan masalah ini, pemerintah menerapkan top-down approach pergerakan pekerja. Terdapat tiga aspek dari pendekatan ini: 1 Kerusuhan pekerja merajalela pada tahun 1950-an dan pertengahan 1960-an. Dilaporkan bahwa antara 1951 dan 1956, terdapat rata-rata 400 pemogokan per tahun dan melibatkan 5% pekerja upahan. Serikat pekerja yang mendominasi merupakan aliran garis kiri yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia, Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), (Manning, 1998).
2 Pertama, mendorong organisasi pekerja. Pemerintah mengambil langkah-langkah untuk memperbesar kontrol atas organisasi-organisasi pekerja tersebut. Langkah pertama adalah dengan membebaskan serikat pekerja yang ada dari intervensi luar, baik organisasi politik atau sosial. Langkah kedua adalah dengan menyatukan mereka ke dalam satu payung organisasi, yaitu Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) yang pada tahun 1985 berubah menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Langkah ketiga adalah dengan memperkenalkan hubungan industrial panca sila yang menyediakan suatu set prinsip untuk menuntun pelaksanaan praktiknya. Tujuan utama dari hubungan industrial panca sila adalah untuk mengontrol kerusuhan dan aksi mogok untuk mendorong investasi. Pekerja yang terlibat dalam perselisihan akan dituduh anti ideologi negara, anti panca sila (Manning, 1993). Kedua, meningkatkan kesejahteraan pekerja. Manfaat yang dirasakan oleh sebagian kecil pekerja, bukanlah hasil tekanan yang mereka timbulkan melalui proses politik, tetapi merupakan hasil inisiatif elit politik. Peningkatan kesejahteraan pekerja dari atas bertujuan untuk menggalang dukungan dan mencegah tumbuhnya ketidakpuasan. Melaluinya, pemerintah ingin menyatakan dirinya sebagai pemerintah yang baik, yang selalu memperhatikan kesejahteraan pekerja. Inisiatif pemerintah Orde Baru untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja adalah: (1) kebijakan upah minimum yang bertujuan mengurangi kemiskinan dengan menjamin suatu tingkat upah minimum untuk hidup; (2) kebijakan jaring pengaman sosial; dan (3) kebijakan terkait standar kondisi kerja. Ketiga, melibatkan militer dalam hubungan industrial. Pada awalnya, militer dilibatkan dalam mendesain hubungan industrial yang akan dipelihara pemerintah, yaitu yang meningkatkan kestabilan politik dan ekonomi, dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, militer juga dilibatkan dalam penyelesaian perselisihan pekerja, baik sebagai mediator antara pekerja dan pihak manajemen (yang dalam lingkungan yang korup, akan lebih menguntungkan perusahaan daripada pekerja, karena kemampuannya untuk menyuap), maupun terlibat langsung dalam bisnis (baik mengelola dan memiliki perusahaannya sendiri, atau pun hanya sebagai pekerja pada perusahaan swasta). Militer dilibatkan dalam bisnis bukan karena kemampuan bisnisnya, tetapi karena memiliki kekuatan untuk memaksa (coersive power). Oleh karena itu, banyak perusahaan yang memiliki hubungan dengan militer, mampu menahan usaha formal penyelesaian perselisihan yang merugikan perusahaan (Manning, 1993). Dalam lingkungan yang seperti itu, aktivitas rente (rent-seeking) dan korupsi tidak dapat dihindarkan. 3. Hubungan Industrial Setelah Krisis Keberhasilan hukum pekerja sebelumnya, pada tahun 2000 Menteri Tenaga Kerja, Bomer Pasaribu, mengeluarkan kebijakan, UU No. 150/2000, mengenai pesangon dan dana pensiun untuk para pekerja yang di PHK dan pensiun. Undang-undang tersebut mengharuskan majikan menyediakan pesangon bagi pekerja yang di PHK, termasuk bagi pekerja yang dipecat karena melakukan pelanggaran besar, seperti halnya pesangon bagi pekerja yang mengundurkan diri dan pensiun. Undang-undang tersebut juga menspesifikasikan jumlah uang pensiun dan pesangon yang harus diberikan berdasarkan lamanya pekerja tersebut bekerja. Undang-undang tersebut terlihat bagi banyak orang sebagai sesuatu yang negatif dan nampaknya dapat merugikan pekerja dan pemulihan ekonomi. Hal yang dikritik terutama mengenai nilai yang disaranan untuk menjadi uang pesangon dan pensiun yang dianggap memberatkan majikan. Perhatian utama
