Kukuh Chrisnayasa Sunaryo Universitas Negeri Malang.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kukuh Chrisnayasa Sunaryo Universitas Negeri Malang."

Transkripsi

1 Implikasi Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Mengenai Pasal 50 Ayat (3) Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Terhadap Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional Di Kota Malang Kukuh Chrisnayasa Sunaryo Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendiskripsikan (1) penyelenggaraan satuan pendidikan yang bertaraf internasional di Kota Malang, (2) dasar permohonan pengujian Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, (3) pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam menjatuhkan putusan, dan (4) implikasi dari putusan Mahkamah Konstitusi terhadap penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa paparan sidang dalam bentuk risalah terkait sidang permohonan pengujian Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tekhnik wawancara dan observasi. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa instrument manusia, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk menjaga keabsahan data, dilakukan kegiatan trianggulasi data. Kegiatan analisis data dimulai dari tahap penelaahan data, tahap identifikasi dan klasifikasi data, dan tahap evaluasi data. Hasil penelitian adalah: (1) Pemerintah Kota Malang melalui dinas pendidikan Kota Malang telah menyelenggarakan satuan pendidikan yang bertaraf internasional di kota malang. Berada pada fase rintisan yaitu rintisan sekolah bertaraf internasional dan masih dikembangkan untuk menjadi sekolah bertaraf internasional. (2) Dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon kepada Mahkamah Konstitusi merupakan peringatan kepada pemerintah agar tidak mengabaikan pendidikan bagi warga Negara indonesia. (3) Dari pertimbangan-pertimbangan yang disampaikan oleh Hakim-Hakim Konstitusi, yaitu kewajiban Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional akan mengikis dan mengurangi kebanggaan terhadap bahasa dan budaya nasional Indonesia karena bahasa pengantar yang digunakan oleh sekolah bertaraf internasional adalah bahasa inggris. (4) Implikasi dari putusan Mahkamah Konstitusi tersebut adalah penggunaan kembali sistem pendidikan nasional yang beberapa waktu lalu berada di bawah satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Kata kunci : Implikasi Yuridis, Putusan Mahkamah Konstitusi, Penyelenggaraan RSBI Kota Malang. Indonesia merupakan Negara kesatuan yang tersebar mulai Sabang sampai Merauke. Keanekaragaman suku, budaya, bahasa daerah, agama dapat disatukan dan di junjung tinggi oleh semua masyarakat Indonesia. Cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, mencerminkan bahwa perjuangan yang telah diraih oleh para pahlawan tidak berhenti

2 begitu saja, akan tetapi harus dijaga dan dikembangkan oleh generasi penerus bangsa agar tujuan tersebut dapat dipenuhi. Pendidikan menjadi kunci utama dalam menjalankan amanah yang telah diberikan oleh para pemimpin kita terdahulu. Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Di dalam melaksanakan proses pengelolaan pendidikan yang ada di Indonesia, Pemerintah atau Menteri memiliki tanggung jawab dalam menentukan kebijakan nasional dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Sesuai dengan Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah dan/pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi Satuan Pendidikan Yang Bertaraf Internasional. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang Bertaraf Internasional, Sekolah bertaraf internasional selanjutnya disingkat SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh SNP yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang berasal dari negara anggota Organization For Economic Co-Operation And Development (OECD) atau negara maju lainnya. SBI pada jenjang pendidikan dasar dan menengah diselenggarakan setelah memenuhi seluruh 8 (delapan) unsur SNP yang diperkaya dengan standar pendidikan negara anggota OECD atau negara maju lainnya. Tujuan penyelenggaraan SBI adalah untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai standar kompetensi lulusan dan diperkaya dengan standar kompetensi pada salah satu sekolah terakreditasi di negara anggota OECD atau negara maju lainnya, kemampuan menampilkan keunggulan lokal ditingkat internasional, kemampuan bersaing dalam berbagai lomba internasional yang dibuktikan dengan perolehan medali emas, perak, perunggu dan bentuk penghargaan internasional lainnya, kemampuan bersaing kerja di luar negeri terutama bagi lulusan sekolah menengah kejuruan, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris,

