BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Pengertian Geografi. Armin K. Lobeck mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Pengertian Geografi. Armin K. Lobeck mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang"

Transkripsi

1 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Geografi Armin K. Lobeck mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan yang ada antara kehidupan dengan lingkungan fisiknya. Richard Hartshorne yang merupakan tokoh geografi Amerika mendeskripsikan bahwa geografi adalah ilmu yang menafsirkan realisme diferensiasi area muka bumi seperti apa adanya, tidak hanya dalam arti perbedaan-perbedaan hal tertentu, tetapi juga dalam arti kombinasi keseluruhan fenomena di setiap tempat yang berbeda dengan tempat yang lain (Suharyono dan Moch. Amien, 1994: 13-15). Seminar dan Lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 di Semarang mendefinisikan bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan (Subyoto,dkk, 1999: 5). 2. Pendekatan Geografi Pendekatan yang digunakan dalam geografi ada 3, yaitu: a. Pendekatan keruangan Analisis keruangan mempelajari mengenai perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat yang penting dan harus diperhatikan, seperti

2 10 penyebaran penggunaan ruang yang telah ada, dan penyediaan ruang yang akan digunakan (Subyoto, dkk, 1999: 69). b. Pendekatan ekologi atau kelingkungan Ekologi merupakan sebuah studi antara organisme hidup dengan lingkungannya. Kelompok organisme serta lingkungan hidup sebagai suatu kesatuan dinamakan ekosistem. Tiap unit dalam ekosistem memiliki sifat dan peran tertentu dalam ekosistem, serta mempunyai interaksi tertentu dengan jenis unit yang lain. Pendekatan ekologi melihat bahwa manusia tertarik pada tanggapan dan penyesuaian terhadap lingkungan fisiknya dan pada interaksinya dengan manusia lain yang biasa disebut ruang sosial (Subyoto, dkk, 1999: 70-72). c. Pendekatan kompleks wilayah Pendekatan kompleks wilayah merupakan kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi. Analisa kompleks wilayah atau analisa regional yaitu sebuah pendekatan wilayah-wilayah tertentu dengan pengertian areal differentiation (anggapan bahwa interaksi antar wilayah berkembang karena wilayah yang satu berbeda dengan wilayah yang lain). Analisa kompleks wilayah memperhatikan penyebaran fenomena tertentu (analisis keruangan) dan interaksi antara manusia dengan lingkungannya untuk dipelajari kaitannya (analisa ekologi). Aspek penting dalam analisa kompleks wilayah yaitu aspek yang berkaian dengan ramalan wilayah (regional forecasting) dan perancangan wilayah (regional planning) (Subyoto, dkk, 1999: 74).

3 11 Berdasarkan penjelasan mengenai pendekatan geografi di atas, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kelingkungan. Pendekatan kelingkungan digunakan karena dalam penelitian ini mendeskripsikan keterkaitan antara aktivitas manusia dengan erosi yang terjadi di Desa Kalegen Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang. 3. Konsep Esensial Geografi Suharyono dan Moch. Amien dalam bukunya Pengantar Filsafat Geografi (1994: 26-35) menjabarkan 10 konsep esensial geografi, yaitu konsep lokasi, jarak, keterjangkauan, pola, morfologi, aglomerasi, nilai kegunaan, interaksi, diferensiasi area, dan keterkaitan keruangan. Penelitian ini tidak menggunakan semua konsep geografi, tetapi beberapa konsep saja, yaitu: a. Konsep lokasi Dalam konsep ini lokasi dibedakan menjadi lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukkan letak terhadap sistem grid atau koordinat, sedangkan lokasi relatif adalah letak yang berubah-ubah berkaitan dengan keadaan sekitar. Konsep lokasi dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukkan letak tempat penelitian yaitu di Desa Kalegen, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. b. Konsep morfologi Morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah yang disertai dengan erosi dan sedimentasi sehingga membentuk bentang muka bumi saat ini.

4 12 Morfologi juga menyangkut bentuk lahan yang terkait erosi dan sedimentasi, pengolahan lahan, tebal tanah, ketersediaan air, dan jenis vegetsai yang dominan. Konsep morfologi ini sangat berkaitan dengan kondisi fisik Desa Kalegen yang akan diteliti. Desa Kalegen memiliki keanekaragaman tingkat kemiringan lereng, mulai dari 0% sampai lebih dari 40%. Desa Kalegen memiliki beberapa lahan pertanian yang berada pada daerah berlereng curam, oleh karena itu perlu adanya konservasi lahan terutama pada lereng curam. c. Konsep interaksi Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi daya-daya, objek atau tempat satu dengan tempat yang lainnya. Setiap tempat mengembangkan potensi dan kebutuhannya yang tidak selalu sama dengan tempat yang lainnya. Penelitian ini akan melihat interaksi beberapa faktor fisik yang mempengaruhi tingkat erosi yang terjadi di Desa Kalegen. Faktor fisik yang mempengaruhi tingkat erosi adalah faktor hujan, erodibilitas tanah, dan kelerengan, sedangkan faktor non-fisik adalah faktor pengelolaan tanaman dan pengelolaan lahan. d. Konsep diferensiasi areal Integrasi berbagai unsur dan fenomena kehidupan menjadikan suatu wilayah memiliki corak tersendiri sebagai suatu region yang berbeda dengan tempat yang lainnya. Unsur atau fenomena lingkungan

5 13 bersifat dinamis dan interaksi juga menghasilkan karakteristik yang berubah dari suatu waktu ke waktu yang lain. Adanya perbedaan fenomena inilah yang kemudian membentuk diferensiasi areal yang mendorong terjadinya interaksi antar tempat yang satu dengan yang lain. Konsep diferensiasi area dapat dilihat melalui perbedaan penggunaan lahan pada setiap klasifikasi kemiringan lereng. Lahan pertanian yang berada pada lereng 0-25% cenderung ditanami padi lahan basah, sedangkan pada lereng lebih dari 25% ditanami tanaman cabai. Tanaman yang ditanam oleh penduduk Desa Kalegen memiliki nilai ekonomis. 4. Pengertian Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat oleh air atau angin. Daerah beriklim basah dan tropis seperti Indonesia, erosi air yang memiliki peran penting dalam proses pengikisan tanah. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah subur dan baik untuk pertanian serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air (Sitanala Arsyad, 2010: 5). Erosi pada dasarnya adalah proses pemerataan kulit bumi melalui proses penghancuran, pengangkutan, dan pengendapan. Bentuk permukaan bumi yang selalu berubah sepanjang masa, pada suatu tempat terjadi pengikisan, dan di tempat lain terjadi penimbunan. Proses erosi terjadi secara alami dan sangat lambat sehingga seringkali tidak disadari oleh manusia, dan hasilnya baru terlihat setelah berpuluh-puluh tahun bahkan

6 14 beratus-ratus tahun. Aktivitas manusia, misalnya usaha tani, pada umumnya justru akan mempercepat laju erosi (Wani Hadi Utomo, 1994: 15-19). Lahan-lahan pertanian yang terus menerus ditanami tanaman tanpa istirahat (fallow), dan tanpa disertai cara pengelolaan tanaman, tanah, dan air yang baik dan tepat, khususnya daerah basah dengan curah hujan yang melebihi 1500mm per tahun akan mengalami penurunan produktivitas tanah. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya kesuburan tanah. Penurunan kesuburan tanah merupakan akibat dari hilangnya unsur hara pada lapisan tanah bagian atas saat terjadi erosi. Oleh karena itu, lahan pertanian perlu dijaga kelestariannya (Suripin, 2004: 9-10). 5. Proses terjadinya erosi Erosi terjadi melalui tiga tahap, yaitu tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah (detachment), tahap pengangkutan (transportation) oleh media yang erosif, dan bila energi untuk mengangkut sudah tidak ada lagi maka akan terjadi tahap ketiga yaitu pengendapan (deposition). Percikan air adalah media utama pelepasan partikel tanah (Suripin, 2004: 30). Air hujan yang mengenai permukaan tanah, maka secara langsung akan menyebabkan hancurnya agregat tanah dan terlepasnya partikel-partikel tanah. Penghancuran agregat tanah dan pelepasan partikel tanah dipercepat oleh adanya daya penghancur dari air sendiri, selanjutnya partikel tanah yang terlepas menyumbat pori-pori tanah, sehingga menurunkan kapasitas dan laju infiltrasi air ke dalam tanah (Ananto Kusuma Seta, 1987: 18).

