MEMBANGUN PERENCANAAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN SP/SB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMBANGUN PERENCANAAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN SP/SB"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN MEMBANGUN PERENCANAAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN SP/SB INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATION Proyek Pendidikan Untuk Pekerja di Indonesia

2 2003 DAFTAR ISI MATERI Daftar isi Bab 1 Bab 2 Cara Menggunakan Buku Pendahuluan dan Tujuan Pelatihan Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7 II Bab 8 Bab 9 Bab 10 Bab 11 Bab 12 Bab 13 Bab 14 III Bab 15 Bab 16 Bab 17 Memahami Perencanaan Strategis Analisis SWOT Analysis Merumuskan Visi dan Misi Tujuan dan Rencana aksi Evaluasi Pelaksanaan Rencana Penerapan Rencana Strategis Pengorganisasian dan Rekrutmen Anggota Hubungan SP/SB dengan anggota Struktur dan Administrasi SP/SB Keuangan SP/SB Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) Pendidikan dan Pelatihan Anggota Strategi Komunikasi SP/SB Partisipasi dalam Kebijakan Sosial Ekonomi Politik: Sosial Dialog Dampak pasar bebas ASEAN (AFTA) Dokumen Strategi Pengentasan Kemiskinan (PRSP) Lampiran 1 Program Pelatihan Lampiran 2 Contoh Pernyataan Pers Zona Bebas Pekerja Anak Lampiran 3 Contoh Berita Hasil Pernyataan Pers Kukar, Pertama di Asia Zona Bebas Pekerja Anak 2

3 Bab 1 CARA MENGGUNAKAN BUKU K e g u n a a n Buku ini dirancang untuk dapat digunakan oleh aktivis Serikat Pekerja/Serikat Buruh (selanjutnya ditulis SP/SB) sebagai panduan berdiskusi dan mempelajari lebih jauh masa depan SP/SB. Buku ini dapat digunakan oleh: Peserta pelatihan SP/SB Rapat-rapat SP/SB yang membahas strategi Anggota SP/SB secara individual sebagai bahan studi S i s t e m a t i k a Buku ini tersusun atas 17 bab yang memuat subyek berbeda, seperti tertera di Daftar Isi. Setiap bab dilengkapi dengan Kegiatan untuk dijalankan dalam kelompok kecil. Setiap kegiatan memiliki tujuan, yakni hasil yang diharapkan dari tugas kelompok. Setelah menyelesaikan tugas, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja, membandingkan dengan kelompok lain, dan mendiskusikan sehingga diperoleh kesimpulan. P e r a n F a s i l i t a t o r Peran pendidik atau fasilitator dalam pelatihan: Memaparkan latar belakang pelatihan secara singkat, padat, dan langsung ke sasaran. Memperkenalkan setiap topik dan menjelaskan tujuannya Menjelaskan tugas yang harus dijalankan setiap kelompok Membantu kelompok jika diperlukan Merancang format presentasi dan diskusi Membantu peserta mencapai kesimpulan yang jelas dan jernih. 3

4 Bab 2 PENDAHULUAN DAN TUJUAN Tujuan: Membantu peeserta memahami tantangan pokok yang dihadapi SP/SB Membantu peserta memahami konsep perencanaan strategis Memberi gambaran pentingnya peran perencanaan strategis agar SP/SB dapat menghadapi tantangan-tantangan baru. Menunjukkan bahwa SP/SB dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan ekonomi politik penting yang menyangkut kepentingan mereka. T a n t a n g a n Di banyak negara maju, SP/SB dihadapkan dengan serangkaian tantangan yang serupa. Dalam upaya merespon tantangan tersebut, SP/SB menyimpulkan bahwa respon yang diambil menentukan apakah SP/SB bisa tertahan. Sejumlah isu pokok dari tantangan yang menghadang SP/SB adalah: Jumlah anggota yang cenderung menurun Menurunnya industri lama, di mana secara tradisional SP/SB-nya kuat, dan munculnya industriindustri jasa baru yang belum memiliki SP/SB mapan. Meningkatnya jumlah pekerja kontrak, yang umumnya gagal direkrut oleh SP/SB Program privatisasi Kebijakan pengusaha atau pemerintah yang anti-sp/sb Opini publik bahwa SP/SB hanya mewaliki kepentingan segelintir pekerja dan berakibat pada rendahnya animo pekerja untuk menjadi anggota. Keanggotaan SP/SB didominasi oleh pria, padahal jumlah angkatan kerja perempuan terus bertambah. SP/SB mengabaikan rekrutmen pekerja usia muda. J a w a b a n Dalam beberapa tahun terakhir, perencanaan strategis mulai diyakini oleh SP/SB sebagai alat untuk memperkuat posisi mereka. Dalam banyak kasus, SP/SB menyimpulkan bahwa jika mereka tidak tidak mengubah dan memodernisasi pendekatan mereka terhadap sejumlah masalah di atas, mereka akan kehilangan makin banyak anggota dan posisi tawar di depan pengusaha dan pemerintah. Konsep perencanaan strategis sejak beberapa tahun terakhir telah digunakan secara luas dalam dunia bisnis. Perusahaan meluangkan lebih banyak waktu dan upaya untuk memikirkan strategi agar dapat bertahan. Produk, pesaing, pelanggan, dan potensi pasar diperhitungkan dengan sangat serius. Dari sana, mereka kemudian menentukan target dan tujuan ke arah mana bisnis hendak dibangun, kemudian merumuskan langkah-langkah untuk mewujudkannya. 4

5 SP/SB memang memiliki dunia dan tantangan yang berbeda dengan lembaga bisnis. Tetapi, organisasi apapun memiliki pilihan-pilihan ke mana dan bagaimana mereka akan berkembang. Dalam pelatihan ini peserta diperkenalkan dengan ide-ide dasar perencanaan strategis dan pengembangan organisasi. Perumusan ulang strategi pengelolaan SP/SB merupakan latihan yang amat berguna, termasuk dalam acara konferensi, keterlibatan intensif dalam struktur kepengurusan, dan barangkali berhasil mengubah struktur atau kebijakan dasar. Ide tentang perencanaan dasar dan pengembangan SP/SB dapat pula diterapkan melalui cara yang sederhana di semua level struktur kepengurusan, nasional hingga lokal. 5

