PENJELASAN III. Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENJELASAN III. Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 1"

Transkripsi

1 PENJELASAN III MUSYAWARAH-MUSYAWARAH PNPM MANDIRI PERDESAAN DALAM SKENARIO INTEGRASI SISTEM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KE DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (SPP-SPPN) 3.1. Latar Belakang UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) secara legal menjamin aspirasi masyarakat dalam pembangunan dalam kesatuannya dengan kepentingan politis (keputusan pembangunan yang ditetapkan oleh legislatif) maupun kepentingan teknokratis (perencanaan pembangunan yang dirumuskan oleh birokrasi). Aspirasi dan kepentingan masyarakat ini dirumuskan melalui proses perencanaan partisipatif yang secara legal menjamin kedaulatan rakyat dalam pelbagai program/proyek pembangunan desa. Perencanaan partisipatif yang dipadukan dengan perencanaan teknokratis dan politis menjadi wujud nyata kerja sama pembangunan antara masyarakat dan pemerintah. Pelaksanaan program PNPM Mandiri Perdesaan telah dipandang memiliki dampak keberhasilan yang nyata, di antaranya: (1) Peningkatan Kapasitas masyarakat dalam mengelola kegiatan; (2) Partisipasi dan swadaya yang cukup tinggi; (3) Dampak yang cukup nyata; (4) Nilai pekerjaan yang lebih murah; (5) Keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan Pertanggungjawaban. Namun demikian, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan dianggap masih memiliki kekurangan, di antaranya; (1) Pelaksanaannya masih dirasa eksklusif; (2) Karakter proyek bersifat ad hoc; (3) Aspirasi masyarakat dan keputusan pemerintah belum selaras; (4) Ketergantungan pada peran fasilitator; (5) Keikutsertaan masyarakat masih bersifat mobilisasi. Skema integrasi adalah titik tolak perbaikan sistem dan prosedur kerja sehingga hal itu mampu menyumbangkan pengalaman terbaiknya dengan cara menyatukan diri dan menguatkan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang dilaksanakan pemerintah dari tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan. SPPN tersebut dimulai dengan adanya kewajiban untuk melakukan Revitalisasi RPJMDes, RKP, dan APBDes bagi desadesa yang akan berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Kekuatan utama PNPM Mandiri Perdesaan adalah proses pengambilan keputusan pembangunan yang dirumuskan secara kolektif oleh sebanyak-banyaknya warga desa yang hadir dalam Musyawarah Desa (Musdes) ataupun Musyawarah Antar Desa (MAD). Inti kekuatan PNPM Mandiri Perdesaan adalah adanya strategi penguatan ruang perbincangan publik untuk merevitalisasi tradisi musyawarah mufakat. Selain itu, membiasakan warga desa untuk mengelola dana BLM sesuai prosedur kerja PNPM Mandiri Perdesaan juga menjadi kekuatan pokok dari program ini. Proses perencanaan partisipatif di PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan berulangulang setiap tahun dalam jangka waktu minimal 3 (tiga) dengan tujuan menciptakan kebiasaan warga desa untuk merumuskan keputusan pembangunan berdasarkan prinsip prinsip program, yaitu desentralisasi, partisipasi, otonomi, demokrasi, bertumpu pada pembangunan manusia, berorientasi kepada masyarakat miskin, kesetaraan dan keadilan gender, prioritas, transparansi dan akuntabilitas, serta berkelanjutan. Titik temu proses pengintegrasian adalah menyatunya forum-forum pertemuan PNPM MPd ke dalam forum-forum pertemuan kegiatan perencanaan nasional, antara lain: 1) Penyatuan penggalian gagasan dengan Pengkajian Keadaan Desa (PKD); 2) Penyusunan/Review RPJMDes dengan Menggagas Masa Depan Desa (MMDD); 3) Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 1

2 Musrenbang Desa dengan MKP dan Musdes Perencanaan; 4) Musyawarah Antar Desa dengan Musrenbang Kecamatan; 5) Advokasi usulan hasil Musrenbang Kecamatan melalui forum SKPD; dan 6) Partisipasi dalam proses Musrenbang Kabupaten. Keselarasan perencanaan partisipatif dengan perencanaan teknokratis dan politis akan diharapkan tercipta melalui serangkaian proses integrasi tersebut, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kapasitas masyarakat dan menguatkan peran pemerintahan lokal. Adapun anasir-anasir program yang diintegrasikan adalah: 1) prinsip/nilai-nilai, 2) mekanisme perencanaan, 3) mekanisme pengambilan keputusan, 4) mekanisme pengelolaan kegiatan, 5) mekanisme pertanggungjawaban, dan 6) integrasi pelaku Agenda Pengintegrasian Agenda pengintegrasian PNPM Mandiri Perdesaan kedalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan serta Permendagri Nomor 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa (PPD) yang selanjutnya diturunkan ke dalam prosedur kerja yang lebih operasional melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2/5223/PMD tanggal 16 Desember 2008 tentang Pedoman Pembangunan Partisipatif dan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret 2010 perihal Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa (PPD). Rumusan dalam pengintegrasian diperkuat dengan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2/2207/PMD tanggal 18 Mei 2010 perihal Panduan Teknis Integrasi Perencanaan Pembangunan (IPP). Rumusan tindakan untuk mengintegrasikan PNPM Mandiri Perdesaan ke dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah: 1. Menyusun mekanisme penyatuan perencanaan berbasis masyarakat ke dalam forum yang bersifat partisipatif di tingkat desa 2. Menyusun mekanisme pendampingan agar masyarakat desa mampu menyiapkan program jangka menengah desa yang bersifat komprehensif. 3. Menyusun mekanisme agar program kerja jangka menengah desa yang disusun melalui proses partisipatif dapat disatukan dengan program jangka menengah desa sehingga menghasilkan program yang berbasis masyarakat. 4. Menyusun mekanisme agar aparat desa dapat mengakomodasi dan memproses perencanaan jangka menengah desa menuju jenjang yang lebih tinggi. 5. Menyusun mekanisme pengendalian pelaksanaan program pembangunan berbasis masyarakat melalui instrumen PNPM Mandiri Perdesaan. Kerangka kerja pengintegrasian dilakukan sebagai bagian dari penguatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan demokratisasi dalam kerangka otonomi daerah. Kerangka kerja tersebut harus dilaksanakan melalui sebuah strategi yang dapat mendorong efektivitas regulasi, menyatukan dan menguatkan sistem regular, serta menegaskan arah orientasi aksi aparat pemerintah, masyarakat sipil, dan masyarakat politik/dprd Pelaksanaan Teknis Perencanaan Pembangunan Desa Perencanaan Pembangunan Desa (PPD) dimaksud adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di desa guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa untuk meningkatkan kesejahteraan sosial suatu desa dalam jangka waktu tertentu. Perencanaan Pembangunan Desa tersebut terwujud dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes). Penyusunan RPJMDes dan RKPDes yang Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 2

3 didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 66 tahun 2007 bertujuan meningkatkan efektivitas pelaksanaan Permendagri yang dimaksud serta mendorong dan memfasilitasi Pemerintah Desa dalam menyusun RPJMDes dan RKPDes. Selanjutnya, sebagai pedoman yang lebih operasional, Dirjen PMD Kemendagri mengeluarkan Surat Nomor 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret 2010 tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa. Pada tataran operasional, skema pengintegrasian program PNPM MPd mempersyaratkan adanya dokumen RPJMdes dan RKPDes. Menurut Undang- Undang Nomor 6 tahun 2014, RPJMDes adalah dokumen perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun. RPJMDes merupakan pengejawantahan visi dan misi Kades terpilih yang memuat rumusan arah kebijakan pembangunan Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum, dan program-program SKPD, lintas SKPD, serta program prioritas kewilayahan, disertai dengan rencana kerja. RKPDes adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun. RKPDes merupakan penjabaran dari RPJMDes yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa. Perencanaan basis RPJMDes tersebut juga mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan, serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat yang mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk mewujudkan konsep one village, one plan, and one budgeting atau Satu Desa, Satu Perencanaan, dan Satu Penganggaran Perencanaan Kegiatan Dalam proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan dalam tahun anggaran berjalan (N) akan dilakukan fasilitasi kegiatan secara paralel dengan perencanaan kegiatan tahun berikutnya (N+1), yaitu: 1. Fasilitasi kegiatan penyelarasan/pengintegrasian perencanaan pembangunan daerah dalam skenario SPP-SPPN yang dimulai dari: a) proses preparasi/persiapan dengan melakukan review RPJMDes dan penyusunan rancangan RKPDes (N+1) sebagai dasar dari perencanaan; b) penyelarasan Musrenbang tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten. 2. Tahapan dan agenda basis desa, yaitu: a) Skenario Tahapan atau Siklus Perencanaan tahun berjalan (N) untuk Kepentingan Program PNPM MPd dan Integrasi perencanaan tahun berikutnya (N+1); b) Fasilitasi Penguatan Kapasitas Tim 11 dalam merumuskan Rancangan Perencanaan Pembangunan Desa (PPD); c) Pengkajian Keadaan Desa; d) Fasilitasi Menyusun Rancangan RPJMDes dan RKPDes; e) Fasilitasi pembahasan Rancangan RPJMDes dan RKPDes; serta f) Fasilitasi penyusunan Perdes tentang RPJMDes. 3. Tahapan dan agenda dalam basis Kecamatan, meliputi: a) Skenario Tahapan atau siklus perencanaan tahun berjalan (N) untuk kepentingan PNPM Mandiri Perdesaan dan Integrasi perencanaan tahun berikutnya (N+1) untuk perencanaan seluruh desa dalam satu kecamatan; b) Fasilitasi Kegiatan Antar Desa/Kawasan Perdesaan; dan c) Fasilitasi Rancangan Renstra Kewilayahan. 4. Tim Faskab dan Tim FK, sesuai kewenangannya perlu memfasilitasi dan memastikan bahwa Desa yang sudah memiliki dokumen RPJMDes-RKPDes, diminta melakukan review dokumen serta wajib melakukan evaluasi/penilaian kelayakan dokumen RPJMDes dan RKPDes dengan menggunakan Instrumen Evaluasi yang telah ditetapkan dalam Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa (PPD) dan Formulir Rekapitulasi sebagaimana terlampir. Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 3

4 5. Tahapan dan agenda dalam basis kabupaten, meliputi: a) memfasilitasi Surat Edaran (SE) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musrenbang dan kebijakan pendukung lainnya yang mengakomodasi pengadopsian nilai-nilai dan prinsipprinsip PNPM Mandiri Perdesaan; b) memastikan tersusunnya skenario tahapan atau siklus perencanaan tahun berikutnya (N+1) untuk seluruh desa dalam satu kabupaten. 6. Tim Fasilitator Kabupaten perlu memastikan bahwa alur kegiatan, khususnya kegiatan Musrenbang/pengintegrasian pembangunan daerah dalam skenario SPP-SPPN ini menjadi kebijakan dalam SE Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musrenbang dan kebijakan pendukung lainnya yang mengakomodasi prinsipprinsip PNPM Mandiri Perdesaan di kabupaten masing-masing. 7. Fasilitasi perencanaan dan kegiatan keprograman PNPM Mandiri Perdesaan yang meliputi: a) review RKPDes tahun berjalan (N) sebagai dasar penulisan usulan; b) penulisan usulan; c) verifikasi usulan; d) musyawarah penetapan pendanaan; dan f) ketentuan lain yang dipersyaratkan oleh program. 8. Fasilitasi pelaksanaan kegiatan atas hasil-hasil perencanaan tahun sebelumnya, meliputi serangkaian kegiatan mulai dari penyempurnaan desain dan RAB, Musyawarah Antar Desa Penetapan Usulan/pendanaan. 9. Fasilitasi perencanaan dan kegiatan dilaksanakan dengan strategi perencanaan normal disebabkan adanya kecamatan yang berada dalam kondisi khusus, seperti lokasi kecamatan baru atau kecamatan yang tidak layak untuk melaksanakan skema integrasi. 10. Fasilitasi Musrenbangdes, atau sebutan lainnya, oleh Tim Pemandu Musrenbang yang berasal dari unsur Kader Desa yang dibantu dengan Pendamping Lokal dan Tim Fasilitator Kecamatan. Tim Fasilitator Kecamatan harus memastikan bahwa proses tersebut berjalan secara transparan, akuntabel, dan partisipatif. 11. Tim Fasilitator dalam pelaksanaan Musrenbangdes atau sebutan lainnya perlu mengupayakan dan memastikan bahwa sekurang-kurangnya 40% dari peserta adalah perempuan. 12. Peserta Musrenbangdes, atau sebutan lainnya, sekurang-kurangnya terdiri dari unsur: a) Kepala desa dan aparat desa; b) BPD/sebutan lainnya; c) UPTD terkait; d) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)/kelembagaan desa yang lain; e) wakil RTM desa; f) wakil perempuan; g) LSM/Ormas; h) tokoh masyarakat, tokoh agama; dan i) anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir. 13. Fasilitasi Musrenbangkec, atau sebutan lainnya, difasilitasi oleh Tim Pemandu Musrenbangkec yang berasal dari Aparat dan unsur pengurus BKAD/Pelaku Program yang memahami perencanaan pembangunan partisipatif. Tim Fasilitator Kabupaten perlu memastikan bahwa proses tersebut berjalan secara transparan, akuntabel, dan partisipatif. 14. Fasilitator dalam pelaksanaan Musrenbangkec, atau sebutan lainnya, perlu mengupayakan dan memastikan bahwa sekurang-kurangnya terdapat unsur perempuan dan orang miskin dari setiap wakil desa. 15. Peserta Musrenbangkec, atau sebutan lainnya, sekurang-kurangnya terdiri dari unsur: a) Bappeda, dan seluruh Dinas Kabupaten; b) anggota DPRD yang mewakili daerah pemilihan kecamatan; c) Camat dan Staf terkait; d) wakil dari seluruh instansi Sektoral Kecamatan (ISK)/UPT terkait; e) Tim Delegasi, termasuk di dalamnya Kades; f) BPD atau sebutan lainnya; g) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM); h) wakil RTM dari setiap desa; i) wakil perempuan dari setiap desa; j) Komite sekolah; k) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Organisasi Massa (Ormas); l) tokoh masyarakat; m) tokoh agama; dan n) anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir. Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 4

5 16. Metode yang dipakai dalam proses musyawarah di tingkat desa dan kecamatan dapat menggunakan pendekatan pemaparan, diskusi terarah (FGD), umpan balik, diskusi kelompok dan pleno, refleksi kritis, atau gabungan dari berbagai metode. 17. Materi, alat, dan bahan musyawarah di tingkat desa dan kecamatan harus diselaraskan dengan proses, tujuan, dan hasil yang akan dicapai. 18. Tempat musyawarah di tingkat desa dan kecamatan perlu memperhatikan kecukupan daya tampung peserta dan kenyamanan dalam mendukung proses musyawarah. 19. Pemandu dan fasilitator musyawarah desa serta kecamatan diutamakan dari pelaku program atau orang yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Tim Fasilitator Kecamatan dan Kabupaten wajib memastikan terjadinya proses peningkatan kapasitas dan proses pelaksanaan musyawarah. 20. Tim Fasilitator Kabupaten dan Kecamatan berkewajiban memastikan strategi dan langkah-langkah fasilitasi yang sesuai dengan Input, Proses, dan Output (IPO). 21. Tim Fasilitator Kecamatan dan Kabupaten perlu memastikan bahwa semua hasil Musrenbang (Desa, Kecamatan, dan Kabupaten) telah dilampiri daftar peserta, rumusan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL), dan semua hasil kesepakatan telah dituangkan dalam Berita Berita Acara yang dilampiri bukti pendukung. 22. Pada prinsipnya, perkiraan waktu pelaksanaan (bulan) di dalam alur tahapan PNPM Mandiri Perdesaan hanya bersifat memberi arahan dan tetap akan diselaraskan dengan kebijakan pemerintah daerah serta Standar Kinerja Nasional (SKN). 23. Proses kegiatan atau tahapan perencanaan dalam alur mendapat dukungan pendanaan stimulan yang bersumber dari DOK PNPM Mandiri Perdesaan yang diharapkan juga mendapatkan dukungan pendanaan dari APBD dan Pihak Ketiga yang tidak mengikat Proses dan Rangkaian Kegiatan Tingkat Desa dan Kecamatan Proses dan rangkaian tahapan kegiatan alur dapat dijelaskan sebagai berikut Musyawarah Desa 1 yang diintegrasikan dengan Musrenbang desa. Musyawarah Desa 1/Musrenbang adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan desa (pihak berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana 1 (satu) tahunan berikutnya atau rencana (N+1). Rencana tersebut dituangkan dalam bentuk Rencana Kerja Pembangunan desa (RKPDes) yang merupakan penjabaran dari RPJMDes. Adapun agenda, skenario, dan tujuan pelaksanaan pengintegrasian dalam Musyawarah Desa 1 ke Musrenbang desa adalah sebagai berikut Agenda Program PNPM Mandiri Perdesaan 1) Menginformasikan kembali jenis usulan untuk mengakses BLM PNPM MPd Tahun Anggaran berjalan (N) berdasarkan hasil proses partisipatif yang sudah dilaksanakan tahun sebelumnya. 2) Memastikan bahwa usulan kegiatan yang akan digunakan untuk mengakses BLM PNPM MPd Tahun Anggaran berjalan sudah dalam proses penyusunan atau sudah memiliki Desain dan RAB. Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 5

6 3) Menyepakati keputusan lainnya yang diperlukan sebagai dukungan dalam pelaksanaan program Rangkaian Kegiatan Persiapan sebelum Pelaksanaan Musrenbangdes/Musyawarah Desa (MD) 1: Kegiatan Musrenbangdes harus direncanakan dan diorganisasi secara sistematis, efektif, serta transparan agar pelaksanaan Musrenbang mencapai hasil yang maksimal. Kegiatan pengorganisasian Musrenbangdes lebih menekankan aspek persiapan dan pelaksanaan, sedangkan pasca-musrenbangdes akan menjadi jaminan, apakah kegiatan ini efektif dan berguna bagi masyarakat atau tidak. Pengorganisasian ini diperlukan untuk mengindentifikasi dan memastikan beberapa dokumen desa, antara lain: a) apakah desa telah memiliki RPJMDes dan RKPDes atau belum; b) apakah desa telah melakukan penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LPKj) Kades & Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) atau belum; c) apakah desa telah mempunyai APBDes yang partisipatif atau belum, d) adakah struktur kelembagaan yang lengkap atau belum; dan e) Permasalahan penataan kelembagaan lainnya. Adapun Rangkaian kegiatan tersebut adalah: 1) fasilitasi Tim 11 dalam Persiapan Musrenbangdes; dan 2) fasilitasi Sosialisasi dan Penguatan Kapasitas Pelaku. Tujuan : Membentuk Tim Penyelenggara Musrenbangdes atau sebutan lainnya dengan penguatan pembagian tugas dan tanggung jawab. Membentuk Tim Pemandu/fasilitator dalam Musrenbang Desa (Musrenbangdes) yang berjumlah 2-3 orang atau sesuai dengan kebutuhan dan mempertimbangkan unsur perempuan. Fasilitasi terbentuknya Tim 11 dalam Persiapan Musrenbangdes. Fasilitasi Sosialisasi dan Penguatan Kapasitas Tim Penyelenggara Musrenbang dan Tim Pemandu Musrenbang. Menyusun Persiapan Teknis Musrenbangdes, yaitu: a) Penyusunan jadwal dan agenda Musrenbangdes; b) Pengumuman pelaksanaan Musrebang; dan c) Persiapan logistik. Metode : Refleksi, Diskusi FGD, dan Umpan Balik dalam Rapat Kerja Waktu : Maret sampai dengan Agustus atau disesuaikan alur tahapan atau kebijakan daerah. Tempat : Balai desa/tempat yang disepakati dan layak. Peserta : Perangkat desa (Kades, Sekdes, Kasi Pembangunan, dan lain-lain); Unsur BPD, tokoh masyarakat, unsur perempuan, kader-kader desa; Unsur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD); Tim Penyelenggara Musrenbang/Tim 11 (jika sebelumnya telah terbentuk). Jika belum diharapkan dilakukan pembentukan terlebih dahulu. Pemandu/ Fasilitator : Kepala desa/kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)/kader desa yang mempunyai kompetensi. Kegiatan 1) Fasilitasi Tim 11 dalam Persiapan Musrenbangdes Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 6

7 Fasilitasi Pembentukan Tim 11 sebagai tim perumusan/review/validasi RPJMDes dan RKPDes. Tim 11, sekurang-kurangnya 11 (sebelas) orang, yang terdiri dari: a) kepala desa; b) sekretaris desa; c) sekurang-kurangnya 2 (dua) orang pengurus LPMD, dan apabila belum terbentuk LPMD, digantikan oleh wakil dari pengurus ormas dan/atau LSM yang ada di desa yang bersangkutan; d) sekurang-kurangnya 2 (dua) orang KPMD yang salah satunya adalah perempuan; e) sekurangkurangnya 2 (dua) orang kepala dusun; dan f) sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang wakil masyarakat, yang salah satu di antaranya adalah perempuan dan kader Teknik Desa. Pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) minimal 5 orang (dengan menyertakan minimal 2 orang dari unsur perempuan). Pembentukan Tim Penyelenggara Musrenbangdes beserta rumusan tanggung jawabnya. Pembentukan Tim Pemandu/fasilitator Musrenbangdes. Tim Pemandu Musrenbang (Tim PM) melakukan fungsi koordinasi dan konsolidasi untuk menyusun pelaksanaan Musrenbang. Tim PM memastikan bahwa masing-masing seksi atau bidang atau tim bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masingmasing. Melakukan identifikasi dokumen desa yang belum lengkap (RPJMDes, RKPDes, LKPj, LPPDes) yang akan ditindaklanjuti oleh Tim 11 untuk dilakukan penyusunan secara partisipatif atau review apabila telah ada. Persiapan teknis penyelenggaraan Musrenbangdes yang meliputi: a) penyusunan jadwal dan agenda Musrenbangdes dan b) pengumuman kegiatan Musrenbangdes serta penyebaran undangan kepada masyarakat dan narasumber minimal 7 hari sebelum hari-h. Mengoordinasi persiapan logistik (tempat, komsumsi, alat, dan bahan). Membuat Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) dalam menindaklanjuti persiapan Musrenbangdes, Pelaksanaan, dan Evaluasi Pascapelaksanaan. Merumuskan beberapa hasil kegiatan yang dituangkan dalam Berita Acara hasil keputusan. Memfasilitasi kades dalam membuat Surat Keputusan untuk pelakupelaku yang telah dibentuk agar mempunyai kewenangan dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan Fasilitasi 2) Fasilitasi Sosialisasi dan Penguatan Kapasitas Pelaku Sosialisasi Pedoman Umum (Pedum) dan Petunjuk Teknis Operasional (PTO), Surat Edaran (SE), Panduan Teknis Pelaksanaan Musrenbang/istilah sejenis, dan sosialisasi Pengintegrasian PNPM MPd/PNPM MPd serta program sejenis (N), dilanjutkan sosialisasi di tingkat kecamatan dan desa. Training of Trainer (TOT) pengintegrasian kabupaten, Training of Trainer (TOT) kecamatan, dan Pelatihan Pengintegrasian Pelaku Desa (kepala desa, Badan Permusyawaratan desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Kader Pemberdayaan Masyarakat desa (KPMD), sekretaris desa dan Tim 11 atau Tim Review RPJMDes & RKPDes) Fasilitasi Perencanaan Pembangunan desa (PPD) Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 7

8 Perencanaan Pembangunan Desa adalah proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di desa guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa untuk meningkatkan kesejahteraan sosial desa dalam jangka waktu tertentu. Dalam pelaksanaan PPD, terjadi proses penyusunan yang partisipatif, terkait dengan RPJMDes dan RKPDes. Tujuan Penyusunan RPJMDes, yaitu: a) merumuskan rencana pembangunan desa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan keadaan setempat; b) merumuskan arah, tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan desa; c) menyelaraskan rencana kegiatan dan anggaran; dan d) meningkatkan peran serta masyarakat di desa dalam proses pembangunan. RPJMdes sebagai Proses Pemikiran Strategis Tujuan Pembangunan desa: a) konsisten dengan visi dan misi kades; b) sesuai dengan kaidah penyusunan rencana; c) sesuai dengan kemampuan desa; d) arah pembangunan dapat dipahami; e) pendayagunaan sumber daya terarah dan efisien; d) rencana dan sumber daya yang selaras dan terpadu; e) cara dan langkah yang jelas serta terarah; dan f) tersedianya alat ukur pencapaian tujuan. Penyusunan RPJMdes dan RKPDes didasarkan pada Permendagri Nomor 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa (PPD). Dasar-dasar pengintegrasian PNPM MPd ke sistem reguler dijelaskan dalam Panduan Teknis Perencanaan Pembangunan Desa sesuai Surat Menteri Dalam Negeri nomor 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret Penulisan usulan kegiatan dapat diselaraskan dengan lembar (nomenklatur/kode rekening), Permendagri Nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (contoh lembar terlampir). Adapun skenario dan agenda untuk melaksanakan pengintegrasian dalam Perencanaan Pembangunan Desa, yaitu: 1) Fasilitasi proses awal Perencanaan Pembangunan Desa (PPD); 2) Musyawarah Dusun Khusus Perempuan (MKP); 3) Musyawarah Desa Khusus Kelompok Perempuan (MDKP); 4) Fasilitasi Perumusan Village visioning/visi Desa (MMDD); 5) Fasilitasi Penyusunan Rancangan/Draf RPJM Des; 6) Fasilitasi Pembahasan Rancangan/Draf RPJMDes; 7) Fasilitasi Penetapan RPJMDes; 8) Fasilitasi Proses Penyusunan RKPDes disesuaikan dengan RPJMDes; 9) Fasilitasi Rumusan Teknis RKPDes; 10) Fasilitasi Pembahasan rancangan/draf RKPDes. Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 8

9 Proses Fasilitasi 1) Supervisi RPJMDes & RKPDes Bersama Pelaku Muara Enim Palembang Contoh pertemuan pelaksanaan PPD Fasilitasi proses awal Perencanaan Pembangunan Desa (PPD) Melakukan penguatan kades tentang tupoksi kades dalam PPD, yaitu bahwa masa jabatan kades adalah 6 tahun atau disesuaikan dengan Perda Pemda setempat dan paling lambat dalam 3 bulan setelah terpilih harus menyusun RPJMDes. Memperkuat kapasitas Tim 11 (penyusun RPJMDes), KPMD, LPMD, Sekdes, BPD, dan Kades terkait RPJMDes serta RKPDes. Pendekatan pengkajian ini dapat dilakukan dengan model Partisipatory Rural Apraisal (PRA), penggalian gagasan Menggagas Masa Depan Desa (MMDD), dan lain-lain sebagai masukan dalam pembuatan draf awal RKPDes. Alat kaji yang digunakan adalah peta sosial desa, kalender musim, dan diagram venn/gambaran kelembagaan, matrik ranking/strategi pemberian skor, bagan kecenderungan dan perubahan untuk melihat isu-isu desa, pohon masalah/analisis penyebab kemiskinan yang dapat didukung dengan alat kaji lain yang sesuai. Alat kaji lain tersebut, seperti melakukan kajian sejarah desa yang relevan untuk masukan dalam Musrenbangdes, misalnya sejarah perkembangan kondisi sumber daya alam, pertanian, dan industri rumah tangga yang ada di desa sejak dulu hingga sekarang. Dalam kegiatan ini, sejarah desa yang berkaitan dengan kemiskinan, penyakit menular, tingkat kesejahteraan masyarakat, keadaan perempuan dan anak, kelembagaan desa, dan sebagainya juga dapat dikembangkan. Penyusunan data/informasi desa dari hasil kajian oleh Tim Pemandu/fasilitator. Fasilitasi penggalian gagasan/transek gagasan (needs assessment) untuk kebutuhan pembangunan masyarakat. Strategi fasilitasi Pengkajian Keadaan Desa yang dilakukan dengan menggali potensi, masalah, dan rencana tindakan pemecahan Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 9

10 masalah sampai munculnya usulan kegiatan. Kajian desa secara partisipatif dengan metode PRA merupakan suatu pengumpulan data/informasi yang berulang-ulang dan dapat dilakukan setiap tahun. Kajian desa partisipatif bercirikan, antara lain: - melakukan trianggulasi informasi serta melakukan cek dan ricek bersama warga masyarakat lainnya yang akhirnya mendapat pengalaman yang bagus dan beragam, - memperoleh informasi secukupnya yang relevan dengan masalah yang dihadapi, - masyarakat sebagai pelaku utama proses perencanaan, - keberpihakan kepada masyarakat miskin/kelompok marginal, yang berarti permasalahan kelompok ini menjadi sasaran utama, - mengembangkan nilai kesetaraan dan saling belajar di antara sesama warga dalam menggali informasi untuk merumuskan gagasan yang diperlukan, - menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat, - bertujuan untuk menumbuhkan dan menjawab kebutuhan riil masyarakat, - dikondisikan dengan santai, menyenangkan, dan bebas dari tekanan serta ketakutan. Kegiatan juga dapat dilakukan dengan angket, berkaitan dengan masalah yang relevan di desa itu, kemudian didiskusikan/dirapatkan dengan warga desa untuk mencari permasalahan mendasar yang akan menjadi bahan penyusunan Draf RPJMDes. 2) Musyawarah Dusun Khusus Perempuan (MKP) Musyawarah Dusun Khusus Perempuan (MKP) menjadi bagian dari siklus program yang perlu dilakukan dan dapat diselaraskan dalam proses pengkajian desa. Pertemuan ini dikhususkan bagi kelompok perempuan dan dilaksanakan di dusun. Tujuan Musyawarah Dusun Khusus Perempuan adalah untuk melengkapi, menyempurnakan, memastikan usulan kegiatan yang berasal dari usulan perempuan yang Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 10

11 sudah ditetapkan dalam proses penyusunan RKPDes, atau memperkuat usulan dalam Musrenbangdes. Musyawarah Dusun Khusus Perempuan juga disempurnakan dengan usulan Simpan Pinjam Khusus Kelompok Perempuan di tingkat dusun, yang membahas kelompok-kelompok mana saja yang akan mengajukan usulan SPP. Kegiatan MKP juga dapat dilaksanakan dengan metode transek atau kunjungan langsung untuk melihat potensi dan masalah dusun. Pelaksanaan kegiatan ini juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan agenda persiapan perencanaan pembangunan partisipatif. Adapun skenario dan tujuan yang diharapkan dengan pelaksanaan pengintegrasian dalam Musyawarah Dusun Khusus Perempuan adalah sebagai berikut. Tujuan: Tujuan: Agenda Pengintegrasian Perencanaan 1) Penginformasian program-program bersama pendanaan yang masuk ke tingkat desa dan kecamatan, khususnya yang terkait langsung dengan kegiatan perempuan, oleh Ketua PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)/UPT kecamatan terkait. 2) Penyampaian pelaksanaan RPJMDes, RKPDes, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), serta beberapa kebijakan pembangunan di tingkat desa oleh Ketua PKK. 3) Pembahasan usulan hasil Lokakarya Dusun Perempuan/MKP yang telah dimasukan dalam Lembar E.2 atau Lembar Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan desa (DU-RKPDes) Perempuan. 4) Penyampaian rancangan review/validasi RPJMDes, RKPDes, dan APBDes, serta beberapa kebijakan pembangunan, khususnya usulan dari unsur perempuan di tingkat dusun oleh Tim 11. 5) Pemilihan dan kesepakatan terkait utusan perempuan yang akan mewakili dalam Musyawarah Desa Khusus Kelompok Perempuan (MDKP). 6) Pengambilan keputusan lainnya yang berkaitan dengan perencanaan, pembangunan, dan penganggaran daerah. Agenda Program PNPM Mandiri Perdesaan 1) Membahas dan menyepakati usulan kegiatan simpan pinjam bagi kelompok simpan pinjam khusus perempuan di tingkat dusun yang masih berjalan aktif dan berusia minimal 1 tahun untuk diusulkan melalui PNPM Mpd. 2) Memilih dan menyepakati wakil perempuan yang akan terlibat dalam penulisan usulan. 3) Memutuskan keputusan lainnya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program. Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 11

12 3) Musyawarah Desa Khusus Kelompok Perempuan (MDKP) Musyawarah Desa Khusus Kelompok Perempuan (MDKP) menjadi bagian dari siklus program yang perlu dilakukan yang dapat diselaraskan dalam proses pengkajian desa. Kegiatan musyawarah perempuan di tingkat desa ini adalah untuk membahas potensi dan masalah yang dirumuskan didalam usulan kegiatan untuk menjawab kebutuhan langsung kaum perempuan. MDKP adalah jawaban atas perlunya partisipasi kaum perempuan dalam setiap tahapan sebelum dan sesudah Musrenbang. MDKP menjadi bukti bahwa partisipasi perempuan dalam pembangunan menjadi bagian terpenting dalam kegiatan Musrenbang agar perempuan dapat mengungkapkan permasalahannya sendiri. MDKP dilaksanakan setelah Musyawarah Khusus Perempuan dari semua dusun selesai. Dalam Proses Musyawarah ini, dilakukan kompilasi usulan hasil MKP dan disepakati usulan prioritas perempuan untuk SPP dan Non-SPP yang akan ditetapkan dalam pelaksanaan Musyawarah Desa 4. Pelaksanaan kegiatan ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengagendakan persiapan perencanaan pembangunan partisipatif. Adapun skenario dan tujuan yang diharapkan dengan pelaksanaan pengintegrasian dalam Musyawarah Desa Khusus Kelompok Perempuan adalah sebagai berikut. Tujuan : Agenda Pengintegrasian Perencanaan 1) Penyampaian informasi mengenai program-program dan pendanaan yang masuk ke tingkat desa dan kecamatan, khususnya yang terkait langsung dengan kegiatan perempuan oleh UPTD kecamatan terkait. 2) Penyampaian pelaksanaan RPJMDes, RKPDes, Anggaran Pendapatan dan Belanja desa (APBDes), serta beberapa kebijakan pembangunan di tingkat desa oleh Kepala desa/tim 11. 3) Penyampaian usulan hasil MDKP yang telah dimasukan dalam Lembar E.2 atau Lembar Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (DU-RKPDes) Perempuan. 4) Penyampaian rancangan review/validasi RPJMDes, RKPDes, dan APBDes serta beberapa kebijakan pembangunan lain, khususnya usulan dari unsur perempuan di tingkat desa oleh Tim 11. 5) Memilih dan menyepakati (3) tiga orang perempuan sebagai delegasi tim desa dalam MAD Prioritas Usulan (MAD 3) dan Musrenbang kecamatan/musyawarah Antar Desa Penetapan Pendanaan (MAD 1). 6) Memutuskan keputusan lainnya yang berkaitan dengan perencanaan, pembangunan, dan penganggaran daerah. Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 12

13 Tujuan : Agenda Program PNPM Mandiri Perdesaan 1) Membahas dan menyepakati 2 (dua) usulan kegiatan yang merupakan aspirasi perempuan, yang terdiri dari usulan SPP dan non-spp yang akan diputuskan dalam MD 4 dan menjadi rancangan RKPDes (N+1). 2) Memilih dan menyepakati wakil perempuan sebagai Tim Penulis Usulan. 3) Memutuskan keputusan lainnya yang diperlukan dalam dukungan pelaksanaan program. Metode : Refleksi, Grup Diskusi Terfokus (FGD), dan Umpan Balik dalam Rapat Kerja. Waktu : Juli sampai dengan Agustus atau disesuaikan alur tahapan atau kebijakan daerah. Tempat : Balai desa/tempat pertemuan yang disepakati. Peserta : Pengusul perempuan, unsur kelompok perempuan, tokoh perempuan, RTM perempuan, organisasi sosial perempuan, tokoh agama dan tokoh masyarakat perempuan, serta masyarakat unsur perempuan yang berminat. Pemandu/Fasi litator Materi, Alat dan Bahan : Kader Perempuan/KPMD Perempuan/Pemandu/Fasilitator Perempuan. : Daftar Usulan Khusus Perempuan Rencana Pembangunan Desa (DU-RKPDes); DU-RKPDes dari usulan PKK, Ibu, dan Anak (Lembar E.2.a); DU-RKPDes dari usulan Penguatan Kelembagaan (Lembar E.2.b); DU-RKPDes dari usulan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) (Lembar E.2.c); DU-RKPDes dari usulan kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana (Lembar E.2.d); Perumusan Rencana Kegiatan Pembangunan sesuai Matrik RPJMDes ; Pembahasan hasil perumusan Rencana Kegiatan Pembangunan (Matrik RPJMDes); Penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan hasil review yang dilakukan setelah melalui Musrebang Desa; Penyusunan Rancangan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) tahun berjalan; Lampiran II: Bentuk Laporan RKPDes: a) Rekapitulasi Perencana Pembangunan desa berdasarkan RKPDes diisi oleh desa dan b) Draf Rekapitulasi Perencana Pembangunan Desa berdasarkan RKPDes yang diisi oleh kecamatan; Proses rekapitulasi data yang dapat memakai Lembar Lampiran Permendagri No. 13 tahun 2006; Peta desa dan peta sosial; Daftar hadir. Kegiatan Fasilitasi Melakukan proses fasilitasi review kegiatan penggalian gagasan berbasis kelompok, dusun/wilayah dengan pendekatan PPD atau pendekatan sejenis, khususnya usulan dari pengusul perempuan; Fasilitasi dan konsultasi penyusunan dan Rencana Pembangunan Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 13

14 Jangka Menengah Desa (RPJMDes) pada tahun sebelumnya; Informasi program-program yang masuk ke tingkat kecamatan disampaikan oleh Kasi Pembangunan/Kasi Pemerintahan/Penangggung jawab Operasional Kegiatan (PjOK)/ Setrawan; Penyampaian RPJMDes, RKPDes, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), serta beberapa kebijakan pembangunan di tingkat desa oleh kepala desa; Penyampaian Alur Penyusunan RPJMDes dan RKPDes; Penyampaian hasil pengkajian masalah dan potensi dari potret desa (Sketsa desa, daftar masalah dan potensi desa), hasil survei/transek dusun yang berkaitan dengan usulan perempuan; Penyampaian hasil Pengkajian Masalah dan Potensi dari Kalender Musim (Kalender Musim dan Masalah serta Potensi dari Kalender Musim) dan Penentuan Peringkat Tindakan Hasil Survei/Transek Dusun yang berkaitan dengan Usulan Perempuan; Penyampaian hasil usulan/lokakarya Dusun Perempuan yang telah dimasukan dalam Lembar E.2 atau Lembar Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan desa (DU-RKPDes) Perempuan; Penyampaian Draf Review/Validasi RPJMDes, RKPDes, APBDes, serta beberapa kebijakan pembangunan, khususnya usulan dari unsur perempuan di tingkat desa oleh Tim Perumus Usulan; DU-RKPDes Perempuan terbagi menjadi 4 Lembar E.2, yaitu: 1) E.2.a (DU-RKPDes dari usulan PKK, Ibu dan perlindungan Anak, 2) E.2.b (DU-RKPDes dari usulan Penguatan Kelembagaan, 3) E.2.c (DU-RKPDes dari usulan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP dan, 4) E.2.d (DU-RKPDes dari usulan kegiatan Sarana dan Prasarana; Pembahasan dan Focus Group Discution (FGD)/Diskusi Mendalam yang terbagi menjadi 4 kelompok yang terwakili dari usulan dusundusun yang dilanjutkan pleno penentukan skala prioritas DU- RKPDes Perempuan yang diselaraskan dengan sumber-sumber pendanaan (dari APBN/APBD Provinsi, kabupaten/kota, APBDes, Swadaya dan Pihak Ketiga); Pembahasan pleno prioritas usulan perempuan yang dikelompokkan menjadi empat kelompok; Melakukan Rekapitulasi Perencana Pembangunan Desa Usulan berdasarkan RKPDes Perempuan-Desa diisi oleh desa; Membentuk Tim Penulis Usulan untuk menulisan Usulan Perempuan; Menyepakati (3) tiga perempuan yang akan menjadi utusan dalam Musrenbang Kecamatan/Musyawarah Antardesa (MAD) Prioritas Usulan dan Musyawarah Antardesa (MAD) Penetapan Pendanaan/ MAD 3. Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 14

15 Kegiatan Fasilitasi 4) Menjaring dan Menghimpun aspirasi masyarakat dengan Pendekatan Musyawarah ditingkat dusun di 4 wilayah dusun, Ds. Pantungo Oktober 2010 Fasilitasi Perumusan Village visioning/visi Desa/MMDD Fasilitasi perumusan village visioning/visi desa (MMDD) dilaksanakan bagi oleh desa-desa yang akan menyusun RPJMDes atau memperbaharui RPJDes sehubungan dengan berakhirnya masa berlakunya RPJMDesa yang lama. Dalam melakukan kegiatan village visioning (MMDD) harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut. Hasil MMDD merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim 11 sebagai bahan dalam merumuskan visi desa (village visioning) dan menyusun draf dokumen RPJMDes sebagai penerjemahan visi dan misi kades terpilih Perlu dibedakan antara visi desa dan visi kades; visi desa lebih merencanakan visi desa dalam jangka panjang, sedangkan visi kades hanya menerjemahkan visi desa dengan batas waktu tertentu sesuai dengan masa jabatan kades. Idealnya, Visi kades tidak boleh bertentangan dengan Visi desa ; Memastikan village visioning/visi desa adalah rangkaian kegiatan untuk membantu masyarakat dalam mencari kesepakatan tentang masa depan desa; Fasilitasi pertemuan-pertemuan untuk menggali gagasan masyarakat tentang visi desa; Perlu dipahami bahwa village visioning bukanlah tahapan dari satu program, melainkan independen dari tahapan proyek/program; Memastikan hasil village visioning dipergunakan untuk penyelarasan seluruh program yang masuk ke desa guna melihat kesesuaian aktivitas dengan kesepakatan masyarakat atau mencari kegiatan yang dapat didukung oleh program; Proses pembuatan dan pemanfaatan village visioning dibagi menjadi tiga tahap sebagai berikut. - Fasilitasi pengumpulan pendapat masyarakat tentang visi desa. - Fasilitasi dalam merumuskan kesepakatan mengenai visi mana yang disepakati dan yang kurang didukung oleh masyarakat pada umumnya. Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 15

16 - Fasilitasi pengolahan hasil visioning menjadi daftar kegiatan dalam proses pembuatan rancangan Rencana Jangka Panjang. Penentuan visi desa perlu mempertimbangkan masukan dari luar/kebijakan luar; Mempertimbangkan RPJMNas, RPJM Daerah, dan tren perkembangan desa; Kegiatan village visioning diselenggarakan di tingkat desa atau dimulai di tingkat dusun; Tim 11, dengan dukungan fasilitator bersama pimpinan desa, boleh memutuskan apakah masukan lebih baik didengar di awal visioning, pada saat mencari kesepakatan, atau membuat RPJMDes; Tim 11, dengan dukungan fasilitator, menjelaskan bahwa diharapkan ada masukan dari orang sebanyak mungkin; Apabila orang menyumbangkan rencana kegiatan (bukan village visioning), Tim 11 dengan dukungan fasilitator harus memberi umpan balik sampai masukan itu diubah menjadi Vision; Visi desa yang dirumuskan untuk kepentingan 20 sampai dengan 25 tahun dapat disepakati di antara warga desa; Tim 11 dengan dukungan fasilitator harus menjelaskan kepada tim desa dan kepada masyarakat bahwa apa pun yang diusulkan sebagai visi desa harus dicatat dan diterima sebagai masukan awal; Rumusan penentuan visi desa dapat menggunakan metode yang tepat menurut pendapat masyarakat, tetapi fasilitator juga dapat memberi masukan dengan pendekatan yang mudah dikenal, misalkan SWOT (peluang/potensi, tantangan, dan hambatan), atau dengan pendekatan lainnya. Kegiatan Fasilitasi 5) Fasilitasi Menyusun Rancangan/Draf RPJMDes Memastikan Tim 11/Tim Penyusun atau review RPJMDes dan RKPDes telah terbentuk sebelumnya dan ditindaklanjuti dengan SK kades; Tim 11 selanjutnya melakukan proses pelaksanaan pekerjaaan sesuai tugas, tanggung jawab, dan kewenangannya; Penyusunan Rancangan (draf) RPJMDes dilakukan oleh Tim Penyusun/Tim 11 secara partisipatif, transparan, dan akuntabel; Memastikan bahwa kegiatan berkaitan langsung maupun tidak langsung dalam menjawab kebutuhan visi dan misi kades; Penyampaian hasil pengkajian masalah dan potensi dari potret desa (Protret Sketsa desa, Daftar Masalah, dan Potensi desa) dan hasil survei/transek Dusun; Penyampaian hasil Pengkajian Masalah dan Potensi dari Kalender Musim (Kalender Musim dan Masalah serta Potensi dari Kalender Musim) dan Penentuan Peringkat Tindakan Hasil Survei/Transek Dusun; Penyampaian hasil usulan/lokakarya Dusun perempuan yang telah dimasukan dalam Lembar E.2 atau Lembar Daftar Usulan RKPDes (DU-RKPDes); Naskah RPJMDes disusun dengan Susunan Sistematika: a) Pendahuluan (Latar Belakang, dasar Hukum dan Pengertian), b) Profil desa dengan susunan: (i) Kondisi desa (Sejarah desa, Demografi, Keadaan Sosial, dan Keadaan Ekonomi), (ii) Kondisi Pemerintahan desa (Pembagian wilayah desa dan Struktur organisasi pemerintahan desa), c) Potensi dan Masalah, d) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (Visi dan Misi kades/desa, Kebijakan Pembangunan, Arah Kebijakan Pembangunan, Potensi & Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 16

17 Masalah, Program Pembangunan Desa dan Strategi Pencapaian), d) Penutup dan Lampiran (Peta Sosial, Tabel Data potensi, masalah, dan tindakan pemecahan masalah, serta Tabel Rencana pembangunan desa); Tabel Rencana Kegiatan Pembangunan yang mencakup semua usulan/rencana yang dihasilkan dan dikembangkan dari hasil hasil penggalian gagasan; Pleno/Lokakarya desa merupakan kegiatan sebelum Musrenbangdes sebagai Pembahasan Rancangan Awal Draf RPJMDes secara partisipatif dengan cara melakukan pemaparan proses penyusunan dan pokok-pokok hasil yang telah dicapai. Kegiatan Fasilitasi Kegiatan Fasilitasi 6) Fasilitasi Pembahasan Rancangan/Draf RPJMDes Rancangan draf ini dibahas dalam forum Musrenbangdes/MD Khusus/Pertemuan sejenis, yang diselenggarakan khusus untuk pembahasan Rancangan RPJMDes yang dilaksanakan sesuai ketentuan dan prinsip prinsip program; Pastikan peserta telah mendapatkan materi H-7 agar dapat mempelajari draf RPJMDes tersebut; Melalui pleno, Tim 11 memaparkan rancangan awal pengelompokan isu berdasarkan hasil pemilahan dengan memperhatikan: - Pengelompokan isu permasalahan dan indikasi kegiatan dari usulan kelompok/dusun, - Isu-isu lainnya yang tidak terungkap karena tidak diusulkan oleh masyarakat (isu perempuan, isu anak, dan isu RTM), - Memastikan pembahasan isu dan kegiatan dan melakukan verifikasi bahwa isu dan usulan tersebut mendesak Draf RPJMDes didiskusikan sesuai pengelompokan isu permasalahan dan indikasi kegiatan dari usulan kelompok/dusun; Pada proses diskusi, setiap pertanyaan dan tanggapan dicatat serta diberi kesempatan untuk menanggapinya; Melakukan umpan balik terhadap hasil diskusi tersebut; Hasil diskusi dijadikan rujukan untuk proses pengambilan keputusan; Tim 11 merangkum hasil-hasil keputusan kepada peserta; Berdasarkan Berita Acara Musrenbangdes, yang ditandatangani oleh Kepala desa, Pimpinan Musyawarah, dan 3 orang wakil masyarakat, penyempurnaan draf RPJMDes dilaksanakan sesuai hasil hasil pembahasan. 7) Fasilitasi Menetapkan RPJMDes Fasilitasi Pertemuan Pembahasan rancangan Perdes RPJMDes; Memastikan materi Nota Rancangan Perdes RPJMDes telah sampai H-7 kepada anggota BPD dan Pimpinan Rapat/Ketua BPD; Memastikan bahwa semua pelaku telah menerima materi dan mempelajari materi sebelum pelaksanaan pembahasan Rancangan Pembahasan RPJMDes; Memastikan proses pembahasan yang dihadiri oleh semua Anggota BPD, Kades/Pemerintah desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, Kelompok masyarakat, dan masyarakat yang berminat hadir memenuhi kuorum; Memastikan bahwa semua pelaku atau yang hadir memahami mekanisme pertemuan dan agenda yang akan menjadi pembahasan utama; Proses pertemuan diawali oleh kades yang menyampaikan Nota Keterangan Rancangan Perdes tentang RPJMDes; Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 17

18 Anggota BPD menyampaikan tanggapan atas Nota Keterangan Rancangan RPJMDes; Kades menyampaikan jawaban atas tanggapan Anggota BPD; Penetapan Rancangan RPJMDes dengan Peraturan Desa; Penandatanganan naskah Perdes tentang RPJMDes oleh Kades dan Ketua BPD; Memastikan dalam pembahasan tersebut ada Berita Acara Hasil keputusan dan daftar hadir pertemuan. Kegiatan Fasilitasi Kegiatan Fasilitasi 8) Fasilitasi Proses Penyusunan RKPDes/RPT Desa disesuaikan dengan RPJMDes Merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk 1 tahun anggaran yang sudah mencantumkan besar dan sumber dananya. Mengklasifikasikan usulan yang didasarkan pada urusan wajib dan urusan pilihan dan pengklasifikasian juga dilakukan dalam membicarakan kewenangan desa atau vertikal (SKPD kabupaten); Pengklasifikasian termasuk juga memutuskan mana yang akan dibiayai oleh BLM PNPM MPd/Program lainnya; Jika memungkinkan, identifikasi usulan kegiatan juga dilakukan terhadap usulan yang berkaitan dengan pendanaan Jaringan Aspirasi Masyarakat DPR/D (kabupaten, provinsi, dan pusat); Penetapan Tim Penyusun RKPDes dengan Keputusan Kades; Tim Penyusun RKPDes menyusun draf RKPDes yang dipetik dari RPJMDes serta disusun sesuai Lembar lampiran Permendagri No. 66 tahun 2007; Fasilitasi pemilahan secara jelas terhadap rencana kegiatan/usulan yang akan diajukan untuk mengakses BLM PNPM MPd/Program sejenis, APBDes dan APBD Kabupaten, Provinsi, dan Nasional. 9) Fasilitasi Rumusan Teknis RKPDes Secara teknis, kegiatan tersebut dirumuskan dalam bentuk masukan, proses, hasil, dan dampak serta digunakan untuk menyusun RKPDes. Adapun lampiran penyusunan RPJMDes dan RKPDes meliputi: Lampiran I: Kegiatan dan Format Penyusunan RPJMDes dan RKPDes Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 18

19 - Alur dan bagan Kegiatan RPJMDes dan RKPDes - Masukan o Hasil pengkajian masalah dan potensi desa melalui alat kerja Potret desa, Sketsa desa, Kalender Musim, Bagan Kelembagaan, Daftar Masalah dan Potensi Desa o Hasil Pengkajian Masalah dan Potensi dari Kalender Musim (Kalender Musim dan Masalah serta Potensi dari Kalender Musim) o Masukan dapat dilakukan dengan melakukan pengelompokan masalah - Proses o Penentuan Peringkat Masalah o PengkajianTindakan Pemecahan Masalah o Penentuan Peringkat Tindakan - Hasil o Perencanaan Pembangunan yang dibiayai oleh Swadaya Masyarakat dan Pihak Ketiga o Perencanaan Pembangunan Desa yang ada Dananya o Rencana kegiatan APBN, APBD Provinsi APBD Kabupaten dan APBDes o Agenda Panduan Kegiatan Swadaya dan Dana yang sudah ada dananya o Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) o Peringkat Usulan Kegiatan Perencanaan Pembangunan Desa (PPD) berdasarkan RPJMDes o Indikasi Perencanaan Pembangunan Desa dari RPJMDes o Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) Tahunan o RKTL dan Berita Acara Musrebang Desa - Dampak o Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) o Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa: Daftar Usulan Rencana Kegiatan Program (DU-RKPDes) dari usulan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Ibu, dan Perlindungan Anak atau (Lembar E.2.a) Daftar Usulan Rencana Kegiatan Program (DU-RKPDes) dari usulan Penguatan Kelembagaan atau (Lembar E.2.b) Daftar Usulan Rencana Kegiatan Program (DU-RKPDes) dari usulan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) atau (Lembar E.2.c) dan Daftar Usulan Rencana Kegiatan Program (DU-RKPDes) dari usulan kegiatan pembangunan Sarana dan Prasarana atau (Lembar E.2.d) Keputusan kepala desa tentang Rencana Kerja Pembangunan (RKPDes) dan Berita Acara Musrenbangdes dalam Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes); Lampiran II: Bentuk Laporan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes): - Rekapitulasi Perencanaan Pembangunan Desa berdasarkan RKPDes diisi oleh desa - Rekapitulasi Perencana Pembangunan Desa berdasarkan RKPDes oleh kecamatan - Rekapitulasi Perencana Pembangunan Desa berdasarkan RKPDes diisi oleh kabupaten Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 19

20 - Rekapitulasi Perencana Pembangunan Desa berdasarkan RKPDes diisi oleh Provinsi Pada kegiatan pasca-musrenbangdes, finalisasi dokumen RKPDes dilakukan oleh Tim 11 dengan memperhatikan masukan-masukan peserta/hasil keputusan Msurenbangdes; Penetapan RKPDes dilakukan berdasarkan Berita Acara Musrenbangdes yang ditandatangani oleh kepala desa, Pimpinan Musyawarah, dan 3 orang wakil masyarakat; RKPDes ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa. PROSES PENYUSUNAN RPJMDES DI KAB. PEMALANG PELATIHAN DILAKSANAKAN SECARA BERTAHAP TERHADAP TIM 13 (PENYUSUN RPJMDes DAN RKPDes) YG DIMULAI SEJAK TH 2009 DITERBITKANNYA SURAT EDARAN BUPATI PEMALANG NO. 141/3090/2010 TGL. 24 AGUSTUS 2010 YANG MEWAJIBKAN SELURUH DESA MENYUSUN DOKUMEN RPJMDes DAN RKPDes PROSES PENDAMPINGAN, VERIFIKASI DAN ON CLINIC SELAMA 1 TAHUN PENDAMPINGAN DILAKSANAKAN OLEH TIM KABUPATEN TERDIRI: BAPPEDA, BAPERMAS DAN KB, BAGIAN HUKUM, SETRAWAN, APARAT KECAMATAN SERTA FASILITATOR PNPM MANDIRI PEDESAAN UTK 10 KEC DAN FASILITATOR PNPM MANDIRI PERKOTAAN UTK 4 KECAMATAN TAHUN 2011 SUDAH DIWAJIBKAN SEMUA USULAN MUSRENBANG HARUS SUDAH TERAKOMODIR DALAM RPJMDes DITERAPKAN SANKSI LOKAL SECARA BERTAHAP, APABILA TDK MEMPUNYAI DOKUMEN RPJMDes DAN RKPDes, YAITU : DICORET DARI USULAN PRIORITAS, TIDAK MEMPEROLEH PENDANAAN DARI APBD Contoh proses penyusunan RPJMDes Kegiatan Fasilitasi 10) Fasilitasi Pembahasan Rancangan/ draf RKPDes Rancangan/draf RKPDes dibahas dalam Musrenbangdes dengan agenda evaluasi pelaksanaan RKPDes tahun sebelumnya dan pembahasan draf RKPDes tahun berjalan; Fasilitasi penyusunan sistematika yang meliputi: a) Pendahuluan (Latar Belakang, Visi dan Misi Kades, Gambaran kondisi umum terkini desa, maksud dan tujuan RKPDes, serta Proses dan sistematika penyusunan RKPDes), b) Prioritas Pembangunan Desa, c) Rencana Kerja dan Pendanaan, dan d) Penutup; Memastikan apakah RPJMDes mempunyai andil/kontribusi dalam penerjemahan visi dan misi RPJMDes; Memastikan apakah seluruh kegiatan selama satu tahun telah sesuai dengan tujuan capaian tahun tersebut, dan kalau belum, segera diperbaiki untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan pada tahun tersebut; Memastikan rumusan program per tahun output dan output-nya terukur secara jelas sebagai contoh, Tahun... akan terjadi pengurangan kemiskinan...%/... orang dan Program pelatihan menjahit ini akan meningkatkan pendapatan RTM per bulan... Rp... Program yang makin terumuskan ukurannya akan makin jelas, sehingga Draf RKPDes akan makin baik; Penjelasan III: Musyawarah-Musyawarah PNPM Mandiri Perdesaan DALAM Skenario Integrasi Kedalam SPPN 20

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) 21295 Kode Pos 51911 Mamuju PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DI KABUPATEN KENDAL Menimbang : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah proses perubahan berbagai aspek kehidupan menuju kondisi yang lebih baik. Dalam konteks bernegara, kerja besar pembangunan diselenggarakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 4 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 63 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN BUPATI KEBUMEN. Kebumen, Oktober 2010

SURAT EDARAN BUPATI KEBUMEN. Kebumen, Oktober 2010 BUPATI KEBUMEN Kebumen, Oktober 2010 Nomor : 500 /01019 Kepada : Sifat : Yth. Camat sekabupaten Kebumen; Lampiran : 1 Bendel Perihal : Petunjuk Teknis Musrenbang Desa Penyusunan RKP Desa di Tahun 2011

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA ( RPJM-DESA ) DAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA ( RKP-DESA )

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA ( RPJM-DESA ) DAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA ( RKP-DESA ) DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 04 TAHUN 2009 T E N T A N G PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA OLEH : BAPPEDA KABUPATEN BANYUWANGI

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA OLEH : BAPPEDA KABUPATEN BANYUWANGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA OLEH : BAPPEDA KABUPATEN BANYUWANGI LANDASAN HUKUM Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR

PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2017 2023 DESA KALIJAGA TIMUR KECAMATAN AIKMEL KAB. LOMBOK TIMUR KEPALA DESA KALIJAGA TIMUR KABUPATEN

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang

Lebih terperinci

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI. Daftar Isi : Halaman I. Latar Belakang 2 II. Pengertian 4 III. Maksud Dan Tujuan 4 IV. Ruang Lingkup 4 V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi 5 VI. Pengendalian 11 VII. Penutup 12 Lampiran Lampiran

Lebih terperinci

PERATURAN DESA NITA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA NITA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA NITA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA NITA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DESA NITA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA NITA TAHUN 2014 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017 KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDesa) DESA RARANG SELATAN TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DESA NITA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA NITA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA NITA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA NITA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DESA NITA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA NITA TAHUN 2014 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG SEKRETARIAT DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG SEKRETARIAT DAERAH Pemalang, 15 Agustus 2017 Nomor : 050 / 2252 /Dinpermasdes. Kepada Yth. : Sifat : Segera Kepala Desa Lampiran : 1 (satu) Bendel Se Kabupaten Pemalang Perihal

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2010 NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

RANCA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2010 NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RANCA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2010 NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 87 TAHUN : 2012 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2013 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2013 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015 PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SINDANGLAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KABUPATEN NATUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2009 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2009 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA 7 SEPTEMBER 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2009 S A L I N A N SERI E NOMOR 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1312, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RPJP Daerah dan RPJM Daerah serta Perubahan RPJP

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR LEMBARAN DAERAH NOMOR 36 KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAANN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir i Kata Pengantar Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai potensi dampak kerusakan habitat, perubahan pada proses

Lebih terperinci

INTEGRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN. Oleh: Ir. H. EKA SETIAWAN, Dipl, SE.,MM (KEPALA BAPPEDA KAB. SUMEDANG)

INTEGRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN. Oleh: Ir. H. EKA SETIAWAN, Dipl, SE.,MM (KEPALA BAPPEDA KAB. SUMEDANG) INTEGRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN Oleh: Ir. H. EKA SETIAWAN, Dipl, SE.,MM (KEPALA BAPPEDA KAB. SUMEDANG) URGENSITAS INTEGRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN (Satu Perencanaan Untuk Semua) PERMASALAHAN UMUM APBD

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes) 6 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes) Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes) Waktu : 4 (empat) kali tatap muka pelatihan (selama 400

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD), RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

TATA CARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) RKPD KOTA BANDUNG DI KELURAHAN BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.54 TAHUN 2010

TATA CARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) RKPD KOTA BANDUNG DI KELURAHAN BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.54 TAHUN 2010 TATA CARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) RKPD KOTA BANDUNG DI KELURAHAN BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.54 TAHUN 2010 1. PENGERTIAN Musrenbang Kelurahan adalah forum musyawarah perencanaan

Lebih terperinci

Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI

Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes) Pasal 63 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 PERUBAHAN UMUM PERUBAHAN 1. Penyebutan Tahun 2012 Perwali dan Lampiran 2. Istilah stakeholder menjadi pemangku kepentingan pembangunan 3. Istilah Persiapan

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 1 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,

Lebih terperinci

KEPALA DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DESA ROWOSARI NOMOR 5 TAHUN 2015

KEPALA DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DESA ROWOSARI NOMOR 5 TAHUN 2015 KEPALA DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DESA ROWOSARI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

KEPALA DESA MATTIRO DOLANGENG KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAAUAN PERATURAN DESA MATTIRO DOLANGENG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA MATTIRO DOLANGENG KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAAUAN PERATURAN DESA MATTIRO DOLANGENG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA MATTIRO DOLANGENG KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAAUAN PERATURAN DESA MATTIRO DOLANGENG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 15 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) TAHUNAN KOTA BOGOR WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA DAN TEKNIS PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 PANDUAN PENGAKHIRAN SERTA PENATAAN DAN PENGALIHAN KEPEMILIKAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desa atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci