MODEL SEBARAN PANAS AIR KANAL PENDINGIN INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK KE BADAN AIR LAUT
|
|
- Handoko Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODEL SEBARAN PANAS AIR KANAL PENDINGIN INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK KE BADAN AIR LAUT ABSTRAK Chevy Cahyana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN MODEL SEBARAN PANAS AIR KANAL PENDINGIN INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK KE BADAN AIR LAUT. Pengoperasian suatu instalasi pembangkit listrik tenaga termal, baik yang berbahan bakar batubara, minyak bumi maupun energi nuklir, umumnya menggunakan air laut sebagai pendingin. Air pendingin yang masuk kembali ke laut memiliki temperatur di atas temperatur ambien air laut. Masuknya limbah air panas dari kanal pendingin ke laut (thermal pollution) dalam jumlah besar dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan biota laut di sekitarnya. Pengkajian tentang pola sebaran polutan panas dari kanal pendingin pembangkit listrik perlu dilakukan untuk dapat mengetahui luas daerah yang terkena dampak dan berapa besar perubahan temperatur yang terjadi. Simulasi sebaran panas di laut dilakukan dengan mengasumsikan pembangkit listrik tenaga nuklir dengan kapasitas 7000 MWe beroperasi di Semenanjung Muria Jepara sebagai calon tapak PLTN di Indonesia. Hasil simulasi menunjukkan temperatur sebesar C menyebar sejauh 115 m, sementara temperatur sebesar C menyebar sejauh 1048 m dari outlet kanal pendingin. Kata kunci: instalasi pembangkit tenaga thermal, sebaran polutan panas ABSTRACT HEAT DISPERTION MODEL OF COOLING CANAL WATER ON ELECTRICAL POWER PLANT INSTALLATION TO SEA WATER. The operation of a thermal power plant, including coal-fired, oil and nuclear energy, use sea water as coolant. Cooling water back into the sea has a temperature above the ambient temperature of sea water. The entry of warm water waste from the cooling canal to the sea (thermal pollution) in large quantities may cause negative impact on marine biota around the canal outlet. Assessment of heat pollutant dispersion pattern from power plant cooling canal needs to be done in order to know the area affected and how much the temperature changes that occur. It is assumed that 7000 MWe nuclear power plant is operated to simulate heat dispersion to ocean water body at Muria peninsula, Jepara as a candidate site of nuclear power plant at Indonesia. The simulation results show that C temperature disperse along 115 meters, meanwhile C temperature disperse along 1048 meters from cooling canal outlet. Keywords: thermal power plant, heat dispertion, thermal polution PENDAHULUAN Pengoperasian suatu instalasi pembangkit listrik, baik yang berbahan bakar batubara, minyak bumi maupun energi nuklir, umumnya menggunakan air laut sebagai pendingin. Air laut yang telah digunakan sebagai pendingin ini dibuang kembali ke laut. Untuk menurunkan temperatur, sebelum dibuang kembali ke laut, air pendingin dialirkan melalui suatu kanal pendingin (cooling channel). Namun, air pendingin yang masuk kembali ke laut tetap memiliki temperatur di atas temperatur ambien air laut. Masuknya limbah air panas dari kanal pendingin ke laut (thermal pollution) dalam jumlah besar dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan biota laut di sekitarnya. Hanya ikan, krustasea dan moluska yang dapat bertahan terhadap temperatur yang tinggi dan dapat hidup dalam lingkungan yang panas. Temperatur tertinggi yang dapat ditoleransi oleh ikan adalah 38,1 0 C, krustasea 37,9 0 C dan moluska 36,7 0 C [1]. Secara kimia kenaikan temperatur berpengaruh terhadap kecepatan reaksi dimana reaksi pada kondisi yang setimbang akan berubah sejalan dengan perubahan temperatur. Kecepatan reaksi akan naik sekitar duakalinya untuk setiap kenaikan 10 0 C. Banyak reaksi yang mempengaruhi kualitas air yaitu reaksi biokimia di sekitar pusat aktivitas mikroba. Rasa dan bau terjadi pada air yang hangat karena terjadinya penurunan kelarutan terutama gas H S, SO, CH 4, SO x []. Penyebaran temperatur di badan air akan dipandang sebagai penyebaran material yang konservatif yang tidak mengalami peluruhan oleh proses kimia dan biologi di dalam air, jadi perubahahan temperaturnya hanya disebabkan oleh proses fisis saja [3]. Proses fisis tersebut berupa adveksi, difusi, 93
2 konduksi dan konveksi. Proses adveksi dan difusi terjadi pada badan air laut, sedangkan proses konduksi dan konveksi terjadi pada batas air dan udara. Adveksi adalah proses perpindahan panas sebagai akibat dari adanya aliran. Difusi adalah proses perpindahan panas berupa rambatan dari air dengan temperatur tinggi ke air dengan temperatur yang lebih rendah. Biasanya permukaan laut lebih panas dari udara di atasnya sehingga terdapat sejumlah panas yang hilang dari laut melalui proses konduksi. Kehilangan tersebut relatif kecil dibanding total panas lautan sehingga pengaruhnya dapat diabaikan, kecuali untuk pencampuran konvektif oleh angin yang memindahkan udara hangat dari permukaan laut [4]. Dengan kata lain luas sebaran polutan panas dari kanal pendingin tergantung pada beberapa faktor yaitu volume air limbah, temperatur air limbah, temperatur ambien air laut dan sirkulasi air laut di lokasi masuknya air limbah ke laut. Pengkajian tentang pola sebaran polutan panas dari kanal pendingin pembangkit listrik perlu dilakukan untuk dapat mengetahui luas daerah yang terkena dampak dan berapa besar perubahan temperatur yang terjadi. Pola sebaran polutan panas di laut dapat diprediksi dengan cara simulasi menggunakan pemodelan numerik hidrodinamika laut. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Hidrodinamika Laut Definisi hidrodinamika adalah studi ilmiah tentang gerak fluida, khususnya zat cair incompressible yang dipengaruhi oleh gaya internal dan eksternal. Dalam hidrodinamika laut gaya-gaya yang terpenting adalah gaya gravitasi, gaya gesekan dan gaya Coriolis [5]. Gaya gravitasi merupakan gaya yang dominan dalam hidrodinamika. Gaya berat dari air laut yang merupakan akibat dari adanya gravitasi, menghasilkan tekanan hidrostatis. Perubahan gravitasi yang diakibatkan oleh gerakan matahari dan bulan relatif terhadap bumi, menyebabkan terjadinya pasang surut, arus dan pencampuran. Gravitasi juga menyebabkan terjadinya buoyancy, yaitu gaya naik atau gaya turun pada paket-paket air yang memiliki densitas lebih besar atau lebih kecil dari pada air di sekitarnya pada level yang sama. Gaya gesekan adalah gaya yang bekerja pada dua buah permukaan yang saling bersentuhan dan terjadi gerak relatif antara keduanya. Permukaan di sini dapat berupa paket air atau udara. Tekanan angin adalah gesekan yang disebabkan oleh bertiupnya angin di atas permukaan laut. Tiupan angin mentransfer momentum horisontal kepada laut sehingga menghasilkan arus. Jika angin bertiup pada gelombang laut, maka akan terjadi gelombang laut yang lebih besar. Gaya Coriolis adalah gaya semu yang dominan yang mempengaruhi gerak dalam sistem koordinat yang disesuaikan terhadap bumi. Gaya semu adalah gaya yang nyata yang muncul dari gerak dalam curvilinear atau koordinat yang berputar. Efek Coriolis adalah pantulan dari angin yang bergerak sepanjang permukaan bumi ke kanan arah gerak pada bagian utara bumi, dan ke kiri arah gerak pada bagian selatan bumi. Efek Coriolis disebabkan oleh rotasi bumi dan menentukan arah rotasi dari massa air, akibatnya arus berputar searah jarum jam di bumi bagian selatan, dan berlawanan arah jarum jam di bumi bagian utara. Hidrodinamika adalah cabang dari mekanika fluida. Dalam oseanografi, mekanika fluida digunakan berdasarkan mekanika Newton yang dimodifikasi dengan memperhitungkan turbulensi. Persamaan umum dalam konsep hidrodinamika dibentuk dari hukum kekekalan massa, hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi [5]. Model Hidrodinamika untuk Perairan Dangkal Aliran pada muara, perairan pantai dan laut tidak dapat dianggap satu dimensi. Dalam tesisnya Yulianto [6] mengatakan bahwa pemodelan perilaku aliran pada muara dan perairan pantai harus menggunakan model tiga dimensi, khususnya pada muara dan daerah perairan pantai dengan batimetri yang sangat kompleks dan cukup dalam serta terjadi perlapisan (stratification). Untuk kasus dimana kedalaman perairan cukup dangkal dibandingkan dengan lebar perairan dan tidak terjadi perlapisan (non stratification) atau terjadi perlapisan yang sangat kecil (weakly stratified), maka variasi kecepatan dalam arah vertikal biasanya kecil dan 94
3 jarang ditinjau. Menurut Yulianto, untuk kasus seperti ini hanya distribusi horisontal dari kecepatan rata-rata terhadap kedalaman yang diperlukan, sehingga persamaan hidrodinamiknya cukup didekati dengan persamaan dua dimensi (two dimensional depth average equation). Gerak sirkulasi arus di pantai yang dangkal dapat diasumsikan sebagai aliran massa yang bercampur sempurna (homogen) mulai dari permukaan laut sampai ke dasar perairan, dan pengaruh angin di permukaan diasumsikan mencapai dasar laut [3]. Oleh karena itu pemodelan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan yang diintegrasikan terhadap kedalaman. Resource Management Associates (RMA) merupakan model hidrodinamik numerik dua dimensi untuk rata-rata kedalaman dengan metode elemen hingga. RMA menghitung solusi elemen hingga untuk bentuk Reynold dari persamaan Navier-Stokes untuk aliran turbulensi. Gaya gesekan dihitung dengan formula Manning/Chezy, sedangkan koefisien viskositas olakan digunakan untuk mendefinisikan karakteristik turbulensi [7]. Sistem persamaan yang digunakan dalam RMA terdiri dari dua persamaan gerak (persamaan 1 dan ) dalam koordinat Cartesian, serta satu persamaan kontinuitas (persamaan 3) untuk fluida incompressible sebagai berikut, u u u h h + hu + hv E t x y ρ xx u + E x 1 ( u v ) z h gun + gh x x 6 h xy u y ζv a sinψ + hωvsinφ = 0... (1) v v v h v h + hu + hv E yx + E t x y ρ x z h gvn 1 + gh + + ( u + v ) 1 y y + 6 h yy v y ζv a sinψ + hωvsinφ = 0... () h u v h h + h + + u + v = 0... (3) t x y x y Dimana: H kedalaman air u, v kecepatan lokal dalam koordinat Cartesian x, y t waktu ρ densitas fluida E koefisien viskositas olakan g percepatan gravitasi z elevasi dasar laut n koefisien kekasaran Manning ξ koefisien gesekan angin empiris V a kecepatan angin ψ arah angin ω laju rotasi angular bumi φ garis lintang lokal Persamaan 1, dan 3 diselesaikan dengan metode elemen hingga menggunakan metode residu berpemberat Galerkin. Elemen yang digunakan dapat berupa garis satu dimensi, segi empat dua dimensi atau segi tiga, serta dapat juga memiliki sisi yang melengkung (parabolic). Fungsi dari bentuk elemen adalah kuadratik untuk kecepatan dan linear untuk kedalaman. Integrasi dalam ruang dilakukan dengan integral Gaussian. Turunan terhadap waktu diganti dengan pendekatan beda hingga non linear. METODOLOGI Dalam kajian ini, pemodelan sebaran temperatur dari kanal pendingin dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Surface Water Modeling System (SMS) yang dikembangkan oleh Environmental Modeling Research Laboratory (EMRL), Brigham Young University bekerjasama dengan US Army Corps of Engineers Research and Development Center (ERDC) dan US Federal Highway Administration (FHWA). SMS dapat digunakan untuk mengolah, mengedit dan memvisualisasi-kan data geometris dan hidrolika, baik untuk satu, dua maupun tiga dimensi. Pemodelan sebaran temperatur dari kanal pendingin menggunakan modul RMA dan RMA4. RMA berfungsi untuk mengeksekusi penghitungan hidrodinamik aliran dengan asumsi kecepatan rata-rata terhadap kedalaman menggunakan metoda elemen hingga (finite element methods). Metoda elemen hingga melakukan penghalusan jaring-jaring (mesh) untuk merepresentasikan bentuk saluran sungai maupun muara. Data arah dan kecepatan aliran hasil penghitungan RMA digunakan untuk memodelkan pola sebaran temperatur 95
4 air hangat kanal pendingin dengan menggunakan modul RMA4. Data yang digunakan pada pemodelan ini berupa peta batimetri, data pasang surut dan data arus. Peta batimetri dan data pasang surut diperoleh dari DISHIDROS TNI AL [8,9]. Peta batimetri Semenanjung Muria digunakan sebagai gambar latar belakang untuk pemodelan. Peta tersebut dikalibrasi dengan menggunakan tiga titik acuan untuk mendapatkan koordinat garis lintang dan garis bujur yang tepat. Data kedalaman laut dari peta batimetri disimpan dalam bentuk data digital dalam format XYZ. Dalam format ini data koordinat lintang dan bujur diubah ke dalam satuan meter, dimana 1 derajat setara dengan 110 km. Selanjutnya data koordinat lintang dan bujur serta data batimetri disajikan dalam tiga kolom secara berurutan. Data batimetri dalam format XYZ disimpan dalam file dengan ekstensi dat. HASIL DAN PEMBAHASAN Validasi Model Validasi model dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pemodelan arus terhadap data hasil pengukuran arus di lapangan. Pengukuran arus di lapangan dilakukan di perairan semenanjung Muria Jepara bersama dengan tim dari Kelompok Oceanology, Pusat Pengembangan Energi Nuklir, BATAN. Pengukuran arah dan kecepatan arus dilakukan dengan cara melepaskan bola pelampung yang dilengkapi dengan sirip besi ke laut. Bola pelampung akan bergerak terbawa arus. Kecepatan arus diperoleh dengan cara menghitung waktu yang diperlukan untuk membentangkan tali pengikat pelampung sepanjang 5 meter dengan menggunakan stopwatch. Sedangkan arah arus diukur dengan mengukur arah gerak bola pelampung dengan menggunakan kompas. Pengukuran arah dan kecepatan arus dilakukan pada rentang koordinat 110,89 0 BT - 6,40 0 LS sampai dengan 110,95 0 BT - 6,40 0 LS atau sejauh 680 meter. Pengukuran dilakukan pada sembilan titik. Pada setiap titik, pengukuran dilakukan sebanyak lima kali. Untuk keperluan validasi, nilai rata-rata data pengukuran pada setiap titik selanjutnya dibandingkan dengan data hasil pemodelan. Gambar 1. Peta batimetri Semenanjung Muria Jepara. Sumber: DISHIDROS TNI AL [8] 96
5 Kecepatan arus, m/s 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 110,88 110,9 110,9 110,94 110,96 Koordinat, Bujur Timur Model Pengukuran Gambar. Perbandingan besarnya kecepatan arus hasil pemodelan dan pengukuran Arah arus, derajat ,88 110,9 110,9 110,94 110,96 Koordinat, Bujur Timur Model Pengukuran Gambar 3. Perbandingan arah arus hasil pemodelan dan pengukuran Gambar dan 3 merupakan grafik perbandingan arah dan kecepatan arus hasil pengukuran dan pemodelan. Standar deviasi dari data pengukuran rata-rata disajikan dalam bentuk error bar. Tampak bahwa arah dan kecepatan arus hasil pemodelan dan pengukuran tidak menunjukkan selisih yang signifikan. Selisih antara keduanya berada pada rentang 0,0-0,13 m/s atau 3,4% - 4,01% untuk kecepatan arus. Sementara itu selisih antara hasil pemodelan dan hasil pengukuran arah arus berada pada rentang 0-6 derajat atau 0-6%. Simulasi Kanal Pendingin PLTN 7000 MWe Indonesia berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang pertama di semenanjung Muria Jepara, Jawa Tengah. Pembangunan PLTN yang direncanakan berkapasitas 7000 MWe ini diharapkan sudah dapat dioperasikan secara komersial pada sekitar tahun 016 [10]. Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk membuat simulasi sebaran panas dari kanal pendingin PLTN dengan kapasitas daya 7000 MWe. Simulasi dibuat dengan lokasi di laut pesisir semenanjung Muria pada kondisi arus laut mengalir dari barat ke timur dengan kecepatan 0,1 m/s dengan temperatur ambien air laut 9 0 C. Kanal pendingin dibuat dengan skenario lebar kanal 40 meter, panjang kanal 1000 m dan temperatur limbah panas 40 0 C. Adapun waktu pemodelan ditentukan selama 168 jam (7 hari) yang terdiri dari 337 tahapan waktu masing-masing sebesar 30 menit. Untuk menghasilkan energi listrik sebesar 7000 MWe, PLTN dengan efisiensi 33% akan melepaskan energi panas ke lingkungan sebesar: 67 E = x7000= 141, 1MWatt 33 Sebanyak 5% dari energi panas yang terlepas ke lingkungan terbuang di dalam instalasi. Sedangkan 6% energi panas atau sebesar 13151,5 MWatt dibuang ke dalam air pendingin pada saat kondensasi uap menjadi air pada kondensor. Sesuai dengan skenario yang dibuat, beda temperatur antara air yang masuk ke kondensor (temperatur ambien) dan air yang 97
