BAB VI LOKASI LANDFILL
|
|
- Verawati Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI LOKASI LANDFILL 6.1. Syarat-Syarat Lokasi Pengelolaan Limbah B3 Syarat-syarat lokasi pengelolaan limbah B3 yang meliputi lokasi untuk penyimpanan, lokasi untuk pengumpulan, lokasi untuk pengolahan dan lokasi untuk penimbunan/landfill telah diatur di dalam: - Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, - Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-01/Bapedal/09/1999 tentang Tatacara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, - Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-03/Bapedal/09/1999 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, - Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-04/Bapedal/09/1999 tentang Tatacara dan Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekas Penimbunaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Secara singkat persyaratan-persyaratan lokasi pengelolaan limbah B3 seperti yang tersebut di dalam Peraturan Pemerintah dan Keputusan Kepala Bapedal itu dapat dilihat pada Tabel 6.1. dan Tabel
2 Tabel 6.1 : Syarat-syarat Lokasi Pusat Pengelolaan Limbah B3 Menurut PP Jenis Kegiatan Pengelolaan Bebas Banjir Tdk Rawan Bencana Bukan Kaw. Lindung Sesuai RTR Mrpk Kaw. Industri menurut RTR Besarnya Permeabilitas Secara Geologis Bukan daerah resapan air Lokasi Penyimpanan Lokasi Pengolahan Lokasi Penimbunan Ditetapkan sbg lks penimb lb B3 Lokasi Penyimpanan (Kep 01) Max 10 7 cm/det Tabel 6.2 : Syarat-syarat Lokasi Pusat Pengelolaan Limbah B3 Sesuai Dng Kep. Kepala Bapedal Lokasi Pengumpulan (Kep 01) Lokasi Pengolahan di dlm lks penghasil (Kep-03) Lokasi Pengolahan di luar lks penghasil (Kep-03) Dinyatakan:-aman stabil tdk rawan bencana Lokasi Landfill (Kep-04) a. Daerah bebas banjir, atau daerah yang diupayakan melalui pengurugan sehingga aman dari kemungkinan terkena banjir; b. Jarak minimum dengan fasilitas umum 50 meter. a. Luas tanah termasuk untuk bangunan penyimpanan dan fasilitas lainnya min 1 (satu) Ha b. Daerah bebas banjir tahunan c. Cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem tertentu. Jarak terdekat yang diperkenankan adalah: m dari jalan utama/ tol; 50 m dari jalan lainnya; m dari fasum spt: pemukiman, perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fas. keagamaan, fas. pendidikan, dll m dari perairan spt: garis pasang tertinggi laut, badan sungai, daerah pasang surut, kolam, danau, rawa, mata air,sumur penduduk, dll m dari daerah yang dilindungi spt: cagar alam, hutan lindung, kawasan suaka, dll. a. Daerah bebas banjir, b. Jarak antara lokasi pengolahan dan lokasi fasum min 50 m. a. daerah bebas banjir; b. Min 150 m dari jalan utama/ tol dan 50 m untuk jalan lainnya; c. Min 300 m dari daerah pemukiman, perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas keagamaan dan pendidikan; d. Min 300 m dari garis pasang naik laut, sungai, daerah pasang surut, kolam, danau, rawa, mata air dan sumur penduduk; e. Mmin 300 m dari daerah yang dilindungi (cagar alam, hutan lindung dan lainlainnya). a. Daerah yang bebas dari banjir seratus tahunan. b. Geologi lingkungan: 1. Litologi batuan dasar adalah batuan sedimen berbutir sangat halus (seperti serpih, batu lempung), batuan beku, atau batuan malihan yang bersifat kedap air (k <10-9 m/detik), tdk berongga, tdk bercelah dan tdk berkekar intensif. 2. Bukan daerah berpotensi bencana alam: longsoran, bahaya gunung api, gempa bumi & patahan aktif. c. Hidrogeologi: 1. Bukan daerah resapan (recharge) air tanah tidak tertekan yang penting dan air tanah tertekan. 2. Dihindari lokasi yang di bawahnya terdapat lapisan air tanah (aquifer). Jika di bawah lokasi tersebut terdapat lapisan air tanah maka jarak terdekat lapisan tersebut dengan bagian dasar landfill adalah 4 meter. d. Hidrologi Permukaan: Bukan daerah genangan air, berjarak min 500 m dari: aliran sungai yang mengalir spj tahun, danau, waduk untuk irigasi pertanian dan air bersih. e. lklim dan curah hujan: Diutamakan lokasi dengan : 1. Curah Hujan : kecil, daerah kering; 2. Angin : kec. tahunan rendah, berarah dominan ke daerah tidak berpenduduk / berpenduduk jarang. f. Sesuai dng RTR yg merupakan tanah kosong yang tidak subur, tanah pertanian yang kurang subur, atau lokasi bekas pertambangan yang telah tidak berpotensi dan sesuai dengan rencana tata ruang baik untuk peruntukan industri atau tempat penimbunan limbah. Flora dan fauna: 1. Flora : daerah dng kesuburan rendah, tidak ditanami tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan bukan daerah/kawasan lindung; 2. Fauna : bukan daerah margasatwa / cagar alam. 82
3 6.2. Pemilihan Calon Lokasi Alternatif Pusat Pengelolaan Limbah B3 (PPL-B3) Yang Dikembangkan P3TL-BPPT Langkah-langkah Penentuan Lokasi PPL-B3 Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam merencanakan lokasi pusat pengelolaan limbah B3 (PPL-B3). Sebelum menentukan lokasi, terlebih dahulu harus dipelajari jenis limbah apa yang akan dikelola dan bagaimana karakteristik dan sifat-sifat (fisika, kimia, biologi dan radio aktifitas) dari limbah tersebut. Setelah diketahui karakteristik dan sifat-sifatnya, dilakukan pemilihan teknik pengolahannya sampai penangangan akhir (landfill). Pada waktu penentuan lokasi PPL-B3 perlu dipikirkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat kegiatan penimbunan. Lokasi PPL-B3 harus laik dipandang dari sudut kesehatan, lingkungan, sosial ekonomi dan budaya maupun dari segi estetika yang berlaku. Pertimbangan lain adalah upaya pengelolaan lokasi bekas penimbunan setelah ditutup (telah penuh), sebab timbunan limbah B3 dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan dalam jangka waktu yang sangat panjang (meskipun kegiatan penimbunan telah selesai). Langkah-langkah yang perlu diambil dalam penentuan calon lokasi PPL-B3 antara lain: 1. penentuan kriteria lokasi, 2. identifikasi calon-calon lokasi yang memenuhi kriteria, 3. review dan evaluasi calon-calon lokasi, 4. pemilihan lokasi untuk evaluasi terakhir, 5. evaluasi teknis dan penentuan rangking lokasi, 6. review terakhir. Secara sistematis langkah-langkah penentuan lokasi PPL-B3 seperti pada Gambar
4 SKEMA PENENTUAN CALON LOKASI PUSAT PENGELOLAAN LIMBAH B3 Survai &inventarisasi limbah industri di wilayah studi Kriteria lokasi Pemilihan calon lokasi Tdk Masuk dalam kategori limbah B-3 Ya Analisis kelayakan lokasi secara teknis (Geologi, topogafi, hidrogeologi, iklim dll) Tdk Tdk Jumlahnya layak dikelola secara terpusat Ya Calon lokasi terpilih Buat peta pelayanan regional Ya Dikelola sendiri oleh Pemda/Swasta Analisis masalah teknis (Transportasi dll) Dapat memenuhi syarat secara teknis & ekonomisteknis Ya Disetujui Tdk Ya LOKASI TERPILIH Tdk Gambar 6.1. Skema Penentuan Calon Lokasi Pusat Pengolahan Limbah B Penerapan Teknik Geolistrik Untuk Analisis Lokasi Untuk menentukan lokasi PPL-B3 yang aman sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, diperlukan teknologi yang dapat digunakan untuk analisis kondisi calon lokasi dengan tepat. Salah satu teknologi yang dapat digunakan dan dapat memberikan hasil analisis yang akurat serta dapat memberikan banyak masukkan (data) adalah teknologi pengukuran dengan teknik geolistrik 84
5 (investigasi tahan jenis). Ada berbagai data yang dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran dengan teknik ini, antara lain adalah : dapat mengetahui muka air tanah, dapat mengetahui penyebaran (distribusi) air tanah, dapat mengetahui arah aliran air tanah, dapat mengetahui permeabilitas lapisan batuan, dapat menafsirkan kedalaman batuan dasar, dapat mengetahui porositas batuan dan dapat mengetahui ketebalan akuifer air tanah dan penyebarannya. Prinsip Dasar Analisis Geolistrik Metoda Geolistrik Tahanan Jenis merupakan metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Aliran arus listrik di dalam batuan/mineral dapat terjadi melalui konduksi secara elektronik, elektrolitik dan dielektrik. Konduksi secara elektronik terjadi jika batuan mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan oleh elektron-elektron bebas tersebut. Konduksi elektrolitik terjadi jika batuan bersifat porous dan poriporinya terisi oleh fluida elektrolitik sehingga arus listrik dialirkan oleh ion-ion elektrolitik. Sedangkan konduksi dielektrik terjadi jika batuan bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik, yaitu terjadi polarisasi saat bahan dialiri listrik. Tahanan jenis formasi batuan dibatasai oleh sejumlah arus yang melewati formasi batuan tersebut ketika potensial listrik diberikan. Secara sederhana tahanan jenis didefinisikan sebagai tahanan dalam ohms antara permukaan yang berlawanan dari suatu unit kubus pada suatau material. Jika material dengan tahanan R 85
6 mempunyai luas penampang A dan panjang L, maka tahanan jenisnya dapat diekspresikan sebagai berikut : ρ = RA/L Satuan tahanan jenis adalah ohm-m/m 2, disederhanakan menjadi ohm-m. Tahanan jenis formasi batuan mempunyai jangkauan harga yang bervarisai, tergantung kepada jenis materialnya, densitas, porositas, ukuran dan bentuk pori, kandungan dan kualitas air serta temperatur. Dalam hubungannya dengan media yang porous, tahanan jenis lebih dikontrol oleh kandungan dan kualitas air di dalam formasi, dari pada oleh tahanan jenis batuannya. Prinsip pengukuran dalam metoda tahanan jenis adalah dengan menginjeksikan arus listrik (dalam satuan ma) ke dalam bumi melalui dua elektroda arus, kemudian beda potensial yang terjadi (dalam satuan mv) diukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi nilai tahanan jenis (ρ) masing-masing lapisan di bawah titik ukur dalam satuan ohm-m. Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-lektroda potensial dan elektroda-elektroda arus, dikenal ada beberapa konfigurasi elektroda antara lain: Konfigurasi Wenner, Konfigurasi Schlumberger, Konfihurasi Dipole-dipole, Lee Partition, Konfigurasi Rectangle, dll.. Masing-masing konfigurasi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan ditentukan berdasarkan target yang hendak dicapai. Dalam penelitian ini konfigurasi elektroda yang dipakai adalah dengan konfigurasi Schlumberger. 86
7 Pada metoda tahanan jenis diasumsikan bahwa bumi mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan demikian tahanan jenis yang terukur merupakan tahanan jenis sebenarnya dan tidak bergantung pada spasi elektroda ρ = K [ V/I ]. Tetapi kenyataannya bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan yang berbeda, oleh karena itu harga tahanan jenis yang diperoleh bukan harga satu lapisan saja, melainkan tergantung pada spasi elektroda. Atau dapat dikatakan bahwa harga tahanan jenis yang diperoleh dari ρ = K [ V/I ] adalah harga tahanan jenis ( ρ ) semu yang besarnya dipengaruhi oleh faktor geometri ( K ). Ada beberapa metoda untuk memperoleh harga tahanan jenis sebenarnya dari harga tahanan jenis semu tersebut. Salah satunya adalah dengan pencocokan kurva. Pada tahap ini ada tiga tahapan penting yaitu interpretasi lapangan dengan tujuan menentukan bentangan maksimal dan menentukan tipe kurva lapangan. Tahapan yang kedua adalah interpretasi pendahuluan dengan tujuan menentukan harga tahanan jenis dan kedalaman masingmasing lapisan dengan menggunakan kurva standar dan kurva bantu. Tahapan terakhir adalah interpretasi dengan keadaan geologi daerah penelitian. Hubungan antara tahanan jenis dan porositas di dalam batuan sedimen, dapat dijelaskan melalui Hukum Archie (Archie, 1942 op.cit. Ward, 1992) dan diformulasikan sebagai berikut : F ρ ρe r m = = aφ dimana F = ρ r / ρ e adalah faktor formasi, ρ r tahanan jenis batuan, ρ e tahanan jenis fluida yang mengisi pori di dalam batuan dan φ adalah porositas, sedangkan a dan m adalah konstanta yang tergantung kepada jenis batuannya. (Di sini digunakan simbol ρw sebagai ρe untuk air atau elektrolit di dalam pori). Konstanta m 87
8 biasanya mengacu kepada faktor sementasi sedangkan konstanta a mengacu kepada koefisien saturasi. Harga numerik untuk a umumnya berkisar antara 0,6 s.d. 1,0 sedangkan untuk m antara 1,4 s.d. 2,20. Tingkat sementasinya makin tinggi, maka harga m akan semakin tinggi juga. Bentuk khusus dari persamaan Archie untuk batupasir adalah sebagai berikut : 2,15 F 0,62 (Formula Humble) = φ dan untuk karbonat dengan porositas yang rendah : F m = φ (Formula Shell) Baik Formula Humble maupun Shell biasanya digunakan untuk kondisinya yang memang cocok, tetapi formula lainnya juga biasa digunakan. Contohnya untuk batuan yang gampingan digunakan persamaan F = 1/φ 2. Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume air di dalam batuan yang tersaturasi, Ve φ = Vr dimana Ve dan Vr menggambarkan volume terukur dari air dan batuan. Pengambilan Data Pengambilan data di lapangan meliputi penentuan posisi titik pengukuran, ketinggian dan pengukuran tahanan jenis. Penentuan posisi titik pengukuran merupakan pekerjaan yang sangant penting dan fundamental dalam setiap pengukuran. Karena dengan mengetahui posisi secara akurat, maka hasil pengukuran dapat di plot di peta dan kemudian siap untuk dilakukan analisis dan interpretasi lebih lanjut. Waktu pengambilan data, posisi lokasi titik 88
9 pengukuran tahanan jenis dapat ditentukan dengan alat GPS Garmin 12 XL (Global Positioning System). Peralatan yang digunakan untuk mengukur tahanan jenis adalah Resistivitymeter McOHM Mark-2 Model-2115A yang mempunyai resolusi sangat tinggi yaitu 1 µ Ohm-m, dilengkapi dengan elektroda arus, elektroda potensial, kabel, baterai dan perlengkapan lainnya. Konfigurasi elektroda yang dipakai dalam pengambilan data tahanan jenis adalah konfigurasi Schlumberger yang dapat divisualisasikan sebagai berikut : C1 I P1 P2 C2 V Resistivitymeter Permukaan Tanah A M N B l L Gambar 6.2.: Pengambilan data tahanan jenis dengan metoda Schlumberger Dimana M, N adalah elektroda potensial, sedangkan A dan B adalah elektroda arus. Untuk Konfigurasi Schlumberger, tahanan jenis didapatkan dari persamaan sebagai berikut : π ρs = K V s dan Ks = I 2 2 ( L l ) Bentangan elektroda arus maksimum yang digunakan adalah 250 m, dengan demikian target penetrasi kedalamannya adalah ± m. 2l 89
10 Contoh Hasil Analisis Dengan Teknik Geolistrik; Berikut ini diberikan contoh hasil analisis lokasi dengan memanfaatkan teknik geolistrik untuk menentukan calon lokasi PPL-B3. Lokasi ini merupakan daerah lembah dengan ketinggian ± 40 m di atas permukaan laut, merupakan persawahan tadah hujan yang tandus dan dikelilingi oleh bukit-bukit kecil. Data hasil pengukuran tahanan jenis di lokasi penelitian dapat dilihat di lampiran. Interpretasi Data Harga tahanan jenis yang diperoleh dari pengukuran adalah harga tahanan jenis ( ρ ) semu yang besarnya dipengaruhi oleh faktor geometri ( K ). Pengolahan dan interpretasi data bertujuan untuk memperoleh harga tahanan jenis yang sebenarnya dan kedalaman dari tiap lapisan di bawah titik pengukuran. Metoda yang digunakan adalah metoda pencocokan kurva ( curve matching) dengan bantuan program komputer Resist. Pengolahan dan interpretasi data juga didasarkan pada data-data geologi, terutama untuk menentekan parameter lapisan yang dianggap tetap (fix/unlock layers-parameter). Dari hasil pengolahan dan interpretasi tersebut diperoleh parameter-parameter tahanan jenis yang sebenarnya dan kedalaman dari tiap lapisan. Dengan mengacu ke data geologi dan referensi harga tahanan jenis beberapa batuan kemudian diinterpretasikan jenis lapisannya. Tahanan jenis dan interpretasi litologi. Nilai tahanan jenis yang diperoleh dari hasil survey di lapangan bervariasi dari 1 Ohmm s.d. 48 Ohm. Dengan mengacu ke kondisi geologi daerah penelitian disertai dengan data 90
11 referensi harga tahanan jenis beberapa batuan maka dari harga-harga tahanan jenis tersebut dapat ditafsirkan jenis litologi yang ada di daerah penelitian sebagai berikut : ρ (Ohmm) Litologi 1-26 Lempung (lapisan impermeabel) 29,2 48,5 Pasir/Pasir lempungan (lapisan permeabel) Dari hasil survey tahanan jenis tersebut tampak di daerah penelitian didominasi oleh nilai tahanan jenis yang rendah (lihat hasil interpretasi) yang berarti didominasi oleh lapisan lempung. Pada lokasi pengukuran SM-1 diketemukan dominasi lempung sebagai lapisan penutup sampai kedalaman 108 m dan di bagian bawah dibatasi oleh pasir sampai kedalaman tertentu tertentu. Sedangkan pada lokasi SM-2 lapisan atas merupakan lempung sampai kedalaman lebih dari 49 m dan masih menunjukkan kemenerusan dari lempung tersebut. Pada SM-3 tebal lapisan lempung sampai kedalaman 37 m, diteruskan dengan lapisan pasir dengan batas yang jelas. Pada lokasi SM-4 lempung merupakan lapisan teratas hingga langsung berbatasan dengan pasir pada kedalaman 84 m. Secara lengkap hasil pengolahan dan interpretasi data di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.3 s/d
12 Gambar 6.3 S/d Ada 8 lembar gambar Visio
13 99
14 Sampai dengan bentangan 250 m (target kedalaman > 80 m) hasil survey tahanan jenis belum menunjukkan adanya batuan dasar. Hal ini kemungkinan disebabkan letak batuan dasar berada pada kedalaman lebih dari 100 m. Lapisan lempung secara geologi dikenal sebagai lapisan batuan yang mempunyai sifat impermeabel sehingga sering menjadi lapisan dasar dan atau lapisan penudung dalam suatau aquifer air tanah ataupun reservoir minyak bumi. Sedangkan lapisan pasir merupakan lapisan batuan dengan sifat sangat permeabel dan sering menjadi aquifer air tanah yang baik. Tahanan jenis dan porositas. Dortman (1964) op.cit. Mazac et. al. (1990) memberikan hubungan antara porositas dengan harga tahanan jenis sebagai berikut : P = 33.7 X ρ Dengan menggunkan hubungan Dortman di atas maka lapisan batuan yang ada di daerah penelitian mempunyai porositas sebagai berikut : Lapisan ρ (Ohmm) Porositas (%) Lempung 1, ,07 33,7 Pasir/pasir lempungan 29,2 48,5 11,91 13,64 Tahanan jenis dan permeabilitas. Mazac et. al, 1990 telah menemukan hubungan langsung antara tahanan jenis batuan dengan permeabilitas. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar Dengan didasarkan pada hubungan Mazac (1990), maka dapat diinterpretasikan harga permeabilitas lapisan batuan di daerah penelitian hasil dari survei tahanan jenis adalah sebagai berikut: 100
15 Lapisan ρ (Ohmm) Permeabilitas (m/s) Lempung 1, x10-9 Pasir 29,2 48,5 2x x10-7 Lapisan lempung secara geologi dikenal sebagai lapisan batuan yang mempunyai sifat impermeabel (tidak meloloskan fluida), sehingga sering menjadi lapisan dasar dan atau lapisan penudung dalam suatu aquifer air tanah ataupun reservoir minyak bumi. Sedangkan lapisan pasir merupakan lapisan batuan dengan sifat permeabel (dapat meloloskan fluida) dan sering menjadi aquifer air tanah yang baik. Gambar 6.11: Hubungan permeabilitas dan resistivitas untuk beberapa jenis batuan (Mazac et. al., 1990). 101
16 Tahanan jenis dan Air Tanah. Lapisan batuan yang berpotensi sebagai akuifer air tanah adalah batuan yang mempunyai porositas dan permeabilitas cukup besar (misalnya lapisan pasir/batupasir). Hasil survey dan interpretasi tahanan jenis di daerah penelitian menunjukkan lapisan batuan yang berpotensi sebagai akuifer air tanah adalah di lokasi SM-1 pada kedalaman > 108,6 m, SM-3 pada kedalaman > 37,2 m dan SM-4 pada kedalaman > 84,4 m. Dari data tersebut menunjukkan bahwa di daerah penelitian mempunyai akuifer air tanah yang relatif dalam, karena lapisan permukaannya mempunyai lapisan lempung yang tebal (37,2 108,6 m). Berdasarkan pengamatan geologi regional dan hasil pengukuran tahanan jenis, di lokasi penelitian tidak diketemukan struktur patahan sehingga dapat di katakan sebagai daerah yang stabil. Korelasi antar lapisan batu lempung yang berbatasan dengan batu pasir yang dimungkinkan oleh hubungan menjari meskipun sebagian ada yang merupakan perlapisan. Hasil analisis geolistrik ini secara lengkap juga dapat dilihat pada Tabel 6.3, sedangkan aktivitas pengambilan data analisis geolistrik dapat dilihat pada foto 1 dan foto
17 Foto 1: Persiapan di lapangan untuk analisis Foto 2: Aktivitas pengukuran tahanan jenis batuan Penilaian Peringkat/Ranking Calon Lokasi PPL-B3 Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan di sekitar landfill, maka landfill harus ditempatkan pada lokasi yang memenuhi kriteria-kriteria persyaratan yang telah ditetapkan dan diupayakan untuk ditempatkan pada lokasi terbaik sebagai pusat pengelolaan limbah B3 agar dampaknya dapat diminimalisasikan. Untuk menentukan lokasi terbaik di suatu wilayah, perlu dilakukan survai dan analisis calon lokasi. Kemudian dengan memperhatikan syaratsyarat lokasi PPL-B3 dan hasil analisis dari tiap-tiap calon lokasi ditabelkan untuk penilaian. Kriteria penilaian harus ditentukan 103
18 dengan jelas dan setiap parameter kondisi wilayah diberikan nilai yang sesuai dengan kondisi yang ada. Setelah semua parameter kondisi fisik wilayah diberi nilai, kemudian nilai dari setiap calon lokasi dijumlahkan. Calon lokasi yang mempunyai nilai tertinggi merupakan calon lokasi terbaik PPL-B3 di wilayah tersebut. Contoh penilaian dapat dilihat pada Tabel
19 Tabel 6.4. Hasil Analisis Geolistrik di Lokasi Penelitian No Lokasi (Titik pengukuran) Jenis Batuan Kedalaman (m) Porositas (%) Permeabilitas (m/s) Sifat Lapisan Potensi Air Tanah Arah Aliran Air Tanah Arah Aliran Air Permukaan SM-3 1 SM1 lempung x10-9 impermeabel Pada kedalaman >108.6 m TA SM-1 pasir > permeabel SM-2 SM-4 2 SM2 lempung x10-9 impermeabel TA TA 3 SM3 lempung x10-9 impermeabel Pada kedalaman pasir > permeabel > 37.2 m TA 4 SM4 lempung x10-9 impermeabel Pada kedalaman Pasir > 84,4 > 84,4 m TA Keterangan: Titik pengukuran Arah aliran air permukaan Catatan : TA = Tidak Ada. Sumber : Hasil Analisis Lokasi
20 Tabel 6.5 : Contoh Tabel Penilaian Kondisi Fisik Wilayah Persyaratan Kondisi Fisik Lokasi Landfill Sesuai Kep. Kepala Bapedal No. 04/BAPEDAL/09/1995 Nilai Kondisi Fisik Calon Lokasi Lokasi I Lokasi II Lokasi III 1. Daerah yang bebas dari banjir seratus tahunan Geologi lingkungan: a. Litologi batuan dasar adalah batuan sedimen berbutir sangat halus (seperti serpih, batu lempung), batuan beku, atau batuan malihan yang bersifat kedap air (k <10-9 m/detik), tdk berongga, tdk bercelah dan tdk berkekar intensif. b. Bukan daerah berpotensi bencana alam: longsoran, bahaya gunung api, gempa bumi & patahan aktif Hidrogeologi: a. Bukan daerah resapan (recharge) air tanah tidak tertekan yang penting dan air tanah tertekan. b. Dihindari lokasi yang di bawahnya terdapat lapisan air tanah (aquifer). Jika di bawah lokasi tersebut terdapat lapisan air tanah maka jarak terdekat lapisan tersebut dengan bagian dasar landfill adalah 4 meter Hidrologi Permukaan: a. Bukan daerah genangan air, b. Berjarak min 500 m dari: aliran sungai yang mengalir spj tahun, danau, waduk untuk irigasi pertanian dan air bersih lklim dan curah hujan: Diutamakan lokasi dengan : 1. Curah Hujan : kecil, daerah kering; 2. Angin : kec. tahunan rendah, berarah dominan ke daerah tidak berpenduduk / berpenduduk jarang Kesesuaian dengan RTRW yg ada Kesuburan tanah Merupakan tanah kosong yang tidak subur, tanah pertanian yang kurang subur, atau lokasi bekas pertambangan yang telah tidak berpotensi dan sesuai dengan rencana tata ruang baik untuk peruntukan industri atau tempat penimbunan limbah. 8. Flora dan fauna: a. Flora : daerah dng kesuburan rendah, tidak ditanami tanaman yang mempunyai nilai ekonomi dan bukan daerah/kawasan lindung; b. Fauna : bukan daerah margasatwa/cagar alam Keterangan Nilai : Total Nilai : Tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan; 1 : Dapat dimodifikasi/diubah fungsinya/tidak menimbulkan dampak yang besar; 2 : Cukup memenuhi persyaratan; 3 : Memenuhi persyaratan yang diperlukan; 4 : Sangat memenuhi persyaratan yang diperlukan
Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah
Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah 1. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga, yaitu: a. Kelayakan regional Kriteria yang digunakan
Lebih terperinciGEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata
GEOFISIKA EKSPLORASI [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi serta bagaimana cara mendeteksinya di dalam bumi dan di permukaan
Lebih terperinciIdentifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)
Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air tanah merupakan sumber daya yang sangat bermanfaat bagi semua makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan berbagai cara untuk memenuhi
Lebih terperinciIdentifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango
Identifikasi Daya Dukung Batuan untuk Rencana Lokasi Tempat Pembuangan Sampah di Desa Tulaa, Bone Bolango Ahmad Zainuri 1) dan Ibrahim Sota 2) Abstrak: Masalah sampah adalah masalah klasik yang sudah lama
Lebih terperinciDinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)
PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI SCHLUMBERGER (Jorong Tampus Kanagarian Ujung Gading Kecamatan Lembah Malintang Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat) Arif
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Interpretasi Lapisan Akuifer Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Di Kampung Horna Baru Dan Kampung Muturi Distrik Manimeri Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat Karmila Laitupa, Putri Nova H.D,
Lebih terperincipenyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Interaksi antara air tanah dengan struktur geologi
5 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Hidrogeologi Ilmu yang mempelajari interaksi antar struktur batuan dan air tanah adalah hidrogeologi. Dalam prosesnya ilmu ini juga berkaitan dengan disiplin ilmu fisika dan kimia
Lebih terperinciANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA
ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA Virman 1), Paulus G.D. Lasmono 1) dan Muhammad Altin Massinai 2) 1) Jurusan MIPA, Program Studi Fisika Uncen Jayapura
Lebih terperinciPENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:
66 Jurnal Sangkareang Mataram PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA Oleh: Sukandi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Nusa
Lebih terperinciInterpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik
Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat daya hantar listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya
Lebih terperinciRustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia
IDENTIFIKASI AKUIFER AIRTANAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI DESA OU KECAMATAN SOJOL IDENTIFICATION GROUNDWATER AQUIFERS METHOD USING GEOELECTRIC DISTRICT IN THE VILLAGE OU SOJOL Rustan Efendi
Lebih terperinci, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10
IDENTIFIKASI ZONA BIDANG GELINCIR DAERAH RAWAN LONGSOR HASIL PROSES TEKTONISME KOMPLEKS DI DISTRIK NAMROLE, KABUPATEN BURRU SELATAN, PULAU BURRU, MALUKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS KONFIGURASI
Lebih terperinciMENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI
MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI Mando Parhusip 1, Riad Syech 2, Sugianto 2 e-mail:mandoparhusip89@gmail.com
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG Novi Wulandari N, Sujito, Daeng Achmad Suaidi Jurusan Fisika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
digilib.uns.ac.id 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Kelistrikan Suatu Batuan Sifat kelistrikan yang terdapat di bumi dapat dimanfaatkan untuk membantu penelitian geolistrik. Aliran arus listrik di dalam
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012,
IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012, bertempat di daerah Karawang, Kecamatan Ambarawa, Kab. Pringsewu. Sedangkan pengolahan
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
TEKNIK PENDUGAAN SEBARAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK DI KAWASAN PERKOTAAN Nanang Saiful Rizal, 1*, Totok Dwi Kuryanto 2*. 1,2 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan tahanan jenis dilakukan dengan cara mencatat nilai kuat arus yang diinjeksikan dan perubahan beda potensial yang terukur dengan menggunakan konfigurasi wenner. Pengukuran
Lebih terperinciBAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA
KLO-68 KLO-5 KLO-18 KLO-55 KLO-113 KLO-75 KLO-110 KLO-3 KLO-51 KLO-96 KLO-91 KLO-14 KLO-192 KLO-41 KLO-185 KLO-45 KLO-76 KLO-184 KLO-97 KLO-129 KLO-17 KLO-112 KLO-100 KLO-43 KLO-15 KLO-111 KLO-90 KLO-12
Lebih terperincisenyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah baik di dalam maupun permukaan bumi ataupun diluar permukaan bumi karena tanahnya yang subur dan fenomena struktur
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung mulai dari Hulu sampai hilir. Lokasi Penelitian meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kotamadya Bogor dan Kota Administratif
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN Eka Ayu Tyas Winarni 1, Darsono 1, Budi Legowo 1 ABSTRAK. Identifikasi
Lebih terperinciREVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH
REISI, 1801017 PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH anata Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit
Lebih terperinciPEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN. Mardiah 1, Franto 2
PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN Mardiah 1, Franto 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung Abstrak Keterbatasan
Lebih terperinciPOLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG
Jurnal Fisika Vol. 3 No. 1, Mei 2013 95 POLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG D. G. Pryambodo 1, *, M. Hasanudin 2 1 Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir, KKP Jl.
Lebih terperinciIdentifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi
2016 Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa (Identification of aquifer distribution using geoelectrict resistivity method at Bora Village, Sigi Biromaru District,
Lebih terperinciJURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) ( X Print) B-29
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.2, (2017) 25280-51258 (2301-928X Print) B-29 Identifikasi Sebaran Aliran Air Bawah Tanah (Groundwater) dengan Metode Vertical Electrical Sounding (VES) Konfigurasi
Lebih terperinciINTERPRETASI LAPISAN BATUAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN ANALISIS DATA GEOLISTRIK
INTERPRETASI LAPISAN BATUAN BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN ANALISIS DATA GEOLISTRIK Abdul Mukaddas* * Abstract The research aim is to procure lithology and depth rock that has ater potentially contaned by
Lebih terperinciPENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)
Jurnal Fisika Vol. 3 No. 2, Nopember 2013 117 PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI) Munaji*, Syaiful Imam, Ismi Lutfinur
Lebih terperinciAPLIKASI TEKNOLOGI EKSPLORASI UNTUK MEMAHAMI KONDISI AIR TANAH DI DAERAH PADANG LUAS KABUPATEN TANAH LAUT
APLIKASI TEKNOLOGI EKSPLORASI UNTUK MEMAHAMI KONDISI AIR TANAH DI DAERAH PADANG LUAS KABUPATEN TANAH LAUT Teguh Prayogo Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral, BPPT Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta Pusat Abstract
Lebih terperinciISBN : Oleh: Ir. Setiyono, MSi
ISBN : 979-8465-25-3 Oleh: Ir. Setiyono, MSi Email : setiyonoi@hotmail.com Diterbitkan Oleh : Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Sambengwetan Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dan Laboratorium Fisika Eksperimen MIPA Unsoed pada bulan
Lebih terperinciJurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 111 119 ISSN: 2085 1227 Penyebaran Batuan Situs Purbakala Candi Palgading di Dusun Palgading, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik,
Lebih terperinciPOTENSI SUMBERDAYA AIR TANAH DI SURABAYA BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
POTENSI SUMBERDAYA AIR TANAH DI SURABAYA BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK TAHANAN JENIS Oleh : Mardi Wibowo *) Abstrak Surabaya merupakan salah satau kota terbesar di Indonesia dan sebagai pusat kegiatan
Lebih terperinciANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER
ANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER Juandi M. 1, Adrianto Ahmad 2, Muhammad Edisar 1,Syamsulduha 3 1.Jurusan Fisika FMIPA UR, 2. Fakultas Teknik UR, 3Jurusan Matematika FMIPA UR Kampus
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi
BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR
IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR Edu Dwiadi Nugraha *, Supriyadi, Eva Nurjanah, Retno Wulandari, Trian Slamet Julianti Jurusan Fisika
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun tahapan yang dilakukan teruraikan
BAB III METODA PENELITIAN Dalam penelitian, ada bebarapa tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun tahapan yang dilakukan teruraikan dalam diagram alur seperti di bawah ini 31
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan. Manusia akan memanfaatkan Sumberdaya yang ada di Lingkungan. Salah satu sumberdaya
Lebih terperinciIdentifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor
Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor Muhamad Lutfi Ramadhan 1, Sevi Maulinadya Prawita 1, Nanda Wening
Lebih terperinciMETODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR
METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR Hendra Bahar Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan Institut Teknologi Adhi Tama
Lebih terperinciIDENTIFIKASI JENIS BATUAN BAWAH PERMUKAAN SEBAGAI KAJIAN AWAL PERENCANAAN PEMBUATAN PONDASI BANGUNAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS
IDENTIFIKASI JENIS BATUAN BAWAH PERMUKAAN SEBAGAI KAJIAN AWAL PERENCANAAN PEMBUATAN PONDASI BANGUNAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS Hadi Imam Sutaji Jurusan Fisika, FST, Universitas Nusa Cendana, Jl.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Penelitian dilakukan di Desa Gerbosari,
Lebih terperinciPEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH
PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH anata Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Jl. Majapahit No. 62 Mataram
Lebih terperinciDETEKSI KEBERADAAN AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE IP2Win DAN ROCKWORK 2015
DETEKSI KEBERADAAN AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE IP2Win DAN ROCKWORK 2015 Eva Rolia, Agus Surandono Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara No. 166 Kota Metro
Lebih terperinciPengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)
Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography) Heni Dewi Saidah, Eko Andi Suryo, Suroso Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pengolahan dan interpretasi data geofisika untuk daerah panas bumi Bonjol meliputi pengolahan data gravitasi (gaya berat) dan data resistivitas (geolistrik)
Lebih terperinciBab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data
Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data IV.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di daerah Kampung Kondang dan Cirikip, Desa Cinyasag, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis,
Lebih terperinciSURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.
SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB. BENGKULU UTARA Oleh: Arif Ismul Hadi, Suhendra, Robinson Alpabet Jurusan Fisika
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pemodelan fisik menunjukkan bahwa konfigurasi elektroda yang sensitif
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian Hasil pemodelan fisik menunjukkan bahwa konfigurasi elektroda yang sensitif terhadap perubahan tahanan jenis batuan untuk model longsoran adalah konfigurasi
Lebih terperinciPEMETAAN POTENSI AIRTANAH DALAM MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI KABUPATEN PONOROGO SEBAGAI ANTISPASI BENCANA KEKERINGAN
PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DALAM MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI KABUPATEN PONOROGO SEBAGAI ANTISPASI BENCANA KEKERINGAN Sorja Koesuma, Sulastoro, Sarjoko Lelono, dan Agus Prijadi Saido Pusat Studi Bencana,
Lebih terperinciSURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO
SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO Rosmiati S, Pariabti Palloan, Nasrul Ihsan Prodi Fisika Jurusan Fisika FMIPA
Lebih terperinciPEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU
PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU M. Imron Rosyid *), Siti Zulaikah **), Samsul Hidayat **) E-mail: imronpoenya@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia mengalami serangkaian bencana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia mengalami serangkaian bencana bumi, dimulai dari letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami karena wilayah nusantara dikepung
Lebih terperinciInterpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1
Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99 INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN ZONA KERENTANAN LONGSOR DI DESA GERBOSARI, KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS Salwah, Syamsuddin, Maria*) *) Program Studi Geofisika FMIPA Unhas salwahasruddin@yahoo.com SARI BACAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat proses geologi yang siklus kejadiannya mulai dari sekala beberapa tahun hingga beberapa
Lebih terperinciIDENTIFIKASI AKUIFER DI ZONA PATAHAN OPAK PASCA GEMPA YOGYAKARTA 2006 DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER
Identifikasi Akuifer. (Fifi Erfiayanti Prihastiwi) 82 IDENTIFIKASI AKUIFER DI ZONA PATAHAN OPAK PASCA GEMPA YOGYAKARTA 2006 DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER AQUIFER IDENTIFICATION IN OPAK
Lebih terperinciCara arus mengalir di bumi Elektronik (Ohmik) Arus mengalir lewat media padat (logam, batuan, dll.)
1 I. PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi endapan bahan galian. Meskipun eksplorasi mineral sudah dilakukan semenjak ratusan tahun yang lalu tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup. Namun secara alamiah Indonesia menghadapi kendala dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciPOTENSI AIR TANAH DAERAH KAMPUS UNDIP TEMBALANG. Dian Agus Widiarso, Henarno Pudjihardjo *), Wahyu Prabowo**)
POTENSI AIR TANAH DAERAH KAMPUS UNDIP TEMBALANG Dian Agus Widiarso, Henarno Pudjihardjo *), Wahyu Prabowo**) Abstract Provision of clean water in an area need both now and future dating. Provision of clean
Lebih terperinciBAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA
PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN
Lebih terperinciJurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN
INVESTIGASI BIDANG GELINCIR PADA LERENG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DUA DIMENSI (Studi Kasus: Kelurahan Lumbung Bukit Kecamatan Pauh Padang) Muhammad Iqbal Sy, Arif Budiman Jurusan Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah mengalami perkembangan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Perkembangan yang terjadi meliputi infrastruktur hingga
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT
IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin Jl. Perintis
Lebih terperinciBAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS
BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS Metode resistivitas atau metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui sifat fisik batuan, yaitu dengan melakukan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik. Pada daerah di sekitar batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara garis besar di wilayah pesisir teluk Ambon terdapat dua satuan morfologi, yaitu satuan morfologi perbukitan tinggi dan satuan morfologi dataran pantai. Daerah
Lebih terperinciBAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro
BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Lebih terperinciPROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)
ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 14 No. 2 Oktober 2009 PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)
Lebih terperinciANALISIS SIFAT KONDUKTIVITAS LISTRIK PADA BEBERAPA JENIS MATERIAL DENGAN METODE POTENSIAL JATUH. Said, M.
ANALISIS SIFAT KONDUKTIITAS LISTRIK PADA BBRAPA JNIS MATRIAL DNGAN MTOD POTNSIAL JATUH ISSN : 1858-330X Said, M. Jurusan Fisika Universitas Islam Negeri Makassar ABSTRAK Telah dilakukan pengukuran konduktivitas
Lebih terperinciPOLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER
Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi April 206. ISSN.42-2960 POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA
BAB III METODOLOGI 3.1 Prinsip Pemilihan TPA Salah satu kendala pembatas dalam peneterapan metoda pengurugan sampah dalam tanah, misalnya metoda lahan-urug, adalah pemilihan lokasi yang cocok baik dilihat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sumber daya air merupakan bagian dari sumber daya alam yang mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan sumber daya alam lainnya. Air adalah sumber daya yang terbaharui,
Lebih terperinciUSULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SURVEY GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR TANAH SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KAWASAN TELUK, BANDARLAMPUNG BIDANG KEGIATAN: PKM Penelitian Diusulkan oleh:
Lebih terperinciSTUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR
STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR Rahma Hi. Manrulu 1, Aryadi Nurfalaq 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 rahma_manrulu@yahoo.com 1 Telah dilakukan penelitian untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. geolistrik dengan konfigurasi elektroda Schlumberger. Pada konfigurasi
3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Pengambilan Data Lapangan Pada penelitian ini pengambilan data di lapangan menggunakan metode geolistrik dengan konfigurasi elektroda Schlumberger. Pada konfigurasi Schlumberger
Lebih terperinciModul Pelatihan Geolistrik 2013 Aryadi Nurfalaq, S.Si., MT
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS A. PENGANTAR Prinsip dasar metode ini adalah menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi menggunakan dua buah elektroda arus, kemudian mengukur beda potensial melalui dua
Lebih terperinciTPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk
Lebih terperinciPENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS
PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS Erwin, Pariabti Palloan, A. J. Patandean Prodi Fisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar Jl.
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :
Identifikasi Intrusi Air Laut Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas 2D Konfigurasi Wenner-Schlumberger di Pantai Tanjung Gondol Kabupaten Bengkayang Victor Hutabarat a, Yudha Arman a*, Andi Ihwan
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. Bab ini akan menjelaskan bebarapa tahapan yang dilakukan untuk
BAB III METODA PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan bebarapa tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan teruraikan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1830, Robert W. Fox berhasil melakukan eksperimen dengan arus alam yang berhubungan dengan endapan inti sulfida di Cornwall, Inggris. Hingga beberapa dekade
Lebih terperinciFOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014
FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014 Aplikasi Geolistrik Resistivitas untuk Mengetahui Distribusi Tahanan Jenis dalam Investigasi Potensi Bencana Longsor di Perbukitan
Lebih terperinciOleh : Dwi Wahyu Pujomiarto. Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Abstrak
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK MENGIDENTIFIKASI LAPISAN AKUIFER DI DESA SLAMPAREJO KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG Oleh : Dwi Wahyu Pujomiarto Jurusan Fisika Fakultas
Lebih terperinciANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK
ISSN 978-5283 Juandi 2008: 2 (2) ANALISIS AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK Juandi Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 2,5 Simp. Panam Pekanbaru, 2893 Telp/Fax (076) 63273
Lebih terperinciCristi * ), Kerista Sebayang * ), Mester Sitepu ** ) Departemen Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, MEDAN
STUDI INTRUSI AIR LAUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE- DIPOLE DI KAWASAN DESA LUBUK SABAN KECAMATAN PANTAI CERMIN PROVINSI SUMATERA UTARA Cristi * ), Kerista Sebayang * ), Mester
Lebih terperinciOptimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D
Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D Makhrani* * ) Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin E-mail : rani_anshar@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kupang, Oktober Penulis
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih
Lebih terperinciEKSPLORASI SUMBERDAYA AIR TANAH DI DAERAH HANDIL BABIRIK KABUPATEN TANAH LAUT
EKSPLORASI SUMBERDAYA AIR TANAH DI DAERAH HANDIL BABIRIK KABUPATEN TANAH LAUT Oleh : Teguh Prayogo Peneliti Bidang Geografi Fisik di Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral, BPPT Abstract Ground water is water
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK 1-DIMENSI DI DESA SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER
IDENTIFIKASI POTENSI AIR BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK 1-DIMENSI DI DESA SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh REDY HARTANTO NIM 051810201055 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :
Pendugaan Bidang Gelincir Tanah Longsor di Desa Aruk Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas dengan Menggunakan Metode Tahanan Jenis Ezra Andwa Heradian 1), Yudha Arman 1)* 1) Program Studi Fisika, Fakultas
Lebih terperinciBab II Metoda Geolistrik Tahanan Jenis 2D
Bab II Metoda Geolistrik Tahanan Jenis D Metoda Geolistrik tahanan jenis merupakan salah satu metoda geolistrik yang sering digunakan dalam survei geofisika untuk eksplorasi yang relatif dangkal, diantaranya
Lebih terperinci