4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Administrasi Kabupaten Subang Kabupaten Subang terletak antara BT dan LS. Kabupaten Subang terdiri dari 22 kecamatan dan 243 desa (Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 1999). Dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Subang, empat kecamatan terletak di wilayah pesisir yaitu Blanakan, Legonkulon, Pusakanegara, dan Pamanukan. Secara administratif, Kabupaten Subang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Sumedang sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Purwakarta Luas wilayah Kabupaten Subang adalah ,95 Ha atau 6,34% dari luas Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian tempat antara m dpl. Dilihat dari topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam tiga zona daerah yaitu (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2003): 1) Daerah pegunungan dengan ketinggian m dpl di atas permukaan laut dengan luas wilayah ,09 Ha atau 20% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang, 2) Daerah bergelombang atau berbukit dengan ketinggian m dpl dengan luas wilayah ,16 Ha atau 34,85% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang, 3) Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas wilayah ,7 Ha atau 45,15% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Apabila dilihat dari kemiringan lahan, maka tercatat bahwa 80,80% wilayah Kabupaten Subang memiliki kemiringan , sedangkan sisanya memiliki kemiringan di atas Secara umum Kabupaten Subang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun mm dengan jumlah hari hujan 90 hari. Kondisi iklim tersebut ditunjang oleh adanya lahan yang subur dan banyaknya 51

2 aliran sungai, sehingga menjadikan sebagian besar luas tanah Kabupaten Subang digunakan untuk pertanian. Wilayah Kabupaten Subang memiliki panjang garis pantai kurang lebih 68 km yang meliputi 4 (empat) wilayah kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Blanakan, Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Legonkulon dan Kecamatan Pusakanagara. Desa Mayangan berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Legonkulon. Desa Mayangan merupakan salah satu dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Legonkulon. Desa ini terletak di bagian paling utara dari Kecamatan Legonkulon. Secara geografis Desa Mayangan terletak pada koordinat LS serta dan BT. Secara administratif Desa Mayangan berbatasan dengan Desa Tegal Urung di sebelah Barat, Desa Legon Wetan di sebelah Timur, Desa Legonkulon di sebelah Selatan, dan Laut Jawa di sebelah Utara. Desa Mayangan memiliki luas Ha dan sebagian besar dari luas wilayahnya merupakan areal hutan mangrove yaitu seluas 290 Ha yang dimiliki oleh Perum Perhutani. Desa Mayangan memiliki dua buah sungai yaitu Sungai Citerusan di sebelah barat dan Sungai Cigadung di sebelah timur yang menjadikan perairan pantai Desa Mayangan cukup produktif. 4.2 Keadaan Perairan Kabupaten Subang Suhu di perairan Subang rata-rata adalah 28,5 0 C. Suhu air suatu perairan dipengaruhi oleh suhu udara atasnya yang kisarannya relatif stabil untuk daerah tropis. Kondisi umum pantai Utara Jawa Barat adalah berupa pantai yang landai dengan kemiringan antara 0,06 % hingga 0,4 %. Diperkirakan ada jarak rata-rata 4 km dari garis pantai kedalaman mencapai 5 m, kemudian jarak rata-rata 13 km dari garis pantai menjadi 10 m, dan jarak 21 km kedalaman mencapai 20 m. Kontur kedalaman kurang dari 5 m memperlihatkan kondisi yang relatif sejajar dengan garis pantai. Demikian juga pada kedalaman antara 5 10 m dan m (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2003). 52

3 4.2.1 Faktor klimatologi perairan pantai Kabupaten Subang Perairan pantai Subang yang merupakan bagian dari sistem Laut Jawa sangat dipengaruhi oleh angin muson yang berkembang secara kuat di perairan ini. Di wilayah Laut Jawa munculnya periode musim Barat terjadi pada bulan Desember hingga Februari umumnya diikuti dengan adanya musim hujan. Adapun musim Timur terjadi pada bulan Juni - Agustus dengan adanya kemarau. Dalam musim Timur penguapan yang terjadi di laut lebih besar daripada curah hujannya. Kecepatan angin yang tinggi dan kelembaban yang relatif rendah menyebabkan penguapan lebih dari 100 mm/bulan. Dari bulan Juni sampai Agustus energi yang diperlukan untuk penguapan tersebut melebihi dari energi yang tersedia dari radiasi matahari, sehingga menimbulkan defisit energi sekitar cal/cm 2, atau sebanding dengan pendinginan wilayah perairan sedalam 40 m dengan penurunan suhu perairan sekitar 1,4 0 C. Pendinginan perairan dalam periode musim Barat bukan disebabkan oleh keseimbangan energi tersebut, tetapi dalam musim ini muson Barat berkembang sangat kuat dan dengan angin yang relatif kuat membawa massa udara dingin dan hujan ke wilayah Laut Jawa ini. Fluktuasi angin muson secara nyata berhubungan dengan fluktuasi suhu perairan. Hasil pengamatan angin di wilayah pantai Mayangan dalam periode musim Peralihan (Mei) menunjukkan pada siang hari (jam ) kecepatan angin berkisar antara 0 7 m/det, dan pada malam hari (jam ) antara m/det dengan arah angin dominan dari Timur, Timur Laut dan Barat Laut Karakteristik fisik perairan pantai Subang 1) Suhu dan salinitas perairan Suhu dan salinitas di wilayah perairan pantai Subang berfluktuasi secara musiman yang dipengaruhi oleh dinamika perairan Laut Jawa. Secara umum fluktuasi suhu bulanan di Laut Jawa menunjukkan adanya dua suhu tertinggi (sekitar 28,7 0 C) dan dua suhu terendah (sekitar 27,5 0 C). Suhu tertinggi terjadi dalam periode musim peralihan yakni bulan Mei dan November. Adapun suhu terendah terjadi bulan Agustus dan Februari (puncak musim Timur dan Barat). Rata-rata suhu bulanan bervariasi antara 27,5 0 C sampai 28,7 0 C. 53

4 Rata-rata salinitas bulanan di perairan Laut Jawa berkisar antara 31,5 0 / 00 33,7 0 / 00. Salinitas maksimum pertama (33,7 0 / 00 ) dan kedua (33,3 0 / 00 ) terjadi pada bulan September dan November. Adapun salinitas minimum pertama (31,8 0 / 00 ) dan kedua (31,3 0 / 00 ) terjadi masing-masing sekitar bulan Februari dan Mei. Hasil pengukuran distribusi salinitas di beberapa muara sungai di wilayah pantai Subang menunjukkan bahwa jangkauan pengaruh rambatan pasang surut yang membawa massa air laut ke arah hulu sungai berkisar antara 1 km sampai 3,5 km. Rambatan pasang surut sungai Mayangan dapat mencapai 1,5 2,5 km. 2) Bathimetri perairan Perairan pantai Subang memiliki kedalaman yang relatif dangkal (kurang dari 20 m) dengan gradien kedalaman yang relatif landai. Perairan dengan kedalaman kurang dari 5 m (disekitar Blanakan) memiliki gradien kedalaman sekitar 2,0027 dan 0,0054 yang berada di sekitar Pusakanagara. Adapun di perairan dengan kedalaman 5-10 m memiliki gradient kedalaman berkisar 0,00006 terdapat di sekitar Blanakan. Morfologi daratan pantainya terdiri dari pasir bercampur lumpur dan bahan organik, dengan jenis tanah gleisol hidrik. Pada pantai terdapat rawa-rawa dan vegetasi mangrove. Umumnya kawasan pantai dipergunakan oleh masyarakat sebagai kawasan pemukiman, pertambakan, dan sebagainya. Pesisir pantai Kabupaten Subang banyak yang mempunyai muara sungai kecil, sehingga terdapat kemungkinan banyaknya jumlah pengendapan di muara sungai besar dan jenis substrat dasar berupa pasir. 3) Pasang surut Pasang surut merupakan gerakan naik-turun dari muka air laut secara periodik yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik benda angkasa seperti bulan dan matahari. Jenis pasang surut yang terjadi di wilayah pantai Subang mengikuti pola pasang surut di Laut Jawa. Tipe pasang surut (pasut) Pantai Utara Jawa Barat sebagian besar termasuk dalam kategori campuran mengarah ke semidiurnal. Kategori pasut campuran adalah daerah pantai yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dengan ketinggian yang berbeda. Adapun pasut kategori semidiurnal adalah daerah pantai yang mengalami dua kali pasang dan dua kali 54