6 dibuang ke kanal pendingin (air limbah panas) adalah sebesar 10 0 C. Untuk memperoleh kondisi ini maka dibutuhkan air pendingin sebesar 314,6 m 3 /s. Nilai tersebut diperoleh dari penghitungan berikut [11], H Q =... (4) ρ C T p Dimana, Q debit aliran air pendingin, m 3 /s H laju perpindahan energi panas ke air pendingin = 13151,515 x 10 6 J/s p kerapatan air = 1000 kg/m 3 C p kapasitas panas = 4180 J kg -1 K -1 T kenaikan temperatur air pendingin = 11 C Sehingga diperoleh , Q = = 314,6 m s Dengan memasukkan nilai 314,6 m 3 /s sebagai debit inlet kanal pendingin, diperoleh hasil simulasi pola arus dan pola sebaran panas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Pada Gambar 4 tampak bahwa aliran air dari kanal pendingin hanya sedikit berpengaruh terhadap pola arus laut, hal ini terjadi karena arus laut jauh lebih kuat daripada arus aliran kanal pendingin. Untuk ukuran lebar domain pemodelan 5000 meter dengan kedalaman rata-rata 15 meter, maka kecepatan arus laut sebesar 0,1 m/s identik dengan debit aliran sebesar 7500 m 3 /s, jauh lebih besar dibanding debit kanal pendingin yang hanya 314,6 m 3 /s. Pengaruh debit aliran yang keluar dari kanal hanya berdampak pada pola arus pada sekitar 100 meter dari outlet kanal. Pada Gambar 5 tampak bahwa secara kualitatif sebaran panas mengikuti pola arus yaitu bergerak ke arah timur dan timur laut. Untuk dapat menganalisa pola sebaran panas secara kuantitatif, maka dibuat beberapa titik tinjau pada arah barat laut, utara dan timur laut. Besarnya temperatur pada titik-titik tinjau ini disajikan dalam bentuk grafik temperatur terhadap jarak dengan titik nol diambil pada outlet kanal (Gambar 6, 7 dan 8). Grafik pada Gambar 6 menunjukkan bahwa pada arah barat laut terjadi penurunan temperatur yang sangat signifikan, yaitu sebesar 4 0 C pada jarak 600 meter. Ini berarti bahwa pada arah barat laut sebaran temperatur yang terjadi sangat kecil. Hal ini terjadi karena arah sebaran yang disebabkan oleh perbedaan suhu (difusi) membentuk sudut dengan arah sebaran yang disebabkan oleh arus (adveksi) sehingga arah sebaran total yang dihasilkan bersifat destruktif. Gambar 4. Pola sebaran arus yang dipengaruhi debit kanal pendingin 98
7 Gambar 5. Sebaran panas dari PLTN dengan kapasitas 7000 Mwe 34 Temperatur, C Jarak, m Gambar 6. Sebaran temperatur ke arah barat laut Temperatur, C Jarak, m Gambar 7. Sebaran temperatur ke arah utara 99
8 Temperatur, C Jarak, m Gambar 8. Sebaran temperatur ke arah timur laut Pada arah utara, arah sebaran temperatur akibat proses difusi tegak lurus dengan arah sebaran oleh proses adveksi, sehingga arah sebaran totalnya justru cenderung berbelok ke arah timur laut. Sebaran temperatur pada arah utara relatif lebih besar dibanding sebaran pada arah barat laut, hal ini terlihat pada grafik pada Gambar 7 dimana terdapat penurunan temperatur sebesar 6 0 C pada jarak 1597 meter. Sebaran temperatur pada arah timur laut sangat besar. Hal ini terjadi selain karena adanya penguatan akibat adanya pembelokan arah difusi yang menuju utara, juga karena sebaran temperatur oleh proses adveksi dan difusi membentuk sudut 45 0 sehingga arah sebaran totalnya bersifat konstruktif. Besarnya sebaran temperatur ke arah timur laut dicirikan dengan kecilnya penurunan temperatur pada arah tersebut. Penurunan temperatur sebesar 7 0 C terjadi pada jarak 448 meter. Dalam pengkajian dampak dari lepasan limbah air panas pembangkit listrik tenaga termal, selain pola sebaran temperatur terhadap ruang (sebaran spasial), perlu juga dikaji pola sebaran temperatur terhadap perubahan waktu (temporal). Pola perubahan temperatur secara temporal dilakukan dengan melakukan pemodelan untuk beberapa variasi rentang waktu. Gambar 9 menunjukkan grafik sebaran temperatur terhadap jarak pada selang waktu 1 jam sampai dengan 0 hari. Tampak bahwa untuk selang waktu 4 jam sampai dengan 0 hari, kurva sebaran temperatur berhimpit yang berarti bahwa besarnya temperatur pada setiap titik tinjau nilainya sama. Agar sebaran temperatur secara temporal dapat lebih jelas, maka dibuat plot grafik perubahan temperatur terhadap waktu untuk beberapa titik tinjau pada arah timur laut, yaitu pada jarak 870 m, 1684 m, 47 m, 3071 m dan 4077 m (Gambar 10). Tampak bahwa pada selang waktu 4 jam atau lebih besarnya temperatur konstan. Ini berarti bahwa setelah mencapai selang waktu 4 jam sebaran temperatur bersifat stasioner. Nilai stasioner ini terjadi karena setelah mencapai waktu 4 jam terjadi kesetimbangan antara sebaran temperatur oleh proses difusi dan sebaran temperatur oleh proses adveksi. 300
