Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal"

Transkripsi

1 TOPIK UTAMA Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan : Studi Komunikasi Intrapersonal Wahyu Budi Priatna Staf Pengajar Fakultas Ekonomi & Manajemen Institut Pertanian Bogor Abstrak Inti kewirausahaan adalah kemandirian seseorang untuk bertanggung jawab atas nasibnya. Kemandirian yang dibangun dari perjalanan sepanjang kehidupan individu, baik hasil dialog saat kesendiriannya maupun hasil dari proses komunikasi dengan lingkungannya. Kemandirian dalam kewirausahaan tiada lain kebebasan atau kemerdekaan. Oleh karena itu, kemandirian membutuhkan kepercayaan diri yang terukur. Salah satu pisau analisa yang kerap diabaikan dalam studi kewirausahaan adalah komunikasi, dalam hal ini komunikasi intrapersonal. pendekatan komunikasi intrapersonal memainkan peranan yang sangat penting karena akan mampu memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kewirausahaan. Dialog di dalam diri individu yang memilih jalan hidup sebagai wirausaha, telah mampu melampaui kekhawatiran akan keamanan penghasilan (gaji rutin meskipun rendah), seandainya dia memilih profesi sebagai pegawai perusahaan atau pemerintah. Wirausaha telah melepaskan diri dari budaya prihatin asal aman, dengan kemampuan dan keberanian mengambil resiko. Kata Kunci: Kajian Kewirausahaan, Komunikasi Intrapersonal Pendahuluan Penelaahan tentang usaha kecil, selama ini secara umum lebih menekankan pada aspek -aspek ekonomi dan manajemen. Hal ini tidaklah sebuah kekeliruan. Kewirausahaan merupakan salah satu jalan untuk pemenuhan aspek kesejahteraan, yang ditandai dengan adanya peningkatan keuntungan, yang seringkali diukur dari hasil finansial bagi pengusahanya. Namun demikian, pengabaian terhadap proses pembentukan jiwa kewirausahaan sejatinya hanya akan menghantarkan proses kemandirian usaha (wirausaha) ini menjadi sebuah kesia-siaan belaka. Salah satu pisau analisa yang kerap diabaikan dalam studi kewirausahaan adalah komunikasi, dalah hal ini komunikasi intrapersonal. Menurut West dan Turner (2007), komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri, meliputi kegiatan berbicara kepada diri sendiri (dialog internal), serta kegiatan mengamati dan memberi makna (intelektual dan emosional) terhadap lingkungan. dialog internal dalam diri manusia adalah esensi dari komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal selain memberikan penilaian terhadap orang lain, ju-

2 PENTINGNYA Era Perspektif KOMUNIKASI Baru Kewirausahaan ARTIFAKTUAL : DALAM KEBERHASILAN Studi Komunikasi MODIFIKASI Intrapersonal KOMUNIKASI ANTARMANUSIA ga memberikan kesempatan bagi individu untuk menilai dirinya sendiri. Individu akan memiliki kemampuan untuk menilai tentang kelebihan dan kekurangan dirinya dalam beberapa situasi tertentu. Selanjutnya dikatakan bahwa, penelitian komunikasi intrapersonal berfokus pada kognisi, simbol dan niat (intensi) yang dimiliki seseorang terhadap perilaku tertentu. Dengan demikian, pendekatan komunikasi intrapersonal memainkan peranan yang sangat penting karena akan mampu memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kewirausahaan. Dialog di dalam diri individu yang memilih jalan hidup sebagai wirausaha, telah mampu melampaui kekhawatiran akan keamanan penghasilan (gaji rutin meskipun rendah), seandainya dia memilih profesi sebagai pegawai perusahaan atau pemerintah. Wirausaha telah melepaskan diri dari budaya prihatin asal aman, dengan kemampuan dan keberanian mengambil risiko. Berangkat dari fenomena tersebut, maka penelaahan kewirausahaan tidak cukup hanya dengan mengandalkan pada proses pembelajaran, pelatihan keterampilan berusaha dan dukungan pemodalan. Dalam situasi demikian, maka pendekatan komunikasi adalah sebuah pilihan konstruksi berfikir paradigmatik yang mampu memberikan penjelasan tentang belum tumbuhkembangnya jiwa kewirausahaan itu sendiri. Melalui pendekatan komunikasi intrapersonal, akan dapat menjelaskan berbagai faktor yang diestimasi dapat menjadi indikator untuk upaya-upaya meningkatkan dan mengembangkan kewirausahaan. Studi kali ini bersifat kajian kepustakaan tentang dinamika perilaku kewirausahaan sebagai aktivitas terencana yang berbasis pada komunikasi intrapersonal pada pengusaha, khususnya agribisnis. Mengapa hal ini dikedepankan? Krisis pada Juli 1997, yang awalnya bertumpu pada keuangan, berlanjut menjadi krisis multi dimensi. Hal ini semakin menyadarkan banyak pihak adanya kekeliruan dalam menerapkan prinsip perekonomian. Pemerintah cenderung mengutamakan kebijakan makro ekonomi. Tetapi sektor riil yang lebih berkeadilan dan pemerataan, kurang mendapat perhatian. Padahal, sebagian besar masyarakat menghidupi keluarga mereka dari sektor riil (Basri & Munandar, 2009). Menurut Kolopaking (2009), kondisi krisis yang lebih buruk dapat diredam oleh perkembangan sektor tradisional dan kecil (ekonomi kerakyatan). Fungsi penyelamatan ini segera terlihat pada sektor-sektor penyediaan kebutuhan pokok rakyat melalui produksi dan normalisasi distribusi. Bukti tersebut paling tidak telah menumbuhkan optimisme baru bagi sebagian besar orang yang menguasai sebagian kecil sumberdaya, akan kemampuannya untuk menjadi motor pertumbuhan bagi pemulihan ekonomi. Suherman (2008) menyatakan bahwa, usaha mikro-kecil (UMK) merupakan salah satu solusi keberlangsungan ekonomi negara yang langsung bersentuhan pada eksistensi masyarakat secara berkesinambungan. Sejarah perekonomian Indonesia di masa

3 PERILAKU Perilaku COPING Era Pentingnya Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Komunikasi Baru Kewirausahaan dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA Komunikasi Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Komunikasi Intrapersonal MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia krisis, telah menunjukkan kelenturan dan kemandirian usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), terutama UMK dibandingkan para pengusaha besar (Kusmuljono, 2009; Basri & Munandar, 2009; Kolopaking, 2009, Tambunan, 2009). Pelaku UMK lebih dari 45 persen bergerak di sektor agribisnis. Ketangguhan sektor agribisnis diindikasikan oleh kemampuannya untuk tumbuh secara positif (0,22%). Sementara perekonomian nasional secara agregat mengalami kontraksi yang sangat hebat (- 13,7%), sehingga terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja nasional. Hal yang sebaliknya, sektor agribisnis justru mampu meningkatkan kapasitas penyerapan tenaga kerja. Fakta empiris ini menunjukkan bahwa sektor agribisnis merupakan sektor yang paling tangguh dalam menghadapi krisis, dan paling berjasa dalam menampung pengangguran sebagai akibat krisis (Saragih, 2001). Pada saat krisis keuangan global tahun 2008, kembali membuktikan bahwa perekonomian harus dibangun dengan memperkokoh real based economy. Rente ekonomi harus dilakukan dengan kegiatan investasi yang produktif (Kolopaking, 2009; Basri dan Munandar, 2009). Pemerintah sudah seharusnya, memberikan lebih banyak kesempatan dan fasilitas untuk perkembangan sektor riil. Keberpihakan pemerintah, khususnya pada UMK agribisnis merupakan pilihan tepat karena keberadaan pemerintah untuk mensejahterakan kehidupan nyata rakyatnya, bukan hanya mengejar pertumbuhan ekonomi yang kesejahteraan rakyat diwakili sebagian kecil pengusaha besar. Meskipun, lapisan atas mulai pulih semenjak tahun 2003, lebih cepat dibandingkan kelompok usaha rakyat. Namun menyisakan persoalan hutang dalam jumlah yang sangat besar, yang mesti ditanggung oleh generasi selanjutnya. Pengusaha besar dengan segala fasilitas yang diberikan perbankan dan keberpihakan kebijakan pemerintah, terbukti rapuh menopang perekonomian Indonesia. Krisis keuangan global telah mengajarkan kepada banyak negara maju, untuk kembali pada basic ekonomi, yaitu UMK, khususnya UMK pertanian. Dari sisi pengembangan pasar, krisis menunjukkan pentingnya mendayagunakan pasar domestik dan tidak tergantung hanya pada pasar global. Pasar domestik, ternyata menyimpan potensi ekonomi yang juga sangat besar (Kusmuljono, 2009; Daryanto, 2009). Kondisi tersebut merupakan peluang besar bagi tumbuhnya wirausaha-wirausaha Indonesia, untuk masuk ke sektor agribisnis berskala kecil, karena kelenturannya sekalipun menghadapi berbagai kondisi krisis. Selain itu, pengembangan pengusaha kecil diyakini telah mampu meningkatkan pertumbuhan dan mengubah struktur ekonomi nasional menjadi lebih kokoh dan berimbang (Pambudy dkk., 1999). Peranan wirausaha kecil agribisnis yang mampu bertahan dari kebangkrutan perekonomian nasional, mengindikasikan ketangguhan usaha yang dikelolanya. Hal ini menarik untuk menjadikan wirausaha kecil agribisnis sebagai subjek dari penelitian yang akan dilakukan. Wirausaha kecil agribisnis 25

4 PENTINGNYA Era Pentingnya Perspektif KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan ARTIFAKTUAL Artifaktual : DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi Komunikasi MODIFIKASI Modifikasi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Antarmanusia ANTARMANUSIA adalah sumberdaya manusia yang paling menentukan keberlangsungan usaha kecil agribisnis. Oleh karena itu, pemahaman terhadap wirausaha kecil agribisnis, diharapkan akan membantu perkembangannya. Komunikasi intrapersonal menjadi fokus penelitian yang akan dilakukan karena kewirausahaan tidak sekedar kemampuan dalam berbuat, tetapi lebih jauh merupakan proses pengolahan informasi untuk berperilaku wirausaha. Dengan demikian, dialog dalam diri sendiri merupakan faktor yang sangat menentukan munculnya perilaku kewirausahaan yang ditampilkan. Dialog dalam diri sendiri bukanlah proses yang terlepas dari aktivitas individu dengan pihak lain dan lingkungannya. Namun justru, dialog terjadi sebagai hasil dan aktivitas individu saat bertransaksi dengan pihak lain dan lingkungan sekitar. Rakhmat (1994), menjelaskan bahwa psikologi tidak hanya mengulas komunikasi diantara neuron, tetapi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Psikologi mengkaji komunikasi intrapersonal, yakni berkaitan dengan berbagai karakteristik dan sifat-sifat individu serta menganalisis berbagai faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Selain itu, psikologi tertarik juga untuk memahami komunikasi antarpribadi dan penggunaan lambang-lambang yang digunakan. Selanjutnya dijelaskan bahwa, pendekatan psikologi berkaitan dengan kesadaran dan pengalaman manusia, terutama pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku itu. Menurut West dan Turner (2007), komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri, meliputi kegiatan berbicara kepada diri sendiri (dialog internal), serta kegiatan mengamati dan memberi makna (intelektual dan emosional) terhadap lingkungan. Dengan demikian, pendekatan komunikasi intrapersonal memainkan peranan yang sangat penting karena akan mampu memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kewirausahaan, yang selama ini lebih banyak dikaji dari sudut pandang manajemen dan ekonomi. Pemikiran West & Turner (2007), menekankan bahwa dialog internal dalam diri manusia adalah esensi dari komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal selain memberikan penilaian terhadap orang lain, juga memberikan kesempatan bagi individu untuk menilai dirinya sendiri. Individu akan memiliki kemampuan untuk menilai tentang kelebihan dan kekurangan dirinya dalam beberapa situasi tertentu. Selanjutnya dikatakan bahwa, penelitian komunikasi intrapersonal berfokus pada kognisi, simbol dan niat (intensi) yang dimiliki seseorang terhadap perilaku tertentu. Mulyana (2005) berpendapat, bahwa istilah komunikasi intrapersonal sebenarnya belum tepat, karena pengertian segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Namun demikian, tidak diragukan sebelum individu melakukan komu-

5 PERILAKU Perilaku COPING Era Pentingnya Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Komunikasi Baru Kewirausahaan dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA Komunikasi Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Komunikasi Intrapersonal MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia nikasi dengan orang lain akan melakukan komunikasi dengan diri sendiri. Berdasarkan pemikiran Mulyana (2007), komunikasi intrapersonal merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam kontekskonteks lainnya. Komunikasi intrapersonal dalam disiplin komunikasi belum dipaparkan secara rinci dan tuntas, karena melekat pada komunikasi antarpribadi dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Hal yang sangat menarik dikatakannya bahwa, keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri. Dalam tinjauan teori komunikasi yang berperspektif psikologi tersebut, pada awalnya intensi untuk melaksanakan sesuatu dijelaskan dalam Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) dari Martin Fishbein & Icek Ajzen (1975). Teori Tindakan Beralasan merupakan salah satu teori terbaik yang mampu menjelaskan tentang bagaimana sikap mempengaruhi perilaku melalui intensi perilaku (Baldwin et. al. 2004). Selanjutnya dikatakan, bahwa teori didesain dengan mengetahui intensi perilaku terhadap situasi atau objek spesifik. Teori ini mengemukakan bahwa intensi perilaku dipengaruhi oleh faktor sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavior) dan norma-norma subjektif (subjective norms). Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan intensi perilaku dalam teorinya, sebagai penempatan seseorang dalam suatu dimensi kemungkinan subjektif dalam kaitannya antara dirinya dengan beberapa tindakan. Sikap terhadap perilaku adalah evaluasi positif atau negatif dari individu sebagai perwujudan ketertarikan terhadap perilaku tertentu. Norma subjektif adalah persepsi sebagian besar orang yang dianggap penting bagi dirinya yang mengharapkan dirinya melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu. Beberapa tahun kemudian, setelah melalui serangkaian pengujian dan kritik, maka Icek Ajzen menyempurnakan teorinya dengan memperluasnya menjadi Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) pada tahun Faktor kendali perilaku terasakan (perceived behavioral control) dimasukan sebagai yang juga mempengaruhi intensi perilaku. Kajian tentang wirausaha dalam perspektif komunikasi adalah salah satu kecabangan disiplin ilmu komunikasi yang relatif belum dikembangkan di Indonesia. Selama ini, penelaahan wirausaha dan kewirausahaan lebih banyak didekati dari disiplin ilmu manajemen dan ekonomi. Padahal yang tidak dapat diabaikan dari interaksi wirausaha adalah manusia sebagai pelaku komunikasi. Zimmerer & Scarborough (2008), menyatakan wirausaha dituntut untuk menyukai tanggung jawab, keberanian mengambil resiko, memiliki kepercayaan diri, hasrat untuk langsung mendapatkan umpan balik, semangat yang tinggi, orientasi ke depan, keterampilan mengorganisasi, menilai prestasi lebih tinggi dari uang, berkomitmen tinggi, toleransi pada ketidakpastian, fleksibelitas, dan keuletan. Hal 27