3 kemampuan berperan aktif secara internasional dalam menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan dunia dari perspektif ekonomi, sosio-kultural, dan lingkungan hidup, kemampuan menggunakan dan mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi secara professional. Akan tetapi, penyelenggaraan Satuan Pendidikan Yang Bertaraf Internasional ini mendapat perhatian khusus dari Koalisi Anti Komersialisasi Pendidikan yang merupakan kuasa hukum dari para orang tua siswa yang bersekolah di Rintisan sekolah bertaraf internasional. Penggunaan istilah Bertaraf Internasional dan penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar pendidikan menjadi dasar untuk mengajukan permohonan Judicial Review kepada Mahkamah Konstitusi. Akhirnya pada tanggal 8 Januari 2013, Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permohonan Judisial Review atas Pasal 50 Ayat (3), Undang-Undang No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Putusan dari Mahkamah Konstitusi yang bersifat final membuat Undang-Undang yang selama ini menjadi payung hukum dari progam penyelenggaraan satuan pendidikan yang bertaraf internasional ini tidak berlaku dan tidak memiliki kekuatan hukum. Oleh karena itu, untuk mengetahui dampak putusan dari Mahkamah Konstitusi, yang berhubungan dengan pendidikan yang ada di Indonesia pada umumnya, dan di Kota Malang setelah Bapak Walikota Malang mempertanyakan kejelasan tentang putusan dari Mahkamah konstitusi, maka peneliti mengambil judul penelitian Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Mengenai Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Terhadap Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional Di Kota Malang. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa paparan sidang dalam bentuk risalah terkait sidang permohonan pengujian Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tekhnik wawancara dan observasi. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa instrument manusia, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk menjaga keabsahan data, dilakukan kegiatan trianggulasi data. Kegiatan analisis data dimulai dari tahap penelaahan data, tahap identifikasi dan klasifikasi data, dan tahap evaluasi data.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penyelenggaraan Satuan Pendidikan Yang Bertaraf Internasional Di Kota Malang Setiap daerah di seluruh Indonesia, berdasarkan Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, yaitu: Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional melalui dua tahapan atau fase, yaitu Fase Rintisan Dan Fase Kemandirian. di Kota Malang ini penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasionalnya Masih pada fase rintisan, dan masih dikembangkan pada fase kemandirian. Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional di Kota Malang diselenggarakan dengan menggunakan model-model penyelenggaraan yang di anggap paling sesuai atau cocok dengan kebutuhan, kekhasan, keunikan, dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap sekolah, baik untuk penyelenggaraan sekolah yang baru maupun pengembangan sekolah yang sudah ada sebelumnya. Penerapan model penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional ini dimaksudkan agar sekolah dapat memaksimalkan semua komponen yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar di sekolah bertaraf internasional ini, sehingga tujuan utama untuk mencetak lulusan yang berdaya saing tinggi dapat terpenuhi. Penyelenggaraan satuan pendidikan yang bertaraf internasional di kota malang Berada pada fase rintisan, yaitu Rintisan sekolah bertaraf internasional. Diselenggarakan sesuai dengan syarat yaitu telah memenuhi IKKM dan IKKT. Rintisan sekolah bertaraf internasional di Kota Malang menggunakan model penyelenggaraan tidak satu atap beda sistem yaitu penyelenggaraan sekolah/madrasah bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di lokasi yang berbeda (terpisah) dengan sistem pengelolaan pendidikan yang berbeda. Pengawasan dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Malang untuk memantau proses penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional yang ada di Kota Malang.

5 Dasar Permohonan Pengujian Pasal 50 Ayat 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kepada Mahkamah Konstitusi Dalam mengajukan pengujian perkara konstitusi kepada mahkamah konstitusi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh mahkamah konstitusi yang berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 24C Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Perubahan Ketiga), pemohon dalam perkara pengujian Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional mengajukan norma materiil yang diujikan kepada mahkamah konstitusi yaitu Pasal 50 Ayat 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 : Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi Satuan Pendidikan Yang Bertaraf Internasional. Alasan-alasan permohonan pengujian Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional oleh pemohon di jadikan dasar untuk melakukan judicial review kepada Mahkamah Konstitusi. Alasan-Alasan yang mendasari para Pemohon untuk menguji Pasal 50 Ayat (3) Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bahwa satuan pendidikan bertaraf internasional bertentangan dengan semangar mencerdaskan kehidupan bangsa, jika dilihat dari tujuannya agar indonesia memiliki lulusan yang memiliki kompetensi sesuai standar kompetensi lulusan di Negara maju sangat baik, namun hal ini belum tentu sesuai dengan kondisi bangsa indonesia. Bahwa satuan pendidikan bertaraf internasional bertentangan dengan kewajiban Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menimbulkan dualism sistem pendidikan di indonesia karena dalam pasal 31 ayat (3) undang-undang dasar Negara republik indonesia tahun 1945 terdapat frasa satu sistem pendidikan nasional yang dapat diartikan sebagai satu sistem yang digunakan dalam dunia pendidikan di indonesia adalah sistem pendidikan nasional, maka dengan adanya satuan pendidikan bertaraf internasional menurut pasal 50 undang-undang no. 20 tahun 2003 menimbulkan dualism pendidikan.