6 Bab 3 MEMAHAMI RENCANA STRATEGIS A p a? Perencanaan strategis membantu SP/SB memperbaharui cara pandang terhadap tantangan dan membantu SP/SB mengidentifikasi langkah yang harus diambil untuk meresponnya. Perencanaan strategis membantu memperjelas: Cara-cara yang harus ditempuh untuk mengembangkan SP/SB Keputusan-keputusan yang harus diambil untuk memastikan SP/SB siap bertahan menghadapi tantangan masa depan. M e n g a p a? Perencanaan strategis diperlukan karena membantu pemimpin/pengurus SP/SB: Merespon dan mengantisipasi perubahan masa depan Melakukan respon terharap perubahan secara sistematis Menguji semua informasi yang relevan berkenaan dengan situasi perburuhan Mempertimbangkan kembali tujuan yang hendak dicapai SP/SB dan menyusun rencana untuk mencapainya. B a g a i m a n a? Bagaimana melaksanakan perencanaan strategis? Perencanaan strategis dan pengembangan organisasi terdiri atas lima elemen: Situasi: analisis lingkungan SP/SB dan analisis perubahan yang sedang berlangsung di lingkungan tersebut. Lingkungan di sini diartikan lingkungan dalam organisasi SP/SB. Visi dan misi: mendefinisikan misi dan visi untuk SP/SB Penetapan tujuan: menetapkan tujuan dan prioritas Perencanaan: rencana aksi untuk mencapai tujuan, mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki SP/SB, dan mempertimbangkan aspek organisasi. Menjalankan rencana, mengevaluasi, dan mengukur efektivitas. 6

7 Bab 4 ANALISIS SWOT Tujuan Setelah sesi ini, peserta diharapkan mampu: Mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan SP/SB Membuat analisi lingkungan luar dan mengenali peluang dan ancaman bagi SP/SB Menyiapkan ringkasan dari hasil analisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap SP/SB berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal di atas. M e n g a p a a n a l i s i s? Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan yang diidap SP/SB dan ancaman terhadapnya merupakan dasar untuk mengenali tantangan yang harus dihadapi. Proses analisis ini dikenal dengan nama Analisis SWOT. Hal terpenting adalah, analisis SWOT harus dilakukan dengan jujur. Peserta mengungkap informasi yang diketahui apa adanya sehingga situasi yang dihadapi dapat dikenali dengan tepat. A n a l i s i s a p a? Analisis SWOT terbagi dalam dua jenis, yakni analisis lingkungan dan analisis institusional. 1. Analisis lingkungan bertujuan melihat peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan luar. Dalam hal ini, yang bisa dikenali adalah peluang dan ancaman. Peluang (opportunities): apa saja yang memberi kemungkinan adanya perbaikan atau penguatan organisasi. Misalnya, UU Ketenagakerjaan yang memihak hak buruh. Ancaman (threats): kondisi di luar organisasi yang potensial melemahkan posisi SP/SB. Misalnya, turunnya jumlah investasi asing di suatu negara yang berdampak pada meningkatnya kasus PHK sehingga mengurangi jumlah anggota SP/SB. 2. Analisis institusional diarahkan pada identifikasi kekuatan dan kelemahan di dalam organisasi. Kekuatan (strong points): apa saja yang dapat memberi keuntungan atau aset bagi SP/SB. Misalnya, program pelatihan yang rutin dan efektif. Kelemahan (weak points): karakteristik atau sifat internal yang merugikan organisasi. Misalnya, hanya sedikit anggota yang bersedia membayar iuran rutin. 7

8 Peluang untuk SP/SB (analisis lingkungan/eksternal) Ancaman untuk SP/SB (analisis lingkungan/eksternal) Kekuatan SP/SB (analisis institusional/internal) Kelemahan SP/SB (analisis institusional/internal) Di halaman berikut dalam dilihat tabel berisi tantangan dan isu pokok yang dihadapi SP/SB. Sebagian merupakan isu LINGKUNGAN karena berasal dari luar SP/SB, sebagian lagi INSTITUSIONAL karena berasal dari dalam dan menyangkut peran SP/SB. Isian dalam tabel tersebut dibagi dalam beberapa kategori, tidak semuanya cocok dengan kondisi aktual dalam SP/SB. Jadi faktor yang belum tercantum dapat ditambahkan. Pengisian daftar sesuai kenyataan di lapangan akan membantu memahami persoalan SP/SB dengan lebih jelas. K e g i a t a n 1 Tujuan Menganalisis perubahan situasi yang harus dihadapi SP/SB sebagai dampak dari perubahan kondisi eksternal. Tugas Setiap kelompok menentukan faktor eksternal yang terdapat dalam daftar (halaman berikut) 1. Tunjukkan faktor-faktor mana yang mempengaruhi SP/SB 2. Buat daftar berisi peluang-peluang utama yang dapat dimanfaatkan oleh SP/SB 3. Buat daftar berisi ancaman terhadap SP/SB. 4. Jelaskan alasannya dan diskusikan dalam kelompok bagaimana cara mengatasi ancaman tersebut? Presentasi Buat laporan dan presentasikan dengan menggunakan OHP atau flipchart. 8

9 F a k t o r L i n g k u n g a n Kerangka politik/peraturan: Perubahan kerangka dan kebijakan politik Perubahan kerangka undang-undang perburuhan Peraturan upah minimum Otonomi daerah Privatisasi Dampak globalisasi dunia (WTO) dan ASEAN (AFTA) Kerangka ketenagakerjaan: Angka pengangguran Meningkatnya pekerja kontrak dan pekerja tidak tetap Ekonomi sektor informal yang besar Pabrik atau perusahaan yang pekerjanya belum terorganisasi Rendahnya tingkat pendidikan dan pelatihan pekerja Akses untuk memperoleh pelatihan Profil Industri: Total pekerja dan perinciannya secara gender, umur, dan status kerja Sektor-sektor dalam industri Penumpukan jumlah tenaga kerja di daerah tertentu Jumlah perusahaan/pabrik dalam propinsi atau kabupaten tertentu Tehnologi dan kinerja perusahaan: Tingkat keuntungan Menurunnya daya kompetisi industri manufaktur Menurunnya jumlah investasi asing Struktur pembiayaan perusahaan Tingkat perpindahan pekerja/buruh dalam periode tertentu Dampak teknologi baru Perubahan bentuk perusahaan Perilaku sosial: Opini publik terhadap SP/SB: positif atau negatif Profil pekerja: Gaya hubungan perburuhan Strategi pengusaha pada organisasi perusahaan dan kondisi kerja Strategi untuk meningkatkan daya saing, penghematan biaya, nilai tambah 9

10 A n a l i s i s L i n g k u n g a n P e l u a n g A n c a m a n 10

11 Kegiatan 2 Tujuan Menganalisis situasi internal SP/SB Tugas Diskusikan dalam kelompok isu-isu yang terhadap dalam daftar faktor institusional yang mungkin mempengaruhi SP/SB 1. Tentukan faktor mana yang relevan dengan SP/SB anda 2. Buat daftar kekuatan SP/SB dan jelaskan alasannya 3. Buat daftar kelemahan SP/SB dan jelaskan alasannya. Presentasi Paparkan kesimpulan diskusi dengan menggunakan OHP atau flipcharts. 11

12 F a k t o r I n s t i t u s i o n a l Budaya dan sistem manajemen SP/SB Apa nilai dasar, ideologi, dan tujuan SP/SB? Bagaimana struktur SP/SB? Apakah sistem yang berjalan adalah yang diinginkan? Bagaimana sistem yang membuat perencanaan kerja? Bagaimana mekanisme pengambilan keputusan? Bagaimana mekanisme pengawasan dan evaluasi? Peran pengurus cabang di era otonomi daerah Sumber daya Staf Fasilitas Keuangan SP/SB Biaya iuran anggota, mahal atau tidak? Komunikasi Apakah ada struktur yang efektif untuk berkomunikasi dengan perwakilan di tingkat propinsi, kabupaten, cabang, dan unit kerja? Apakah teknologi informasi sudah dipertimbangkan sebagai satu cara membangun komunikasi SP/SB Apakah ada strategi untuk berhubungan dengan media massa? Keanggotaan SP/SB Apa ada sistem memadai untuk mencatat keanggotaan? Apa terdapat sistem untuk mengetahui kebutuhan anggota? Persentase anggota SP/SB: per provinsi, per sektor, per gender? Trend keanggotaan, turun atau naik? Apakah SP/SB tahu siapa dan di mana anggotanya? Persepsi anggota terhadap SP/SB, positif atau negatif? Apakah anggota berperan aktif? Apakah ada rekruitmen dan organisasi yang terencana? Apakah ada evaluasi terhadap tehnik rekrutmen? Pelayanan untuk anggota Apa pelayanan yang diberikan SP/SB kepada anggota? Dapatkah pelayanan tersebut ditingkatkan? Hubungan eksternal Hubungan SP/SB dengan pihak-pihak terkait seperti pemerintah, manajemen, LSM, lembaga konsumen, publik Jaringan dengan SP/SB lain dan dengan organisasi internasional 12

13 A n a l i s i s I n s t i t u s i o n a l K e k u a t a n K e l e m a h a n Ringkasan Analisis SWOT Tujuan Menganalisis situasi terkini SP/SB di tengah-tengah perubahan yang sedang berlangsung untuk merumuskan analisis singkat tentang strategi SP/SB Tugas Dalam kelompok, identifikasikan peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan terpenting. Buat dalam bagan di bawah. 13

14 A n a l i s i s S W O T Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan 14

15 Bab 5 MERUMUSKAN VISI DAN MISI Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta pelatihan harus mampu: Memahami makna dan nilai penting misi dan visi Merumuskan pernyataan visi dan misi untuk SP/SB mereka V i s i d a n m i s i Ide pokok dari penerapan metode perencanaan strategis ialah untuk mendapatkan kesimpulan apa yang harus dilakukan sebuah organisasi untuk menjawab tantangan dihadapi dengan modal peluang yang dimiliki. Termasuk di dalamnya adalah tujuan yang ingin diraih, metode umum untuk meraih tujuan tersebut, dan strategi yang dibutuhkan. Pada situasi tertentu, dalam merumuskan perencanaan sebuah organisasi perlu memperbaruhi filosofi strategisnya, termasuk visi dan misinya. Misi biasanya dirumuskan dalam kalimat singkat yang menggambarkan tujuan organisasi. Misi dapat membatu menjaga organisasi tetap fokus pada bidang garapan utamanya. Kadang, organisasi terlibat dalam semua jenis aktivitas yang sesungguhnya tidak relevan dengan bidang garapan pokoknya. Menentukan misi dapat membantu SP/SB menfokuskan diri pada konstituen yang diwakilinya dan apa yang ingin dicapai. Misi juga berfungsi untuk mengkomunikasikan apa yang ingin dicapai oleh SP/SB ke anggota dan calon anggota. Berikut ini beberapa contoh misi dari tiga organisasi SP/SB di Inggris, yakni TUC, GPMU, dan T and G. TUC adalah konfederasi serikat buruh nasional. T and G adalah serikat umum kedua terbesar di Inggris, dan GMNU adalah serikat pekerja yang bergerak di industri penerbitan. Trade Union Congress, UK The TUC is the voice of Britain at work. With more than 70 member unions representing 7 million working people from all walks of life, we campaign for a fair deal at work and for social justice at home and abroad. TUC adalah suara pekerja Inggris. Dengan anggota 70 serikat pekerja yang mewakili 7 juta pekerja semua sektor, TUC memperjuangkan perjanjian yang adil di tempat kerja, dan keadilan sosial di rumah dan mana saja. 15

16 Graphical, Paper & Media Union, UK GPMU adalah serikat pekerja terbesar di dunia dengan anggota pekerja dari industri penerbitan, kertas, percetakan, IT, dan media di Inggris dan Irlandia. GPMU memiliki reputasi tak tertandingi dalam mewakili kepentingan pekerja. Kami memiliki perjanjianperjanjian berskala nasional dengan asosiasi pengusaha mengenai semua isu pekerja dan kami memiliki tim pakar kelas dunia untuk membantu persoalan pekerja. Dengan lebih dari 200 pekerja penuh di 60 kantor perwakilan, bantuan profesional kami selalu tersedia ketika dibutuhkan. T and G T and G memperjuangkan hak-hak anda Misi sebuah SP/SB dapat dirumuskan dengan cara berikut; Serikat Pekerja XXX mewakili kepentingan pekerja di sektor XXX. Kami memperjuangkan perbaikan kondisi kerja dan kepentingan seluruh anggota di hadapan pemerintah dan pengusaha di tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten. Untuk melengkapi misi, banyak organisasi yang juga merumuskan visi. Visi disusun dengan maksud membangun citra atau cara pandang terhadap keadaan yang diinginkan, atau kondisi yang dicita-citakan. ASPEK Indonesia Union member-global player Jika suatu organisasi memiliki bidang garapan dan wilayah gerak yang berbeda-beda, visi dan misi yang jelas akan membantu publik atau calon anggota memahami dengan cepat apa yang ingin dicapai. 16

17 ILO Decent Work ILO (Organisasi Buruh Internasional) adalah organisasi internasional besar yang mempekerjakan lebih dari 3000 staf di seluruh dunia. ILO mengajak pemerintah, serikat buruh, dan pengusaha bersama-sama dan melakukan banyak kegiatan. Sejak beberapa tahun terakhir ILO mengambil langkah maju dengan menentukan arahan strategis yang lebih jelas untuk program-programnya yang dirumuskan dalan visi misi Pekerjaan yang Layak (Decent Work). Pekerjaan yang Layak dijadikan alat untuk mengkomunikasikan semua tujuan dari peran dan kegiatan ILO. Setiap kegiatan ILO sekarang merupakan satu bagian dari empat tujuan strategis berikut: Prinsip dasar dan hak-hak di tempat kerja Ketenagakerjaan Perlindungan sosial Dialog sosial Pendekatan ini membantu organisasi tetap fokus pada cita-cita semula. Visi dan Misi harus: Jelas Mudah dipahami Fokus Dapat dicapai Memberikan arahan dan nilai Kegiatan 3 Ke Arah Mana Anda Akan melangkah? Tujuan Merumuskan visi dan misi SP/SB (di tingkat pusat atau nasional) Tugas Mendiskusikan dan menentukan visi dan misi bagi SP/SB (level nasional) Instruksi 1. Anggota kelompok harus berasal dari SP/SB yang sama 2. Rumuskan pernyataan visi dan misi secara: Singkat Mudah dipahami Fokus Dapat dicapai Mengandung arahan dan nilai 3. Setiap kelompok boleh merumuskan lebih dari satu statement visi dan misi, Presentasi Kesimpulan setiap kelompok dipresentasikan dengan OHP atau flipchart. 17

18 M i s i SP/SB V i s i SP/SB 18

19 Bab 6 TUJUAN DAN RENCANA AKSI Tujuan: Memahami perbedaan antara tujuan dengan rencana Mampu merumuskan tujuan Mengembangkan dan merumuskan tujuan dan prioritas SP/SB M e n g a p a? Semua organisasi sukses, baik yang kecil, besar, komersial, politis, dan industrial, semua merumuskan tujuan yang jelas dan menyusun rencana untuk meraihnya. Tujuan sangat esensial. Karena, jika kita tidak tahu tujuan, maka kita tidak akan tahu benar atau salah jalan yang ditempuh. Rencana adalah jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Rencana harus disusun berdasarkan tujuan yang ditentukan sebelumnya. Gagal membuat perencanaan sama artinya dengan berencana untuk gagal. Tujuan tidak dapat dicapai tanpa rencana, baik tujuan dalam mengelola pekerja di pabrik atau membangun perkawinan. Sumber daya hanya dapat dialokasikan dengan benar jika tujuan dengan jelas dan rencana untuk mencapainya sudah ditentukan. Jadi, penetapan struktur, alokasi sumber daya, dan kegiatan SP/SB harus mengikuti tujuan yang ditetapkan. D a l i h T a k B e r e n c a n a Terlalu sibuk. Terlalu sibuk melakukan apa? Harus diingat, sibuk dan produktif adalah dua hal yang berbeda. Bagaimana kita tahu kegiatan mana yang produktif tanpa adanya tujuan dan rencana? Lebih baik menangani masalah jika sudah muncul. Alasan seperti ini artinya membiarkan orang lain mendikte untuk apa waktu kita dihabiskan. Hanya menunggu munculnya isu memang terlihat mudah. Namun ini sama artinya dengan hanya bersikap reaktif, membiarkan orang lain yang menyusun dan menjalankan agenda dan prioritas mereka. Semua sumber daya dan waktu yang tersedia sudah digunakan untuk menjalankan kegiatan. Memang tampaknya organisasi melakukan banyak kegiatan, tapi mungkin sekali tanpa efektivitas. Individu atau organisasi kerap memprioritaskan kegiatan yang paling mudah dan menyenangkan, bukan kegiatan yang menentukan tercapai tidaknya tujuan kita. Misalnya, mengunjungi pabrik yang pekerjanya menjadi anggota SP/SB terlihat lebih menyenangkan daripada mengunjungi pabrik di mana SP/SB tidak memiliki anggota. Akan tetapi, dalam jangka panjang, kegiatan yang disebut terakhir lebih penting dan menguntungkan SP/SB. R e n c a n a E f e k t i f Secara umum, perencanaan yang efektif didapat setelah pertanyaan berikut dijawab: Bagaimana kondisi terakhir? Dari mana kita bisa mulai? Apa tujuan dan sasarannya? Kegiatan apa yang dibutuhkan untuk mencapainya? 19

20 Bagaimana kegiatan ini dijalankan? Bagaimana cara mengevaluasi kemajuan dan meninjau ulang rencana? R e n c a n a S t r a t e g i s Rencana strategis merupakan dasar dari semua rencana-rencana kerja dan kegiatan suatu organisasi. Perencanaan strategis merupakan kebijakan dan arahan jangka panjang bagi SP/SB secara keseluruhan, dengan cara: menentukan posisi sekarang menyusun tujuan dan sasaran menentukan cara mencapai tujuan dan cara mengukur kemajuannya. Dalam praktiknya, yang terjadi jika suatu organisasi tidak merumuskan rencana strategis adalah: bersikap reaktif terhadap setiap masalah dan krisis yang muncul. mengalokasikan sumber daya seolah-olah lingkungan dan situasi sekitar tidak berubah. menggunakan taktik dan strategi yang tidak efektif. Misalnya, tidak menyadari bahwa jumlah pekerja kontrak semakin banyak sehingga pendekatan ke calon anggota dilakukan dengan anggapan kebanyakan pekerja berstatus pekerja tetap. terjebak dalam struktur yang menghalangi-halangi tercapainya tujuan. M e n y i a p k a n n y a Analisis profil industri dan SP/SB (singkat dan informal) Tentukan tujuan Identifikasi kekuatan dan kelemahan Rumuskan strategi Sepakati prioritas Siapkan metode pelaksanaan dan sumber daya Laksanakan Evaluasi kemajuan dan tinjau ulang strategi dan implementasi (jika diperlukan) 20

21 Dari analisis institusional dan lingkungan yang sudah dilakukan, juga dari penyegaran kembali visi dan misi organisasi, sasaran yang ingin dicapai dapat diringkaskan sebagai berikut: Jumlah anggota yang meningkat Perbaikan dalam Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) Perubahan organisasi Tujuan yang ditetapkan harus: Realistik tapi menantang Disusun dalam kerangka waktu sehingga hasilnya bisa diukur Tujuan harus ditetapkan melalui proses diskusi dan peninjauan ulang di dalam SP/SB. SP/SB juga perlu memiliki sistem evaluasi untuk mengetahui apa program yang disusun berhasil mencapai tujuan atau tidak, dan jika tidak, mengapa. Kegiatan 4 Tujuan Menetapkan tujuan yang akan dicapai melalui rencana kerja SP/SB Tugas Menggambarkan tujuan dengan menggabungkan sasaran dan hasil analisi SWOT. Instruksi Gunakan lembar kegiatan untuk mencatat prioritas. Tujuan harus: Spesifik Terukur Dapat dilaksanakan Berorientasi pada hasil Ditentukan batas waktunya Jika tujuan secara umum diturunkan lagi ke dalam tugas khusus, terperinci, dan berskala lebih kecil, setiap orang di SP/SB harus memahami tugas dan tanggungjawab masing-masing. Presentasi Paparkan kesimpulan diskusi dengan menggunakan OHP atau flipchart. 21

22 T u j u a n Tulis empat tujuan SP/SB paling penting dalam urutan prioritas. Ingat: tujuan harus terukur 1. Prioritas: 2. Prioritas: 3. Prioritas 4. Prioritas R e n c a n a Rencana merupakan rincian tahap-tahap yang disusun dari upaya besar untuk mencapai tujuan. SP/SB harus membangun strategi dan seperangkat kegiatan untuk mencapai tujuan. Rencana yang disusun harus diarahkan pada tercapainya tujuan. Kegiatan yang disusun harus menjelaskan apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, kapan, dan di mana. Dalam menyusun rencana, SP/SB harus mempertimbangkan segala sumber daya yang dimiliki. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, perumusan rencana aksi harus mencakup: Seperangkat kegiatan untuk mencapai tujuan. Antara kegiatan dan tujuan harus terhubung 22

23 Kelompok sasaran yang dituju melalui kegiatan tersebut. Penugasan berupa wewenang dan tanggungjawab, siapa yang harus melakukan apa? Jadwal, rincian tanggal dan batas akhir pelaksanaan kegiatan Tempat, di mana kegiatan akan dilaksanakan, di tingkat pusat, lokal, atau individual. Sumber daya yang dibutuhkan dan yang tersedia. Jika ada kesenjangan antara sumber daya yang diperlukan dengan yang tersedia (misalnya dalam hal keuangan, SDM, peralatan, dan sebagainya), rumuskan cara menjembataninya. SP/SB menentukan cara mengukur kemajuan yang diperoleh dari tiap kegiatan. Kegiatan 5 Tujuan Menyusun rencana kegiatan bagi SP/SB. Tugas Menyusun rencana kegiatan berdasarkan tujuan yang ditentukan. Perintah Gunakan lembar kegiatan untuk menjelaskan secara rinci rencana aksi untuk SP/SB. Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, rencana aksi harus mencakup: Seperangkat kegiatan Kelompok sasaran dari tiap kegiatan Penugasan, wewenang dan tanggungjawab untuk pelaksana kegiatan Jadwal yang jelas dan terencana Tempat pelaksanaan kegiatan Sumber daya (dana dan manusia) yang dibutuhkan Ukuran keberhasilan Presentasi Presentasikan kesimpulan yang diperoleh melalui OHP atau flipcharts. 23

24 Bab 7 MENGEVALUASI PELAKSANAAN RENCANA A p a Evaluasi dan peninjuan ulang secara berkala dan teratur terhadap tujuan, strategi, dan pencapaiannya melalui kegiatan merupakan hal yang sangat penting. Seluruh perangkat dalam rencana strategis tidak boleh kaku dan alergi terhadap perubahan atau pembaruan. Rencana harus fleksibel, baik untuk membangun rumah atau organisasi. Evaluasi merupakan unsur mutlak dari sebuah rencana. K e b u t u h a n Untuk mengevaluasi dan meninjau ulang suatu kegiatan dibutuhkan: informasi yang akurat dan dapat diandalkan tentang sejauh mana kemajuan yang sudah diperoleh. seperangkat alat atau metode untuk menilai biaya dan keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan. K e g u n a a n Dari evaluasi dan peninjauan ulang sebuah rencana, diharapkan SP/SB akan mampu: Menilai apakah kegiatan yang dijalankan benar-benar mendukung tercapainya tujuan dan strategi. Memutuskan apakah strategi dan tujuan yang sudah ditetapkan perlu direvisi dan diperbaharui. 24

25 Kegiatan 6 R e n c a n a A k s i Kegiatan Sasaran Kelompok Sasaran Pelaksana Waktu/ Batas Akhir Keperluan 25

26 II PENERAPAN PERENCANAAN STRATEGIS Setelah menganalisis perubahan situasi yang harus dihadapi SP/SB dan membahas dasar-dasar perencanaan strategis, mulai bab ini akan dibahas cara menerapkan rencana strategis terhadap sejumlah aspek vital dari SP/SB. Aspek-aspek di dalam SP/SB yang akan diulas dengan pendekatan strategis adalah Pengorganisasian dan rekrutmen anggota Hubungan SP/SB dengan anggota Struktur organisasi dan administrasi SP/SB Keuangan SP/SB Pengembangan cakupan dan efektivitas KKB Pendidikan dan pelatihan anggota 26

27 Bab 8 REKRUTMEN DAN PENGORGANISASIAN Tujuan Mengetahui pentingnya organisasi dan rekrutmen anggota bagi organisasi Mengetahui iklim organisasi dalam SP/SB Mengetahui manfaat perencanaan untuk pengembangan organisasi dan rekrutmen anggota M a s a l a h y a n g D i h a d a p i Di banyak negara, jumlah pekerja yang tertarik menjadi anggota SP/SB terus menurun. Kecenderungan ini disebabkan oleh sejumlah hal berikut: Perubahan pola pekerjaan, industri manufaktur yang dulu mendominasi mulai digeser oleh industri jasa serta privatisasi perusahaan-perusahaan publik. Perubahan teknologi yang berdampak mengurangi pekerja di sektor tertentu. Perubahan bentuk kontrak kerja, pekerja kontrak lebih banyak dibandingkan pekerja tetap. Perusahaan besar semakin sedikit, sementara perusahaan berskala kecil semakin banyak. Berkembangnya tehnik manajemen modern yang semakin mengecilkan peran SP/SB Kurangnya strategi pengorganisasian dan rekrutmen anggota yang dijalankan oleh SP/SB Sistem iuran wajib, di mana anggota secara otomatis dipotong upahnya sebagai biaya iuran ke SP/SB membuat SP/SB malas untuk melibatkan pekerja agar berperan aktif. Opini publik yang buruk membuat SP/SB tampak kurang menarik minat banyak pekerja. SP/SB dianggap sebagai pembuat masalah daripada sebagai organisasi yang membantu kepentingan pekerja. 27

28 P e r u b a h a n s t r u k t u r a l Di Indonesia, sejumlah sektor manufaktur menghadapi masalah serius berupa pengurangan tenaga kerja dan perubahan struktural. Sektor tekstil, sepatu, elektronika, dan kayu semua menghadapi masalah serius. Sebuah analisis baru-baru ini menyatakan sumbangan sektor-sektor ini terhadap GDP akan turun dari 28 persen menjadi hanya 25 persen dari 2002 hingga Dalam periode yang sama, sumbangan sektor jasa terhadap GDP diperkirakan naik dari 41 persen menjadi 48 persen. Pada saat yang sama, industri sektor manufaktur tampaknya cenderung menjadi lebih padat modal dan padat teknologi, tidak lagi padat tenaga kerja, untuk memelihara daya saing di level internasional. Pergeseran orientasi ini tampaknya berdampak pada tenaga kerja di sektor manufaktur. Masalahnya bagi SP/SB adalah secara tradisional pekerja yang menjadi anggota SP/SB berasal dari sektor manufaktur dan sektor publik. Di samping itu, mengorganisasi pekerja dari kalangan industri yang baru berkembang kerap kali merupakan pekerjaan yang sulit. P e k e r j a k o n t r a k Kini semakin banyak pengusaha yang memilih mempekerjakan pekerja tidak tetap, sehingga makin banyak pekerja yang merasa masa depannya tidak terjamin. Seringkali terjadi, SP/SB tidak mampu membela kepentingan pekerja kontrak secara efektif, padahal persentase pekerja kontrak semakin lama semakin tinggi. N i l a i S t r a t e g i s SP/SB didirikan untuk membantu pekerja, dan amat penting bagi SP/SB untuk terus menjangkau pekerja yang belum belum terorganisasi dan terlindungi. Jika SP/SB gagal melakukan hal tersebut, maka SP/SP akan dianggap hanya mewakili kepentingan segelintir kelompok. Di tingkat perusahaan, jika SP/SB tidak mewakili sebagian besar pekerja, maka secara otomatis pengaruh dan posisi tawar SP/SB tersebut akan berkurang. Di tingkat yang lebih tinggi, upaya SP/SB untuk mempengaruhi pemerintah akan tidak terlalu efektif, jika pemerintah merasa SP/SB tidak terlalu representatif. Selain itu, semakin sedikit anggota yang membayar iuran ke SP/SB akan semakin melemahkan kemampuan SP/SB dalam mengelola organisasi dan melayani anggota. P e r u b a h a n K u l t u r Di banyak negara, SP/SB yang telah mapan kebanyakan berkutat dengan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan anggota. Akibatnya, program rekrutment dan pengorganisasian calon anggota dan kebutuhan untuk membangun kultur pengorganisasian kerap dilupakan. Jika SP/SB ingin memainkan peran yang relevan dan menjadi pemain utama di masa-masa mendatang, mereka harus mulai melihat jauh ke depan dan menempatkan kegiatan pengorganisasian sebagai prioritas dari tugas SP/SB. 28

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI 1 2012-2013 Kerugian terhadap lapangan kerja akibat krisis finansial dan ekonomi telah menyebabkan kesulitan hidup bagi pekerja perempuan dan laki-laki, keluarga dan komunitas,

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184)

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) 1 R184 - Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) 2 R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184) Rekomendasi mengenai Kerja Rumahan Adopsi: Jenewa, ILC

Lebih terperinci

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh membutuhkan suatu wadah yang kuat untuk memperjuangkan kepentingan mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah adanya pelaksanaan

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan PERENCANAAN Tujuan Instruksional Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai perencanaan, proses pembuatan rencana dan tingkat rencana organisasi serta hambatan-hambatan dalam perencanaan. Materi Pembahasan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

Pentingnyaperencanaan strategisdalam meningkatkan keanggotaanserikat pekerjadankualitas anggota

Pentingnyaperencanaan strategisdalam meningkatkan keanggotaanserikat pekerjadankualitas anggota Indah Budiarti Organising & Communication Coordinator PSI Asia Pacific Regional Office Pentingnyaperencanaan strategisdalam meningkatkan keanggotaanserikat pekerjadankualitas anggota Mengapa serikat pekerja

Lebih terperinci

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 K-158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA

MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA MEMBUKA DATA DARI BAWAH TUJUH LANGKAH UNTUK MEMBUKA DATA PEMERINTAH DENGAN SUKSES PANDUAN PELAKSANAAN JAKARTA PANDUAN PELAKSANAAN: MEMBUKA DATA DARI BAWAH Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan

Lebih terperinci

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA

Membuka Data. Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses. 25 Agustus 2015 JAKARTA Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data Pemerintah dengan Sukses Panduan Pelaksanaan 25 Agustus 2015 JAKARTA Panduan Pelaksanaan: Membuka Data dari Bawah Tujuh Langkah untuk Membuka Data

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA

LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA LAPORAN HASIL SURVEY PERLINDUNGAN MATERNITAS DAN HAK-HAK REPRODUKSI BURUH PEREMPUAN PADA 10 AFILIASI INDUSTRIALL DI INDONESIA KOMITE PEREMPUAN IndustriALL Indonesia Council 2014 1 LAPORAN HASIL SURVEY

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBL1K INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat,

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah. A. MENGENALI KONSEP RENCANA 2 STRATEGIS DAERAH Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI KONSEP RENCANA STRATEGIS DAERAH : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. :

Lebih terperinci

PERUMUSAN ISU STRATEGIS. 120 menit

PERUMUSAN ISU STRATEGIS. 120 menit 05 PERUMUSAN ISU STRATEGIS TUJUAN Menunjukkan bahwa isu tidak tersedia dalam bentuk jadi sehingga harus dipilih dan diolah. Menunjukkan bagaimana mengembangkan isu strategis dengan mendayagunakan daftar

Lebih terperinci

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

Manajemen Strategik dalam Pendidikan Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

Kamar Kecil. Merokok. Agenda. Telepon selular

Kamar Kecil. Merokok. Agenda. Telepon selular 1 Kamar Kecil Merokok Agenda Telepon selular 2 Menjelaskan manfaat dari negosiasi yang efektif. Menjelaskan lima tahap negosiasi. Menekankan persiapan dan negosiasi berbasiskepentingan Menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 R-166 Rekomendasi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA MUKADIMAH Bahwa industri komunikasi dan pemasaran sebagai bagian dari sistem perekonomian modern dan global, patut diarahkan serta diberdayakan sesuai

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2)

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2) AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2) Ada sembilan langkah dalam AFP SMART yang terbagi kedalam tiga fase atau tahapan sebagai berikut: Langkah 1. Buat sasaran yang SMART Langkah 4. Tinjau

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL. Pendahuluan

TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL. Pendahuluan TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL Pendahuluan Pengumpulan dana bisa jadi sangat lama, mahal, dan merupakan proses yang membuat frustasi, dan tiada jalan yang bisa memastikan

Lebih terperinci

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE 1. Persoalan apa yang akan diselesaikan? Pertumbuhan produktivitas di negara-negara

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI 145120407111043 C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI Citra Diri : Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta

Lebih terperinci

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII.

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF

PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF 18 PRAKTEK HEARING DENGAN EKSEKUTIF TUJUAN Mengalami hearing dalam situasi yang sebenarnya. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk mendukung penyusunan PERDA. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk perbaikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini menggambarkan tentang Studi Komparatif Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat Universitas dan Fakultas dalam Konteks Pendidikan Politik. Adapun kesimpulan

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal

Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal Memanfaatkan Data Terbuka untuk Peningkatan Keterbukaan Fiskal Lima Langkah untuk Membantu Organisasi Masyarakat Sipil Berhasil Menerapkan Data Terbuka dengan Baik Panduan Pelaksanaan JAKARTA Panduan Pelaksanaan:

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 1 K177 - Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000 UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang : a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur yang merata, materiil dan sepiritual serta guna peningkatan. termasuk perubahan dalam pengambilan keputusan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur yang merata, materiil dan sepiritual serta guna peningkatan. termasuk perubahan dalam pengambilan keputusan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa pembangunan saat ini bangsa Indonesia sedang menuju proses demokratisasi dan transparansi dalam proses menuju masyarakat adil dan makmur yang merata,

Lebih terperinci

Modul Manajemen Strategis 2013

Modul Manajemen Strategis 2013 Dedeng Abdul Gani A., SE., MS.i Page 1 BAB II CORPORATE GAVERNANCE Tujuan Pembelajaran : 1. Memahami dan menjelaskan tugas dan tanggungjawab dewan komisaris dan dewan direksi dalam pengelolaan perusahaan

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi tentunya mempunyai berbagai tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber dayanya yang

Lebih terperinci

BAB I NAMA, BENTUK, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU

BAB I NAMA, BENTUK, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU ANGGARAN DASAR SAREKAT HIJAU INDONESIA PEMBUKAAN Krisis berbangsa dan bernegara yang dialami Indonesia, terjadi hampir di seluruh bidang kehidupan. Krisis ini menyebabkan tidak terpenuhinya hak-hak sosial,

Lebih terperinci

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Sambutan Pembukaan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Pada Sustainable Development Goals (SDGs) Conference Indonesia s Agenda for SDGs toward Decent Work for All Hotel Borobudur Jakarta, 17 Februari

Lebih terperinci

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN

RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan upaya perubahan yang lebih baik

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

Lebih terperinci

BAB 22 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 22 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 22 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN A. KONDISI UMUM Perkembangan ekonomi Indonesia telah menunjukkan kemajuan diberbagai bidang pembangunan. Tetapi kemajuan ini masih belum dapat menangani masalah pengangguran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA UU No 21/2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh UU No 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan UU No 2/2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial UNTUK

Lebih terperinci

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

Serikat Pekerja/Serikat Buruh Serikat Pekerja/Serikat Buruh a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran baik secara lisan maupun secara tulisan, memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan,

Lebih terperinci

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup 2 BAB II KERANGKA UMUM PENYAJIAN 3 BAB III MATERI LAPORAN TAHUNAN 4

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup 2 BAB II KERANGKA UMUM PENYAJIAN 3 BAB III MATERI LAPORAN TAHUNAN 4 D A F T A R I S I Halaman BAB I PENDAHULUAN 1 1. Latar Belakang 1 2. Tujuan 2 3. Ruang Lingkup 2 BAB II KERANGKA UMUM PENYAJIAN 3 BAB III MATERI LAPORAN TAHUNAN 4 1. Informasi Umum 4 2.Informasi Penerapan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA 1 K 100 - Upah yang Setara bagi Pekerja Laki-laki dan Perempuan untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya 2 Pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Dengan telah adanya struktur organisasi, manajer harus menemukan orang-orang untuk mengisi pekerjaan yang telah dibuat atau menyingkirkan orang dari pekerjaan

Lebih terperinci

Labor and Industrial Relations

Labor and Industrial Relations Labor and Industrial Relations Modul ke: 13 Mahasiswa memahani mengenai : 1. Hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha 2. Membandingkan hubungan tenagakerja di Indonesia dan USA Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DEWAN KOMISARIS 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra )

Lebih terperinci

MATERI 1 ARTI PENTING PERENCANAAN STRATEGIS

MATERI 1 ARTI PENTING PERENCANAAN STRATEGIS MATERI 1 ARTI PENTING PERENCANAAN STRATEGIS 1.1. Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis perusahaan adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana

Lebih terperinci

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak KODE UNIT : O.842340.006.01 JUDUL UNIT : MemastikanPendanaan PenanggulanganBencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini menjelaskan keterampilan pengetahuan, dan sikap yang dipersyaratkan untukmengidentifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok usaha yang menjadi pilar ekonomi nasional. Pilar ekonomi yang dimaksudkan adalah Badan Usaha

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

FUNGSI ADVOKASI SERIKAT PEKERJA DALAM LINGKUP PERUSAHAAN. Pusat Kajjian Kebijakan dan Advokasi Perburuhan

FUNGSI ADVOKASI SERIKAT PEKERJA DALAM LINGKUP PERUSAHAAN. Pusat Kajjian Kebijakan dan Advokasi Perburuhan FUNGSI ADVOKASI SERIKAT PEKERJA DALAM LINGKUP PERUSAHAAN Pusat Kajjian Kebijakan dan Advokasi Perburuhan HAK BURUH DAN HAK SERIKAT BURUH Hak Buruh Bersifat personal, hanya melekat pada diri buruh sendiri

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu

Lebih terperinci

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 2 R-111 Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

Perumusan Isu Strategis

Perumusan Isu Strategis MODUL 5 Perumusan Isu Strategis TUJUAN Menunjukkan bahwa isu tidak tersedia dalam bentuk jadi sehingga harus dipilih dan diolah. Menunjukkan bagaimana mengembangkan isu strategis dengan mendayagunakan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Persyaratan Menjadi Anggota 1. Persyaratan menjadi Anggota Partai Jariibu adalah sebagai berikut : a. Setiap Warga Negara Indonesia yang ingin

Lebih terperinci

B. Maksud dan Tujuan Maksud

B. Maksud dan Tujuan Maksud RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat

Lebih terperinci

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 2 K-95 Konvensi Perlindungan Upah, 1949 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA. Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA. Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA A. Pengertian Perjanjian kerja bersama Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) timbul setelah diundangkannya Undang-undang No.21 Tahun 2000. Istilah

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara Wawancara Erna Witoelar: Akuntabilitas Internal Governance LSM Belum Banyak Disentuh K endati sejak 1990-an tuntutan publik terhadap akuntabilitas LSM sudah mengemuka, hingga kini masih banyak LSM belum

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Manajemen Humas dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Sekolah di Madrasah Aliayah Mu allimin Mu allimat Rembang 1. Pelaksanaan manajemen humas di Madrasah

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan

Lebih terperinci

PANDUAN DISKUSI MENYUSUN RENCANA USAHA DAN KESIAPAN KERJA

PANDUAN DISKUSI MENYUSUN RENCANA USAHA DAN KESIAPAN KERJA PANDUAN DISKUSI MENYUSUN RENCANA USAHA DAN KESIAPAN KERJA Tujuan Peserta mampu mengidentifikasi dirinya apakah minat untuk melakukan usaha atau sebagai pekerja/karyawan/buruh Peserta mampu menyusun rencana

Lebih terperinci

Praktak Hearing Dengan Eksekutif

Praktak Hearing Dengan Eksekutif MODUL 18 Praktak Hearing Dengan Eksekutif TUJUAN Mengalami hearing dalam situasi yang sebenarnya. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk mendukung penyusunan PERDA. Menghasilkan komitmen eksekutif untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA

9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA 9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA Yayasan Aliansi Remaja Independen (ARI), sebuah lembaga non-profit yang dibentuk dan dijalankan oleh orang muda di

Lebih terperinci