5 surut dengan ketinggian yang sama. Pasang dan surut terbesar adalah 1 m dan kisaran tinggi pasang dan surut kedua adalah 0,5 0,7 m. 4) Arus perairan pantai Pola arus perairan di pantai Subang yang secara umum mengikuti pola arus Laut Jawa menunjukkan bahwa arus musiman sangat dominan di wilayah perairan ini. Periode musim Timur terjadi antara bulan Mei dan September, arus musim bergerak ke arah barat dengan kecepatan maksimum sekitar 25 cm/det. Dari bulan November sampai Maret arus musim mengalir ke arah timur dengan kecepatan maksimum sekitar 30 cm/det. Pada bulan April dan Oktober arah arus musim berubah. Pengukuran arus di wilayah pantai Subang menunjukkan bahwa di perairan pantai Mayangan arus pasang berkisar 1,4 31,5 cm/det mengalir dominan ke arah barat, dan arus surut berkisar antara 0,7 28,1 cm/det yang dominan mengalir ke arah barat. 5) Kualitas air perairan Subang Berdasarkan topografinya, perairan kabupaten Subang terdiri dari: (1) perairan pesisir dan laut, (2) perairan sungai dan situ. Kondisi perairan Kabupaten Subang banyak dipengaruhi oleh kondisi alam di dataran tinggi, serta pengaruh sifat oseanografi perairan dangkal Laut Jawa. Kondisi umum perairan Kabupaten Subang relatif baik. Beberapa lokasi di perairan payau dan laut mempunyai sifat kekeruhan yang cukup tinggi seperti di Pondok Bali, Mayangan dan Blanakan. Kondisi ini merupakan karakteristik perairan Laut Jawa yang banyak dipengaruhi oleh sedimen yang dibawa oleh beberapa sungai yang bermuara ke Pantai Utara Jawa. Selain itu, sifat oseanografi di daerah pasang surut (intertidal) Subang memungkinkan terjadi sedimentasi dan penggerusan pantai (abrasi). Kondisi ini merupakan suatu hal yang menguntungkan karena perairan pesisir Subang menjadi subur karena mendapat suplai nutrient dari daratan Mangrove Kabupaten Subang memiliki hutan mangrove sebesar 6.132,8 Ha dengan tiga lokasi wisata bahari yaitu Wisata Buaya Blanakan, Pantai Pondok Bali, dan Pantai Patimban. Hutan mangrove yang terdapat di kawasan pantai utara 55

6 Kabupaten Subang berada di bawah otoritas pengelola Perum Perhutani BPKH Ciasem dan Pamanukan. Formasi hutan mangrove di pesisir utara Kabupaten Subang dari arah laut ke darat didominasi oleh api-api (Avicenia marina), kemudian bakau (Rhizopora mucronata) dan prepat/pepada (Sonnateratia acida). Jenis fauna yang ditemukan pada hutan mangrove adalah jenis reptile seperti ular dan kadal, katak, jenis ikan seperti belut, gabus, mujair, sepat, mujair, belanak dan sebagainya. Kondisi derajad keasaman (ph) perairan mangrove Desa Mayangan bersifat homogen dan bersifat basa. Komposisi elemen di dalam sedimen hampir menyerupai air laut pada umumnya, karena lingkungan mangrove pada umumnya memiliki interaksi yang sangat intensif dengan perairan pantai. Kandungan natrium yang terkandung pada daerah tengah petak mangrove berbeda dengan daerah lainnya yaitu sekitar 5 kali lipatnya. Hal ini disebabkan karena pada bagian tengah petak mangrove dikelilingi tambak yang tidak digunakan dan relatif tertutup. Akibat dari penguapan yang terjadi terus-menerus tetapi interaksi dengan perairan terbuka sangat minimal dan tidak ada proses pergantian massa air yang menyebabkan jumlah garam dalam perairan menjadi tinggi. Kandungan salinitas pada bagian tengah petak mangrove, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tepi sungai dan area pertambakan. Pada bagian tepi sungai dan area pertambakan lebih terbuka dengan perairan luar karena air dapat masuk melalui parit-parit dan kegiatan pertambakan menyebabkan selalu adanya pergantian air di sekitar perairan mangrove. Pada bagian tepi sungai memiliki nilai salinitas lebih rendah karena memiliki interaksi yang intensif dengan perairan terbuka dalam hal ini sungai. Kandungan kalium pada mangrove Desa Mayangan relatif tinggi. Hal ini menyebabkan komposisi elemen dalam sedimen substrat mangrove berbeda dengan komposisi air laut pada umumnya, yaitu kandungan elemen natrium lebih besar daripada kalium. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari luar seperti aktivitas pertanian dan perikanan, dalam hal ini adalah kegiatan budidaya tambak dimanan petani pada umumnya melakukan pemupukan pada lahan garapannya. Kegiatan tersebut dapat merubah komposisi elemen di dalam perairan 56

7 sekitar mangrove yang kemudian akan mempengaruhi kandungan elemen dalam sedimen. 4.3 Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan adalah satu kesatuan teknis dalam melakukan operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal/perahu, alat tangkap dan nelayan Kapal Kapal atau perahu penangkap ikan di Kabupaten Subang dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Perahu tanpa motor adalah perahu yang pengoperasiannya tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan layar atau dayung. Perahu motor tempel adalah perahu atau kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel (outboard engine), sedangkan kapal motor adalah kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal (inboard engine). Perkembangan jumlah perahu/kapal motor setiap tahunnya cenderung konstan. Tabel 3 Perkembangan jumlah kapal tahun Tahun Perahu Tanpa Motor (unit) Motor Tempel (unit) Kapal Motor (unit) Jumlah Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2009 Secara keseluruhan jumlah kapal atau perahu di Kabupaten Subang cenderung meningkat selama periode tahun 2006 sampai Dilihat dari perkembangan tersebut, jenis kapal yang ada masih didominasi oleh perahu motor tempel. Jumlahnya cenderung meningkat dengan jumlah tertinggi pada tahun 2009 sebanyak 671 unit kapal. Berbeda dengan perahu motor tempel, perahu 57

8 tanpa motor justru mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2009 jumlah perahu tanpa motor menurun hingga 36 unit kapal Alat tangkap Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Subang terdiri dari jenis payang, pukat pantai, jaring insang hanyut, jaring klitik, jaring insang tetap, pancing, alat pengumpul kerang dan alat tangkap lainnya. Pada Tabel 6 disajikan secara rinci tentang alat tangkap dan produksi dari tiap alat tangkap pada tahun Tabel 4 Jenis alat tangkap di Kabupaten Subang No Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit) 1 Payang 52 2 Dogol 67 3 Jaring arad 79 4 Jaring Insang hanyut Jaring insang klitik Jaring insang tetap Pacing lainnya Lain-lain 135 Jumlah 870 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2008 Dari jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan Kabupaten Subang, hanya 7 jenis alat tangkap yang dioperasikan setiap tahunnya yaitu payang, pukat pantai, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, jaring klitik dan alat pengumpul kerang, sedangkan alat tangkap dogol mulai dioperasikan pada tahun Hingga saat ini alat tangkap yang dominan dioperasikan di Kabupaten Subang adalah jaring insang tetap, jaring insang hanyut dan jaring insang klitik. Pada tahun 2008 alat tangkap yang dominan di Kabupaten Subang yaitu jaring insang tetap sebanyak 165 unit. 58

9 1. Payang 1) Deskripsi Payang adalah alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh nelayan Indonesia. Alat tangkap ini termasuk ke dalam kelompok pukat kantong (seine net) atau lebih dikenal dengan nama Danish seine. Adapun alat tangkap ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu sayap, badan dan kantong (Subani dan Barus, 1989). Payang merupakan alat tangkap yang dioperasikan di permukaan dengan tujuan untuk menangkap ikan-ikan pelagis. Pada pengoperasiannya, alat tangkap ini disetting melingkari kawanan ikan kemudian jaring ditarik ke atas geladak kapal(subani dan Barus,1989). Pengoperasian payang dapat dilakukan baik pada siang hari maupun pada malam hari. Adapun alat tangkap payang di Kabupaten Subang hanya dioperasikan di Perairan Ciasem. 2) Konstruksi Bagian-bagian alat tangkap payang terdiri atas dua sayap, badan jaring, kantong, pelampung, pemberat, dua tali ris, dan tali selambar. Payang termasuk ke dalam alat tangkap pukat kantong yang mempunyai tiga bagian besar yaitu sayap, badan, dan kantong. Konstruksi dari payang dapat dilihat pada Gambar 21. Sayap Sayap pada payang digunakan untuk mengurung kawanan ikan yang hendak ditangkap. Adapun material jaring yang digunakan pada bagian sayap yaitu PA (Polyamide) dengan panjang sayap sekitar 200 m dan ukuran mesh size 30 cm. Pada sayap bagian atas terdapat pelampung yang terbuat dari bambu dengan diameter sekitar cm berjumlah sebanyak 36 buah. Adapun pada sayap bagian bawah terdapat pemberat sebanyak 38 buah. Pemberat ini terbuat dari bahan semen cor dengan panjang 5 cm dan berat 2 kg. Badan Ikan-ikan yang telah dikelilingi oleh jaring kemudian diarahkan oleh nelayan agar masuk ke badan jaring. Adapun material jaring yang digunakan pada bagian badan sama dengan material jaring pada bgian sayap yaitu PA (Polyamide) dengan ukuran mesh size 19 cm dan panjang bagian badan yaitu 30 m. Adapun panjang mulut jaring payang bagian bawah lebih panjang dibandingkan bagian 59

10 atas, hal ini untuk mencegah kemungkinan ikan lolos ke arah bawah, karena pada umumnya payang digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang cenderung bergerak ke bagian bawah bila terkurung jaring. Kantong Kantong merupakan bagian paling akhir atau ujung alat tangkap payang. Kantong merupakan tempat berkumpulnya hasil tangkapan. Material jaring yang digunakan pada bagian kantong terbuat dari bahan PA (Polyamide) dengan ukuran mesh size yang berangsur-angsur mengecil mulai dari 12 cm hingga 1,5 cm. Ukuran mata jaring yang semakin mengecil ini bertujuan agar ikan-ikan tertangkap dan tidak dapat meloloskan diri dari kantong. Tali ris Tali ris pada payang terbagi menjadi dua jenis yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Baik tali ris atas maupun tali ris bawah terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter tali ris atas 4 mm, dan tali ris bawah 5 mm. Tali ris atas lebih panjang dari tali ris bawah yaitu 250 m sedangkan panjang tali ris bawah yaitu 200 m. Pada tali ris atas inilah pelampung dipasang, sedangkan pada tali ris bawah dipasang pemberat. Tali Selambar Tali selambar pada payang berfungsi untuk menarik jaring saat sedang dioperasikan dan pada saat jaring ditarik ke atas kapal. Tali ini terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter tali 16 mm. Panjang tali selambar di sayap kanan dan kiri payang berbeda. Adapun panjang tali selambar di sayap kanan payang sebesar 200 m sedangkan panjang tali selambar di sayap kiri sebesar 20 m, hal ini disebabkan agar sayap kanan dapat melingkari kawanan ikan seluasluasnya sehingga kawanan ikan tidak dapat meloloskan diri. 60

11 Keterangan: 1. Kantong 2. Badan Jaring 3. Sayap 4. Tali Ris Atas 5. Tali Ris Bawah 6. Tali Selambar 7. Pelampung 8. Pemberat Gambar 21 Konstruksi payang 3) Kapal Kapal yang digunakan untuk pengoperasian payang terbuat dari bahan kayu dengan dimensi L X B x D yaitu 9 x 2,4 x 0,6 meter. Kapal yang digunakan pada pengoperasian payang biasanya berupa perahu motor tempel yang menggunakan mesin tempel dengan merk Dongfeng. Mesin ini memiliki umur teknis ± 5 tahun dengan kekuatan mesin sebesar 24 PK. Pengoperasian kapal dilakukan secara one day fishing yaitu pergi pada pagi hari yaitu pada pukul dan kembali pada siang atau sore hari yaitu pada pukul ) Nelayan Mayoritas nelayan yang ada di Kabupaten Subang adalah penduduk asli setempat dan sebagian kecil merupakan nelayan pendatang yang berasal dari Indramayu, Karawang dan Cirebon. Nelayan payang pada umumnya merupakan penduduk asli yang menjadikan usaha penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama atau termasuk ke dalam klasifikasi nelayan penuh. Adapun nelayan yang mengoperasikan payang di Kabupaten Subang berjumlah 22 orang nelayan dimana satu orang bertugas sebagai nahkoda kapal, satu orang sebagai fishing master dan sisanya bertugas mengoperasikan payang. 5) Metode pengoperasian Operasi penangkapan jaring payang dilakukan secara one day fishing. Proses pengoperasian payang dimulai pada pagi hari yaitu pada pukul WIB. 61

12 Adapun pengoperasian payang dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pemasangan jaring (setting), tahap penarikan jaring (hauling), dan tahap pelepasan hasil tangkapan. Tahap persiapan meliputi persiapan perbekalan seperti makanan, minuman, dan bahan bakar. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan terhadap kondisi mesin oleh juru mesin. Adapun untuk satu kali operasi penangkapan jaring payang diperlukan bahan bakar sebanyak 20 liter. Setelah semua tahap persiapan selesai dilakukan, perahu diberangkatkan menuju fishing ground. Dalam menentukan fishing ground, fishing master mencari kawanan ikan dengan melihat tanda-tanda keberadaan gerombolan ikan seperti adanya riak-riak air di permukaan, atau dengan melihat adanya kawanan burung di atas permukaan. Pada proses ini kecakapan seorang fishing master sangatlah menentukan keberhasilan penangkapan. Setelah gerombolan ikan ditemukan, tekong akan menginstruksikan kepada juru mudi agar mendekati gerombolan ikan tersebut agar proses pemasangan jaring (setting) dilakukan. Pemasangan jaring dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan. Proses melingkari yang memerlukan waktu 20 menit ini diawali dengan penurunan pelampung tanda, tali selambar, badan jaring, dan tali selambar namun ujung dari tali selambar terakhir tetap berada di perahu. Setelah proses pemasangan selesai dilakukan, kemudian nelayan akan melakukan proses penarikan jaring secepat mungkin. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan lolosnya ikan yang akan ditangkap. Adapun tahap penarikan jaring umumnya menghabiskan waktu selama 30 menit. Proses penarikan jaring dilakukan oleh ABK kapal yang berjumlah 20 orang. Tahap pelepasan hasil tangkapan dilakukan dengan membuka ikatan pada kantong. Tahap pelepasan ini umumnya dilakukan selama 15 menit. Setelah proses pelepasan selesai, kantong jaring diikat kembali dan dipersiapkan kembali untuk setting selanjutnya. Jika hasil tangkapan yang didapatkan kurang memuaskan, maka proses setting umumnya dilakukan sebanyak 3-5 kali dalam satu kali operasi penangkapan jaring payang. 6) Hasil tangkapan Jaring payang merupakan alat tangkap yang dioperasikan di permukaan perairan. Dengan demikian jaring payang memiliki target tangkapan berupa ikan- 62

13 ikan pelagis. Adapun hasil tangkapan dari payang adalah tongkol (Auxis sp.), cumi (Loligo sp.), kembung (Rastrelliger sp.), tembang (Sardinella sp.), japuh (Dussumiera acuta) dan lain-lain. 2. Dogol 1) Deskripsi Dogol termasuk ke dalam kelompok pukat kantong lingkar atau umumnya disebut danish seine. Alat ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu kantong, sayap dan badan jaring. Konstruksi mulut jaring bagian atas dogol agak lebih menonjol kedepan sehingga menyerupai konstruksi pukat udang (trawl) tetapi ukurannya lebih kecil dari pukat udang (Subani dan barus, 1989). Menurut Subani dan Barus (1989), dogol merupakan alat tangkap yang dioperasikan untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal. Pada pengoperasiannya alat ini dilingkarkan pada sasaran tertentu (umumnya dengan cara menduga-duga), kemudian pada akhir penangkapan hasilnya dinaikkan ke atas geladak perahu atau didaratkan ke pantai. Alat tangkap dogol yang ada di Kabupaten Subang tidak berbeda jauh dengan alat tangkap dogol pada umumnya. 2) Konstruksi Bagian-bagian alat tangkap dogol terdiri atas dua sayap, badan jaring, kantong, pelampung, pemberat, dua tali ris, dan tali selambar. Dogol termasuk ke dalam alat tangkap pukat kantong yang terbagi atas tiga bagian utama, yaitu sayap, badan dan kantong. Konstruksi dogol dapat dilihat pada Gambar 22. Sayap Sayap berfungsi untuk mengarahkan hasil tangkapan masuk ke dalam jaring. Sayap pada alat tangkap ini terbuat dari bahan PE (Polyethilene) dengan panjang 25 m dan ukuran mesh size sebesar 12,7 cm. Pada bagian sayap terdapat dua jenis pelampung yaitu pelampung plastik dan pelampung besar. Adapun pelampung plastik berjumlah 12 buah dengan ukuran panjang 15 cm dan diameter 4 cm sedangkan pelampung besar berjumlah 3 buah dengan ukuran panjan 17,5 cm dan diameter 11 cm. Selain pelampung, terdapat juga pemberat yang terpasang pada bagian bawah sayap. Pemberat pada sayap berjumlah 36 buah terbuat dari bahan timah berbentuk elips dengan panjang 7 cm dan diameter sebesar 1,5 cm. 63

14 Badan Badan jaring berfungsi untuk mengurung ikan yang telah masuk melalui sayap. Bahan yang digunakan pada bagian badan jaring adalah PE (Polyethylene) dengan panjang 15 meter dan mesh size sebesar 6,5 inci. Pada bagian pangkal badan jaring berhubungan dengan sayap sedangkan pada bagian ujung berhubungan dengan kantong. Kantong Bagian kantong merupakan bagian paling akhir dari alat tangkap dogol. Material jaring yang digunakan pada bagian kantong terbuat dari bahan PE (Polyethilene) dengan panjang kantong 6 meter dan mesh size sebesar satu inci. Pada bagian ujung kantong diikat dengan seutas tali yang menggunakan simpul cod-end knot. Adapun penggunaan simpul tersebut dimaksudkan agar kantong mudah dilepaskan saat akhir penangkapan. Tali ris bagian sayap Tali ris pada dogol terdiri dari dua jenis yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Adapun tali ris pada alat tangkap ini terbuat dari bahan PE multifilamen. Tali ris bawah lebih panjang dari tali ris atas. Panjang tali ris bawah yaitu 25 m, dan panjang tali ris atasnya 20 m. Tali Selambar Tali selambar pada dogol berfungsi untuk menarik jaring pada saat dioperasikan dan untuk menarik jaring ke atas kapal. Tali selambar pada alat ini terbuat dari bahan PE Multifilament dengan panjang sekitar meter dan memiliki diameter 2,5 cm. Gambar 22 Konstruksi dogol 64

15 3) Kapal Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan dogol terbuat dari bahan kayu dengan dimensi L x B x D yaitu 11 x 2,5 x 1,5 meter. Kapal ini memiliki dua buah mesin yang berfungsi sebagai mesin utama dan mesin cadangan. Mesin utama berfungsi untuk menjalankan kapal dengan merk Dongfeng dengan umur teknis ± 5 tahun dengan kekuatan mesin 20 PK. Adapun mesin cadangan bermerk Dongfeng berkekuatan 16 PK berfungsi untuk mengaktifkan gardan. 4) Nelayan Nelayan merupakan tenaga kerja yang berperan aktif dalam kegiatan operasi penangkapan. Nelayan dogol pada umumnya merupakan penduduk asli yang menjadikan usaha penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama atau termasuk ke dalam klasifikasi nelayan penuh. Nelayan yang mengoperasikan unit penangkapan dogol di Kabupaten Subang berjumlah 6-8 orang nelayan, dimana satu orang bertugas sebagai juru mudi dan sisanya adalah ABK kapal yang bertugas sebagai juru mesin, juru masak, memperbaiki dan mengoperasikan jaring serta menyortir hasil tangkapan. 5) Metode pengoperasian Pengoperasian dogol umumnya dilakukan pada pagi hari. Pada pengoperasiannya dibagi menjadi lima tahap yaitu : persiapan, penentuan daerah penangkapan ikan, pemasangan jaring (setting), penarikan jaring (hauling), dan penyortiran serta pemindahan hasil tangkapan ke dalam palka. Pada tahap persiapan nelayan mempersiapkan perbekalan, mengecek kondisi mesin kapal, dan menyusun jaring untuk mempermudah dalam proses setting di laut. Kapal berangkat dari fishing base menuju fishing ground pada pukul WIB. Waktu yang ditempuh dari fishing base menuju fishing ground sekitar 1 2 jam. Umumnya nelayan menentukan fishing ground berdasarkan pengalaman dari hasil tangkapan sebelumnya dan dengan melihat jumlah kapal yang berada di daerah tersebut. Semakin banyak kapal yang beroperasi, nelayan akan berpikir bahwa banyak ikan yang dapat ditangkap di perairan tersebut. Setelah sampai di fishing ground, nelayan melakukan proses setting yang berlangsung kira-kira menit. Proses setting diawali dengan penurunan pelampung tanda disisi kanan kapal. Tali terus diulur membentuk lingkaran searah 65

16 jarum jam. Setelah hampir membentuk lingkaran, seluruh jaring beserta pelampungnya diturunkan secara serentak. Kemudian tali terus diulur sampai kapal kembali mencapai pelampung tanda. Setelah setting selesai dilakukan, kapal bergerak perlahan sekitar 5 menit, kemudian penarikan jaring dimulai dengan menaikkan pelampung tanda ke atas kapal. Setelah itu nelayan memuntal sebagian tali selambar di gardan untuk penarikan jaring hingga ke atas kapal. Umumnya waktu yang diperlukan untuk melakukan proses hauling sekitar menit. Setelah hasil tangkapan dikeluarkan dari bagian kantong maka dilakukan penyortiran dan pemindahan ikan-ikan hasil hasil tangkapan ke dalam palka. Ikanikan yang tertangkap disortir bedasarkan jenis dan ukurannya. Semua hasil tangkapan dibawa kembali oleh nelayan dan tidak ada yang dibuang kembali ke laut. 6) Hasil tangkapan Hasil tangkapan utama dari dogol adalah udang jerbung, udang bago, dan udang krosok. Adapun hasil tangkapan sampingannya terbagi menjadi dua kelompok yaitu hasil tangkapan sampingan ekonomis tinggi dan ekonomis rendah. Hasil tangkapan sampingan ekonomis tinggi antara lain kakap, kerapu, rajungan, sotong dan cumi-cumi sedangkan hasil tangkapan sampingan ekonomis rendah antara lain ikan sebelah, pari, cucut, gurita, belanak dan pepetek. 3. Jaring Arad 1) Deskripsi Jaring arad diklasifikasikan ke dalam pukat udang. Alat tangkap ini banyak dikenal dengan nama cungking trawl atau mini otter trawl. Jaring arad dikelompokkan ke dalam jenis otter trawl karena pada alat ini dilengkapi dengan alat pembuka mulut jaring (otter board) (Subani dan Barus, 1989). Alat tangkap ini merupakan salah satu alat penangkap ikan yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu bermesin. Alat tangkap ini biasanya dioperasikan di perairan dangkal dengan target tangkapan utama yaitu udang. Secara garis besar konstruksi jaring arad terdiri dari bagian sayap, badan, dan kantong (Hakim, 66