6 PENTINGNYA Era Pentingnya Perspektif KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan ARTIFAKTUAL Artifaktual : DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi Komunikasi MODIFIKASI Modifikasi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Antarmanusia ANTARMANUSIA ini mengindikasi pentingnya kepemilikian potensi diri, yang hanya muncul ketika individu mampu melakukan dialog wirausaha secara internal. Menurut Mulyana (2007), keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri akan menentukan keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain. Griffin (2006) mengemukakan bahwa, salah satu dalam pemetaan studi komunikasi adalah penemuan kebenaran secara sistematis dan berbasis pada prinsip kausalitas. Memahami komunikasi sejatinya adalah berbicara tentang proses interaksi, yang mana individu memanfaatkan bentuk tanda atau simbol untuk membentuk dan memberikan makna dalam sebuah hubungan (Mulyana, 2005; West & Turner, 2007). Mereka juga menandaskan, bahwa komunikasi terjadi jika orang memberi makna pada pesan yang dikirim oleh sumber dalam rangka mempengaruhi. Penelitian yang akan dilakukan termasuk dalam kajian komunikasi intrapersonal di mana berlangsung dialog internal di dalam diri wirausaha. Morrow, 1998 (dalam West & Turner, 2007) mengungkapkan bahwa aktivitas manusia didominasi oleh perilaku konversasi dengan dirinya sendiri, alih-alih dengan orang lain. Aitken & Shedletsky, 1997 (dalam West & Turner, 2007) menambahkan, bahwa komunikasi intrapersonal menghadirkan pula atribusi tentang apa yang seharusnya diperbuat. Dengan kata lain, melalui dialog internal seseorang berusaha membentuk dan menghadirkan pemaknaan yang dipersepsikan penting dalam kehidupan. Tabel 1. Peranan UMKM dalam Perekonomian Nasional Tahun 2005 dan 2007 Indikator Jumlah total UMKM (unit) Total UMKM/Total Usaha (%) 99,90 99,99 Tenaga kerja UMKM (orang) Tenaga kerja UMKM terhadap Total TK (%) 96,77 97,33 Investasi UMKM (Rp miliar) PDB dari UMKM (Rp miliar) PDB UMKM terhadap Total PDB (%) 54,22 53,60 Ekspor Non Migas UMKM (Rp miliar) Ekspor Non Migas UMKM terhadap Total Ekspor (%) 19,16 20,02 Sumber: Kusmuljono (2009) Peranan UMKM dalam perekonomian UMKM), yang mampu menyerap hampir 77 Indonesia pada tahun 2005 dan 2007 diperlihatkan pada Tabel 1. Peranan UMKM dalam (Kusmuljono, 2009). Dengan demikian, usaha juta orang atau 81,7% dari total tenaga kerja perekonomian Indonesia pada tahun 2007, mikro adalah usaha yang paling banyak mengidentifikasikan pula bahwa jumlah usaha digeluti dan menyerap tenaga kerja. Apabila mikro sekitar 47,7 juta unit usaha (95,7% total pemerintah mampu meningkatkan 10% - 15%

7 PENTINGNYA Era Pentingnya Perspektif KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan ARTIFAKTUAL Artifaktual : DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi Komunikasi MODIFIKASI Modifikasi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Antarmanusia ANTARMANUSIA usaha mikro menjadi usaha kecil, maka bisa diharapkan pengangguran terbuka yang pada Agustus 2009 berjumlah sekitar sembilan juta orang, akan segera mendapat pekerjaan. Di Indonesia batasan mengenai UMKM telah ditentukan dengan terbitnya Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM (Tabel 2). Nilai nominal sebagai kriteria pengelompokan usaha, dapat mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan perekonomian, yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Tabel 2. Kriteria UMKM Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2008 Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Aset < Rp 50 jt Rp 50 jt < Aset < Rp. 500 jt Rp 500 jt < Aset < Rp10M (tidak termasuk tanah dan (tidak termasuk tanah dan bangunan) (tidak termasuk tanah dan bangunan) bangunan) Omset per th < 300 jt Rp 300 jt < Omset per th < Rp 2.5M Rp 2.5M < Omset per th < Rp Sumber: Kusmuljono (2009) Wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi pada tindakan, bermotivasi tinggi, dan berani mengambil resiko dalam mengejar tujuannya (Meredith et al, 1996; Suryahadi, 2007; Suryana, 2008; Zimmerer & Scarborough, 2008; Nitisastro, 2009;). Dengan demikian, wirausaha memiliki karakteristik percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko, mandiri, inisiatif, energik, dan bekerja keras. Wirausaha juga memiliki kemampuan untuk memimpin, berjiwa inovatif, kreatif, dan be-rorientasi masa depan. Drucker (1985) menyatakan bahwa di Amerika, wirausaha seringkali diartikan sebagai seseorang yang memulai bisnis baru, kecil dan milik sendiri. Selain itu, wirausaha selalu mencari perubahan (inovasi), menanggapinya dan memanfaatkannya sebagai peluang. Sumahamijaya, 1980 (dalam Soesarsono, 1996), mengartikan wirausaha sebagai sifat keberanian, keutamaan, keluhuran dan keteladanan dalam mengambil risiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Oleh karena itu, wirausaha mengarah pada dua aspek utama, yaitu (1) mengembangkan dan memupuk sikap mental wira (berani, utama, luhur, teladan); dan (2) sikap mental berusaha (inovatif, mandiri). Menurut Soesarsono (1996), kemajuan dan keterbelakangan suatu negara bukan disebabkan karena baru atau sudah lama merdeka, bukan berlimpahnya kekayaan alam, luas wilayah atau jumlah penduduk yang dimiliki, tetapi karena sumberdaya manusia yang bemutu tinggi (wirausaha). Selanjutnya dikatakan wirausaha adalah individu-individu yang mempunyai sikap mental ksatria dan mampu berdiri sendiri, terutama untuk memperoleh nafkah dan kebutuhan hidup. Berdiri sendiri hendaknya ditafsirkan secara kritis dan dinamis, yaitu menuntut adanya kerjasama dan interaksi yang erat serta kepercayaan diri 29

8 PERILAKU Perilaku COPING Era Pentingnya Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Komunikasi Baru Kewirausahaan dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA Komunikasi Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Komunikasi Intrapersonal MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia untuk mengatasi berbagai tantangan hidup. Indonesia dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang besar, serta kekayaan alam yang luar biasa, sampai sekarang belum dapat mensejahterakan rakyatnya sesuai amanat UUD Padahal berdasarkan pemaparan Kusmuljono (2009), Indonesia adalah penghasil crude palm oil (CPO) terbesar di dunia tetapi pusat transaksinya di Rotterdam, penghasil karet nomor dua di dunia dengan pusat transaksinya di Ohio-AS, rumput laut, rempah-rempah, kopi, kakao (transaksi di Swiss) dan masih banyak produk perkebunan lainnya. Indonesia juga penghasil gas alam kedelapan terbesar di dunia, penghasil batu bara dan emas ketujuh terbesar di dunia, penghasil minyak bumi serta penghasil tembaga dan nikel nomor lima dunia. Subianto, et. al. (2009) mengatakan juga bahwa Indonesia merupakan negara tropis terbesar kedua, sedangkan panjang pantai dan luas lautnya terluas ke empat di dunia. Fenomena terjadi karena masih lemahnya kemampuan bangsa Indonesia mengelola sumberdaya, yang mengindikasikan masih sangat kurangnya jumlah wirausaha. Wirausahawirausaha harus terus didorong, setidaknya untuk lingkup agribisnis yang merupakan lapangan pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh masyarakat dan fundamental perekonomian masyarakat Indonesia (Solahuddin, 2009; Mangkuprawira, 2009). Di Indonesia konsep dan pemikiran sistem dan usaha agribisnis dikembangkan antara lain oleh Saragih dkk., dengan modifikasi kepentingan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri. Sistem agribisnis merupakan totalitas atau kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input produksi, informasi, dan teknologi; subsistem usahatani, yaitu kegiatan produksi pertanian primer tanaman dan hewan; subsistem agribisnis pengolahan, subsistem pemasaran; dan subsistem penunjang, yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang kondusif bagi pengembangan agribisnis (Saragih, 2001; Tampubolon, 2002; Krisnamurthi, 2005). Dengan demikian, pembangunan sistem agribisnis mencakup lima sub Gambar 1. Konsep Sistem Agribisnis Subsistem Pengadaan& Distribusi Input: Subsistem Budidaya: Subsistem Pengolahan Hasil: Subsistem Pemasaran: Subsistem Penunjang: Pemerintah, Koperasi, Perbankan, Lembaga Penelitian, Asosiasi, Transportasi, Asuransi, dll.

9 PERILAKU Perilaku COPING Era Pentingnya Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Komunikasi Baru Kewirausahaan dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA Komunikasi Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Komunikasi Intrapersonal MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia Pengembangan agribisnis telah menjadi kebijakan pemerintahan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui revitalisasi pertanian dalam arti luas. Pembangunan pertanian diarahkan untuk mendorong pengamanan ketahanan pangan, peningkatan daya saing, diversifikasi, peningkatan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan serta kehutanan untuk peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan. Hal ini mengandung makna bahwa, dibutuhkan lebih banyak sumberdaya manusia yang mampu untuk melakukan kegiatan kewirausahaan (Daryanto, 2009). Sebuah pertanyaan besar kemudian mengemuka, ketika berwirausaha adalah sebuah solusi yang konstruktif dalam menggerakkan sektor riil, yang sekaligus membuka lapangan pekerjaan, dan bermuara pada peningkatan kesejahteraan hidup, mengapa banyak program pemerintah maupun swasta yang merupakan stimulus untuk wirausaha rakyat mengalami banyak kendala, bahkan kegagalan? Apakah benar hanya karena masyarakat lebih suka memilih profesi sebagai pegawai pemerintah atau swasta yang sifatnya dependentif? Apa yang menjadi pertimbangan individu dalam memilih wirausaha sebagai jalan hidup? Banyak bukti empiris yang menunjukkan, kegagalan program stimulus wirausaha karena faktor ketepatan pemilihan calon penerima stimulus yang masih lemah. Ternyata calon kurang cukup, bahkan tidak memiliki faktorfaktor wirausaha. Kuratko & Hodgetts (2007); Hisbrich et al (2008); Zimmerer & Scarborough (2008); Baron & Shane (2008), menyatakan wirausaha menuntut suatu sikap dan laku berupa keberanian mengambil resiko, bijaksana dalam pembuatan keputusan, kepandaian dalam melihat peluang dan berkemampuan manajerial yang baik, dan di atas segala-galanya wirausaha menuntut intensi untuk melakukan kegiatan bisnis. Nybakk & Hansen (2008) mengungkapkan, kewirausahaan dan inovasi telah mendapatkan perhatian banyak dalam berbagai penelitian, namun sangat sedikit yang mengkhususkan diri dalam pembahasaan usaha skala kecil. Riset yang dilakukan di Norwegia menunjukkan, bahwa para wirausaha yang memiliki sikap yang positif untuk mandiri cenderung akan mengubah cara mereka mengelola usaha dan berimplikasi pada meningkatknya tingkat kesejahteraan. Sedangkan dalam studi pengelolaan kepariwisataan di Australia ditemukan fakta bahwa melalui kewirausahaan, seseorang mampu melihat potensi dari situasi yang secara kebanyakan orang dinilai sebagai kerumitan multidimensi alih-alih menganggapnya sebagai penghambat dominan yang tidak mungkin terselesaikan (Russell & Faulkner, 2004). Penelitian serupa yang dilakukan di Yunani menunjukkan bahwa kreativitas, proaktivitas dan kendali situasi menentukan hasrat dan penitikberatan individu untuk terlibat dalam kegiatan kewirausahaan (Zampetakis, 2008). Sedangkan di China, selain pemberdayaan 31

10 PENTINGNYA Era Pentingnya Perspektif KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan ARTIFAKTUAL Artifaktual : DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi Komunikasi MODIFIKASI Modifikasi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Antarmanusia ANTARMANUSIA masyarakat lokal, deregulasi kebijakan dan pemberian hak privatisasi atas hasil karyanya, maka kebangkitan usaha mikro dan kecil ditandai oleh perilaku kewirausahaan secara massif (Gibb & Li, 2003). Bergevoet, et. al. (2004) menambahkan, penelitian pada peternak sapi perah di Belanda menunjukkan bahwa tujuan, ekspektasi dan sikap secara signifikan lebih menentukan strategi dan perilaku kewirausahaan alih-alih besaran kepemilikan usaha itu sendiri. Studi yang dilakukan oleh Van Gelderen et al (2008) dalam Career Development International, tentang intensi wirausaha dengan menggunakan Teori Perilaku Terencana. Metodologi yang digunakan adalah studi replikasi sampel. Penelitian dimulai dengan riset kualitatif terhadap 373 mahasiswa dua perguruan tinggi di Belanda. Pertanyaan pokok yang diajukan adalah (1) Menurut anda, aspek apa yang menarik tentang wirausaha? dan (2) Aspek apa yang anda pikir tidak menarik tentang wirausaha? Dua pertanyaan terbuka lainnya digunakan untuk menentukan kendali keyakinan, yaitu (1) apa yang diperlukan untuk mendirikan sebuah bisnis? dan (2) apa yang dibutuhkan untuk sukses menjalankan bisnis? Hasilnya, yang menarik dari wirausaha adalah otonomi dan tantangan, yang tidak menarik adalah kurangnya keamanan finansial dan beban kerja. Berdasarkan literatur, peneliti memasukan variabel akumulasi pendapatan dan kekayaan. Jawaban untuk dua pertanyaan berikutnya adalah ketekunan dan kreativitas. Peneliti kembali memasukan variabel tambahan dari literatur, yakni kesiapan berwirausaha dan efektivitas diri. Variabel-variabel tersebut, kemudian dioperasionalkan pada komponen-komponen dari Teori Perilaku Terencana. Pengujian intensi wirausaha dilakukan kepada para mahasiswa studi sarjana administrasi bisnis dari empat perguruan tinggi lainnya, dengan ukuran total sampel orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua variabel yang paling penting dari penjelasan intensi wirausaha, yaitu adanya kesiapan berwirausaha dan pentingnya keamanan financial (financial security). Studi ini juga menunjukkan intensi wirausaha dapat dijelaskan dengan baik oleh Teori Perilaku Terencana. Namun demikian, Teori Perilaku Terencana hanya mampu menjelaskan 35 persen dari varians dalam niat wirausaha. Menurut peneliti, hal ini dikarenakan faktor usia sampel yang rata-rata 22 tahun dan masih mahasiswa, sehingga pada umumnya belum pasti dalam memutuskan karirnya. Van Gelderen et al telah melakukan pengujian Teori Perilaku Terencana dengan dua tahap penelitian, yang sampelnya mahasiswa. Penelitian yang akan dilakukan, berusaha untuk menerapkanya pada sampel para wirausaha kecil dibidang agribisnis, dengan mempertimbangkan kelompok usaha yang dilakukannya (off farm hulu, on farm, off farm hilir). Zampetakis (2008), dengan penelitiannya

11 PERILAKU Perilaku COPING Era Pentingnya Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Komunikasi Baru Kewirausahaan dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA Komunikasi Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Komunikasi Intrapersonal MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia yang berjudul The role of creativity and proactivity on perceived entrepreneurial desirability memfokuskan diri pada peranan kreativitas dan sifat proaktif mahasiswa di Yunani terhadap intensi kewirausahaan. Penelitian menggunakan Teori Perilaku Terencana dan Model Kegiatan Kewirausahaan untuk menguji pada 199 mahasiswa dari tiga univesitas di Yunani, yang berlatar belakang pendidikan manajemen sumberdaya manusia. Pengolahan datanya menggunakan teknik analisa Struktural Ekuasi Model (SEM). Hasilnya menunjukkan bahwa, secara terpisah dan bersama-sama bahwa proaktif dan kreativitas memiliki berpengaruh langsung dan nyata pada intensi kewirausahaan. Model yang didalilkan secara teoritis juga adalah fit. Penelitian ini memiliki keserupaan dalam penentuan aspek variabel terikat, yakni intensi wirausaha dengan menggunakan teknik struktural ekuasi model sebagai pisau analisanya. Namun demikian, penelitian yang akan dilakukan memiliki variabel bebas yang lebih lengkap, tidak hanya sekedar kreativitas dan proaktif. Diharapkan penelitian yang dilakukan relatif lebih komprehensif dan lebih sesuai untuk perilaku wirausaha di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Linan & Santos (2007) berjudul does social capital affect entrepreneurial intentions? Penelitian ini dilatar belakangi pendapat mereka bahwa, studi tentang aspek-aspek kualitatif wirausaha yang berfokus pada karakteristik psikologis dan kepribadian serta yang menekankan pentingnya faktor-faktor demografi (usia, jenis kelamin, agama, etnis, pendidikan, keluarga, status sosial ekonomi dan pengalaman professional) akan menyulitkan orang-orang untuk belajar menjadi wirausaha. Hal ini dikarenakan kuatnya faktor penciptaan atau keturunan. Peneliti menerapkan teori intensi dari Icek Ajzen yang diintegrasikan dengan faktorfaktor modal sosial (hubungan formal dan informal yang dihasilkan individu dalam interaksinya dengan orang lain untuk mendapatkan apa yang diharapkannya). Dengan demikian, modal sosial merupakan hasil dari suatu proses investasi hubungan manusia, yang memerlukan sumberdaya dan waktu. Subyek penelitiannya adalah mahasiswa manajemen (69.2%) dan mahasiswa ekonomi (30.8%), yang total ukuran sampelnya sebanyak 354 orang (55% wanita dan 45% laki -laki) dari dua PTN di Seville. Uji reliabilitasnya menggunakan Cronbach Alpha. Pengaruh variabel diketahui dengan uji regresi berganda yang didasarkan pada kuadrat terkecil parsial (partial least square). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, modal sosial nyata secara tidak langsung mempengaruhi intensi untuk memulai wirausaha. Modal sosial dibutuhkan karena mampu memberikan akses pada sumbersumber produksi melalui hubungan timbal balik dan rasa saling percaya. Ada dua modal sosial yang penting untuk niat memulai wirausaha, yaitu hubungan individu dengan orang-orang terdekat dan hubungan individu dengan lingkungan wirausaha. Penelitian Linan dan Santos, mempunyai 33

12 PENTINGNYA Era Pentingnya Perspektif KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan ARTIFAKTUAL Artifaktual : DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi Komunikasi MODIFIKASI Modifikasi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Antarmanusia ANTARMANUSIA pendapat latar belakang teori yang agak berbeda dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti mempunyai keyakinan bahwa, meskipun setiap orang dapat menjadi wirausaha, tetapi perlu ada cara-cara yang lebih baik untuk mengetahui tingkatan potensi setiap orang. Hal ini untuk memudahkan seleksi dan pengembangannya. Hal yang relatif sama adalah adanya upaya-upaya untuk mengintegrasikan variabel lain dalam Teori Perilaku Terencana yang dikemukakan oleh Icek Ajen. Entrepreneurial behaviour of dutch dairy farmers under a milk quota system: goals, objectives and attitudes adalah judul penelitian yang dilaksanakan oleh Bergevoet, et al (2004). Penelitian di desain dengan model empiris berdasarkan Teori Perilaku Terencana untuk melihat perbedaan tujuan, sasaran dan sikap sebagai determinan strategis dan perilaku kewirausahaan. Hasil penelitian terhadap 112 peternak dari organisasi peternak di Belanda Utara dengan teknik analisa regresi, menunjukkan bahwa tujuan, sasaran dan sikap yang tercermin dalam keinginan untuk berubah, peningkatan penghasilan dan pandangan hidup adalah prediktor yang kuat dalam memahami perilaku kewirausahaan. Kekuatan Teori Perilaku Terencana dalam memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan, semakin meyakinkan peneliti untuk mengujinya. Dengan demikian, teori yang sama akan digunakan oleh peneliti, namun akan dilakukan lebih fokus pada pengintegrasian dua teori dalam sebuah model. Selain itu, teknik analisanya relatif berbeda. Davis et al (2002), telah meneliti mengenai keputusan siswa keturunan Afrika di Amerika untuk menyelesaikan SMU sebgai penerapan Teori Perilaku Terencana. Survei dilakukan kepada 166 siswa SMU keturunan Afrika di Amerika. Hasilnya menunjukkan bahwa, niat (intensi) untuk menyelesaikan sekolah SMU dapat secara akurat diperkirakan dari sikap, norma subjektif dan kendali perilaku (R = 0.71: p < 0.01) yang dikemukan oleh Teori Perilaku Terencana. Saltzera (1981), meneliti tentang moderasi kognitif diri suatu hubungan antara intensi perilaku dan perilaku itu sendiri. Saltzera, mengungkapkan bahwa studi intensi perilaku berkaitan dengan perilaku faktual. Peneliti mencari penjelasan apakah kontrol perilaku dan nilai yang dihasilkan dari perilaku akan mempengaruhi hubungan antara intensi perilaku dan perilaku faktual. Survey dalam studi ini dilakukan terhadap 115 orang yang berumur diantara 15 hingga 68 tahun, berkait dengan program penurunan berat badan. Hasil dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa, kuatnya hubungan antara intensi perilaku dan perilaku faktual dipengaruhi oleh kontrol perilaku turunnya berat badan dan nilai relevan yang didapat dari turunnya berat badan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa, individu-individu akan yakin jika perilaku yang dilakukan dapat menghasilkan nilai-nilai lebih. Jadi nilai-nilai

13 PERILAKU Perilaku COPING Era Pentingnya Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Komunikasi Baru Kewirausahaan dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA Komunikasi Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Komunikasi Intrapersonal MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia internal lebih menentukan dibandingkan dengan nilai-nilai eksternal dalam menampilkan perilaku tersebut. Penelitian Saltzera identik dalam pemanfaatan intensi, namun berbeda dengan rencana penelitian ke depan di mana teori yang diintegrasikan adalah teori kewirausahaan alihalih moderasi kognitif diri. Hal yang menarik dari hasil penelitiannya adalah adanya hubungan yang kuat antara intensi perilaku dengan perilaku faktual yang ditampilkan individu. Hal ini sejalan dengan Teori Perilaku Terencana yang meyakini bahwa intensi merupakan prediksi yang kuat untuk perilakunya. 1. Van Gelderen et al (2008) Menjelaskan Intensi Wirausaha melalui Teori Perilaku Terencana Korelasi, Regresi, dan kualitatif mahasiswa 4 PT di Belanda 373 mahasiswa 2 PT di Belanda (kualitatif) Intensi wirausaha nyata sangat dipengaruhi oleh kesiapan berwirausaha dan kebutuhan akan keamanan finansial. Teori Perilaku Terencana bermanfaat dalam menjelaskan niat wirausaha. 2. Zampetakis (2008) Peran kreativitas dan proaktif dalam kewirausahaan mahasiswa di Yunani SEM Kreativitas dan proaktif memiliki pengaruh sangat nyata terhadap intensi kewirausahaan, baik secara terpisah maupun bersama-sama 3. Linan & Santos (2007) Modal Sosial dan Intensi (niat) wirausaha Survei Partial Least Square 354 mahasiswa 2 PT di Seville Modal sosial nyata secara tidak langsung mempengaruhi niat untuk memulai wirausaha. Modal sosial adalah seluruh rangkaian hubungan yang dimiliki individu 4. Bergevoet et al (2004) Perilaku wirausaha peternak Regresi 112 peternak di Belanda Perilaku wirausaha dapat dipahami melalui sikap, tujuan, dan sasaran usahanya. 5. Davis et al (2002) Keputusan siswa Keturunan Afrika di Amerika untuk menyelesaikan SMU: Penerapan Teori Perilaku Terencana Survei 166 siswa SMU keturunan Afrika Amerika Niat (intensi) untuk menyelesaikan sekolah SMU dapat secara akurat diperkirakan dari sikap, norma subjektif dan kendali perilaku (R = 0.71: p < 0.01) 6. Saltzera (1981) Hubungan antara intensi perilaku dan perilaku faktual Survey Nilai-nilai internal (keyakinan) lebih menentukan dibandingkan nilai-nilai eksternal dalam mewujudnya perilaku Tabel 3. Penelitian-Penelitian Terdahulu Tentang Intensi 35

14 PERILAKU Perilaku COPING Era Pentingnya Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Komunikasi Baru Kewirausahaan dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA Komunikasi Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Komunikasi Intrapersonal MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia Teori tentang intensi (niat) dipandang peneliti merupakan salah satu teori komunikasi berdimensi psikologis yang akan mampu untuk digunakan menjelaskan dan mengelaborasi tentang perilaku wirausaha.teori yang pertama kali mengemukakan dengan jelas tentang intensi digagas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein dalam Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Berasalan) pada tahun Pada beberapa tahun kemudian, setelah melalui serangkaian pengujian dan kritik, maka Icek Ajzen (1985, 1988, 1991) menyempurnakan teorinya dengan mengemukakan Theory of Planned Behavior (Teori Perilaku Terencana). Setelah diperluas menjadi Teori Perilaku Terencana, intensi dipengaruhi oleh tiga dimensi, yaitu sikap berperilaku (attitude toward the behavior), norma subjektif (subjective norms), dan kendali perilaku dirasakan (perceived behavioral control). Penelitian yang akan dilakukan, salah satu teorinya merupakan penerapan model dari Teori Perilaku Terencana tersebut. Secara teoritis, perilaku individu dapat diprediksi dari intensinya. Dengan perkataan lain, intensi wirausaha merupakan prediktor yang kuat untuk perilaku kewirausahaan individu. Intensi didefinisikan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), sebagai penempatan seseorang dalam suatu dimensi kemungkinan subjektif dalam kaitannya antara dirinya dengan beberapa tindakan. Sebuah intensi perilaku merupakan kemungkinan subjektif seseorang yang akan ditunjukan dalam perilaku. Dari pengertian tersebut, intensi (niat) dapat dimaksudkan sebagai dasar pemikiran individu dalam dirinya, yang akan ditampilkan pada perilaku. Ajzen juga menyatakan bahwa, intensi dapat digunakan untuk meramalkan seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan, dan seberapa banyak usaha yang dilakukan individu untuk menampilkan perilaku. Sikap memiliki arti kecenderungan sebagai respon yang disukai ataupun tidak disukai terhadap objek, orang, institusi, atau peristiwa. Sikap dapat terbentuk karena berbagai hal, seperti pengalaman langsung dengan objek sikap (pengalaman pribadi dan asosiasi objek dengan objek lain dimana sikap telah terbentuk), orang tua, kelompok, teman sebaya dan pengaruh media. Sikap seseorang dapat berkembang sebagaimana orang tersebut dapat berkembang. Perkembangan sikap seseorang berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Hal ini menyebabkan perbedaan sikap seseorang dari sikap orang lain. Dengan mengetahui faktor yang berkaitan dengan sikap, maka diharapkan dapat memprediksi perilaku orang dalam waktu tertentu atau ingin mengendalikan tindakan seseorang. Selain itu, akan diketahui cara-cara untuk mengembangkan sikap-sikap baru, cara-cara menguatkan atau melemahkan bahkan menghilangkan sikap pada seseorang atau sekelompok orang. Sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavior) merupakan evaluasi positif atau negatif individu sebagai perwujudan ketertarikan terhadap perilaku tertentu. Sikap terhadap