7 15 Genangan air di permukaan tanah terjadi bila intensitas hujan yang turun lebih tinggi dari kapasitas dan laju infiltrasi, kemudian genangan air mengalir menjadi aliran permukaan. Aliran air di permukaan tanah ini memiliki energi untuk mengangkut partikel-partikel tanah yang telah dilepaskan. Partikel-partikel tanah akan diendapkan bila energi aliran permukaan sudah tidak mampu mengangkut partikel tanah (Ananto Kusuma Seta, 1987: 19). 6. Macam dan bentuk erosi Beberapa macam erosi yang ada dalam buku konservasi tanah dan air, yaitu (Sitanala Arsyad, 2010: 53): a. Erosi geologi adalah erosi yang terjadi sejak permukaan bumi terbentuk yang menyebabkan terkikisnya batuan, sehingga terjadi bentuk morfologi permukaan bumi sekarang ini. b. Erosi normal adalah proses pengangkutan tanah/ bagian-bagian tanah yang terjadi di bawah keadaan alami. c. Erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah dengan laju yang lebih cepat dibandingkan dengan erosi normal dan lebih cepat dari pembentukan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat hilangnya tumbuhan penutup tanah oleh manusia. Menurut bentuknya, erosi dibedakan menjadi (Sitanala Arsyad, 2010: 53-56): a. Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan tanah yang disebabkan kekuatan

8 16 butir-butir hujan dan aliran permukaan yang merata di atas permukaan tanah. b. Erosi alur (rill erosion) adalah pengangkutan tanah dari alur-alur tertentu pada permukaan tanah, yang merupakan parit-parit kecil dan dangkal. Erosi ini terjadi karena air mengalir di permukaan tanah terkonsentrasi pada alur tertentu, sehingga pengangkutan tanah terjadi pada tempat aliran permukaan terkonsentrasi. c. Erosi parit (gully erosion) adalah erosi yang terjadi dengan proses sama dengan erosi alur, namun alur yang terbentuk sudah sangat besar. Erosi parit yang baru terbentuk lebarnya sekitar 40cm dan kedalaman 30cm, sedangkan erosi parit yang telah lanjut kedalamannya dapat mencapai 30m. Erosi parit dapat membentuk V atau U, tergantung pada kepekaan erosi substratanya. d. Erosi tebing sungai (river bank erosion) adalah akibat pengikisan tebing sungai oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan aliran sungai yang kuat pada daerah belokan sungai. 7. Faktor yang Mempengaruhi Erosi Pengaruh faktor yang mempengaruhi sifat aliran permukaan sangat kompleks, sehingga meskipun semuanya dapat diketahui, keadaan aliran permukaan yang terjadi hanya mungkin dapat dihitung sampai mendekati keadaan sebenarnya. Faktor yang mempengaruhi sifat aliran permukaan ada beberapa, yaitu (Sitanala Arsyad, 2010: 72):

9 17 a. Curah hujan: intensitas, jumlah, dan distribusi b. Tanah: tipe, jenis substratum, dan topografi c. Tanaman/ tumbuhan penutup tanah d. Sistem pengelolaan tanah Proses erosi bersifat tidak linear. Erosi terjadi karena peningkatan aliran permukaan akibat kurangnya infiltrasi tanah. Besarnya erosi juga banyak berkaitan dengan aliran permukaan. Erosi adalah akibat interaksi antara faktor iklim, topografi, tumbuhan (vegetasi), dan manusia terhadap tanah yang dinyatakan dalam persamaan berikut (Sitanala Arsyad, 2010: ): E = f (i, r, v, t, m) Dimana: E i r v t m = besarnya erosi = iklim = topografi = tumbuhan = tanah = manusia Persamaan faktor erosi di atas mengandung dua jenis peubah yaitu faktor yang dapat diubah oleh manusia dan faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia. Faktor yang dapat diubah oleh manusia adalah tumbuhan atau vegetasi penutup tanah, dan sebagian sifat tanah (kesuburan tanah, ketahanan agregat, dan kapasitas infiltrasi tanah). Faktor yang tidak dapat

10 18 diubah manusia adalah iklim, tipe tanah, kecuraman lereng dan panjang lereng (Sitanala Arsyad, 2010: 107). a. Iklim Faktor iklim yang memiliki pengaruh yang besar terhadap erosi adalah hujan dan suhu. Hujan adalah faktor yang paling penting karena memiliki peran dalam erosi tanah melalui tenaga pelepasan dari pukulan butir-butitr hujan pada permukaan tanah dan kontribusinya terhadap aliran permukaan (Suripin, 2004: 41). Daerah beriklim basah seperti Indonesia, faktor iklim yang paling mempengaruhi erosi yang terjadi adalah hujan. Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kekuatan aliran permukaan serta tingkat kerusakan erosi yang terjadi. Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada areal tertentu yang dinyatakan dalam satuan m 3 per satuan luas atau dinyatakan dalam tinggi kolom air yaitu mm. (Sitanala Arsyad, 2010: 107). Intensitas hujan adalah besarnya hujan yang jatuh dalam suatu waktu yang singkat (5, 10, 15, 30 menit) dan dinyatakan dalam satuan mm per jam atau cm per jam. Klasifikasi intensitas hujan dijelaskan dalam tabel berikut (Sitanala Arsyad, 2010: ):

11 19 Tabel 1. Klasifikasi Intensitas Hujan No. Intensitas Hujan Klasifikasi (mm per jam) Sangat rendah Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 6 > 75 Sangat Tinggi Sumber : Sitanala Arsyad, 2010: 108 Hujan berlebih adalah hujan yang menimbulkan aliran permukaan. Menurut U. S Weather Bureau, hujan dinyatakan hujan berlebih bila mempunyai intensitas (Sitanala Arsyad, 1989: 175): HB = X 1500 mm per jam Dimana: HB T = hujan berlebih = lama hujan dalam menit Hujan berlebih adalah hujan yang berlangsung kurang dari satu jam namun memiliki jumlah seluruh air yang jatuh lebih dari 20 mm. Rumus penghitungan hujan berlebih di atas dapat digunakan bila hujan jatuh langsung mengenai agregat tanah tanpa penghalang apapun. Berikut adalah sifat-sifat minimum suatu hujan berlebih (Sitanala Arsyad, 2010: 110): Tabel 2. Sifat-Sifat Minimum Suatu Hujan Lebih No. Lamanya Intensitas Ratarata (mm per Hujan (menit) jam) Jumlah air yang jatuh (mm) , , Sumber: Sitanala Arsyad, 2010: 110

12 20 Sebagian besar hujan memiliki butir berdiameter 1-4 mm. Kowal dan Kassam mendapatkan rata-rata diameter butir hujan di daerah tropis sekitar 3 mm sampai 4 mm. Diameter butir hujan di daerah tropika umumnya lebih besar dibandingkan di daerah beriklim sedang. Setiap hujan terdapat berbagai ukuran butir hujan, namun terdapat korelasi yang nyata antara intensitas hujan dengan ukuran median butir-butir hujan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam tabel berikut (Sitanala Arsyad, 2010: ): Tabel 3. Hubungan antara Intensitas Hujan dengan Diameter Median Butir Hujan No. Intensitas Hujan (mm per jam) Diameter Median Butir Hujan (mm) 1. 0,25 0,75 1, ,25 1,00 1, ,50 1,25 1, ,50 1,75 2, ,00 2,00 2, ,00 2,25 2, ,00 2,75 3, ,00 3,00 3, 25 Sumber: Sitanala Arsyad, 2010: 112 Kecepatan jatuh butir-butir hujan ditentukan oleh gravitasi, tahanan udara, dan angin. Gravitasi bekerja secara seragam pada semua butir hujan saat keadaan udara tenang tetapi tahanan udara per satuan massa air semakin besar dengan semakin kecilnya butir hujan, karena semakin kecil butir hujan maka semakin besar permukaan jenisnya/luas permukaan per satuan massa. Kecepatan jatuhnya butir hujan dijelaskan pada tabel berikut (Sitanala Arsyad: 2010, ):