3 mereka adalah bahwa biaya untuk memutuskan hubungan dengan pekerja akan meningkatkan pertimbangan perusahaan untuk berpikir dua kali sebelum mempekerjakan pekerja baru. Dan, seperti yang akan dibahas lebih lanjut lagi, terdapat pula fakta-fakta yang mendukung hal tersebut. Pasar Pekerja Menjadi Kaku Sebagai hasil dari berbagai kebijakan yang jelas pro-pekerja, pasar pekerja yang tadinya fleksibel saat sebelum krisis, setelah krisis menjadi lebih kaku. Secara terus-menerus hal tersebut membutuhkan biaya yang membebankan bagi perusahaan untuk memecat pekerja mereka bahkan untuk alasan yang legal. Sementara itu, seperti yang telah diketahui, cara alternatif untuk mengatasi hal itu adalah melalui kontrak jangka tertentu dan menggunakan jasa kontak telah ditolak. Satu konsekuensi yang tidak diinginkan dari adanya kebijakan pekerja yang kaku adalah bahwa, kecuali mereka benar-benar membutuhkannya, perusahaan-perusahan tidak akan menambah pekerja. Hal tersebut mungkin dapat menjelaskan dua fenomena setelah krisis. Pertama, pemulihan industri padat karya yang relatif lambat, contohnya tekstil, garmen, alas kaki, dan sebagainya setelah krisis. Kedua, industri padat modal seperti otomotif dan elektronik menjadi menjadi sumber penting ekspor dalam sektor manufaktur. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, terlihat jelas bahwa pemerintah gagal untuk memperkirakan bagaimana perubahan dari kebijakan pekerja akan mempengaruhi kinerja ekonomi secara keseluruhan, dan pekerja pada khususnya. Bukti empiris dari dua kutipan dibawah ini menyediakan bukti dari pernyataan tersebut. Doing Business Survey Bank Dunia (2006) mendemonstrasikan kerasnya kebijakan yang kaku terhadap sektor bisnis di Indonesia 2. Laporan tersebut memuat banyak kumpulan index namun index yang relevan untuk studi ini adalah Hiring and Firing Workers sub index. Indonesia berada di posisi ke-122 dalam Difficulty of Hiring Index dan posisi ke-131 dalam Diffulty of Firing Index, dari 155 negara. Indonesia terlihat memiliki biaya pemecatan yang sangat besar jika dibandingkan dengan negara dan wilayah lain seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Biaya pemecatan di Indonesia bernilai sebesar minggu gaji, dibandingkan dengan rata-rata yang bernilai 60 minggu gaji, yang lebih dari dua kali lipat dari rata-rata. Dalam hal ranking diantara negara-negara yang termasuk dalam sampel, Indonesia mendapat posisi lima terbawah, diantara 155 dalam hal biaya pemecatan, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan biaya pemecatan yang sangat tinggi. Indeks tersebut memberikan gambaran yang buruk untuk sektor bisnis, dengan begitu kemampuan untuk beradaptasi terhadap tekanan pasar semakin terancam. Laporan Bank Dunia tersebut juga menyediakan argumen pendukung bahwa Undang-undang Perburuhan yang kaku menyebabkan lambatnya pemulihan sektor padat karya. 2 Dikutip dari McLeod (2007)
4 Gambar 1. Biaya Pemecatan (Jumlah Minggu dari Gaji) Sumber: Diolah dari McLeod (2007) Studi yang dilakukan oleh CSIS (2008) mengenai pekerja di industri tekstil, pakaian, dan alas kaki (TCF) menyediakan lebih banyak alasan pendukung mengenai peningkatan biaya pemecatan dan penyewaan pekerja yang dihadapi oleh perusahaan setelah krisis ekonomi 1997/98. Hasil dari studi tersebut terlihat pada Tabel 1. Studi tersebut menunjukkan bahwa selama periode , sebelum ditetapkannya Undang-undang buruh yang baru, guncangan ekonomi pada industri TCF diikuti dengan adanya perubahan tingkat pekerja dalam rata-rata 7.4 bulan. Dalam