Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian sasaran kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Laporan kinerja didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah melakukan akuntabilitas kinerja masing-masing sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam pencapaian tujuan organisasi sesuai tugas pokok dan fungsinya. Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah (LKj) yang disusun secara periodik. LKj mempunyai manfaat sebagai : a. bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan; b. penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang; c. penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang; dan d. penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan. Dalam kaitan tersebut, Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan sebagai salah satu unit kerja di lingkungan Kedeputian Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Sekretariat Kabinet melakukan penyusunan LKj Tahun 2014 sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam pencapaian tujuan organisasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden tersebut. 1

2 B. Gambaran Organisasi Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamnan Berdasarkan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 4 Tahun 2012, yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2010 tentang Sekretariat Kabinet, Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, mempunyai tugas membantu Deputi Bidang Politik, Hukum dan Keamanan dalam rangka melaksanakan penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan, penyiapan dan persetujuan prakarsa, penyusunan, dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden, serta pemantauan dan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum, dan keamanan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan menyelenggarakan fungsi: 1. penyiapan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundangundangan di bidang politik, hukum dan keamanan; 2. penyiapan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum dan keamanan; 3. penyiapan analisis pembentukan lembaga, badan, komisi, dewan beserta instrumen pendukungnya yang menjadi kewenangan Presiden, termasuk analisis tentang pembatalan Peraturan Daerah; 4. penyusunan pendapat hukum sebagai hasil analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan 2

3 Presiden dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum dan keamanan; 5. penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum dan keamanan; 6. pemantauan dan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang politik, hukum dan keamanan; 7. fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Adapun susunan organisasi Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan sebagai berikut: 1. Bidang Politik Dalam Negeri; 2. Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Komunikasi dan Informatika, dan Aparatur Negara; 3. Bidang Pertahanan, Keamanan, dan Pertanahan; 4. Bidang Hubungan Internasional dan Ratifikasi; dan 5. Kelompok Jabatan Fungsional. Masing-Masing Bidang tersebut memiliki tugas, fungsi dan struktur organisasi sebagai berikut: Bidang Politik Dalam Negeri Bidang Politik Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundangundangan, penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden, serta pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang hubungan lembaga negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan umum dan otonomi daerah. 3

4 Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bidang Politik Dalam Negeri menyelenggarakan fungsi: 1. penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundangundangan bidang hubungan lembaga negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan umum, dan otonomi daerah; 2. penyiapan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden bidang hubungan lembaga negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan umum, dan otonomi daerah; 3. penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang hubungan lembaga negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan umum, dan otonomi daerah, termasuk pembatalan Peraturan Daerah; 4. penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang hubungan lembaga negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan umum, dan otonomi daerah, termasuk pembatalan Peraturan Daerah; 5. pemantauan dan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang hubungan lembaga negara, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, pemerintahan umum, dan otonomi daerah. Bidang Politik Dalam Negeri terdiri dari 2 (dua) Subbidang, yakni: 1. Subbidang Lembaga Negara, Organisasi Politik, dan Organisasi Kemasyarakatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan di bidang lembaga negara, organisasi politik dan organisasi 4

5 kemasyarakatan, penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang lembaga negara, organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan, penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang lembaga negara, organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang lembaga negara, organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan, pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang lembaga negara, organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan; dan 2. Subbidang Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan di bidang pemerintahan umum dan otonomi daerah, penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang pemerintahan umum dan otonomi daerah, penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang pemerintahan umum dan otonomi daerah termasuk pembatalan Peraturan Daerah, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang pemerintahan umum dan otonomi daerah termasuk pembatalan Peraturan Daerah, pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, 5

6 Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang pemerintahan umum dan otonomi daerah. Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Komunikasi dan Informatika, dan Aparatur Negara Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Komunikasi dan Informatika, dan Apartur Negara mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan, penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden, serta pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum perdata, hukum acara, penyidikan, hak asasi manusia, pelayanan informasi publik, telekomunikasi dan informatika, kelembagaan, dan kepegawaian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Komunikasi dan Informatika, dan Aparatur Negara menyelenggarakan fungsi: 1. penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundangundangan di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, pelayanan informasi publik, telekomunikasi dan informatika, kelembagaan, dan kepegawaian; 2. penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum 6

7 pidana, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, pelayanan informasi publik, telekomunikasi dan informatika, kelembagaan, dan kepegawaian; 3. penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, pelayanan informasi publik, telekomunikasi dan informatika, kelembagaan, dan kepegawaian; 4. penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, pelayanan informasi publik, telekomunikasi dan informatika, kelembagaan, dan kepegawaian; 5. pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, pelayanan informasi publik, telekomunikasi dan informatika, kelembagaan, dan kepegawaian. Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Komunikasi dan Informatika, dan Aparatur Negara terdiri dari 2 (dua) Subbidang, yakni: 1. Subbidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Komunikasi dan Informatika, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum perdata, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, pelayanan informasi publik, telekomunikasi dan 7

8 informatika, dan, penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum perdata, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, pelayanan informasi publik, telekomunikasi dan informatika, penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum perdata, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, pelayanan informasi publik, telekomunikasi dan informatika, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum perdata, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, pelayanan informasi publik, telekomunikasi dan informatika, pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kekuasaan kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kewarganegaraan, keimigrasian, hukum pidana, hukum perdata, hukum acara, penegakan hukum, hak asasi manusia, pelayanan informasi publik, telekomunikasi dan informatika; 2. Subbidang Aparatur Negara mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundangundangan di bidang kelembagaan dan kepegawaian, penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kelembagaan dan kepegawaian, penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi 8

9 permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kelembagaan dan kepegawaian, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kelembagaan dan kepegawaian, pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang kelembagaan dan kepegawaian. Bidang Pertahanan, Keamanan, dan Pertanahan Bidang Pertahanan, Keamanan, dan Pertanahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan, penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden, serta pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan, penatagunaan tanah, hak dan pendaftaran tanah. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bidang Pertahanan, Keamanan, dan Pertanahan menyelenggarakan fungsi: 1. penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundangundangan di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan, penatagunaan tanah, hak dan pendaftaran tanah; 2. penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan, penatagunaan tanah, hak dan pendaftaran tanah; 9

10 3. penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan, penatagunaan tanah, hak dan pendaftaran tanah; 4. penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan, penatagunaan tanah, hak dan pendaftaran tanah; 5. pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, wilayah perbatasan, penatagunaan tanah, hak dan pendaftaran tanah. Bidang Pertahanan, Keamanan, dan Pertanahan terdiri dari 2 (dua) Subbidang, yakni: 1. Subbidang Pertahanan dan Keamanan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, dan wilayah perbatasan, penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, dan wilayah perbatasan, penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, dan wilayah perbatasan, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, dan wilayah perbatasan, pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas 10

11 pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang pertahanan, keamanan, kesatuan bangsa, dan wilayah perbatasan; 2. Subbidang Pertanahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan di bidang penatagunaan tanah, hak dan pendaftaran tanah, penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang pertanahan, penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang penatagunaan tanah, hak dan pendaftaran tanah, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang penatagunaan tanah, hak dan pendaftaran tanah, pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang penatagunaan tanah, hak dan pendaftaran tanah. Bidang Hubungan Internasional dan Ratifikasi Bidang Hubungan Internasional dan Ratifikasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan, penyiapan bahan, dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden, serta pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang bidang hubungan internasional dan ratifikasi. 11

12 Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bidang Hubungan Internasional dan Ratifikasi menyelenggarakan fungsi: 1. penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundangundangan di bidang hubungan internasional dan ratifikasi; 2. penyiapan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang hubungan internasional dan ratifikasi; 3. penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang hubungan internasional dan ratifikasi; 4. penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang hubungan internasional dan ratifikasi; 5. pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang hubungan internasional dan ratifikasi. Bidang Hubungan Internasional dan Ratifikasi terdiri dari 2 (dua) Subbidang, yakni: 1. Subbidang Hubungan Internasional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundangundangan di bidang hubungan internasional, penyiapan bahan dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang hubungan internasional, penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang hubungan internasional, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden, 12

13 Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang hubungan internasional, pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang hubungan internasional; 2. Subbidang Ratifikasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan penyampaian analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan di bidang ratifikasi, penyiapan bahan, dan penyampaian analisis terhadap persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden di bidang ratifikasi, penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis terhadap substansi permasalahan dalam Rancangan Peraturan Presiden di bidang ratifikasi, penyusunan dan penyampaian Rancangan Peraturan Presiden di bidang ratifikasi, pemantauan dan penyiapan bahan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Peraturan Presiden di bidang ratifikasi. Struktur Organisasi Struktur organisasi Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan yang didukung oleh 4 (empat) Bidang dan 8 (delapan) Subidang tersebut, dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut ini : 13

14 Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam M. Rokib, S.H, MH Bidang Politik Dalam Negeri Bidang Hukum, HAM, Kominfo & Aparatur Ngr Bidang Pertahanan Keamanan & Pertanahan Bidang Hubungan Internasional & Ratifikasi Novi Pratiwi Dewi, SH, MH Kardwiyana Ukar, SH, LLM Ida Dwi Nilasari, SH, MH Dyah Kusumastuti, SH, LLM Subbidang Lbg Ngr, Orpol dan Ormas Subbidang Hukum, HAM, Kominfo Subbidang Pertahanan dan Keamanan Subbidang Hubungan Internasional Retno Wulandari, SH Elizabeth D Simanjuntak, SH Arnando JP Siregar, SH Cessie Johanna N., SH Subbidang Pemerintahan Umum & Otda Subbidang Aparatur Negara Subbidang Pertanahan Subbidang Ratifikasi Avip Suchron NH, S.Sos, MH ---- Taufik Akbar, SIP 14

15 Sumber Daya Manusia Sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berjumlah 12 orang, dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1 Jumlah SDM Berdasarkan Golongan, Eselon, Pendidikan dan Jenis Kelamin Pangkat Jabatan Pendidikan Jenis Kelamin Golongan Jumlah Nama Jabatan Jumlah Tingkat Jumlah Jenis Jumlah IV/c 1 Asdep (Esl. II a) 1 S 2 1 L 1 IV/b 1 1 S 2 1 P 1 IV/a 3 Kabid (Esl. III 3 S 2 3 P 2 a) L 1 III/d 1 1 S 2 1 L 1 III/c 3 3 S 1 3 L Kasubid (Esl. P IV a) III/b 2 2 S 1 2 L P III/a 1 Analis Hukum 1 S 1 1 P 1 III/a 3 CPNS 3 S 1 3 L P C. Gambaran Aspek Strategis (Strategic Issues) Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menghadapi berbagai faktor pendukung dan penghambat, baik yang berasal dari luar (eksternal) maupun yang berasal dari dalam (internal). Faktor-faktor tersebut perlu dikenali, dihadapi, dan disikapi dengan tepat agar tidak mengganggu pelaksanaan kerja. Adapun faktor-faktor yang biasa dihadapi oleh Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah sebagai berikut: 15