13 21 Tabel 4. Kecepatan Jatuh Berbagai Ukuran Butir Hujan Setelah Jatuh 20 m No. Diameter Butir (mm) Kecepatan Jatuh (meter detik) 1. 1,25 4, ,50 5, ,00 6, ,00 8, ,00 8, ,00 9, ,00 9,30 Sumber: Sitanala Arsyad, 2010: 113 Distribusi hujan menentukan apakah suatu hujan tahunan akan menyebabkan ancaman erosi yang hebat atau tidak. Salah satu sifat hujan yang sangat penting dalam mempengaruhi erosi adalah energi kinetik hujan karena menjadi penyebab pokok penghancuran agregat tanah (Sitanala Arsyad, 2010: 113). Energi hujan terdiri dari dua komponen yaitu energi potensial (Ep) dan energi kinetik (Ek). Energi potensial timbul karena adanya perbedaan yang tinggi antara benda dengan titik tinjau. Energi potensial merupakan hasil kali antara massa, beda tinggi, dan percepatan gravitasi. Energi kinetik berkaitan dengan massa dan kecepatan (Suripin, 2004: 41). Bols menyatakan interaksi energi kinetik dengan intensitas maksimum 30 menit dalam persamaan berikut (Sitanala Arsyad, 2010: 115): Dimana: EI 30 = 6,119 (R) 1,21. (D) -0,47. (MP) 0,53 EI 30 = indeks erosi hujan bulanan

14 22 R D MP = curah hujan rata-rata bulanan dalam cm = jumlah hari hujan rata-rata per bulan = curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan dalam cm EI 30 tahunan adalah jumlah EI 30 bulanan. Indeks erosi hujan adalah pengukur kemampuan suatu hujan untuk menimbulkan erosi. Kemampuan hujan untuk menimbulkan atau menyebabkan erosi disebut daya erosi hujan atau erosivitas hujan (Sitanala Arsyad, 2010: 116). b. Topografi Sifat topografi yang mempengaruhi aliran permukaan dan erosi adalah kemiringan lereng dan panjang lereng. Unsur lain yang juga mungkin dapat berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng (Sitanala Arsyad, 2010: 117). 1) Kemiringan lereng Erosi akan meningkat dengan meningkatnya kemiringan dan panjang lereng. Percikan butir air hujan pada lahan datar melemparkan partikel-partikel tanah ke udara secara acak. Partikel tanah pada lahan miring lebih banyak terlempar ke arah bawah. Peningkatan kemiringan lereng mengakibatkan semakin besarnya proporsi lemparan partikel tanah (Suripin, 2004: 56). Sudut lereng menentukan kesetimbangan antara limpasan permukaan dengan infiltrasi. Sudut lereng yang semakin besar

15 23 berakibat pada dominasi jumlah limpasan permukaan terhadap infiltrasi. Wilayah dengan limpasan permukaan besar dan kecepatan aliran permukaan tinggi memiliki ancaman erosi yang besar (Junun Sartohadi, dkk, 2013: 17). Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Semakin curam lereng maka akan memperbesar jumlah aliran permukaan, kecepatan aliran permukaan dan energi angkut aliran permukaan. Semakin miring lereng, maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bagian bawah lereng oleh tumbukan butir-butir air hujan akan semakin banyak (Sitanala Arsyad, 2010: 117). 2) Panjang lereng Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal terjadinya aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana kemiringan lereng berubah sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran permukaan berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan berkumpul di ujung lereng, sehingga lebih banyak air yang mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng daripada bagian atas lereng. Akibatnya tanah bagian bawah lereng lebih banyak mengalami erosi yang lebih besar dibandingkan tanah bagian atas (Sitanala Arsyad, 2010: 118). Semakin panjang lereng, cenderung semakin banyak air permukaan terakumulasi, sehingga aliran permukaan menjadi lebih

16 24 tinggi kedalamannya dan kecepatannya. Kombinasi kedua variabel topografi lereng (kemiringan dan panjang lereng) menyebabkan laju erosi meningkat drastis (Suripin, 2004: 56). 3) Konfigurasi lereng Lereng permukaan tanah dapat berbentuk cembung (konvek) atau cekung (konkav). Pengamatan secara umum menunjukkan, bahwa erosi lembar lebih besar pada permukaan cembung daripada permukaan cekung, sedangkan pada permukaan cekung cenderung terjadi erosi alur atau erosi parit (Sitanala Arsyad, 2010: 120). Posisi lereng pada suatu kawasan berpengaruh terhadap jumlah hujan dan jumlah air yang diterima. Wilayah yang terletak di dasar cekungan mungkin memiliki curah hujan yang rendah daripada wilayah sekitar yang memiliki elevasi lebih tinggi (Junun Sartohadi, dkk, 2013: 18) 4) Keseragaman lereng Lereng tidak selalu memiliki keseragaman kemiringan, dimana lereng curam diselingi dalam jarak pendek oleh lereng-lereng yang lebih datar, mungkin mempunyai pengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Pengaruh tidak langsung dari ketidakseragaman kemiringan lereng adalah lereng yang sangat tidak seragam lebih sulit untuk diusahakan bercocok tanam tanaman semusim daripada lereng yang seragam (Sitanala Arsyad, 2010: 120).

17 25 5) Arah lereng Arah hadap lereng merupakan faktor yang penting. Arah hadap lereng pada wilayah lintang tinggi menentukan intensitas penyinaran matahari (Junun Sartohadi, dkk, 2013: 17). Kohnke dan Bertarand menjelaskan bahwa pada daerah di belahan bumi utara, lereng yang menghadap ke selatan mengalami erosi yang lebih besar dibandingkan lereng yang menghadap ke utara. Hal ini dikarenakan tanah yang berlereng menghadap selatan sebagai akibat pengaruh sinar matahari secara langsung dan lebih intensif, sehingga kandungan bahan organiknya lebih rendah dan tanah lebih mudah terdispersi (Sitanala Arsyad, 2010: 121). c. Tumbuhan (Vegetasi) Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan tanah. Suatu vegetasi penutup tanah akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Vegetasi mempengaruhi siklus hidrologi melalui pengaruhnya terhadap air hujan yang jatuh ke permukaan tanah. Oleh karena itu, vegetasi mempengaruhi volume air yang masuk ke sungai dan danau, ke dalam tanah, dan cadangan air bawah tanah (Sitanala Arsyad, 2010: 121). Suatu kejadian hujan yang jatuh pada sebidang tanah dengan sifat-sifat yang sama, tetapi yang satu terbuka dan yang lain tertutup tanaman, akan menimbulkan intensitas erosi yang berbeda. Jika diperhatikan, erosi pada lahan terbuka akan jauh lebih besar

18 26 dibandingkan dengan lahan tertutup tanaman. Tanaman dapat memperkecil erosi karena adanya (Ananto Kusuma Seta, 1987: 70): 1) Intersepsi air hujan oleh tajuk tanaman. 2) Pengurangan aliran permukaan. 3) Peningkatan agregasi tanah serta porositasnya. 4) Peningkatan kehilangan air tanah, sehingga tanah cepat kering. d. Tanah Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Kepekaan erosi tanah adalah fungsi berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Sifat fisik dan kimia tanah yang mempengaruhi erosi adalah sifat tanah yang mempengaruhi infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas menahan air, dan sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan penghancuran agregat tanah oleh tumbukan hujan dan aliran permukaan (Sitanala Arsyad, 2010: 138): 1) Sifat tanah yang mempengaruhi erosi Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah (Sitanala Arsyad, 2010: 138). Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang merupakan gambaran deskriptif komposisi ukuran butir partikel-partikel penyusun tanah yang digolongkan ke dalam tiga ukuran utama (Junun Sartohadi, dkk, 2013: 49). Butir pimer tanah terkelompok dalam liat (clay), debu

19 27 (silt), dan pasir (sand). Menurut sistem USDA, liat berukuran kurang dari 0,002mm, debu berdiameter 0,002-0,05mm, dan pasir berdiameter 0,005-2mm. Tanah bertekstur kasar seperti pasir mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi dan jika memiliki profil tanah yang dalam maka erosi diabaikan. Tanah bertekstur pasir halus juga memiliki kapasitas infiltrasi yang tinggi, namun bila terjadi aliran permukaan butir-butir halus akan mudah terbawa (Sitanala Arsyad, 2010: 138). Bouyoucos mengemukakan bahwa nisbah liat (clay ratio) diperoleh dengan membagi persentase pasir dan debu dengan persentase liat, yaitu (Sitanala Arsyad, 2010: 139): % pasir + % debu % liat Nisbah liat merupakan kriteria yang penting dalam menduga kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang memiliki nisbah rendah (% liat tinggi) umumnya kurang peka terhadap erosi dibandingkan dengan tanah yang mempunyai nisbah tinggi (% liat rendah) (Sitanala Arsyad, 2010: 139). 2) Kepekaan erosi tanah (erodibilitas tanah) Kepekaan erosi tanah (erodibilitas tanah) adalah kemudahan tanah tererosi. Indeks erodibilitas tanah diberi simbol K. Kepekaan tanah tererosi ditentukan oleh ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar dan kemampuan tanah untuk menyerap air (infiltrasi dan

20 28 perkolasi). Makin mudah masa tanah dihancurkan, maka makin tinggi nilai erodibilitasnya. Demikian juga makin sulit tanah meresap air, maka makin besar limpasan permukaan, dan makin besar massa tanah terkikis dan terangkut, sehingga nilai K juga semakin tinggi (Wani Hadi Utomo, 1994: 46-47). e. Manusia Permasalahan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup sangat terkait dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat memerlukan lahan, permukiman, dan energi, sehingga telah membawa konsekuensi bagi cadangan sumberdaya alam dan kelestarian lingkungan (Hadi S. Alikodra, 2012: 1). Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan memperlakukan dan merawat serta mengusahakan tanah secara bijaksana sehingga menjadi lebih baik dan memberikan pendapatan yang tinggi untuk jangka waktu yang tidak terbatas, antara lain (Sitanala Arsyad, 2010: 149): 1) Luas tanah pertanian yang diusahakan. 2) Jenis dan orientasi usaha pertanian. 3) Status penguasaan tanah. 4) Tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi pertanian yang mengusahakannya.

21 29 5) Pertimbangan harga antara harga produk pertanian dengan harga sarana produksi dan kebutuhan petani. 6) Sistem perpajakan. 7) Sumber modal yang diperlukan petani. 8) Infrastruktur dan fasilitas kesejahteraan petani. 9) Keuntungan yang akan diterima oleh petani kecil dalam waktu singkat. 8. Pendugaan Banyaknya Tanah yang Tererosi Pendugaan besar erosi tanah secara kuantitatif dapat menggunakan rumus USLE (Universal Soil Lost Equition). USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar atau alur di bawah keadaan tertentu. Rumus pendugaan besar erosi ini dikembangkan dan dipakai sampai sekarang oleh Dinas Konservasi Tanah, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) (E. Saifuddin, 1988: 113). Persamaan USLE adalah (Sitanala Arsyad, 2010: 367): A = R. K. L. S. C. P Dimana: A R = banyaknya tanah tererosi dalam ton/ha/thn. = faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan yang dinyatakan dalam ton/ha. Faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan adalah jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan

22 30 perkalian antara energi total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30) tahunan. K = faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu tanah, yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu petak percobaan dengan panjang 72,6 kaki (22,1 meter), terletak pada lereng 9% tanpa tanaman (K= A R -1 ). L = faktor panjang lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22,1 meter) di bawah keadaan yang identik. S = faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik. C = faktor pengelolaan tanaman/vegetasi, yaitu nisbah antara besarnya dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman. P = faktor pengelolaan lahan/ konservasi lahan (pengelolaan dan penanaman menurut kontur, penanaman dengan strip, guludan, dan teras), yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perilaku tindakan konservasi khusus, seperti pengolahan

23 31 menurut kontur, penanaman strip atau teras, terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng, dalam keadaan yang identik. Wishmeier mengemukakan bahwa USLE dapat dipergunakan untuk (Ananto Kusuma Seta, 1987: 87): a. Meramalkan kisaran kehilangan tanah tahunan dari suatu lahan miring dengan kondisi penggunaan lahan tertentu. b. Memberikan petunjuk dalam memilih sistem pengelolaan pertanaman dan praktek secara mekanis yang cocok pada lahan miring. c. Meramalkan perubahan kehilangan tanah yang akan dihasilkan akibat adanya perubahan sistem pengelolaan pertanaman dan praktek konservasi secara mekanis pada suatu lahan. d. Menentukan bagaimana praktek-praktek konservasi harus dilakukan agar didapatkan cara pengelolaan lahan yang lebih intensif. e. Meramalkan kehilangan tanah dari penggunaan lahan di luar pertanian. f. Memberikan prakiraan kehilangan tanah suatu lahan untuk para pakar konservasi, sehingga dapat digunakan sebagai referensi untuk menentukan strategi konservasi yang diinginkan. Penjelasan berbagai parameter USLE adalah sebagai berikut: a. Erosivitas Hujan (R) Erosivitas hujan adalah tenaga pendorong (driving force) yang menyebabkan terkelupas dan terangkutnya partikel-partikel tanah ketempat yang lebih rendah. Erosivitas hujan sangat berkaitan dengan energi kinetis dan momentum, yaitu parameter yang berasosiasi dengan laju curah hujan atau volume hujan (Chay Asdak, 2010: 357). Faktor erosivitas hujan merupakan hasil perkalian antara energi kinetik (E) dari suatu kejadian hujan dengan intensitas hujan maksimal 30 menit (l 30 ). Jumlah dari seluruh hujan dengan spesifikasi tersebut di atas selama satu tahun merupakan erosivitas hujan tahunan. Pada metode

24 32 USLE prakiraan besarnya erosivitas hujan adalah dalam kurun waktu tahunan (Chay Asdak, 2010: 358). Untuk menghitung besar erosivitas hujan dapat digunakan Persamaan Bols yaitu (Sitanala Arsyad, 2010: 115): EI 30 = 6,119 (R) 1,21. (D) -0,47. (MP) 0,53 Dimana: EI 30 R D MP = indeks erosi hujan bulanan = curah hujan rata-rata bulanan dalam cm = jumlah hari hujan rata-rata per bulan = curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan bersangkutan dalam cm EI 30 tahunan adalah jumlah EI 30 bulanan. b. Erodibilitas Tanah (K) Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Sifat fisik dan kimia tanah yang mempengaruhi erosi adalah (Sitanala Arsyad, 2010: 138): 1) Sifat fisik dan kimia tanah yang mempengaruhi erosi adalah sifat tanah yang mempengaruhi infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas menahan air. 2) Sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan penghancuran agregat tanah oleh tumbukan hujan dan aliran permukaan.

25 33 Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah (Sitanala Arsyad, 2010: 138): 1) Tekstur Tekstur adalah perbandingan relatif tiga golongan besar partikel tanah, yaitu fraksi debu, lempung dan pasir dalam suatu massa tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar seperti pasir dan pasir berkerikil mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi. Tanah bertekstur pasir halus juga mempunyai kapasitas infiltrasi cukup tinggi dan jika terjadi aliran permukaan butir-butir halus mudah terangkut (Ananto Kusuma Seta, 1987: 53). Tanah yang mengandung liat dalam jumlah yang tinggi dapat tersuspensi oleh butir-butir hujan yang jatuh menimpanya dan poripori lapisan permukaan akan tersumbat oleh butir-butir liat. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran permukaan dan erosi. Bouyoucos telah mengemukakan tentang The Clay Ratio as a Criterium of Soil to Erosian untuk menentukan erodibilitas tanah. Persamaannya adalah sebagai berikut (Sitanala Arsyad, 1989: 96): M = (% Sand + % Silt) (100% - % Clay) Dimana: Sand : pasir sangat halus (0,1-0,005mm) Silt : debu (0,005-0,002mm) Clay : lempung (< 0,002mm)

26 34 2) Struktur Struktur tanah adalah penyusun butir-butir primer (pasir, debu, dan liat) menjadi butir sekunder (agregat, clod) dengan ruang pori-pori diantaranya. Arsyad menyatakan bahwa dua aspek struktur tanah yang dianggap penting kaitannya dengan erosi yaitu sifat-siat fisik-kimia liat yang mendukung terbentuknya kemantapan agregat dan adanya bahan pengikat yang dapat membentuk butir-butir primer menjadi agregat yang mantap (Ananto Kusuma Seta, 1987: 55). Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro. Struktur makro/struktur lapisan bawah tanah yaitu penyusun agregat tanah satu dengan yang lainnya, sedangkan struktur mikro adalah penyusun butir-butir primer tanah (pasir, lempung, dan liat) menjadi partikel sekunder yang disebut peds atau agregat. Tanah yang mempunyai struktur yang mantap terhadap pengaruh air memiliki permeabilitas dan drainase yang sempurna serta tidak mudah didispersikan oleh air hujan. Umumnya struktur yang dikehendaki bagi lahan pertanian adalah struktur remah (Suripin, 2004: 47-48). Adapun kode struktur tanah adalah sebagai berikut (Sitanala Arsyad, 2010: 369): Tabel 5. Kode Struktur Tanah No. Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter) Kode 1. Granuler sangat halus ( < 1 mm ) 1 2. Granuler halus ( 1 sampai 2 mm ) 2 3. Granuler sedang kasar ( 2 sampai 10 mm ) 3 4. Berbentuk blok, bloky, plat, masif 4 Sumber: Sitanala Arsyad, 2010: 369

27 35 3) Permeabilitas Sifat lapisan bawah tanah yang menentukan kepekaan erosi tanah adalah permeabilitas lapisan tanah tersebut. Permeabilitas tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Permeabilitas tanah adalah kepekaan suatu tanah dalam meloloskan zat cair melalui pori-pori tanah tersebut, baik secara vertikal maupun horisontal. Berikut adalah tebel kode permeabilitas profil tanah (Sitanala Arsyad, 2010: 369): Tabel 6. Kode Permeabilitas Profil Tanah No. Kelas Permeabilitas Kecepatan cm/ jam Kode 1. Sangat lambat < Lambat Lambat sampai sedang Sedang Sedang samapi cepat Cepat >25 1 Sumber: Sitanala Arsyad, 2010: 369 4) Kandungan Bahan Organik Bahan organik terdiri dari sisa-sisa tanaman, jasad hidup yang telah membusuk dalam tanah (hasil proses dekomposisi). Bahan organik dan kimia tanah mempunyai peranan dalam menjaga kestabilan agregat tanah sehingga tahan terhadap erosi. Tanah dengan kandungan organik rendah biasanya keras dan menjadi lebih resisten (sifat erodibilitasnya berkurang) terutama pada tanah kering (Sitanala Arsyad, 2010: 143). Nilai erodibilitas tanah ditentukan oleh besarnya persentase debu, pasir, bahan organik dan struktur tanah serta permeabilitasnya. Faktor erodibilitas tanah (K) adalah nilai kuantitatif yang telah didefinisikan pada persamaan (Sitanala Arsyad, 2010: 369):

28 36 100K = 1,292 [2,1M 1,14 (10-4 ) (12-a)+ 3,25(b-2)+ 2,5(C-3)] Dimana: M = persentase pasir sangat halus dan debu ( mm) (100 persentase liat) a b c = persentase bahan organik = kode struktur tanah = kelas permeabilitas tanah. c. Kelerengan (LS) Faktor indeks topografi L dan S, masing-masinng mewakili pengaruh panjang dan kemiringan lereng terhadap besarnya erosi. Panjang lereng mengacu pada aliran permukaan yaitu lokasi berlangsungnya erosi dan kemungkinan terjadinya deposisi sedimen. L dan S dalam praktiknya dihitung sekaligus berupa faktor LS. LS adalah rasio antara besarnya erosi dari sebidang tanah dengan panjang lereng dan kecuraman tertentu terhadap besarnya erosi dari sebidang tanah. Lahan yang mempunyai kemiringan antara 3 sampai 18% menggunakan persamaan (Chay Asdak, 2002: 366): LS = L 1/2 ( S S ) Dimana: L = panjang lereng (m) S = kemiringan lereng (%)

29 37 Harper menunjukkan bahwa persamaan yang disarankan untuk digunakan dalam lahan berkemiringan lebih dari 20% yaitu (Chay Asdak, 2010: ): LS = ( L/22) m C (cos α ) 1.50 [0.5 (sin α) (sin α) 2.25 ] Dimana: L S = panjang lereng (m) = kemiringan lereng C = M = eksponen nilai m berkisar antara untuk lereng lebih dari 5% 0.4 untuk lereng antara 3% - 4.9% 0.3 untuk lereng antara 1% - 2.9% 0.2 untuk lereng kurang dari 1% d. Pengelolaan Tanaman (C) Faktor C menunjukkan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, seresah, kondisi permukaan tanah, dan pengelolaan lahan terhadap besarnya erosi. Besarnya angka C tidak selalu sama dalam kurun waktu satu tahun. Berikut adalah tabel nilai C untuk berbagai jenis tanaman dan pengelolaan tanaman (Chay Asdak, 10: 367):

30 38 Tabel 7. Nilai C untuk Berbagai Jenis Tanaman dan Pengelolaan Tanaman No. Jenis Tanaman Nilai C 1. Tanaman rumput 0, Tanaman kacang jogo 0, Tanaman gandum 0, Tanaman ubi kayu 0, Tanaman kedelai 0, Tanaman serai wangi 0, Tanaman padi lahan kering 0, Tanaman padi lahan basah 0,010 9 Tanaman jagung 0, Tanaman jahe,cabe 0, Tanaman kentang ditanam searah lereng 1, Tanaman kentang ditanam searah kontur 0, Pola tanaman tumpang gilir + mulsa jerami (6 0,790 ton/ha/thn) 14. Pola tanam berurutan 0, Pola tanam tumpang gilir + mulsa sisa tanaman 0, Kebun campuran 0, Ladang berpindah 0, Tanah kosong diolah 1, Tanah kosong tidak diolah 0, Hutan tidak terganggu 0, Semak tidak terganggu 0, Alang-alang permanen 0, Alang-alang dibakar 0, Sengon dengan semak 0, Sengon tidak disertai semak tanpa seresah 1, Pohon tanpa semak 0,320 Sumber : Chay Asdak, 2010: 373 e. Pengelolaan Lahan (P) Faktor P adalah tindakan-tindakan khusus konservasi tanah yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan, tindakan konservasi khusus seperti pengelolaan menurut kontur, penanaman dalam strip, atau teras, terhadap besarnya erosi tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik. Nilai faktor P menunjukkan aktivitas pengolahan lahan. Pengelolaan lahan yang baik dapat menekan besarnya

31 39 laju erosi, namun pengelolaan lahan yang tidak baik dapat meningkat laju erosi. Berikut adalah tabel nilai faktor P berbagai aktifitas konservasi tanah di Pulau Jawa (Chay Asdak, 2002: 374): Tabel 8. Nilai Faktor P Berbagai Aktifitas Konservasi Tanah di Pulau Jawa No. Teknik Konsevasi Tanah Nilai P 1. Teras bangku: a. baik 0.20 b. jelek Teras bangku: jagung-ubi kayu/kedelai Teras bangku: sorghum-sorghum Teras Tradisional Teras Gulud: padi-jagung Teras gulud: ketela pohon Teras gulud: jagung-kacang + mulsa sisa tanaman Teras gulud: kacang kedelai Tanaman dalam kontur a. Kemiringan 0-8 % 0.50 b. Kemiringan 9-20 % 0.75 c. Kemiringan > 20 % Tanaman dalam jalur-jalur: jagung-kacang tanah mulsa 11. Mulsa limbah jerami a. 6 ton/ha/tahun 0.30 b. 3 ton/ha/tahun 0.50 c. 1 ton/ha/tahun Tanaman perkebunan: a. disertai penutup tanah rapat 0.10 b. disertai penutup tanah sedang Padang rumput a. baik 0.04 b. jelek 0.40 Sumber: Chay Asdak, 2010: Prakiraan Besar Erosi Tanah yang Diperbolehkan Erosi yang masih dapat diperbolehkan adalah laju erosi yang dinyatakan dalam mm/tahun atau ton/ha/tahun yang terbesar yang masih dapat diperbolehkan atau ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan tanaman yang memungkinkan

32 40 tercapainya produktivitas yang tinggi secara lestari. Thompson menyarankan, penentuan besar erosi tanah yang dapat dibiarkan atau dalam hal ini disebut T bergantung pada kedalaman tanah efektif, permeabilitas lapisan bawah, tingkat pelapukan sub stratum dan berat volume tanah (Sitanala Arsyad, 2010: 354). a. Kedalaman tanah efektif Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman (M. Nursa ban, 2006: 106). Adapun kedalaman tanah efektif diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 9. Kedalaman Tanah Efektif No. Klas Intensitas Kedalaman (cm) 1. k 0 Dalam >90 2. k 1 Sedang k 2 Dangkal k 3 Sangat dangkal < 30 Sumber: Junun Sartohadi, dkk, 2013: 164 b. Permeabilitas tanah bawah Permeabilitas tanah adalah kecepatan tanah dalam meloloskan air yang dinyatakan dalam frekuensi dan lamanya penjenuhan air. Adapun permeabilitas tanah bawah menentukan kepekaan suatu tanah tererosi. Permeabilitas tanah ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah. Pengelompokan permeabilitas tanah adalah sebagai berikut (Sitanala Arsyad, 2010: 369):

33 41 Tabel 10. Kode Permeabilitas Tanah No. Kelas Permeabilitas Kecepatan (cm/jam) Kode 1. Sangat lambat kurang dari 0, Lambat 0,5 sampai 2, Lambat sampai sedang 2,0 sampai 6, Sedang 6,3 sampai 12, Sedang sampai cepat 12,7 sampai 25, Cepat lebih dari 25,4 1 Sumber: Sitanala Arsyad, 2010: 369 c. Tingkat pelapukan lapisan tanah bawah Sifat lapisan bawah yang mempengaruhi erosi tanah adalah permeabilitas tanah yang berada di bagian bawah. Tanah yang lapisan bawahnya berupa tanah granuler, biasanya kurang peka terhadap erosi dibandingkan tanah yang lapisan bawahnya berpermeabilitas rendah (Hary Christady H, 2006: 399) Pada umumnya tanah terbentuk dari pelapukan batuan keras (batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf) atau dari bahanbahan lunak dan lepas seperti abu vulkan dan endapan baru. Proses pelapukan menjadikan batuan keras menjadi lunak disebut regolit. Tingkat pelapukan lapisan tanah bawah dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) tanah terletak di atas batuan kompak atau batuan induk, (2) tanah terletak di atas batuan yang telah melapuk atau bahan induk (M. Nursa ban, 2006: 107). d. Berat volume tanah Berat volume tanah adalah petunjuk mengenai kepadatan tanah, makin padat suatu tanah dan makin tinggi berat volume tanah, berarti akan makin sulit ditembus akar tanaman dan akan sulit untuk meloloskan

34 42 air. Berat volume tanah digunakan sebagai pengali dalam memperkirakan besarnya erosi tanah yang masih dapat diperbolehkan (M. Nursa ban, 2006: 108). Berikut adalah tabel pedoman penetapan nilai T untuk tanahtanah di Indonesia (Sitanala Arsyad, 2010: 356): Tabel 11. Pedoman Penetapan Nilai T untuk Tanah-tanah di Indonesia No. Sifat Tanah dan Substratum Nilai T (mm/tahun) 1. Tanah sangat dangkal di atas batuan Tanah sangat dangkal di atas bahan telah melapuk 0.4 (tidak terkonsolidasi) 3. Tanah dangkal di atas bahan telah melapuk Tanah dengan kedalaman sedang di atas bahan telah 1.2 melapuk 5. Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang kedap 1.4 air di atas substrata telah melapuk 6. Tanah yang dalam dengan lapisan bawahnya 1.6 berpermeabilitas lambat, di atas substrata telah melapuk 7. Tanah yang dalam dengan lapisan bawahnya 2.0 berpermeabilitas sedang, di atas substrata telah melapuk 8. Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang permeabel, di atas substrata telah melapuk 2.5 Sumber: Sitanala Arsyad, 2010: Arahan Konservasi Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Sitanala Arsyad, 2010: 51). Usaha-usaha konservasi tanah disamping ditujukan untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi dan memperbaiki tanah yang telah rusak, juga ditujukan untuk menetapkan kelas kemampuan tanah dan tindakan atau perlakuan yang diperlukan agar tanah tersebut dipergunakan seoptimal mungkin.

35 43 Konservasi tanah merupakan penyesuaian penggunaan tanah sesuai dengan sifat tanah dan perlakuan yang sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan (Ananto Kusuma Seta, 1987: 12-13). Arahan konservasi lahan merupakan penggabungan antara tingkat bahaya erosi tanah atau besar erosi tanah dengan erosi yang diperbolehkan untuk arahan pertimbangan pengelolaan lahan alternatif (CP alternatif) yang dapat diterapkan di dalam suatu wilayah. Arahan dalam penelitian ini yang dibahas adalah penggunaan dan pengelolaan lahan yang sebaiknya dilakukan, sehingga dapat menurunkan laju erosi sampai sama atau lebih kecil dari laju erosi yang diperbolehkan. Pertimbangan yang dimaksud dalam penentuan penggunaan lahan dan perlakuan konservasi lahan, arahan pemanfaatan lahan sesuai yang ditentukan berdasarkan indeks faktor pengelolaan lahan alternatif. A T RKLSCP T ( CP ) Dimana: A T R K : besarnya erosi tanah dalam ton/ ha/ tahun : besarnya erosi yang diperbolehkan : nilai indeks erosivitas hujan : erodibilitas tanah LS : panjang dan kemiringan lereng

36 44 C P : faktor tanaman : faktor tindakan manusia 11. Metode Konservasi Tanah Masalah konservasi adalah masalah menjaga tanah agar tidak terdispersi, dan mengatur kekuatan dan jumlah aliran permukaan agar tidak terjadi pengangkutan tanah. Ada tiga cara pendekatan dalam konservasi tanah, yaitu (Sitanala Arsyad, 2010: 167): a. Menutup lahan dengan tumbuhan agar terlindung dari daya perusak (daya tumbuk butir-butir hujan yang jatuh). b. Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap daya penghancur agregat oleh tumbukan butir-butir hujan dan pengangkutan oleh aliran permukaan. c. Mengatur aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah. Metode konservasi tanah dapat digolongkan ke dalam dua golongan utama yaitu: a. Metode Vegetatif Metode vegetatif adalah penggunaan tumbuhan dan tanaman, atau bagian tumbuhan atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butiran hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah. Metode vegetatif meliputi (Sitanala Arsyad, 2010: ):

37 45 1) Penanaman dalam strip (strip cropping) adalah suatu sistem bercocok tanam menggunakan beberapa jenis tanaman yang ditanam dalam strip yang berselang-seling pada sebidang tanah pada waktu yang sama dan disusun memotong lereng atau menurut garis kontur. 2) Penggunaan sisa-sisa tanaman/ tumbuhan yaitu dengan cara sisa tumbuhan yang masih segar dibenamkan ke dalam tanah secara merata maupun dalam jalur-jalur tertentu untuk meningkatkan kemampuan tanah menyerap air dan memelihara unsur hara. 3) Geotekstil adalah tekstil (barang tenun atau tenunan) permeabel yang digunakan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan tanah, fondasi bangunan, dan batuan, atau bahan yang digunakan dalam pekerjaan geoteknik sebagai bagian integral proyek buatan manusia. 4) Strip tumbuhan penyangga (riparian buffer strips) adalah beberapa jenis tumbuhan yang ditanam sepanjang tepi kiri dan kanan sungai. 5) Tanaman penutup tanah yaitu sistem penanaman berbagai tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada sebidang tanah (M. Nursa ban, 2006: 112). 6) Agroforestry b. Metode Mekanik Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik meliputi (Sitanala Arsyad, 2010: ):

38 46 1) Pengolahan tanah (tillage) adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. 2) Pengolahan tanah menurut kontur (contour cultivation) adalah pengolahan tanah dimana pembajakan lahan dilakukan menurut kontur atau memotong lereng, sehingga terbentuk jalur tumpukan tanah dan alur diantara tumpukan tanah yang terbentang menurut kontur. Pengolahan tanah menurut kontur akan lebih efektif bila barisan tanaman diatur sejalan dengan garis kontur. 3) Guludan dan guludan bersalur menurut kontur Guludan adalah tumpukan tanah (tinggi tumpukan tanah cm dan lebar cm) yang dibuat memanjang menurut garis kontur atau memotong lereng. Jarak antar guludan dipengaruhi oleh kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah, dan erosivitas hujan. Guludan bersalur dibuat memanjang menurut arah kontur atau memotong lereng. Metode ini dapat dibuat pada lereng dengan kecuraman sampai 12%. Guludan bersalur pada tanah yang permeabilitasnya tinggi dapat dibuat tepat menurut garis kontur. Tujuan metode ini adalah agar air yang tidak dapat segera masuk ke dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah ke luar lapangan.

39 47 4) Parit pengelak Parit pengelak atau saluran pengelak adalah suatu cara konservasi tanah dengan membuat semacam saluran yang memotong arah lereng atau menurut kontur sehingga kecepatan air dalam saluran tersebut tidak lebih dari 0,5m/detik. 5) Teras Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan serta memungkinkan penyerapan air oleh tanah (Sitanala Arsyad, 2010: 185). Tipe teras yang digunakan untuk mengurangi erosi adalah (M. Nursa ban, 2006: 113): a) Teras Datar Teras datar adalah teras yang dibuat pada lahan yang memiliki kemiringan kurang dari lima persen untuk membantu peresapan air ke dalam tanah. Bentuk teras datar sangat sederhana, dengan bagian utama bibir teras dan bidang pengolahan. b) Teras Kredit Teras kredit dibuat pada tanah dengan kemiringan 3-10% untuk membantu peresapan air ke dalam tanah. Jenis teras kredit pada umumnya diterapkan di tempat-tempat yang lahannya sulit menyerap air.

40 48 c) Teras Bangku Teras bangku atau teras tangga adalah jenis teras yang dibuat pada tanah dengan kemiringan 15-50%. Bentuk teras paling sempurna yang terdiri dari bibir teras, talud, bidang olahan dan saluran teras. Bidang olahan dibuat miring ke dalam dengan kemiringan sebesar 0,2% tujuannya untuk meresapkan air ke dalam tanah dan untuk mencegah erosi. d) Teras Guludan Teras guludan adalah jenis teras yang dibuat pada lahan yang kemiringannya antara 5-15%. Teras guludan memiliki bentuk sederhana terdiri atas bibir teras, saluran teras, dan bidang olahan serta dilengkapi saluran pembuangan air di sepanjang bagian atas guludan. 6) Penghambat (check dam), waduk, kolam atau balong (farm ponds), rorak, dan tanggul DAM penahan adalah bendungan kecil dan sederhana yang dibuat pada alur atau parit alam menggunakan urugan tanah diperkuat untuk mengendapkan lumpur hasil erosi dari lahan bagian atasnya (M. Nursa ban, 2006: 114). Kolam atau balong (farm ponds) atau embung sumber air yang dapat direncanakan sesuai dengan keperluan usaha tani. Rorak adalah lubang yang digali dengan ukuran kedalaman 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang 1-5 meter. DAM penghambat (check dam), waduk, kolam atau balong (farm

41 49 ponds), rorak, dan tanggul berfungsi untuk mengurangi jumlah dan kecepatan air, serta memaksa air masuk ke dalam tanah (Sitanala Arsyad, 2010: ). 7) Perbaikan drainase Drainase adalah keadaan dan cara air lebih (excess water) keluar dari tanah. Drainase menunjukkan frekuensi dan cara tanah bebas dari air lebih dan mencerminkan kecepatan air lebih keluar dari tanah. Tujuan perbaikan drainase adalah membuang air lebih di atas permukaan tanah secepatnya dan mempercepat gerakan aliran air keluar dari pori-pori tanah ke arah bawah di dalam profil tanah sehingga air tanah turun, perbaikan peredaran udara dalam tanah, menghilangkan unsur atau senyawa racun tanaman, dan merangsang kehidupan mikroba tanah (Sitanala Arsyad, 2010: ). 8) Irigasi Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman. Irigasi meliputi pengambilan air dari sumbernya, pengaliran air yang berlebih dari areal tanaman, dan penampungan. Kegunaan irigasi adalah mempermudah pengolahan tanah (Sitanala Arsyad, 2010: 207). B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan adalah penelitian-penelitian yang sudah ada sebelum penelitian dilakukan oleh peneliti, dan dijadikan pedoman atau sumber untuk melengkapi data. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,

Lebih terperinci

EROSI DAN SEDIMENTASI

EROSI DAN SEDIMENTASI EROSI DAN SEDIMENTASI I. PENDAHULUAN Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai

Lebih terperinci

Erosi. Rekayasa Hidrologi

Erosi. Rekayasa Hidrologi Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu

Lebih terperinci

Teknik Konservasi Waduk

Teknik Konservasi Waduk Teknik Konservasi Waduk Pendugaan Erosi Untuk memperkirakan besarnya laju erosi dalam studi ini menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) atau PUKT (Persamaan umum Kehilangan Tanah). USLE

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Degradasi Lahan Pada sistem pertanian lahan kering yang kurang efektif mengendalikan aliran permukaan dapat mempercepat kehilangan bahan organik yang sangat ringan dan mudah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan tiga proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian

Lebih terperinci

1/3/2017 PROSES EROSI

1/3/2017 PROSES EROSI PROSES EROSI 1 Mengapa Erosi terjadi? Ini sangat tergantung pada daya kesetimbangan antara air hujan (atau limpasan) dengan tanah. Air hujan dan runoff befungsi sebagai transport. Jika tenaga yang berlaku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa Sumber Brantas Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Kajian Geografi. a. Pengertian Geografi. Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Kajian Geografi. a. Pengertian Geografi. Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kajian Geografi a. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan gejala-gejala di permukaan bumi dan peristiwa yang terjadi di

Lebih terperinci

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).

Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off). BAB VII. EROSI DAN SEDIMENTASI A. Pendahuluan Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang erosi pada DAS, Nilai Indeks Erosivitas Hujan, Faktor Erodibilitas Tanah, Faktor Tanaman atau Faktor

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA PRAKTIKUM RSDAL VI PREDIKSI EROSI DENGAN METODE USLE DAN UPAYA PENGENDALIANNYA Metode prediksi erosi yang secara luas telah dipakai serta untuk mengevaluasi teknik konservasi pada suatu area diantaranya

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung (intangible). Selain itu,

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung (intangible). Selain itu, TINJAUAN PUSTAKA Hutan dan Fungsinya Hutan memiliki fungsi sebagai pelindung, dalam hal ini berfungsi sebagai pengaturan tata air, pencegahan banjir, pencegahan erosi, dan pemeliharaan kesuburan tanah.

Lebih terperinci

VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR

VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR KONSERVASI TANAH : Penggunaan tanah sesuai dengan kelas kemampuan tanah dan memperlakukan tanah tersebut agar tidak mengalami kerusakkan. Berarti : 1. menjaga tanah agar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan sumber kehidupan manusia dan sebagai pendukung kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 9 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan : Oktober November 2010 (Bogor). Pelaksanaan lapang (pra survei dan survei) : Desember 2010. Analisis Laboratorium : Januari Februari 2011.

Lebih terperinci

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN Quis 1. Jelaskan pengertian erosi. 2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi erosi. 3. Apakah erosi perlu dicegah/dikendalikan?

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi Erosi berasal dari bahasa latin erodere yang berarti menggerogoti atau untuk menggali. Istilah erosi ini pertama kali digunakan dalam istilah geologi untuk menggambarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah

Lebih terperinci

MENENTUKAN LAJU EROSI

MENENTUKAN LAJU EROSI MENENTUKAN LAJU EROSI Pendahuluan Erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan, melayangnya (suspensi) atau mengendapnya material fragmental oleh air.sedimentasi merupakan akibat dari adanya

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30 Persamaan Umum Kehilangan Tanah (Universal Soil Loss Equation) (USLE) (Wischmeier & Smith, 1969) A = R. K. L. S. C. P A = Jumlah Tanah Tererosi (Ton/Ha/Th) R = Jumlah Faktor Erosivitas Hujan (Joule) K

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik (Arsyad, 1989).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi dan Akibatnya 1. Sifat dan Fungsi Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair dan gas yang mempunyai sifat dan perilaku

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada ketinggian antara 500 900 m. dpl, dengan suhu maksimum 30 derajat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,

Lebih terperinci

penyebab terjadinya erosi tanah Posted by ariciputra - 29 May :25

penyebab terjadinya erosi tanah Posted by ariciputra - 29 May :25 penyebab terjadinya erosi tanah Posted by ariciputra - 29 May 2011 23:25 Penyebab terjadinya Erosi Tanah Gambar : Kebakaran hutan, hutan gundul dan daerah longsor Menurut kalian apakah tanah bisa mengalami

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm) BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Curah hujan wilayah Menurut Triatmodjo (2010) stasiun penakar hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan pada suatu luasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan. VI = = = 11 m

BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan. VI = = = 11 m BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan 3.1 Hasil Percobaan Tugas Praktikum : 1. Tentukan jumlah teras yang dapat dibuat pada suatu lahan apabila diketahui data sebagai berikut : panjang lereng 200 m, kemiringan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkat produktivitas yang rendah atau tidak produktif sama sekali bagi kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkat produktivitas yang rendah atau tidak produktif sama sekali bagi kegiatan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Degradasi Tanah Degradasi tanah atau degradasi lahan didefinisikan sebagai lahan yang memiliki tingkat produktivitas yang rendah atau tidak produktif sama sekali bagi kegiatan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan

2. TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan 3 2. TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan Aliran permukaan merupakan bagian dari hujan yang tidak diserap tanah dan tidak tergenang di permukaan tanah, tetapi bergerak ke tempat yang lebih rendah dan akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yag digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. Menurut Singarimbun (1989 : 4) metode eksploratif yaitu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 KONSERVASI TANAH 1. Pengertian Konservasi Tanah Penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. termasuk erosi ringan. Erosi yang terjadi pada unit 2 yaitu 18,07

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. termasuk erosi ringan. Erosi yang terjadi pada unit 2 yaitu 18,07 100 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Besar erosi yang terjadi Berdasarkan data dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa Desa Kalegen memiliki tingkat bahaya erosi yang beragam. Erosi yang terjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Curah hujan Grafik curah hujan selama pengamatan (2 Desember 2010-31 Januari 2011) disajikan dalam Gambar 10. Gambar 10 Curah hujan selama pengamatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan kemiringan lereng yang bervariasi yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit atau yang dapat menampung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah Aliran permukaan adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah atau bumi dan bentuk aliran inilah yang paling penting sebagai penyebab erosi

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lahan merupakan bagian permukaan bumi yang dicirikan dengan sifat sifat tertentu yang meliputi biosfer, di atas dan di bawahnya termasuk atmosfer, tanah,

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 KONSERVASI TANAH 1. Pengertian Konservasi Tanah Penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berkembang dari masa ke masa, konsekuensinya kebutuhan primer semakin bertambah terutama pangan. Krisis pangan saat ini sedang dialami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adanya erosive transport agent seperti air dan angin Pada daerah beriklim tropika. gleytser kurang begitu dominan (Nursa ban, 2006).

TINJAUAN PUSTAKA. adanya erosive transport agent seperti air dan angin Pada daerah beriklim tropika. gleytser kurang begitu dominan (Nursa ban, 2006). TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi menggambarkan pelapukan yang terjadi dipermukaan tanah yang bersifat merusak. Meskipun tidak selamanya erosi yang terjadi dapat menimbulkan kerugian. Pada prinsipnya erosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan hidup manusia, berupa sumberdaya hutan, tanah, dan air. Antara manusia dan lingkungan hidupnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia hidup tergantung dari tanah dan sampai keadaan tertentu tanah yang baik itu juga tergantung dari manusia. Pengelolaan tanah yang kurang baik bisa mengakibatkan

Lebih terperinci

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng 124 Bab VI Kesimpulan Lokasi penelitian, berupa lahan pertanian dengan kondisi baru diolah, tanah memiliki struktur tanah yang remah lepas dan jenis tanah lempung berlanau dengan persentase partikel tanah

Lebih terperinci

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan Standar Nasional Indonesia Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora AMDAL (AGR77) Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Hidroorologis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan, 4 TINJAUAN PUSTAKA Erosi Tanah Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan, salah satunya menjadi media bagi tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Berbagai gaya mempengaruhi tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lereng 2.1.1 Kemiringan Lereng Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting sebagai penghasil gula. Lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai Asahan. harafiah diartikan sebagai setiap permukaan miring yang mengalirkan air

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai Asahan. harafiah diartikan sebagai setiap permukaan miring yang mengalirkan air TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Asahan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai terjemahan dari watershed secara harafiah diartikan sebagai setiap permukaan miring yang mengalirkan air (Putro et al, 2003).

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR

ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Harjuni Hasan 1*, Rinto Syahreza Pahlevi 1 Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol adalah tipe tanah yang terbentuk melalui proses latosolisasi. Proses latosolisasi memiliki tiga proses utama, yaitu (1) pelapukan intensif yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab menurunnya produktivitas suatu lahan. Degradasi lahan adalah kondisi lahan yang tidak mampu menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI ANALISIS TINGKAT EROSI TANAH DI KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Geografi Oleh : KRISTANTO NUGROHO NIRM. 02.6.106.09010.5.0021

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi dan Neraca air Menurut Mori (2006) siklus air tidak merata dan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu, tekanan atmosfir, angin, dan lain-lain) dan kondisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi serta memiliki prospek yang baik bagi petani maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci