BAB II PENDEKATAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENDEKATAN TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) Pengertian dan Peran Posdaya Menurut Muljono (2010), Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan suatu forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi kekeluargaan secara terpadu. Penguatan fungsi-fungsi utama tersebut diharapkan memungkinkan setiap keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera, keluarga yang mandiri dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik. Posdaya merupakan wahana pemberdayaan delapan fungsi keluarga secara terpadu, utamanya fungsi agama atau Ketuhanan yang Maha Esa, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan. Posdaya adalah sebuah gerakan dengan ciri khas bottom up program, yang mengusung kemandirian, dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi. Posdaya dikembangkan sebagai salah satu sarana meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang hanya bisa diharapkan melalui penguatan fungsi keluarga secara terpadu. Kini Posdaya terus menjangkau berbagai pelosok desa di tanah air. Banyak bupati atau walikota kini ramai-ramai mendorong anggota masyarakat untuk mendirikan dan mengembangkan Posdaya. Posdaya dapat dikembangkan di mana-mana, bahkan juga dalam lingkungan komunitas masjid. Tujuan pembentukan Posdaya adalah untuk menyegarkan modal sosial, seperti hidup bergotongroyong dalam masyarakat guna membantu pemberdayaan keluarga secara terpadu serta membangun keluarga bahagia dan sejahtera. Selain itu, Posdaya juga ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil, yaitu keluarga, agar dapat menjadi perekat sehingga tercipta kehidupan yang rukun, damai, dan memiliki dinamika yang tinggi. Bahkan program Posdaya itu

2 7 diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada setiap keluarga untuk memberi atau menerima pembaharuan yang dapat dipergunakan dalam proses pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah untuk membangun sumberdaya manusia melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses pemberdayaan itu diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan dan kemiskinan dalam arti yang luas. Sasaran kegiatan yang dituju adalah terselenggarakannya upaya bersama agar setiap keluarga mempunyai kemampuan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Pelaksanaan Millenium Development Goals (MDGs), pengembangan fungsi keluarga tersebut diarahkan kepada lima prioritas sasaran utama, yaitu (1) komitmen pada pimpinan dan sesepuh tingkat desa dan pedukuhan, kecamatan dan kabupaten, (2) pengembangan fungsi keagamaan, fungsi KB dan kesehatan, (3) fungsi pendidikan, (4) fungsi kewirausahaan, dan (5) fungsi lingkungan hidup yang memberi makna terhadap kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera (Muljono, 2010). Ada empat jenis peran yang dilakukan oleh Posdaya. Pertama, jika pada suatu wilayah tertentu belum terdapat suatu program pemberdayaan apapun atau suatu bentuk kerjasama masyarakat untuk pemberdayaan masyarakat, maka di tempat itu Posdaya dapat berperan membangun kegiatan-kegiatan baru yang bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan dimaksud dapat meliputi bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Kedua, jika pada wilayah tersebut pernah ada suatu kegiatan pemberdayaan tetapi sudah ditinggalkan oleh masyarakat, maka Posdaya dapat menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan tersebut. Ketiga, jika pada suatu wilayah sudah terdapat kegiatan-kegiatan pemberdayaan, maka kehadiran Posdaya dapat berperan untuk meningkatkan kualitas program yang sudah ada, baik kuantitas maupun kualitasnya. Keempat, Posdaya juga berperan menjahit semua kegiatan/kelembagaan masyarakat yang ada di wilayah tersebut sehingga dapat berpayung bersama secara keseluruhan dalam gerakan Posdaya (Bachtiar, 2010).

3 Program Posdaya Posdaya menekankan kepada pemberdayaan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan, dan kemiskinan dalam arti yang luas. Posdaya bertujuan untuk: a. Menyegarkan modal sosial seperti hidup bergotong royong dalam masyarakat untuk membantu pemberdayaan keluarga secara terpadu dan membangun keluarga bahagia dan sejahtera. b. Ikut memelihara lembaga sosial kemasyarakatan yang terkecil, yaitu keluarga, yang dapat menjadi perekat masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang tinggi. c. Memberi kesempatan kepada setiap keluarga untuk memberi atau menerima pembaharuan yang dapat dipergunakan dalam proses pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Empat bidang utama yang menjadi pokok aktifitas pemberdayaan masyarakat yang ditekuni oleh Posdaya yakni bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan. Keempat bidang ini selain menjadi penentu utama dalam penghitungan indeks pembangunan manusia, juga merupakan aktivitas sehari-hari yang sangat melekat dengan kebutuhan dasar manusia (Bachtiar, 2010). Adapun penjelasan program Posdaya yang meliputi keempat bidang tersebut sebagai berikut: Program Bidang Kesehatan: Program kesehatan yang muncul pada Posdaya dapat dikategorikan pada dua keadaan, yaitu program lama dan program baru. Program lama adalah program yang sudah ada di wilayah bersangkutan sebelum hadirnya Posdaya. Perlakuan terhadap program jenis ini adalah menggairahkan kembali kegiatan yang sudah ada tersebut, meningkatkan kualitasnya dan keragaman layanan yang dapat diakses masyarakat melalui kegiatan tersebut. Sebagai contoh adalah Posyandu yang mati suri di beberapa wilayah menjadi semangat kembali, jadwal Posyandu kembali rutin, balita yang hadir meningkat jumlahnya, demikian pula kehadiran pihak Puskesmas dan bidan desa juga lebih rutin, bahkan pemberian makanan tambahan (PMT) lebih sering dilakukan. Program baru adalah aktifitas layanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat setelah hadirnya Posdaya.

4 9 Program Bidang Pendidikan: Hampir di setiap Posdaya binaan IPB terselenggara program PAUD. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sadar perlunya pendidikan sejak usia dini, maka masyarakat sangat antusias dengan berdirinya PAUD di Posdaya. PAUD telah terselenggara di sebagian besar Posdaya dengan segala sumberdaya yang sederhana dan seadanya. Umumnya tempat belajar menggunakan bangunan/ruangan yang dapat diberdayakan sebagai ruangan kelas. Program Bidang Ekonomi/Kewirausahaan: banyak kreatifitas masyarakat yang tumbuh untuk mencari peluang usaha dengan menggali potensi diri dan potensi sumberdaya yang ada di wilayah masing-masing Posdaya. Hal ini dapat dimengerti dengan mudah karena manusia pada umumnya berkeinginan meningkatkan kesejahteraan diri melalui peningkatan kemampuan ekonomi. Program ini termasuk program yang berhasil karena begitu cepat respon masyarakat untuk berpartisipasi dan mengembangkan dirinya dalam program ini. Program Bidang Lingkungan: Di bidang lingkungan, umumnya Posdaya mengarahkan kegiatannya pada upaya pengelolaan sampah Peserta dan Sasaran Posdaya Organisasi Remaja atau Pengurus PKK Kelurahan / Desa di tingkat RT atau RW perlu mengadakan pendataan seluruh keluarga di wilayah sekitar Posdaya yang akan dibangun. Pendataan keluarga dilakukan dengan mempergunakan kriteria atau indikator yang dipergunakan oleh BKKBN atau BPS, utamanya untuk mengetahui keberadaan keluarga dalam posisi Pra Sejahtera, Sejahtera I, Sejahtera II, Sejahtera III, atau Sejahtera III plus. Indikator BPS dapat dipergunakan untuk menentukan apakah sebuah keluarga tergolong miskin atau tidak miskin. Indikator yang biasa dipakai antara lain: 1) melaksanakan ibadah secara teratur; 2) makan dua kali sehari; 3) mempunyai pakaian layak; 4) lantai rumah umumnya tidak berupa tanah; 5) anak sakit dibawa ke rumah sakit atau dokter ; 6) seminggu sekali makan dengan daging atau telur; 7) mempunyai pakaian baru setahun sekali; 8) luas lantai rumah 8 m 2 per anggota keluarga; 9) seluruh keluarga bisa membaca dan menulis; 10) anak-anak usia

5 10 sekolah bisa sekolah; 11) salah satu anggota keluarga bekerja; 12) dalam sebulan seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat. Apabila dengan mengajukan lima pertanyaan urutan pertama di atas, suatu keluarga menyatakan satu saja jawaban tidak, maka keluarga tersebut dapat digolongkan menjadi keluarga pra sejahtera. Apabila untuk pertanyaan berikutnya suatu keluarga menyatakan satu jawaban tidak, maka keluarga tersebut tergolong keluarga Sejahtera 1. Dari hasil pendataan ini selanjutnya dibuat peta, sehingga dapat dengan mudah diketahui persebaran lokasi keluarga yang perlu dibantu untuk meningkatkan diri menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Selain pendataan dan pemetaan sebagai sarana untuk menentukan prioritas sasaran, kepada setiap keluarga perlu diketahui jenis kebutuhan pemberdayaan yang diperlukan. Pengumpulan informasi tentang kebutuhan pemberdayaan ini merupakan upaya untuk melengkapi kekurangan atau menambah kegiatan yang sudah ada, serta menentukan jenis atau bentuk program yang perlu dilaksanakan dalam Posdaya (Suyono dan Rohadi, 2007). Posdaya menempatkan keluarga muda, utamanya keluarga yang mempunyai anak dibawah usia 15 tahun, atau mempunyai anak dibawah usia 25 tahun, sebagai sasaran dengan prioritas yang tinggi. Posdaya memberi kesempatan kepada penduduk lansia untuk ikut terjun sebagai pembina, pengasuh, pelindung atau pengawas kegiatan yang dijalankan bersama anggota muda lainnya. Suyono dan Rohadi (2007), menjelaskan sasaran-sasaran Posdaya menurut masing-masing bidang, berikut ini adalah penjelasannya. A. Pemberdayaan Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga muda, utamanya ibu muda, bayi dan anak balita, ditetapkan sebagai sasaran utama Posyandu dan dibantu untuk ikut KB dan memperbaiki kesehatan ibu dan anak-anak balitanya. Apabila keluarga yang terdeteksi sebagai keluarga Pra Sejahtera atau Sejahtera I belum mengikuti KB atau mempunyai tingkat kesehatan ibu dan anak yang rendah, Posdaya menganjurkan kepada yang bersangkutan untuk segera mengikuti KB dan menganjurkan rajin berkunjung pada acara Posyandu atau mengikuti program pada klinik yang terdekat. Posdaya menempatkan kegiatan KB dan perbaikan kesehatan ibu dan anak sebagai

6 11 prioritas yang penting. Sasaran utamanya adalah: a) keluarga muda, utamanya ibu muda, ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu menyusui; b) ibu muda dengan anakanak dibawah usia 15 tahun; c) bayi (0-1) tahun; d) anak balita (1-5) tahun. B. Pemberdayaan Bidang Pendidikan Pemberdayaan di bidang pendidikan perlu diambil langkah dengan melihat hasil pendataan atau inventarisasi anak-anak usia 0-15 tahun yang belum sekolah. Jika ada anak-anak di bawah usia 5 (lima) tahun yang belum sekolah, perlu dipersiapkan pembentukan Taman Pendidikan Al Qur'an, atau kegiatan Bina Keluarga Balita, atau PAUD, atau pembentukan Kelompok Bermain atau Kelompok Bina Anak Pra Sekolah dan sebagainya. Jika banyak anak usia 6-15 tahun yang belum atau tidak sekolah karena orang tuanya tidak mampu, maka anggota Posdaya perlu mengadakan upaya gotong royong agar anak-anak tersebut bisa sekolah. Misalnya mencari orang tua asuh, mengumpulkan dana bantuan sekolah atau mencari sekolah atau lembaga yang dapat menyertakan anak dalam proses pendidikan. Jika anak-anak yang telah dewasa tahun cukup banyak, tetapi tidak dalam status sekolah, karena putus sekolah atau tidak meneruskan ke Perguruan Tinggi serta belum bekerja, Posdaya atau lembaga lain yang ada di desa itu bisa mengembangkan kursus-kursus keterampilan atau latihan wirausaha agar mereka memperoleh kesempatan kerja. C. Pemberdayaan Bidang Wirausaha bagi Ibu/Wanita Jika dari pendataan keluarga diperoleh kenyataan bahwa banyak ibu-ibu keluarga Pra Sejahtera atau Sejahtera 1 dengan anak balita atau mempunyai anak dibawah usia 15 tahun yang tidak mempunyai kegiatan usaha, maka keluarga tersebut perlu diajak berhimpun dalam kelompok yang ada, seperti arisan, majelis taklim, PKK tingkat RT/RW. Keluarga kurang mampu tersebut didorong dan dibantu melakukan kegiatan usaha ekonomi bersama anggota kelompok lainnya, utamanya yang telah berhasil dalam usaha ekonomi. Peserta perlu diberi pelatihan, penambahan pengetahuan atau dibantu melaksanakan usaha dengan mendatangkan guru atau tenaga yang telah berhasil mengembangkan usaha. Kalau perlu keluarga tersebut diajak magang atau bekerja sambil berlatih pada

7 12 pengusaha lain yang telah berhasil. Kelompok Posdaya membantu menjajaki kerjasama dengan lembaga keuangan atau bank yang ada di desa atau kecamatan untuk penyediaan modal, meningkatkan pengetahuan tentang kualitas produksi, pemasaran dan sebagainya. Membentuk dan mengembangkan Posdaya dengan berbagai bentuk dan jenis kegiatan diatas tentunya diperlukan petugas-petugas pelaksana yang perlu diidentifikasi dan disiapkan dengan meminta kesediaan mereka, melatih, membina dan memberikan tugas yang tepat sesuai dengan pendidikan, pengalaman, pelatihan dan kesiapannya untuk bekerja di lingkungan dan bersama masyarakat di desanya Pemberdayaan Menurut Ife (2005) dalam Lakoni (2009), pemberdayaan merupakan upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka. Terkait dengan itu, Sutrisno (2000) dalam Lakoni (2009) menjelaskan, dalam persfektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan sehingga dapat mendanai sendiri. Pemberdayaan ialah sebagai proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat potensi kelompok lemah dalam masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial. Seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Lakoni, 2009). Tujuan dari pemberdayaan itu ialah mewujudkan masyarakat yang mandiri. Oleh karena itu, dalam program Posdaya lebih menekankan kepada pemberdayaan keluarga karena keluarga merupakan kelompok kecil dari

8 13 masyarakat. Diharapakan seluruh keluarga ikut serta menjadi anggota Posdaya, terutama dalam bidang ekonomi produktif. Kesertaan dalam kegiatan ekonomi ini akan menghasilkan kemandirian dalam bidang ekonomi dan mengantar partisipasi yang lebih tinggi dalam bidang pendidikan dan keterampilan, serta kesehatan dan lingkungan yang mendukung hidup mereka menjadi lebih sejahtera Persepsi Menurut Lengevelt (1966) dalam Harihanto (2001) mendefinisikan persepsi sebagai pandangan individu terhadap suatu obyek (stimulus). Akibat adanya stimulus, individu memberikan reaksi (respon) berupa penerimaan atau penolakan terhadap stimuli tersebut. Lengevelt juga mengatakan bahwa persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap motivasi, kemauan, dan perasaan terhadap stimuli tersebut. Stimuli dapat bisa berupa benda, isyarat, informasi, maupun situasi dan kondisi tertentu. Konteks persepsi terhadap Posdaya yang memiliki berbagai macam program dan program Posdaya ini sebagai stimuli yang dapat menimbulkan persepsi pada individu yang melihat atau merasakannya. Menurut Asngari (1984) dalam Harihanto (2001), mengatakan bahwa persepsi terhadap lingkunganya merupakan faktor penting karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan individu tersebut. Persepsi yang benar terhadap suatu obyek diperlukan, sebab persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku. Demikian pula menurut Duncan dalam Thoha (1988) dalam Harihanto (2001), mengatakan bahwa persepsi merupakan unsur penting dalam penyesuaian perilaku. Dapat dikatakan bahwa jika diinginkan agar seseorang berperilaku tertentu terhadap lingkungan, harus dilakukan intervensi untuk membentuk persepsi yang benar pada diri orang tersebut, terutama jika persepsinya belum benar. Menurut Muchtar (1998), persepsi adalah proses penginderaan dan penafsiran rangsangan suatu objek atau peristiwa yang diinformasikan, sehingga seseorang dapat memandang, mengartikan dan mengintepretasikan rangsangan yang diterima sesuai dengan keadaan dirinya dan lingkungan dimana ia berada sehingga ia dapat menentukan tindakannya.

9 14 Persepsi yang dimiliki seseorang berbeda karena pengaruh berbagai faktor, mulai dari pengalaman, latar belakang, lingkungan dimana dia tinggal, juga motivasi dan lainnya. Faktor-faktor di atas, yang akan mempengaruhi seseorang dan menyebabkan seseorang dapat menginterprestasikan sesuatu mempunyai perbedaan pendapat. Menurut Calhoun dan Acocella (1990) dalam Pandeangan (2005), persepsi yang kita kenal memiliki tiga dimensi yang sama dengan menandai konsep diri: 1. Pengetahuan: apa yang kita ketahui tentang pribadi lain,,wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, motif, dan sebagainya. 2. Pengharapan: gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan mau melakukan apa yang dipadukan dengan gagasan kita seharusnya dia menjadi apa dan melakukan apa. 3. Evaluasi: kesimpulan kita tentang seseorang didasarkan pada bagaimana seseorang (menurut pengetahuan kita) memenuhi pengharapan kita tentang dia. Lockard (1974) dalam Tampang (1999) mendefinisikan persepsi sebagai apa yang dipelajari dan diketahui secara keseluruhan melalui panca indera. Persepsi merupakan proses dimana akan diperoleh beberapa atau keseluruhan informasi tentang suatu hal. Persepsi terdiri dari variabel-variabel yang berkombinasi dengan lainnya, yaitu: 1. Pengalaman masa lalu, apa yang pernah di alami. 2. Indoktrinasi budaya, bagaimana menerjemahkan apa yang dialami. 3. Sikap pemahaman, apa yang diharapkan dan apa yang dimaksud dari hal tersebut. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi ialah pandangan individu atau pemaknaan stimuli terhadap suatu obyek melalui proses penginderaan dan individu dapat memberikan reaksi (respon). Persepsi dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pengetahuan dan pengalaman. Menurut Soekanto (2002), pengetahuan merupakan kesan yang ada dalam pikiran manusia, dimana kesan tersebut merupakan hasil dari penggunaan panca inderanya. Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara bertanya pada orang lain, mendengarkan informasi atau melalui media massa. Pengetahuan akan

10 15 membentuk suatu tindakan dalam diri seseorang (Notoatmodjo, 2003 dalam Herman, 2005). Oleh karena itu, tindakan didasari pengetahuan akan tahan lama daripada yang tidak didasari pengetahuan. Dalam hal ini, pengetahuan ialah informasi yang diterima atau kemampuan masyarakat untuk mengetahui atau memahami hal-hal yang berhubungan dengan Posdaya. Jika masyarakat memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap Posdaya, maka persepsi yang diberikan cenderung positif. Sebaliknya jika pengetahuan mereka tentang Posdaya rendah, maka persepsi mereka cenderung tidak mengetahui tentang Posdaya. Menurut Agustina (2000), pengalaman merujuk kepada apa yang pernah dilakukan dan apa yang pernah di alami pada masa lalu seperti apa yang sudah diserap atau didapatkan dari suatu pelatihan yang pernah diikuti. Dalam hal ini, pengalaman didapatkan melalui proses belajar masyarakat terhadap segala sesuatu yang pernah dialaminya pada masa lalu seperti pelatihan-pelatihan yang pernah didapatkan dari Posdaya maupun pelatihan dari lembaga lainnya atau pertemuan yang diadakan oleh masyarakat atau instansi pemerintah. Biasanya melihat pengalaman yang terjadi pada diri sendiri lebih kuat dibandingkan dengan melihat pengalaman orang lain. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu lingkungan sosial individu. Manusia merupakan makhluk sosial, bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain dan hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam bentuk komunikasi dan situasi, dalam kehidupan seperti ini terjadi interaksi. Menurut Moss (1874) dalam Orford (1991) dalam Yusniati (2008), lingkungan sosial ialah iklim sosial. Dilihat dari tipenya, lingkungan terbagi menjadi beberapa tipe, salah satunya yaitu educational university student living groups, dilihat dari: a. Dimensi hubungan, yang mana dalam dimensi ini melibatkan dukungan emosi. b. Dimensi perkembangan individu, seperti kebebasan, orientasi tradisi sosial, persaingan akademik, prestasi, dan intelektualitas. c. Dimensi sistem pemeliharaan dan sistem pergantian, seperti memerintah dan organisasi, pengaruh pelajar, dan inovasi.

11 16 Berdasarkan pemaparan di atas, pengertian lingkungan sosial dalam hal ini lebih menekankan kepada hubungan interaksi manusia yaitu hubungan peserta Posdaya dengan tetangga, peserta Posdaya dengan keluarga, dan peserta Posdaya dengan pengurus Posdaya. Persepsi akan menentukan sikap dan perilaku seseorang sehingga persepsi yang positif akan mendukung motivasi peserta Posdaya untuk berpartisipasi dan dapat menentukan sikap serta perilaku peserta Posdaya dalam pelaksanaan program Posdaya Motivasi Berperanserta Pengertian Peran Serta Pembangunan ialah sebagai suatu proses yang menggambarkan adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan maupun perubahan dalam kehidupan bersama (organisasi), sosial, dan budaya. (Pudjiwati Sajogyo, 1983;3 dikutip dalam Jacub 1985). Pembangunan desa dimaksudkan sebagai pembangunan fisik yang dilakukan oleh warga masyarakat tersebut melalui proyek-proyek yang dikembangkan bersama atau datang dari pusat sedangkan pembangunan keluarga dimaksudkan sebagai pembangunan yang dilakukan oleh anggota keluarga, khususnya kepala keluarga, untuk lebih meningkatkan taraf hidupnya. Melakukan pembangunan desa dibutuhkan peran serta masyarakat yang memiliki tiga aspek, yaitu 1) pengambilan keputusan, 2) pelaksanaan, dan 3) evaluasi. Peran serta masyarakat atau partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah dan pelaksanaan upaya mengatasi masalah (Jamin, 2010). Peran serta masyarakat atau partisipasi dimulai dari proses mengenali masalah, merencanakan kegiatan, dan melaksanakan kegiatan. Madrie (1986) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam proses pembangunan secara sukarela dan atas kemauan sendiri. Adapun beberapa hal penting yang merupakan eksistensi suatu konsep partisipasi, diantaranya adalah sebagai berikut:

12 17 a. Adanya suatu bentuk keterlibatan mental dan emosional seseorang yang berpartisipasi. b. Adanya kesediaan dari seseorang dalam memberikan kontribusi, memberikan suatu aktivitas, kegiatan-kegiatan dalam suatu kehidupan kelompok atau komunitas suatu masyarakat. c. Adanya tanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan seseorang. d. Adanya hal-hal yang akan menguntungkan bagi individu, yaitu menyangkut adanya pemuasan akan tercapainya tujuan bagi dirinya. Peran serta masyarakat dalam pembangunan saat ini sangat berguna karena diharapkan pembangunan tidak hanya oleh pemerintah saja namun masyarakat sebagai pengguna pun diharapkan mampu berperanserta aktif, seperti bentuk semu, praktek kerjasama dan proses pemberdayaan. Menurut Anharudin (2006) dalam Suryaningsih (2007) menyatakan bahwa peran serta masyarakat terhadap pembangunan dapat dilaksanakan dalam proses pembuatan keputusan dan implementasinya, sehingga nantinya terwujud kepada pembangunan yang berkelanjutan, sesuai kehendak masyarakat. Peran serta masyarakat dalam kebijakan dapat diwujudkan dalam bentuk sumbangan pikiran dan tenaga terhadap proses penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan. Disimpulkan bahwa peran serta adalah keikutsertaan untuk berperan dalam proses pembangunan baik dalam peranannya sebagai warga desa, maupun peranannya sebagai anggota rumah tangga. Peran serta disini mempunyai aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari kegiatan-kegiatan tersebut Motivasi Menurut Yulianto (1993) menyatakan bahwa motivasi adalah keseluruhan pendorong atau penggerak yang terdapat dalam diri seseorang baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya, yang menyebabkan ia berbuat sesuatu bagi dirinya. Menurut Adam Ibrahim (1983) dalam Yulianto (1993), motivasi merupakan suatu proses yang terjadi di dalam diri manusia atau proses psikologis yang terjadinya interaksi antar sikap, kebutuhan, persepsi, proses belajar dan pemecahan persoalan.

13 18 Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Terdapat perbedaan dalam tingkat motivasi yang ditunjukan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang lain yang menghadapi situasi yang sama. Bahkan seseorang akan menunjukan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dan dalam waktu yang berlainan pula. Wijaya (1986) menjelaskan perbedaan motivasi yg ada dalam diri seseorang dipengaruhi oleh: 1) kematangan; 2) latar belakang kehidupan; 3) usia/umur; 4) kelebihan-kelebihan fisik, mental, pikiran; 5) sosial dan budaya; dan 6) lingkungan. Menurut Siagian (2004), kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan primer yang bersifat kebendaan dan sekunder yang tidak bersifat kebendaan. Memenuhi kebutuhan ini harus melakukan sebuah teknik untuk memuaskan kebutuhannya yaitu dengan cara berorganisasi. Motivasi yang dimiliki setiap individu akan berbeda karena tergantung kepada interaksi individu dengan situasinya. Rangsangan yang sama diberikan kepada setiap individu terkadang menghasilkan perilaku yang berbeda-beda antara individu tersebut. Motivasi terbagi menjadi dua macam, yaitu motivasi instrinsik, yang bersumber dari diri sendiri dan motivasi ekstrinsik, yang berasal dari luar orang tersebut. Disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang berasal dari dalam diri individu maupun dari luar individu untuk memenuhi kebutuhannya dan berusaha bertindak semampu mereka untuk memenuhi kebutuhannya. Peserta Posdaya akan termotivasi mengikuti atau ikut terlibat kegiatan Posdaya jika peserta Posdaya merasa kebutuhannya akan terpenuhi atau ada kebutuhan yang belum lengkap. Motivasi peserta Posdaya dapat muncul karena lingkungan sekitarnya maupun dari dirinya sendiri. Motivasi yang tinggi akan menghasilkan partisipasi peserta Posdaya yang berupa tindakan perilaku peserta Posdaya yang mendukung dalam keberhasilan program Posdaya Motivasi Berperanserta Wahjosumidjo (1992:174) dalam Ngadimin (1998) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.

14 19 Selanjutnya dijelaskan motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan faktor di dalam diri seseorang itu sendiri tersebut yang disebut intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut ekstrinsik. Faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan, berbagai harapan, citacita yang menjangkau masa depan. Sedangkan faktor luar dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, yaitu lingkungan, kegiatan penyuluhan atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi faktor dalam maupun faktor luar motivasi timbul karena adanya rangsangan. Menurut Atkinson (Scott, 1964:83) dalam Ngadimin (1998), kekuatan motivasi untuk melakukan kegiatan adalah fungsi dari: 1. Kekuatan yang menjadi alasan bertindak adalah suatu keadaaan dalam diri seseorang, tingkat alasan atau motif-motif yang menggerakkan tersebut menggambarkan tingkat untuk memenuhi kepentingannya. 2. Harapan adalah kemungkinan atau keyakinaan perbuatan seseorang akan mencapai tujuannya. 3. Nilai insentif yang merupakan imbalan atau ganjaran yang diharapkan demi tercapai tujuannya. Menurut Ilyas (2006), motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi kejiwaan dan mental seseorang berupa aneka keinginan, harapan, dorongan, dan kebutuhan yang membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mengurangi kesenjangan yang dirasakannya. Motivasi juga dapat didefinisikan sebagai semangat atau dorongan terhadap seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan dengan bekerja keras dan cerdas demi mencapai tujuan. Peran serta masyarakat atau partisipasi dimulai dari proses mengenali masalah, merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan. Menurut Tjondronegoro (1983) dalam Madrie (1986), mengemukakan bahwa partisipasi akan dipengaruhi oleh needs, motivasi, struktur sosial, stratifikasi sosial dalam masyarakat, orang akan berpartisipasi menyangkut adanya kebutuhan akan kepuasan, mendapatkan keuntungan, dan akan meningkatkan keuntungan statusnya. Bentuk partisipasi ini akan dapat berupa pengorbanan waktu, pemberian uang, menyumbang tenaga dan menyumbang materi lainnya. Partisipasi dari masyarakat sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan-kegiatan

15 20 yang berada di masyarakat. Peran serta masyarakat terdiri dari tiga aspek, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari kegiatan-kegiatan tersebut. Disimpulkan bahwa motivasi berperanserta ialah dorongan yang ada di dalam diri individu maupun dari luar individu untuk terlibat dalam suatu kegiatan mulai dari perencanaan hingga evaluasi kegiatan yang menyangkut adanya pemenuhan kebutuhan, harapan dan keuntungan yang diperoleh. Jika masyarakat merasakan Posdaya bermanfaat berada di daerahnya, maka masyarakat cenderung memiliki motivasi yang tinggi untuk berperanserta dalam Posdaya. 2.2 Kerangka Pemikiran Pemberdayaan masyarakat akan menciptakan keluarga yang mandiri dan harus dimulai dari pengembangan sumber daya yang diikuti oleh partisipasi penuh dari masyarakat lokal dan keluarga yang menjadi sasaran. Posdaya berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat dan pemberdayaan agar kesejahteraan keluarga meningkat. Salah satu faktor partisipasi masyarakat ialah kemauan masyarakat. Dimana dalam kemauan tersebut terdapat persepsi dan motivasi. Menurut Lengevelt (1966) dalam Harihanto (2001) mendefinisikan persepsi sebagai pandangan individu terhadap suatu obyek (stimulus) melalui proses penginderaan dan individu dapat memberikan reaksi (respon). Dalam hal ini dilihat pandangan peserta Posdaya terhadap Posdaya dengan tiga indikatornya, yaitu program-program Posdaya, peran Posdaya, dan pengembangan fungsi keluarga. Persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan pendapatan, status dalam Posdaya (terlibat dalam kepengurusan Posdaya dan tidak terlibat dalam kepengurusan Posdaya), pengetahuan, dan pengalaman. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar yang mempengaruhi persepsi seseorang, seperti lingkungan sosial individu yang lebih menekankan kepada hubungan interaksi peserta Posdaya dengan tetangga, peserta Posdaya dengan keluarga, dan peserta Posdaya dengan pengurus Posdaya. Lengevelt juga mengatakan bahwa persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap

16 21 motivasi, kemauan, dan perasaan terhadap stimuli tersebut. Menurut Uno (2007) dalam Fibriana (2009), motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Peran serta ialah keikutsertaan untuk berperan dalam proses pembangunan baik peranannya sebagai warga desa, maupun peranannya sebagai anggota rumah tangga. Peran serta disini mempunyai aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari kegiatan-kegiatan. Motivasi berperanserta adalah dorongan yang ada di dalam diri individu maupun dari luar induvidu untuk terlibat dalam suatu kegiatan mulai dari perencanaan hingga evaluasi kegiatan yang menyangkut adanya pemenuhan kebutuhan, harapan dan keuntungan yang diperoleh. Motivasi berperanserta pada peserta Posdaya mencakup tiga indikator, yaitu: 1) motivasi merencanakan suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan, harapan, dan keuntungan; 2) motivasi melaksanakan suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan, harapan, dan keuntungan; 3) motivasi mengevaluasi suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan, harapan, dan keuntungan. Persepsi dan motivasi berperanserta pada peserta Posdaya akan menentukan partisipasi peserta Posdaya dalam program Posdaya dan partisipasi peserta akan menentukan keberhasilan program Posdaya.

17 22 Faktor Internal: 1. Jenis Kelamin 2. Tingkat Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pendapatan 5. Status di Posdaya (terlibat dalam kepengurusan dan tidak terlibat) 6. Pengetahuan 7. Pengalaman Faktor Eksternal: 1. Lingkungan sosial : a. Hubungan dengan keluarga b. Hubungan dengan tetangga c. Hubungan dengan Pengurus Posdaya Stimulus Persepsi Peserta Posdaya: 1. Persepsi terhadap program Posdaya 2. Persepsi terhadap peran Posdaya 3. Persepsi terhadap pengembang an fungsi keluarga Posdaya Motivasi berperanserta pada peserta Posdaya: 1. Motivasi merencanakan 2. Motivasi melaksanakan 3. Motivasi evaluasi Partispasi Peserta Posdaya Keberhasilan Program Posdaya Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Gambar 1. Persepsi dan Motivasi Berperanserta Peserta Posdaya dalam Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) 2.3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Faktor internal (jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat penghasilan, status dalam Posdaya, pengetahuan, dan pengalaman) memiliki hubungan dengan persepsi peserta Posdaya. 2. Faktor eksternal (lingkungan sosial) memiliki hubungan dengan persepsi peserta Posdaya.

18 23 3. Persepsi peserta Posdaya terhadap Posdaya memiliki hubungan dengan motivasi berperanserta pada peserta Posdaya. 2.4 Definisi Operasional 1. Faktor internal dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, status dalam Posdaya (terlibat dalam kepengurusan Posdaya dan tidak terlibat dalam kepengurusan Posdaya), pengetahuan, dan pengalaman. a. Jenis kelamin adalah identitas biologis responden yang terbagi atas dua kategori, yaitu perempuan dan laki-laki. (1) Laki-laki : diberi kode 1 (2) Perempuan: diberi kode 2 b. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah diraih oleh peserta Posdaya. Tingkat pendidikan dikategorikan sebagai berikut: (1) SD : diberi kode 1 (2) SLTP : diberi kode 2 (3) SMU : diberi kode 3 (4) S1 : diberi kode 4 c. Status pekerjaan dikelompokkan mejadi dua yaitu bekerja dan tidak bekerja. Peserta Posdaya dikatakan tidak bekerja apabila menganggur, pelajar, serta ibu rumah tangga. Peserta Posdaya yang dikatakan bekerja apabila mendapatkan penghasilan seperti buruh, PNS, supir, wirausaha, swasta, dan guru. (1) Tidak bekerja : diberi kode 1 (2) Bekerja : diberi kode 2 d. Pendapatan adalah jumlah pendapatan rata-rata yang diperoleh peserta Posdaya setiap bulannya. Variabel ini diukur dengan mengetahui jumlah penghasilan rata-rata yang diperoleh peserta Posdaya setiap bulannya dan dinyatakan dalam rupiah. Tingkat pendapatan yang diukur dalam penelitian ini adalah penghasilan keluarga. Menurut World Bank, penggambaran orang yang "sangat miskin" adalah orang yang hidup

19 24 dengan pendapatan kurang dari AS$ 1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari AS$ 2 per hari (Masyhuri, 2010) sehingga penggolongan pendapatan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Pendapatan keluarga dikategorikan rendah, apabila peserta Posdaya memiliki pendapatan sebesar < Rp ,-. Pendapatan rendah diberi kode Pendapatan keluarga dikategorikan tinggi, apabila peserta Posdaya memiliki pendapatan sebesar > Rp ,-. Pendapatan tinggi diberi kode 2. e. Status dalam Posdaya adalah kedudukan peserta Posdaya dalam Posdaya yang dibedakan menjadi terlibat dalam kepengurusan Posdaya dan tidak terlibat dalam kepengurusan Posdaya. (1) Tidak terlibat dalam kepengurusan Posdaya : diberi kode 1 (2) Terlibat dalam kepengurusan Posdaya : diberi kode 2 f. Pengetahuan adalah informasi yang diterima atau kemampuan peserta Posdaya untuk mengetahui atau memahami hal-hal yang berhubungan dengan Posdaya. Pengetahuan mengenai Posdaya diukur dengan memberikan pertanyaan sebanyak 17 soal. Soal yang dijawab benar diberi nilai 1, jawaban yang salah diberi nilai 0. Dengan demikian nilai maksimum 17 dan minimum 0. Tingkat pengetahuan peserta Posdaya mengenai Posdaya dikategorikan rendah dan tinggi. Kategori Nilai Tingkat pengetahuan Posdaya rendah 0-8 Tingkat pengetahuan Posdaya tinggi 9-17 g. Pengalaman didapatkan melalui proses belajar peserta Posdaya terhadap segala sesuatu yang pernah dialaminya pada masa lalu seperti pelatihanpelatihan yang pernah didapatkan dari Posdaya maupun pelatihan dari lembaga lainnya atau pertemuan yang diadakan oleh masyarakat atau instansi pemerintah. Terdapat 10 pertanyaan tertutup dan terbuka,

20 25 mengenai pengalaman peserta Posdaya dalam mengikuti pelatihan dan pertemuan atau rapat. 2. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar yang mempengaruhi persepsi peserta Posdaya, seperti lingkungan sosial. Lingkungan sosial lebih menekankan kepada hubungan interaksi manusia yaitu hubungan peserta Posdaya dengan tetangga, keluarga dan pengurus Posdaya. Variabel ini diukur berdasarkan indikator sebagai berikut: 1. Hubungan peserta Posdaya dengan tetangga yaitu kedekatan yang terjalin antara peserta Posdaya dengan tetangga dekat, dilihat dari intensitas atau frekuensi berinteraksi mereka sebanyak > 2 kali. Mengukur indikator hubungan peserta Posdaya dengan tetangga, diberikan sebanyak 6 pertanyaan. 2. Hubungan peserta Posdaya dengan keluarga yaitu kedekatan yang terjalin antara peserta Posdaya dengan orangtua, suami, istri atau anak, yang dilihat dari intensitas atau frekuensi berinteraksi mereka sebanyak > 2 kali. Mengukur indikator hubungan peserta Posdaya dengan keluarga, diberikan sebanyak 3 pertanyaan. 3. Hubungan peserta Posdaya dengan pengurus Posdaya lainnya kedekatan yang terjalin antara peserta Posdaya dengan pengurus Posdaya lainnya seperti ketua umum Posdaya, ketua Posdaya setiap dusun, ketua setiap bidang serta anggota Posdaya yang bergabung dalam kepengurusan Posdaya. Dilihat dari intensitas atau frekuensi berinteraksi mereka sebanyak > 2 kali. Mengukur indikator hubungan peserta Posdaya dengan anggota Posdaya lainnya diberikan sebanyak 4 pertanyaan. Pengukuran untuk ketiga hubungan ini, diberikan kode dari 1 sampai 2 terhadap sebuah pertanyaan. Kode tersebut mencakup pilihan: (1) Tidak Dekat : skor 1 (2) Dekat : skor 2 3. Persepsi peserta Posdaya adalah pandangan peserta Posdaya atau pemaknaan terhadap Posdaya yang meliputi program Posdaya, peran Posdaya, dan fungsi keluarga melalui proses penginderaan dan individu dapat memberikan reaksi (respon).

21 26 Ketiga indikator dalam Posdaya tersebut akan diukur dengan menggunakan Skala Diferensial Semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub) yang mempunyai tiga dimensi dasar, yaitu: Dimensi evaluasi: penilaian untuk memutuskan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap suatu stimulus yaitu berupa baik-buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat, penting-tidak penting menarik-tidak menarik, menyenangkan-membosankan. Dimensi potensi: kekuatan atau atraksi fisik suatu stimulus yaitu berupa sesuai dengan permasalahan yang ada-tidak sesuai dengan permasalahan yang ada, sesuai dengan potensi masyarakat-tidak sesuai dengan potensi masyarakat, sesuai dengan kebutuhan-tidak sesuai dengan kebutuhan. Dimensi aktivitas: tingkat gerakan suatu stimulus, yaitu mencakup membuat mandiri, membuat ketergantungan, meningkatkan kerjasamamenurunkan kerjasama, memperkuat persaudaran-melemahkan persaudaraan, meningkatkan kesejahteraan-menurunkan kesejahteraan. Peserta Posdaya diminta untuk menilai suatu objek (Posdaya) yang meliputi program Posdaya pada suatu stimulus yang mempunyai dua sifat bertentangan dan diukur dengan menggunakan skala ordinal. Pada masing-masing stimulus diberikan nilai maksimal 7 dan nilai minimal 1. Mengukur indikator persepsi agar dapat dikaitkan dengan motivasi berperanserta peserta Posdaya, persepsi dikategorikan menjadi dua, yaitu: (1) Negatif : diberi kode 1 (2) Positif : diberi kode 2 Peserta Posdaya yang memiliki persepsi netral, dalam penelitian ini dikategorikan dalam persepsi positif. 4. Motivasi berperanserta pada peserta Posdaya adalah dorongan yang ada di dalam diri maupun dari luar individu peserta Posdaya untuk ikut terlibat mulai dari perencanaan maupun evaluasi program Posdaya untuk memenuhi kebutuhan, harapan, dan keinginan. a. Motivasi merencanakan adalah dorongan yang ada di dalam diri dan dari luar individu peserta Posdaya untuk terlibat dalam proses perencanaan

22 27 suatu program Posdaya dalam memenuhi kebutuhan, harapan, dan keuntungan yang dirasakan. Motivasi berperanserta peserta Posdaya dalam merencanakan mencakup peransertanya untuk ikutserta dalam pertemuan atau rapat Posdaya dan mengutarakan pendapat di pertemuan atau rapat tersebut. Mengukur indikator motivasi peserta Posdaya dalam merencanakan program diberikan sebanyak 7 pertanyaan. b. Motivasi melaksanakan adalah dorongan yang ada di dalam diri dan dari luar individu peserta Posdaya untuk terlibat dalam pelaksanaan program Posdaya dalam memenuhi kebutuhan, harapan dan keuntungan. Motivasi berperanserta peserta Posdaya dalam melaksanakan mencakup peransertanya untuk ikutserta dalam pelaksanaan program Posdaya, memanfaatkan fasilitas dari Posdaya, dan menaati peraturan yang diberikan saat pelaksanaan program Posdaya. Mengukur indikator motivasi responden dalam melaksanakan program Posdaya diberikan sebanyak 6 pertanyaan. c. Motivasi mengevaluasi adalah dorongan yang ada di dalam diri dan dari luar individu responden untuk terlibat dalam mengevaluasi suatu program dalam pemenuhan kebutuhan, harapan, dan keuntungan. Motivasi berperanserta peserta Posdaya dalam mengevaluasi mencakup peransertanya untuk ikutserta dalam evaluasi pemenuhan kebutuhan, harapan, dan keuntungan yang dirasakan oleh peserta Posdaya. Mengukur indikator motivasi responden dalam mengevaluasi program Posdaya diberikan sebanyak 6 pertanyaan. Pengukuran untuk ketiga motivasi ini, diberikan kode: (1) Rendah : diberi kode 1 (2) Tinggi : diberi kode 2

Komitmen itu diperbaharui

Komitmen itu diperbaharui POS PEM8CRDAYAAH KELUARCA (POSDAYA) bangsa-bangsa lain di dunia. Rendahnya mutu penduduk itu juga disebabkan karena upaya melaksanakan wajib belajar sembilan tahun belum dapat dituntaskan. Buta aksara

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN MOTIVASI BERPERANSERTA DALAM PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) (Kasus: Peserta Posdaya Mandiri Terpadu, Desa Cikarawang,

PERSEPSI DAN MOTIVASI BERPERANSERTA DALAM PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) (Kasus: Peserta Posdaya Mandiri Terpadu, Desa Cikarawang, PERSEPSI DAN MOTIVASI BERPERANSERTA DALAM PROGRAM POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) (Kasus: Peserta Posdaya Mandiri Terpadu, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) Oleh : Dewi Agustina

Lebih terperinci

Keluarga kurang mampu tersebut didorong dan. C. Pemberdayaan Bidang Wirausaha bagi Ibu/Wanita. IV. STRATEGI PENGEMBANGAN

Keluarga kurang mampu tersebut didorong dan. C. Pemberdayaan Bidang Wirausaha bagi Ibu/Wanita. IV. STRATEGI PENGEMBANGAN Jika banyak anak usia 6-15 tahun yang belum atau tidak sekolah karena orang tuanya tidak mampu, maka anggota Posdaya perlu mengadakan upaya gotong royong agar anak-anak tersebut bisa sekolah. Misalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan dilahirkan dari bahasa Inggris, yakni empowerment, yang mempunyai makna dasar pemberdayaan di mana daya bermakna kekuatan (power). Pemberdayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setelah beberapa dekade pembangunan pertanian di Indonesia, ternyata pembangunan belum mampu meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menjadi penyebabnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pemberdayaan mulai mengemuka pada periode tahun 1970 hingga tahun 1980-an. Pada masa itu Indonesia merupakan Negara acuan dunia di bidang pembangunan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi masyarakat Indonesia saat ini sungguh memprihatinkan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk tersebut dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KELUARGA UNTUK : MEMBANGUN MANUSIA MENGENTASKAN KEMISKINAN MELALUI POSDAYA

PEMBERDAYAAN KELUARGA UNTUK : MEMBANGUN MANUSIA MENGENTASKAN KEMISKINAN MELALUI POSDAYA PEMBERDAYAAN KELUARGA UNTUK : MEMBANGUN MANUSIA MENGENTASKAN KEMISKINAN MELALUI POSDAYA 1 MASA LALU PENGENTASAN KEMISKINAN SEBAGAI KOMITMEN MEMBANGUN MANUSIA BERMUTU DAN BERMARTABAT DENGAN KB DAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

MEMBUAT DAN MENGISI POSDAYA UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA

MEMBUAT DAN MENGISI POSDAYA UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA MEMBUAT DAN MENGISI POSDAYA UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA MENGGALANG PEMBERDAYAAN KELUARGA SECARA SISTEMATIS BAGAIMANA MENGISI KEGIATAN UNTUK PENGENTASAN KEMISKINAN PROF. DR. HARYONO SUYONO

Lebih terperinci

V PERANAN UNSUR-UNSUR DALAM PENGEMBANGAN

V PERANAN UNSUR-UNSUR DALAM PENGEMBANGAN e. Mengadakan evaluasi kegiatan secara internal untuk memperbaiki mutu kegiatan yang akan datang. V PERANAN UNSUR-UNSUR DALAM PENGEMBANGAN APARAT PEMERINTAH DAN LEMBAGA MASYARAKAT Dalam pengembangan Posdaya

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA KELUARGA)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA KELUARGA) PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENCEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSDAYA) PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA KELUARGA) I. PENDAHULUAN Sampai saat ini telah lebih dari

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA)

BUKU PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) BUKU PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) I. PENDAHULUAN Pada akhir bulan Nopember 2006 Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, telah menutup Kongres Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA)

PETUNJUK PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POS PEMBERDAYAAN KELUARCA (POSOAYA) ekonomi untuk ibu dari anak-anak balita tersebut. Anak-anak Balita mengikuti PAUD dan ibunya mengikuti kursus atau latihan ketrampilan. Dalam satu atau dua bulan anak-anak sudah makin berani sendiri bersama

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas manusia sebagai sumberdaya pembangunan merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Indonesia pada September tahun

Lebih terperinci

sebagai "gerakan Aladin " atau gerakan membantu keluarga pra sejahtera memperbaiki atap, lantai dan dinding.

sebagai gerakan Aladin  atau gerakan membantu keluarga pra sejahtera memperbaiki atap, lantai dan dinding. PENGANTAR Pada akhir bulan Nopember 2006, saat menutup Kongres Pembangunan Manusia Indonesia 2006, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, menyerukan agar semua pihak bekerj a sama menyingsingkan lengan

Lebih terperinci

POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA)

POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) dipaksakan, bisa berjalan mulus. Kecepatan dan dinamika pengembangan Posdaya tergantung pada komitmen dan ketersediaan dukungan di setiap desanya. II. POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) A. PENGERTIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA

WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA BAB II WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA MAKSUD DAN TUJUAN Apabila Posyandu mampu menghayati fungsi-fungsi tersebut, dan selanjutnya menjadikannya sebagai program untuk memberdayakan keluarga secara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LANGKAH PENGEMBANGAN DILAPANGAN

LANGKAH PENGEMBANGAN DILAPANGAN e) Memantau realisasi dan penggunaa dana dan sarana IV. LANGKAH PENGEMBANGAN DILAPANGAN Posdaya merupakan gagasan baru menyambut anjuran pemerintah untuk membangun sumber daya manusia dengan prioritas

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN 201724 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM TERPADU PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

IbM POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) Mitra Tani Desa Cikarawang Bogor (Oleh : Ratri Virianita, Yannefri Bakhtiar & Saepul Asikin)

IbM POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) Mitra Tani Desa Cikarawang Bogor (Oleh : Ratri Virianita, Yannefri Bakhtiar & Saepul Asikin) saepul's blog IbM POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) Mitra Tani Desa Cikar IbM POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga) Mitra Tani Desa Cikarawang Bogor (Oleh : Ratri Virianita, Yannefri Bakhtiar & Saepul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

PERAN MANAJEMEN KINERJA DALAM KEMANDIRIAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA)

PERAN MANAJEMEN KINERJA DALAM KEMANDIRIAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) citosipb PERAN MANAJEMEN KINERJA DALAM KEMANDIRIAN POS PEMBERDAYAAN KELU PERAN MANAJEMEN KINERJA DALAM KEMANDIRIAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA) Warcito, SP 1) Prof. Dr. H. Soelaiman Sukmalana, MM.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Kemitraan Dalam UU tentang Usaha Kecil Nomor 9 Tahun 1995, konsep kemitraan dirumuskan dalam pasal 26 sebagai berikut: 1. Usaha menengah dan besar melaksanakan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan, pendidikan, bahan bakar dan juga subsidi kesehatan. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. pangan, pendidikan, bahan bakar dan juga subsidi kesehatan. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Program pengendalian penduduk merupakan salah satu strategi dalam mensukseskan pembangunan di Indonesia. Semakin besar jumlah penduduk, maka biaya pembangunan akan semakin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

PRA RENCANA 2016 PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA 20 TAHUN DAMANDIRI

PRA RENCANA 2016 PEMBERDAYAAN KELUARGA PRASEJAHTERA 20 TAHUN DAMANDIRI 20 TAHUN DAMANDIRI MEMBERIKAN HORMAT DAN MENDOAKAN KEPADA PARA PENDIRI YAYASAN DAN SELURUH REKAN KERJANYA DARI SELURUH INDONESIA YANG TELAH MELAKSANAKAN PROGRAM SELAMA TAHUN 2015 DENGAN BERHASIL SEHINGGA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH. KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH. KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421. PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.629/2012 TENTANG TIM PEMBINA/ POKJA POS PELAYANAN TERPADU DESA/

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN MAHASISWA KKN IKIP VETARAN SEMARANG

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN MAHASISWA KKN IKIP VETARAN SEMARANG 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN MAHASISWA KKN IKIP VETARAN SEMARANG TANGGAL 22 JANUARI 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Ysh :

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2014

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2014 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2014 TANGGAL 7 JULI 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamualaikum

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (Winardi, 2007). Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah

Lebih terperinci

POSDAYA POS DNIKS PEMBERDAYAAN KELUARGA

POSDAYA POS DNIKS PEMBERDAYAAN KELUARGA POSDAYA POS DNIKS PEMBERDAYAAN KELUARGA PELATIHAN POSDAYA BAGI TIM PELAKSANA Disampaikan pada acara Pembekalan Mahasiswa KKN UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 24 Juni 2015 24-Jun-15 1 LAHIR DILATAR BELAKANGI:

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BIDANG PENDIDIKAN. Ida Rindaningsih, M.Pd

BIDANG PENDIDIKAN. Ida Rindaningsih, M.Pd BIDANG PENDIDIKAN Ida Rindaningsih, M.Pd BIDANG PENDIDIKAN Keaksaraan Fungsional Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan SD Advokasi Hukum KEAKSARAAN FUNGSIONAL KEAKSARAAN FUNGSIONAL sebuah usaha pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Children s Fund (UNICEF) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam laporan itu, Indonesia menempati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan tinggi pertanian Indonesia sejak tahun 1940 telah berperan dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) serta telah memberikan sumbangan nyata dalam mendukung perkembangan

Lebih terperinci

POSDAYA BERSERI DUSUN I

POSDAYA BERSERI DUSUN I CONTOH ANGGARAN DASAR POSDAYA BERSERI DUSUN I DESA BAJONG, KEC. BUKATEJA, KAB. PURBALINGGA Logo Perguruan Tinggi Logo Pemerintah Daerah MUKADIMAH Keluarga sebagai bagian integral dari Masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan. 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI KULON PROGO

SAMBUTAN BUPATI KULON PROGO SAMBUTAN BUPATI KULON PROGO PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA DAERAH PROGRAM KELUARGA BERENCANA TAHUN 2009 KABUPATEN KULON PROGO Selasa, 21 April 2008 Assalamu alaikum Wr. WB Salam sejahtera bagi kita sekalian

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN INSTITUSI MASYARAKAT KELURAHAN DALAM BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB VII EVALUASI PROGRAM POSDAYA. dan dampak dari suatu program Posdaya. Kegiatan Posdaya agar berhasil dan

BAB VII EVALUASI PROGRAM POSDAYA. dan dampak dari suatu program Posdaya. Kegiatan Posdaya agar berhasil dan BAB VII EVALUASI PROGRAM POSDAYA Program yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai dilaksanakan perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan sudah tepat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Posdaya Posdaya sering disebut juga dengan Pos Pemberdayaan Keluarga adalah forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, 333333333333 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja dewasa sampai usia lanjut, memerlukan kesehatan dan gizi

Lebih terperinci

HARGANAS, MOMENTUM STRATEGIS MEMBANGUN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA

HARGANAS, MOMENTUM STRATEGIS MEMBANGUN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA HARGANAS, MOMENTUM STRATEGIS MEMBANGUN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA Oleh: Rr. Erny Trisusilaningsih Tidak seperti peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XV Tahun 2008 yang pelaksanaannya dipadukan

Lebih terperinci

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Kondisi Kemiskinan di Indonesia Isu kemiskinan yang merupakan multidimensi ini menjadi isu sentral di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh Negara Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun masalah ini terus menerus belum dapat terselesaikan, terutama sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Siap Membangun 1

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Siap Membangun 1 BAB I PENDAHULUAN Remaja Siap Membangun 1 2 Remaja Siap Membangun MENYIAPKAN SDM SIAP BEKERJA Dalam banyak hal, dibandingkan banyak negara berkembang lainnya, Indonesia termasuk salah satu negara yang

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA DAN VOKASI MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2015

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA DAN VOKASI MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2015 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KULIAH KERJA NYATA POSDAYA DAN VOKASI MAHASISWA UNDARIS UNGARAN TAHUN 2015 TANGGAL 28 JULI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 2 BUPATI BANDUNG PROVINSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA 1 SAMBUTAN Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan SDM seutuhnya dimana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai sejak usia dini. Berbagai studi menunjukkan bahwa periode

Lebih terperinci

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari didirikan pada tahun 1993. Pada awalnya, KUSP (KUSP) Gotong Royong

Lebih terperinci

TIM PENGGERAK PKK KAB. TULUNGAGUNG

TIM PENGGERAK PKK KAB. TULUNGAGUNG TIM PENGGERAK PKK KAB. TULUNGAGUNG JL. R.A KARTINI 1 TULUNGAGUNG Telp. 0355-323738 fax. 0355-323738 GERAKAN PKK DENGAN 10 PROGRAM POKOKNYA I. Pengertian Gerakan PKK Gerakan pkk adalah Gerakan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. mengkaji program-program yang berbasis masyarakat untuk meningkatkan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. mengkaji program-program yang berbasis masyarakat untuk meningkatkan BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pemberdayaan Pendapat mengenai makna pemberdayaan sudah banyak dikemukakan oleh para ahli, baik dari akademisi maupun pihak lainnya. Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa emas. Hal tersebut ditunjukkan dengan perkembangan yang cepat pada beberapa aspek yakni aspek sosial, emosional, kognitif, bahasa, seni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No Sutaryat Trisnamansyah, 2 Tri Jeni Fitriani

Jurnal EMPOWERMENT Volume 1, Nomor 2 September 2012, ISSN No Sutaryat Trisnamansyah, 2 Tri Jeni Fitriani PERAN SERTA MASYARAKAT UNTUK MEWUJUDKAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALs 2015 BIDANG KESEHATAN ( TUJUAN KE 4 DAN KE 5 ) MELALUI PENDEKATAN KELAS IBU ( Studi Kasus di Desa Mekarsari Kecamatan Ciparay Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN POSDAYA DAN PELATIHAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI

PEMBENTUKAN POSDAYA DAN PELATIHAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 PEMBENTUKAN DAN PELATIHAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI 1 Lisnur Wachidah,

Lebih terperinci

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia. BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGAA

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PROGRAM POSY ANDU MANDIRI

LANGKAH-LANGKAH PROGRAM POSY ANDU MANDIRI BAB III LANGKAH-LANGKAH PROGRAM POSY ANDU MANDIRI PENGEMBANGAN PROGRAM POSYANDU MANDIRI Atas dasar berbagai uraian tersebut, Posyandu masa depan harus secara sadar dikembangkan untuk pertama-tama menjadi

Lebih terperinci

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh jumlah penduduk. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh jumlah penduduk. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Badan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia merupakan fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya perubahan dalam hidup. Usia lanjut pasti akan dialami oleh semua orang

Lebih terperinci