DETEKSI CEMARAN Escherichia coli PADA DAGING BURGER PENJUAL KAKI LIMA DI DESA KOPELMA DARUSSALAM DAN RESTORAN CEPAT SAJI DI BANDA ACEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DETEKSI CEMARAN Escherichia coli PADA DAGING BURGER PENJUAL KAKI LIMA DI DESA KOPELMA DARUSSALAM DAN RESTORAN CEPAT SAJI DI BANDA ACEH"

Transkripsi

1 DETEKSI CEMARAN Escherichia coli PADA DAGING BURGER PENJUAL KAKI LIMA DI DESA KOPELMA DARUSSALAM DAN RESTORAN CEPAT SAJI DI BANDA ACEH Bunga Fatimah Ademi dan Tristia Rinanda Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan membandingkan tingkat cemaran Escherichia coli pada daging burger yang dijual di kaki lima di Desa Kopelma Darussalam dan restoran cepat saji di Banda Aceh. Metode yang digunakan adalah metode Most Probable Number (MPN) yang terdiri dari tes perkiraan (Presumptive Test), tes penegasan (Confirmative Test) dan tes pelengkap (Completed Test). Sampel penelitian ini adalah daging burger dari 5 penjual burger kaki lima di Desa Kopelma Darussalam dan daging burger dari 5 restoran cepat saji di Banda Aceh dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Pengambilan sampel dilakukan tiga kali dengan interval waktu 1 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengambilan pertama didapatkan cemaran E. coli pada 40% sampel daging burger penjual kaki lima dan 60% sampel daging burger restoran cepat saji. Pada pengambilan kedua diperoleh 100% sampel daging burger penjual kaki lima dan sampel daging burger restoran cepat saji tercemar E. coli. Pada pengambilan ketiga didapatkan 100% sampel daging burger penjual kaki lima dan 80% sampel daging burger restoran cepat saji tercemar E. coli. Hasil positif pada sampel yang diperoleh tidak memenuhi syarat berdasarkan Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003. Nilai rata-rata MPN E. coli pada sampel daging burger penjual kaki lima lebih tinggi dibandingkan dengan sampel daging burger restoran cepat saji. (JKS 2011; 3: ) Kata Kunci: Escherichia coli, daging burger, penjual burger kaki lima Abstract. The aim of this study was to determine and compare the contamination rate of Escherichia coli in meat burger of stalls in Kopelma Village of Darussalam and fast-food restaurants in Banda Aceh. This study conducted by Most Probable Number (MPN) method, which consist of presumptive test, confirmative test and completed test. Samples of this study were meat burgers from 5 stalls in Kopelma Village of Darussalam and meat burgers from 5 fast-food restaurants in Banda Aceh which was taken by total sampling method. The samples were taken three times within the interval period of one week. Data was presented descriptively. The result shown that the first sampling obtained 40% of meat burger samples of stalls and 60% of meat burger samples of fast-food restaurants was contaminated by E. coli. In the second sampling acquired 100% of samples was contamined by E. coli in both stalls s and fast-food restaurants s. In the third sampling earned 100% meat burger samples of stalls and 80% meat burger samples of fast-food restaurants was contaminated by E. coli. All positive results were not qualify the provisions of Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003. The average value of MPN E. coli was higher in meat burger samples of stalls than fast-food restaurants. (JKS 2011; 3: ) Key words: Escherichia coli, meat burger, stall, fast-food restaurant I. Pendahuluan Penyakit bawaan makanan (foodborne disease) biasanya bersifat toksik maupun infeksius dan disebabkan oleh agen penyakit yang masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Beberapa agen penyakit Bunga Fatimah Ademi adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Tristia Rinanda adalah Dosen Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala atau bakteri yang paling sering menyebabkan penyakit bawaan makanan adalah Salmonella, Clostridium, Staphylococcus dan Escherichia coli. Escherichia coli dapat masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui konsumsi pangan yang tercemar, misalnya daging mentah, daging yang dimasak setengah matang, susu mentah dan cemaran fekal pada air dan pangan 1. Keberadaan E. coli pada daging yang tidak matang sepenuhnya dapat menyebabkan 134

2 JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 3 Desember 2011 keracunan, karena bakteri tersebut dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dalam tubuh kita. Hanya perlu 10 E. coli hidup dalam burger untuk dapat menyebabkan keracunan makanan 2. Burger adalah salah satu makanan cepat saji yang saat ini banyak dikonsumsi. Burger yang kaya akan karbohidrat, lemak dan protein merupakan makanan impor yang cocok dengan selera lidah masyarakat Indonesia. Sekarang ini banyak orang yang gemar mengkonsumsi burger, mulai anakanak, mahasiswa sampai orang tua. Khususnya bagi mahasiswa, burger biasanya menjadi makanan jajanan yang sering dikonsumsi oleh karena rasanya yang enak dan mudah untuk mendapatkannya. Menurut penelitian, 15%-20% dari 471 remaja di Jakarta mengkonsumsi fried chicken dan burger sebagai makan siang 3,4. Perkembangan makanan cepat saji yang sangat cepat, seperti burger, yang kini banyak dikonsumsi oleh kalangan masyarakat, menyebabkan penjual burger tidak lagi memperhatikan kebersihan atau kualitas dari daging burger tersebut. Hal ini dapat dilihat dari segi pengolahan dan penyajian yang tidak higienis. Lokasi penjualan burger, terutama di kaki lima, umumnya terletak dekat dengan parit atau selokan yang terdapat lalat sebagai vektor perantara 3. Saat ini penjualan burger di Banda Aceh semakin ramai baik penjualan burger kaki lima maupun restoran cepat saji, namun sejauh ini belum ada yang melakukan penelitian terhadap kualitas dari burger terutama daging burger yang dijual. Penelitian dilakukan terhadap daging burger yang dijual oleh penjual burger kaki lima di Desa Kopelma Darussalam yang merupakan kawasan ramai mahasiswa dan pelajar karena terdapat beberapa universitas dan sekolah, dan akan dibandingkan dengan kualitas daging burger restoran cepat saji di Banda Aceh yang diketahui sebagai tempat penjualan makanan yang sudah memiliki izin dari instansi pengawasan makanan terkait. II. Metode Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga Februari 2012 dimana sampel penelitian berupa daging burger dari 5 penjual burger kaki lima di Desa Kopelma Darussalam dan 5 restoran cepat saji di Banda Aceh diteliti di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. Cemaran E. coli pada sampel dideteksi dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN) dengan seri tabung 7 (5-1-1). Sampel makanan dibeli dari pedagang sebanyak satu porsi, kemudian dibayar sebagaimana biasa untuk mencegah kemungkinan diberikannya contoh yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Sampel makanan dimasukkan ke dalam beaker glass yang sudah disterilkan, diberi kode dan tanggal pengambilan. Pengiriman dilakukan secepatnya dan sampai di laboratorium dalam waktu maksimal 24 jam. Sampel makanan harus diletakkan dalam wadah kedap udara dengan suhu dibawah 8ºC saat dibawa. Pemeriksaan MPN terdiri dari tes perkiraan ( presumptive test) pada media Lactose Broth, tes penegasan (confirmative test)pada media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) 2% serta tes pelengkap (completed test) dengan penanaman pada media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA). Hasil positif pada uji pelengkap dicocokkan dengan tabel MPN. Pewarnaan Gram juga dilakukan sebagai uji lanjutan dari tes pelengkap. Higiene sanitasi dari penjual burger akan dinilai melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi berupa checklist yang menyatakan 2 jawaban, yaitu Ya dan Tidak. Checklist ini berisi ketentuan-ketentuan higiene dan sanitasi makanan menurut Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003. III. Hasil dan Pembahasan Tes Perkiraan (Presumptive Test) Hasil dari tes perkiraan menunjukkan bahwa hampir semua sampel menunjukkan hasil positif baik pada pengambilan pertama, kedua dan ketiga. Hanya satu sampel yaitu sampel D yang menunjukkan 135

3 Bunga Fatimah Ademi dan Tristia Rinanda, Deteksi Cemaran hasil negatif dimana didapatkan tidak terbentuknya gas berupa gelembung udara pada tabung Durham. Hasil positif diperoleh apabila terjadi pembentukan gas berupa gelembung pada tabung Durham sebanyak minimal 10% dari volume tabung Durham. Hal ini disebabkan oleh proses fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coliform yang menghasilkan gas dan asam 5. Tes Penegasan (Confirmative Test) Tes penegasan dilakukan untuk memisahkan E. coli dari bakteri coliform non fecal yang tidak dapat hidup pada suhu 44ºC 6. Hasil positif ditandai dengan pembentukan gelembung gas pada tabung Durham. Berdasarkan tes penegasan yang telah dilakukan, hasil positif pada daging burger penjual kaki lima pada pengambilan pertama adalah sebanyak 2 sampel yaitu daging burger A dan C (40%), kemudian pada pengambilan kedua dan ketiga keseluruhan sampel (100%) menunjukkan hasil positif. Hasil positif tes penegasan pada daging burger di restoran cepat saji pada pengambilan pertama adalah sebanyak 3 sampel yaitu P, Q, dan R (60%), sedangkan pada pengambilan kedua sebanyak 100% dimana semua sampel menunjukkan hasil positif dan pada pengambilan ketiga didapatkan 4 sampel menunjukkan hasil positif yaitu P, R, S, dan T (80%). Pada tes penegasan yang telah dilakukan juga diperoleh beberapa sampel daging burger yang menunjukkan hasil positif pada tes perkiraan ternyata memiliki hasil negatif pada tes penegasan. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung bakteri golongan coliform non fecal yang tidak bertahan ketika diinkubasi dengan suhu 44ºC 6. Hasil positif pada tes penegasan dikonfirmasikan pada tabel Most Probable Number (MPN). Hasil MPN E. coli pada daging burger kaki lima di Desa Kopelma Darussalam dan restoran cepat saji di Banda Aceh yang dinilai berdasarkan Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu memenuhi syarat (MS) dan tidak memenuhi syarat (TMS) dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan 3.2. Tabel 3.1 Hasil MPN E. coli pada Daging Burger Kaki Lima di Desa Kopelma Darussalam Pengambilan Pertama Pengambilan Kedua Pengambilan Ketiga Daging MPN E. MPN E. MPN E. Burger coli/ 100 Keterangan coli/ 100 Keterangan coli/ 100 Keterangan ml ml ml A 2,2 TMS 28 TMS 12 TMS B 0 MS 4,4 TMS 240 TMS C 5 TMS 5 TMS 96 TMS D - MS 7,6 TMS 2,2 TMS E 0 MS 2,2 TMS 7,5 TMS Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat Tabel 3.2 Hasil MPN E. coli pada Daging Burger Restoran Cepat Saji di Banda Aceh Pengambilan Pertama Pengambilan Kedua Pengambilan Ketiga Daging MPN MPN MPN Burger E. coli/ Keterangan E. coli/ Keterangan E. coli/ Keterangan 100 ml 100 ml 100 ml P 4,4 TMS 2,2 TMS 21 TMS Q 5 TMS 5 TMS 0 MS R 2,2 TMS 12 TMS 21 TMS S 0 MS 7,5 TMS 96 TMS T 0 MS 4 TMS 15 TMS Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat 136

4 JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 3 Desember 2011 Berdasarkan Tabel 3.1, didapatkan bahwa pada pengambilan pertama terdapat 2 sampel (40%) tidak memenuhi syarat dimana nilai MPN E. coli lebih dari nol yaitu sampel A dan C. Pada pengambilan kedua dan ketiga, didapatkan bahwa semua sampel (100%) tidak memenuhi syarat karena semua sampel memiliki nilai MPN E. coli lebih dari nol. Hasil pada Tabel 3.2, menunjukkan bahwa pada pengambilan pertama terdapat 3 sampel daging burger (60%) tidak memenuhi syarat (TMS) yaitu sampel P,Q dan R. Pada pengambilan kedua diperoleh seluruh sampel daging burger (100%) tidak memenuhi syarat, sedangkan pada pengambilan ketiga didapatkan bahwa 4 sampel daging burger (80%) yaitu sampel P,R,S dan T tidak memenuhi syarat. Semua sampel yang tidak memenuhi syarat memiliki nilai MPN E. coli lebih dari nol. Tes Pelengkap (Completed Test) a. Pemeriksaan dengan Media EMBA Eosyn Methylene Blue Agar adalah salah satu media selektif untuk E. coli. Escherichia coli pada EMBA diidentifikasi sebagai koloni bulat, licin dengan warna hijau metalik dan bintik hitam di tengahnya, sedangkan bakteri coliform non fecal akan menghasilkan koloni berwarna merah muda karena menfermentasi laktosa dengan lambat 5,7. Semua sampel positif pada tes penegasan yang ditananam pada media EMBA baik sampel daging burger penjual kaki lima maupun restoran cepat saji menunjukkan koloni dengan bentuk bulat, licin, berwarna hijau metalik dan terdapat bintik hitam di tengah koloni yang merupakan ciri-ciri dari bakteri E. coli. b. Pewarnaan Gram Pewarnaan Gram dilakukan untuk memastikan bahwa bakteri yang tumbuh pada media EMBA adalah E. coli yang terlihat sebagai bakteri Gram negatif pada pemeriksaan dibawah mikroskop. Hasil dari pewarnaan Gram yang dilakukan pada koloni di EMBA dari hasil positif tes penegasan adalah berupa bakteri berbentuk batang dan berwarna merah yang merupakan bakteri ciri-ciri bakteri E. coli. Dari hasil pemeriksaan mikrobiologi yang telah dilakukan pada sampel daging burger dari 5 penjual kaki lima di Desa Kopelma Darussalam dan 5 restoran cepat saji di Banda Aceh hampir semuanya tercemar oleh bakteri E. coli. Pencemaran makanan oleh E. coli tidak terlepas dari alur atau proses pengelolaan makanan mulai dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan, pengangkutan dan penyajian makanan itu sendiri. Menurut Depkes RI tahun 2004, keenam proses tersebut dikenal dengan prinsip higiene sanitasi makanan 8,9. Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan mutunya seperti bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Penyimpanan bahan makanan seperti daging burger harus disimpan pada suhu tertentu menurut lama penggunaan. Apabila daging burger digunakan dalam 3 hari atau kurang, maka suhu penyimpanannya harus -5ºC sampai 0ºC 10,11. Pengolahan makanan yang baik meliputi cara pemasakan yang baik, dimana dari segi waktu dan suhu pemasakan harus diperhatikan. Menurut Depkes RI tahun 1989, bakteri E. coli akan mati pada suhu 60º C dalam waktu 30 menit. Oleh karena itu daging burger harus dimasak diatas suhu 60º C apabila waktu pemasakannya dipersingkat agar E. coli pada daging burger mati. Dalam proses pengolahan makanan, menjaga kebersihan peralatan masak yang digunakan, tempat pengolahan dan kebersihan penjamah makanan menjadi hal yang juga penting untuk diperhatikan. Peralatan masak yang digunakan tidak boleh dicampur adukan fungsi penggunaannya karena dapat menimbulkan kontaminasi 3,10. Tempat pengolahan makanan ini memerlukan sanitasi, baik dari segi kontruksinya, perlengkapan yang ada maupun tata letak perlengkapan yang ada. 137

5 Bunga Fatimah Ademi dan Tristia Rinanda, Deteksi Cemaran Adapun syarat-syarat tempat pengolahan makanan yang baik adalah memenuhi syarat-syarat kesehatan, harus selalu bersih, terlindung dari insekta dan binatang pengerat lainnya 12. Tahap penting lainnya adalah penyajian makanan, karena pada tahap ini mikroorganisme dapat berkembang biak dan dapat mencemari makanan. Menurut penelitian yang dilakukan Djaja (2003), terdapat kontaminasi terhadap makanan disajikan dengan rata-rata sebanyak 12,2% pada beberapa jenis TPM di Jakarta 12,13. Saat penyajian, makanan harus diletakkan pada wadah yang tertutup seperti yang disebutkan dalam Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003. Selain itu, higiene perorangan penjamah makanan juga sangat mempengaruhi terjadinya pencemaran oleh bakteri. Keberadaan bakteri seperti E. coli pada tangan penjamah makanan dapat terjadi karena setelah buang air besar, penjamah makanan tidak mencuci tangan dengan bersih 14. Perbandingan Tingkat Cemaran E. coli pada Daging Burger Kaki Lima di Desa Kopelma Darussalam dan Restoran Cepat Saji di Banda Aceh. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada pengambilan pertama terdapat kontaminasi E. coli pada sampel daging burger penjual kaki lima sebanyak 40% dan pada sampel daging burger restoran cepat saji sebanyak 60% dengan kisaran nilai MPN E. coli pada kedua jenis sampel adalah 2,2/100 ml hingga 5/100 ml. Pada pengambilan kedua didapatkan kontaminasi E. coli sebanyak 100% baik pada sampel daging burger penjual kaki lima maupun pada sampel daging burger restoran cepat saji. Kisaran nilai MPN E. coli pada sampel daging burger penjual kaki lima adalah 2,2/100 ml hingga 28/100 ml dan pada sampel restoran cepat saji adalah 2,2/100 ml hingga 12/100 ml. Pada pengambilan ketiga diperoleh kontaminasi E. coli pada sampel daging burger penjual kaki lima sebanyak 100% dan pada sampel daging burger restoran cepat saji sebanyak 80%. Kisaran nilai MPN E. coli pada sampel daging burger kaki lima adalah sebanyak 2,2/100 ml hingga 240/100 ml, sedangkan pada sampel daging burger restoran cepat saji adalah sebanyak 15/100 ml hingga 96/100 ml. Perbandingan tingkat cemaran E. coli pada sampel daging burger penjual kaki lima di Desa Kopelma Darussalam dan restoran cepat saji di Banda Aceh pada pengambilan pertama, kedua dan ketiga dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 3.3 Tabel 3.3 Perbandingan Tingkat Cemaran E. coli pada Daging Burger Penjual Kaki Lima di Desa Kopelma Darussalam dan Restoran Cepat Saji di Banda Aceh Daging Burger Penjual Kaki Lima Restoran Cepat Saji Pengambilan Pertama Pengambilan Kedua Pengambilan Ketiga 2,2 4, , Persentase 40% 60% MPN E. coli / 100 ml 28 2,2 4,4 5 MPN E. coli / 100 ml ,6 7,5 2,2 4 Persentase 100% 100% MPN E. coli / 100 ml ,2 96 7,5 15 Persentase 100% 80% 138

6 JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 3 Desember 2011 Pemeriksaan yang dilakukan pada pengambilan pertama menunjukkan bahwa lebih banyak sampel daging burger restoran cepat saji yang terkontaminasi E. coli dibandingkan dengan sampel daging burger penjual kaki lima. Selanjutnya pada pengambilan kedua dan ketiga juga menunjukkan bahwa nilai MPN E. coli pada daging burger restoran cepat saji cukup tinggi. Pencemaran daging burger pada restoran cepat saji dapat disebabkan oleh faktor-faktor dalam pengelolaan makanan yang termasuk dalam 6 prinsip higiene sanitasi makanan. Pemilihan daging burger yang tidak berkualitas dan penyimpanan yang kurang baik dapat membuat daging burger rusak dan tercemar oleh bakteri seperti E. coli. Selanjutnya faktor pengolahan makanan seperti cara pemasakan, peralatan serta faktor tangan penjamah makanan pada restoran cepat saji juga sangat mempengaruhi terjadinya pencemaran E. coli. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Djaja (2003), kontaminasi tangan pengolah makanan lebih tinggi pada restoran yaitu sebanyak 18,8% dibandingkan oleh pedagang kaki lima yang sebanyak 12,9%. Kontaminasi bakteri pada tangan penjamah makanan dapat disebabkan penjamah tidak mencuci tangan ataupun tidak menggunakan sarung tangan saat menjamah makanan 9,13. Penggunaan pembungkus seperti kertas untuk penyajian makanan yang biasa digunakan oleh restoran cepat saji dapat juga menjadi sumber pencermaran jika bahan-bahan tersebut tidak dalam keadaan bersih. Meskipun restoran cepat saji merupakan tempat penjualan makanan yang sudah terstandar dan memiliki ijin, pencemaran pada daging burger dapat terjadi pada semua tahap pengolahan makanan mulai dari pemilihan makanan hingga penyajiannya. Oleh karena itu makanan harus dikelola dengan baik agar aman untuk dikonsumsi. Nilai MPN E. coli pada daging burger penjual kaki lima cukup tinggi terutama pada pengambilan kedua dan ketiga. Berdasarkan observasi terhadap 2 prinsip higiene sanitasi makanan pada penjual burger kaki lima, didapatkan bahwa semua penjual tidak memenuhi syarat higiene sanitasi pada tahap pengolahan dan penyajian makanan. Observasi dilakukan dengan menggunakan checklist yang merujuk kepada Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003. Tabel 3.4 Observasi Higiene Sanitasi pada Penjual Burger Kaki Lima di Desa Kopelma Darussalam Pengolahan Daging Burger Penyajian daging Penjual Peralatan Burger Penjamah Makanan Tempat Pengolahan Makanan A TMS TMS TMS TMS B TMS TMS TMS TMS C TMS TMS TMS TMS D TMS TMS TMS TMS E TMS MS TMS TMS Keterangan: MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat Berdasarkan tabel di atas, diperoleh bahwa semua penjual burger kaki lima memiliki higiene dan sanitasi yang tidak memenuhi syarat hampir di semua tahap pengolahan dan penyajian daging burger. Penjual B, C dan D didapatkan tidak menggunakan celemek, tutup kepala, sarung tangan serta tidak mencuci tangan saat menjamah makanan. Penjual A menggunakan sarung tangan tetapi penjual tersebut juga tetap memakai sarung tangannya saat memegang alat-alat lain 139

7 Bunga Fatimah Ademi dan Tristia Rinanda, Deteksi Cemaran seperti kompor. Selanjutnya Penjual E, selain tidak menggunakan celemek, tutup kepala, sarung tangan dan tidak mencuci tangan, penjual ini juga terlihat menggaruk anggota badannya saat menangani makanan. Menurut penelitian Susanna (2003), 85% penjamah makanan tidak menggunakan celemek ketika menjamah makanan dan tidak ada penjamah makanan yang menggunakan tutup kepala pada penelitian yang dilakukan. Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum menangani makanan merupakan sumber pencemaran yang cukup berpengaruh terhadap kebersihan makanan 15,16. Menurut Agustina (2009), terdapat 86,9% dari jumlah 23 responden pedagang makanan jajanan yang diteliti tidak mencuci tangan dan 69,9% tidak menggunakan sarung tangan saat menjamah makanan. Sentuhan tangan merupakan penyebab yang paling umum terjadinya pencemaran makanan. Mikroorganisme yang melekat pada tangan akan berpindah ke dalam makanan dan akan berkembang biak dalam makanan 17. Peralatan yang digunakan oleh penjual A, B, C dan D dicuci dengan air yang ada dalam ember. Hal ini serupa dengan hasil observasi yang dilakukan Agustina (2009) dimana semua pedagang makanan yang diteliti mencuci peralatan dengan cara dicelupkan ke dalam seember air. Menurut Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003, peralatan yang digunakan untuk menangani makanan harus dicuci dengan air mengalir. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa kelima penjual burger kaki lima terletak dekat dengan sumber pencemaran seperti jalan raya, selokan dan terdapat vektor pembawa mikroorganisme seperti lalat. Menurut penelitian yang dilakukan Ginting (2005) terhadap 10 lokasi pedagang burger kaki lima disekitar kampus USU Medan, ternyata seluruh tempat penjualan (100%) berada dekat sumber pencemaran seperti debu, asap dan serangga. Hal ini menjadi faktor yang memungkinkan daging burger yang dijual oleh pedagang kaki lima untuk lebih banyak terkontaminasi oleh bakteri seperti E. coli dibandingkan daging burger restoran cepat saji 3. Menurut Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003, sebuah tempat pengolahan makanan harus memiliki tempat sampah yang tertutup, namun dari observasi yang dilakukan, ternyata semua tempat penjual burger kaki lima memiliki tempat sampah yang terbuka. Hal ini dapat menjadi sumber kontaminasi makanan karena sampah tersebut dapat mendatangkan vektor pembawa mikroorganisme. Pada tahap penyajian didapatkan bahwa semua penjual burger melakukan kontak langsung dengan makanan. Hal ini tidak sesuai dengan higiene dan sanitasi pada makanan menurut Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 yang menyatakan bahwa penyaji tidak boleh melakukan kontak langsung terhadap makanan yang disajikan. Selanjutnya pembungkus yang digunakan untuk menyajikan makanan oleh penjual B dan C tercemar karena diletakkan diatas meja tanpa pelindung. Pembungkus makanan yang tidak disimpan dengan baik atau diletakkan di atas meja dapat terpapar oleh debu yang kemudian dapat mencemari makanan yang disajikan. Tahap lain yang dapat menyebabkan pencemaran E. coli pada makanan adalah pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, penyimpanan makanan masak dan pengangkutan makanan yang merupakan 4 prinsip higiene sanitasi yang tidak dapat diobservasi dalam penelitian ini. Pemilihan dan penyimpanan bahan makanan yang salah dapat menimbulkan pencemaran makanan seperti daging burger. Menurut Djaja (2007) terdapat kontaminasi pada bahan makanan sebanyak rata-rata 40% pada beberapa jenis TPM di Jakarta 13. Angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan angka kontaminasi oleh penjamah makanan maupun kontaminasi pada saat makanan 140

8 JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 11 Nomor 3 Desember 2011 disajikan. Oleh karena itu bahan makanan seperti daging burger seharusnya memiliki kualitas yang baik dan disimpan pada suhu tertentu sesuai dengan lama penggunaannya. Penyimpanan makanan masak dan pengangkutan makanan masak dalam penelitian ini tidak dapat dinilai karena sampel daging burger yang dibeli langsung disajikan oleh pedagang tanpa melalui tahap penyimpanan dan pengangkutan. IV. Kesimpulan Hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel daging burger dari 5 penjual kaki lima di Desa Kopelma Darussalam dan 5 restoran cepat saji di Banda Aceh menunjukkan bahwa pada pengambilan pertama didapatkan 40% sampel daging burger penjual kaki lima dan 60% sampel daging burger restoran cepat saji tercemar E. coli. Pada pengambilan kedua didapatkan 100% sampel daging burger baik dari penjual kaki lima maupun restoran cepat saji tercemar E. coli. Pada pengambilan ketiga didapatkan 100% sampel daging burger penjual kaki lima dan 80% sampel daging burger restoran cepat saji tercemar E. coli. Semua sampel yang tercemar oleh E. coli tidak memenuhi syarat ketentuan Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 dimana ratarata nilai MPN E. coli lebih tinggi pada sampel daging burger penjual kaki lima di Desa Kopelma Darussalam dibandingkan sampel daging burger restoran cepat saji di Banda Aceh. Hasil observasi pada penjual burger kaki lima menunjukkan bahwa semua penjual tidak memenuhi syarat higiene dan sanitasi pada tahap pengolahan dan penyajian makanan. Pencemaran E. coli pada daging burger penjual kaki lima maupun restoran cepat saji dapat terjadi pada semua tahap pengelolaan makanan, mulai dari pemilihan bahan makanan sampai pada tahap penyajiannya. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan higiene dan sanitasi baik pada penjual kaki lima maupun restoran cepat saji dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor penyebab dan sumber pencemaran bakteri E. coli pada daging burger yang dijual oleh penjual kaki lima maupun restoran cepat saji serta penelitian lebih lanjut tentang proses pengolahan daging burger pada restoran cepat saji secara lebih spesifik. V. Daftar Pustaka 1. BPOM RI Pengujian Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Info POM. 9(2) pp Umasangaji, MS Keracunan Makanan. Skripsi. Ternate: Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan 3. Ginting, EP Kandungan Bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. pada Daging Burger yang Dijual di Sekitar Kampus USU Medan Tahun Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara 4. Heryanti, E Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (fast food modern), Aktivitas Fisik, dan Faktor Lainnya Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Penghuni Asrama UI Depok Tahun Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 5. Shodikin, MA Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Es yang Digunakan oleh Pedagang Kaki Lima di Sekitar Kampus Universitas Jember. Biomedis 1 (1) pp Widiyanti, NLPM., Ristianti, NP Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan 3(1) pp Marlina, ET., Harlia, E., Astuti, YH Evaluasi Jumlah Bakteri Kelompok Koliform pada Susu Perah di TPS Cimanggung Tandangsari. Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan pp Husain, Albasar, MI Keberadaan Escherichia coli Pada Makanan Siap Saji 141

9 Bunga Fatimah Ademi dan Tristia Rinanda, Deteksi Cemaran Di Instalasi Gizi Badan Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk Kabupaten Banggai. Skripsi. Luwuk : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk 9. Purnamasari, IA Hygiene Sanitasi dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia coli Pada Es Krim Yang Dijajakan di Kecamatan Medan Petisah Kota Medan Tahun Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 10. Kusmayadi, A., Sukandar, D Cara Memilih dan Mengolah Makanan Untuk Perbaikan Gizi Masyarakat. webmaster@deptan.go.id [diakses pada: 3 Maret 2012] 11. Mukono, HJ Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press 12. Yunita, NLP., Dwipayanti, NMU Kualitas Mikrobiologi Nasi Jinggo Berdasarkan Angka Lempeng Total, Coliform Total Dan Kandungan Escherichia coli. Jurnal Biologi XIV (1) pp Djaja, IM Kontaminasi E. coli pada Makanan Dari Tiga Jenis Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) di Jakarta Selatan Makara 12(1) pp Taylor, H., Brown, K., Toivenne, J A Microbiological Evaluation of Warm Air Hand Driers with Respect to Hand Hygiene and The Washroom Environment. J. Appl. Microbiol. 89 pp Susanna, D., Budi, H Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak dan Gado- Gado di Lingkungan Kampus UI Depok Melalui Pemeriksaan Bakteriologis. Makara 7(1) pp Arisman Identifikasi Perilaku Penjamah Makanan yang Beresiko Sebagai Sumber Keracunan Makanan. Laporan Penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya 17. Agustina, F., Pambayun, R., Febry, F Higiene dan Sanitasi pada Pedagang Makanan Jajanan Tradisional di Lingkungan Sekolah Dasar di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang tahun Jurnal Ilmiah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya 142

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA Siti Fatimah1, Yuliana Prasetyaningsih2, Meditamaya Fitriani Intan Sari 3 1,2,3 Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI EULIS TANTI MARLINA, ELLIN HARLIA dan YULI ASTUTI H Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pengganti Air Susu Ibu di Unit Perinatologi Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara memadai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur

BAB III METODE PENELITIAN. hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian survei ini bersifat Deskriptif yaitu mengetahui gambaran hasil analisis keberadaan Escherichia coli pada makanan jajanan kue cucur yang dijual oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yaitu dengan mendeskriptifkan atau memberi gambaran tentang hygiene sanitasi dan uji

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik. B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013. Sterilisasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik. III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik. 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2013.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia (Mansauda, 2014). Makanan yang sehat dan aman merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Setelah dilakukan penelitian sampel air bersih sebanyak 20 sarana sumur gali yang jarak sumur dengan jamban kurang dari 10 meter, dinding sumur kurang dari 3 meter,

Lebih terperinci

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan pokok manusia karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia.keamanan pangan menurut UU RI No. 7 Tahun (1996) adalah upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG Volume 4, Nomor 3, Juli 6 (ISSN: 356-3346) http://ejournal-s.undip.ac.id/index.php/jkm STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

Lebih terperinci

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012

HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012 HYGIENE SANITASI DAN KANDUNGAN MIKROBA PADA KECAP MANIS YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012 Ismiaty Abdullah Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Makanan dan minuman selain berfungsi dalam mendukung kesehatan juga bisa menjadi sumber penyakit bagi manusia.

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 215 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PENGUJIAN KUALITAS ASPEK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel air diambil dari air sumur gali yang berada di Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak Kota Kupang yang selanjutnya sampel air dianalisa di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Deskriptif Lokasi Penelitian Asrama Mahasiswa Nusantara UNG merupakan salah satu fasilitas pendukung milik Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 Km atau sekitar 0,53 % dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

HASRIA ALANG Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, STKIP-PI Jl. A.P. Pettarani No. 99 B Makassar

HASRIA ALANG Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, STKIP-PI Jl. A.P. Pettarani No. 99 B Makassar Deteksi Coliform Air PDAM di Beberapa Kecamatan Kota Makassar HASRIA ALANG Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, STKIP-PI Jl. A.P. Pettarani No. 99 B Makassar 90125 email: hasriaalang@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013) Lampiran 1. Summary HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013) Djamaludin Musa NIM. 811409137 Jurusan

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 2 (3) (2013) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph HUBUNGAN PRAKTEK HIGIENE PEDAGANG DENGAN KEBERADAAN ESCHERICIA COLI PADA RUJAK YANG DI JUAL DI SEKITAR KAMPUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman diperlukan peraturan dalam memproses makanan dan pencegahan terjadinya food borne disease. Selain itu

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG Volume 1, Nomor 2, Tahun 212, Halaman 147-153 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG * ) Alumnus FKM

Lebih terperinci

Uji Kualitas Mikrobiologis Pada Makanan Jajanan di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

Uji Kualitas Mikrobiologis Pada Makanan Jajanan di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar ISSN 2302-1616 Vol 3, No. 2, Desember 2015, hal 119-123 Uji Kualitas Mikrobiologis Pada Makanan Jajanan di Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar LASINRANG ADITIA 1, CUT MUTHIADIN 1

Lebih terperinci

Uji Bakteriologis pada Minuman Air Tebu yang Dijual di Pinggiran Jalan Khatib Sulaiman Kota Padang

Uji Bakteriologis pada Minuman Air Tebu yang Dijual di Pinggiran Jalan Khatib Sulaiman Kota Padang 712 Artikel Penelitian Uji Bakteriologis pada Minuman Air Tebu yang Dijual di Pinggiran Jalan Khatib Sulaiman Kota Padang Dewi Oktavia Djasmi 1, Roslaili Rasyid 2, Eliza Anas 3 Abstrak Higinitas penjual

Lebih terperinci

ANALISIS MIKROBIOLOGI JAJANAN MINUMAN DI SEKITAR SEKOLAH DASAR PADA WILAYAH JEMURWONOSARI, SURABAYA

ANALISIS MIKROBIOLOGI JAJANAN MINUMAN DI SEKITAR SEKOLAH DASAR PADA WILAYAH JEMURWONOSARI, SURABAYA ANALISIS MIKROBIOLOGI JAJANAN MINUMAN DI SEKITAR SEKOLAH DASAR PADA WILAYAH JEMURWONOSARI, SURABAYA Endah Prayekti Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya endahphe@unusa.ac,id ABSTRACT Snack as food and beverages,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia. Pada zaman dahulu beberapa orang senantiasa mencari tempat tinggal dekat dengan air, dikarenakan agar mudah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya (Santoso & Anne, 1999). Warung makan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya ANALISIS CEMARAN MIKROBA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang observasi dan pemeriksaannya hanya dilakukan dalam satu waktu untuk memperoleh gambaran kualitas air

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kiky Fitria, Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja,M.Si. Pembimbing II : dr. Dani, M.Kes.

ABSTRAK. Kiky Fitria, Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja,M.Si. Pembimbing II : dr. Dani, M.Kes. ABSTRAK GAMBARAN POPULASI BAKTERI KOLIFORM PADA AIR CUCIAN ALAT MAKAN YANG DIGUNAKAN OLEH PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG JALAN SALAH SATU UNIVERSITAS KOTA BANDUNG Kiky Fitria, 2013. Pembimbing I : dr.

Lebih terperinci

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA ES TEH YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN TARAKAN KOTA BANAJARMASIN

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA ES TEH YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN TARAKAN KOTA BANAJARMASIN INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA ES TEH YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN TARAKAN KOTA BANAJARMASIN Herlina¹ ; Noor Aisyah² ; Amaliah Wahyuni³ Es teh adalah minuman tradisional yang

Lebih terperinci

MINUMAN TEH KEMASAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SUNGAI DAMA DAN SELILI MENGGUNAKAN METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)

MINUMAN TEH KEMASAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SUNGAI DAMA DAN SELILI MENGGUNAKAN METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN) p-issn. 2443-115X e-issn. 2477-1821 IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli PADA MINUMAN TEH KEMASAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SUNGAI DAMA DAN SELILI MENGGUNAKAN METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persyaratan Biologis Untuk Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah 12.101,66 km 2 dengan jumlah penduduk 1.044.284 jiwa. Khusus

Lebih terperinci

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pada Pembuat/Penjual Sop Buah di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama berjualan : Merupakan jawaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food) adalah makanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan badan. Makanan yang dikonsumsi harus aman dan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI Coliform PADA ES BATU DARI PENJUAL CAPPUCINO CINCAU YANG BERADA DI KELURAHAN KUIN SELATAN, KUIN CERUCUK DAN BELITUNG UTARA KOTA BANJARMASIN Inayah 1, Riza Alfian 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan dengan kandungan gizi lengkap yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu bahan pangan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut SNI 01-3719-1995, minuman sari buah ( fruit juice) adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontaminasi makanan adalah terdapatnya bahan atau organisme berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor penyebab kontaminasi makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah menjadi pelengkap kebutuhan pangan manusia yang mempunyai banyak variasi rasa, warna, dan serat yang bermanfaat untuk kesehatan. Selain dikonsumsi secara langsung

Lebih terperinci

UJI BAKTERIOLOGIS SUSU KEDELAI PRODUK RUMAH TANGGA YANG DI JUAL DIPASARAN. Oleh: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

UJI BAKTERIOLOGIS SUSU KEDELAI PRODUK RUMAH TANGGA YANG DI JUAL DIPASARAN. Oleh: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 0 UJI BAKTERIOLOGIS SUSU KEDELAI PRODUK RUMAH TANGGA YANG DI JUAL DIPASARAN Oleh: Helpida 1, Gustina Indriati 1, Irdawati 2 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 1 Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN Sampel Kode sampel Tes perkiraan Tes penegasan MPN Air Bersih 290/B/AB/02/201 4 5-1-0 5-1-0 33 Lampiran 2 Flowsheet Pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Tanpa adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kantin yang ada di lingkungan Asrama Mahasiswa Nusantara Universitas Negeri Gorontalo yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. Penggemar makanan jajanan ini merata mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga pedagang makanan

Lebih terperinci

Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO)

Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO) Jurnal Gradien Vol. 10 No. 1 Januari 2014: 967-971 Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO) Rica Denis Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Persentase Analisis Univariat Masing-masing Variabel Berdasarkan Kepmenkes No.715 Tahun 2008 Penelitian di Universitas X (n=100)... 38 Tabel 5.2.1 Hubungan Sanitasi Kantin Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah keamanan pangan sudah merupakan masalah global, sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan penyakit

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN BAKSO TUSUK DI PASAR TRADISIONAL KOTA PALEMBANG

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN BAKSO TUSUK DI PASAR TRADISIONAL KOTA PALEMBANG PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN BAKSO TUSUK DI PASAR TRADISIONAL KOTA PALEMBANG Dewi Novianti e-mail: dewinovianti1980@gmail.com Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengambilan Sampel. observasi di lokasi peternakan, pengambilan jumlah populasi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengambilan Sampel. observasi di lokasi peternakan, pengambilan jumlah populasi yang 55 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Pengujian Kualitas Air Tanah 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel penelitian air tanah terletak di Desa Tumbang Tahai Kecamatan

Lebih terperinci

Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Padang Selatan

Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Padang Selatan 376 Artikel Penelitian Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Padang Selatan Fathoni Afif 1, Erly 2, Endrinaldi 3 Abstrak

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI Perhitungan Jumlah Bakteri Dengan Metode Most Probable Number (MPN) atau Angka Paling Mungkin (APM) Oleh : Dyah Sukma Rengganingtyas Novi Astuti Novita Ratna

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Erris, 2 Marinawati 1 Poltekes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh, 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen pelengkap minuman (Hadi, 2014). Es batu termasuk produk yang penting dalam berbagai bidang usaha

Lebih terperinci

Nurfitri Handayani 1 ; Yugo Susanto 2 ; Amaliyah Wahyuni 3

Nurfitri Handayani 1 ; Yugo Susanto 2 ; Amaliyah Wahyuni 3 INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI COLIFORM PADA CAPPUCINO CINCAU YANG DIJUAL DI KELURAHAN KUIN SELATAN, KUIN CERUCUK DAN BELITUNG UTARA KOTA BANJARMASIN Nurfitri Handayani 1 ; Yugo Susanto 2 ; Amaliyah

Lebih terperinci

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kontaminasi Mikroorganisme pada Jamu Gendong Di Kota Semarang

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kontaminasi Mikroorganisme pada Jamu Gendong Di Kota Semarang Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kontaminasi Mikroorganisme pada Jamu Gendong Di Kota Semarang Sulistiyani 1) dan Siti Thomas Zulaikhah 2) 1) FKM UNDIP 2) Laboratorium Mikrobiologi AAK 17 Agustus

Lebih terperinci

ABSTRAK. DETEKSI COLIFORM DAN Escherichia coli PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI KAWASAN KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

ABSTRAK. DETEKSI COLIFORM DAN Escherichia coli PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI KAWASAN KECAMATAN BANJARMASIN UTARA ABSTRAK DETEKSI COLIFORM DAN Escherichia coli PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI KAWASAN KECAMATAN BANJARMASIN UTARA OLEH: Syarifin, Sri Amintarti, Bunda Halang Kedelai merupakan sumber protein dan lemak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengolahan Sampel. pada setiap Kelurahan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengolahan Sampel. pada setiap Kelurahan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan 44 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengolahan Sampel Lokasi pengambilan sampel adalah di Kecamtan Jekan Raya dengan jumlah sampel 7 sampel minuman olahan Teh Poci

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. hubungan hygiene sanitasi lingkungan penjualan dengan kandungan Escherichia Coli

BAB 3 METODE PENELITIAN. hubungan hygiene sanitasi lingkungan penjualan dengan kandungan Escherichia Coli BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana cara pengukuran variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika dan ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Parameter Fisika dan Kimia Air Sumur Selain dilakukan uji bakteriologis dilakukan juga beberapa uji fisika

Lebih terperinci

ANALISIS MIKROBIOLOGI MINUMAN TEH KEMASAN BERDASARKAN NILAI APM KOLIFORM

ANALISIS MIKROBIOLOGI MINUMAN TEH KEMASAN BERDASARKAN NILAI APM KOLIFORM ANALISIS MIKROBIOLOGI MINUMAN TEH KEMASAN BERDASARKAN NILAI APM KOLIFORM Anna Yuliana, Saeful Amin Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan penting untuk pertumbuhan maupun mempertahankan kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti sel-sel tubuh

Lebih terperinci

Quality of water from well in the area of rented house for students according to bacteriologic test with E.coli as bioindicator

Quality of water from well in the area of rented house for students according to bacteriologic test with E.coli as bioindicator Jurnal Biologi Edukasi Edisi 11, Volume 5 Nomor 2, Desember 2013, hal 96-101 KUALITAS AIR SUMUR DI KAWASAN PEMUKIMAN MAHASISWA BERDASARKAN UJI BAKTERIOLOGIS DENGAN BIOINDIKATOR BAKTERI Escherichia coli

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengambilan Sampel. penelitian dilakukan dengan teknik purposive cluster sampling, sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengambilan Sampel. penelitian dilakukan dengan teknik purposive cluster sampling, sehingga 48 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel adalah di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Palangkaraya dengan jumlah sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research yaitu penelitian yang akan menjelaskan hubungan variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang diperlukan setiap saat dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Makanan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah dijelaskan bahwa upaya penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan melalui kegiatankegiatan kesehatan keluarga,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur terpenting dalam menentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keamanan pangan, dalam UU RI no 7 tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, pada pasal 1 menyebutkan

Lebih terperinci

Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis. dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.

Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis. dilaksanakan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Bilungala Utara Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. Tahap analisis dari segi bakteriologis dilaksanakan

Lebih terperinci

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

HIGIENE SANITASI PANGAN

HIGIENE SANITASI PANGAN HIGIENE SANITASI PANGAN Oleh Mahmud Yunus, SKM.,M.Kes KA. SUBDIT HIGIENE SANITASI PANGAN DIREKTORAT PENYEHATAN LINGKUNGAN, DITJEN PP & PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disampaikan pada Workshop Peringatan Hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi optimal seperti vitamin, mineral,

Lebih terperinci

KELAYAKAN KONSUMSI BUAH PADA RUJAK DENGANN METODE MPN YANG DIJUAL DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KELAYAKAN KONSUMSI BUAH PADA RUJAK DENGANN METODE MPN YANG DIJUAL DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Artikel Publikasi: KELAYAKAN KONSUMSI BUAH PADA RUJAK DENGANN METODE MPN YANG DIJUAL DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Study Program of Biology Education Faculty of Teacher Training and Education University of Riau

Study Program of Biology Education Faculty of Teacher Training and Education University of Riau 1 TEST Escherichia coli ON GRILLED MEATBALL SNACKS IN SCHOOLS OF ALL TAMPAN DISTRICTS IN PEKANBARU CITY AND ITS POTENTIAL AS A STUDENT WORKSHEETS DESIGN ON TEACHING BIOLOGY IN SENIOR HIGH SCHOOL Shintia

Lebih terperinci

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI COLIFORM

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI COLIFORM INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI COLIFORM PADA MINUMAN TEH MANIS YANG DIJUAL RUMAH MAKAN DI KECAMATAN BANJARMASIN BARAT Teh manis merupakan salah satu jenis minuman dengan bahan baku air yang diseduh

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 2.1. komposisi Kimia Daging Tanpa Lemak (%)... 12 Tabel 2.2. Masa Simpan Daging Dalam Freezer... 13 Tabel 2.3. Batas Maksimum Cemaran Mikroba Pada Pangan...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : Hasil Tabung Reaksi Setelah Uji Pendugaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : Hasil Tabung Reaksi Setelah Uji Pendugaan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengujian ini memperoleh hasil dalam uji pendugaan, uji penegasan serta perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : 1.1.1 Hasil Tabung Reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es batu merupakan bahan pelengkap yang berasal dari air yang dibekukan di dalam lemari pendingin. Pembekuan es batu melalui proses pendinginan air dibawah suhu 0 0 C.

Lebih terperinci