9 Temperatur, C jam 5 jam 10 jam 4 jam 30 jam 36 jam 48 jam 10 hari Jarak, m 0 hari Gambar 9. Perubahan temporal sebarantemperatur terhadap jarak 3 31,5 Temperatur, C 31 30,5 30 9, m 1684 m 47 m 3017 m 8, m Waktu, jam Gambar 10. Perubahan temperatur secara temporal pada beberapa titik tinjau KESIMPULAN Dari uraian hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, 1. Analisis sensitivitas perangkat lunak terhadap parameter potensial berupa kekasaran dasar laut dan viskositas olakan menunjukkan bahwa semakin besar nilai kekasaran dasar laut, maka semakin besar pula elevasi muka air pada bagian hulu kanal. Sementara itu perubahan viskositas olakan tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap elevasi muka air. Walau rentang variasi viskositas olakan yang digunakan sangat besar, tetapi perubahan nilai elevasi muka air pada solusi model tidak menunjukkan nilai yang signifikan.. Validasi model dengan cara membandingkan arah dan kecepatan arus hasil pemodelan dengan hasil pengukuran di lapangan menunjukkan selisih yang tidak terlalu signifikan, yaitu berada pada rentang 0,01-0,1 m/s atau 3,5% - 4% untuk kecepatan arus. Sementara itu selisih antara hasil pemodelan dan hasil pengukuran arah arus berada pada rentang 0-6 derajat atau 0-6%. Hasil simulasi arus dan sebaran panas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pola arus dipengaruhi oleh kedalaman laut dan elevasi muka air yang dipengaruhi oleh pasang surut. Sementara itu pola sebaran panas secara spasial dipengaruhi oleh proses adveksi dan difusi berupa besarnya debit aliran dari kanal pendingin dan pola arus pada badan air laut. Pola sebaran panas secara temporal menunjukkan bahwa sebaran temperatur akan mencapai kondisi yang tunak setelah tercapai kesetimbangan antara pengaruh difusi dan adveksi. 301
10 DAFTAR PUSTAKA 1. MIHARDJA, D. K., et al. Modelling of the Heated Water Spreading in Muara Karang Coastal Waters, Jakarta Bay, Proceeding ITB, Vol. 31, No. 1, Bandung, HUBOYO, H. S., ZAMAN, B. Analisis Sebaran Temperatur dan Salinitas Air Limbah PLTU-PLTGU Berdasarkan Sistem Pemetaan Spasial (Studi Kasus: PLTU-PLTGU Tambak Lorok Semarang), Jurnal Presipitasi, Vol. 3, No., Semarang, September ISMANTO, A., WIDADA, S., SUSIATI, H. Kajian Dispersi Termal dalam Rencana Pembangunan PLTN Muria: Sebuah Analisis, Jurnal Geoaplika, Vol. 3, No. 3, SUPANGAT, A., SUSANNA. Pengantar Oseanografi. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non- Hayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 5. STEWART, R. H. Introduction to Physical Oceanography, Department of Oceanography, Texas A&M University. Texas, YULIANTO, P. Justifikasi Pemakaian Model Numerik Dua Dimensi (D) Transport Sedimen di Muara, Tesis Program Studi Ilmu Teknik Sipil, Kekhususan Manajemen Sumber Daya Air, Program Pasca Sarjana Bidang Ilmu Teknik, Universitas Indonesia. Depok, PETRESCU, V., SUMBASACU, O. Comparison Between Numerical Simulation and Measurements of the Pollutant Dispersion in a River Case Study, U.P.B. Sci. Bull., Series D, Vol. 7, Iss. 3, DISHIDROS. Peta Batimetri Jawa Pantai Utara, Semarang sampai Tanjung Awar-awar. Dinas Hidro-Oseanografi, TNI AL. Jakarta, DISHIDROS. Daftar Pasang Surut (Tide Tables) Tahun 011 Kepulauan Indonesia, Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL. Jakarta, Pusat Pengembangan Energi Nuklir. Sejarah singkat program pembangunan PLTN di Indonesia, ( 11. MAJEWSKI, W., MILLER, D. C. Predicting Effect of Power Plant Once- Through Cooling on Aquatic System. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. Paris,
MODELSEBARAN RADIONUKLIDA ANTROPOGENIK DI LAUT
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 15 Nomor 1, Juli 01 (Volume 15, Number 1, July, 01) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Radioactive Waste
Lebih terperinciPola Persebaran Limbah Air Panas PLTU Di Kolam Pelabuhan Tambak Lorok Semarang
ISSN 0853-7291 Pola Persebaran Limbah Air Panas PLTU Di Kolam Pelabuhan Tambak Lorok Semarang Petrus Subardjo, Raden Ario, Gentur Handoyo Departement Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Lebih terperinciPenyebaran Limbah Air Panas PLTU Di Kolam Pelabuhan Semarang
ISSN 0853-7291 Penyebaran Limbah Air Panas PLTU Di Kolam Pelabuhan Semarang Petrus Subardjo dan Raden Ario* Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof.
Lebih terperinciMODEL SEBARAN PANAS AIR KANAL PENDINGIN INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK KE BADAN AIR LAUT
UNIVERSITAS INDONESIA MODEL SEBARAN PANAS AIR KANAL PENDINGIN INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK KE BADAN AIR LAUT TESIS CHEVY CAHYANA 0906577021 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM ILMU KELAUTAN
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi penyusunan basis data, pemodelan dan simulasi pola sebaran suhu air buangan
Lebih terperinciPemodelan Penyebaran Limbah Panas di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Outfall PLTU Paiton)
1 Pemodelan Penyebaran Limbah Panas di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Outfall PLTU Paiton) Pratiwi Fudlailah, Mukhtasor, dan Muhammad Zikra Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut
Lebih terperinciSIMULASI SEBARAN PANAS DI PERAIRAN TELUK MENGGRIS, LOKASI TAPAK PLTN BANGKA BARAT
Simulasi Sebaran Panas di Perairan Teluk Menggris Lokasi Tapak PLTN Bangka Barat (Heni Susiati, June Mellawati) SIMULASI SEBARAN PANAS DI PERAIRAN TELUK MENGGRIS, LOKASI TAPAK PLTN BANGKA BARAT Heni Susiati,
Lebih terperinciSTUDI MODEL PERSEBARAN PANAS PADA PERAIRAN DALAM RENCANA PEMBANGUNAN PLTU KARANGGENENG ROBAN, BATANG
JOURNAL OF OCEANOGRAPHY. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 102-110 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/joce STUDI MODEL PERSEBARAN PANAS PADA PERAIRAN DALAM RENCANA PEMBANGUNAN PLTU
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Penelitian Kecamatan Muara Gembong merupakan daerah pesisir di Kabupaten Bekasi yang berada pada zona 48 M (5 0 59 12,8 LS ; 107 0 02 43,36 BT), dikelilingi oleh perairan
Lebih terperinciAnalisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b
Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b a Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura
Lebih terperinciOleh: Pratiwi Fudlailah
Oleh: Pratiwi Fudlailah 4309100011 Laut biasanya digunakan sebagai tempat pembuangan limbah panas dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 tahun 2009
Lebih terperinciJURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 713-717 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose PEMODELAN DISTRIBUSI RADIONUKLIDA 137 Cs DI MUARA SUNGAI CISADANE PERAIRAN TELUK
Lebih terperinciSimulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004
Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004 R. Bambang Adhitya Nugraha 1, Heron Surbakti 2 1 Pusat Riset Teknologi Kelautan-Badan (PRTK), Badan Riset Kelautan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Validasi Data Pasang surut merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk melakukan validasi model. Validasi data pada model ini ditunjukkan dengan grafik serta
Lebih terperinciPEMODELAN SEBARAN SUHU AIR PANAS DI SEPANJANG PESISIR PELABUHAN BIRINGKASSI DESA BULU CINDEA KEC. BUNGORO KAB. PANGKEP
PEMODELAN SEBARAN SUHU AIR PANAS DI SEPANJANG PESISIR PELABUHAN BIRINGKASSI DESA BULU CINDEA KEC. BUNGORO KAB. PANGKEP (Study kasus PLTU Semen Tonasa) Irfan 1, Dr. Sri Suryani, DEA 2, Dr. Sakka, M.Si 3
Lebih terperinciPola Sirkulasi Arus Dan Salinitas Perairan Estuari Sungai Kapuas Kalimantan Barat
Pola Sirkulasi Arus Dan Salinitas Perairan Estuari Sungai Kapuas Kalimantan Barat Muh.Ishak Jumarang 1), Muliadi 1), Nining Sari Ningsih ), Safwan Hadi ), Dian Martha ) 1) Program Studi Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciWORKING PAPER PKSPL-IPB
ISSN: 2086-907X WORKING PAPER PKSPL-IPB PUSAT KAJIAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Center for Coastal and Marine Resources Studies Bogor Agricultural University STUDI MODEL HIDRODINAMIKA
Lebih terperinciUntuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan
BAB IV PEMODELAN MATEMATIKA PERILAKU SEDIMENTASI 4.1 UMUM Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan matematika dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SMS versi
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Pantai Pemaron merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir Bali utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai wisata
Lebih terperinciDefinisi Arus. Pergerakkan horizontal massa air. Penyebab
Definisi Arus Pergerakkan horizontal massa air Penyebab Fakfor Penggerak (Angin) Perbedaan Gradien Tekanan Perubahan Densitas Pengaruh Pasang Surut Air Laut Karakteristik Arus Aliran putaran yang besar
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kestabilan Massa Air Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan bahwa dalam kolom air massa air terbagi secara vertikal kedalam beberapa lapisan. Pelapisan
Lebih terperinciPERMODELAN MATEMATIS ALIRAN DI MUARA SUNGAI KALI LAMONG
PERMODELAN MATEMATIS ALIRAN DI MUARA SUNGAI KALI LAMONG Butyliastri Sulistyaningsih 1 dan Umboro Lasminto 1 Mahasiswa Pascasarjana Konsentrasi Hidroinformatika Bidang MRSA Jurusan Teknik Sipil, Institut
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi studi ini adalah pcrairan di sckilar pcrairan muara Sungai Dumai scpcrti dilunjukan pada Gambar 3-1. Gambar 3-1. Lokasi Studi Penelitian
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Bone, Perairan Sulawesi dan sekitarnya, Indonesia (Gambar 6). Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Teluk Bone,
Lebih terperinciPERMODELAN SEBARAN SUHU, SEDIMEN, TSS DAN LOGAM
PERMODELAN SEBARAN SUHU, SEDIMEN, TSS DAN LOGAM 1. Daerah dan Skenario Model Batimetri perairan Jepara bervariasi antara 1 meter sampai dengan 20 meter ke arah utara (lepas pantai). Secara garis besar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian II.1.1 Kondisi Geografi Gambar 2.1. Daerah Penelitian Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52-108 36 BT dan 6 15-6 40 LS. Berdasarkan
Lebih terperinci(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.