15 PENTINGNYA Era Pentingnya Perspektif KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan ARTIFAKTUAL Artifaktual : DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi Komunikasi MODIFIKASI Modifikasi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Antarmanusia ANTARMANUSIA perilaku (attitude toward the behavior) dipengaruhi oleh dua determinan, yaitu keyakinan berperilaku (behavioral beliefs) dan evaluasi terhadap konsekuensi perilaku (evaluation of that consequences). Keyakinan berperilaku (behavioral beliefs) adalah kemungkinan subjektif dari hubungan antara objek yang diyakininya dengan nilai, konsep, atau atribut atas objek. Belief terhadap objek terbentuk ketika seseorang menghubungkan objek tersebut dengan atribusi tertentu, dimana atribusi ini diperoleh melalui informasi, pengalaman dan penyimpulan. Sebuah penilaian subjektif seseorang terhadap suatu objek, yang mana hal tersebut menampilkan informasi yang dimiliki seseorang melalui pengalaman, pengetahuan dari orang lain, maupun proses resumeisasi atas belief-belief sebelumnya. Individu memungkinkan untuk memiliki belief yang banyak jumlahnya terhadap suatu objek, namun yang sangat menentukan sikapnya hanyalah belief yang mendasar. Belief mendasar yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek diperkirakan hanya berjumlah sekitar 5-9 item saja. Dengan mengidentifikasi belief yang mendasar ini, maka akan dapat diramalkan sikap individu secara lebih akurat. Evaluasi konsekuensi berperilaku (evaluation of that consequences) adalah kemungkinan subjektif yang mewujud sebagai konsekuensi logis yang akan didapat dari perilaku tertentu. Apabila dengan berperilaku tertentu individu yakin bahwa, akan menghasilkan konsekuensi positif baginya, maka individu tersebut akan menganggap bahwa perilaku tersebut adalah sesuatu yang positif baginya (menyenangkan, menguntungkan atau baik), demikian juga sebaliknya. Secara matematis sikap terhadap perilaku dapat dirumuskan sebagai berikut (Fishbein & Ajzen, 1975): n Ab = S bi. ei i=1 Ab= Sikap berperilaku seseorang Bi = Belief seseorang bahwa tingkah laku tersebut akan membawa konsekuensi i. ei = Evaluasi terhadap konsekuensi i. n = Jumlah belief seseorang tentang tingkah laku tersebut. Norma subjektif (subjective norms) merupakan persepsi sebagian besar orang yang dianggap penting bagi dirinya dan mempengaruhinya (significant others ), yang mengharapkan dirinya melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu. Norma subjektif ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu normative beliefs (keyakinan normatif) dan motivation to comply (motivasi kepatuhan). Keyakinan normatif (normative beliefs) adalah representasi persepsi dari orang-orang yang penting bagi seseorang dan mempengaruhinya (significant others ) tentang perilaku terbaik yang harus dilakukan. Dengan perkataan lain, keyakinan seseorang mengenai apa yang harus dilakukannya sesuai dengan harapan orang-orang yang penting baginya dan mempengaruhinya tentang perilaku yang dinilai terbaik. Motivasi kepatuhan (motivation to comply), berarti kemungkinan subjektif dari orang- 37

16 PERILAKU Perilaku COPING Era Pentingnya Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Komunikasi Baru Kewirausahaan dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA Komunikasi Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Komunikasi Intrapersonal MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia orang yang penting baginya dan mempengaruhinya (sebagai referen), sehingga seseorang harus menampilkan perilaku tertentu dan memotivasinya untuk patuh terhadap ekspetasi referens. Motivasi kepatuhan ini, antara lain dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian tertentu, seperti kebutuhan untuk diterima atau afiliasi harga diri individu. Pengukuran terhadap norma subjektif dilakukan dengan menjumlahkan hasil perkalian normative belief dengan motivation to comply (Fishbein & Ajzen, 1975). n SN = S bi. mi. i=1 SN = Norma subjektif seseorang terhadap tingkah laku bi = Keyakinan normatif terhadap significant others mi = Motivasi kepatuhan seseorang terhadap harapan significant others n = Jumlah individu/ kelompok yang berarti baginya Kendali perilaku (perceived behavioral control) merupakan persepsi individu mengenai mudah atau sulitnya memunculkan suatu perilaku tertentu, serta diasumsikan sebagai refleksi dari pengalaman masa lalunya dan hambatan-hambatan yang diantisipasi. Kendali perilaku (perceived behavioral control) dipresentasikan melalui control beliefs (kendali keyakinan), yang merupakan keyakinan mengenai kesempatan dan sumberdaya yang dimiliki individu dalam melakukan suatu tingkahlaku. Kendali keyakinan dapat terbentuk dari pengalaman terhadap tingkahlaku tersebut, jika tidak memiliki pengalaman tersebut, maka kendali keyakinan seseorang dipengaruhi oleh informasi dari orang lain yang pernah mengalaminya, serta faktor lain yang dapat meningkatkan atau menurunkan persepsinya akan kemudahan untuk menampilkan tingkahlaku tertentu. Semakin yakin seseorang bahwa dia memiliki kesempatan dan sumberdaya yang besar, dan semakin sedikit halangan yang individu persepsikan ada, maka kendali perilakunya semakin kuat. Kemampuan menciptakan pekerjaan dan ketahanan terhadap krisis ekonomi, bahkan krisis multidimensi telah ditunjukkan pula oleh wirausaha UMKM di Indonesia. UMKM telah mampu menyerap lebih dari 97% tenaga kerja (2007), dan mampu mencegah kehancuran ekonomi Indonesia di masa krisis (Kusmuljono, 2009). Peranan dan ketangguhan wirausaha UMKM inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk menempatkannya sebagai subjek penelitian. Berdasarkan data tersebut, subjek penelitian akan difokuskan pada wirausaha kecil yang bergerak dibidang agribisnis. Usaha kecil agribisnis dipilih karena merupakan usaha yang paling berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat, sehingga sangat menentukan kelangsungan hidup perekonomian Nasional. Wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang melaksanakan perilaku kewirausahaan. Seorang wirausaha mampu mengubah tantangan dan peluang menjadi manfaat bernilai tambah sehingga memberikan keuntungan, dengan kemandirian sebagai dasar aktivitasnya. Oleh karena itu, wirausaha merupakan

17 PENTINGNYA Era Pentingnya Perspektif KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan ARTIFAKTUAL Artifaktual : DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi Komunikasi MODIFIKASI Modifikasi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Antarmanusia ANTARMANUSIA orang yang mempunyai energi, kreatif, inovatif, optimis, pekerja keras, berani mengambil resiko dan kemauan menerima tanggungjawab pribadi dalam mewujudkan suatu impian sehingga menjadi prestasi terbaik dengan orientasi ke masa depan. Wirausaha adalah pencipta kekayaan, pusat pertumbuhan pekerjaan dan ekonomi, yang memberikan mekanisme pembagian kekayaan. Selain kemandirian, seorang wirausaha dituntut memiliki kreativitas yang bermanfaat untuk menciptakan inovasi. Kreativitas adalah proses timbulnya ide yang baru, sedangkan inovasi adalah pengimplementasian ide itu sehingga menimbulkan perubahan. Kreativitas dibentuk oleh motivasi, rasa keingintahuan dan kemauan untuk mengatasi ketidakpastian. Kreativitas berarti kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan berbagai masalah dan menghadapi peluang. Inovasi berarti kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan mengelola peluang untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan. Inovasi berarti sesuatu atau melakukan sesuatu yang baru atau dianggap baru pada lingkunganya. Inovasi dapat dilakukan terhadap produk, sistem, proses, dan metode yang secara ringkas berorientasi pada nilai tambah. Inovasi merupakan sumber kekuatan dan kemampuan baru untuk wirausaha dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat, yang sekaligus berdampak pada kehidupan dirinya. Inovasi adalah menciptakan sumberdaya ekonomi. Inovasi memberikan perubahan dengan konsekuensi ketidakpastian. Inovasi yang sukses adalah hasil pencarian dengan penuh kesadaran dan bertujuan mengantisipasi munculnya peluang. Inovasi harus dikembangkan dengan pengelolaan berbagai proses interaksi dan didukung budaya untuk selalu bertanya. Dalam praktek sehari-hari, tampaknya wirausaha dalam arti luas tidak selalu memerlukan sesuatu yang baru. Banyak bisnis yang berhasil karena meniru bisnis orang lain (Me-too business), dan ternyata juga bisa menghasilkan uang yang memadai. Inovasi dibutuhkan wirausaha, saat tak lagi ada perkembangan yang berarti karena orang lain akan mempelajari kekuatan usaha kita dan menirunya (imitation). Oleh karenanya, setiap saat dibutuhkan adanya inovasi dari sebagian wirausaha untuk menumbuhkan pasar-pasar baru. Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan kemampuan individu untuk menciptakan ide, produk atau jasa bernilai tambah melalui kreativitas dan inovasi dengan pendayagunaan seluruh potensi dirinya dan didukung lingkungan yang terukur secara cermat dalam risiko ketidakpastian untuk mendapatkan kemandirian dan kesejahteraan. Dengan perkataan lain, kewirausahaan membutuhkan kedinamisan individu untuk selalu memunculkan perilaku terbaik, sehingga memberikan banyak manfaat bagi diri dan lingkungannya. Standar yang diterapkan dalam 39

18 PERILAKU Perilaku COPING Era Pentingnya Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Komunikasi Baru Kewirausahaan dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA Komunikasi Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Komunikasi Intrapersonal MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia kewirausahaan adalah mencapai prestasi terbaik. Ide, jasa dan produk yang dihasilkannya akan selalu memberikan nilai tambah dan bermanfaat untuk sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dengan demikian, kewirausahaan merupakan suatu kualitas terbaik dari perilaku mandiri seseorang, tidak cukup sekedar keahlian dan tidak sekedar berbuat. Inti kewirausahaan adalah kemandirian seseorang untuk bertanggung jawab atas nasibnya. Kemandirian yang dibangun dari perjalanan sepanjang kehidupan individu, baik hasil dialog saat kesendiriannya maupun hasil dari proses komunikasi dengan lingkungannya. Kemandirian dalam kewirausahaan tiada lain kebebasan atau kemerdekaan. Oleh karena itu, kemandirian membutuhkan kepercayaan diri yang terukur. Dengan demikian, kewirausahaan lebih banyak berkaitan dengan potensi diri wirausaha. Hal ini mengindikasikan pula pentingnya pengkajian lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang berpengaruh pada munculnya perilaku wirausaha. Beranjak dari kerangka ini, maka sesungguhnya peranan komunikasi, khususnya komunikasi intrapersonal memainkan peranan yang sangat penting untuk melihat bagaimana sesungguhnya dialektika di dalam diri individu yang memilih jalan hidup

19 Daftar Pustaka PENTINGNYA Era Pentingnya Perspektif KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan ARTIFAKTUAL Artifaktual : DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi Komunikasi MODIFIKASI Modifikasi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Antarmanusia ANTARMANUSIA Ajzen, I "From intentions to actions: a theory of planned behaviour", in Kuhl, J. et al. (Ed.), Action-Control: From Cognition to Behaviour, Springer, Heidelberg, pp Ajzen, I Attitude, Personality, and Behavior. Milton Keynes, England: Open University Press. Ajzen, I "The theory of planned behaviour", Organizational Behaviour and Human Decision Processes, Vol. 50, pp Alwisol Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Antoncic, B The Entrepreneur's General Personality Traits and Technological Developments, World Academy of Science, Engineering and Technology Asrori, M. (tanpa tahun). Hubungan Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavior Control dengan Intensi Menghindari Pajak (Studi pada Wajib Pajak, Pajak Penghasilan Perorangan di Kodia Semarang). Perpustakaan Pusat UI. Melalui h p://lontar.cs.ui.ac.id/gateway/file? file=digital/74400-t 143.pdf Baker, W.E. & J.M. Sinkula The Complementary Effect of Market Orientation and Entrepreneurial Orientation on Profitability in Small Businesses. Journal of Small Business Management. Milwaukee: Oct Vol. 47. Iss. 4: pg. 443, 22 pgs. Baldwin, J.R., S.D. Perry & M.A. Moffitt Communication Theories: for Everyday Life. United State of America: Pearson Education, Inc. Bann, C.L An Innovative View of the Entrepreneur Through Exploration of the "Lived Experience" of the Entrepreneur in Startup of the Business. The Journal of Business and Economic Studies. Oakdale: Vol. 15, Iss. 2; pg. 62, 22 pgs. Baron, R.A. & S.A. Shane Entrepreneurship: a process perspective. China: Thomson South- Western. Basri, F. & H. Munandar Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan Renungan terhadap Masalah-Masalah Struktural, Transformasi Baru, dan Prospek Perekonomian Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group. Bergevoet, R.M.H., C.J.M. Ondersteijn, H.W. Saatkamp, C.M.J. van Woerkum & R.B.M. Huirne Entrepreneurial behaviour of dutch dairy farmers under a milk quota system: goals, objectives and attitudes. sciencedirect.com Agricultural Systems 80 (2004) 1 21 Biro Pusat Statistik Jawa Barat Jawa Barat Dalam Angka Bandung. Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor Dalam Angka Bogor. Boeree, C.G Personality Theories. Terjemahan. Inyiak Ridwan Muzir. Jogyakarta: Prismashopie. Cochran, W.G Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan. Rudiansyah dan Erwin R. Osman. Jakarta: UI-Press. Costa, P.T., & McCrae, R.R NEO PI-R. Professional manual. Odessa, FL: Psychological Assessment Resources, Inc. Daryanto, A Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Bogor: IPB Press. Davis, Larry E., Icek Ajzen, Jeanne Saunders and Trina Williams The Decision of African American Students to Complete High School: An Application of the Theory of Planned Behavior. School of Social Work, University of Pittsburgh, University of Massachusetts, George Warren Brown, and Washington University. Fishbein, M. & Ajzen, I Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Reseach. Sydney: Addison-Wesley Publishing Company. Gartner What Are We Talking About When We Talk About Entrepreneurship? Journal of Business Venturing. 5 (1), pg Gibb A. & J. Li Organizing for Enterprise in China: what can we learn from the Chinese 41

20 PERILAKU Perilaku COPING Era Pentingnya Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Komunikasi Baru Kewirausahaan dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA Komunikasi Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Komunikasi Intrapersonal MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia micro, small, and medium enterprise development experience. future 35 (2003) Griffin, E.M A First Look At Communication Theory. New York: McGraw-Hill. Hisrich, R.D., M.P. Peters & D.A. Shepherd Kewirausahaan. Terjemahan. Criswan Sungkono dan Diana Angelica. Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat. Kolopaking, L.M Mengatasi Pengangguran melalui Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Makalah Lokakarya Nasional Upaya Pemberdayaan Usha Mikro Sektor Pangan dan Ketenagakerjaan. IICC-Bogor. Krech, D., R.S, Crutchfield and E.L. Ballachey Individual in Society. International Student Edition. McGraw-Hill International Book Company. Tokyo. Krisnamurthi, B Menumbuhkan Ide dan Pemikiran: Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis. Bogor: Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPB. Kuratko, D.F. & R.M. Hodgetts Entrepreneurship. Canada: Thomson South-Western. Kusmuljono, B.S Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha. Bogor: IPB Press. Linan, F. & F.J. Santos Does Social Capital Affect Entrepreneurial Intentions? International Atlantic Society. [9/9/2007] Lupiyoadi, R Entrepreneurship: from mindset to strategy. Edisi ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi UI. Mangkuprawira, S.Tb Bisnis, Manajemen dan Sumberdaya Manusia. Bogor: IPB Press. Mastuti, E Memahami Perilaku Prokrastinasi Akademik Berdasar Tingkat Self Regulation Learning dan Trait Kepribadian. Surabaya: Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga. Meredith, G.G., R.E. Nelson & P.A. Neck Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Terjemahan. Andre Asparasayogi. Jakarta: LPPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo. Muatip, K Kompetensi Kewirausahaan Peternak Sapi Perah: Kasus Peternak Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bogor: Program Pascasarjana IPB. Mulyana, D Komunikasi Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, D Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nitisusastro, M Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung: Alfabeta. Nybakk & Hansen Entrepreneurial attitude, innovation and performance among Norwegian nature-based tourism enterprises. sciencedirect.com Forest Policy and Economics 10 (2008) Pambudy, R., T. Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A. Kriswantriyono dan A. Satria Bisnis dan Kewirausahaan dalam Sistem Agribisnis: Bogor: Pustaka Wirausaha Muda. Phalestie, A.A Hubungan Antara Trait Kepribadian dan Kemampuan Komunikasi Interpersonal dengan Prestasi Kerja pada Agen Asuransi. Skripsi. Jakarta: Universitas Atmajaya. Primiana, I Menggerakkan Sektor Riil: UKM & Industri. Bandung: Alfabeta. Rakhmat, J Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: CV Remadja Karya. Rokhman, A Peranan Kebijakan Publik, Orientasi Kewirausahaan dan Kompetensi Sumberdaya Manusia dalam Pengembangan Produk Perikanan Prima. Bogor: Program Pascasarjana IPB. Russell, R & B. Faulkner Entrepreneurship, Chaos And The Tourism Area Lifecycle Annals of Tourism Research, Vol. 31, No. 3, pp , Saragih, B Membangun Sistem Agribisnis. Bogor: USESE Foundation dan Sucofindo. Saragih, B Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor: Yayasan Mulia Persada Indonesia dan PT Surveyor Indonesia. Saltzera, E.B Cognitive moderators of the relationship between behavioral intentions and behavior. Journal of Personality and Social Psychology Volume 41, Issue 2, August 1981,

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi suatu negara dalam membantu laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ketika krisis moneter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan. EKO HANDOYO MEMBANGUN KADER PEMIMPIN BERJIWA ENTREPRENEURSHIP DAN BERWAWASAN KEBANGSAAN 12-12 2012 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975) 9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah anugrah yang mulia namun ibu rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24 jam, selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya profesi wirausaha pada masyarakat Indonesia ini dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan. Apalagi dengan tingginya inflasi di Indonesia dari tahun ke tahun sehingga terjadi pelemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan yang ketat antar Negara. Dalam persaingan global yang semakin terbuka saat ini memiliki banyak tantangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, termasuk di Indonesia. Masalah pengangguran ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk yang diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Wirausaha dan kewirausahaan Istilah wirausaha berasal dari kata wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa seseorang untuk bisa lebih kreatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah yang sering dijumpai di negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor kewirausahaan sedang gencar digalakan oleh pemerintah Indonesia karena mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. Objek dalam penelitian ini merupakan entrepreneur di Bandung yang sudah menjalani usahanya selama lebih dari tiga setengah tahun. Wirausaha memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan Suryana (2003) menyatakan bahwa istilah kewirausahaan dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau TPB (Theory of Planned Behavior) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Teori Perilaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah kurang tersedianya lapangan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan

Lebih terperinci

BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. berupa kontribusi dalam keilmuan dan implikasi kebijakan. Masing-masing

BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. berupa kontribusi dalam keilmuan dan implikasi kebijakan. Masing-masing BAB VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan hasil penelitian, dan selanjutnya dirumuskan implikasi penelitian berupa kontribusi

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Theory of Planned Behavior/TPB digunakan sebagai model dan kerangka teori karena sudah banyak diterapkan dan teruji dalam menangkap hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) berdampak negatif terhadap produk-produk dalam negeri. Produk-produk dalam negeri akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gambaran menakutkan (Mangkuprawira, 2011). Hal itu biasanya muncul pada

BAB I PENDAHULUAN. gambaran menakutkan (Mangkuprawira, 2011). Hal itu biasanya muncul pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pensiun dikenal sebagai fenomena yang dialami oleh seseorang yang usianya sudah dianggap lanjut sehingga dianggap tidak lagi produktif dan menurut

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fajrinur (2007) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Pribadi Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada kedewasaan, sehingga dia mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi Terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sebagai suatu wadah dalam menyiapkan generasi bangsa yang mempunyai kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang sistematis

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang sistematis BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Kerangka teori merupakan kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori teori yang mendukung permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah wilayah. Ketahanan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dimana terletak di garis katulistiwa ujung dari Sumatera hingga Papua. Salah satu keunikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty)

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) 8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) Salah satu bentuk kecurangan yang terjadi dibidang pendidikan dinamakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sumberdaya manusia berkualitas yang dicirikan oleh keragaan antara lain: produktif, inovatif dan kompetitif adalah tercukupinya

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 58 BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan; diskusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi dari ilmu pengetahuan yaitu keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis, atau keseluruhan pemikiran, gagasan, ide,

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA Indri Hastuti Listyawati Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta email : myindri.listyawati@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia adalah salah satu sektor yang memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Menurut Ciputra

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR Supamrih ; Maroeto ; Yuliatin Moch Arifin ; Abdullah Fadil ABSTRAK Generasi muda terutama mahasiswa menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui perilaku para anggotanya, para karyawannya, kebijakan-kebijakannya, dan peraturan-peraturannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Label Halal Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur

Lebih terperinci

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI Modul ke: 01Fakultas FASILKOM KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM Matsani, S.E, M.M Program Studi SISTEM INFORMASI DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN Menurut Thomas W. Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam baru dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin hari semakin meningkat, hal ini salah satu permasalahan yang membuktikan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya. Generasi muda sebagai garda depan pembangunan dimasa depan dan estafet kepemimpinan akan berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kewirausahaan: Edukasi dan Proses Edukasi tentang kewirausahaan memang haruslah dilakukan sedari dini dimulai dari level pendidikan yang terendah. Hal ini dilakukan untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori

Lebih terperinci

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai penyedia lapangan kerja tidak perlu diragukan lagi. Peningkatan unit UMKM wanita atau perempuan, ternyata berdampak positif untuk mengurangi angka kemiskinan.

Lebih terperinci

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK 183 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan menfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

THEORY OF REASONED ACTION

THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada masa dewasa ini berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan turut memegang peranan yang penting di dalam pembangunan. Pengetahuan banyak diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika, idealnya siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman dan pengetahuan yang dikembangkan oleh siswa sesuai perkembangan

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 66 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan mengenai hasil penelitian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan dijelaskan diskusi yang menyatakan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Minat berwirausaha di Indonesia masih sangat rendah khususnya lulusan SMK. Menurut Direktur Pembinaan SMK Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millenium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

The Psychology of Entrepreneurship

The Psychology of Entrepreneurship The Psychology of Entrepreneurship Bagaimana individu memutuskan menjadi seorang entrepreneur dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi? Dua faktor yang mempengaruhi berwirausaha (Suryana, 2001): Internal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu PENDAHULUAN Latar Belakang Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu mengembangkan kompetensinya. Kompetensi merupakan karakteristik mendalam dan terukur pada diri seseorang, dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemakmuran suatu negara bisa dinilai dari kemampuan negara tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna dan mendistribusikannya ke seluruh penduduk.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Kewirausahaan. Karakteristik dan Nilai-Nilai Kewirausahaan. Taufan Pamungkas Kurnianto S.S.T., M.A., M.Sc. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

Kewirausahaan. Karakteristik dan Nilai-Nilai Kewirausahaan. Taufan Pamungkas Kurnianto S.S.T., M.A., M.Sc. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi Modul ke: Kewirausahaan Karakteristik dan Nilai-Nilai Kewirausahaan Fakultas Ilmu Komunikasi Taufan Pamungkas Kurnianto S.S.T., M.A., M.Sc. Program Studi Penyiaran dan Hubungan Masyarakat Jenis-Jenis Kewirausahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar

Lebih terperinci

PERANAN KAMPUS DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN MAHASISWA MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN

PERANAN KAMPUS DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN MAHASISWA MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN PERANAN KAMPUS DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN MAHASISWA MELALUI KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN Dwi Wahyu Pril Ranto Akademi Manajemen Administrasi (AMA) YPK Yogyakarta ABSTRAK Peran kampus sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung untuk dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa adalah

Lebih terperinci