6 Bahwa satuan pendidikan bertaraf internasional adalah bentuk liberalisasi pendidikan karena Negara mengabaikan kewajibannya membiayai sepenuhnya pendidikan dasar dan membiarkan sekolah yang menyelenggarakan progam bertaraf internasional untuk memungut biaya pendidikan kepada masyarakat. Bahwa satuan pendidikan bertaraf internasional menimbulkan diskriminasi dan kastanisasi dalam bidang pendidikan, hal ini melanggar hak bagi warga Negara, terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga yang sederhana atau tidak mampu. Progam ini memang memberikan kuota bagi siswa miskin yang berprestasi, namun hal ini dipertanyakan lagi bagaimana dengan siswa yang tidak berprestasi, mereka juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pertimbangan Mahkamah Konstitusi Dalam Menjatuhkan Putusan Perkara Pengujian Pasal 50 Ayat 3 Undang-Undang Sisdiknas Menurut mahkamah, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi bangsa indonesia. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya semata-mata sebagai hak warga Negara saja, bahkan Undang-Undang Dasar 1945 memandang perlu untuk menjadikan pendidikan dasar sebagai kewajiban warga Negara. Berdasarkan Pasal 31 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 Pemerintah wajib membiayai warga Negara untuk mengikuti pendidikan dasar yang juga merupakan kewajiban dari warga Negara. Selain tanggung jawab untuk memenuhi hak setiap warga negara memperoleh pendidikan yang baik dan berkualitas secara adil, negara juga bertanggung jawab untuk membangun dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang berkarakter sesuai dengan dasar falsafah negara. Pendidikan harus diarahkan dalam rangka memperkuat karakter dan nation building, dan tidak boleh lepas dari akar budaya dan jiwa bangsa yaitu jatidiri nasional, identitas, dan kepribadian bangsa serta tujuan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hak warga Negara untuk mendapatkan pendidikan tidak hanya sebatas kewajiban negara untuk menghormati dan melindungi tetapi menjadi kewajiban negara untuk memenuhi hak warga negara tersebut. Karena demikian pentingnya pendidikan bagi bangsa Indonesia, menyebabkan pendidikan tidak hanya semata-mata ditetapkan sebagai hak warga negara saja, bahkan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memandang perlu untuk menjadikan pendidikan dasar sebagai kewajiban warga negara.

7 Berdasarkan Pasal 31 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah wajib membiayai warga Negara untuk mengikuti pendidikan dasar yang juga merupakan kewajiban dari warga Negara. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan kebangsaan yang sangat penting yang menjadi tanggungjawab negara. Selain tanggung jawab untuk memenuhi hak setiap warga negara memperoleh pendidikan yang baik dan berkualitas secara adil, negara juga bertanggung jawab untuk membangun dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang berkarakter sesuai dengan dasar falsafah negara. Pendidikan harus diarahkan dalam rangka memperkuat karakter dan nation building, dan tidak boleh lepas dari akar budaya dan jiwa bangsa yaitu jatidiri nasional, identitas, dan kepribadian bangsa serta tujuan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional tidak bisa lepas dari akar budaya dan jiwa bangsa Indonesia. Penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar pada RSBI dan SBI akan menjauhkan pendidikan nasional dari akar budaya dan jiwa bangsa Indonesia. Menurut Mahkamah istilah berstandar Internasional dalam Pasal 50 ayat (3) UU Sisdiknas, dengan pemahaman dan praktik yang menekankan pada penguasaan bahasa asing dalam setiap jenjang dan satuan pendidikan akan sangat berpotensi mengikis kebanggaan terhadap bahasa dan budaya nasional Indonesia. Kehebatan peserta didik yang penekanan tolok ukurnya dengan kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa Inggris adalah tidak tepat. Hal demikian bertentangan dengan hakikat pendidikan nasional yang harus menanamkan jiwa nasional dan kepribadian Indonesia kepada anak didik Indonesia. Implikasi Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Dalam perkara pengujian Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, setelah melalui beberapa proses pengujian oleh Mahkamah Konstitusi, akhirnya pada hari selasa tanggal 8 januari 2013 dibacakan putusan pada sidang pleno Mahkamah Konstitusi yang dipimpin langsung oleh ketua mahkamah konstitusi Moh. Mahfud MD yang menyatakan ketentuan terkait satuan pendidikan bertaraf internasional dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional bertentangan dengan konstitusi. Dalam amar putusanya, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa mengabulkan permohonan dari para Pemohon dalam perkara pengujian pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang bersifat final, bertentangan dengan

8 Undang-Undang Dasar Menurut Fatmawati (2005:2) Suatu Undang Undang yang telah dinyatakan tidak berlaku oleh Mahkamah Konstitusi tidak dapat di terapkan oleh lembaga lembaga yang lain. Dampak dibatalkannya materi ayat pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional tersebut adalah dasar hukum penyelenggaraan dan pengembangan sekolah bertaraf internasional yang selama ini dipakai tidak bisa lagi dijadikan dasar untuk menyelenggarakan maupun mengembangkan sekolah bertaraf internasional karena sudah dinyatakan inconstitusional oleh Mahkamah Konstitusi. Menurut Pasal 57 Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, materi muatan ayat, pasal dan/atau bagian Undang-Undang tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Dengan dikabulkannya permohonan pengujian Undang-Undang sistem pendidikan nasional oleh mahkamah konstitusi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan melalui surat edaran Nomor 017/MPK/SE/2013 yang berkaitan dengan transisi Sekolah Bertaraf Internasional. Dengan adanya surat edaran dari menteri pendidikan dan kebudayaan mengenai transisi sekolah bertaraf internasional ini, dari sisi administrasi pemerintah, keberadaan sekolah bertaraf internasional di seluruh indonesia tidak diperbolehkan memakai label SBI/RSBI. Sekolah harus menarik biaya seperti sekolah regular lainnya, karena biaya pada sekolah bertaraf internasional sangat tinggi. Kualitas sekolah sekolah bertaraf internasional harus dipertahankan agar pendidikan yang sudah baik ini masih bisa berjalan. Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini juga telah diterapkan di Kota Malang yang telah disosialisasikan oleh dinas pendidikan Kota Malang kepada sekolah yang dulunya menyelenggarakan progam bertaraf internasional. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa implikasi putusan mahkamah konstitusi terhadap penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional di Kota Malang pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya adalah penggunaan kembali sistem pendidikan nasional yang beberapa waktu lalu berada di bawah satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Tidak ada lagi sekolah yang mendapatkan perlakuan yang khusus dari pemerintah baik secara fasilitas, kualitas maupun

9 pembiayaan yang ada pada sekolah bertaraf internasional, agar sesuai dengan semangat mencerdaskan kehidupan bangsa secara menyeluruh. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan, Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional di Kota Malang sudah sesuai dengan yang diamanatkan oleh pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang mewajibkan Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan satuan pendidikan bertaraf internasional. Sekolah yang menyelenggarakan progam bertaraf internasional di Kota Malang masih pada fase rintisan, yaitu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dimana sekolah masih harus mengembangkan diri untuk menjadi sekolah bertaraf internasional. Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam suatu bangsa. Di indonesia, Negara mewajibkan warga negaranya untuk mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, namun tidak untuk satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Dalam mengajukan permohonan kepada Mahkamah Konstitusi, biaya yang tinggi merupakan salah satu dasar yang disampaikan oleh Pemohon dalam perkara pengujian Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 kepada Mahkamah Konstitusi. Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional merupakan terobosan pemerintah untuk menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing tinggi, akan tetapi dengan kenyataan bahwa masih banyak anak-anak usia sekolah yang tidak bisa menikmati pendidikan yang layak, maka keberadaan sekolah bertaraf internasional yang berkualitas dan mahal ini menurut peneliti hanya akan menambah panjang pekerjaan rumah bagi Negara untuk benar-benar mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, karena pendidikan yang berkualitas hanya dinikmati oleh anak-anak dari keluarga yang mampu, dan tidak menyentuh anak-anak dari keluarga menengah kebawah. Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional merupakan kesempatan kedua yang diberikan kepada pemerintah untuk membenahi sistem pendidikan yang ada di Indonesia agar semua lapisan masyarakat bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas secara

10 adil dan dengan biaya yang terjangkau agar generasi penerus bangsa Indonesia ke depan memiliki kemampuan yang merata sehingga pembangunan di Indonesia akan merata di semua wilayah di Indonesia. Tidak ada lagi daerah yang tertinggal, atau bahkan daerah yang masyarakatnya tidak menempuh pendidikan dasar yang merupakan kewajiban warga Negara Indonesia. Dengan adanya putusan dari Mahkamah Konstitusi, keberadaan satuan pendidikan yang bertaraf interasional akan dikembalikan lagi ke sistem nasional pendidikan. Penggunaan nama sekolah bertaraf internasional maupun rintisan sekolah bertaraf internasional juga tindak diperbolehkan. Akan tetapi proses pendidikan yang berlangsung masih diperbolehkan menggunakan progam bertaraf internasional ini sampai adanya pembaharuan dari pemerintah. Hal ini sesuai dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan terkait dengan putusan yang telah dikeluarkan oleh mahkamah konstitusi mengenai Pasal 50 Ayat (3) Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memuat proses transisi Sekolah Bertaraf Internasional dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Saran Berdasarkan temuan penelitian mengenai penyelenggaraan satuan pendidikan yang bertaraf internasional di Kota Malang, dasar permohonan pengujian Pasal 50 Ayat 3 Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional terhadap Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 kepada Mahkamah Konstitusi, pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam menjatuhkan putusan dan implikasi dari putusan Mahkamah Konstitusi terhadap penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional di Kota Malang, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut. Bagi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kota Malang Tetap mengawal sekolah yang pernah menyelenggarakan progam bertaraf internasional dan mengawasinya agar tidak terjadi penyimpangan karena melanggar putusan Mahkamah Konstitusi berarti melanggar hukum. Bagi RSBI di Kota Malang Agar mematuhi putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi dan edaran dari Menteri Pendidikan mengenai transisi Rintisan sekolah bertaraf internasional. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi revisi VI. Jakarta:PT.Rineka Cipta.

11 Asshiddiqie, Jimly Format kelembagaan Negara dan pergesekan kekuasaan dalam Undang-Undang Dasar Yogyakarta. Fakultas hukum UII press. Asshiddiqie, Jimly Hukum acara pengujian undang-undang, Jakarta pusat. Konstitusi press. Direktorat pembinaan SMP Panduan pelaksanaan pembinaan SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SMP-RSBI). Jakarta: kementrian pendidikan nasional (skripsi). Effendi, Mohammad Kurikulum dan pembelajaran: pengantar ke arah pemahaman KBK, KTSP, dan SBI. Malang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Fatmawati Hak menguji yang dimiliki hakim dalam sistem hukum Indonesia.jakarta.PT Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya Narbuko, cholid.achmadi abu.2003.metodologi penelitian. Jakarta:Bumi Aksara Satori, Djam an Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Syaodih, Nana Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset Thailib, rasyid. A. B. D. Wewenang Mahkamah Konstitusi dan implikasi dalam sistem ketatanegaraan republik Indonesia. Bandung. PT citra aditya bakti Universitas negeri Malang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas negeri Malang Perundang-undangan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. (online) Internet /01/08 RSBI-Dibubarkan. Di akses tanggal 19 Februari Meresahkan. di akses tanggal 4 April 2013

KUASA HUKUM Alvon Kurnia Palma, S.H., dkk, yang tergabung dalam Tim Advokasi Anti Komersialisasi Pendidikan.

KUASA HUKUM Alvon Kurnia Palma, S.H., dkk, yang tergabung dalam Tim Advokasi Anti Komersialisasi Pendidikan. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 5/PUU-X/2012 Tentang Pelaksanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional Dapat Mengesampingkan

Lebih terperinci

II. POKOK PERKARA Pengujian Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terhadap UUD 1945.

II. POKOK PERKARA Pengujian Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terhadap UUD 1945. RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 5/PUU-X/2012 Tentang Pelaksanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional Dapat Mengesampingkan Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk memahami lebih jauh mengenai pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang masih dipandang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XIV/2016 Syarat Pendidikan Hukum untuk Profesi Advokat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XIV/2016 Syarat Pendidikan Hukum untuk Profesi Advokat RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XIV/2016 Syarat Pendidikan Hukum untuk Profesi Advokat I. PEMOHON Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia Kuasa Hukum Dr. Arrisman, SH., MH., Dr. Zainal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif I. PEMOHON Drs. H.M. Bambang Sukarno, yang selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon II. KEWENANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia I. PEMOHON 1. Yayasan Bina Desa Sadajiwa, dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUUXIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati I. PEMOHON a. Perkumpulan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (Pemohon I) b. Lembaga Pengawasan

Lebih terperinci

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) LATAR BELAKANG PROGRAM SBI 1. Pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh suatu yayasan dengan menggunakan identitas internasional tetapi

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 28/PUU-XIII/2015 Materi Kesehatan Reproduksi Dalam Sistem Pendidikan Nasional

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 28/PUU-XIII/2015 Materi Kesehatan Reproduksi Dalam Sistem Pendidikan Nasional RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 28/PUU-XIII/2015 Materi Kesehatan Reproduksi Dalam Sistem Pendidikan Nasional I. PEMOHON 1. dr. Sarsanto W. Sarwono, Sp.Og sebagai Pemohon I; 2. Anis Su adah sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah institusi yang berperan melakukan kegiatan pengujian konstitusional di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 95/PUU-XIV/2016 Institusi Penyelenggara Pendidikan untuk Profesi Advokat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 95/PUU-XIV/2016 Institusi Penyelenggara Pendidikan untuk Profesi Advokat RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 95/PUU-XIV/2016 Institusi Penyelenggara Pendidikan untuk Profesi Advokat I. PEMOHON Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia Kuasa Hukum Dr. Arrisman, SH.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 111/PUU-XIV/2016 Pengenaan Pidana Bagi PNS Yang Sengaja Memalsu Buku-Buku atau Daftar-Daftar Untuk Pemeriksaan Administrasi I. PEMOHON dr. Sterren Silas Samberi. II.

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Tommy Albert M. Tobing, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 21 Maret 2013

KUASA HUKUM Tommy Albert M. Tobing, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 21 Maret 2013 RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 60/PUU-XI/2013 Badan Hukum Koperasi, Modal Penyertaan, Kewenangan Pengawas Koperasi dan Dewan Koperasi Indonesia I. PEMOHON 1. Yayasan Bina Desa Sadajiwa, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Namun dalam kenyataanya, untuk menghasilkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah menghimbau beberapa sekolah (melalui asesor akreditasi, monitoring dan evaluasi serta kunjungan pengawas) termasuk sekolah di tempat peneliti bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON Partai Serikat Rakyat Independen (Partai SRI), dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya terdapat tiga alternatif lembaga yang digagas untuk diberi kewenangan melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 98/PUU-XIV/2016 Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pendidikan Tinggi di Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 98/PUU-XIV/2016 Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pendidikan Tinggi di Indonesia RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 98/PUU-XIV/2016 Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pendidikan Tinggi di Indonesia I. PEMOHON 1. Victor Santoso Tandiasa; 2. Rasminto; 3. Dhisky; 4. Arief Rachman; 5. Ryan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor /PUU-VII/2009 tentang UU SISDIKNAS Pendidikan usia dini

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor /PUU-VII/2009 tentang UU SISDIKNAS Pendidikan usia dini RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor /PUU-VII/2009 tentang UU SISDIKNAS Pendidikan usia dini I. PARA PEMOHON 1. Harry Syahrial; 2. Heru Narsono; 3. Tayasmen Kaka, selanjutnya disebut Pemohon VIII. II. KEWENANGAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi I. PEMOHON Pungki Harmoko II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus keluarga. Anak juga merupakan aset bangsa yang sangat berharga; sumber daya manusia yang berperan penting

Lebih terperinci

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015 DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015 POKOK BAHASAN Latar Belakang Kelahiran Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi dalam UUD 1945 Wewenang Mahkamah

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIII/2015 Syarat Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Karena Melakukan Tindak Pidana Yang Diancam Dengan Pidana Penjara 5 (Lima) Tahun Atau Lebih Bagi Seseorang Yang Akan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No.15,2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul; Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul; Dinas Pendidikan Menengah & Non Formal Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008 MAHKAMAH KONSTITUSI R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008 Pokok Bahasan Latar Belakang Kelahiran Mahkamah Konstitusi

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 28/PUU-XIII/2015 Materi Kesehatan Reproduksi Dalam Sistem Pendidikan Nasional

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 28/PUU-XIII/2015 Materi Kesehatan Reproduksi Dalam Sistem Pendidikan Nasional RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 28/PUU-XIII/2015 Materi Kesehatan Reproduksi Dalam Sistem Pendidikan Nasional I. PEMOHON 1. dr. Sarsanto W. Sarwono, Sp.Og sebagai Pemohon I; 2. Anis Su adah

Lebih terperinci

Sekolah Negeri Terpadu (SD-SLTP) 6 BAB II. TINJAUAN UMUM 2.1 Gambaran Umum Proyek Proyek yang direncanakan adalah Sekolah Terpadu Bertaraf Internasional yang diselenggarakan dengan model Terpadu atau Satu

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUUXIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan I. PEMOHON Muhamad Zainal Arifin Kuasa Hukum Heru Setiawan, Novi Kristianingsih, dan Rosantika Permatasari

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu I. PEMOHON Hery Shietra, S.H...... selanjutnya disebut

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LANDASAN KONSEPTUAL Definisi Umum: SBI adalah sekolah/madrasah yang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali I. PEMOHON Abd. Rahman C. DG Tompo Kuasa Hukum DR. Saharuddin Daming. SH.MH., berdasarkan surat kuasa khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 47 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia MEDIA PEMBELAJARAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBUATAN POLA BUSANA DI SMK RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Oleh: Cucu Ruhidawati Program Studi Pendidikan Tata Busana, Jurusan PKK,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 53/PUU-XIV/2016 Persyaratan Menjadi Hakim Agung dan Hakim Konstitusi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 53/PUU-XIV/2016 Persyaratan Menjadi Hakim Agung dan Hakim Konstitusi RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 53/PUU-XIV/2016 Persyaratan Menjadi Hakim Agung dan Hakim Konstitusi I. PEMOHON 1. Dr. Binsar M. Gultom, S.H., SE., M.H.,........... Pemohon I 2. Dr. Lilik Mulyadi, S.H.,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH : RANTI SUDERLY

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH : RANTI SUDERLY SKRIPSI PENGUJIAN TERHADAP UNDANG - UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DAN UNDANG UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (PT BHMN), dan kemudian disusul dengan 3 (tiga) Perguruan Tinggi Negeri

BAB I PENDAHULUAN. (PT BHMN), dan kemudian disusul dengan 3 (tiga) Perguruan Tinggi Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 tentang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka I. PEMOHON Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), dalam hal ini diwakili oleh Drs. H. Muhaimin Iskandar,

Lebih terperinci

PASAL 50 AYAT (3) SISTEM ARTIKEL. Oleh:

PASAL 50 AYAT (3) SISTEM ARTIKEL. Oleh: IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM PERKARAA NOMOR 5/PUU-X/2012 MENGENAI PENGUJIAN PASAL 50 AYAT (3) UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL ARTIKEL Diajukan Guna Untuk

Lebih terperinci

BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA

BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA A. Penyelesaian Sengketa Hasil Pemilukada di Mahkamah Agung 1. Tugas dan Kewenangan Mahkamah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah terus berupaya memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan itu,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali I. PEMOHON 1. Su ud Rusli, (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. H. Boyamin, (selanjutnya disebut sebagai Pemohon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban bangsa Indonesia dari masa ke masa. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (STUDI DI SMP NEGERI 3 PETERONGAN JOMBANG)

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (STUDI DI SMP NEGERI 3 PETERONGAN JOMBANG) 1 PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (STUDI DI SMP NEGERI 3 PETERONGAN JOMBANG) Laily Syarifah Era globalisasi menuntut kualitas manusia

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON Partai Serikat Rakyat Independen (Partai SRI), dalam hal ini diwakili

