ANALISIS PERUBAHAN PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK PADA PEMILU 2004 DAN 2009 MOHAMMAD SUTRISNO HARDIONO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERUBAHAN PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK PADA PEMILU 2004 DAN 2009 MOHAMMAD SUTRISNO HARDIONO"

Transkripsi

1 ANALISIS PERUBAHAN PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK PADA PEMILU 2004 DAN 2009 MOHAMMAD SUTRISNO HARDIONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakaan bahwa tesis Analisis Perubahan Perolehan Suara Partai Politik pada Pemilu 2004 dan 2009 adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Maret 2011 Mohammad Sutrisno Hardiono NRP G

3 ABSTRACT MOHAMMAD SUTRISNO HARDIONO. Analysis of Change Political Party Votes in General Election 2004 and Under Direction of HARI WIJAYANTO, ANANG KURNIA, and ANIK DJURAIDAH. Base on the ideology, political parties can be grouped into three groups are Nationalist, Religious, and Mixture Political Party. The presence of new parties in each group changed political party votes in general election 2004 to It was caused by the change in political attitudes of voters. These factors which influenced were gender, residence area, beginner voter, level of educational background, religion (followers), rank of unemployment, percapita montly expenditure, number of poor people, gross regional domestic product, and human development index (region characteristics). The cluster, biplot, and canonical correlation analysis were used to describe the change result vote of three groups political party. The results of this research showed that the change of political party votes were classified into four clusters province. Moreover, the change of votes a political party has a relationship with moslem population percentage, urban population percentage, number of poor people, percapita montly expenditure, gross regional domestic product, and beginner voter percentage. The number of member cluster 1 and 4 was only 1 province were Nanggroe Aceh Darussalam and East Java. In both provinces, the Nationalist Political Party tends to be accepted as the party of their choice. In cluster 3, the number of members was 7 provinces which the people tend to choose the Mixture Political Party. While the cluster 2 has a lot of members (23 provinces) which people tend to choose the Nationalist and Religious Political Party. The results of canonical correlation in cluster 2 show that the change of political party on the Nationalist and Mixture Political Party has relationship with the region characteristic on the percentage of the male population and the percentage of urban population. Beside that, the cluster 2 has many voter to choose the Nationalist and Mixture Political Party. Keywords: change, political parties, cluster, biplot, and canonical correlation

4 RINGKASAN MOHAMMAD SUTRISNO HARDIONO. Analisis Perubahan Perolehan Suara Partai Politik pada Pemilu 2004 dan Dibimbing oleh HARI WIJAYANTO, ANANG KURNIA, dan ANIK DJURAIDAH. Pemilihan umum legislatif dilaksanakan sebanyak 10 kali di Indonesia dari tahun 1955 sampai Menurut asas partai politik (parpol), parpol-parpol dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok parpol, yaitu Parpol Nasionalis, Parpol Agamis, dan Parpol Campuran. Parpol yang termasuk Parpol Nasionalis adalah Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia, Partai Peduli Rakyat Nasional, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Barisan Nasional, Partai Kedaulatan, Partai Pemuda Indonesia, Partai Demokrasi Pembaruan, Partai Republika Nusantara, Partai Nasionalis Indonesia Marhaenisme, Partai Buruh Sosial Demokrat, Partai Merdeka, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan, Partai Perjuangan Indonesia Baru, Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia, Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Partai Penegak Demokrasi Indonesia, Partai Karya Peduli Bangsa, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golongan Karya, Partai Patriot, Partai Persatuan Daerah, Partai Pelopor, Partai Karya Perjuangan, dan Partai Indonesia Sejahtera. Parpol-parpol yang tergolong Parpol Agamis adalah Partai Matahari Bangsa, Partai Bulan Bintang, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Nasional Ulama, Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Bintang Reformasi. Sedangkan parpol-parpol yang dapat dikelompokkan kedalam Parpol Campuran adalah Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Kasih Demokrasi Indonesia, Partai Damai Sejahtera, dan Partai Sarikat Indonesia. Komposisi urutan perolehan suara partai politik sering kali berubah ubah seiring dengan perubahan perolehan suaranya. Perubahan perolehan suara parpol diakibatkan oleh perubahan sikap politik pemilih sehingga terjadi perpindahan pilihan parpol. Perpindahan pilihan parpol diduga oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, pemilih pemula, tingkat pendidikan, pemeluk agama, tingkat pengangguran, pengeluaran perkapita bulanan, jumlah penduduk miskin, PDRB, dan indeks pembangunan manusia (karakteristik daerah). Adapun karakteristik daerah yang digunakan di dalam penelitian ini adalah persentase penduduk laki-laki, persentase penduduk perkotaan, persentase pemilih pemula, persentase penduduk tidak tamat perguruan tinggi, persentase penduduk beragama Islam, persentase pengangguran terbuka, pengeluaran perkapita bulanan (x Rp ,-), persentase penduduk miskin, produk domestik regional bruto (x Rp ,-), dan indeks pembangunan manusia. Untuk mengetahui lebih jauh pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap perubahan perolehan suara partai politik maka perlu adanya suatu analisis statistik yang tepat. Untuk keperluan tersebut, penulis menggunakan analisis gerombol, biplot, dan korelasi kanonik. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan perubahan perolehan suara tiga kelompok parpol, menggerombolkan propinsi-propinsi berdasarkan perubahan perolehan suara parpol dan mendeskripsikan karakteristiknya, dan menganalisis adanya hubungan kanonik antara perubahan perolehan suara parpol

5 dengan karakteristik daerah. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini diperlukan beberapa tahap. Tahap pertama adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan pilihan parpol dengan mendeskripsikan perubahan perolehan suara tiga kelompok parpol (Parpol Nasionalis, Parpol Agamis, dan Parpol Campuran). Hasil yang diperoleh pada tahap ini adalah ketiga kelompok parpol mengalami perubahan perolehan suara. Kelompok Parpol Nasionalis mengalami kenaikan perolehan suara sedangkan kelompok Parpol Agamis dan Parpol Campuran mengalami penurunan perolehan suara. Tahap kedua, penggerombolan provinsi-provinsi berdasarkan perubahan perolehan suara parpol dan mendiskripsikan karakteristiknya. Penggerombolan provinsi-provinsi tersebut menggunakan analisis gerombol kemudian hasil dari analisis gerombol didiskripsikan berdasarkan karakteristiknya. Pada tahap ini diperoleh hasil bahwa perpindahan pilihan parpol ada hubungannya dengan persentase penduduk beragama Islam, persentase penduduk kota, persentase penduduk miskin, pengeluaran perkapita bulanan, produk domestik regional bruto, dan persentase pemilih pemula. Selanjutnya karakteristik gerombol tersebut dianalisis dengan menggunakan biplot. Hasil dari analisis ini adalah provinsi NAD memiliki penduduk dengan pemeluk agama Islam, pemilih pemula, dan pengangguran terbuka yang relatif cukup besar. Pada provinsi Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua, penduduknya mempunyai tingkat kemiskinan dan tidak tamat perguruan tinggi yang relatif cukup tinggi. Sedangkan pada provinsi lainnya, penduduknya banyak tinggal di perkotaan dan mempunyai produk domestik regional bruto, pengeluaran perkapita bulanan, dan indeks pembangunan manusia yang relatif cukup tinggi. Tahap terakhir adalah menganalisis hubungan kanonik antara perubahan perolehan suara parpol dengan karakteristik daerah. Menurut nasional (32 provinsi) pola hubungan kanoniknya adalah semakin tinggi karakteristik daerah pada persentase penduduk laki-laki, persentase penduduk beragama Islam, dan indeks pembangunan manusia maka semakin tinggi pula perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 pada Parpol Nasionalis dan Parpol Campuran. Sedangkan jika dianalisis menurut gerombol maka gerombol 1, 3, dan 4 tidak bisa dianalisis menggunakan analisis korelasi kanonik karena banyaknya obyek kurang dari banyaknya peubah. Hanya pada gerombol 2 yang bisa dinalisis menggunakan analisis ini. Hasil yang diperoleh dari analisis pada gerombol 2 adalah semakin besar karakteristik daerah pada persentase penduduk laki-laki dan persentase penduduk perkotaan maka diikuti pula dengan semakin besarnya perubahan perolehan suara parpol pada parpol nasionalis dan parpol campuran. Kata Kunci : perubahan, parpol, karakteristik, gerombol, biplot, dan korelasi kanonik.

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 ANALISIS PERUBAHAN PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK PADA PEMILU 2004 DAN 2009 MOHAMMAD SUTRISNO HARDIONO Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Statistika Terapan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si.

9 Judul Tesis Nama NRP Program Studi : Analisis Perubahan Perolehan Suara Partai Politik pada Pemilu 2004 dan 2009 : Mohammad Sutrisno Hardiono : G : Statistika Terapan Disetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si. Ketua Dr. Anang Kurnia Anggota Dr. Ir. Anik Djuraidah, M.S. Anggota Diketahui, Ketua Program Studi Statistika Terapan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Anik Djuraidah, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr. Tanggal Ujian: 25 Maret 2011 Tanggal lulus:

10 Kupersembahkan karya ilmiah ini untuk istriku tercinta Cucu Ratna Suminar, anak-anakku tersayang Hafizh, Haidar, dan Hawa, kedua almarhum orangtuaku bp. Djohar dan ibu Entjup, kedua mertuaku bp. Eman dan almarhumah ibu Hatijah, Kedua kakakku mba Aan dan mba Anis, ketiga adikku Tuti, Toto, dan almarhumah Chusnul. Terimakasih atas inspirasi, do a, jasa, dan dukungannya kepada penulis.

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Febuari 2010 ini ialah pemilu legislatif, dengan judul Analisis Perubahan Perolehan Suara Partai Politik pada Pemilu 2004 dan Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si. selaku pembimbing I, bapak Dr. Anang Kurnia. selaku pembimbing II, dan ibu Dr. Ir. Anik Djuraidah, M.S. selaku pembimbing III atas bimbingan, saran, dan waktunya. Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. I Made Sumertajaya, M.Si. selaku penguji tesis atas masukan dan saranya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada dosen-dosen statistika terutama bapak La Ode Abdulrahman, S.Si., M.Si. yang telah rela berkorban waktunya untuk berdiskusi dan memberikan arahan. Terima kasih kepada Departemen Agama Republik Indonesia (ibu Ida dan ibu Rini) atas dana beasiswa yang diberikan ke penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri dan anak-anak, kedua orangtua, kedua mertua, dan seluruh keluarga atas do a, dukungan dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman-teman mahasiswa Statistika Terapan angkatan 2008, Statistika, dan Statistika Kelas Khusus atas bantuan dan kebersamaannya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Maret 2011 Mohammad Sutrisno Hardiono

12 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 15 Januari 1967 sebagai anak ketiga dari enam bersaudara, anak dari pasangan bapak Djohar dan ibu Entjup Penulis menyelesaikan pendidikan SD di SDN III Keboledan Wanasari Brebes (1980), SLTP di SMPN III Brebes (1983), SLTA di SMAN 2 Brebes Jawa Tengah pada tahun 1986 dan melanjutkan perkuliahan SI di Universitas Tanjungpura Pontianak Fakultas Teknik jurusan Teknik Elektro. Selama menjadi mahasiswa SI, penulis pernah menjadi guru di MTs Al-Islamiyah Pontianak dengan bidang studi Fisika. Pada tahun 2008 penulis diterima kuliah di program studi Statistika Terapan Pascasarjana (S2) IPB, dengan beasiswa dari Departemen Agama Republik Indonesia. Penulis bekerja sejak 1998 sebagai guru di MA Al-Jawami Bandung dan dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Jawami Bandung pada Fakultas Tarbiyah jurusan PAI dan PGMI. Mata kuliah yang diampu penulis antara lain Statistika Pendidikan, kapita Selekta, Pengembangan Sistem Evaluasi Belajar, Sistem perencanaan pembelajaran, IPA, dan Matematika. Selain itu penulis juga menyisihkan waktu untuk memimpin Yayasan Al-Tripel H dan Koperasi Al-Haashood di kabupaten Bandung.

13 29 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv PENDAHULUAN... Error! Bookmark not defined. Latar Belakang... Error! Bookmark not defined. Tujuan... Error! Bookmark not defined. TINJAUAN PUSTAKA... Error! Bookmark not defined. Analisis Gerombol... Error! Bookmark not defined. Analisis Biplot... Error! Bookmark not defined. Analisis Korelasi Kanonik... Error! Bookmark not defined. METODOLOGI... 9 Sumber Data... 9 Analisis... Error! Bookmark not defined. HASIL DAN PEMBAHASAN... Error! Bookmark not defined. Deskripsi data... Error! Bookmark not defined. Analisis Gerombol... Error! Bookmark not defined. Analisis Biplot... Error! Bookmark not defined. Analisis Korelasi Kanonik... Error! Bookmark not defined. Analisis Korelasi Kanonik Menurut Nasional... Error! Bookmark not defined. Analisis Korelasi Kanonik Menurut Gerombol KESIMPULAN DAN SARAN... Error! Bookmark not defined. Kesimpulan... Error! Bookmark not defined. Saran... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN... Error! Bookmark not defined.

14 30 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Gerombol propinsi berdasarkan perubahan perolehan suara parpol. Error! Bookmark not defined. Tabel 2 Rataan peubah perubahan perolehan suara parpol. Error! Bookmark not defined. Tabel 3 Peubah karakteristik gerombol... Error! Bookmark not defined. Tabel 4 Koordinat posisi obyek... Error! Bookmark not defined. Tabel 5 Koordinat posisi peubah... Error! Bookmark not defined. Tabel 6 Korelasi antara peubah respon dengan peubah bebas menurut nasional... Error! Bookmark not defined. Tabel 7 Kontribusi keragaman peubah kanonik menurut nasional... Error! Bookmark not defined. Tabel 8 Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas menurut nasional... Error! Bookmark not defined. Tabel 9 Korelasi peubah bebas dengan fungsi kanonik peubah bebas menurut nasional... Error! Bookmark not defined. Tabel 10 Korelasi antara peubah respon dengan peubah bebas menurut gerombol 2... Error! Bookmark not defined. Tabel 11 Kontribusi keragaman peubah kanonik menurut gerombol 2... Error! Bookmark not defined. Tabel 12 Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas menurut gerombol 2... Error! Bookmark not defined. Tabel 13 Korelasi peubah bebas dengan fungsi kanonik peubah bebas menurut gerombol 2... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan Error! Bookmark not defined. Gambar 2 Trend perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan Error! Bookmark not defined. Gambar 3 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut provinsi pada pemilu 2004 dan Error! Bookmark not defined. Gambar 4 Dendogram hasil analisis gerombol berdasarkan perubahan perolehan suara parpol... Error! Bookmark not defined.

15 31 Gambar 5 Penyajian biplot berdasarkan karakteristik gerombol Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Persentase perolehan suara parpol pemilu 2004 dan Error! Bookmark not defined. Lampiran 2 Perubahan perolehan suara parpol... Error! Bookmark not defined. Lampiran 3 Peubah karakteristik daerah dan peubah perubahan perolehan suara parpol... Error! Bookmark not defined.

16 30 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemilihan umum (pemilu) legislatif sudah dilaksanakan sebanyak 10 kali di Indonesia. Pelaksanaan pemilu tersebut yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan Banyaknya partai politik (parpol) peserta pemilu 2004 adalah 24 parpol. Komposisi urutan parpol tujuh teratas berdasarkan perolehan suara nasional adalah Partai Golkar (PG) 21,58%, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 18,53%, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 8,15%, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 7,45%, Partai Demokrat (PD) 7,45%, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 7,20%, dan Partai Amanat Nasional (PAN) 6,41% (KPU 2004). Adapun pemilu 2009 diikuti 38 parpol peserta pemilu. PD memperoleh suara tertinggi sebesar 20,85%, kemudian disusul oleh PG 14,45%, PDIP 14,03%, PKS 7,88%, PAN 6,01%, PPP 5,32%, dan PKB 4,94% (KPU 2009). Menurut asas parpol, parpol-parpol dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok parpol (Ismail 2004). Ketiga kelompok tersebut adalah Parpol Nasionalis (PN), Parpol Agamis (PA), dan Parpol Campuran (PC). PN adalah parpol-parpol yang berasas nasionalis dalam menjalankan kinerjanya. Asas yang digunakan untuk PA adalah Islam atau agama lain. Sedangkan PC adalah parpol-parpol yang berbasis pemeluk agama tertentu namun asasnya nasionalis. Berdasarkan pada pemilu 2009, parpol-parpol yang termasuk PN adalah Partai Hati Nurani Rakyat (PH), Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI), Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN), Partai Gerakan Indonesia Raya (P.Gerindra), Partai Barisan Nasional (PBN), Partai Kedaulatan (PK), Partai Pemuda Indonesia (PPI), Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), Partai Republika Nusantara (PRN), Partai Nasionalis Indonesia Marhaenisme (PNIM), Partai Buruh Sosial Demokrat (PBSD), Partai Merdeka (PM), Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PPDK), Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB), Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia (PNBKI), PD, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), PDIP, PG,

17 2 Partai Patriot (P.Patriot), Partai Persatuan Daerah (PPD), Partai Pelopor (PP), Partai Karya Perjuangan (PKP), dan Partai Indonesia Sejahtera (PIS). Parpol-parpol yang tergolong PA adalah Partai Matahari Bangsa (PMB), Partai Bulan Bintang (PBB), PPP, Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI), PKS, dan Partai Bintang Reformasi (PBR). Sedangkan parpol-parpol yang dapat dikelompokkan kedalam PC adalah PAN, PKB, Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI), Partai Damai Sejahtera (PDS), dan Partai Sarikat Indonesia (PSI) (Anonim 2008). Di antara 38 parpol peserta pemilu 2009 diketahui terdapat 14 parpol pendatang baru. Parpol-parpol baru yang termasuk kedalam PN adalah PH, PPPI, PPRN, P. Gerindra, PBN, PK, PPI, PDP, PRN, PKP, PIS, PMB, PKNU, dan PKDI. Sedangkan parpol-parpol pada kelompok PA adalah PMB dan PKNU. Parpol lainnya yang ada pada PC adalah PKDI. Kehadiran parpol-parpol baru tersebut, kemungkinan dapat merubah komposisi perolehan suara parpol sehingga perolehan suaranya dapat meningkat atau menurun. Perubahan tersebut dapat diakibatkan oleh perubahan sikap politik pemilih. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap politik pemilih di antaranya faktor pendidikan, agama, jenis kelamin, dan umur (karakteristik daerah). Dikarenakan keterbatasan biaya dan data, penelitian tentang ini masih jarang dilakukan di Indonesia, padahal peta politik sebuah parpol dapat diketahui melalui penelitian tersebut (LSI 2007). Oleh karena itu penelitian perubahan perolehan suara parpol perlu dilakukan. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan perubahan perolehan suara tiga kelompok parpol (PN, PA, dan PC). 2. Menggerombolkan provinsi-provinsi berdasarkan perubahan perolehan suara parpol dan mendeskripsikan karakteristiknya. 3. Menganalisis adanya hubungan kanonik antara perubahan perolehan suara parpol dengan karakteristik daerah.

18 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya berdasarkan kemiripan sifat yang lebih besar pada obyek yang segerombol dibandingkan dengan obyek gerombol lain. Banyaknya gerombol adalah kurang dari banyaknya obyek (Dillon & Goldstein 1984). Tahap awal dalam melakukan penggerombolan adalah menentukan ukuran kemiripan antar obyek. Penentuan ukuran kemiripan antar obyek tergantung pada skala pengukuran. Untuk data yang berskala pengukuran interval dan rasio dapat digunakan ukuran jarak. Sedangkan untuk data yang berskala pengukuran nominal dan ordinal dapat dipakai ukuran asosiasi. Ada banyak pengukuran jarak diantaranya adalah jarak Euclid, city-block, dan Mahalanobis. Penggunaan jarak Euclid dan city-block memiliki persyaratan bahwa peubahnya harus saling bebas dan satuannya sama. Sedangkan jarak Mahalanobis tidak mensyaratkan apapun. Pengukuran jarak yang paling terkenal yaitu jarak Euclid. Jarak antar obyek j dan k pada jarak ini didefinisikan sebagai, dengan merupakan data pada obyek ke-j peubah ke-i. Tahap kedua dalam analisis gerombol adalah menentukan metode penggerombolan. Metode ini terdiri dari dua macam, yaitu metode hirarki dan metode non hirarki. Umumnya metode hirarki digunakan untuk obyek yang tidak besar dan banyaknya gerombol yang diinginkan tidak diketahui. Metode hirarki terbagi menjadi dua yaitu metode penggabungan (agglomerative) dan pemisahan (divisive). Metode penggabungan, dimulai dengan asumsi bahwa setiap obyek merupakan satu gerombol kemudian antar gerombol yang jaraknya berdekatan bergabung menjadi satu gerombol. Proses penggabungan gerombol ini selalu diikuti perbaikan matriks jarak. Metode yang paling banyak digunakan adalah metode pautan tunggal (single linkage), metode pautan lengkap (complete linkage), metode pautan rataan (average linkage), dan metode ward. Sedangkan metode pemisahan pada awalnya semua obyek berada dalam satu gerombol setelah itu sifat yang paling berbeda dipisah dan membentuk satu gerombol

19 4 yang lain. Proses berlanjut sampai semua obyek masing-masing membentuk satu gerombol. Hasil analisis gerombol untuk metode hirarki disajikan dalam bentuk dendogram. Adapun metode non hirarki digunakan apabila banyaknya obyek relatif besar dan banyaknya gerombol yang diinginkan diketahui. Contoh dari metode non hirarki adalah k-rataan. Analisis Biplot Pada tahun 1971, Gabriel memperkenalkan analisis biplot. Biplot merupakan analisis eksplorasi data yang dapat digunakan untuk menggambarkan obyek dan peubah ke dalam satu grafik. Dari grafik biplot dapat dilihat kedekatan antar objek, kedekatan obyek dengan peubah, dan kedekatan antar peubah. Analisis biplot diturunkan dari penguraian nilai singular atau singular value decomposition (SVD) pada matriks data n X p. Matriks ini ditulis sebagai: nx p =, dengan merupakan nilai pengamatan pada obyek ke-i (i = 1, 2,, n) peubah ke-j (1, 2,, p). Secara umum bentuk SVD ditulis sebagai: nx p = n U r r L r r A p... (1) Matriks U, L, dan A masing-masing adalah U = 1 X a, λ1 1 1 X a,, λ2 2 1 X a λr r, L = λ λ λr, A = [ a 1, a 2,..., a r ], sehingga U U = A A = Ir, dengan I r merupakan matriks identitas berdimensi r. Unsur-unsur diagonal matriks L disebut nilai singular dari matriks X. Kolomkolom matrisks A adalah vektor ciri dari X X yang berpadanan dengan akar ciri λ. Persamaan (1) dapat ditulis sebagai: X = UL α L 1-α A. (2)

20 5 5 dengan 0 < α < 1. Misalkan UL α = G dan L 1-α A = H maka persamaan (2) dapat dinyatakan sebagai X = GH, dengan G merupakan matriks koordinat obyek dan H merupakan matriks koordinat peubah. Jika = 0 maka G = U dan H' = LA'. Sehingga obyek akan mengumpul dan peubah akan menyebar menjauhi titik pusat koordinat biplot. Sedangkan jika nilai α = 1 maka G = UL dan H' = A'. Keadaan tersebut akan mengakibatkan obyek akan menyebar dan peubah akan mengumpul di sekitar titik pusat koordinat biplot. Untuk mengatasi hal itu, yang diambil sebesar 0,5 sehingga obyek dan peubah disajikan dengan baik pada koordinat biplot. Pada persamaan X = GH, setiap elemen ke (i,j) unsur matriks X dapat ditulis sebagai, dengan i = 1, 2,, n dan j = 1, 2,., p. Jika X berpangkat dua maka vektor pengaruh baris dan vektor pengaruh lajur dapat digambarkan dalam ruang berdimensi dua. Persentase keragaman matriks X yang dapat dijelaskan oleh biplot adalah, dengan merupakan akar ciri terbesar pertama dari matriks X X, merupakan akar ciri terbesar kedua dari matriks X X, dan merupakan akar ciri terbesar ke-i dari matriks X X. Jika nilai semakin mendekati nilai satu maka biplot yang diperoleh dan matriks pendekatan berpangkat dua akan memberikan penyajian yang semakin baik mengenai informasi-informasi yang terdapat pada data yang sebenarnya. Analisis Korelasi Kanonik Analisis korelasi kanonik digunakan untuk melihat keeratan hubungan linier antara gugus peubah respon dengan gugus peubah bebas (Johnson & Wichern 2002). Pada analisis korelasi kanonik diuraikan struktur hubungan ke dalam gugus peubah respon, maupun ke dalam gugus peubah bebas. Ide dari analisis ini adalah mencari pasangan dari kombinasi linier pada peubah respon dan peubah bebas yang memiliki korelasi terbesar. Selanjutnya pasangan dari kombinasi linier ini disebut peubah kanonik dan korelasinya disebut korelasi kanonik. Misalkan gugus peubah respon,,, dinotasikan sebagai vektor peubah Y dan gugus peubah bebas,,, dinotasikan sebagai vektor

21 6 peubah X, dengan p q. Jika nilai harapan dan kovarian dari vektor peubah X dan Y adalah sebagai berikut: E(Y) = dengan Cov(Y) = E(X) = dengan Cov(X) =, dan Cov(X,Y) =, maka kombinasi linier dari kedua gugus peubah kanonik dapat dituliskan sebagai berikut: W = a X = + + +, V = b Y = + + +, Var (W) = a t Cov(X) a = a t xx a, Var (V) = b t Cov(Y) b = b t yy b, dan Cov (W,V) = a t Cov(X,Y) b = a t xy b. Korelasi kanonik diperoleh dengan menghitung:. Untuk menyatakan hubungan keeratan antar gugus peubah respon dan peubah bebas maka nilai korelasi tersebut memiliki nilai maksimum. Misalkan pasangan pertama dari peubah kanonik adalah kombinasi linear dan yang memiliki ragam satu dan korelasi yang maksimum. Secara matematis dinotasikan sebagai berikut : t W 1 = a 1 X dengan Var (W 1 ) = 1, t V 1 = b 1 Y dengan Var (V 1 ) = 1, dan maksimum Corr (W 1,V 1 ) = ρ 1. Pasangan kedua adalah kombinasi linear dan yang memiliki ragam satu dan korelasi maksimum kedua serta tidak berkorelasi dengan peubah kanonik yang pertama. Oleh karena itu kombinasi tersebut membentuk persamaan sebagai berikut: W2 = a t 2 X dengan Var (W 2 ) = 1 dan Cov (W 1,W 2 ) = 0, V 2 = b t 2 Y dengan Var (V 2 ) = 1 dan Cov (V 1,V 2 ) = 0, Cov (W 1,V 2 ) = Cov (W 2,V 1 ) = 0, dan maksimum Corr (W 2,V 2 ) = ρ 2. Sedangkan pasangan ke-k adalah kombinasi linear dan yang memiliki ragam satu dan korelasinya maksimum ke-k serta tidak berkorelasi dengan peubah

22 7 7 kanonik 1, 2,, k-1. Dari kombinasi tersebut diperoleh persamaan sebagai berikut: W k = a t k X dengan Var (W k ) = 1 dan Cov (W 1,W k ) = 0, V k = b t k Y dengan Var (V k ) = 1, dan Cov (V 1,V k ) = 0, Cov (W 1,V k ) = Cov (W k,v 1 ) = 0, dan maksimum Corr (W k,v k ) = ρ k, dengan k = 2, 3,, p. Vektor koefisien a dan b diperoleh dengan cara mencari > >... > yang merupakan akar ciri dari matriks T dan berpadanan (px1) vektor ciri e1, e 2,, e p. > >... > juga merupakan akar ciri dari matriks Z yang berpadanan (qx1) vektor ciri f 1, f 2,, f p, dengan T = dan Z =. Oleh karena itu vektor koefisien a dan b diperoleh sebagai berikut: dan, dan, dan. Banyaknya peubah kanonik yang dipilih tergantung pada besarnya nilai proporsi keragaman. Nilai ini menunjukkan baik tidaknya peubah kanonik yang dipilih untuk menerangkan keragaman peubah asal. Semakin besar nilai proporsi keragaman maka semakin baik peubah-peubah kanonik yang dipilih untuk menerangkan keragaman peubah asal. Hipotesis yang akan diuji pada analisis korelasi kanonik adalah H 0 : ρ 1 = ρ 2 =...= ρ k = 0 (semua korelasi kanonik bernilai nol), H 1 : ada ρ i 0 (paling sedikit ada satu korelasi kanonik yang tidak bernilai nol). Hipotesis nol ditolak jika nilai berikut besar: -2 lnλ = n ln = -n ln. Untuk kasus contoh besar maka ststistik uji ini diaproksimasi menyebar khi-kuadrat dengan derajat bebas pq. Barlett menyarankan mengganti n dalam statistik uji rasio kemungkinan dengan n 1 - (p + q + 1) untuk mendekati sebaran contoh dari -2 lnλ dengan sebaran khi-kuadrat. Dari uraian tersebut

23 8 diperoleh statistik ujinya adalah B = -[n 1 - (p + q + 1)] lnλ, dengan dan n adalah jumlah pengamatan. Kriteria keputusannya adalah jika B > χ 2 α maka H 0 ditolak pada taraf signifikansi α, dengan derajat bebas p x q. Sebaran χ 2 dapat didekati dengan sebaran F. Sebaran F diperoleh melalui transformasi dari rasio dua peubah acak yang keduanya menyebar χ 2. Misalkan dua buah peubah acak yang kontinu U dan V bebas stokastik dan menyebar χ 2 dengan derajat bebas masing-masing dan atau dapat ditulis sebagai: U ~ dan V ~, kemudian F = disebut sebaran F dengan derajat bebas dan (Mendenhall, Wackkerly, Scheaffer 1990). Karena,,, dan maka F =. Jika maka ditolak pada taraf nyata (α) yang dipilih. Penolakan H 0 juga dapat dilakukan dengan melihat nilai-p. Jika nilai-p < α maka H 0 ditolak. Jika H 0 ditolak pada uji di atas maka dilanjutkan dengan uji hipotesis berikutnya, yaitu H 0 : ρ i = 0, H 1 : ρ i 0, untuk i = 1, 2,..., k. Jika nilai-p < α maka H 0 ditolak (untuk masing-masing nilai i).

24 9 METODOLOGI Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Perolehan suara pemilu legislatif partai peserta pemilu tahun 2004 (KPU 2004). 2. Perolehan suara pemilu legislatif partai peserta pemilu tahun 2009 (KPU 2009). 3. Data karakteristik daerah (BPS 2009) yang meliputi peubah-peubah sebagai berikut: (persentase penduduk laki-laki), (persentase penduduk perkotaan), (persentase pemilih pemula), (persentase penduduk tidak tamat perguruan tinggi), (persentase penduduk beragama Islam), (persentase pengangguran terbuka), (pengeluaran perkapita bulanan), (persentase penduduk miskin), (produk domestik regional bruto), (indeks pembangunan manusia). Analisis Analisis yang digunakan di dalam penelitian ini mengikuti tahapan sebagai berikut: 1. Pendeskripsian data perolehan suara parpol pemilu 2004 dan Pendeskripsian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kelompok parpol dan partai-partai di dalam kelompok parpol yang diterima oleh masyarakat. 2. Menggerombolkan provinsi-provinsi berdasarkan peubah respon (perubahan perolehan suara parpol) dengan menggunakan analisis gerombol. Selanjutnya peubah bebas (karakteristik daerah) dirata-ratakan berdasarkan gerombol yang telah terbentuk. Tujuan dari penggerombolan ini agar tergambarkan kelompok parpol dan partai-partai di dalam kelompok parpol yang diterima oleh masyarakat. Jarak antar gerombol diukur menggunakan jarak Euclid dengan metode gerombol pautan rataan. 3. Mendeskripsikan rataan karakteristik gerombol dengan menggunakan analisis biplot. Hal ini dilakukan untuk melihat kedekatan antar obyek (gerombol),

25 10 obyek dengan peubah (karakteristik gerombol), dan antar peubah. Selanjutnya hasil dari analisis ini dibandingkan dengan hasil analisis gerombol. 4. Mengkorelasikan gugus peubah respon (perubahan perolehan suara parpol) dengan gugus peubah bebas (karakteristik daerah) agar diperoleh gambaran adanya hubungan antar keduanya. Metode yang digunakan adalah analisis korelasi kanonik.

26 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data Berdasarkan bagian Latar Belakang di atas, pengelompokan parpol menurut asas dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok parpol. Ketiga kelompok parpol tersebut adalah parpol nasionalis (PN), parpol agamis (PA), dan parpol campuran (PC). Perolehan suara tiga kelompok parpol (PN, PA, dan PC) secara nasional disajikan pada Gambar 1. Suara (%) P.Nasionalis P.Agamis P.Campuran Parpol Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009 Perolehan suara PN meningkat dari 61,68 % menjadi 70,06 %. Persentase PA dan PC mengalami penurunan suara masing-masing sebesar 4,80 % dan 3,58 %. Peningkatan perolehan suara pada PN disebabkan oleh penurunan perolehan suara PA dan PC. Oleh karena itu, hasil ini mengindikasikan masyarakat lebih cenderung memilih PN daripada PA dan PC pada pemilu tahun Profil ketiga kelompok parpol (PN, PA, dan PC) disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 Trend perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009

27 12 PA dan PC mempunyai kemiripan bentuk sedangkan PN mempunyai bentuk tersendiri. Perolehan suara PA dan PC turun dari pemilu 2004 ke pemilu 2009, sedangkan PN mengalami kenaikan perolehan suara dari pemilu 2004 ke pemilu Oleh karena itu ketiga kelompok parpol mengalami perubahan perolehan suara. Perolehan suara PN, PA, dan PC per-provinsi dapat dilihat pada Gambar 3. Provinsi Papua Irjabar Malut Maluku Gorontalo Sultra Sulsel Sulteng Sulut Kaltim Kalsel Kalteng Kalbar NTT NTB Bali Banten Jatim DIY Jateng Jabar DKI Kepri Babel Lampung Bengkulu Sumsel Jambi Riau Sumbar Sumut NAD PC09 PC04 PA09 PA04 PN09 PN Suara (%) Gambar 3 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut provinsi pada pemilu 2004 dan 2009

28 13 13 Pada kelompok pertama yaitu PN, semua perolehan suaranya naik kecuali di provinsi NTT dan Papua. Provinsi yang tertinggi kenaikan perolehan suaranya adalah NAD. Oleh karena itu masyarakat NAD diindikasikan cenderung menerima PN. Pada provinsi Bali, perolehan suara PN tetap tinggi dari pemilu 2004 ke Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Bali cenderung loyal pada PN. Pada Lampiran 1, perolehan suara PDIP di provinsi Bali terlihat turun cukup tinggi (12,42%) namun perolehan suara PD naik cukup tinggi pula (11,18%). Hal ini diindikasikan bahwa ada pemindahan pilihan partai dalam internal PN yaitu dari PDIP ke PD. Pada kelompok kedua yaitu PA, perolehan suaranya meningkat di provinsi Jatim, Jateng, Bali, NTT, dan Papua. Partai lama yang mendominasi dalam peningkatan perolehan suara pada PA di daerah tersebut adalah PKS. Sedangkan partai-partai baru (PKNU dan PMB), perubahan perolehan suaranya masing-masing kurang dari 1 %. Adapun pada kelompok ketiga yaitu PC, perolehan suaranya meningkat di provinsi Sulsel, Sultra, Maluku, dan Papua. Partai lama yang mendominasi dalam peningkatan perolehan suara pada PC di daerah tersebut adalah PAN (3,77 %). Sedangkan partai baru (PKDI) perubahan perolehan suaranya kurang dari 1 %. Penyebab menurunnya perolehan suara PA adalah suara PBB, PBR, PDS, PPP, dan PNUI menurun walaupun PKS naik. Kemudian perolehan suara PC menurun dikarenakan lebih banyak perolehan suara partai-partai yang turun dari pada yang naik. Analisis Gerombol Selisih perolehan suara 3 kelompok parpol pemilu 2004 dengan 2009 setiap provinsi digerombolkan dengan analisis gerombol. Nilai ini diartikan sebagai perubahan perolehan suara parpol. Untuk mengukur kemiripan perubahan perolehan suara parpol antar provinsi digunakan jarak Euclid. Sedangkan metode yang digunakan di dalam penggerombolan di atas adalah pautan rataan. Metode ini cenderung menghasilkan gerombol dengan keragaman yang kecil (Udiyani 2007).

29 14 Hasil penggabungan gerombol yang terbentuk dari metode ini disajikan dalam dendogram. Dendogram tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Untuk menentukan banyaknya gerombol dilakukan pemotongan pada dendogram. Pemotongan dilakukan pada jarak antar gerombol yang terjauh yaitu kira-kira antara 1.15 sampai dengan 1.5. Provinsi Gambar 4 Dendogram hasil analisis gerombol berdasarkan perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 Prosedur tersebut menghasilkan 3 gerombol dimana 2 gerombol mempunyai anggota masing-masing 1 provinsi sementara itu gerombol lainnya mempunyai anggota 30 provinsi. Sehingga pemotongan pada jarak tersebut tidak menghasilkan gerombol dengan anggota yang seimbang. Selanjutnya pemotongan dendogram pada jarak penggabungan berikutnya yaitu pada jarak 1 itu relatif cukup seimbang dibandingkan dengan pemotongan di atas. Anggota masing-masing gerombol disajikan pada Tabel 1. Gerombol 1 dan 4 beranggotaan satu provinsi. Sedangkan Gerombol 2 memiliki anggota 23 provinsi dan gerombol 3 mempunyai anggota 7 provinsi. Sedangkan gerombol 4 anggotanya adalah provinsi Jatim. Rataan perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 disajikan pada Tabel 2.

30 15 15 Tabel 1 Gerombol provinsi berdasarkan perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 Gerombol Provinsi 1 NAD. Sumut, Jabar, Bengkulu, Sumsel, Kalteng, Kaltim, Banten, Kalsel, NTB, Sumbar, Malut, Babel, DKI, Kepri, DIY, Jateng, Sulut, 2 Riau, Jambi, Kalbar, Lampung, Sultra, dan Maluku. 3 Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua. 4 Jatim. Tabel 2 Rataan peubah perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 Gerombol Perubahan perolehan suara parpol PN PA PC 1 28,31-18,76-9,56 2 9,90-6,02-3,89 3-0,28-0,28 0, ,34 4,34-18,68 Secara umum, perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009 pada gerombol 1, 2, dan 4 cukup dinamis. Perubahan perolehan suara PN bernilai positif. Oleh karena itu PN mengalami kenaikan perolehan suara dari pemilu 2004 ke Sedangkan perolehan suara PA dan PC menjadi turun, kecuali pada gerombol 4 PA naik sekitar 4,34 %. Perpindahan pilihan parpol dari PA dan PC ke PN terjadi pada gerombol 1. Gerombol ini memiliki satu anggota yaitu provinsi NAD. Pada provinsi NAD, PN memiliki perubahan perolehan suara parpol yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat NAD cenderung menerima PN. Partai-partai yang mendominasi pada PN adalah PD 34,75, kemudian disusul oleh P. Hanura (2,41), P. Gerindra (2,02), dan PPRN (1,32 %). Perpindahan pilihan parpol dari PA dan PC ke PN juga terjadi pada gerombol 2. Perolehan suara PA dan PC berpindah ke PN. Semua provinsi mengalami kenaikan perolehan suara parpol yang cukup tinggi pada PN dengan rataan sebesar 9,90 %. Provinsi dengan kenaikan yang tertinggi adalah DKI (16,90 %). Ini berarti bahwa masyarakat pada gerombol ini cukup tinggi cenderung menerima PN terutama di DKI. Partai-partai dari PN yang paling

31 16 menonjol adalah PD (11,44 %) kemudian disusul oleh P. Gerindra (4,12 %), P. Hanura (4,11 %), dan PPRN (1,50 %). Perubahan perolehan suara parpol terlihat statis pada gerombol 3. Kekuatan perubahannya agak berimbang di semua kelompok parpol. Hal ini sesuai dengan yang disajikan pada Gambar 3. Ini berarti bahwa masyarakat di provinsi Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua cenderung memiliki sikap yang cukup loyal terhadap pilihan partainya. Gerombol 4 memiliki satu anggota yaitu provinsi Jatim. Perpindahan pilihan parpol terjadi pada PC ke PN dan PA. Pada gerombol ini, PN mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 14,34 %. Sedangkan PA mengalami kenaikan 4,34 %. Partai yang menonjol pada gerombol 4 secara urutan tertinggi adalah PD (13,06 %), PKNU (4,60 %), P. Gerindra (4,46 %), PKS (2,37 %), dan P. Hanura (2,36 %). Berdasarkan uraian di atas, kenaikan perolehan suara parpol terbesar terjadi pada PN. Dominasi partai-partai pada PN adalah PD, P. Gerindra, dan P. Hanura. Kenaikan perolehan suara parpol masing-masing partai tersebut secara nasional adalah %, 4,46 %, dan 3,77%. P. Gerindra dan P. Hanura tergolong dalam partai Baru. Diindikasikan bahwa kedua parpol baru tersebut memperoleh suaranya dari Partai Golkar. Hal ini dikarenakan perolehan suara Partai Golkar turun sebesar 7,13 %. Indikasi ini diperkuat dengan adanya pimpinan puncak kedua partai tersebut berasal dari pimpinan pusat PG (Sumarsono 2009). Peubah bebas (karakteristik daerah) dirata-ratakan menurut penggerombolan di atas. Hasil rataan tersebut dinamakan peubah karakteristik gerombol. Tabel 3 berisi tentang peubah karakteristik gerombol. Tabel 3 Peubah karakteristik gerombol Gerombol Peubah karakteristik gerombol ,75 17,57 97,50 99,85 9,56 38,21 23,53 17,12 70, ,57 15,87 96,63 82,31 7,99 41,65 13,63 21,66 71, ,77 14,68 97,47 48,16 5,53 33,34 23,32 13,97 67, ,88 13,35 97,00 90,00 6,42 33,20 18,51 16,76 69,80 Gerombol 1 memiliki peubah yang menonjol pada dan. Dengan demikian provinsi NAD memiliki persentase penduduk beragama Islam dan

32 17 17 persentase penduduk miskin yang tinggi. Peubah yang menonjol pada gerombol 2 yaitu,, dan. Oleh karena itu gerombol 2 memiliki penduduk yang banyak tinggal di perkotaan dengan pengeluaran perkapita bulanan dan PDRB yang cukup tinggi. Sedangkan gerombol 3 mempunyai peubah yang menonjol pada. Itu berarti provinsi Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua memiliki persentase penduduk miskin yang tinggi. Peubah dan yang menonjol dan peubah yang kecil terdapat pada gerombol 4. Dengan demikian Jatim adalah provinsi yang penduduknya banyak tinggal diperkotaan dan persentase penduduk beragama Islam yang tinggi serta persentase pemilih pemula yang rendah. Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3, perpindahan pilihan dari parpol agamis dan parpol campuran ke parpol nasionalis yang cukup tinggi ada hubungannya dengan persentase penduduk beragama Islam, persentase penduduk miskin, pengeluaran perkapita bulanan, PDRB, dan persentase penduduk perkotaan yang cukup tinggi pula. Sedangkan perpindahan pilihan dari parpol nasionalis dan parpol agamis ke parpol campuran yang rendah ada hubungannya dengan persentase penduduk miskin yang cukup tinggi. Adapun perpindahan pilihan dari parpol campuran ke parpol nasionalis dan parpol agamis yang cukup tinggi ada hubungannya dengan persentase penduduk perkotaan dan persentase penduduk beragama Islam yang cukup tinggi, dan persentase pemilih pemula yang rendah. Analisis Biplot Karakteristik gerombol pada Tabel 3 dianalisis dengan menggunakan biplot. Hasil analisis biplot berdasarkan karakteristik gerombol diperoleh akar ciri sebagai berikut = 1589,84, = 205,86, = 68,67, dan = 0,63. Koordinat posisi obyek dan peubah masing-masing disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4 Koordinat posisi obyek Gerombol Dimensi 1 Dimensi 2 1 2,98 2,57 2 0,67-2,49 3-5,27 0,85 4 1,62-0,93

33 18 Tabel 5 Koordinat posisi peubah Peubah Dimensi 1 Dimensi2-0,16-0,05 0,82-2,89 0,18 0,40-0,03 0,18 6,16 0,62 0,38 0,24 0,50-0,56-0,34 2,03 0,48-0,95 0,44-0,34 Keterangan: Dimensi 1 adalah sumbu utama pertama (sumbu horizontal) dan dimensi 2 adalah sumbu utama kedua (sumbu vertikal). Grafik biplot berdasarkan karakteristik gerombol disajikan pada Gambar 5. Keragaman yang dapat dijelaskan dalam biplot sebesar 96,33 %. Sumbu utama pertama memberikan kontribusi sebesar 85,13 % dari total keragaman yang dapat diterangkan, sedangkan sumbu utama kedua memberikan kontribusi sebesar 11,20 %. Gambar 5 Penyajian biplot berdasarkan karakteristik gerombo l

34 19 19 Berdasarkan titik koordinat obyek hasil biplot, gerombol 1 dicirikan oleh,, dan. Oleh karena itu provinsi NAD memiliki penduduk dengan pemeluk agama Islam, pemilih pemula, dan pengangguran terbuka relatif cukup besar. Sedangkan gerombol 2 dan 4 dicirikan oleh,,, dan. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk pada provinsi-provinsi yang termasuk gerombol ini banyak tinggal di perkotaan dan mempunyai produk domestik regional bruto, pengeluaran perkapita bulanan, dan indeks pembangunan manusia yang relatif cukup tinggi. Pada gerombol 3 yaitu provinsi Bali, Gorontalo, Sulteng, Irjabar, Sulsel, NTT, dan Papua, penduduknya mempunyai tingkat kemiskinan ( ) dan tidak tamat perguruan tinggi yang relatif cukup tinggi ( ). Analisis Korelasi Kanonik Analisis Korelasi Kanonik Menurut Nasional Hasil analisis korelasi antara peubah respon (perubahan perolehan suara parpol dari tahun 2004 ke 2009) dengan peubah bebas (karakteristik daerah) menurut nasional (32 provinsi) disajikan pada Tabel 6. Perubahan perolehan suara PN ( ) memiliki hubungan yang linier cukup erat dengan persentase penduduk beragama Islam ( ). Sedangkan perubahan perolehan suara PA ( ) memiliki hubungan linier yang cukup erat dengan persentase pemilih pemula ( ). Adapun perubahan perolehan suara PC ( ) memiliki hubungan linier yang cukup erat dengan persentase penduduk perkotaan ( ). Tabel 6 Korelasi antara peubah respon dengan peubah bebas menurut nasional Peubah respon Peubah bebas Uji hipotesis korelasi kanonik secara keseluruhan menghasilkan nilai statistik uji Wilks lambda sebesar 0,096 dengan nilai-p sebesar 0,0034. Apabila α yang digunakan sebesar 0,05 maka nilai-p ini kurang dari nilai α. Hal ini berarti bahwa ada korelasi kanonik yang signifikan. Dengan demikian korelasi kanonik yang dapat diambil minimal satu buah.

35 20 Selanjutnya uji sebagian dilakukan untuk memperoleh peubah kanonik yang dapat diambil. Hasil uji ini disajikan pada Tabel 7. Korelasi kanonik dari gugus peubah bebas dengan peubah respon menghasilkan 3 buah peubah kanonik yang cukup tinggi yaitu, 0,85, 0,74, dan 0,72. Tabel 7 Kontribusi keragaman peubah kanonik menurut nasional Peubah kanonik Korelasi Kanonik Proporsi Nilai-P 1 0,85 0,63 0, ,74 0,29 0, ,50 0,08 0,5425 Berdasarkan kontribusi keragaman yang dapat dijelaskan oleh peubah kanonik pertama, kedua, dan ketiga masing-masing menjelaskan keragaman total 63 %, 29 %, dan 8 %. Oleh karena itu kontribusi keragaman yang cukup tinggi adalah pada peubah kanonik yang pertama. Jika α diambil 0,05 maka korelasi kanonik yang pertama berbeda nyata dengan nol. Dengan demikian korelasi kanonik yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara gugus peubah respon dengan peubah bebas adalah satu korelasi kanonik saja. Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas pada 32 provinsi disajikan pada Tabel 8. Peubah respon (Y) yang berhubungan cukup erat dengan peubah kanonik bebas pertama ( ) adalah perubahan perolehan suara PN ( ) sebesar 0,61 dan perubahan perolehan suara PC ( ) sebesar -0,69. Tabel 8 Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas menurut nasional Peubah Respon Peubah Kanonik Bebas Korelasi peubah bebas (Y) dengan peubah kanonik respon pertama ( ) disajikan pada Tabel 9. Peubah bebas yang berhubungan cukup erat dengan peubah kanonik respon adalah persentase penduduk laki-laki ( ) sebesar -0,57,

36 21 persentase penduduk beragama Islam ( manusia ( ) sebesar 0,53. ) sebesar 0,52, dan indeks pembangunan Tabel 9 Korelasi peubah bebas dengan fungsi kanonik peubah bebas menurut nasional Peubah Bebas Peubah Kanonik respon Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9, pola hubungan antar peubah respon dengan peubah bebas menurut nasional adalah semakin tinggi karakteristik daerah pada persentase penduduk laki-laki, persentase penduduk beragama Islam, dan indeks pembangunan manusia maka diikuti pula dengan semakin besarnya perubahan perolehan suara parpol pada Parpol Nasionalis dan Parpol Campuran. Analisis Korelasi Kanonik Menurut Gerombol Korelasi kanonik antara peubah bebas (karakteristik daerah) dan peubah respon (perubahan perolehan suara parpol) dianalisis berdasarkan tiap gerombol. Banyaknya obyek pada gerombol 1, 3, dan 4 adalah kurang dari banyaknya peubah. Oleh karena itu gerombol-gerombol tersebut tidak bisa dianalisis. Gerombol yang dapat dianalis hanyalah gerombol 2. Pada gerombol 2, hasil analisis korelasi antara peubah respon (perubahan perolehan suara parpol) dengan peubah bebas (karakteristik daerah) disajikan pada Tabel 10. Perubahan perolehan suara PN ( ) memiliki hubungan linier yang cukup erat dengan persentase penduduk perkotaan ( ). Pada peubah respon yang kedua yaitu perubahan perolehan suara PA ( ), tidak mempunyai hubungan linier cukup erat dengan peubah bebas manapun. Sedangkan perubahan perolehan

37 22 suara PC ( ) memiliki hubungan linier yang cukup erat dengan persentase penduduk laki-laki ( ) dan persentase penduduk perkotaan ( ). Tabel 10 Korelasi antara peubah respon dengan peubah bebas menurut gerombol 2 Peubah respon Peubah bebas Uji hipotesis korelasi kanonik secara keseluruhan menghasilkan nilai statistik uji Wilks lambda sebesar 0,042 dengan nilai-p sebesar 0,036. Apabila α yang digunakan sebesar 0,05 maka nilai-p tersebut kurang dari nilai α. Hal ini berarti bahwa ada korelasi kanonik yang signifikan. Dengan demikian korelasi kanonik yang dapat diambil minimal satu buah. Selanjutnya uji sebagian dilakukan untuk memperoleh peubah kanonik yang dapat diambil. Hasil uji ini disajikan pada Tabel 11. Korelasi kanonik dari gugus peubah bebas dengan peubah respon menghasilkan 2 peubah kanonik yang cukup besar yaitu, 0,95 dan 0,72. Tabel 11 Kontribusi keragaman peubah kanonik menurut gerombol 2 Peubah kanonik ke- Korelasi kanonik Proporsi Nilai-p Berdasarkan kontribusi keragaman yang dapat dijelaskan oleh peubah kanonik pertama dan kedua masing-masing menjelaskan keragaman total 88 %, dan 10 %. Oleh karena itu kontribusi keragaman yang cukup tinggi adalah pada peubah kanonik yang pertama. Jika α ditentukan sebesar 0,05 maka hanya peubah kanonik pertama yang berbeda nyata dengan nol. Dengan demikian peubah kanonik yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara gugus peubah respon dengan peubah bebas adalah satu peubah kanonik saja. Korelasi peubah respon dengan peubah kanonik bebas disajikan pada Tabel 12. Peubah respon (Y) yang berhubungan cukup erat dengan peubah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data Berdasarkan bagian Latar Belakang di atas, pengelompokan parpol menurut asas dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok parpol. Ketiga kelompok parpol tersebut adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF 9 APRIL 2009 Jl Terusan Lembang, D57, Menteng, Jakarta Pusat Telp. (021) 3919582, Fax (021) 3919528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id METODOLOGI Quick

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Tsanawiyah Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai jenjang terakhir dalam program Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Dasar

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Riau Hari/Tanggal: 03 Mei 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 09.15-09.50 WIB No Nama Partai Perolehan Suara Keterangan 1 Partai

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Banten Hari/Tanggal: 30 April 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 15.15-15.40 WIB Perbaikan Hari/Tanggal: 01 Mei 2009 Pukul: 21.10-22.50

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Gambaran dari peubah mata kuliah, IPK dan nilai Ujian Nasional yang ditata sesuai dengan mediannya disajikan sebagai boxplot dan diberikan pada Gambar. 9 3 Data 6

Lebih terperinci

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009 Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009 September 2008 Jl. Lembang Terusan No. D 57, Menteng Jakarta Pusat Telp. (021) 3919582, Fax (021) 3919528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Sumatera Utara Hari/Tanggal: 02 Mei 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 11.20-11.55 WIB Disahkan Hari/Tanggal: 03 Mei 2009 Pukul:

Lebih terperinci

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014 HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF 2014 Rabu, 9 April 2014 Metodologi Exit Poll Exit poll merupakan penelitian perilaku memilih (voting behavior) ketika pemilih berada di TPS. Total sampel 2000 responden,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN GOVERNMENT

PEMERINTAHAN GOVERNMENT Pusat Pemerintahan Kecamatan, Jumlah Desa, Kelurahan dan UPT : 2.1. dalam Kabupaten Musi Banyuasin Central of District Government, Number of Villages, Wards and UPTs in Musi Banyuasin Regency Kecamatan/

Lebih terperinci

Pemilihan Caleg Perempuan Opsi untuk kemajuan

Pemilihan Caleg Perempuan Opsi untuk kemajuan Pemilihan Caleg Perempuan Opsi untuk kemajuan Oleh: Kevin Evans Pendiri: www.pemilu.asia Di WRI Jakarta Tujuan.. 8 Maret baru lewat lagi. Selama sekian tahun kita membahas masalah menyangkut masalah jender

Lebih terperinci

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019 Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 Pokok Bahasan 1. Keterpilihan Perempuan di Legislatif Hasil Pemilu 2014 2.

Lebih terperinci

PEROLEHAN SISA KURSI SISA SUARA 1 PARTAI HATI NURANI RAKYAT III PARTAI KARYA PEDULI BANGSA

PEROLEHAN SISA KURSI SISA SUARA 1 PARTAI HATI NURANI RAKYAT III PARTAI KARYA PEDULI BANGSA MODEL EB 1 DPRD KAB/KOTA PENGHITUNGAN SUARA DAN PENETAPAN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009 PROVINSI : SULAWESI

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014 SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014 Data Survei Nasional 15 25 Maret 2013 Prepared by: INDO BAROMETER Jl. Cikatomas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Eksplorasi Data Diagram kotak garis merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran, dan kemiringan pola sebaran. Gambaran

Lebih terperinci

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008

Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Analisis Hasil Ujian Nasional Madrasah Aliyah Negeri Tahun 2008 Oleh : Asep Sjafrudin, M.Si 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Lebih terperinci

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009 SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009 EXIT POLL 9 APRIL 2009 Jl Terusan Lembang, D57, Menteng, Jakarta Pusat Telp. (021) 3919582, Fax (021) 3919528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda STK511 Analisis Statistika Pertemuan 13 Peubah Ganda 13. Peubah Ganda: Pengantar Pengamatan Peubah Ganda Menggambarkan suatu objek tidak cukup menggunakan satu peubah saja Kasus pengamatan peubah ganda

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG PENETAPAN PEROLEHAN KURSI DAN SUARA SAH POLITIK DALAM PEMILU ANGGOTA DPRD

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Kualitas Pelaksanaan Pemilu dan Konsolidasi Demokrasi Sebuah Evaluasi Pemilih Lembaga Survei Indonesia (LSI) Juli 2009 Latar Belakang Dalam tahun 2009 ini ada dua peristiwa politik lima tahunan paling

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian 2. Deskripsi Kelurahan Polonia Kelurahan Polonia merupakan salah satu dari kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Polonia yang memilki luas 1,57km 2 dan terdiri dari

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH Deskriptif Statistik Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pendataan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Tahun 2007-2008 mencakup 33 propinsi,

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR : /Kpts/KPU-Kab-002.43 4826 / 2010 TENTANG PENETAPAN PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI

Lebih terperinci

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN Temuan Survei Nasional Juli 2007 LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) www.lsi.or.id Tujuan Survei Mendekatkan desain institusional, UU dan UUD, dengan aspirasi publik agar

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012. KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.329506/2013 T E N T A N G PENETAPAN JUMLAH KURSI ATAU SUARA SAH PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

CEDERA. Website:

CEDERA. Website: CEDERA Definisi Cedera Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya Definisi operasional: Cedera yang

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Asep Sjafrudin, S.Si, M.Si Jenjang Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama (MTs/SMP) memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

ANALISIS DISKRIMINAN KUADRATIK KEKAR (Studi Kasus : Divisi Regional Perum BULOG Tahun 2009) MAYA WULAN ARINI

ANALISIS DISKRIMINAN KUADRATIK KEKAR (Studi Kasus : Divisi Regional Perum BULOG Tahun 2009) MAYA WULAN ARINI ANALISIS DISKRIMINAN KUADRATIK KEKAR (Studi Kasus : Divisi Regional Perum BULOG Tahun 2009) MAYA WULAN ARINI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK - 1 - KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK NOMOR : 07/Kpts/KPU-Kota-019.435761/2013 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING RENDAH UNTUK PASANGAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAFTAR ISI Kondisi Umum Program Kesehatan... 1 1. Jumlah Kematian Balita dan Ibu pada Masa Kehamilan, Persalinan atau NifasError! Bookmark not

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 33/Kpts/KPU-Kab-019.964931/2013 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING RENDAH UNTUK PASANGAN CALON YANG DIAJUKAN PARTAI POLITIK ATAU

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

Λ = DATA DAN METODE. Persamaan Indeks XB dinyatakan sebagai berikut. XB(c) = ( ) ( )

Λ = DATA DAN METODE. Persamaan Indeks XB dinyatakan sebagai berikut. XB(c) = ( ) ( ) Indeks XB (Xie Beni) Penggerombolan Fuzzy C-means memerlukan indeks validitas untuk mengetahui banyak gerombol optimum yang terbentuk. Indeks validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung 2.11.3.1. Santri Berdasarkan Kelas Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Tingkat Ulya No Kelas 1 Kelas 2 1 Aceh 19 482 324 806 2 Sumut 3 Sumbar 1 7-7 4 Riau 5 Jambi 6 Sumsel 17 83 1.215 1.298 7 Bengkulu

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Nangroe Aceh Darussalam Hari/Tanggal: 05 Mei 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 10.00-10.30 WIB No Nama Partai Perolehan Suara

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI... Lampiran 2 Model F6-Parpol REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI 1 PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 2 PARTAI BULAN BINTANG (PBB) TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP

Lebih terperinci

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014 HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MA untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MA untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MA untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan Asep Sjafrudin, S.Si, M.Si Madrasah Aliyah sebagai bagian dari jenjang pendidikan tingkat menengah memerlukan upaya pengendalian,

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP INDIKATOR INDIKATOR YANG MENCIRIKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI INDONESIA WENNY INDRIYARTI PUTRI

ANALISIS TERHADAP INDIKATOR INDIKATOR YANG MENCIRIKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI INDONESIA WENNY INDRIYARTI PUTRI ANALISIS TERHADAP INDIKATOR INDIKATOR YANG MENCIRIKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI INDONESIA WENNY INDRIYARTI PUTRI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Riau Hari/Tanggal: 03 Mei 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 09.15-09.50 WIB No Nama Partai Perolehan Suara Keterangan 1 Partai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Biplot Kanonik dan Analisis Procrustes dengan Mathematica Biplot biasa dengan sistem perintah telah terintegrasi ke dalam beberapa program paket statistika seperti SAS,

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH Deskriptif Statistik RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs, dan MA) A. Lembaga Pendataan RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs dan MA) Tahun Pelajaran 2007/2008 mencakup 33

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VII, 5 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2017 SEBESAR 101,81

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data yang berhasil dikumpulkan dan akan digunakan pada penelitian ini merupakan data statistik yang diperoleh dari a. Biro Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 Palangka Raya, 16Desember 2015 DR. Ir. Sukardi, M.Si Kepala BPS

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM -1- KOMISI PEMILIHAN UMUM SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 10 /Kpts/KPU-Wng-012329512/2010 TENTANG PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN SUARA SAH PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU PADA PEMILU ANGGOTA

Lebih terperinci

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK SURVEI OPINI PUBLIK EKSPERIMENTAL EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK Survei Nasional 10 20 Oktober 2013 Jl. Cikini V No 15 A Menteng, Jakarta Pusat 10330 Telp. (021) 3917814

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Sumatera Barat Hari/Tanggal: 27 April 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 16.50-17.28 WIB No Nama Partai Perolehan Suara Keterangan

Lebih terperinci

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL 2009 2014 Data Survei Nasional 18 26 Agustus 2009 Prepared by: INDO BAROMETER Jl. Cikatomas I No. 29, Kebayoran Baru, Jakarta 12180 Telp: 021 7260588 (Hunting) Fax: 021

Lebih terperinci

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012 4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Jumlah Lembaga No. Provinsi PTAIN PTAIS Jumlah 1. Aceh 3 20 23 2. Sumut 2 40 42 3. Sumbar 3 19 22 4. Riau 1 22 23 5. Jambi 2 15 17 6. sumsel 1 13 14 7. Bengkulu

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN SWING VOTER MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2009

KECENDERUNGAN SWING VOTER MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2009 KECENDERUNGAN SWING VOTER MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2009 Trend Opini Publik LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) Jakarta, November 2008 www.lsi.or.id IHTISAR Swing voter adalah sikap dan perilaku pemilih yang

Lebih terperinci

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI

PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI PELABELAN OTOMATIS CITRA MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS UNTUK SISTEM TEMU KEMBALI CITRA MARSANI ASFI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

SUMMARY RESULT OF DATA ANALYSIS OF SUSENAS ON BREASTFEEDING PRACTICES

SUMMARY RESULT OF DATA ANALYSIS OF SUSENAS ON BREASTFEEDING PRACTICES SUMMARY RESULT OF DATA ANALYSIS OF SUSENAS 2005-2006 ON BREASTFEEDING PRACTICES National Socio-economic Survey (Susenas) in 2005 and 2006 were carried out in all provinces in Indonesia. Number of samples

Lebih terperinci

IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota)

IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota) IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota) DISTRIBUSI PENCAPAIAN IPM PROVINSI TAHUN 2013 Tahun 2013 Tahun 2013 DKI DIY Sulut Kaltim Riau Kepri Kalteng Sumut Sumbar Kaltara Bengkulu Sumsel Jambi Babel

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

Kesehatan Gigi danmulut. Website:

Kesehatan Gigi danmulut. Website: Kesehatan Gigi danmulut Latar Belakang Survey gigi bersifat nasional Dilaksanakan secara periodik yaitu : SKRT 1995 SKRT 2001 SKRT 2004 RISKESDAS 2007 RISKESDAS 2013 Data diperlukan untuk advokasi, peremcanaan,

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18/Th. VI, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th. VI, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

Disabilitas. Website:

Disabilitas. Website: Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang BAB III PEMBAHASAN Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Asumsi-asumsi dalam analisis cluster yaitu sampel

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Website:

KESEHATAN REPRODUKSI. Website: KESEHATAN REPRODUKSI Tujuan Umum: Menyediakan informasi mengenai indikator kesehatan ibu dan besaran masalah kesehatan reproduksi Khusus: Memperoleh informasi kejadian kehamilan di rumah tangga Memperoleh

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembangkitan Ukuran Data Kelompok dan Proporsi Pencilan

Lampiran 1. Pembangkitan Ukuran Data Kelompok dan Proporsi Pencilan 15 Lampiran 1. Pembangkitan Ukuran Data Kelompok dan Proporsi Pencilan Pencilan 5% 1 15% n=0 n=40 n=00 Kelompok (n1=10, n=10) (n1=0, n=0) (n1=100, n=100) n n* n n* n n* 1 10 0 0 0 100 0 10 0 0 0 100 0

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA 86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO Data Survei Nasional 25 April 4 Mei 2011 Prepared by: INDO BAROMETER Jl. Cikatomas I No. 29, Kebayoran Baru, Jakarta 12180 Telp: 021-7260588

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian pemimpin pada tingkatan daerah sebagai syarat meneruskan estafet pemerintahan. Pemilu

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik Survei Nasional 1-12 FEBRUARI 2012 Jl. Lembang Teusan,D-57, Menteng, Jakarta Pusat 10310 Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website:

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

MANDI RAJA PURWO NEGORO

MANDI RAJA PURWO NEGORO SERTIFIKAT REKAPITULASI PENGHITUNGAN HASIL PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK DAN CALON ANGGOTA DPRD PROVINSI DI KPU KABUPATEN/KOTA (Diisi berdasarkan Formulir DA- DPR Provinsi) KABUPATEN PROPINSI DAERAH PEMILIHAN

Lebih terperinci

PURWO NEGORO MANDI RAJA

PURWO NEGORO MANDI RAJA SERTIFIKAT REKAPITULASI PENGHITUNGAN HASIL PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK DAN CALON ANGGOTA DPR DI KPU KABUPATEN/KOTA (Diisi berdasarkan Formulir DA- DPR) KABUPATEN PROPINSI DAERAH PEMILIHAN DPRD PROVINSI

Lebih terperinci