17 2006). Jaring arad banyak digunakan oleh nelayan di daerah perairan pantai utara Jawa dalam skala kecil. 2) Konstruksi Bagian alat tangkap jaring arad terdiri atas sayap, badan jaring, kantong, pelampung, pelampung besar, pemberat, palang kayu (danleno) dan papan rentang (otter board). Jaring arad termasuk ke dalam alat tangkap pukat yang terbagi atas tiga bagian utama, yaitu sayap, badan dan kantong. Konstruksi dari jaring arad dapat dilihat pada Gambar 23. Sayap Sayap disebut juga jaring pengarah yang merupakan perpanjangan badan jaring ke otter board. Sayap berfungsi untuk mengarahkan hasil tangkapan masuk ke dalam jaring. Sayap pada jaring arad memiliki panjang sebesar 10,5 m dengan material jaring yang digunakan yaitu PE dengan ukuran mesh size sebesar mm. Pada sayap terdapat 2 jenis pelampung yang dipasang yaitu pelampung jenis I dan pelampung besar. Pelampung jenis I terbuat dari karet berwarna putih. Pelampung jenis ini berbentuk elips dengan ukuran panjang 16 cm dan diameter 2 cm. Jumlah pelampung jenis I ini sebanyak 10 buah terpasang disepanjang sayap. Adapun pelampung besar terbuat dari bahan plastik berbentuk silinder. Ukuran panjang pelampung ini yaitu 30 cm dengan diameter 12.5 cm. Jumlah pelampung besar yang digunakan hanya satu buah dipasang pada bagian tengah mulut. Badan Badan jaring pada jaring arad berfungsi untuk mengurung obyek yang telah digiring oleh sayap. Badan jaring terletak di bagian tengah jaring arad dimana pada sudut depan kiri dan kanan badan jaring berhubungan dengan sayap kanan dan kiri, sedangkan pada bagian belakang badan berhubungan langsung dengan bagian kantong. Adapun material jaring yang digunakan pada bagian badan jaring yaitu PE dengan dengan panjang sebesar 4,5 m dan ukuran mata jaring (mesh size) sebesar 37.5 mm. Disepanjang badan jaring bagian atas terpasang pelampung jenis II untuk menjaga agar mulut jaring arad tetap terbuka sempurna. Pelampung jenis ini terbuat dari karet berbentuk kubus dengan dimensi p x l x t yaitu 4,5 x 2,5 x 2,5 cm. Jumlah pelampung jenis ini sebanyak 13 buah. 67

18 Kantong Kantong berfungsi sebagai tempat berkumpulnya hasil tangkapan. Kantong pada jaring arad memiliki panjang sebesar satu meter dan mesh size sebesar 20 mm. Pada bagian ujung kantong diikat dengan tali pengikat menggunakan simpul cod end knot. Adapun penggunaan simpul tersebut ialah untuk memudahkan dalam mengeluarkan hasil tangkapan. Tali ris bagian sayap Tali ris atas dipergunakan untuk menghubungjan kedua sayap jaring bagian atas melalui mulut bagian atas. Tali ris atas terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter 4 cm dan panjang 9 meter. Adapun tali ris bawah digunakan untuk menghubungkan kedua sayap jaring bagian bawah melalui mulut bagian bawah. Tali ris bawah pada alat tangkap jaring arad terbuat dari bahan rami dengan panjang 11 meter dan diameter 1 cm. Adapun perbedaan panjang tali ris atas dan bawah ini menyesuaikan dengan ukuran badan jaring. Otter board Otter board berfungsi untuk menjaga agar sayap jaring terbuka ke kanan dan ke kiri dengan baik. Otter board terbuat dari kayu dan semen yang dicor dengan dimensi p x l x t yaitu 100 x 60 x 2 cm. Dengan adanya otterboard ini, jaring arad diklasifikasikan sebagai pukat tarik (trawl), namun karena ukurannya yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan trawl, maka jaring arad disebut juga mini trawl. Gambar 23 Konstruksi jaring arad 3) Kapal 68

19 Kapal yang digunakan pada pengoperasian jaring arad adalah kapal motor tempel berbahan kayu jati dengan dimensi L x B x D yaitu 8 x 2,8 x 1,5 meter. Kapal ini digerakkan dengan menggunakan mesin dengan merk Dongfeng. Mesin ini memiliki umur teknis ±5 tahun dengan kekuatan sebesar 16 PK. Adapun bahan bakar yang digunakan adalah solar dengan kebutuhan solar per trip sebanyak liter. 4) Nelayan Mayoritas nelayan jaring arad yang ada di Kabupaten Subang adalah penduduk asli setempat dan sebagian kecil merupakan nelayan pendatang yang berasal dari Indramayu, Karawang dan Cirebon. Nelayan jaring arad di Kabupaten Subang terbagi menjadi dua yaitu nelayan pemilik (juragan) dan nelayan buruh. Adapun pengoperasian jaring arad di Kabupaten Subang dilakukan oleh 2-3 orang nelayan, dimana satu orang bertugas sebagai nahkoda kapal dan sisanya bertugas mengoperasikan jaring. Jumlah nelayan yang sedikit ini dikarenakan ukuran kapal dan alat tangkap yang digunakan merupakan unit penangkapan yang masih tradisional dan memiliki ukuran yang kecil. 5) Metode pengoperasian Pengoperasian jaring arad dilakukan secara one day fishing dimana kapal berangkat pada pagi hari yaitu pada pukul dan kembali pada siang atau sore hari pada pukul Jaring arad dioperasikan di daerah pantai dengan tipe dasar perairan lumpur berpasir. Kedalaman perairan berkisar antara m dengan topografi dasar perairan yang relatif datar. Jaring arad dapat dioperasikan sepanjang tahun, namun intensitas pengoperasiannya dipengaruhi oleh musim penangkapan. Wilayah pengoperasian jaring arad adalah di sekitar perairan Subang seperti Pantai Blanakan, Pantai Mayangan, Perairan Legonkulon, dan Perairan Ciasem. Pada proses pengoperasian jaring arad terdapat beberapa tahap yaitu: 1) Penentuan daerah penangkapan ikan (Fishing ground) Sebelum alat tangkap disetting, nelayan terlebih dahulu menentukan tempat yang diperkirakan terdapat target tangkapan. Pada tahap penentuan daerah penangkapan ini nelayan tidak menggunakan alat Bantu seperti fish finder dan 69

20 sejenisnya. Nelayan menentukan daerah penangkapan dengan menggunakan pengalamannya selama melaut. 2) Setting alat tangkap Setelah daerah penangkapan ikan ditentukan, nelayan akan menyiapkan jaring arad untuk segera disetting. Sebelum jaring arad disetting, jaring arad ditata terlebih dahulu agar tidak terbelit saat sedang dioperasikan. Jaring yang terbelit akan mengganggu proses terbukanya mulut jaring arad sehingga mulut jaring arad tidak terbuka dengan sempurna. 3) Penarikan jaring arad (towing) Setelah jaring tertata dengan baik di dalam perairan, kemudian nelayan akan mulai melakukan penarikan jaring arad. Penarikan jaring arad dilakukan dengan tujuan untuk menyapu dasar perairan sehingga ikan dan udang yang ada di dasar perairan dapat tertangkap. Adapun kecepatan kapal saat melakukan penarikan jaring harus konstan agar bukaan mulut jaring arad tetap terbuka dengan sempurna. 4) Pengangkatan jaring (hauling) Setelah dilakukan penarikan jaring, maka dilakukan pengangkatan jaring arad ke atas kapal untuk melihat hasil tangkapan. Proses penarikan jaring dimulai dengan menarik tali ris terlebih dahulu sampai dengan bagian kantong jaring. Setelah bagian kantong berhasil ditarik ke atas kapal, kemudian ikatan pada ujung kantong dilepaskan dan hasil tangkapan dikeluarkan. 5) Penanganan hasil tangkapan. Setelah hasil tangkapan dikeluarkan dari dalam kantong, kemudian hasil tangkapan segera dibersihkan terlebih dahulu untuk menghilangkan lumpur yang tercampur dengan hasil tangkapan. Hal ini terjadi karena jaring arad dioperasikan di dasar perairan yang berlumpur. Adapun setelah hasil tangkapan dibersihkan, nelayan melakukan melakukan penyortiran berdasarkan jenis dan ukuran hasil tangkapan. Semua hasil tangkapan akan dibawa kembali oleh nelayan dantidak ada yang dibuang kembali ke laut. 6) Hasil tangkapan Hasil tangkapan jaring arad terbagi menjadi dua kategori yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Adapun hasil tangkapan utama 70

21 jaring arad adalah udang jerbung (Penaeus merguiensis), udang krosok (Parapenaeopsis sculptilis) dan udang bago (Pebaeus marguensis). Adapun hasil tangkapan sampingan jaring arad dibagi menjadi dua kelompok yaitu hasil tangkapan sampingan bernilai ekonomis tinggi dan hasil tangkapan sampingan bernilai ekonomis rendah. Adapun hasil tangkapan sampingan yang bernilai ekonomis tinggi yaitu rajungan (Portunus sp), sotong (Sepia sp) dan cumi-cumi (Loligo sp). Sedangkan untuk hasil tangkapan bernilai ekonomis rendah yaitu beberapa jenis ikan seperti pepetek (Leioghnatus sp), gulamah (Pseuosorena sp), beloso (Saurida tumbil), kerong-kerong (Therapon theraps), sebelah (Psettodes erumei), pari (Trygan sephen), cucut (Squalus sp), dan gurita (Octopus sp). 4. Jaring Millenium 1) Dekripsi Jaring millennium merupakan jenis alat tangkap gillnet yang telah dimodifikasi dari gillnet pada umumnya, perbedaannya terdapat pada bahan jaring yang memiliki serat pilinan monofilament serta warna jaringnya. Jaring gillnet pada umumnya dibuat dari bahan nylon multifilament berwarna biru gelap, sementara jaring millennium dibuat dari nylon multi monofilament yang transparan. Jaring multi monofilament umumnya menggunakan bahan yang tipis, sehingga jaring lebih halus dibandingkan dengan jaring monofilament atau jaring multifilament. Hal itu membuat jaring multi monofilament lebih fleksibel di bawah air. 2) Konstruksi Bagian-bagian pada jaring millennium terdiri atas badan jaring, tali ris atas dan bawah, pelampung, dan pemberat. Desain dan konstruksi dari jaring millennium dapat dilihat pada Gambar 24. Badan jaring Badan jaring merupakan bagian yang berfungsi untuk menghadang ikan secara vertikal. Bahan yang digunakan adalah Polyamide monofilament berwarna putih transparan dengan ukuran jaring satu piece yaitu yaitu 75 x 10 meter. Dalam keadaan terentang, jaring millennium pada tiap piecenya memiliki jumlah mata jaring sebanyak 1230 mata pada arah horizontal dan 90 mata pada arah vertikal. 71

22 Nelayan menggunakan bahan Polyamide monofilament karena bahan ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya memungkinkan ikan-ikan kecil dapat terjerat dalam serat pilinan dan menjadi umpan untuk ikan yang berukuran besar. Bahan ini relatif tahan lebih lama terhadap pembusukan atau pelapukan dan tidak berpengaruh terhadap lamanya perendaman dalam perairan. Selain itu bahan ini tidak menyerap air sehingga lebih ringan dalam proses penarikan jaring. Pelampung Pelampung jaring yang digunakan terbuat dari bahan plastik. Pelampung ini berbentuk elips dengan ukuran panjang 139 mm dan diameter 38 mm. Jumlah pelampung dalam satu piece sebanyak 25 buah dengan jarak antar pelampung 300 cm. Jaring millennium memiliki pelampung tambahan yang disebut pelampung umbul. Pelampung ini berbentuk elips yang terbuat dari plastik atau Styrofoam. Pelampung umbul memiliki ukuran tinggi 25 cm dan diameter 10 cm. Pelampung tanda diikatkan pada kayu dan dihubungkan ke bagian akhir jaring dengan menggunakan tali. Pelampung tanda ini pada umumnya berupa bendera atau lampu. Pemberat Pemberat yang digunakan terbuat dari semen cor berbentuk lingkaran pipih dengan diameter 15 cm tebal 2 cm dan berat 400 gram. Pemberat dipasang dengan jarak 9 meter. Pemberat tidak diikatkan dengan menggunakan tali pemberat, tetapi diikat pada badan jaring bagian bawah dengan menggunakan tali. Tali ris Tali ris terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah. Tal iris atas terbuat dari PE multifilament dengan diameter 6 mm. panjang tali ris atas adalah 80 m. Tal iris atas terdiri dari dua tali. Satu utas tali digunakan sebagai tali pelampung dan satu utas lainnya digunakan sebagai penggantung badan jaring. Tali pelampung mempunyai karakteristik sama dengan tali penggantung yaitu terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter 6 mm dan panjang 80 m. Jaring millennium tidak dilengkapi dengan tali ris bawah, sehingga pemberat hanya diikatkan pada bagian bawah badan jaring. 72

23 (a) (b) Gambar 24 Desain (a) dan konstruksi (b) gillnet millennium 73

24 3) Kapal Kapal yang digunakan dalam pengoperasian jaring millennium memiliki dimensi ukuran L x B x D : 12 x 2,5 x 1,5 meter. Kapal ini menggunakan satu mesin yang berfungsi sebagai mesin utama. Mesin ini memiliki tonnase sebesar 15 GT dengan merk Mitsubishi 120 PS menggunakan bahan bakar solar. Kapal ini membutuhkan liter solar dalam setiap tripnya. Dalam satu trip operasi penangkapan berlangsung antara satu sampai tiga hari, bergantung pada jumlah tangkapan yang diperoleh dan banyaknya perbekalan yang dibawa. 4) Nelayan Jumlah nelayan yang mengoperaiskan jaring millennium sebanyak 4 5 orang. Setiap nelayan mempunyai tugas masing-masing yaitu sebagai juru mudi, juru mesin, dan anak buah kapal. Juru mudi bertugas dalam pencarian fishing ground dan mengemudikan kapal dari fishing base ke fishing ground. Juru mesin bertanggung jawab atas kondisi mesin. Adapun anak buah kapal (ABK) bertugas dalam proses penurunan jaring (setting), penarikan jaring (hauling) dan memperbaiki alat tangkpa yang rusak. 5) Metode pengoperasian Jaring millennium biasanya dioperasikan pada malam hari. Pengoperasiannya dibagi dalam empat tahap yaitu: penentuan fishing ground, pemasangan jaring (setting), penarikan jaring (hauling), dan penyortiran serta pemindahan hasil tangkapan ke dalam palka. Sebelum berangkat menangkap ikan nelayan mengawali dengan mempersiapkan perbekalan, mengecek kondisi mesin kapal, dan menyusun jaring untuk mempermudah dalam penebaran jaring di laut. Kapal berangkat dari fishing base menuju fishing ground pada pukul WIB. Waktu yang ditempuh dari fishing base menuju fishing ground sekitar 2 3 jam. Setelah sampai di fishing ground, nelayan melakukan proses setting yang berlangsung kira-kira 30 menit. Dalam proses setting, jaring dipasang pada posisi permukaan. Jaring dan kapal dibiarkan hanyut mengikuti arus perairan dan didiamkan selama + 6 jam untuk menunggu proses hauling. Setting dapat dilakukan sebanyak 1-2 kali setiap malamnya tergantung hasil tangkapan yang diperoleh. Pada penarikan jaring, kapal bergerak maju perlahan. Kemudian tiga orang nelayan mulai menarik jaring di haluan kanan tanpa menggunakan alat 74

25 bantu penarik. Masing-masing menarik bagian atas, tengah dan bawah jaring. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali penarikan jaring (hauling) berkisar antara 1,5 2 jam, tergantung pada banyaknya hasil tangkapan yang tertangkap dan sampah yang tersangkut pada jaring. Tahap akhir yaitu penyortiran dan pemindahan ikan-ikan hasil hasil tangkapan ke dalam palka. Ikan hasil tangkapan utama ditempatkan dalam palka yang kedap udara dengan pemberian es yang cukup guna mempertahankan mutu. Untuk hasil tangkapan sampingan, pemberian es sekedarnya saja dan dikumpulkan untuk dijual dan sebagian lagi untuk dikonsumsi. 6) Hasil tangkapan Hasil tangkapan utama dari jaring millennium yaitu ikan tenggiri. Adapun hasil tangkapan sampingan yang ikut tertangkap antara lain golok-golok, pepetek, kembung, tetengek, dan manyung. 5. Jaring Klitik 1) Deskripsi Jaring insang klitik merupakan salah satu jenis gillnet atau jaring insang. Jaring klitik dioperasikan di dasar perairan yang ditujukan untuk menangkap udang dan lobster. Jumlah alat tangkap jaring klitik di Kabupaten Subang menempati urutan kedua setelah jaring rampus. Jaring klitik yang terdapat memiliki konstruksi yang hampir sama dengan jaring insang lainnya. 2) Konstruksi Bagian-bagian pada jaring insang klitik terdiri atas badan jaring, tali ris atas dan bawah, pelampung, dan pemberat. Desain dan konstruksi dari jaring millennium dapat dilihat pada Gambar 25. Badan jaring Badan jaring merupakan bagian yang berfungsi untuk menghadang ikan secara vertikal. Bahan yang digunakan adalah nilon monofilament. dengan ukuran mata jaring yaitu 3,5 inchi. Dalam keadaan terentang, jaring klitik pada tiap piecenya memiliki jumlah mata jaring sebanyak 1125 mata pada arah horizontal dan 18 mata pada arah vertikal. Nelayan menggunakan bahan Polyamide monofilament karena relatif tahan lebih lama terhadap pembusukan atau 75

26 pelapukan dan tidak berpengaruh terhadap lamanya perendaman dalam perairan. Selain itu bahan ini tidak menyerap air sehingga lebih ringan dalam proses penarikan jaring. Pelampung Pelampung jaring yang digunakan terbuat dari bahan PVC. Pelampung ini berbentuk elips atau lonjong dengan ukuran panjang 50 mm dan diameter 10 mm. Jumlah pelampung dalam satu piece sebanyak 125 buah dengan jarak antar pelampung 80 cm. Pemberat Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah dengan berat satuan 1.5 gram. Jumlah pemberat dalam satu piece sebanyak 500 buah. Jaring insang klitik juga dilengkapi dengan pemberat jangkar yang berfungsi supaya alat tangkap tetap berada di dasar perairan dan tidak berpindah tempat. Tali ris Tali ris terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah. Tal iris atas terbuat dari PE multifilament dengan diameter 3 mm. panjang tali ris atas adalah 60 m. Tali ris atas terdiri dari dua tali. Satu utas tali digunakan sebagai tali pelampung dan satu utas lainnya digunakan sebagai penggantung badan jaring. Tali pelampung mempunyai karakteristik sama dengan tali penggantung yaitu terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter 3 mm dan panjang 60 m. Jaring klitik juga dilengkapi tali ris bawah dengan diameter 2 mm. Tali ris bawah mempunyai ukuran yang lebih panjang daripada tali ris atas yaitu 80 mm. Tali ris bawah terdiri dari dua tali. Satu utas tali berfungsi sebagai tali pengikat jaring bagian bawah dan satu utas lainnya sebagai tali pemberat. Tali pemberat memiliki karakteristik yang sama dengan tali pengikat jaring yaitu terbuat dari PE multifilament dengan diameter 2 mm dan panjang 80 m. 76

27 (a) (b) Gambar 25 Desain (a) dan konstruksi (b) jaring klitik 3) Kapal Kapal yang digunakan dalam pengoperasikan jaring klitik memiliki dimensi ukuran L x B x D : 6,5 x 0,8 x 0,5 meter. Kapal ini menggunakan satu mesin yang berfungsi sebagai mesin utama. Mesin ini memiliki ukuran sebesar 8 PK dengan merk Dongfeng menggunakan bahan bakar solar. 77

28 4) Nelayan Jumlah nelayan yang mengoperasikan jaring klitik sebanyak 2 3 orang. Setiap nelayan mempunyai tugas masing-masing yaitu sebagai juru mudi dan anak buah kapal. Juru mudi bertugas dalam pencarian fishing ground dan mengemudikan kapal dari fishing base ke fishing ground. Adapun anak buah kapal (ABK) bertugas dalam proses penurunan jaring (setting), penarikan jaring (hauling) dan memperbaiki alat tangkapan yang rusak. 5) Metode pengoperasian Operasi penangkapan dengan jaring klitik menggunakan perahu motor tempel. Kegiatan setting dimulai pada saat matahari terbenam sekitar pukul WIB. Kemudian jaring dibiarkan terendam di dasar perairan selama satu mala dan baru diangkat keesokan paginya. Kegiatan setting dilakukan dengan menurunkan jaring di sebelah kanan lambung kapal. Hauling dilakukan setelah jaring direndam selama jam. Penarikan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul WIB. Kegiatan hauling dimulai dengan pengangkatan pelampung tanda, kemudian secara bertahap dilakukan pengangkatan badan jaring. Hasil tangkapan yang tertangkap umumnya tertangkap dengan cara terpuntal. 6) Hasil tangkapan Hasil tangkapan utama dari jaring klitik adalah udang dan lobster. Adapun hasil tangkapan sampingan yang tertangkap antara lain ikan selar kuning, ikan sembilang, ikan teri dan rajungan. 6. Jaring Rampus 1) Deskripsi Jaring rampus termasuk dalam klasifikasi jaring insang tetap. Jaring insang tetap adalah salah satu jenis jaring insang yang dioperasikan pada dasar perairan. Hasil tangkapan utama dari jaring insang tetap adalah ikan bawal putih. Adapun hasil tangkapan sampingannya antara lain manyung, gulamah, selar, kuniran, dan kuro. Jaring rampus di Kabupaten Subang tidak berbeda jauh dengan jaring rampus pada umumnya. Jaring rampus hampir ditemukan di semua kecamatan di Kabupaten Subang yang berada di wilayah pesisir. 78

29 2) Konstruksi Bagian-bagian dari jaring rampus terdiri atas tubuh jaring, tali ris atas tali ris bawah, tali pemberat, pemberat, tali pelampung dan pelampung. Desain dan konstruksi dari jaring rampus ditunjukkan pada Gambar 26. Badan jaring Tubuh jaring terbuat dari bahan PA monofilament berdiameter 0,2 mm dan ukuran mata jaring 4,5 inchi. Warna bahan jaring adalah putih transparan agar alat tangkap yang dipasang di dasar perairan akan tersamar sehingga tidak menakuti ikan dan ikan akan terjerat. Jumlah mata jaring vertikal sebanyak 35 mata, sedangkan jumlah mata horizontal sebanyak 1798 mata. Pelampung Pelampung terbuat dari bahan PVC berbentuk lonjong dengan ukuran panjang 14 cm. Jumlah pelampung sebanyak 50 buah dalam satu piece. Jarak antar pelampung 1 m. Penggunaan pelampung sangat penting, agar mata jaring dapat terbuka di dalam air. Pemberat Pemberat terbuat dari bahan dengan berat satuan 13 gram. Pemberat tambahan berfungsi sebagai jangkar, yaitu batu besar dengan berat sekitar 3 kg. Jumlah pemberat dalam satu piece sebanyak 300 buah. Karena penempatan jaring berada di dasar perairan maka pemberat memiliki peran penting untuk menjaga kedudukan jaring agar tetap di tempat. Hal itu menjadi penting karena pengaruh arus yang dapat menggeser kedudukan jaring dari tempat semula, dan bisa mengubah kedudukan jaring dalam menghadang ikan. Tali ris Tali ris atas terbuat dari bahan PE berdiameter 6 mm dengan panjang 70 m berwarna hijau. Pada tali ris atas diikatkan tali pelampung yang berfungsi untuk memasangkan pelampung pada jaring. Adapun tali pelampung terbuat dari bahan PE berdiameter 8 mm dengan panjang 70 m berwarna hijau. Jaring rampus juga dilengkapi tali ris bawah terbuat dari bahan PE berdiameter 3 mm dengan panjang 100 m berwarna hijau. Pada tali ris bawah diikatkan tali pemberat yang berfungsi untuk memasangkan pemberat pada jaring. Adapun tali pemberat terbuat dari bahan PE berdiameter 3 mm dengan panjang 100 m. 79

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaring Arad Jaring arad (mini trawl) adalah jaring yang berbentuk kerucut yang tertutup ke arah ujung kantong dan melebar ke arah depan dengan adanya sayap. Bagian-bagiannya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap Karakteristik merupakan satu hal yang sangat vital perannya bagi manusia, karena hanya dengan karakteristik kita dapat

Lebih terperinci

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Teluk Jakarta Secara geografis Teluk Jakarta (Gambar 9) terletak pada 5 o 55 30-6 o 07 00 Lintang Selatan dan 106 o 42 30-106 o 59 30 Bujur Timur. Batasan di sebelah

Lebih terperinci

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Legonkulon berada di sebelah utara kota Subang dengan jarak ± 50 km, secara geografis terletak pada 107 o 44 BT sampai 107 o 51 BT

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel. JARING TRAMMEL Trammel net (Jaring trammel) merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang banyak digunakan oleh nelayan terutama sejak pukat harimau dilarang penggunaannya. Di kalangan nelayan, trammel

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian penangkapan rajungan dengan menggunakan jaring kejer dilakukan di perairan Gebang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL. 4.1 Pendahuluan

4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL. 4.1 Pendahuluan 4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL 4.1 Pendahuluan Secara geografis Kota Tegal terletak pada posisi 06 0 50 LS sampai 06 0 53 LS dan 109 0 08 BT sampai 109 0 10 BT. Kota Tegal merupakan daerah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 32 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Batas-batas Administrasi Kecamatan Cisolok Pangkalan Pendaratan Ikan Cisolok berada di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok. Kecamatan Cisolok merupakan kecamatan

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base. 31 4 HASIL 4.1 Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Kapal Jumlah perahu/kapal yang beroperasi di Kecamatan Mempawah Hilir terdiri dari 124 perahu/kapal tanpa motor, 376 motor tempel, 60 kapal motor 0-5 GT dan 39

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun Alat penangkap ikan di PPP Cilauteureun menurut statistik perikanan Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu, pukat kantong,

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net Gillnet Keterangan: 1. Tali pelampung 2. Pelampung 3. Tali ris atas 4. Badan jarring 5. Tali ris bawah 6. Tali pemberat 7. Pemberat

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi GILL NET (Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi Pendahuluan Gill net (jaring insang) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium aa3 a 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap 2.1.1 Alat tangkap gillnet millenium Jaring insang adalah salah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring monofilamen atau

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) 2.1 Potensi dan Usaha Perikanan di Indonesia 2.1.1 Perikanan dan Potensi Indonesia Berdasarkan UU. No 31 tahun 2004. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Serang 4.1.1 Letak geografis dan kondisi perairan pesisir Pasauran Serang Secara geografis Kabupaten Serang terletak pada koordinassi 5 5 6 21 LS dan 105

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut 34 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak dan Geografis Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon Cirebon merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang terletak pada lintang 06 30 LS-07 00

Lebih terperinci

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON 6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON Pada dasarnya pengelolaan perikanan tangkap bertujuan untuk mewujudkan usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan. Untuk itu, laju

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN aa 26 aa a a 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknis Gillnet Millenium 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang mengoperasikan alat tangkap gillnet millenium merupakan kapal kayu yang menggunakan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Deskripsi unit penangkapan cantrang Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknik dalam suatu operasi penangkapan ikan yang terdiri atas alat tangkap, kapal,

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Unit Penangkapan Jaring Rajungan dan Pengoperasiannya Jaring rajungan yang biasanya digunakan oleh nelayan setempat mempunyai kontruksi jaring yang terdiri dari tali ris

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Administrasi Pemerintahan Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 0

Lebih terperinci

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON 28 5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON Perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon memiliki prasarana perikanan seperti pangkalan pendaratan ikan (PPI). Pangkalan pendaratan ikan yang

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Lokasi Penelitian Cirebon merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Barat tepatnya diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang digunakan merupakan sarana untuk mengangkut nelayan beserta alat tangkap ke daerah penangkapan ikan. Kapal yang biasa

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Purse seine (1) Alat tangkap Pukat cincin (purse seine) di daerah Maluku Tenggara yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan sebutan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengamatan tingkah laku ikan pada proses penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya dilakukan di perairan Kabupaten Barru Selat Makassar, Sulawesi

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keragaan Unit Penangkapan Ikan 5.1.1 Unit penangkapan ikan multigear (Kapal PSP 01) Penangkapan ikan Kapal PSP 01 menggunakan alat tangkap multigear, yaitu mengoperasikan alat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknik 5.1.1 Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian II.1.1 Kondisi Geografi Gambar 2.1. Daerah Penelitian Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52-108 36 BT dan 6 15-6 40 LS. Berdasarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun KATA PENGANTAR Buku materi penyuluhan teknologi penangkapan ikan merupakan informasi yang memuat gambaran umum, klasifikasi, rancang bangun, metode pengoperasian, daerah penangkapan, tingkah laku ikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN 4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN 4.1 Pendahuluan Perikanan tangkap merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan memanfaatkan sumberdaya ikan yang mempunyai

Lebih terperinci

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DESCRIPTION OF FISHING GEARS IN KECAMATAN BONTOMANAI, KEPULAUAN SELAYAR REGENCY Andi Lisdawati 1), Najamuddin 1), Andi Assir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum Kota Cirebon Kota Cirebon merupakan kota yang berada di wilayah timur Jawa Barat dan terletak pada jalur transportasi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kota Cirebon secara

Lebih terperinci

KAPAL IKAN PURSE SEINE

KAPAL IKAN PURSE SEINE KAPAL IKAN PURSE SEINE Contoh Kapal Purse Seine, Mini Purse Seine, Pengoperasian alat tangkap. DESAIN KAPAL PURSE SEINE Spesifikasi kapal ikan yang perlu di perhatikan : 1. Spesifikasi teknis : khusus

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Tabel 4 Luas wilayah studi di RPH Tegal-Tangkil

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Tabel 4 Luas wilayah studi di RPH Tegal-Tangkil 27 4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Lokasi penelitian, khususnya ekosistem mangrove masuk dalam wilayah pengelolaan Resort Polisi Hutan (RPH) Tegal-Tangkil, BKPH Ciasem- Pamanukan.

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100 34 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 91.881 jiwa. Luas wilayahnya adalah 26,25 km 2 dengan kepadatan penduduknya adalah 3.500,23 jiwa per km 2. PPS Belawan memiliki fasilitas pokok dermaga,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Subang 4.1.1 Karakteristik Fisik Perairan Subang Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Barat dan terletak pada 107º31

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Cantrang SNI SNI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Cantrang SNI SNI 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Cantrang Cantrang adalah alat tangkap berbentuk jaring yang apabila dilihat dari bentuknya menyerupai alat tangkap payang, tetapi ukuran di tiap bagiannya lebih kecil.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 12 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Berdasarkan buku Perum Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten (9), wilayah mangrove desa Jayamukti Kecamatan Blanakan secara administrasi kehutanan termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Letak Topografis dan Luas Wilayah Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Propinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 0 31 107 0

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 14 Nomor 1 Juni 2016 p-issn: 1693-7961 e-issn: 2541-2450 PENGAMATAN

Lebih terperinci

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN 40 6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN Tujuan akhir dari usaha penangkapan payang di Desa Bandengan adalah meningkatkan kesejahteraaan nelayan bersama keluarga. Karena itu sasaran dari kegiatan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kajian Konstruksi Unit Penangkapan Cantrang 5.1.1 Alat tangkap cantrang Alat tangkap cantrang yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong, Kabupaten Lamongan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan Deli dan

Lebih terperinci

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP 6 2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP Unit Penangkapan Ikan Kapal Pengoperasian kapal tonda atau yang dikenal dengan kapal sekoci oleh nelayan Sendang Biru dilakukan sejak

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6 o 57-7 o 25 Lintang Selatan dan 106 o 49-107 o 00 Bujur Timur dan mempunyai

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Alat Tangkap di Kabupten Indramayu Hasil inventarisasi jenis alat tangkap yang digunakan di Kabupaten Indramayu (Tabel 6) didominasi oleh alat tangkap berupa jaring, yakni

Lebih terperinci

CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT

CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT Sumindar dan Henra Kuslani Teknisi Litkayasa pada Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya

Lebih terperinci

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :..

: Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator :.. 173 Lampiran 34 Daftar Kuisioner Jenis Pertanyaan : Perikanan Tangkap Udang Nomor Sampel Kabupaten / Kota : Kecamatan : Kelurahan / Desa Tanggal Wawancara : Nama Enumerator.. I Identitas Responden Nama

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 31 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Ciamis 4.1.1 Geografi, Morfologi dan Klimatologi Kabupaten Ciamis terletak di selatan Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkunganya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Umum Kecamatan Labuan 5.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Labuan terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Daerah ini memiliki luas 15,65 Km 2. Kecamatan Labuan

Lebih terperinci

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 1. Ilustrasi Peta Lokasi Penelitian 42 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 3. Alat yang Digunakan GPS (Global Positioning System) Refraktometer Timbangan Digital

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

JARING ARAD JAWA BARAT ENUR JANAH

JARING ARAD JAWA BARAT ENUR JANAH KARAKTERISTIK USAHA UNIT PERIKANANN JARING ARAD DI PPI BLANAKAN, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT ENUR JANAH MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Suhu Permukaan Laut (SPL) di Perairan Indramayu Citra pada tanggal 26 Juni 2005 yang ditampilkan pada Gambar 8 memperlihatkan bahwa distribusi SPL berkisar antara 23,10-29

Lebih terperinci