Lebih terperinci

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri untuk berbagi pengalaman Oleh: Mardiyana Disampaikan pada Seminar Nasional Di FKIP UNS Surakarta, 26 Februari 2011 Landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sebagai saka utama negara dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah Indonesia guna meningkatkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUUXIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan I. PEMOHON Muhamad Zainal Arifin Kuasa Hukum Heru Setiawan, Novi Kristianingsih, dan Rosantika Permatasari

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XI/2013 Tentang Nota Kesepakatan Bersama Tentang Pengurangan Masa Tahanan Bagi Tindak Pidana Umum, Pemeriksaan Cepat dan Restorative Justice I. PEMOHON Fahmi Ardiansyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terjadinya kompetisi bagi lembaga pendidikan yang tidak hanya bersifat lokal atau regional saja, tetapi juga internasional. Kompetisi global

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit I. PEMOHON Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah, yang dalam hal ini diwakili oleh Prof. Dr. Din Syamsudin dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004 RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004 I. PEMOHON Suta Widhya KUASA HUKUM JJ. Amstrong Sembiring, SH. II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air: Prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang berperkara untuk mengajukan suatu upaya hukum atas putusan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang berperkara untuk mengajukan suatu upaya hukum atas putusan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang memberikan hak yang dapat digunakan oleh para pihak yang berperkara untuk mengajukan suatu upaya hukum atas putusan pengadilan. Hak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 14 /PUU-VII/2009 tentang UU BHP (Pembebanan biaya pendidikan kepada masyarakat)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 14 /PUU-VII/2009 tentang UU BHP (Pembebanan biaya pendidikan kepada masyarakat) RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 14 /PUU-VII/2009 tentang UU BHP (Pembebanan biaya pendidikan kepada masyarakat) I. PEMOHON Aminuddin Ma ruf, selanjutnya disebut Pemohon. KUASA HUKUM Saleh, SH dan Sholihudin,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas I. PEMOHON Ir. Samady Singarimbun RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas KUASA HUKUM Ir. Tonin Tachta Singarimbun, SH., M., dkk. II.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota I. PEMOHON 1. Joncik Muhammad, S.Si., S.H., M.M., sebagai Pemohon I; 2. Toyeb Rakembang, S.Ag., sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan I. PEMOHON 1. Syamsul Bachri Marasabessy 2. Yoyo Effendi II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit I. PEMOHON Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah, yang dalam hal ini diwakili oleh Prof. Dr. Din Syamsudin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang apalagi diera globalisasi

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR BERACARA DALAM PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR BERACARA DALAM PEMBUBARAN PARTAI POLITIK MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR BERACARA DALAM PEMBUBARAN PARTAI POLITIK MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah mengalami beberapa kali revisi sejak pengajuannya pada tahun 2011, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Ringkasan Putusan.

Ringkasan Putusan. Ringkasan Putusan Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 10-17-23/PUU-VII/2009 tanggal 25 Maret 2010 atas Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, dengan hormat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 A. Pengertian Kurikulum SD Bertaraf Internasional harus memenuhi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan mangacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi demokrasi di berbagai negara umumnya ditandai dengan terjadinya perubahan konstitusi yang memberikan jaminan kemandirian dan akuntabilitas kekuasaan kehakiman.

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

A. Kronologi pengajuan uji materi (judicial review) Untuk mendukung data dalam pembahasan yangtelah dikemukakan,

A. Kronologi pengajuan uji materi (judicial review) Untuk mendukung data dalam pembahasan yangtelah dikemukakan, 49 BAB III WEWENANG MAHKAMAH KOSTITUSI (MK) DAN PROSES UJIMATERI SERTA DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMPERBOLEHKAN PENINJAUAN KEMBALI DILAKUKAN LEBIH DARI SATU KALI. A. Kronologi pengajuan uji materi

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah I. PEMOHON Suta Widhya, SH. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 7 Ayat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Tipe Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah suatu tipe penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH 2.1. Tinjauan Umum Mengenai Mahkamah Konstitusi 2.1.1. Pengertian Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Oleh I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan kemajuan dan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUUXIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya UndangUndang Aparatur Sipil Negara I. PEMOHON Rochmadi Sularsono II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil UndangUndang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017 Wilayah Jabatan Notaris I. PEMOHON Donaldy Christian Langgar II. OBJEK PERMOHONAN Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi I. PEMOHON 1. Drs. Bambang Soenarko,...... Pemohon I 2. Enny Ambarsari, S.H. Pemohon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci