Lampiran 1. Matriks Kriteria dan Indikator Penetapan Jenis HHBK
|
|
- Herman Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Lampiran. Matriks Kriteria dan Indikator Penetapan Jenis HHBK Unggulan No Kriteria Indikator Standar Nilai 4 5 I. Ekonomi. Nilai a. Tinggi (Bobot 5%) perdagangan ekspor (Nilai ekspor per tahun $ Juta) b. Sedang (Nilai ekspor per tahun $ 500 ribu s/d juta) c. Rendah (Nilai ekspor $ 500 ribu per tahun). Nilai perdagangan lokal. Lingkup pemasaran 4. Potensi pasar internasional 5. Mata rantai pemasaran 6. Cakupan pengusahaan a. Tinggi (Nilai perdagangan per tahun Rp milyar b. Sedang (Nilai perdagangan per tahun Rp s/d Rp ,- c. Rendah ( Rp ,-) a. Internasional, nasional, dan lokal b. Internasional dan nasional, Internasional dan lokal, atau Nasional dan lokal c. Lokal a. Tinggi (Diminta oleh negara) b. Sedang (Diminta oleh - negara) c. Rendah (Tidak diminta negara lain) a. Tinggi (Melibatka masyarakat pengumpul, pengusaha UMKM, pengusaha besar/industri dan unsur pemerintah). b. Sedang (Melibatkan masyarakat pengumpul, pengusahan UMKM, dan pemerintah). c. Sederhana (Melibatkan masyarakat pengumpul, pengusaha UMKM, dan pemerintah). a. Meliputi industri hulu, tengah (setengah jadi), dan hilir. b. Meliputi industri hulu dan tengah c. Hanya meliputi industri hulu
2 II Biofisik dan lingkungan (Bobot 5%) III Kelembagaan (Bobot 0%) 7. Investasi usaha a. Banyak ( 5 badan usaha sudah berinvestasi dalam pengusahaan komoditas bersangkutan, atau sudah ada pengusaha besar). b. Sedikit ( 5 badan usaha yang sudah berinvestasi dan belum ada pengusaha besar). c. Tidak ada (Belum ada badan usaha yang berinvestasi).. Potensi Tanaman a. Tinggi (prosentase jumlah pohon/rumpun per hektar 60% dari kondisi normal). b. Sedang (prosentase jumlah pohon/rumpun per hektar 40-60% dari kondisi normal). c. Rendah (prosentase jumlah pohon/rumpun per hektar 40% dari kondisi normal).. Penyebaran a. Merata (Terdapat di / wilayah bersangkutan) b. Cukup merata (Terdapat di / - / wilayah bersangkutan) c. Kurang merata (Terdapat / wilayah bersangkutan). Status konservasi a. Tidak terdaftar di CITES Appendix b. Terdaftar di CITES Appendix II c. Terdaftar di CITES Appendix I 4. Budidaya a. Produksi HHBK hasil budidaya b. Produksi HHBK 40- hasil budidaya c. Produksi HHBK hasil budidaya 5. Aksesbilitas ke a. Mudah dijangkau moda transportasi sumber HHBK darat dan atau air sepanjang tahun b. Dapat dijangkau moda transportasi darat dan atau air tidak sepanjang tahun c. Sulit dijangkau moda transportasi darat dan atau air sepanjang tahun. Jumlah Kelompok a. Banyak usaha produsen/ (Terdapat 5 kelompok usaha koperasi produsen/ koperasi komoditi
3 . Asosiasi Kelompok Usaha.Aturan tentang komoditi bersangkutan bersangkutan) b. Sedikit (Terdapat -5 kelompok usaha produsen/ koperasi komoditi bersangkutan) c. Tidak ada (Belum ada kelompok usaha produsen/ koperasi komoditi bersangkutan) a. Tinggi (Terdapat asosiasi, koperasi, kelompok tani, dan swasta) b. Sedikit (Terdapat koperasi dan kelompok tani) c. Rendah (hanya terdapat kelompok tani) a. Terdapat aturan berupa peraturan menteri atau lebih tinggi b. Terdapat aturan dari pejabat setingkat Eselon I, Gubernur atau Bupati c. Belum ada aturan tentang komoditi bersangkutan 4. Peran Institusi a. Tinggi (ada dukungan dari berbagai institusi seperti Pemda, UPT, dan LSM) 5. Standar komoditi bersangkutan 6. Sarana/fasilitas pengembangan komoditi bersangkutan b. Sedang (dukungan hanya dari salah satu institusi) c. Rendah (tidak ada dukungan dari institusi) a. Sudah diatur dengan SNI atau standar nasional/internasional lainnya. b. Baru berupa pedoman c. Belum ada standar baku a. Sarana pengembangan bertaraf internasional b. Sarana pengembangan bertaraf nasional c. Sarana pengembangan bertaraf lokal IV Sosial (Bobot 5%). Pelibatan masyarakat a. Melibatkan sebagian besar masyarakat lokal (prosentase yang terlibat >0%) b. Melibatkan sebagian besar masyarakat lokal (5%< prosentase yang terlibat
4 . Kepemilikan Usaha V Teknologi. Teknologi Budidaya (Bobot 5%). Teknologi Pengolahan hasil <0%) c. Melibatkan sebagian besar masyarakat lokal (prosentase yang terlibat <5%) a. Masyarakat lokal bermitra dengan pengusaha b. Hanya dimiliki masyarakat lokal c. Hanya dimiliki pengusaha a. Teknologi telah sepenuhnya dikuasai b. Sebagian teknologi budidaya telah dikuasai c. Teknologi budidaya belum dikuasai a. Teknologi pengolahan hasil untuk meningkatkan hasil tambah sudah dikuasai b. Sebagian teknologi pengolahan hasil sudah dikuasai c. Teknologi pengolahan hasil belum dikuasai
5 Lampiran. Daftar Stakeholders Komoditas HHBK di Kabupaten Humbang Hasundutan Sampel Nama Jenis Kelamin Jenis Stakeholders. T. Nainggolan Laki laki Pedagang besar kemenyan. S. Nainggolan Laki laki Pedagang besar kemenyan. Khalil Sihite Laki laki Pedagang besar kemenyan 4. P. Simbolon Laki laki Pedagang pengumpul kemenyan 5. R. Silaban Laki - laki Pedagang pengumpul kemenyan 6. L. Nainggolan Laki laki Pedagang pengumpul kemenyan 7. P. Manalu Laki laki Pedagang pengumpul kemenyan 8. W. Br. Simbolon Perempuan Pedagang pengumpul kemenyan 9. S. Manulang Laki laki Pedagang pengumpul kemenyan 0. M. Sinaga Laki laki Pedagang pengumpul kemenyan. L. Munte Laki laki Petani pengumpul kemenyan. P. Manulang Laki laki Petani pengumpul kemenyan. A. br. Sitorus Perempuan Petani pengumpul kemenyan 4. M. Munte Laki laki Petani pengumpul kemenyan 5. S. Silaban Laki laki Petani pengumpul kemenyan 6. N. br. Simamora Laki laki Petani pengumpul kemenyan 7. L. Sinaga Laki laki Petani pengumpul kemenyan 8. T. Manulang Laki laki Petani pengumpul kemenyan 9. B. Munte Laki laki Petani pengumpul kemenyan 0 W. Manalu Laki laki Petani pengumpul kemenyan
6 Lampiran. Karakteristik Sosial Ekonomi Stakeholders Komoditas HHBK di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 00 No. Sampel Umur (tahun) Tingkat Pendidikan Pengalaman mengusahakan komoditas Jumlah Tanggungan Keluarga (jiwa) (tahun) HHBK (tahun) Jumlah Rataan 5,4 9,5,5 6
7 Lampiran 4. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Provinsi Sumatera Utara (ton) Tahun 008 No. Jenis HHBK Produksi (ton) / N i. Kemenyan 4.6,46. Kulit Manis 4.977,05. Minyak Nilam 7,09 4. Kemiri.448,6 5. Pala,5 6. Gambir 54,98 7. Aren 6.9,48 8. Pinang.64,7 9. Rotan 9,79 0. Getah Tusam 66,5. Durian 8.80 Total (N) 6.98,5
8 Lampiran 5. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Kabupaten Humbang Hasundutan (ton) Tahun 008 No. Jenis HHBK Produksi (ton) / S i. Kemenyan 05,. Rotan 4,4. Durian 9,8 4. Aren 94,58 Total (S) 7,77
9 Lampiran 6. Penyebaran Komoditas Kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 008 No. Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (ton). Pakkat 57 6,5. Onan Ganjang 09 94,56. Sijamapolang 59 5,5 4. Lintong Nihuta Paranginan Doloksanggul 40,5 46,99 7. Pollung 84 84, 8. Parlilitan 88,5 57,09 9. Tarabintang 7 0,5 0. Bakti Raja - - Humbang Hasundutan 4 05,
10 Lampiran 7. Analisis Metode LQ Komoditas HHBK di Kabupaten Humbang Hasundutan No. Jenis HHBK S i / S N i / N Si / S Ni / N. Kemenyan 0,56 0,0 8. Rotan 0,0009 0,005 0,6. Durian 0,4 0,58 0,69 4. Aren 0,0 0,08 0,7
11 Lampiran 8. Nilai Perdagangan Lokal Kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 009 No. Nama Pedagang Besar Produksi (Ton). Tarsan Nainggolan 7. Robert Pakpahan 7. Kucing 7 4. Nainggolan 7 5. Nainggolan 7 6. Haji 7 7. Simamora 7 Jumlah / Total 49 Perbulan = 49 ton Rp ,-/kg = Rp ,- Pertahun = 49 ton Rp ,-/kg bulan = Rp ,-
12 Lampiran 9. Jumlah KUD dan Non KUD per Kecamatan Tahun 008 No. Kecamatan KUD Non KUD Jumlah. Tarabintang -. Pollung Paranginan - 4. Onan Ganjang Pakkat - 6. Lintong Nihuta 7. Sijamapolang - 8. Bakti Raja Parlilitan Doloksanggul 4 7 Total 6 6
13 Lampiran 0. Jumlah Kelompok Tani dan Jumlah Anggota per Kecamatan Tahun 008 No. Kecamatan Jumlah Kelompok Jumlah Anggota Tani. Tarabintang - -. Pollung - -. Paranginan Onan Ganjang Pakkat Lintong Nihuta Sijamapolang Bakti Raja Parlilitan Doloksanggul - - Total
14 Lampiran. Analisis Matriks Kriteria dan Indikator Penetapan Jenis HHBK Unggulan Komoditas Kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan No. Kriteria Indikator Nilai. Ekonomi (Bobot 5%). Nilai Perdagangan Ekspor. Nilai Perdagangan Lokal. Lingkup Pemasaran 4. Potensi Pasar Internasional 5. Mata Rantai Pemasaran 6. Cakupan Pengusahaan 7. Investasi Usaha. Biofisik dan Lingkungan (Bobot 5%). Potensi Tanaman. Penyebaran. Status Konservasi 4. Budidaya 5. Aksesibilitas ke sumber HHBK. Kelembagaan (Bobot 0%). Jumlah Kelompok Usaha Produsen/Koperasi. Asosiasi Kelompok Usaha. Aturan tentang komoditi bersangkutan 4. Peran Institusi 5.Standard komoditi bersangkutan 6. Sarana/fasilitas pengembangan komoditi bersangkut an 4. Sosial (Bobot 5%). Pelibatan Masyarakat. Kepemilikan Usaha 5. Teknologi (Bobot 5%). Teknologi Budidaya. Teknologi Pengolahan Hasil
15 Lampiran. Analisis Perhitungan Nilai Indikator Tertimbang (NIT) untuk Setiap Kriteria Komoditas Kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan NITk = No. Kriteria B k JI k NI NI max Bk n NI JIk i= N Imax. Ekonomi 5% 7,65. Biofisik dan 5% 5 0 9,99 Lingkungan. Kelembagaan 0% 6 6 7,76 4. Sosial 5% 5,55 5. Teknologi 5% 5,05 Keterangan : NIT = Nilai Indikator Tertimbang k = Kriteria penentuan unggulan ( 5) n = Jumlah indikator dalam tiap kriteria Ni = Nilai indikator tiap kriteria Bk = Besarnya nilai bobot dari kriteria ke k NImax = Nilai indikator terbesar, dalam hal ini JIk = Jumlah indikator untuk kriteria ke k.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.21/Menhut-II/2009 TANGGAL : 19 Maret 2009 I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P./Menhut-II/009 TANGGAL : 9 Maret 009 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kontek ekonomi pemanfaatan hutan selama ini masih memandang hutan sebagai sumberdaya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 21/Menhut-II/2009 TENTANG
th file PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 1/Menhut-II/009 TENTANG KRITERIA DAN INDIKATOR PENETAPAN JENIS HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat senantiasa akan selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dapat diketahui dengan membandingkan keadaan masyarakat
Lebih terperinciJumlah rumah tangga usaha pertanian di Humbang Hasundutan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga
Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Humbang Hasundutan Tahun 2013 sebanyak 34.000 rumah tangga Jumlah perusahaan tidak berbadan hukum atau bukan usaha rumah tangga usaha pertanian di Humbang Hasundutan
Lebih terperinciANALISIS PENETAPAN KOMODITAS UNGGULAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI
ANALISIS PENETAPAN KOMODITAS UNGGULAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI OLEH : YENNY L. BUTAR BUTAR 060304031 AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPopulasi Penelitian Pengawai Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tapanuli Utara. 6 Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Lampiran 1. Populasi Penelitian Pengawai Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tapanuli Utara No Nama SKPD 1 Dinas Pekerjaan Umum Daerah 2 Dinas Kesehatan 3 Dinas Pendidikan dan Pengajaran 4 Dinas Pertanian
Lebih terperinciRENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RKA SKPD )
PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN RENCANA KERJA ANGGARAN ( RKA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2015 URUSAN PEMERINTAHAN 1. 01 Urusan Wajib Pendidikan ORGANISASI 1. 01. 01 Dinas Pendidikan SUB UNIT ORGANISASI
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Humbang Hasundutan terletak antara 2 o 1' - 2 o 28' Lintang
BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Humbang Hasundutan Kabupaten Humbang Hasundutan terletak antara 2 o 1' - 2 o 28' Lintang Utara dan 98 o 10 o - 98 o
Lebih terperinciVisi dan Misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Humbang Hasundutan Periode RIMSO MARULI SINAGA, SH, MH & Ir. S.
Visi dan Misi Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Humbang Hasundutan Periode 2015-2020 RIMSO MARULI SINAGA, SH, MH & Ir. S. DERINCEN HASUGIAN Visi : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Humbang Hasundutan
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DI KABUPATEN KAMPAR - RIAU
STRATEGI PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DI KABUPATEN KAMPAR - RIAU Eni Suhesti, Hadinoto, Muhammad Ikhwan Staff Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Jln. Yos Sudarso Km.
Lebih terperinciHASIL AKHIR SELEKSI CALON SISWA SMA NEGERI 2 LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANGHASUNDUTAN TAHUN 2015 JENIS KELAMIN
HASIL AKHIR SELEKSI CALON SISWA SMA NEGERI 2 LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANGHASUNDUTAN TAHUN 2015 A. ASAL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN (LAKI-LAKI) MOR 1 Jumardi Boy Siburian 1501223 L SMP Negeri 1 Paranginan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS SELATAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT, DAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS SELATAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT, DAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS SELATAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT, DAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya
Lebih terperinciProduksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) Karet , , , , , , ,01
86 Lampiran 1. Rekapitulasi Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Propinsi Sumatera Utara, Tahun 2007 Komoditas Perkebunan Rakyat PTPN PBSN PBSA Luas (Ha) Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) Luas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah merupakan semua peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau, baik dalam bidang politik, militer, sosial, agama, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Kemenyan di Desa Sampean Hutan kemenyan berawal dari hutan liar yang tumbuh tanpa campur tangan manusia. Pohon kemenyan tumbuh secara alami di hutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan Rahmat dan Hidayah- Nya, sehingga buku Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015 dapat kami susun dan sajikan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem dikarenakan hubungan antara masyarakat tumbuh tumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150
Lebih terperinciDUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN
DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18
Lebih terperinciANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Andi Posman Simamora*, Sirojuzilam** dan Supriadi** *Alumni PWD SPs USU **Dosen FE/FP/PWD SPs USU Abstract:
Lebih terperinciJURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :
Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai produsen terbesar di dunia, kelapa Indonesia menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses produksi, pengolahan
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Daerah
No.582, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kabupaten Tapanuli Utara. Provinsi Sumut. Batas Daerah. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu tanaman keras perkebunan. Kopi adalah jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi
Lebih terperinciBUPATI HUMBANG HASUNDUTAN
BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DI KECAMATAN PARLILITAN, KECAMATAN PAKKAT, KECAMATAN TARABINTANG DAN KECAMATAN DOLOKSANGGUL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mengenal batas batas administrasi wilayah, sehingga sudah waktunya strategi
PENDAHULUAN Latar Belakang Dinamika pembangunan di sektor pertanian, dari waktu ke waktu terus berkembang dengan cepat dan kompleks. Program pembangunan di sektor pertanian dititikberatkan pada agribisnis
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman
PENDAHULUAN Latar Belakang Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama gambir (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Berdasarkan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciGETAH JELUTUNG SEBAGAI HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DI LAHAN GAMBUT ( Jelutung's Latex as a Leading Non Timber Forest Product on Peatland)
GETAH JELUTUNG SEBAGAI HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DI LAHAN GAMBUT ( Jelutung's Latex as a Leading Non Timber Forest Product on Peatland) Marinus Kristiadi Harun Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru,
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah
Lebih terperinciPERAN PERTANIAN DI SUMATERA UTARA
PERAN PERTANIAN DI SUMATERA UTARA 1. Peran Dalam Ekonomi PDRB (Produk Domentik Regional Bruto) sektor pertanian di Sumatera Utara da-pat digambarkan sebagai berikut: Peran Pertanian Dalam PDRB Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.
PENDAHULUAN Latar Belakang Kekayaan Negara Indonesia merupakan sebuah anugerah yang tidak ternilai. Seluruh potensi alam yang terkandung baik di dalam perut bumi Indonesia maupun di daratan dan lautan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 8 TAHUN 2006 RETRIBUSI PANGKALAN HASIL PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkebunan telah lama diusahakan oleh masyarakat Sumatera Barat yang berkaitan langsung dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Dari aspek ekonomi, usaha
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga buku Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 dapat kami susun dan sajikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor ke pasar dunia. Dari total produksi kopi yang dihasilkan oleh Indonesia, sekitar 67% kopinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kopi adalah komoditas perkebunan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Komoditas kopi merupakan sumber pendapatan utama bagi tidak kurang dari 1,84 juta keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN PABRIK ES BALOK BANTUAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DI KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH Donggala, 17 November 2015 Yang saya hormati,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan membagi hutan menjadi hutan negara dan hutan hak. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani
Lebih terperinciPENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG PENGADAAN BARANG/JASA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN ANGGARAN 2012 NOMOR
Nama Kegiatan : Pembangunan 2 Ruang Kelas Baru SDN 173316 Paranginan HPS : Rp 184,000,000.00 ADMINISTRASI 1 UD. BANGKIT Pasar Lama Ds. Tapian Nauli Kec. Lintongnihuta 09.989.415.6-127.000 L L L Rp 183,602,000.00
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan dalam pembangunan. Salah satu penyebabnya adalah
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG
V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG 5.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat 5.1.1. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia
PENGEMBANGAN PERTANIAN BERBASIS KOMODITI UNGGULAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Studi Kasus Kabupaten Humbang Hasundutan Hotden Leonardo Nainggolan 1) Johndikson Aritonang 2) Program Studi Agribisnis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian
Lebih terperinciBagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan
Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi pengembangan usaha peternakan. pada
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN
WORKSHOP NASIONAL PENGEMBANGAN GULA KELAPA DAN AREN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN Oleh : Adisatrya Suryo Sulisto Anggota Komisi VI DPR RI Purwokerto, 16-17 Desember 2015 POTENSI
Lebih terperinciSAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014
1 SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang kami hormati, Bapak/Ibu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat
Lebih terperinciAGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PENGERTIAN AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI Agribisnis adalah segala bentuk kegiatan bisnis yang berkaitan dengan usaha tani (kegiatan pertanian) sampai dengan pemasaran komoditi
Lebih terperinciKAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU. Henny Indrawati
Pekbis Jurnal, Vol.3, No.2, Juli 2011: 498-503 KAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU Henny Indrawati Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Riau Email:
Lebih terperinciStrategi dan Arah Kebijakan Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Kukar Bidang Industri Berbasis Pertanian
Strategi dan Arah Kebijakan Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Kukar Bidang Industri Berbasis Pertanian TEMA RKPD KUTAI KARTANEGARA 2018 Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara TAHAPAN RPJPD KUKAR 2016-2020
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciDisampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016
Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66
Lebih terperinciIndustrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015
Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penetapan Harga Pada dasarnya, ada 2 kekuatan besar yang berpengaruh pada pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen
Lebih terperinciC. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga
C. Program PERKREDITAN PERMODALAN FISKAL DAN PERDAGANGAN KEBIJAKAN KETERSEDIAAN TEKNOLOGI PERBAIKAN JALAN DESA KEGIATAN PENDUKUNG PERBAIKAN TATA AIR INFRA STRUKTUR (13.917 ha) Intensifikasi (9900 ha) Non
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang
Lebih terperinciPolicy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017
Policy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017 A. Overview Sektor agribisnis perkebunan Kelapa Sawit Indonesia telah berkembang dari waktu
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA KEMITRAAN PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DI
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi
Lebih terperinciPeluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah
Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah April 2015 Supported by: Dalam Konteks Indonesia dan Kalimantan Tengah Indonesia memiliki 10% dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain
Lebih terperinciPembangunan Bambu di Kabupaten Bangli
BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan
Lebih terperinciALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN, KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih memegang peranan yang penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Salah satu ciri strategi
Lebih terperinciBoks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber
Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber Melesatnya harga minyak bumi dunia akhir-akhir ini mengakibatkan harga produk-produk
Lebih terperinci