Tabel 4.4 Debit Bulanan Sungai Jenggalu Year/Month Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 1995 3.57 3.92 58.51 25.35 11.83 18.51 35.48 1.78 13.1 6.5 25.4 18.75 1996 19.19 25.16 13.42 13.21 7.13
Lebih terperinciSIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)
SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI Dian Savitri *) Abstrak Gerakan air di daerah pesisir pantai merupakan kombinasi dari gelombang
Lebih terperinciStudi Pola Sebaran Buangan panas PT. Pertamina Up V Balikpapan Di Perairan Kampung Baru, Teluk Balikpapan
ISSN : 2089-3507 Studi Pola Sebaran Buangan panas PT. Pertamina Up V Balikpapan Di Perairan Kampung Baru, Teluk Balikpapan Rizkiyah, Denny Nugroho S, Purwanto Program Studi Oseanografi, Fakultas Perikanan
Lebih terperinciSIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan
SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan ABSTRAK SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Aliran panas pada pelat
Lebih terperinciNASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI 2-DIMENSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI MESUJI PROVINSI LAMPUNG
NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI 2-DIMENSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI MESUJI PROVINSI LAMPUNG Disusun oleh : SIGIT NURHADY 04/176561/TK/29421 JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 2 ENERGI DAN HUKUM TERMODINAMIKA I
BAB 2 ENERGI DAN HUKUM TERMODINAMIKA I Bab ini hanya akan membahas Sistem Tertutup (Massa Atur). Energi Energi: konsep dasar Termodinamika. Energi: - dapat disimpan, di dalam sistem - dapat diubah bentuknya
Lebih terperinciJURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman Online di :
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 1, Tahun 213, Halaman 49-56 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT AKIBAT AIR BAHANG PLTU PAITON MENGGUNAKAN SALURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian besar terdiri dari metana (CH4). Pada umumnya tempat penghasil gas alam berlokasi jauh dari daerah dimana
Lebih terperinciGambar 1. Pola sirkulasi arus global. (www.namce8081.wordpress.com)
Arus Geostropik Peristiwa air yang mulai bergerak akibat gradien tekanan, maka pada saat itu pula gaya coriolis mulai bekerja. Pada saat pembelokan mencapai 90 derajat, maka arah gerak partikel akan sejajar
Lebih terperinciSebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu
Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015: 1128-1132 Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu Widya Novia Lestari, Lizalidiawati, Suwarsono,
Lebih terperinciSimulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan
Lebih terperinciHorizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal
Temperatur Air Laut Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial. Temperatur
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciPemodelan Pola Arus di Perairan Pesisir Banyuasin, Sumatera Selatan
Maspari Journal 03 (2011) 09-14 http://masparijournal.blogspot.com Pemodelan Pola Arus di Perairan Pesisir Banyuasin, Sumatera Selatan Heron Surbakti a, Mulia Purba b dan I Wayan Nurjaya b a Program Studi
Lebih terperinciMekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika
Mekanika Fluida II Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika 1 Geometri Saluran 1.Kedalaman (y) - depth 2.Ketinggian di atas datum (z) - stage 3.Luas penampang A (area cross section area) 4.Keliling
Lebih terperinciMEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN
Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah
Lebih terperinciPraktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai ARUS LAUT. Oleh. Nama : NIM :
Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. 2. 3. Nilai ARUS LAUT Nama : NIM : Oleh JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015 Modul 3. Arus TUJUAN PRAKTIKUM
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI MODEL TUMPAHAN MINYAK (MoTuM) RISK ANALYSIS FLOWCHART Bagan Alir Analisis Resiko
BAB IV SIMULASI MODEL TUMPAHAN MINYAK (MoTuM) 4.1. Metodologi Untuk mendapatkan hasil dari analisis resiko (risk analysis), maka digunakan simulasi model tumpahan minyak. Simulasi diperoleh melalui program
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Studi Kecamatan Muara Gembong merupakan kecamatan di Kabupaten Bekasi yang terletak pada posisi 06 0 00 06 0 05 lintang selatan dan 106 0 57-107 0 02 bujur timur. Secara
Lebih terperinciCopyright all right reserved
Latihan Soal UN Paket C 2011 Program IP Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Pembacaan jangka sorong berikut ini (bukan dalam skala sesungguhnya) serta banyaknya angka penting adalah. 10 cm 11 () 10,22
Lebih terperinciOleh: SITI SAODAH
ANALISIS CESIUM-137 ( 137 Cs) DI PERAIRAN KEPULAUAN KARIMUNJAWA SEBAGAI STUDI RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEKITAR WILAYAH RENCANA PEMBANGUNAN PLTN SEMENANJUNG MURIA Oleh: SITI SAODAH 260 202 101 410 19 Skripsi
Lebih terperinciBAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI
BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI Lokasi pada lepas pantai yang teridentifikasi memiliki potensi kandungan minyak bumi perlu dieksplorasi lebih lanjut supaya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi
Lebih terperinciPENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H
PENGANTAR OCEANOGRAFI Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H21114307 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar 2014 Kondisi Pasang Surut di Makassar Kota
Lebih terperinciTUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.
MATA KULIAH : FISIKA DASAR TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. POKOK BAHASAN: Pendahuluan Fisika, Pengukuran Dan Pengenalan Vektor
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perbandingan Hasil Pemodelan dengan Data Lapang 4.1.1 Angin Angin pada bulan September 2008 terdiri dari dua jenis data yaitu data angin dari ECMWF sebagai masukan model dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi perangkat keras yang semakin maju, saat ini sudah mampu mensimulasikan fenomena alam dan membuat prediksinya. Beberapa tahun terakhir sudah
Lebih terperinciSadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak.
PERBANDINGAN TINGKAT SEDIMENTASI ANTARA KONDISI EKSISTING DENGAN ALTERNATIF KONDISI LAINNYA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEMANGKAT KALIMANTAN BARAT Sadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak cadrie_kobar@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluida Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir.
Lebih terperinciAnalisa Pola dan Sifat Aliran Fluida dengan Pemodelan Fisis dan Metode Automata Gas Kisi
Analisa Pola dan Sifat Aliran Fluida dengan Pemodelan Fisis dan Metode Automata Gas Kisi Simon Sadok Siregar 1), Suryajaya 1), dan Muliawati 2) Abstract: This research is conducted by using physical model
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Oseanografi Perairan Teluk Bone Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah Barat dan Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara di
Lebih terperinciTransformasi Gelombang pada Batimetri Ekstrim dengan Model Numerik SWASH Studi Kasus: Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Vol. 3 No.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2017 Transformasi Gelombang pada Batimetri Ekstrim dengan Model Numerik SWASH Studi Kasus: Teluk Pelabuhan Ratu,
Lebih terperinciDAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...
viii DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan
Lebih terperinciPola Sebaran Salinitas dengan Model Numerik Dua Dimensi di Muara Sungai Musi
Maspari Journal, 2013, 5 (2), 104-110 http://masparijournal.blogspot.com Pola Sebaran Salinitas dengan Model Numerik Dua Dimensi di Muara Sungai Musi Christie Indah Sari, Heron Surbakti dan Fauziyah Program
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber Keterangan. (Lingkungan Dilakukan digitasi sehingga 1 Batimetri
BAB III METODOLOGI 3.1 Pengumpulan Data Data awal yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah data batimetri (kedalaman laut) dan data angin seperti pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Data dan Sumber No Data Sumber
Lebih terperinciMODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA
MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS
Lebih terperinciSIMULASI NUMERIS ARUS PASANG SURUT DI PERAIRAN CIREBON
Jurnal Akuatika Vol III No 1/ Maret 2012 (1-10) ISSN 0853-2523 SIMULASI NUMERIS ARUS PASANG SURUT DI PERAIRAN CIREBON M Furqon Azis Ismail 1 dan Ankiq Taofiqurohman S 2 1 Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini akan mempengaruhi pada jumlah konsumsi bahan bakar. Permintaan konsumsi bahan bakar ini akan
Lebih terperinciSOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay
SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik
Lebih terperinciANALISA DISPERSI TERMAL DI PERAIRAN SELAT SEMBILAN - SUMUT
JRL Vol.7 No.3 Hal. 67-73 Jakarta, November 011 ISSN : 085.3866 No.376/AU1/PMBI/07/011 ANALISA DISPERSI TERMAL DI PERAIRAN SELAT SEMBILAN - SUMUT Amiral Aziz 1,) ; Petrus Wiyoto ) 1) Peneliti Konversi
Lebih terperinciANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT
ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K Sri Sudadiyo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K.
Lebih terperinciSimulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa
G174 Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa Muhammad Ghilman Minarrohman, dan Danar Guruh Pratomo Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model
Lebih terperinciSEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT
SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT Jundana Akhyar 1 dan Muslim Muin 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan
Lebih terperinciPEMODELAN NUMERIK SIRKULASI ARUS TIGA DIMENSI DI PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONDE KABUPATEN PANGKEP, SULAWESI SELATAN
PEMOELAN NUMERIK SIRKULASI ARUS TIGA IMENSI I PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONE KABUPATEN PANGKEP, SULAWESI SELATAN Andi Galsan Mahie * Abstrak Sirkulasi arus tiga dimensi di perairan Kepulauan Spermonde Kabupaten
Lebih terperinciVol. 16 No. 2 Juli Desember 2017 ISSN:
MODEL DISTRIBUSI SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE NUMERIK 2D DI MUARA SUNGAI TOAYA DAN MUARA SUNGAI PALU Abd. Rahman *), Arfiah *), Yutdam Mudin *) *) Jurusan Fisika, Fakultas
Lebih terperinciDASAR PENGUKURAN LISTRIK
DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Contoh Simpulan Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai energi panas dan temperatur.
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS Pemodelan dilakukan dengan menggunakan kontur eksperimen yang sudah ada, artificial dan studi kasus Aceh. Skenario dan persamaan pengatur yang digunakan adalah: Eksperimental
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang langsung bertemu dengan laut, sedangkan estuari adalah bagian dari sungai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Muara Sungai Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan laut. Permasalahan di muara sungai dapat ditinjau dibagian mulut sungai (river mouth) dan estuari.
Lebih terperinciSIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT
SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT Martono Divisi Pemodelan Iklim, Pusat Penerapan Ilmu Atmosfir dan Iklim LAPAN-Bandung, Jl. DR. Junjunan 133 Bandung Abstract: The continuously
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian perlu dilakukan pemgumpulan data untuk diproses, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk analisis. Pengadaan data untuk memahami
Lebih terperinciMODEL SEDERHANA 2-DIMENSI ARAH PERGERAKAN SEDIMEN DI SUNGAI PORONG JAWA TIMUR SIMPLE MODEL OF TWO DIMENSIONAL SEDIMENT MOVEMENT IN PORONG RIVER
MODEL SEDERHANA 2-DIMENSI ARAH PERGERAKAN SEDIMEN DI SUNGAI PORONG JAWA TIMUR SIMPLE MODEL OF TWO DIMENSIONAL SEDIMENT MOVEMENT IN PORONG RIVER Oleh : Huda Bachtiar 1, Franto Novico 2 dan Fitri Riandini
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK SEBARAN AIR PANAS SPRAY POND MENGGUNAKAN METODE VOLUME HINGGA
PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK SEBARAN AIR PANAS SPRAY POND MENGGUNAKAN METODE VOLUME HINGGA Arif Fatahillah 1*, Susi Setiawani 1, Novian Nur Fatihah 1 Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Jember,
Lebih terperinciBAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS
BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
33 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari 2009 hingga Pebruari 2011 dengan perincian waktu disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Matriks waktu penelitian Uraian
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAHAN AJAR FISIKA KELAS XI SMA SEMESTER 1 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 USAHA DAN ENERGI. Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rahfiqa Zainal NIM :
BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI SMA SEMESTER 1 BERDASARKAN KURIKULUM 2013 USAHA DAN ENERGI Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rahfiqa Zainal NIM : 1201437 Prodi : Pendidikan Fisika (R) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinci/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8
Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing
Lebih terperinci/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8
Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water
Lebih terperinciANALISIS DISTRIBUSI TEMPERATUR PEMBAKAR LIMBAH RADIOAKTIF TIPE HK-2010
ANALISIS DISTRIBUSI TEMPERATUR PEMBAKAR LIMBAH RADIOAKTIF TIPE HK-2010 V. Indriati Sri Wardhani dan Henky Poedjo Rahardjo Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Tamansari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Uji Sensitifitas Sensitifitas parameter diuji dengan melakukan pemodelan pada domain C selama rentang waktu 3 hari dan menggunakan 3 titik sampel di pesisir. (Tabel 4.1 dan
Lebih terperinciSTUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN
STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN Aries Dwi Siswanto 1, Wahyu Andy Nugraha 1 1 Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura Abstrak: Fenomena dan dinamika
Lebih terperinciGambar 2.1 Peta batimetri Labuan
BAB 2 DATA LINGKUNGAN 2.1 Batimetri Data batimetri adalah representasi dari kedalaman suatu perairan. Data ini diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan suatu proses yang disebut
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrodinamika 2.1.1 Definisi Hidrodinamika Hidrodinamika merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan gerak liquid atau lebih dikhususkan pada gerak air. Skala
Lebih terperinciUJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!
SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data batimetri, garis pantai dan data angin. Pada Tabel 3.1 dicantumkan mengenai data yang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aliran dua fasa berlawanan arah, banyak dijumpai pada aplikasi reaktor nuklir, jaringan pipa, minyak dan gas. Aliran dua fasa ini juga memiliki karakteristik yang
Lebih terperinciREFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi. Agus Anugroho D.S. Warsito Atmodjo)
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 215-222 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi.
Lebih terperinci