16 1. Lingkungan Internal Berdasarkan hasil analisis internal, maka kekuatan, kelemahan, dan potensi Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah sebagai berikut: a. Kekuatan Organisasi 1) komitmen pimpinan dalam pelaksanaan rencana strategis dan reformasi birokrasi; 2) kebijakan organisasi; 3) sumber daya manusia yang berkualitas. b. Kelemahan Organisasi 1) peningkatan kemampuan dan pengembangan sumber daya manusia belum sepenuhnya optimal; 2) belum diterapkannya standar pelayanan secara konsisten dan menyeluruh. c. Potensi Organisasi 1) komitmen yang kuat dari pimpinan dan seluruh staf untuk melaksanakan tugas dan fungsi organisasi; 2) tersedianya SDM yang berpotensi untuk dikembangkan melalui berbagai pendidikan dan pelatihan; 3) komitmen SDM pelaksana untuk terus meningkatkan kinerja. 2. Lingkungan Eksternal Faktor-faktor lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi penetapan dan pencapaian tujuan dan sasaran adalah: perkembangan politik dan hukum nasional, teknologi, dan globalisasi. Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor eksternal, maka peluang dan ancaman terhadap Keasdepan Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah sebagai berikut : a. Peluang Organisasi 1) Undang-Undang Pelayanan Publik dan Undang-Undang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang memperkuat landasan Keasdepan Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan 16

17 Keamanan sebagai bagian dari lembaga pemerintahan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat; 2) Penyempurnaan, perbaikan, penyederhanaan sistem manajemen, prosedur, dan kebijakan atau ketentuan perundang-undangan (deregulasi dan debirokratisasi) dalam penyelenggaraan pelayanan publik; 3) Pengembangan dan kemajuan teknologi informasi yang cepat dan dinamis dalam mendukung pengembangan e-government di setiap instansi pemerintah; 4) Dukungan kebijakan tentang penerapan tata pemerintahan yang baik (good governance) di semua lini dan tingkatan pada semua kegiatan. b. Ancaman Organisasi Ancaman terhadap Keasdepan Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah tingkat kepercayaan masyarakat yang masih rendah terhadap birokrasi pemerintah. 3. Permasalahan Berdasarkan kekuatan, kelemahan, potensi, peluang, dan ancaman di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada selama ini dan kemungkinan yang akan dihadapi oleh Keasdepan Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam tahun-tahun mendatang, yaitu: a. Aspek Ketatalaksanaan Koordinasi dan kerja sama yang kurang optimal antar lembaga pemerintah di pusat dan daerah maupun dengan unit kerja lain di lingkungan lembaga kepresidenan, yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas Keasdepan Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. b. Aspek Sumber Daya Manusia Kualitas sebagian SDM masih perlu terus ditingkatkan untuk mendukung tugas dan fungsi Keasdepan Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. 17

18 c. Aspek Sarana dan Prasarana Sistem manajemen informasi berbasis teknologi informasi belum terintegrasi sepenuhnya dan belum ada kesesuaian antara manajemen teknologi informasi dengan sistem yang sedang dan akan dikembangkan. 18

19 BAB II PERENCANAAN KINERJA Suatu unit organisasi perlu membuat perencanaan agar tidak menimbulkan ketimpangan manajemen sekaligus untuk melaksanakan seluruh aktivitas organisasi. Dengan adanya perencanaan yang jelas maka suatu organisasi akan dapat mengelola potensi, peluang, dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan kinerja organisasi. Rencana suatu organisasi memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, kegiatan dan indikator kinerja yang diperlukan untuk operasionalisasi kinerja organisasi secara optimal sesuai tugas pokok dan fungsinya sekaligus menjadi pedoman bagi seluruh pejabat dan pegawai. A. Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Visi dan Misi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, Kementerian/Lembaga (K/L) dalam menyelenggarakan kegiatannya berkewajiban menyusun Rencana Strategis (Renstra). Sekretariat Kabinet sebagai salah satu lembaga pemerintahan setingkat kementerian, berkewajiban pula untuk menyusun Renstra Saat ini telah tersusun Renstra Sekretariat Kabinet Renstra Sekretariat Kabinet merupakan penyempurnaan Renstra Sekretariat Kabinet Hal tersebut, sebagai wujud komitmen organisasi untuk selalu melakukan upaya perbaikan dalam rangka meningkatkan capaian kinerja guna mengantisipasi tuntutan akan perubahan dan kebutuhan organisasi ke arah yang lebih baik. 19

20 Visi dan Misi Sekretariat Kabinet yang tercantum dalam Renstra Sekretariat Kabinet adalah: Visi Menjadi Sekretariat Kabinet yang profesional dan handal dalam mendukung Presiden dan Wakil Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan. Misi Memberikan dukungan manajemen kabinet kepada Presiden dan Wakil Presiden dengan memegang teguh pada prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Berdasarkan pada Renstra tersebut, Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan menetapkan visi dan misinya yaitu: VISI Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan yang professional dan handal dalam memberikan dukungan saran kebijakan dalam penyelenggaraan analisis kebijakan dan program pemerintah serta penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang berkualitas. MISI Meningkatkan kualitas dukungan saran kebijakan dalam penyelenggaraan hasil analisis kebijakan dan program pemerintah serta penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. 20

21 Tujuan Strategis Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun. Dengan diformulasikannya tujuan, maka Sekretariat Kabinet dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan organisasi dalam mencapai misinya. Tujuan tersebut dimaksudkan untuk mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan misi yang telah ditetapkan. Keberhasilan Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dapat diukur melaui keberhasilan mewujudkan tujuan : 1. Meningkatnya kualitas hasil analisis kebijakan dan program pemerintah di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; 2. Meningkatnya kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Tujuan tersebut dijabarkan menjadi beberapa sasaran dan program yang memuat kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan pada tahun Sasaran Strategis Sasaran strategis merupakan hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan yang ingin dicapai pada setiap tahun selama 5 (lima) tahun. Penetapan sasaran diperlukan untuk memberikan fokus dalam penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya yang dimiliki. Penetapan sasaran diperlukan untuk memberikan fokus dalam penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya yang dimiliki. 21

22 Dalam sasaran dimuat indikator sasaran yang merupakan ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun yang bersangkutan beserta rencana tingkat capaian (target) masingmasing. Setiap sasaran diidentifikasi melalui indikator kinerja masing-masing yang akan dijadikan tolok ukur keberhasilan pencapaian sasaran. Sasaran beserta indikator kinerjanya dirumuskan berdasarkan tingkatan indikator. Pada tahun 2014, Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan merencanakan pencapaian 2 (dua) sasaran sebagai berikut : 1. Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan dan program pemerintah di bidang Perancangan Perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; dan 2. Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran Cara pencapaian tujuan dan sasaran merupakan rencana menyeluruh mengenai upaya organisasi berupa penetapan kebijakan, program, dan kegiatan dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki. Dalam mencapai tujuan dan sasaran di atas, perlu dilakukan pemilihan strategi pencapaiannya yang dijabarkan ke dalam bentuk kebijakan, program, dan kegiatan. Program disusun untuk mengoperasionalkan kebijakan dengan orientasi pada pencapaian tujuan dan sasaran. Adapun kegiatan disusun untuk mengoperasionalkan program guna memberi kontribusi terhadap pencapaian tujuan dan sasaran. Pencapaian tujuan dan sasaran diwujudkan dengan terlebih dahulu memilih strategi pencapaiannya. Adapun strategi pencapaian tersebut dijabarkan melalui program dan kegiatan. Pada tahun 2014, Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan mempunyai satu program dan menetapkan 3 (tiga) kegiatan sebagai berikut: 22

23 Program Penyelenggaraan Pelayanan Dukungan Kebijakan kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan. Kegiatan 1. Perumusan dan analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. 2. Penyusunan laporan hasil pemantauan dan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. 3. Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Gambaran selengkapnya mengenai sasaran, program, dan kegiatan Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan pada tahun 2014 sebagaimana tabel berikut : Tabel 3 Sasaran, Program, dan Kegiatan Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Tahun 2014 Sasaran Strategis Program Operasional Kegiatan 1. Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan dan program pemerintah di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan. 1. Perumusan analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundangundangan di bidang Politik, Hukum dan Keamanan; 2. Penyusunan laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 23

24 Sasaran Strategis Program Operasional Kegiatan 2. Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan B. Penetapan Kinerja Penetapan Kinerja Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan merupakan ikhtisar kesepakatan rencana kinerja yang akan dicapai pada tahun 2014 oleh seluruh unit kerja di lingkungan Keasdepan Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Uraian mengenai Penetapan Kinerja Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan tersebut adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel 4 Penetapan Kinerja Tahun 2014 No. Sasaran Indikator Sasaran Satua n Target Target Anggaran 1. Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan dan program pemerintah di bidang Perancangan Perundangundangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 1. Persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. 2. Persentase saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti % % Rp ,- 24

25 No. Sasaran Indikator Sasaran Satua n Target Target Anggaran 3. Persentase penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. % Persentase saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti % Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 1. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu 2. Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti % % Rp ,- C. Indikator Kinerja Utama Uraian mengenai Indikator Kinerja Utama Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan adalah sebagaimana dalam tabel berikut: 25

26 Tabel 5 Indikator Kinerja Utama Tahun 2014 No Indikator Kinerja Utama 1. a. Persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. b. Persentase saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti c. Persentase penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. d. Persentase saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti 2. a. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu b. Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti 1. Indikator Kinerja Utama 1 a) Persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan persentase penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. Indikator persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan persentase penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu digunakan untuk mengukur tingkat 26

27 ketepatan waktu penyelesaian. Mengacu pertimbangan di atas, target persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan persentase penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu ditetapkan 97%. Indikator ketepatan waktu mencerminkan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan berdasarkan Standar Pelayanan (SP). Penyusunan penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dikatakan tepat waktu apabila waktu penyelesaiannya sesuai dengan waktu yang dialokasikan dalam Standar Operasional Prosedur. Pada Tahun 2012, Sekretaris Kabinet telah menetapkan Keputusan Sekretaris Kabinet Nomor 51 Tahun 2012 tentang Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Sekretariat Kabinet. Mengacu pada SOP di atas, target ketepatan waktu penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah ditetapkan 9 hari sedangkan penyelesaian laporan hasil pemantauan dan evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ditetapkan 5 hari. Adapun penghitungan ketepatan waktu dilakukan dengan rumusan sebagai berikut: 27

28 Penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah yang tepat waktu penyelesaian analisis yang tepat waktu penyelesaian analisis yang disampaikan X 100% Penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres yang tepat waktu laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis yang tepat waktu laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis yang disampaikan X 100% b) Persentase saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan persentase saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti Indikator persentase saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundangundangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan persentase saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti digunakan untuk mengukur tingkat kualitas hasil analisis kebijakan dan program pemerintah di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Semakin tinggi persentase penyelesaian suatu hasil analisis kebijakan dan mendapat tindak lanjut Deputi, maka semakin berkualitas hasil perumusan dan analisis yang dihasilkan. Dengan demikian maka semakin banyak hasil saran kebijakan dan analisis yang diterima 28

29 dan ditindaklanjuti oleh Deputi bidang Politik, Hukum, dan Keamanan berarti kinerja Asisten Deputi semakin tinggi. Adapun metode penghitungan target tersebut adalah sebagai berikut: Penyelesaian saran penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah yang ditindaklanjuti saran yang ditindaklanjuti saran yang disampaikan X 100% Penyelesaian saran penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres yang ditindaklanjuti saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis yang ditindaklanjuti saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis yang disampaikan X 100% Sedangkan, target hasil perumusan dan analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti ditetapkan mengacu pada target tahun sebelumnya dengan melihat tren tahun sebelumnya meningkat dari 90% (RKT Tahun 2009), 92% (RKT Tahun 2010), 93% (RKT 2011), 95% (RKT 2012), 96% (RKT 2013) menjadi 97% pada RKT Tahun Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa target tersebut ditetapkan meningkat selama kurun waktu guna peningkatan kualitas kinerja Asisten Deputi. 29