era setelah krisis ( ), penyesuaian dalam tingkat akibat guncangan ekonomi berlanjut pada tingkat yang sangat rendah, contohnya 41.6 bulan atau sama dengan hampir 3.5 tahun. Penyesuaian pekerja yang paling lambat terletak pada sektor tekstil, yang membutuhkan 58 bulan untuk menyesuaikan terhadap guncangan ekonomi tersebut. Sebelum krisis, sektor tersebut hanya membutuhkan 5.83 bulan untuk menyesuaikan. Pada posisi kedua adalah sektor alas kaki yang membutuhkan 38.6 bulan untuk melakukan penyesuaian setelah krisis dibandingkan dengan 7.98 bulan sebelum krisis. Tabel 1. Dampak dari Biaya Gaji Nominal pada Tingkat Pekerja
5 Sector/Sub sector Year Month Year Month TCF industry Textile s Apparel Footwear Other TCF Industries Sumber: Diolah dari CSIS (2008) Penyesuaian yang lamban pada tingkat pekerja selama periode mengindikasikan biaya pemecatan dan penyewaan yang tinggi. Yang jelas, saat membandingkan era sebelum dan sesudah krisis, kebanyakan studi menunjukkan bahwa pasar pekerja menjadi sangat kaku pada periode yang kedua. Seperti yang diargumentasikan oleh Alisjahbana dan Purnagunawan, (2004) dan juga Manning dan Roesad (2007), transformasi dari pasar pekerja fleksibel sebelum krisis yang menjadi kaku setelah krisis dikualifikasikan sebagai bagian dari biaya penyesuaian akibat penggunaan kebijakan pekerja yang baru. Pendekatan Coaseian dalam Hubungan Industrial Seperti yang telah diketahui sebelumnya, pemerintah gagal dalam usaha terakhirnya merevisi Undang-undang No.13/2003, yang dipandang perusahaan sebagai kebijakan yang sangat pro pekerja. Terdapat beberapa pasal dalam undang-undang tersebut yang ingin direvisi oleh asosiasi perusahaan. Terutama pasal-pasal yang mengatur tentang outsourcing, pesangon, dan kontrak jangka pendek. Akibat dari Undang-undang ini, perusaaan terpaksa menemukan jalan lain. Dalam hal ini teori Coase terjadi dalam dunia institusi pekerja. Selama biaya tawar-menawar tidak begitu besar dan terdapat pihak yang memiliki hak dalam keputusan, pihak-pihak yang terlibat dalam tawar-menawar tersebut akan menyetujuan pembagian reward dari usaha bersama tersebut.. Revisi Hukum pekerja Jalan keluar terbaik dari masalah antara manajemen dan buruh ini adalah dengan merevisi Undang-undang perburuhan dengan tujuan spesifik yaitu untuk menciptakan keseimbangan kekuatan antara manajemen dan pekerja. Hal tersebut akan sangat meningkatkan hubungan industri yang selama ini terdistorsi oleh Undang-undang yang sedang berlaku. Untuk mencapai tujuan tersebut, revisi undang-undang harus memperhitungkan kepetingan industri dan kepentingan pekerja. Hal tersebut dapat dicapai dengan meminta masukan dari berbagai pemangku kepentingan, seperti mereka yang selalu terlibat dalam negosiasi antara Apindo dan beberapa persatuan pekerja. 4. Kesimpulan Terdapat alasan yang kuat untuk meninjau kembali semua peraturan yang membentuk dasar hubungan industrial di Indonesia. Pelajaran penting yang dapat dipetik terutama dari hubungan industrial setelah krisis adalah ketika rezim hubungan industrial lebih berpihak pada satu pihak daripada yang lainnya, maka permasalahan pasti akan muncul. Seperti yang telah didiskusikan di
6 atas, hubungan industrial selelah krisis berpihak pada pekerja daripada pihak menajemen. Hal ini menimbulkan dampak yang tidak terduga, yaitu pasar tenaga kerja menjadi kaku, yang menimbulkan biaya tinggi bagi pendirian industri dan pekerja, khususnya pencari kerja. Rezim hubungan industrial yang ada mendistorsi keseimbangan yang rapuh antara pihak manajemen dengan pekerja. Saat ini, merupakan hal yang vital bagi pemerintah untuk menyusun undang-undang yang mengatur hak dan kewajiban majikan dan pekerja dengan seimbang, yang akan memperbaiki hubungan industrial. Undang-undang tersebut harus menyediakan kejelasan dan kepastian dalam hubungan industrial.
I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sampai era tahun 1980-an, para analis ketenagakerjaan pada umumnya menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius (Depnakertrans, 2004a).
Lebih terperinciSUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO
SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN) PASAL 159 PASAL 162 2 PENGERTIAN PEMBERHENTIAN PEMBERHENTIAN
Lebih terperinciBAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN
BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.
Lebih terperinciMenanggapi Akibat Globalisasi terhadap Kinerja Tenaga Kerja: Pengalaman dari Sektor Tekstil dan Garmen Indonesia
Policy Brief Menanggapi Akibat Globalisasi terhadap Kinerja Tenaga Kerja: Pengalaman dari Sektor Tekstil dan Garmen Indonesia Oleh: Dionisius Narjoko Perekonomian Indonesia semakin terintegrasi dengan
Lebih terperinciPOLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA AGUSMIDAH
POLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA AGUSMIDAH Kerangka Teori Top down Jauh dari rasa keadilan H.Ket: State law Legitimasi Bagi Penguasa Hukum yang asing Kerangka Teori Basic Policy Enactment Policy
Lebih terperinciProfil Pekerjaan yang Layak INDONESIA
Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan jasa dari para pekerja dan pekerja mengharapkan upah dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia saat ini berkembang secara pesat. Perusahaan-perusahaan bermunculan dan bersaing secara ketat di pasar global. Perusahaan-perusahaan berupaya
Lebih terperinciVIII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan Bab V sampai dengan Bab VII,
VIII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan Bab V sampai dengan Bab VII, dirumuskan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Undang-undang ketenagakerjaan era otda
Lebih terperinciBAGIAN I PEREMPUAN DI GARIS DEPAN
BAGIAN I PEREMPUAN DI GARIS DEPAN 1 MOGOK Oleh: Susi 2 Pagi itu langit cerah. Di kawasan industri Pasar Kemis, Tangerang, sebuah perusahaan memasang pengumuman tentang adanya lowongan kerja. Syarat bagi
Lebih terperinciPerluasan Lapangan Kerja
VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus
Lebih terperinciDARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI
Published: March 2016 ISSN: 2502 8634 Volume 1, Number 6 LSC INSIGHTS The Contemporary Policy Issues in Indonesia DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Nawawi Asmat Department
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang masuk dan ikut berperan dalam kancah perekonomian. Hal ini tentu saja menimbulkan
Lebih terperinciMENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO
MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK 9 Juli 2015 Oleh : DPN APINDO Intervensi khusus diperlukan untuk mengatasi masalah tingginya insiden pekerjaan berupah rendah, termasuk
Lebih terperinciAlasan 08/01/2015. Disajikan oleh: Nur Hasanah, SE, MSc. Undangundang. Keinginan karyawan. Keinginan perusahaan. Kontrak kerja berakhir
Disajikan oleh: Nur Hasanah, SE, MSc Pengertian Pemberhentian adalah pemutusan hubungan kerja seseorang karyawan dengan suatu organisasi perusahaan. Pemberhentian karyawan berdasarkan kepada UU No. 12
Lebih terperinciBAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN
BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan
Lebih terperinciHubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni
Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni INDUSTRIALISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Industrialisasi menjadi salah satu strategi pembangunan ekonomi nasional yang dipilih sebagai
Lebih terperinciJaminan Hari Tua (JHT) & Jaminan Pensiun (JP) Pekerja. Timoer Sutanto, DPN Apindo, Ketua Bidang Jaminan Sosial Jakarta, 24 April 2015
Jaminan Hari Tua (JHT) & Jaminan Pensiun (JP) Pekerja Timoer Sutanto, DPN Apindo, Ketua Bidang Jaminan Sosial Jakarta, 24 April 2015 Jaminan Sosial Minimum Jaminan Sosial adalah perlindungan yang diberikan
Lebih terperinciSTRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL
UNIVERSITAS INDONESIA STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL SOSIOLOGI INDUSTRI DAN KETENAGAKERJAAN DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 AHMAD MUTSLA Z (1206240234) DETANIA SAVITRI (1206210534) FEBRYAN DWI PUTRA (1206210540)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan makmur yang merata, materiil dan sepiritual serta guna peningkatan. termasuk perubahan dalam pengambilan keputusan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa pembangunan saat ini bangsa Indonesia sedang menuju proses demokratisasi dan transparansi dalam proses menuju masyarakat adil dan makmur yang merata,
Lebih terperinciPerdagangan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Lapangan Kerja *
Policy Brief Perdagangan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Lapangan Kerja * Oleh: Haryo Aswicahyono and Pratiwi Kartika Pendahuluan Meningkatnya perhatian terhadap pertumbuhan yang merata telah meningkatkan kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis keuangan yang dipicu oleh permasalahan lembaga-lembaga keuangan raksasa di Amerika Serikat berdampak negatif bagi perekonomian dunia. Dampak krisis yang ditimbulkan
Lebih terperinciAnti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.
VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:
Lebih terperinciDampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia
Ringkasan Eksekutif Laporan Penelitian Tim Peneliti SMERU Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia Laporan dari Lembaga Penelitian SMERU,
Lebih terperinciBAB 22 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN
BAB 22 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN A. KONDISI UMUM Perkembangan ekonomi Indonesia telah menunjukkan kemajuan diberbagai bidang pembangunan. Tetapi kemajuan ini masih belum dapat menangani masalah pengangguran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. trampil cenderung pindah ke kota untuk mencari pengalaman. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran penduduk yang kurang merata, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Kebutuhan
Lebih terperinciBAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?
LAPORAN KEMAJUAN January 2015 BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN? Pengukuran Kemajuan yang Obyektif Terhadap Sasaran Pertumbuhan Ekonomi 10% dan Penciptaan 4 Juta Pekerjaan Layak Setiap
Lebih terperinciI. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA
I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA Oleh : Basani Situmorang SH,Mhum Dampak dan Trend Outsourcing Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting. Dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bernardin dan Russel (1993) upah merupakan salah satu bentuk kompensasi langsung, disamping sistem gaji dan pembayaran berdasarkan kinerja. Termasuk dalam kompensasi
Lebih terperinciPengantar: Hubungan kerja kontrak/outsourcing
Pengantar: Hubungan kerja kontrak/outsourcing Hubungan kerja outsourcing dikenal di dunia sebagai pasar tenaga kerja fleksibel. Ditandai dengan perekrutan tenaga kerja yang mudah dan dilepas dengan cepat
Lebih terperinciKajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Ketenagakerjaan. Oleh: Arinta Dea Dini Singgi dan Daya Cipta S 1
Kajian Statuta Universitas Indonesia Aspek Ketenagakerjaan Oleh: Arinta Dea Dini Singgi dan Daya Cipta S 1 1 SuperStaf Divisi Kajian Kebijakan BK MWA UI UM 2013 Pada tanggal 14 Oktober 2013 telah disahkan
Lebih terperinciPSIKOLOGI SUMBER DAYA MANUSIA SESI: X HR SEPARATION. Pengertian Alasan Proses Undang-undang
SESI: X HR SEPARATION Pengertian Alasan Proses Undang-undang SESI: X HR SEPARATION A. Pengertian Pemberhentian Pemberhentian adalah fungsi operatif terakhir manajemen SDM. Istilah pemberhentian sama dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberi kerja, sedangkan pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan-perusahaan mulai tumbuh seiring berkembangnya zaman. Salah satunya adalah pertumbuhan perusahaan di Indonesia. Perusahaan besar ataupun perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pembangunan nasional salah satunya memiliki tujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Kunci keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpendidikan sama sekali. Mereka kebanyakan adalah unskillabour, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk mendapatkan biaya hidup seseorang perlu bekerja, secara mandiri atau bekerja
Lebih terperinciAgen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan
Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa
Lebih terperinciKEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN
KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA Pembukaan lapangan kerja Perluasan kesempatan kerja Kebijakan dalam PHK Kebijakan pengupahan Perlindungan tenaga kerja: 1. Waktu kerja 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia harus
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era globalisasi, laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia harus ditingkatkan agar mampu bersaing dengan negara lain. Salah satu cara untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang menentukan jalannya operasi perusahaan adalah manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia merupakan hal yang penting karena sumber daya yang menentukan jalannya operasi perusahaan adalah manusia. Manusia sangat kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010
PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Globalisasi Ekonomi Adalah suatu kehidupan ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dengan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah terjadi reformasi undang-undang (UU) perpajakan tahun 1994,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setelah terjadi reformasi undang-undang (UU) perpajakan tahun 1994, pemerintah Indonesia kembali mengadakan reformasi perpajakan pada tahun 2000. Reformasi ini dilakukan
Lebih terperinciS2-Ek.Per Unlam BAGIAN 1 PENGANTAR EKONOMI. 1. Lingkup dan Metode dari Ilmu Ekonomi. 2. Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan
BAGIAN 1 PENGANTAR EKONOMI 1. 2. Masalah Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan 3. Permintaan, Penawaran, dan Ekuilibrium Pasar 4. Penerapan dari Permintaan dan Penawaran 5. Elastisitas BAGIAN 1 Pengantar Ekonomi
Lebih terperinciDiskusi, Kerja Kontrak-Outsourcing dan Perlindungan Hak Pekerja 14 November 2012
Diskusi, Kerja Kontrak-Outsourcing dan Perlindungan Hak Pekerja 14 November 2012 Pandangan mengenai kerja kontrak dan outsourcing Respons serikat buruh terhadap praktik kerja kontrak dan outsourcing Pasar
Lebih terperinciPEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT SIKLUS MSDM Planning Siklus pengelolaan SDM pada umumnya merupakan tahapan dari: Attaining Developing Maintaining You can take
Lebih terperincidengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat
Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok 1. KEBEBASAN MEMILIH PEKERJAAN 1.1 Tidak ada tenaga kerja paksa atau wajib dalam bentuk apa pun, termasuk pekerjaan terikat, perdagangan manusia, atau tahanan dari penjara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HAK KONSTITUSIONAL BURUH DALAM OUTSOURCING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN. abstract
PERLINDUNGAN HAK KONSTITUSIONAL BURUH DALAM OUTSOURCING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN Oleh Dr. Fanny Tanuwijaya, S.H.,M.Hum 1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember abstract Penerapan outsourcing
Lebih terperinciThe Presenting MSDM PemutusanHub ungan Kerja (PHK)
The Presenting MSDM PemutusanHub ungan Kerja (PHK) Kelompok V Nama Anggota : Ahmad Baiquni Al-Hakim (C1B013009) Shandra Syah Putra (C1B013012) Erick Willy Stevant M (C1B013017) Fatlilah (C1B013010) Oktia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam
BAB IV KESIMPULAN Sebagai negara yang berorientasi industri ekspor, Jepang memang terus dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan-tantangan yang dapat mengancam ekonominya ini. Selain
Lebih terperinciINFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA
Pengantar Ekonomi Makro INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA NAMA : Hendro Dalfi BP : 0910532068 2013 BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat berlomba lomba untuk mendapatkan kehidupan yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan infraksturktur dan sumber daya manusia untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, baik materiil maupun spiritual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar tidak diragukan lagi adalah merupakan salah satu variabel ekonomi yang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perbedaan nilai
Lebih terperinciMatakuliah : EK 432/Perekonomian Indonesia Tahun : 2005 Versi : Revisi 1. Pertemuan 6 Kemiskinan dan kesenjangan
Matakuliah : EK 432/Perekonomian Indonesia Tahun : 2005 Versi : Revisi 1 Pertemuan 6 Kemiskinan dan kesenjangan 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa
Lebih terperinciK168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)
K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Pada dasarnya yang menjadi tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik perusahaan besar, UMKM, swasta maupun pemerintah mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Pada dasarnya yang menjadi tujuan utama perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur
BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR 2.1. Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk
Lebih terperinciKEBIJAKAN ANTIKORUPSI
Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")
Lebih terperinciKualitas Komunikasi Interpersonal Atasan Bawahan di PT Kuala Pelabuhan Indonesia. Oleh: Praycy Yohana Wantah. Gregoria Arum Yudarwati
Kualitas Komunikasi Interpersonal Atasan Bawahan di PT Kuala Pelabuhan Indonesia Oleh: Praycy Yohana Wantah Gregoria Arum Yudarwati Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciIV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA
49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara
Lebih terperinciPemutusan Hubungan Kerja -Merupakan bagian dari pengelolaan karir -Pengalaman suka-duka puncak karir, waktu untuk beristirahat; trauma karena perubaha
RETIREMENT (PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA) Pemutusan Hubungan Kerja -Merupakan bagian dari pengelolaan karir -Pengalaman suka-duka puncak karir, waktu untuk beristirahat; trauma karena perubahan dari masa produktif
Lebih terperinciMenilai Pekerjaan Layak di Indonesia
Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2 Hadi Setia Tunggul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Harvarindo, 2009, hal. 503
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia sekarang yang menitikberatkan pada pembangunan dalam bidang ekonomi, hukum mempunyai fungsi yang sangat penting
Lebih terperinciSURVEI PERSEPSI PASAR. Triwulan II 2006
SURVEI 1 PERSEPSI PASAR Triwulan II 2006 Kondisi ekonomi Indonesia pada triwulan I- 2006 diperkirakan membaik Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2006 diperkirakan melambat dibanding pertumbuhan triwulan
Lebih terperinciBAGAIMANA KINERJA PEMERINTAH DAN EKONOMI?
LAPORAN KEMAJUAN November 2014 BAGAIMANA KINERJA PEMERINTAH DAN EKONOMI? Gustav F. Papanek Penasihat Senior Pusat Transformasi Kebijakan Publik Foto : Mohamad Burhanudin Pengukuran Obyektif atas Kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena buruh kontrak semakin terlihat menaik secara grafik, hampir 70 % perusahaan-perusahaan di Indonesia telah memanfaatkan tenaga kontrak ini sebagai karyawannya.
Lebih terperinciBAB VII KEBIJAKAN ANTI PENIPUAN, KORUPSI, DAN ANTI SUAP
BAB VII KEBIJAKAN ANTI PENIPUAN, KORUPSI, DAN ANTI SUAP 1 Tujuan Tujuan dari kebijakan ini yaitu untuk memberikan kontrol dalam pemenuhan kepatuhan dengan semua peraturan korupsi dan anti suap yang dapat
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik
BAB IV KESIMPULAN Setelah melakukan beberapa analisa data melalui pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian ini kedalam beberapa hal pokok untuk menjawab pertanyaan
Lebih terperinciKEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal.
KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN Pemberian Hadiah/Penyediaan Hiburan 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal. 1. Semua pemberian hadiah harus sesuai dengan kebijakan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Kemiskinan adalah fenomena yang begitu mudah ditemukan dimanamana. Fakta kemiskinan baik menyangkut individu maupun masyarakat akan mudah dilihat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Revolusi Industri terjadi pada awal abad ke-19 yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Revolusi Industri terjadi pada awal abad ke-19 yang ditandai dengan adanya perubahan pola hidup masyarakat Eropa yang awalnya adalah masyarakat agraris mulai menggunakan
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012).
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012). Penelitian yang berjudul Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan
Lebih terperinciHUBUNGAN SERIKAT KARYAWAN - MANAJEMEN
HUBUNGAN SERIKAT KARYAWAN - MANAJEMEN PERTEMUAN 12 1 Pengertian SERIKAT KARYAWAN Organisasi para keryawan yang dibentuk untuk mempromosikan atau menyatakan pendapat, melindungi, dan memperbaiki, melalui
Lebih terperinciPANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI
PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI Anita Maharani 1 Abstrak Hubungan industrial, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur yang merata, material dan spiritual berdasarkan
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA
Modul ke: PEREKONOMIAN INDONESIA Sejarah Perekenomian Indonesia Periode Orde Baru Fakultas FEB Sitti Rakhman, SP., MM. Program Studi Manajemen Latar belakang lahirnya Orde Baru Terjadinya peristiwa Gerakan
Lebih terperinciIndorama Ventures Public Company Limited
Indorama Ventures Public Company Limited Kode Etik untuk Pemasok (Sebagaimana yang di setujui pada Desember 2014) Revisi 1 (Sebagaimana yang di setujui pada Mei 2017) Catatan Dalam hal ketentuan apa pun
Lebih terperinciIndorama Ventures Public Company Limited. Kode Etik Pemasok
Indorama Ventures Public Company Limited Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok Indorama Ventures Public Company Limited dan anak perusahaan / afiliasi (secara kolektif disebut sebagai Perusahaan) berkomitmen
Lebih terperinciMODEL ANTISIPASI BIAYA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SEBAGAI IMPLEMENTASI UNDANG UNDANG KETENAGAKERJAAN
MODEL ANTISIPASI BIAYA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SEBAGAI IMPLEMENTASI UNDANG UNDANG KETENAGAKERJAAN Haryanto Jurusan Teknik Industri Universitas Surabaya (Ubaya) Kampus Tenggilis, Jl. Raya Kalingkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan makro yang dijalankan oleh pemerintah bersama dengan kebijakan moneter dan sektoral. Kebijakan fiskal yang dijalankan
Lebih terperinciKEGIATAN DAN LINGKUNGAN BISNIS
KEGIATAN DAN LINGKUNGAN BISNIS Week-9 By: Dr. Ida Nurnida Contents 1 Konsep Lingkungan Organisasi 2 Peran Lingkungan Perekonomian Bagi Bisnis 3 Peran Lingkungan Teknologi Bagi Bisnis 4 Peran Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara umum ialah badan usaha yang seluruhnya maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor perdagangan di Indonesia. Istilah tekstil yang dikenal saat ini berasal dari bahasa latin, yaitu texere
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami penurunan karena berbagai dampak terutama faktor eksternal atau luar negeri antara lain: meningkatnya
Lebih terperinciPERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K
PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K TOPIK BAHASAN Apa itu perundingan bersama? Mengapa berunding tentang upah dan kondisi kerja lainnya?
Lebih terperinciFoto: Kahar. Buruh Menggugat
Bagian I UMUM 1 Buruh Menggugat Foto: Kahar Kita membutuhkan pertumbuhan ekonomi. Ini adalah sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Karena dengan pertumbuhan ekonomi itulah, kita memiliki banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,
Lebih terperinciPEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14
PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 1 SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan. suatu negara. Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian yang tidak bisa diabaikan, karena dapat mengakibatkan dampak yang sangat luas baik terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat penting dan merupakan suatu indikator penentu kemajuan suatu Negara. Peningkatan pembangunan dan
Lebih terperinciANALISIS PELUANG INTERNASIONAL
ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah dinyatakan secara tegas bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting daripada
Lebih terperinci