30 Kegiatan yang terkait dengan pencapaian indikator sasaran pertama adalah perumusan analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan penyusunan laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum dan Keamanan. 2. Indikator Kinerja Utama 2 Persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang tepat waktu dan yang ditindaklanjuti Pengukuran persentase penyelesaian rancangan dilakukan terhadap penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang tepat waktu dan yang ditindaklanjuti. Pengertian suatu RPerpres, RKeppres, dan RInpres bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ditindaklanjuti apabila: 1. Sekretariat Kabinet telah mengajukan Rancangan kepada Presiden untuk ditetapkan menjadi Peraturan Presiden (Perpres), Keputusan Presiden (Keppres), dan Instruksi Presiden (Inpres); 2. Sekretariat Kabinet telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada Instansi Pemrakarsa agar Rancangan disempurnakan atau dikaji kembali oleh Instansi Pemrakarsa, berdasarkan hasil analisis hukum Sekretariat Kabinet atau hasil kesepakatan dalam rapat koordinasi yang diprakarsai Sekretariat Kabinet; 3. Sekretariat Kabinet telah mengirimkan surat kepada instansi yang kompeten untuk terlebih dahulu mengkoordinasikan Rancangan dimaksud; 4. Sekretariat Kabinet telah mengirimkan surat kepada Instansi yang kompeten untuk lebih dahulu mengkoordinasikan Rancangan dimaksud; 30

31 5. Sekretariat Kabinet telah mengirimkan surat kepada Instansi terkait untuk meminta pertimbangan terhadap Rancangan yang diajukan; 6. Sekretariat Kabinet telah meminta paraf persetujuan pada naskah asli Rancangan Peraturan Perundang-undangan kepada Instansi Pemrakarsa dan instansi terkait lainnya; 7. Sekretariat Kabinet telah melaporkan kepada Presiden sehubungan dengan adanya persoalan substansial yang tidak dapat diputuskan oleh Instansi Pemrakarsa dan instansi terkait lainnya. Kegiatan yang terkait dengan pencapaian indikator sasaran strategis 2 adalah Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Persentase penyiapan, penyusunan dan penyampaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ditetapkan 100% pada Tahun 2014 dengan pertimbangan bahwa setiap RPerpres, RKeppres, dan RInpres bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang diajukan instansi pemrakarsa kepada Presiden akan diselesaikan. Indikator penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu digunakan untuk mengukur ketepatan waktu penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang diajukan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Non Kementerian kepada Deputi. Ketepatan waktu Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres ditentukan oleh target waktu berdasarkan sistem, mekanisme, dan prosedur yang diatur dalam Keputusan Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Unit Kerja di Lingkungan Sekretariat Kabinet dan tingkat komplesitas permasalahan RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan oleh instansi pemrakarsa sebagai berikut: 31

32 1. Sistem, mekanisme, dan prosedur a. Menteri/Pimpinan LPNK menyampaikan kepada Presiden permohonan penetapan Rancangan disertai dengan lampiran draft rancangan (hard copy dan soft copy) dan data/informasi pendukung yang diperlukan dengan tembusan kepada Seskab; b. Permohonan tersebut diteruskan oleh TU Persuratan kepada Seskab/Waseskab untuk diteruskan ke unit kerja terkait; c. Seskab/Waseskab meneruskan permohonan tersebut kepada Deputi yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan substansi rancangan disertai petunjuk/disposisi; d. Deputi meneruskan permohonan tersebut kepada Asdep Bidang Perancangan PUU; e. Dalam hal dipandang perlu, Deputi dapat menugaskan Asdep Bidang Substansi menangani permohonan tersebut bersamasama dengan Asdep Bidang Perancangan PUU; f. Secara berjenjang Asdep, Kabid dan Kasubid memberikan petunjuk/disposisi atas permohonan tersebut; g. Analis meneliti permohonan tersebut dan melaporkan hasilnya secara berjenjang kepada Kasubbid, Kabid, Asdep, dan Deputi; h. Laporan tersebut dapat berupa memo, briefing sheet, naskah Rancangan dan pokok-pokok isi Rancangan; i. Apabila hasil analisis menunjukkan adanya permasalahan, maka permohonan tersebut disampaikan kepada Menteri/Pimpinan LPNK untuk dilakukan pembahasan; j. Dalam hal permohonan memerlukan koordinasi dengan instansi terkait, permohonan disampaikan kepada Menko yang terkait dengan substansi Rancangan yang bersangkutan; k. Dalam hal Rancangan tidak mengandung permasalahan, Rancangan yang bersangkutan dimintakan paraf persetujuan Menteri/Pimpinan LPNK pemrakarsa dan instansi-instansi lain yang terkait dengan Surat Seskab; 32

33 l. Naskah surat Seskab untuk permintaan paraf persetujuan beserta memo pengajuannya diajukan secara berjenjang kepada Seskab untuk ditandatangani; m. Rancangan yang telah memperoleh paraf persetujuan disampaikan kepada Presiden secara berjenjang disertai memo-memo, pokok-pokok isi Rancangan, naskah Rancangan guna penetapannya; n. Seskab menandatangani memo tersebut guna penyampaian kepada Presiden untuk menetapkan Rancangan. 2. Tingkat kompleksitas permasalahan RPerpres, RKeppres, dan RInpres Kompleksitas permasalahan RPerpres, RKeppres, dan RInpres tersebut ditentukan oleh permasalahan terkait bentuk hukum, urgensi pengaturan, dampak yang mungkin timbul, perumusan maupun teknis perundang-undangan RPerpres, RKeppres, dan RInpres dimaksud. Jangka waktu penyelesaian 9 (sembilan) hari terhitung mulai diterimanya permohonan sampai dengan ditandatanganinya surat Seskab untuk permintaan paraf persetujuan atau Surat Seskab kepada Menteri/Pimpinan LPNK. Namun demikian dalam menyelesaikan suatu rancangan terdapat diskresi pimpinan untuk menentukan skala prioritas penyelesaian dengan memberikan disposisi yang bersifat Disposisi Prioritas, yaitu disposisi yang diberikan pimpinan/atasan dengan mencantumkan kata Prioritas untuk penyelesaian penyusunan RPerpres, RKeppres, atau RInpres dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari, atau jangka waktu tertentu yang dicantumkan dalam Disposisi, yang penyelesaiannya didahulukan. Termasuk dalam kategori Disposisi Prioritas adalah Disposisi yang mencantumkan kata very top urgent, top urgent, urgent, 33

34 sangat segera, segera atau kata lain dengan maksud yang sama yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari staf. Pimpinan memberikan petunjuk bersifat Disposisi Prioritas berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional/negara dan masyarakat dari segi politik, ekonomi, sosial budaya, dan/atau pertahanan keamanan bahwa suatu RPerpres, RKeppres, atau RInpres perlu segera ditetapkan menjadi Perpres, Keppres, dan Inpres, misalnya sebagai hasil sidang kabinet, rapat koordinasi tingkat menteri atau pertemuan/kunjungan Presiden RI dengan pimpinan negara lain/lembaga internasional yang menghasilkan MoU. Adapun penghitungan ketepatan waktu dilakukan dengan rumusan sebagai berikut: Rancangan Perpres, Keppres, dan Inpres yang tepat waktu Rancangan Perpres, Keppres, dan Inpres yang disampaikan X 100% Saat ini, baik penghitungan ketepatan waktu penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres dilakukan secara komputerise, yaitu melalui collecting data langsung dari data komputer yang ada di Asisten Deputi, selanjutnya dilakukan rekapitulasi setiap bulan serta dilakukan pelaporan kepada Pimpinan. Sedangkan, penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dikatakan ditindaklanjuti apabila penyiapan penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tersebut tepat dari sisi substansi dan teknik perundang-undangannya. Tepat dari sisi substansi antara lain apabila hasil analisis atau penelitian terhadap suatu rancangan dapat ditindaklanjuti atau disetujui oleh Deputi. Penyelesaian penyiapan RPerpres, RKeppres dan RInpres bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengacu pada Undang- 34

35 Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Disamping ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut, juga memperhatikan pula Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor B.257/M.Sesneg/D tanggal 3 Maret 2010, kepada para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, dan para pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian hal Penyusunan RUU, RPerpu, RPP, RPerpres, RKeppres, RInpres yang intinya mengatur bahwa setiap rancangan yang akan dibahas dengan panitia antar kementerian/lembaga harus terlebih dahulu mendapat izin prakarsa Presiden dan Surat Edaran Sekretaris Kabinet Nomor SE 8/Seskab/I/2012 tanggal 5 Januari 2012, kepada para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, dan para pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian hal Percepatan Proses Penyelesaian Rancangan Perpres, Keppres dan Inpres yang intinya setiap pengusulan RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang akan diajukan ke Presiden dikoordinasikan dan disampaikan oleh Menteri Koordinator. Metode penghitungan target ditindaklanjuti tersebut adalah sebagai berikut: Rancangan Perpres, Keppres, dan Inpres yang ditindaklanjuti Rancangan Perpres, Keppres, dan Inpres yang disampaikan X 100% Target ketepatan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres bidang Politik, Hukum dan Keamanan ditetapkan mengacu pada target yang digunakan tahun sebelumnya dengan melihat tren tahun sebelumnya, yaitu dari 90% (RKT Tahun 2009), 92% (RKT Tahun 2010), 93% (RKT Tahun 2011), 95% (RKT Tahun 2012), dan 35

36 96% (RKT Tahun 2013) menjadi 97% pada Tahun Hal tersebut didasarkan pertimbangan bahwa target tersebut ditetapkan meningkat selama kurun waktu guna peningkatan kualitas kinerja Asisten Deputi. 36

37 BAB III CAPAIAN KINERJA A. Capaian Kinerja Tahun 2014 Hasil pencapaian kinerja diukur dengan mengacu pada hasil capaian indikator kinerja setiap kegiatan yang terdiri dari input, output, dan outcome. Indikator kinerja beserta target masing-masing sasaran dan kegiatan yang tertuang dalam rencana kinerja tahunan dimaksudkan sebagai sebagai alat ukur untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Untuk melakukan pengukuran kinerja, dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode, yaitu metode Evaluasi Kinerja dan metode Pembandingan Capaian Sasaran. Metode evaluasi kinerja menggunakan formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dimana pengukuran kinerja dilakukan dengan pembandingan antara rencana dan realisasi untuk masing-masing indikator kinerja kegiatan. Metode ini bermanfaat untuk melakukan evaluasi internal atas kelemahankelemahan yang terjadi pada organisasi dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Adapun metode pembandingan capaian sasaran menggunakan formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) dimana pengukuran kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target sasaran dengan realisasinya. Dengan pembandingan ini akan diketahui ada/tidaknya perbedaan capaian sasaran dengan target yang diharapkan. Apabila terjadi perbedaan, maka perbedaan tersebut dianalisis guna mengetahui penyebab ketidakberhasilan capaian kinerja yang kemudian digunakan untuk menetapkan strategi peningkatan kinerja yang bersangkutan dimasa mendatang. Metode ini bermanfaat untuk memberi gambaran sejauh mana pelaksanaan misi organisasi. Pengukuran, evaluasi dan analisis capaian kinerja dalam laporan ini berbasis pada penilaian sendiri (self assessment) dengan menggunakan kategori capaian kinerja sebagaimana tabel berikut: 37

38 Tabel 5 Kategori Capaian Kinerja No Rentang Capaian Kinerja Kategori Capaian Kinerja > 100% 85 % % 70 % - <85 % 55 % - < 70 % < 55% Memuaskan Sangat Baik Baik Sedang Kurang Baik Indikator kinerja merupakan media untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam pencapaian kinerja, terdiri atas masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) yang dapat menggambarkan tingkat capaian suatu sasaran atau kegiatan telah tercapai atau sebaliknya. Indikator kinerja input memberikan gambaran mengenai segala sesuatu yang diperlukan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output dan outcome. Indikator kinerja output adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan input yang digunakan. Adapun indikator kinerja outcome memberikan gambaran mengenai berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah dan merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Mengenai indikator sasaran dalam pelaksanaan tujuan yang akan dicapai Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan tahun 2014, sebagai berikut : 38

39 Sasaran 1 : a. Persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. b. Persentase saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti. c. Persentase penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. d. Persentase saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti. Sasaran 2 a. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. b. Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti. 1. Analisis Capaian Kinerja Tahun 2014 Dalam Penetapan Kinerja Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Tahun 2014, telah ditetapkan 2 (dua) sasaran yang akan dicapai, yaitu : 1. Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan dan program pemerintah di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. 2. Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. 39

40 Analisis hasil capaian untuk masing-masing indikator sasaran sebagai berikut : Sasaran 1 Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan dan program pemerintah di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Uraian mengenai capaian Sasaran Pertama adalah sebagai berikut: Tabel 6 Indikator Sasaran, Target, Realisasi, dan Capaian Sasaran 1 Tahun 2014 No. Indikator Sasaran Target Realisasi % Capaian 1. Persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. 97% 95% 97,94% 2. Persentase saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti. 97% 97% 100% 3. Persentase penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. 97% 100% 103% 40

41 No. Indikator Sasaran Target Realisasi % Capaian 4. Persentase saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti. 97% 96% 98,97% 1. Persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu Berdasarkan tabel tersebut terkait dengan persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu target ditetapkan 97% dengan realisasi adalah 95% maka capaian sebesar 97,94%. Pencapaian indikator persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu adalah 9 hari, dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan guna penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam rentang waktu Januari 2014 sampai dengan Desember Rata-rata waktu analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk PUU bidang Politik, Hukum dan Keamanan, adalah sebagaimana rincian berikut: 41

42 Tabel 7 Waktu Penyelesaian Analisis Rencana Kebijakan dan Program Pemerintah dalam Bentuk Perundang-undangan di Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara Tepat Waktu Tahun 2014 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata Rata-rata Waktu Penyelesaian (Hari) 8 hari 6 hari 7 hari 7 hari 7 hari 8 hari 7 hari 9 hari 8 hari 7 hari 8 hari 8 hari 7,5 hari Tahun 2014 merupakan tahun kedua pelaksanaan indikator Sasaran tersebut dan tahap pertama pelaksanaan SOP tahun Oleh karena itu, dalam melaksanakan ketentuan tersebut pejabat dan pegawai terkait di lingkungan Kedeputian Bidang Politik, Hukum dan Keamanan masih melakukan penyesuaian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Meskipun demikian, realisasi penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tersebut per bulan bervariasi antara 7 hari dengan rata-rata 7,5 hari. Realisasi tersebut sesuai target hari penyelesaian sebagaimana diatur dalam SOP (9 hari). 42

43 Alur penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah sebagai berikut: a. Berkas rencana kebijakan dan program pemerintah diterima oleh Sekretariat Kabinet dan diinventarisasi sesuai dengan substansi permasalahan. b. Berkas rencana kebijakan dan program pemerintah dianalisis (setelah diperiksa tingkat urgensi, kelengkapan data dan informasi pokok yang dibutuhkan) guna menghasilkan saran dan pendapat hukum (output). c. Berkas rencana kebijakan dan program pemerintah ditindaklanjuti (outcome) melalui penyampaian laporan hasil perumusan dan analisis kepada Deputi dan/atau diteruskan kepada instansi terkait guna penanganan lebih lanjut. Mengingat indikator persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu merupakan indikator Sasaran 1 tahun kedua maka dapat dibandingkan dengan sasaran tahun sebelumnya. Gambar 1 Perbandingan Capaian Saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundangundangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu 43

44 Namun berdasarkan kategori pencapaian kinerja dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk sasaran ini dikategorikan memuaskan. Hal ini menggambarkan bahwa IKU Pertama Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan telah berhasil dicapai melalui pencapaian sasaran tersebut. Kegiatan yang dilakukan guna mencapai Sasaran Pertama adalah Perumusan dan analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundangundangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. 2. Persentase saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti Berdasarkan tabel diatas terkait dengan persentase saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti adalah 97% dengan realisasi 97% dan capaian sebesar 100%. Pencapaian realisasi indikator persentase saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti sebanyak 95 dokumen dari 95 dokumen (menggunakan rumus 1, karena semakin banyak hasil analisis yang ditindaklanjuti maka semakin baik). Berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk sasaran ini dikategorikan sangat baik (100%). Terkait dengan penyelesaian saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti merupakan indikator kedua pada sasaran pertama tahun 2014, oleh karena itu dapat disajikan dalam bentuk perbandingan dengan tahun sebelumnya. 44

45 Gambar 2 Perbandingan Capaian Saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundangundangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti Kegiatan saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dapat bersifat top down dan bottom up, pada dasarnya dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan yang timbul, mengambil tindakan sedini mungkin, dan mengetahui hal-hal yang perlu diperbaiki, baik mengenai sistem dan proses pelaksanaannya maupun kebijakan itu sendiri. Bentuk kegiatan saran kebijakan hasil analisis tersebut dapat berupa keikutsertaan dalam rapat koordinasi, rapat antar kementerian, keanggotaan dalam suatu badan/komisi/tim koordinasi, sosialisasi Peraturan Perundang-undangan, workshop dan kunjungan pada instansi pemerintah baik di dalam kota, di daerah maupun di luar negeri. Hasil saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan disampaikan kepada stakeholder terkait dalam bentuk laporan yang didalamnya memuat saran atau rekomendasi (solusi) atas permasalahan yang ditemui dan perlu dilakukan penyempurnaan. 45

46 Kegiatan saran kebijakan hasil analisis yang telah dilakukan oleh Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan antara lain: a. Kegiatan koordinasi perumusan dan analisis tentang posisi organisasi pertahanan sipil/perlindungan masyarakat terhadap satuan polisi pamong praja di wilayah Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sulawesi Utara. Kegiatan tersebut dilakukan guna mendapatkan informasi yang komprehensif terkait dengan akan dicabutnya Keppres Nomor 55 Tahun 1972 tentang Penjempurnaan Organisasi Pertahanan Sipil dan Organisasi Perlawanan dan Keamanan Rakjat Dalam Rangka Penertiban Pelaksanaan Sistim Hankamrata. Pejabat dan pegawai pada Asisten Deputi Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan perumusan di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Pejabat pada Asisten Deputi Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan perumusan di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Provinsi Sumatera Barat 46

47 Pejabat pada Asisten Deputi Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan perumusan di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan kegiatan perumusan dan analisis tentang posisi organisasi pertahanan sipil/perlindungan masyarakat terhadap satuan polisi pamong praja tersebut outcome yang dihasilkan berupa surat Sekretaris Kabinet kepada Menteri Dalam Negeri yang intinya di beberapa daerah keberadaan Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) dikaitkan dengan tugas dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sebagaimana diatur dalam PP Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja, mengindikasikan eksistensi dan peran Satlinmas dalam melaksanakan tugas dan fungsi perlindungan masyarakat masih berlangsung sekalipun hal tersebut telah beralih menjadi kewenangan Satpol PP. Sekretaris Kabinet menyarankan kepada Menteri Dalam Negeri untuk mengkaji permasalahan tersebut dan mengambil langkah yang diperlukan agar tidak tumpang tindih kewenangan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi perlindungan masyarakat. 47

48 b. Kegiatan sesi ke-45 Working Group V (Insolvency Law) United Nations Commissions on International Trade Law (UNCITRAL), New York, Amerika Serikat, tanggal April 2014 Sidang Sesi ke-45 Working Group V (Insolvency Law) UNCITRAL merupakan kelanjutan dari pembahasan sesi ke-44 WG V di Wina tahun Delegasi Indonesia diwakili oleh Kementerian Luar Negeri, PTRI Wina, dan Sekretariat Kabinet. Hasil sidang menyepakati beberapa pengaturan yang akan digunakan dalam Model Law on Cross-Border Insolvency, antara lain terkait pedoman mengenai penafsiran dan penerapan konsep-konsep tertentu dalam Model Law, mekanisme kepailitan bagi perusahaan mikro, kecil, dan menengah. Delegasi Indonesia menyampaikan bahwa Indonesia menyambut baik mengenai pengenalan konsep syntetic proceeding dalam upaya penyelesaian kasus-kasus kepailitan. Namun, Indonesia menginformasikan bahwa Hukum Islam (Syariah) dan Hukum Adat masih diakui dan dijunjung tinggi dalam beberapa kasus perdata, khususnya di bidang perbankan dan sengketa hukum tanah adat. Sebagai tindak lanjut, Indonesia akan melakukan koordinasi maupun konsolidasi internal guna mempersatukan persepsi dalam mempertimbangkan prinsip-prinsip yang ada dalam Model Law untuk dapat diterapkan ataupun ditolak dalam peraturan perundangundangan nasional. 48

49 c. Kegiatan 3 rd Meeting of Dialogue for the Establishment of Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO), Siem Reap, Kamboja, tanggal Mei 2014 Pertemuan 3 rd Meeting of Dialogue for the Establishment of AfoCo merupakan pertemuan lanjutan dari 2 nd Meeting of Dialogue for the Establishment of AfoCo yang diselenggarakan di Februari 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Dalam pertemuan ke 3 (tiga) AfoCo ini membahas tentang draft perjanjian dengan meninjau usulan dari setiap negara anggota. Pada prinsipnya, rapat menyepakati bahwa masih terdapat beberapa isu penting yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya khususnya yang terkait dengan klausul pembiayaan dan pengambilan keputusan yang masih membutuhkan pembahasan lebih lanjut dan konsultasi domestik pada setiap negara anggota. d. Kegiatan 4 th Meeting of Dialogue for the Establishment of Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO), Vientiane, Laos, tanggal 30 September-1 Oktober

50 Pertemuan 4 th Meeting of Dialogue for the Establishment of AfoCo merupakan pertemuan lanjutan dari 3 rd Meeting of Dialogue for the Establishment of AfoCo yang diselenggarakan di Kamboja pada tanggal Mei 2014 yang telah menghasilkan draft Agreement on the Establishment of Asian Forest Cooperation Organization. Dalam pertemuan tersebut, Indonesia memfokuskan pembahasan mengenai klausul tentang establishment, membership, the assembly, dan financing. e. Kegiatan Perumusan Rencana Kebijakan Program Pemerintah Tentang Pembentukan Jabatan Fungsional di Lingkungan TNI dan Polri di wilayah KODAM dan POLDA Kalimantan Barat, Bali dan DI Aceh Kegiatan tersebut, menghasilkan rekomendasi terhadap rencana pembentukan jabatan fungsional di lingkungan TNI dan Polri, dimana rencana tersebut perlu segera diselesaikan mengingat dalam rangka pembinaan karir anggota TNI dan Polri yang tidak menduduki jabatan struktural dapat diarahkan untuk menduduki jabatan fungsional. Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan diskusi dengan pejabat terkait seperti Asisten Personel KODAM dan Kepala Bidang Pembinaan Karir POLDA. 50

51 3. Persentase penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. Berdasarkan tabel diatas, realisasi indikator sasaran persentase penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu adalah 97% dengan realisasi 100% dan capaian sasaran sebesar 103%. Kegiatan pemantauan, evaluasi, dan analisis dilakukan melalui dua cara, yaitu top down dan bottom up. Karena itu dalam pengukuran indikator sasaran kecepatan dimulai dari: a. Top Down Kegiatan yang bersifat top down diukur mulai adanya disposisi/ arahan Sekretaris Kabinet dan/atau Deputi sampai dengan diserahkannya laporan kepada Deputi dan/atau Stakeholder. b. Bottom Up Kegiatan yang bersifat bottom up diukur mulai adanya ide awal atau rencana yang diprakarsai oleh unit kerja sampai dengan diserahkannya hasil kegiatan ini dalam bentuk laporan kepada Deputi dan/atau Stakeholder. Pencapaian indikator sasaran ketepatan waktu tersebut sebesar 103% dihitung berdasarkan populasi secara keseluruhan dalam rentang waktu Januari 2014 sampai dengan Desember Rerata waktu penyelesaian kegiatan persentase penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu selama 3,67 hari dengan rincian berikut: 51

52 Tabel 8 Persentase Penyelesaian Laporan Hasil Pemantauan, Evaluasi dan Analisis Atas Pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Secara Tepat Waktu Tahun 2014 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata Rerata Waktu Penyelesaian (Hari) 3 hari 4 hari 4 hari 4 hari 3 hari 4 hari 4 hari 3 hari 3 hari 4 hari 4 hari 4 hari 3,67 hari Tahun 2014 merupakan tahun kedua pelaksanaan indikator Sasaran tersebut dan merupakan tahun pertama pelaksanaan SOP Setkab (5 hari). Meskipun demikian, hasil rata-rata hari penyelesaian saran kebijakan dapat dicapai sesuai target hari penyelesaian berdasarkan SOP. Selama kurun waktu tahun 2014, realisasi ketepatan penyelesaian 52

53 saran kebijakan per bulan bervariasi, yaitu antara 3-5 hari dengan-ratarata 3,67 hari. Pemantauan yang dilaksanakan bervariasi hari pelaksanaannya ada yang 1 hari ada juga yang 3 hari atau 5 hari. Kecepatan penyelesaian yang 3 hari adalah untuk pemantauan yang dilakukan antara 1 sampai 2 hari di daerah, setibanya di kantor langsung disiapkan laporannya kepada pimpinan secara berjenjang (dapat memakan waktu 1 sampai 2 hari). Sedangkan untuk pemantauan yang dilakukan lebih dari 3 hari di daerah, maka laporan pemantauannya dapat diselesaikan dalam jangka waktu 4 hari kepada pimpinan. Mengingat indikator persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu merupakan indikator Sasaran 1 tahun kedua maka dapat dibandingkan dengan sasaran tahun sebelumnya. Gambar 3 Perbandingan Capaian Sasaran Penyelesaian Laporan Hasil Pemantauan Secara Tepat Waktu Namun berdasarkan kategori pencapaian kinerja dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk sasaran ini dikategorikan memuaskan. Hal ini menggambarkan bahwa IKU Pertama Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan telah berhasil dicapai melalui pencapaian sasaran tersebut. Kegiatan yang dilakukan guna mencapai 53

54 Sasaran Pertama adalah Penyusunan Laporan Hasil Pemantauan, Evaluasi dan Analisis Atas Pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Secara Tepat Waktu. 4. Persentase saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti. Realisasi indikator sasaran persentase saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti sebesar 95% dengan capaian sasaran sebesar 98% (keduanya menggunakan rumus 1, karena semakin banyak saran kebijakan hasil pemantauan yang ditindaklanjuti semakin baik kinerja). Penyusunan laporan saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti dapat dilihat dari laporan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis yang disampaikan kepada Pimpinan (Deputi). Mengingat indikator persentase penyelesaian saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti merupakan indikator Sasaran 1 tahun ketiga maka dapat dibandingkan dengan sasaran tahun sebelumnya. 54

55 Gambar 4 Perbandingan Capaian Sasaran Penyelesaian Laporan Hasil Pemantauan yang Ditindak Lanjuti Namun berdasarkan kategori pencapaian kinerja dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk sasaran ini dikategorikan memuaskan. Hal ini menggambarkan bahwa IKU Pertama Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan telah berhasil dicapai melalui pencapaian sasaran tersebut. Gambaran keberhasilan Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan dalam pencapaian sasaran 1 diwujudkan melalui program yang telah disesuaikan yaitu Penyelenggaraan Pelayanan Dukungan Kebijakan kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan. Program tersebut dijabarkan dalam kegiatan: 1) Perumusan analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum dan Keamanan; 2) Penyusunan laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Sebagaimana telah disebut dimuka kegiatan pemantauan dan evaluasi serta analisis dapat bersifat top down dan bottom up, pada dasarnya dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan yang timbul, mengambil tindakan sedini mungkin, dan mengetahui hal-hal yang perlu 55

56 diperbaiki, baik mengenai sistem dan proses pelaksanaannya maupun kebijakan itu sendiri. Bentuk kegiatan pemantauan tersebut dapat berupa keikutsertaan dalam rapat koordinasi, rapat antar kementerian, keanggotaan dalam suatu badan/komisi/tim koordinasi, sosialisasi Peraturan Perundangundangan, workshop dan kunjungan pada instansi pemerintah baik di dalam kota, di daerah maupun di luar negeri. Hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah disampaikan kepada stakeholder terkait dalam bentuk laporan yang didalamnya memuat saran atau rekomendasi (solusi) atas permasalahan yang ditemui dan perlu dilakukan penyempurnaan. Kegiatan pemantauan yang telah dilakukan oleh Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan antara lain: a. Kegiatan pemantauan dan evaluasi serta analisis atas kebijakan dan program pemerintah di bidang pertanahan mengenai kewenangan pemerintah terhadap tanah hak ulayat yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Kegiatan pemantauan dilakukan mengingat keberadaan masyarakat hukum adat dan tanah adat selama ini banyak menimbulkan permasalahan terkait dengan penguasaan lahan oleh perusahaan perkebunan khususnya berhubungan dengan proses pengambilalihan/penyerahan lahan yang dinyatakan sebagai tanah hak ulayat masyarakat setempat. Jangan sampai dengan terbitnya Perpres Pengadaan Tanah akan menimbulkan permasalahan, karena belum adanya payung hukum keberadaan masyarakat hukum adat dan tanah adat. Dan guna menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum dan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat dalam hal ini masyarakat hukum adat, maka dilakukan pemantauan ke beberapa daerah yaitu Lebak, Provinsi Banten,Tana Toraja,Sulawesi Selatan, Nunukan Kalimantan Utara dan Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. 56

57 Pejabat pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan pemantauan di Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten Pejabat dan pegawai pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan pemantauan di Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan Pejabat pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan pemantauan di Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali 57

58 b. Kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2013 tentang Koordinasi Intelijen Negara Dalam rangka evaluasi serta analisis atas pelaksanaan Perpres Nomor 67 Tahun 2013 tentang Koordinasi Intelijen Negara, Sekretariat Kabinet telah melaksanakan pemantauan ke beberapa daerah, yaitu ke Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Sulawesi Tenggara yang hasilnya menyimpulkan bahwa Permendagri Nomor 11 Tahun 2006 tentang Komunitas Intelijen Daerah sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 16 Tahun 2011 perlu disesuaikan dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2013 guna memberikan kepastian hukum bagi Pemerintah Daerah terkait pengalokasian anggaran untuk pelaksanaan kegiatan koordinasi intelijen negara di daerah. Hasil pemantauan tersebut telah disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dengan surat nomor B.28/Seskab/01/2015 tanggal 15 Januari Pejabat pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan pemantauan ke Kantor Badan Intelijen Negara di Semarang, Provinsi Jawa Tengah 58

59 Pejabat pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan pemantauan ke Kantor Badan Intelijen Negara di Batam, Provinsi Kepulauan Riau Pejabat pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan pemantauan ke Kantor Badan Intelijen Negara di Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung Pejabat pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan pemantauan ke Kantor Badan Intelijen Negara di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara 59

60 c. Kegiatan pemantauan implementasi Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2014 Berdasarkan kegiatan pemantauan tersebut dihasilkan rekomendasi: 1) Sejalan dengan lahirnya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, perlu dikaji juga mengenai urgensi dari Keppres Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Pepres Nomor 116 Tahun ) Perlu kajian komprehensif mengenai urgensi dan relevansi pengaturan rumpun jabatan fungsional. 3) Apabila masih relevan, perlu kajian mendalam agar mampu mengakomodasi semua jenis jabatan fungsional yang ada dan yang mungkin muncul. 4) Terkait pembinaan jabatan fungsional, juga perlu dikaji mengenai instansi pembina untuk setiap jabatan fungsional yang memiliki kemiripan agar tidak overlap. P Pejabat dan pegawai pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan pemantauan ke Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan 60

61 Pejabat dan pegawai pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam melakukan kegiatan pemantauan ke Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara Sasaran 2 Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Perpres, Keppres dan Inpres di Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan Sasaran 2 adalah, sebagaimana tabel berikut: Tabel 9 Indikator Sasaran Kedua No. Indikator Sasaran Target 1. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu 2. Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti 97% 97% Pengukuran persentase RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dilakukan terhadap RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang tepat waktu dan ditindaklanjuti. 61

62 Pengertian suatu RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti, adalah apabila: a. Sekretariat Kabinet telah mengajukan rancangan kepada Presiden untuk ditetapkan menjadi RPerpres, RKeppres, dan RInpres. b. Sekretariat Kabinet menyampaikan persetujuan Presiden mengenai prakarsa/usul penyusunan RPerpres, RKeppres, dan RInpres kepada Menteri Pemrakarsa; c. Sekretariat Kabinet telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada instansi pemrakarsa agar rancangan disempurnakan atau dikaji kembali oleh instansi pemrakarsa atau surat pemberitahuan hasil kesepakatan dalam rapat koordinasi yang diprakarsai Sekretariat Kabinet; d. Sekretariat Kabinet telah mengirimkan surat kepada instansi yang kompeten untuk terlebih dahulu mengkoordinasikan rancangan dimaksud; e. Sekretariat Kabinet telah mengirimkan surat kepada instansi terkait untuk meminta pertimbangan terhadap rancangan yang diajukan; f. Sekretariat Kabinet telah melaporkan kepada Presiden sehubungan dengan adanya persoalan susbtansial yang tidak dapat diputuskan oleh instansi pemrakarsa dan instansi terkait lainnya; g. Sekretariat Kabinet telah meminta paraf persetujuan pada naskah asli RPerpres, RKeppres atau RInpres kepada instansi pemrakarsa dan instansi terkait lainnya; h. RPerpres, RKeppres, dan RInpres telah ditetapkan oleh Presiden menjadi Perpres, Keppres, Inpres. Berdasarkan kriteria tindak lanjut tersebut, status suatu RPerpres, RKeppres, dan RInpres menjadi jelas, terutama bagi instansi pemrakarsa untuk menyempurnakan, menunda, atau bahkan menghentikan proses penyusunan RPerpres, RKeppres, dan RInpres dimaksud. 62

63 Indikator persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu merupakan indikator Sasaran 2 dan digunakan untuk mengukur penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang diajukan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Non Kementerian/LPNK kepada Presiden. Sebelumnya digunakan indikator kecepatan penyiapan, penyusunan dan penyampaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres. Pengertian penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu adalah meliputi ketepatan waktu penyampaian dukungan teknis, administratif, dan analisis Sekretariat Kabinet dalam penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres. Semakin tepat waktu penyelesaian RPerpres, RKeppres, RInpres, maka semakin berkualitas RPerpres, RKeppres, RInpres yang dihasilkan. Ketepatan waktu mencerminkan waktu (rata-rata hari) yang dibutuhkan dalam penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres, yang diukur berdasarkan waktu sebagaimana dialokasikan dalam SP, yaitu 9 hari. Waktu penyelesaian 9 hari tersebut, bukan merupakan waktu penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres sampai ditetapkan oleh Presiden, namun merupakan waktu untuk tiap-tiap tahap penyelesaian sampai dengan suatu RPerpres, RKeppres, dan RInpres dikategorikan ditindaklanjuti. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan, proses penyelesaian RPerpres, RKeppres, RInpres sampai ditetapkan oleh Presiden tidak dapat dibatasi waktunya, mengingat harus melalui harmonisasi dan/atau kesepakatan kementerian/lembaga terkait yang waktunya tidak dapat ditentukan. Sedangkan, indikator RPerpres, RKeppres dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti digunakan untuk mengukur persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres di 63

64 bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres dikatakan ditindaklanjuti apabila penyiapan penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres tersebut tepat dari sisi substansi dan teknis perundang-undangannya dan apabila hasil analisis atau penelitian terhadap suatu rancangan ditindaklanjuti atau disetujui oleh Presiden. Selain itu, dari sisi teknis perundang-undangan sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan praktek legal drafting pada umumnya. Dalam hal terjadi kesalahan teknis terhadap Perpres, Keppres, dan Inpres yang telah ditetapkan oleh Presiden dan disebarluaskan kepada masyarakat, koreksi atas kesalahan tersebut tidak dilakukan dengan cara penarikan, tetapi dengan cara mendistribuskan kembali Perpres, Keppres dan Inpres yang telah diperbaiki melalui mekanisme Distribusi II. Saat ini, baik penghitungan penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres yang tepat waktu maupun ditindaklanjuti telah dilakukan secara computerise, yaitu melalui collecting data langsung dari data komputer yang ada di Asisten Deputi, selanjutnya dilakukan rekapitulasi setiap bulan serta dilakukan pelaporan kepada Pimpinan. Uraian mengenai indikator sasaran, target, realisasi dan persentase tingkat capaian Sasaran 2 Tahun 2014, sebagai berikut: Tabel 10 Indikator Sasaran, Target, Realisasi, dan Capaian Sasaran 2 Tahun 2014 Indikator Sasaran Target Realisasi % Capaian 1. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu 97% 97% 100% 2. Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti 97% 100% 103% 64

65 Pada Tahun 2014, Asdep Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan menerima 116 berkas masuk RPerpres, RKeppres, dan RInpres dari instansi pemrakarsa, yang terdiri atas 86 RPerpres, 27 Rkeppres, dan 3 RInpres. Terhadap ke-116 RPerpres, RKeppres, dan RInpres tersebut 86 RPerpres, 27 RKeppres dan 3 RInpres telah ditindaklanjuti sebagaimana kriteria di atas (tidak ada yang masih dalam proses penelitian/analisis di Sekretariat Kabinet). Berdasarkan kriteria RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti, terhadap ke-116 rancangan yang masuk tersebut, dapat dikategorikan sebagai berikut: Tabel 11 Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres Tahun 2014 No Kriteria Ditindaklanjuti RPerpres RKeppres RInpres Jumlah Berkas Masuk Diajukan ke Presiden guna penetapan (a) 2 Dimintakan ijin prakarsa ke Presiden (b) 3 Dimintakan dikoordinasikan Menteri terkait (d) 4 Diminta pertimbangan kepada Menteri terkait (e) 5 Dilaporkan kepada Presiden terkait adanya persoalan substansial (f) 6 Dimintakan paraf persetujuan Menteri terkait (g) 7 Ditetapkan menjadi Perpres, Keppres dan Inpres (h) Jumlah Dari data tersebut, jumlah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang telah berhasil diselesaikan dan ditetapkan menjadi Perpres, Keppres, 65

66 dan Inpres oleh Presiden adalah sebanyak 98 (sembilan puluh depalan) naskah. Selain guna pengukuran kinerja penyiapan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres, Sekretariat Kabinet selalu menyiapkan data dan meng-up date posisi RPerpres, RKeppres, dan RInpres setiap bulan dan/atau sewaktu-waktu apabila dibutuhkan sebagaimana tabel di atas, terutama guna bahan Sidang Kabinet dan dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Selanjutnya, berdasarkan metode penghitungan persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres, terhadap ke-116 RPerpres, RKeppres, dan RInpres tersebut dilakukan penghitungan penyelesaian yang tepat waktu dan ditindaklanjuti, dengan uraian sebagai berikut: 1. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu Indikator persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu merupakan indikator baru Sasaran 2 karena sebelumnya digunakan indikator kecepatan untuk mengukur kecepatan penyiapan, penyusunan dan penyampaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Non Kementerian/LPNK kepada Presiden. Pengertian penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres adalah meliputi dukungan teknis, administratif, dan analisis Sekretariat Kabinet dalam penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres. Semakin tepat waktu penyelesaian RPerpres, RKeppres, RInpres, maka semakin berkualitas penyelesaian RPerpres, RKeppres, RInpres yang dihasilkan. Ketepatan waktu mencerminkan waktu (rata-rata hari) yang dibutuhkan dalam penyiapan, 66

67 penyusunan dan penyampaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres, yang diukur berdasarkan waktu sebagaimana dialokasikan dalam SP, untuk tahun 2014 ini yaitu 9 hari. Pada Tahun 2014 realisasi penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu adalah 7 hari. Hal tersebut berdasarkan penghitungan penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu, dengan rekapitulasi sebagaimana tabel berikut: Tabel 12 Waktu Penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres Tahun 2014 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rerata Waktu Penyelesaian (Hari) 6 hari 6 hari 6 hari 6 hari 7 hari 7 hari 7 hari 7 hari 6 hari 7 hari 7 hari 7 hari Rata-rata 6,59 hari Berdasarkan tabel di atas, realisasi penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang tepat waktu per bulan selama kurun waktu Tahun 2014 berkisar antara 6 hari dengan rata-rata 6,59 hari. 67

68 Mengingat indikator Sasaran 2 tahun 2014 adalah persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu merupakan indikator kedua maka dapat dibandingkan dengan sasaran tahun sebelumnya. Gambar 5 Perbandingan Capaian Sasaran RPerpres, RKeppres dan RInpres Secara Tepat Waktu 2. Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti Pengukuran persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti dilakukan terhadap penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres secara tepat waktu. Dalam rangka penghitungan persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti dilakukan pengukuran kualitasnya, yaitu apakah RPerpres, RKeppres, dan RInpres disetujui oleh Presiden dan dari sisi teknis perundang-undangan terhadap Perpres, Keppres dan Inpres yang telah ditetapkan oleh Presiden telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan praktek legal 68

69 drafting serta tidak dilakukan penarikan kembali dari masyarakat dan disebarluaskan kembali dalam bentuk Distribusi II karena terdapat kesalahan ketik/redaksi penulisan. Pada Tahun 2014, terhadap ke-98 RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan kepada Presiden seluruhnya sudah tepat karena tidak ada distribusi II dan tidak dilakukan perubahan. Target penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres yang ditindaklanjuti sebesar 97% sedangkan realisasi yang dicapai sebesar 100%. Mengacu pada target dan realisasi tersebut, maka capaian penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang ditindaklanjuti berdasarkan rumus 1 adalah 103%. Indikator Sasaran 2 tahun 2014 yaitu persentase penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti merupakan indikator baru sehingga tidak dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya. Gambar 5 Perbandingan Capaian Sasaran Penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres yang Ditindaklanjuti Berdasarkan kategori pencapaian kinerja, dapat dinyatakan bahwa pencapaian untuk sasaran ini dikategorikan memuaskan. Hal 69

70 ini menggambarkan bahwa IKU Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Persentase Penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang tepat waktu dan ditindaklanjuti) telah berhasil dicapai melalui pencapaian sasaran tersebut. Kegiatan yang dilakukan guna mencapai indikator Sasaran 2 adalah penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres. Penyelesaian RPerpres, RKeppres dan RInpres mengacu pada ketentuan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2004 tentang Tata Cara Mempersiapkan RPerpres, RKeppres dan RInpres. Disamping ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut, juga memperhatikan pula Surat Menteri Sekretaris Negara Nomor B.257/M.Sesneg/D tanggal 3 Maret 2010, kepada para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, dan para pimpinan LPNK hal Penyusunan Rancangan Undang-Undang, Perpu, RPP, RPerpres, RKeppres, RInpres yang intinya mengatur bahwa setiap rancangan yang akan dibahas dengan panitia antar kementerian/lembaga harus terlebih dahulu mendapat izin prakarsa Presiden. Adapun, langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam kegiatan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, secara singkat dapat disampaikan sebagai berikut: 1) RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang diajukan oleh pimpinan Kementerian/LPNK, oleh pimpinan (Presiden, Sekretaris Kabinet/ Wakil Sekretaris Kabinet, Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum) secara hierarkis diteruskan kepada staf dengan disertai petunjuk penyelesaiannya. 2) Staf melakukan penelitian dan analisis terhadap prakarsa penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan hasilnya disampaikan/dilaporkan secara hierarkis kepada 70

71 pimpinan, baik mengenai bentuk hukum, urgensi pengaturan, dampak yang mungkin timbul, perumusan maupun teknis perundang-undangan dengan disertai berkas. 3) Dalam hal laporan/hasil penelitian/analisis menyatakan terdapat permasalahan, maka dapat dilakukan: a) koordinasi dengan instansi terkait, baik melalui rapat maupun permintaan pertimbangan/persetujuan; b) melaporkan lebih lanjut pokok-pokok masalah kepada pimpinan. 4) RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang tidak lagi mengandung permasalahan disiapkan dalam bentuk naskah rancangan untuk diteruskan kepada pimpinan guna mendapatkan persetujuan/ penetapan Presiden. 5) Naskah RPerpres, RKeppres, dan RInpres yang telah mendapat persetujuan/penetapan Presiden dibuatkan salinannya untuk kemudian digandakan dan didistribusikan kepada lembagalembaga tinggi negara, Kementerian/LPNK, Gubernur, dan Bupati/Walikota, serta lembaga terkait lainnya, antara lain, Badan Pembinaan Hukum nasional, Antara dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Dalam rangka menunjang kegiatan tersebut, pada Tahun 2014 telah dilaksanakan 132 kali rapat penyelesaian RPerpres, RKeppres, dan RInpres meliputi 111 kali Rapat di Kementerian terkait (dalam kota), 20 kali Rapat di luar kota dan 1 di luar negeri sebagai wakil delegasi RI dalam perundingan internasional baik bilateral maupun multilateral di Myanmar. 71

72 Pejabat dan pegawai pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam menjadi wakil delegasi RI dalam perundingan The Sixty-Second Meeting of the ASEAN Coordinating Commitee on Invetsment (62 ND CCI), Nay Pyi Taw, Myanmar, tanggal Januari 2014 Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan ke-61 CCI yang telah diselenggarakan pada tanggal 1-5 Juli 2013 di Brunei Darussalam. Selama 2 (dua) hari pertemuan, para pihak telah membahas pokok-pokok perundingan yang salah satunya terkait persiapan ratifikasi Protocol to Amend the ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) yang telah ditindaklanjuti oleh Indonesia (Sekretaris Kabinet) melalui surat persetujuan izin prakarsa kepada Kepala BKPM nomor B.585/Seskab/12/2014 tanggal 18 Desember Pejabat pada Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam menjadi wakil delegasi RI dalam perundingan 2 nd Meeting of Dialogue for the Establishment of Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO), Nay Pyi Taw, Myanmar, tanggal Februari 2014 Pertemuan kedua dialog pendirian AfoCo diselenggarakan oleh Korea Forest Service bekerja sama dengan Pemerintah Myanmar pada tanggal Februari 2014 di Nay Pyi Taw, Myanmar. Delegasi Indonesia diwakili oleh Kementerian Kehutanan, Kementerian Luar Negeri, dan Sekretariat Kabinet. Pertemuan tersebut membahas draft Agreement on the Establishment of the Asian Forest Cooperation (AfoCO) terkait pengaturan mengenai keuangan, privilege and immunities, membership, dan mekanisme pengambilan keputusan. Sebagai saran dan tindak lanjut, Sekretariat 72

73 Kabinet menilai masih perlu pendalaman setiap klausula dalam Persetujuan karena masih banyak pengaturan yang tidak sesuai dengan kaidah pembentukan perjanjian internasional dan juga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan nasional. Keberhasilan pencapaian outcome kegiatan Sasaran 2, tidak hanya diukur dari jumlah RPerpres, RPerpres dan RInpres yang ditetapkan menjadi produk Perpres, Keppres dan Inpres, tetapi meliputi pula peran Sekretrariat Kabinet dalam setiap pembahasan RPerpres, RPerpres, dan RInpres baik di Sekretariat Kabinet maupun di instansi terkait (kuantitatif) dan keterlibatan dalam setiap proses penyelesaian RPerpres, RKepres dan RInpres, misalnya laporan hasil penelitian/kajian maupun rumusan hasil pembahasan pembahasan RPerpres, RPerpres, dan RInpres (kualitatif). Seperti dalam penyusunan RPerpres tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia, Sekretariat Kabinet melakukan penelitian/kajian terlebih dahulu dengan melakukan kegiatan koordinasi penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis, yang menghasilkan: a. Perlu diatur syarat/kriteria tertentu dalam pembentukan satuan organisasi baru di lingkungan TNI dengan memperhatikan kebutuhan nyata sesuai tingkat ancaman, strategi pertahanan, dan anggaran yang tersedia. b. Pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan patut direalisasikan dengan tujuan mengnyinergikan matra darat, laut, dan udara serta operasi antar wilayah sekaligus dengan mempertimbangkan sarana dan prasarana, termasuk ketersediaan sumber daya manusia dan alutsista. c. Perlu pemerataan penempatan prajurit TNI ke seluruh wilayah Indonesia, khususnya di wilayah tengah dan timur Indonesia. 73

74 Hasil koordinasi tersebut telah disampaikan kepada Panglima TNI dengan surat nomor: B.21/Seskab/01/2015 tanggal 12 Januari Pejabat melakukan kegiatan rapat koordinasi penyiapan bahan penyusunan pendapat hukum dan analisis dengan Kodam Udayana, Provinsi Bali Substansi Perpres, Keppres, dan Inpres yang ditetapkan Presiden pada tahun 2014, antara lain: a. Peraturan Presiden (Perpres) 1. Perpres Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Perpres ini menjadi pedoman/panduan bagi seluruh perancang atau unit yang menangani perancangan perundang-undangan di kementerian/lembaga dalam menyusun rancangan baik itu UU, Perpu, PP, dan Perpres serta Peraturan Daerah (baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota) ataupun peraturan perundanganundangan lainnya yang diakui. 2. Perpres Nomor 136 Tahun 2014 tentang Program Pengembangan Pesawat Tempur IF-X Perpres ini mengatur mengenai program pengembangan pesawat tempur IF-X antara pemerintah RI dan pemerintah Korea Selatan yang meliputi tahap pengembangan teknologi, pengembangan rekayasa dan manufaktur, dan produksi. 74

75 3. Perpres Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja Perpres ini sebagai tindaklanjut dibentuknya Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, dimana terdapat beberapa kementerian baru dan yang mengalami perubahan baik penggabungan maupun pemisahan diantaranya: Kemenko Bidang Kemaritiman, Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, agar kementerian tersebut dapat menjalankan tugas dan fungsinya maka perlu diatur mengenai lingkup tugas dan fungsinya sebelum diatur dengan Perpres mengenai kementerian yang bersangkutan. 4. Perpres Nomor 167 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pelantikan Gubernur, Bupati dan Walikota Perpres ini merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 165 Perpu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, yang didalamnya mengatur mengenai tata cara pelantikan Gubernur yang dilakukan oleh Presiden atau Wakil Presiden atau Menteri, dan pelantikan Bupati/Walikota oleh Gubernur atau Wakil Gubernur atau Menteri. 5. Perpres Nomor 178 Tahun 2014 tentang Badan Keamanan Laut Perpres ini merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 67 UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, Bakamla dibentuk dengan tugas melakukan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia. Bakamla dikoordinasikan oleh Menko Bidang Polhukam dan berkoordinasi dengan Menko Bidang Kemaritiman dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut. 75

76 6. Perpres Nomor 190 Tahun 2014 tentang Unit Staf Kepresidenan Perpres ini membentuk Unit Staf Kepresidenan dalam rangka kelancaran penyelenggaraan komunikasi politik kepresidenan dan pengelolaan isu strategis yang dipimpin oleh seorang kepala setingkat menteri. b. Keputusan Presiden (Keppres) 1. Keppres Nomor 15 Tahun 2014 tentang Panitia Nasional Penyelenggaraan Pertemuan Open Government Partnership Tingkat Regional Asia Pasifik Tahun 2014 Keppres ini mengatur pembentukan Panitia Nasional Pertemuan OGP Asia Pasifik Tahun 2014 yang diselenggarakan pada tanggal 4 7 Mei 2014 di Bali mengingat Indonesia sebagai Ketua Umum OGP Periode Keppres Nomor 19 Tahun 2014 tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah Prioritas Tahun 2014 Keppres ini sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 26 ayat (2) UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dimana pada Tahun 2014 Pemerintah telah menetapkan sebanyak 80 RPP masuk kedalam program prioritas penyusunan PP untuk Tahun Keppres ini sebagai pedoman bagi pemrakarsa dalam menyelesaikan RPP yang masuk dalam program prioritas tersebut. 3. Keppres Nomor 20 Tahun 2014 tentang Program Penyusunan Peraturan Presiden Prioritas Tahun 2014 Keppres ini sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 31 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan, dimana pada Tahun 2014 Pemerintah telah menetapkan sebanyak 22 RPerpres masuk kedalam program prioritas penyusunan Perpres untuk Tahun Keppres ini sebagai pedoman bagi pemrakarsa dalam menyelesaikan RPerpres yang masuk dalam program prioritas tersebut. 76

77 4. Keppres Nomor 36 Tahun 2014 tentang Penetapan Keanggotaan Indonesia pada the International Committee of Military Medicine Keppres ini menetapkan Indonesia sebagai anggota the International Committee of Military Medicine, keanggotaan dan peran serta Indonesia dalam organisasi internasional tersebut dapat memberikan dukungan dan pengukuhan posisi Indonesia pada kesehatan militer di forum internasional. c. Instruksi Presiden (Inpres) 1. Inpres Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2014 Inpres ini dikeluarkan Pemerintah dalam rangka menjamin terciptanya kondisi sosial, hukum, dan keamanan dalam negeri yang kondusif untuk mendukung kelancaran pembangunan nasional, perlu kelanjutan pelaksanaan langkah-langkah penanganan konflik sosial melalui keterpaduan, baik antar Aparat Pusat, antar Aparat Daerah, maupun antara Aparat Pusat dan Daerah. 2. Inpres Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014 Inpres ini dikeluarkan Pemerintah Dalam upaya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun dan Jangka Menengah Tahun (Stranas PPK), dan sebagai implementasinya dilakukan penyusunan aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi (PPK) setiap tahun. 77

78 B. Realisasi Anggaran Tahun 2014 Pada tahun 2014 Asdep Perancangan PUU Bidang Polhukam telah menetapkan kegiatan Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Presiden di bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Politik, Hukum dan Keamanan dengan output Dokumen hasil kajian di bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan dengan target dokumen sebanyak 211 dokumen (output revisi sebanyak 201) dan anggaran yang diberikan Rp ,- (Pagu Awal) dan Pagu Revisi sebesar Rp ,-. Mengenai target, realisasi dan tingkat capaian dari segi anggaran tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut : Program Kegiatan Target Realisasi Capaian Target Penyelenggaraan Perumusan analisis atas Rp Rp ,57% Pelayanan rencana kebijakan dan (Revisi) Dukungan program pemerintah Kebijakan kepada dalam bentuk Presiden selaku perundang-undangan di Kepala bidang politik, hukum Pemerintahan dan keamanan Penyusunan laporan Rp Rp ,05% hasil pemantauan, (Revisi) evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Penyelesaian RPerpres, Rp Rp ,37% RKeppres, dan RInpres (Revisi) di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Jumlah Rp Rp ,87% 78

79 BAB IV PENUTUP A. Simpulan Umum atas Capaian Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Berdasarkan data-data di atas, simpulan umum tentang pencapaian unit kerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sepanjang Tahun 2014 adalah sebagai berikut: a. Dari Segi Output Seluruh dokumen yang telah diselesaikan oleh Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sepanjang Tahun 2014 berjumlah 201 dokumen yang menggunakan anggaran Tahun 2014 meliputi kegiatan rapat koordinasi pembahasan Rancangan, pengumpulan dan pengolahan data terkait perumusan suatu Rancangan, menghadiri FGD/Seminar./Diskusi/Sarasehan/Lokakarya, dan pemantauan pelaksanaan Peraturan baik di luar kota maupun luar negeri. Selain dokumen pelaksanaan kegiatan, Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sepanjang Tahun 2014 telah menyelesaikan 98 Rancangan yang ditetapkan oleh Presiden dari 116 Rancangan yang diterima yakni 72 Perpres, 23 Keppres dan 3 Inpres. b. Dari Segi Anggaran Sepanjang Tahun 2014, Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan telah menggunakan anggaran sebesar Rp (enam ratus enam puluh sembilan juta dua ratus tiga puluh delapan ribu seratus dua puluh enam rupiah) dari seluruh pagu anggaran Tahun 2014 (revisi) sebesar Rp ,- atau terserap sebesar 89,97%. Laporan kinerja ini diharapkan dapat menjadi informasi akuntabilitas Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan serta dapat menjadi masukan bagi peningkatan akuntabilitas kinerja pada masa yang akan datang. 79

80 B. Langkah-Langkah Perbaikan Untuk Peningkatan Kinerja Sepanjang Tahun 2014, Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan telah dapat mempertahankan kinerjanya sebagaimana terlihat dari keberhasilan memenuhi Indikator Kinerja Utama dan menyerap anggaran yang cukup memuaskan. Untuk terus dapat mempertahankan keberhasilan ini dan juga sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kendala yang timbul, Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan senantiasa melakukan langkah-langkah perbaikan, seperti: 1. meningkatkan kompetensi SDM dengan mengikutsertakan dalam berbagai kegiatan pendidikan dan latihan, rapat koordinasi, seminar, FGD, dan forumforum semacamnya. 2. memaksimalkan efektivitas sumber daya yang dimiliki serta sarana dan prasarana yang tersedia. 3. mengikutsertakan staf dalam keanggotaan Tim yang mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. 4. berkoordinasi dengan instansi terkait dan mengadakan pertemuan internal untuk koordinasi dan konsolidasi pelaksanaan tugas dan fungsi. 5. memonitor dan mendorong pelaksanaan tugas dan fungsi dengan baik dan benar secara berkala dan berkelanjutan. 80

81 Lampiran FORMULIR PENGUKURAN KINERJA SEKRETARIAT KABINET Kementerian/Lembaga : Sekretariat Kabinet (007.02) Tahun Anggaran : 2014 Anggaran Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Program Pagu Realisasi % Capaian (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Terwujudnya peningkatan kualitas hasil analisis kebijakan dan program pemerintah di bidang Perancangan Perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 1. Persentase penyelesaian analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. 2. Persentase saran kebijakan hasil analisis rencana kebijakan dan program pemerintah dalam bentuk perundang-undangan bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti 3. Persentase penyelesaian laporan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara tepat waktu. 4. Persentase saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi dan analisis atas pelaksanaan Perpres, Keppres, dan Inpres di bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang ditindaklanjuti 97% 97% 97% 97% 95% 97% 100% 96% 97,94% 100% 103% 98,97% Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan Rp Rp ,06% Terwujudnya peningkatan kualitas penyelesaian Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden 1. Persentase penyelesaian Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden secara tepat waktu 97% 97% 100% Penyelenggaraan Dukungan Kebijakan Kepada Presiden Selaku Kepala Pemerintahan Rp Rp ,37%

82 Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Program Anggaran Pagu Realisasi % Capaian 2. Persentase Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Keputusan Presiden, dan Rancangan Instruksi Presiden yang ditindaklanjuti 97% 100% 103%

83 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... i ii iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Gambaran Organisasi Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam... 2 C. Gambaran Aspek Strategis Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam B. Penetapan Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam Tahun C. Indikator Kinerja Utama Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam Tahun BAB III CAPAIAN KINERJA A. Capaian Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam Tahun B. Realisasi Anggaran Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam Tahun iii

84 BAB IV PENUTUP A. Simpulan Umum atas Capaian Kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Polhukam Tahun B. Langkah-Langkah Perbaikan untuk Peningkatan Kinerja LAMPIRAN iv

85 KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Kedeputian Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Sekretariat Kabinet melakukan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi. Laporan ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan dalam suatu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Laporan ini pada intinya memuat tentang pelaksanaan seluruh program dan kegiatan Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan yang direncanakan selama Tahun 2014 sekaligus sebagai gambaran mengenai tingkat keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian kinerja. Laporan ini diharapkan dapat memberi manfaat khususnya bagi unit-unit kerja dilingkungan Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, agar hasil capaian kinerja pada tahun berikutnya dapat lebih meningkat. Jakarta, Februari 2015 Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, M. Rokib, S.H., M.H. i

86 RINGKASAN EKSEKUTIF Kesimpulan umum tentang pencapaian unit kerja Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sepanjang Tahun 2014 adalah sebagai berikut: a. Dari Segi Output Seluruh dokumen yang telah diselesaikan oleh Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sepanjang Tahun 2014 berjumlah 201 dokumen yang menggunakan anggaran Tahun 2014 meliputi kegiatan rapat koordinasi pembahasan Rancangan, pengumpulan dan pengolahan data terkait perumusan suatu Rancangan, menghadiri FGD/Seminar/Diskusi/Sarasehan/Lokakarya, dan pemantauan pelaksanaan Peraturan baik di luar kota maupun luar negeri. Capaian output tahun 2014 telah sesuai dengan target revisi yakni 201 dokumen atau 100%. Selain dokumen pelaksanaan kegiatan, Asdep Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sepanjang Tahun 2014 telah menyelesaikan 98 Rancangan yang ditetapkan oleh Presiden dari 116 Rancangan yang diterima yakni 72 Perpres, 23 Keppres dan 3 Inpres. b. Dari Segi Anggaran Sepanjang Tahun 2014, Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan telah menggunakan anggaran sebesar Rp (enam ratus enam puluh sembilan juta dua ratus tiga puluh delapan ribu seratus dua puluh enam rupiah) dari seluruh pagu anggaran Tahun 2014 (revisi) sebesar Rp ,- atau terserap sebesar 89,97%. Dari sisi perencanaan, capaian di atas dapat dikatakan memuaskan karena capaian output dokumen sebesar 100% dan serapan anggaran sebesar 89,97%. Untuk meningkatkan capaian kinerja di masa datang, Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan senantiasa melakukan langkah-langkah perbaikan secara berkelanjutan. ii

87 LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG PERANCANGAN PERUNDANG- UNDANGAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014 KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN SEKRETARIAT KABINET RI 2015

LAPORAN KINERJA. (LKj) KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA. (LKj) KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET RI KATA PENGANTAR Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan atau

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2012-2014 SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk media untuk melaporkan keberhasilan atau kegagalan suatu instansi pemerintah atas pelaksanaan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG PRASARANA, RISET, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ALAM TAHUN 2014 DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN SEKRETARIAT KABINET RI FEBRUARI 2015 K A T A P E N G A N T A R Laporan Kinerja

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian. Satya Bhakti Parikesit

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Asisten Deputi Bidang Perancangan Perundang-undangan Bidang Perekonomian. Satya Bhakti Parikesit KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014 yang disusun oleh Asisten Deputi Bidang Perancangan PUU Bidang Perekonomian merupakan laporan hasil pencapaian atas target

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Jakarta, Ratih Nurdianti KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Deputi Bidang Perekonomian Tahun 2014 merupakan perwujudan dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Deputi

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Aparatur Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Aparatur Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Kinerja (LKj) adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis BAB II Renstra Tahun 2015 2019 merupakan panduan pelaksanaan tugas dan fungsi pada periode 2015 2019 yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Tahun 2010

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA, SALINAN KEPUTUSAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG TIM EVALUASI AKHIR PERMOHONAN PENYELIDIKAN, PENYIDIKAN, DAN/ATAU PENAHANAN PEJABAT NEGARA YANG MEMERLUKAN PERSETUJUAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN 2010 2014 DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI Kata Pengantar Rancangan Rencana Strategis (Renstra) Deputi bidang

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

Laporan Kinerja. Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014

Laporan Kinerja. Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014 Laporan Kinerja Deputi Bidang Kesejahteraaan Rakyat S e k r e t a r i a t K a b i n e t TAHUN 2014 Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 2015 K a t a P e n g a n t a r Daftar Pustaka ---------------,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

Lebih terperinci

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.33, 2015 ADMINISTRASI. Sekretariat. Kabinet. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2015 2019 SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016 DAFTAR ISI Kata Pengantar..... Daftar Isi......

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan dukungan staf, pelayanan administrasi, dan dukungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1 TAHUN 2016 TANGGAL : 29 JANUARI 2016

LAMPIRAN II PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1 TAHUN 2016 TANGGAL : 29 JANUARI 2016 LAMPIRAN II PERATURAN SEKRETARIS KABINET NOMOR : 1 TAHUN 2016 TANGGAL : 29 JANUARI 2016 INDIKATOR KINERJA UTAMA DEPUTI BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN SEKRETARIAT KABINET DAN UNIT KERJA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Kinerja (LKj) adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET 2010 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Good Governance pada hakekatnya merupakan kepemerintahan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET 2017 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2016 SEKRETARIAT KABINET 2017 KATA PENGANTAR i Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET 2015 SEKRETARIAT KABINET INDIKATOR KINERJA UTAMA SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2015 SEKRETARIAT KABINET 2015 LAMPIRAN VII PERATURAN SEKRETARIS KABINET NOMOR : 1 TAHUN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA KOORDINATOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka memberikan dukungan staf dan pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj)

LAPORAN KINERJA (LKj) LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PARIWISATA, RISET DAN TEKNOLOGI, DAN LINGKUNGAN MARITIM TAHUN 2016 DAFTAR ISI Sampul Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif Daftar Isi i ii iii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014 A. Latar Belakang Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke No. 426, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Akuntabilitas Kinerja. Sistem. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka membantu Presiden dan Wakil Presiden

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA KOORDINATOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.1899, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Standar Pelayanan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka memberikan dukungan staf dan pelayanan administrasi kepada

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 17 A. Rincian Pelaksanaan Kegiatan BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN Rincian pelaksanaan kegiatankegiatan reformasi birokrasi pada tahun 2011 meliputi penanggung jawab, time frame per bulan, output /hasil yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 ASISTEN DEPUTI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN SEKRETARIAT KABINET

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 ASISTEN DEPUTI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN SEKRETARIAT KABINET LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 ASISTEN DEPUTI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPUTI BIDANG KEMARITIMAN SEKRETARIAT KABINET A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja (LKj) adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rencana Strategis Satuan Kerja Bagian Umum dan Protokol Setda Kota Semarang Tahun 2010-2015 adalah Dokumen Perencanaan yang substansinya memuat visi, misi dan arah kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka memperkuat tugas dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Presiden sebagai Kepala

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO ADMINISTRASI APARATUR TAHUN 2014

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO ADMINISTRASI APARATUR TAHUN 2014 BIRO ADMINISTRASI APARATUR DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI SEKRETARIAT KABINET LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO ADMINISTRASI APARATUR TAHUN 2014 PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2014 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini dibuat sebagai perwujudan dan kewajiban suatu Instansi Pemerintah dengan harapan dapat dipergunakan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA (LKj) ASISTEN DEPUTI BIDANG PELAKSANAAN DAN PELAPORAN PERSIDANGAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja (LKj) Asisten Deputi Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 111 TAHUN 2000 (111/2000) TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 111 TAHUN 2000 (111/2000) TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 111/2000, SEKRETARIAT KABINET KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 111 TAHUN 2000 (111/2000) TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) memiliki 3 (tiga) landasan utama yaitu : transparansi, akuntabilitas dan partisipasi. Akuntabilitas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke No.127, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Lembaga administrasi Negara. Organisasi. Fungsi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET TAHUN

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET TAHUN RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN KABINET TAHUN 2010-2014 SEKRETARIAT KABINET 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan nasional secara menyeluruh, setiap

Lebih terperinci

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Penyusunan Rencana Strategis Arsip Nasional Republik Indonesia telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Wasit Saronto 1 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Hubungan Kemasyarakatan dan Kelembagaan Tahun 2014 disusun sebagai bentuk komitmen untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tujuan dan sasaran strategis

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAGIAN UMUM KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015

BAGIAN UMUM KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 BAGIAN UMUM KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 Bagian Umum TAHUN 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bagian

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan kepemerintahan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1243, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. Pembentukan Permen. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

BAB X STAF AHLI. Pasal 833. Pasal 834. Pasal 835

BAB X STAF AHLI. Pasal 833. Pasal 834. Pasal 835 - 344 - BAB X STAF AHLI Pasal 833 Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Sekretaris Negara dan secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Lebih terperinci

Deputi Bidang Tata Laksana LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012

Deputi Bidang Tata Laksana LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 DEPUTI BIDANG TATA LAKSANA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Sasaran Program Program/Kegiatan (Outcome )/Sasaran Kegiatan Indikator Target 2017 (Output ) SEKRETARIAT KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG alan Bukit PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo No.1452, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. SAKIP. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA YANG DIBENTUK DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERSENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT KABINET 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2014 SEKRETARIAT KABINET 2015 Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Sekretariat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.879, 2015 KEMENPOLHUKAM. Jabatan Pimpinan Tinggi. Terbuka. Pengisian. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG Jalan Panji No. 70 Kelurahan Panji Telp. (0541) 661322. 664977 T E N G G A R O N G 75514 KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : 600.107/ BAP-I/IV/2011 TENTANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 62 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci