BAB I PENDAHULUAN. terhadap integrasi Uni Eropa (Euroscepticism) semakin meluas dan populer di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. terhadap integrasi Uni Eropa (Euroscepticism) semakin meluas dan populer di"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses integrasi Kawasan Uni Eropa kini tengah diuji. Pandangan skeptis terhadap integrasi Uni Eropa (Euroscepticism) semakin meluas dan populer di kalangan masyarakat negara anggota Uni Eropa. Data survey Eurobarometer dari tahun 1990 hingga 2011 menunjukkan adanya peningkatan persepsi publik yang mengatakan bahwa unifikasi negara terhadap Uni Eropa adalah hal yang buruk (European Commission, n.d. a). Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi pandangan skeptis terhadap Uni Eropa diantaranya adalah ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah, ketidakpercayaan terhadap institusi supranasional, kekhawatiran terhadap hilangnya identitas nasional, dan refleksi terhadap kepentingan pribadi (McLaren, 2007). Euroscepticism didorong oleh kebijakan Uni Eropa yang dianggap merugikan (McLaren, 2007). Kebijakan Schengen yang memberikan peluang untuk bergerak secara bebas dalam Area Schengen dan kemajuan pesat ekonomi Uni Eropa telah menarik minat imigran dari negara non- Uni Eropa untuk bermigrasi menuju Uni Eropa (Kasimis, 2012). Akibatnya, angka imigran di Uni Eropa meningkat pesat sejak 1990-an (Triandafyllidou & Gropas, 2007b). Awalnya imigrasi dianggap bermanfaat bagi ketersediaan tenaga kerja (labor supply) di negara penerima migran di Uni Eropa. Namun, seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara penerima migran, imigrasi dipandang sebagai ancaman yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi 1

2 2 (McLaren, 2003). Krisis ekonomi Eropa di tahun 2010 mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran di berbagai negara Uni-Eropa, terutama di Spanyol dan Yunani yang tingkat penganggurannya mencapai lebih dari 20% (Eurostat, 2014). Selain itu, jumlah imigran yang besar juga dapat menjadi ancaman terhadap nilainilai budaya yang menjadi identitas nasional masyarakat lokal negara anggota Uni Eropa (Jozwiak, 2012). Ancaman ekonomi dan budaya ini kemudian memicu ketegangan antara masyarakat lokal dengan penduduk imigran yang cenderung berujung pada tindak kekerasan terhadap imigran. Tindak kekerasan yang muncul seperti pelecehan, pemukulan, penikaman, bahkan pembunuhan. Penyerangan terhadap imigran di Yunani mencapai 900 kasus sejak tahun 2010 (Kotsoni, 2013). Berbagai tindakan kekerasan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengintimidasi para imigran untuk kembali ke negara asalnya. Alih-alih mendeportasi para imigran, pemerintah negara-negara penerima migran di Uni Eropa justru memberlakukan kebijakan regularisasi dan reunifikasi yang memberikan kesempatan bagi imigran untuk tetap berada di negara tersebut. Bahkan, kebijakan untuk membatasi jumlah imigran yang masuk dinilai tidak efektif, sebab masuknya imigran tercatat tetap tinggi di berbagai negara Uni-Eropa (McLaren, 2003). Keinginan masyarakat lokal untuk memulangkan penduduk imigran dari negara mereka tidak dapat terakomodasi dengan baik oleh partai politik mainstream yang mendominasi pemerintahan. Akibatnya, masyarakat lokal memilih untuk memberi dukungan pada partai politik radikal kanan yang menawarkan agenda politik anti-imigrasi. Sejak tahun 1980-an, dukungan terhadap partai radikal kanan di Eropa mengalami peningkatan (Mudde, 2014). Terdapat 14

3 3 dari 27 negara anggota Uni Eropa yang memiliki anggota dewan parlemen dari partai radikal kanan (Red Pepper, 2009). Salah satu partai radikal kanan yang sukses meraih dukungan suara adalah Partai Golden Dawn di Yunani pada tahun Peningkatan dukungan terhadap partai radikal kanan di Yunani ditunjukkan dengan meningkatnya elektabilitas partai radikal kanan Golden Dawn dalam pemilu parlemen Yunani tahun Hasil pemilihan umum Parlemen Yunani menunjukkan hasil yang menarik. Dua partai mainstream Yunani yaitu Partai New Democracy (ND) dan Partai Pan Hellenic Socialist Movement (PASOK) mengalami penurunan perolehan suara yang cukup tinggi dibandingkan hasil pemilu sebelumnya. Sementara, partai radikal kanan Golden Dawn berhasil memperoleh peningkatan perolehan suara secara drastis sehingga berhasil menduduki 18 kursi di parlemen Yunani (Igraphics, 2012). Padahal, Partai Golden Dawn tidak pernah memperoleh dukungan suara lebih dari 1% pada pemilu sebelumnya (Hellenic Republic Ministry of Interior, 2014). Perolehan ini merupakan keberhasilan terbesar sejak partai tersebut berdiri pada tahun Peningkatan elektabilitas Partai Golden Dawn pada pemilu Parlemen Yunani tahun 2012 menjadi menarik sebab Golden Dawn tidak pernah meraih perolehan suara yang tinggi sebelumnya. Selain itu, ideologi yang diadopsi oleh Partai Golden Dawn mirip dengan ideologi partai radikal kanan lainnya di Eropa. Ideologi tersebut ialah fasisme atau nasionalisme. Ideologi ini sebenarnya tidak populer di Yunani pasca berakhirnya pemerintahan junta militer tahun Peningkatan perolehan suara Partai Golden Dawn yang tinggi dipengaruhi oleh berbagai agenda politik yang ditawarkan oleh partai tersebut. Salah satu

4 4 agenda politik yang ditawarkan adalah kebijakan anti-imigrasi yang bertujuan untuk mengurangi imigran di Yunani. Agenda politik anti-imigrasi tersebut berbeda dengan kebijakan imigrasi yang diimplementasikan oleh Pemerintah Yunani. Kebijakan imigrasi Pemerintah Yunani sejak tahun 1997 menunjukkan bahwa pemerintah masih mentolerir keberadaan penduduk migran ilegal di Yunani (Kiprianos, et al., 2003). Penelitian ini menganalisis pengaruh agenda politik antiimigrasi partai radikal kanan di Kawasan Uni Eropa dengan melihat contoh kasus kemenangan partai radikal kanan Golden Dawn pada pemilu Parlemen Yunani tahun Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menjelaskan mengapa agenda politik anti-imigrasi Partai Golden Dawn dapat mempengaruhi perolehan suara partai tersebut pada pemilu Parlemen Yunani tahun Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh agenda politik anti-imigrasi Partai Golden Dawn terhadap perolehan suara partai tersebut dalam pemilu Parlemen Yunani tahun 2012.

5 5 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman mengenai pengaruh agenda politik anti-imigrasi pada perubahan dukungan publik terhadap partai politik sayap kanan dalam suatu negara. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjelaskan peningkatan peran kawasan dalam isu imigrasi yang mempengaruhi pembuatan kebijakan imigrasi di tingkat domestik yang tidak lagi mengakomodir kepentingan masyarakat lokal. Ini dapat memberikan manfaat praktis bagi pengambil kebijakan suatu negara bahwa kebijakan domestik yang diambil sebagai hasil dari perjanjian integrasi suatu kawasan harus tetap mencerminkan kepentingan nasionalnya. Penelitian ini juga bermanfaat bagi akademisi Ilmu Hubungan Internasional yang menekuni kajian kawasan bahwa kebijakan di tingkat kawasan dapat memunculkan dukungan terhadap partai politik radikal kanan di tingkat domestik. 1.5 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan beberapa literatur sebagai kajian yang menurut Peneliti relevan dengan fokus penelitian ini. Literatur pertama yang digunakan oleh Peneliti adalah tulisan karya Antonis A. Ellinas (2013) yang berjudul The Rise of Golden Dawn: The New Face of the Far Right in Greece. Tulisan ini membahas secara umum beberapa faktor yang menjadi penyebab peningkatan elektabilitias Partai Golden Dawn pada pemilu Faktor-faktor tersebut antara lain; sistem politik Yunani yang korup dan sarat dengan praktik patronase, dampak dari krisis ekonomi Yunani, peningkatan perhatian publik pada isu imigrasi dan persepsi

6 6 publik tentang kegagalan kinerja pemerintah dalam menangani isu imigran ilegal, posisi Partai Golden Dawn di tengah masyarakat Yunani sebagai partai yang mengusung nasionalisme ekstrim, konsistensi Partai Golden Dawn sebagai partai anti-imigrasi yang terwujud dalam agenda politik partai dan aksi kekerasan terhadap penduduk migran, dan pemberitaan mengenai Partai Golden Dawn oleh media. Ellinas (2013) menggunakan teori Critical Elections oleh Valdimer Orlando Key, Jr. dalam menganalisis peningkatan elektabilitas Partai Golden Dawn pada pemilu Parlemen Yunani tahun Teori Critical Elections menjelaskan salah satu tipe pemilu yang memiliki ciri adanya perubahan besar yang terjadi pada pola dukungan publik terhadap partai politik mainstream. Teori ini juga menjelaskan bahwa perubahan pola dukungan masyarakat tersebut dapat bertahan dengan stabil hingga beberapa pemilu yang akan datang. Critical Elections terjadi bila intensitas dukungan publik dalam pemilu sangat tinggi, terdapat perubahan yang besar pada pola hubungan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat, dan munculnya kelompok pendukung baru (electorate grouping) dalam kehidupan politik masyarakat. Pemilu Parlemen Yunani tahun 2012 merupakan Critical Election di Yunani (Ellinas, 2013). Pemilu tersebut telah memunculkan kelompok pendukung (electoral grouping) baru yang suportif terhadap kebijakan anti-imigrasi yang ditawarkan oleh Partai Golden Dawn. Hal ini menurut Ellinas (2013) dipengaruhi oleh keadaan ekonomi Yunani sejak tahun 2008 yang terus memburuk. Pendekatan ekonomi menjadi fokus utama dalam tulisan Ellinas (2013) untuk menjelaskan perubahan pola dukungan masyarakat Yunani pada pemilu Parlemen Yunani tahun 2012.

7 7 Penjelasan Ellinas (2013) mengenai berbagai faktor yang mendukung peningkatan elektabilitas Partai Golden Dawn memberikan gambaran kepada Peneliti mengenai penyebab perubahan pola dukungan publik terhadap partai politik mainstream di Yunani pada tahun Penelitian ini juga menganalisis peningkatan elektabilitas Partai Golden Dawn pada pemilu Parlemen Yunani tahun Namun, penelitian ini menganalisis pengaruh agenda politik anti-imigrasi sebagai faktor yang mendukung peningkatan elektabilitas Partai Golden Dawn. Ini berbeda dengan tulisan Ellinas (2013) yang menggunakan teori Critical Election dan berfokus pada aspek ekonomi dalam menjelaskan fenomena tersebut. Tulisan kedua yang digunakan oleh Peneliti sebagai referensi adalah tulisan karya Andrew Geddes (2005) yang berjudul Europe s Border Relationships and International Migration Relations. Geddes (2005) menjelaskan bahwa keterkaitan antara pola hubungan perbatasan (border relations) negara anggota Uni Eropa dan migrasi internasional merupakan faktor penentu dimensi eksternal dari kebijakan suaka dan migrasi Uni Eropa yang menjadi semakin penting pasca Perang Dunia II. Pola perbatasan yang dimaksud Geddes (2005) tersebut terbagi atas tiga tipe; perbatasan teritori (territorial), organisasi (organizational), dan konseptual (conceptual). Perkembangan isu imigrasi yang semakin kompleks di Eropa pasca Perang Dunia II dalam tulisan Geddes (2005) menunjukkan bahwa isu imigrasi menjadi isu yang sentral bagi Uni Eropa. Ini terlihat dari arah kebijakan imigrasi Uni Eropa yang mencoba menekan jumlah imigran yang masuk ke Uni Eropa dengan berbagai kebijakan, baik berupa kebijakan kontrol arus masuk imigran, maupun kebijakan

8 8 preventif yang dilakukan pada negara asal para imigran. Kebijakan preventif yang merupakan dimensi eksternal dari kebijakan migrasi Uni Eropa ini menunjukkan bahwa peran Uni Eropa dalam isu imigrasi mengalami peningkatan sebab dalam kebijakan tersebut Uni Eropa mengintegrasikan isu imigrasi ke dalam isu keamanan dan isu sentral lainnya yang menjadi perhatian utama seluruh negara anggota Uni Eropa. Ini berarti, isu imigrasi tidak lagi menjadi isu yang hanya dikelola oleh pemerintah negara anggota Uni Eropa saja. Isu imigrasi menjadi sebuah isu sentral yang menjadi pilar berbagai aspek kebijakan Uni Eropa yang meliputi kebijakan luar negeri dan keamanan (foreign and security policy), keadilan dan urusan dalam negeri (justice and home affairs), dan perdagangan dan pembangunan (trade and development). Sejak tahun 2004 usaha untuk mengintegrasikan berbagai aturan (acquis) mengenai suaka dan migrasi Uni Eropa kepada negara anggota Uni Eropa telah dilakukan secara intensif. Geddes (2005) juga mengungkapkan bahwa terjadi perubahan yang besar pada definisi batas teritori negara anggota Uni Eropa. Ini berdampak pada perubahan proses pembuatan kebijakan imigrasi di tingkat nasional. Perjanjian Schengen menyebabkan batas teritori negara anggota Uni Eropa tidak lagi menjadi tanggung jawab negara tersebut secara penuh, melainkan menjadi tanggung jawab bersama. Hal ini terlihat pada Program The Hague yang mengkonsolidasi berbagai aturan mengenai migrasi dan suaka seperti sistem suaka Eropa bersama (Common European Asylum System), aturan bersama mengenai imigrasi legal (common measures on legal immigration), sistem informasi

9 9 Schengen (the Schengen information system), dan aturan visa bersama (common visa rules). Tulisan Andrew Geddes (2005) berkontribusi dalam menjelaskan hubungan antara regionalisme Uni Eropa dengan kebijakan imigrasi yang berlaku di negara anggota Uni Eropa. Geddes (2005) menjelaskan bahwa isu imigrasi yang semakin meluas pasca Perang Dunia II menyebabkan peran Uni Eropa menjadi semakin aktif dalam mengatur arus imigrasi. Uni Eropa kemudian melakukan berbagai langkah konsolidasi batas teritori melalui berbagai inisiatif dan program untuk mengatur imigrasi. Ini menunjukkan bahwa kebijakan integrasi Uni Eropa memiliki pengaruh yang besar terhadap pembuatan kebijakan imigrasi di tingkat nasional. Tulisan ketiga yang digunakan Peneliti adalah tulisan karya Scott H. Corroon (1989) yang berjudul The Re-emergence of Europe s Far-Right. Corroon (1989) menjelaskan dalam tulisannya bahwa sejak tahun 1980-an, partai sayap kanan ekstrim (far-right party) memperoleh peningkatan dukungan publik secara drastis (Corroon, 1989). Tulisan Corroon (1989) mendeskripsikan fenomena peningkatan dukungan publik terhadap partai sayap kanan ekstrim Republican Citizens Party (RCP) dan National Democratic Party (NDP) di Jerman Barat dan Partai National Front di Perancis. Peningkatan dukungan publik ini menurut Corroon (1989) disebabkan oleh kekecewaan masyarakat terhadap partai politik mainstream untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi masyarakat Jerman Barat dan Perancis pada saat itu (Corroon, 1989). Kegagalan partai politik mainstream dalam menanggulangi persoalan publik di Jerman dan Perancis seperti jumlah penduduk migran yang tinggi, tingkat

10 10 pengangguran yang tinggi, dan pengurangan anggaran jaminan sosial, telah mendorong masyarakat di Jerman dan Perancis untuk melakukan aksi protes dengan memberikan dukungan terhadap partai politik sayap kanan ekstrim dalam pemilu (Corroon, 1989). Isu imigrasi merupakan faktor utama yang mendorong masyarakat Jerman dan Perancis untuk mendukung Partai RCP, NDP, dan National Front (Corroon, 1989). Tulisan Corroon (1989) memberikan kontribusi bagi Peneliti dalam melihat fenomena peningkatan dukungan terhadap partai politik sayap kanan ekstrim di Eropa sejak tahun 1980-an. Ini membantu peneliti dalam mendeskripsikan kebangkitan partai sayap kanan ekstrim di Eropa, terutama Eropa bagian barat dan utara. Corroon (1989) juga menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara isu imigrasi dan dukungan terhadap partai sayap kanan ekstrim. Peneliti mengembangkan argumen Corroon (1989) mengenai fenomena tersebut. Peneliti menganalisis pengaruh kebijakan integrasi Uni Eropa terhadap perolehan suara Partai Golden Dawn dalam pemilu Parlemen Yunani tahun Ini akan mengembangkan argumen Corroon (1989) bahwa peningkatan dukungan terhadap partai sayap kanan juga dapat terjadi pada negara anggota Uni Eropa bagian selatan seperti Yunani. 1.6 Kerangka Pemikiran Analisis mengenai pengaruh kebijakan integrasi Uni Eropa terhadap perolehan suara partai radikal kanan Golden Dawn pada pemilu Parlemen Yunani

11 11 tahun 2012 dilakukan dengan berpedoman pada kerangka pemikiran yang disusun Peneliti EU Issue Voting dan Integrasi Peneliti menggunakan sebuah teori EU Issue Voting yang diungkapkan oleh Catherine E. De Vries (2007). Vries (2007) menganalisis penyebab pengaruh integrasi Uni Eropa terhadap elektabilitas partai politik pada pemilu nasional negara anggota Uni Eropa dengan membandingkan hasil pemilu Negara Inggris, Denmark, Belanda, dan Jerman dari tahun 1992 hingga Proses integrasi Uni Eropa yang semakin erat menyebabkan peran Uni Eropa yang semakin tinggi. Ini terlihat dari meningkatnya otoritas yuridis Uni Eropa pada berbagai aspek kebijakan. Aspek kebijakan tersebut antara lain integrasi pasar, kebijakan imigrasi dan luar negeri, kebijakan mata uang tunggal, dan sebagainya. Namun, tidak semua masyarakat Eropa setuju dengan hal ini sehingga Vries (2007) mengungkapkan bahwa terdapat opini publik yang skeptis terhadap integrasi Uni Eropa. Opini publik yang skeptis ini dirasakan secara meluas namun belum diekspresikan secara jelas karena minimnya partai politik yang menawarkan agenda politik anti-uni Eropa. Vries (2007), meminjam istilah dari Van der Eijk dan Franklin (2004), menyebut fenomena ini sebagai Raksasa Tidur (Sleeping Giant) yang dapat sewaktu-waktu dibangunkan oleh partai politik yang diuntungkan dengan menawarkan agenda politik anti-uni Eropa. Bila hal ini terjadi, Vries (2007) mengungkapkan bahwa pola hasil pemilu nasional negara anggota Uni Eropa dapat terpengaruhi. Integrasi Uni Eropa dapat mempengaruhi hasil pemilu di tingkat nasional sebab isu integrasi Uni Eropa merupakan agenda alternatif yang dapat dieksploitasi oleh

12 12 partai politik radikal kiri atau kanan untuk memobilisasi massa agar mendukung partai politik tersebut seperti yang telah diungkapkan oleh Vries (2007): Extreme, Eurosceptic parties, have an electoral incentive to play up the EU issue far left and far right political entrepreneurs have strategic incentive to mobilize the EU issue in order to reap electoral gains. Partai politik radikal kiri dan kanan cenderung skeptis terhadap integrasi Uni Eropa (Eurosceptic) sebab berlawanan dengan landasan ideologi ekstrim partai mereka. Partai radikal kiri cenderung menolak integrasi Uni Eropa sebab integrasi tersebut mengarah pada paradigma neo-liberalisme yang berlawanan dengan paradigma Marxisme yang diusung partai radikal kiri. Integrasi Uni Eropa juga cenderung ditentang oleh partai radikal kanan sebab integrasi Uni Eropa dinilai mengikis kedaulatan negara dan identitas nasional. Ini sesuai dengan pernyataan Vries (2007): Eurocepticism is rooted in the partisan ideology of far left and far right parties radical right parties oppose European integration because it erodes national sovereignty and national identity; the radical left resists further integration in Europe owing to its neo-liberal character. Perbedaan tersebut kemudian menyebabkan partai radikal kiri dan radikal kanan melakukan kampanye secara masif dan berperan aktif untuk menolak integrasi Uni Eropa lebih jauh lagi. Ini terlihat dari berbagai agenda politik mereka yang tidak suportif terhadap kebijakan integrasi Uni Eropa. Teori Vries (2007) juga mengungkapkan bahwa perubahan pola dukungan publik terhadap partai radikal kanan dapat terjadi bila isu mengenai integrasi Uni Eropa merupakan isu yang dominan (high EU issue salience) dalam sebuah negara dan tingkat konflik antar partai mengenai isu integrasi Uni Eropa tinggi (high partisan conflict).

13 13 Teori yang diungkapkan oleh Vries (2007) ini digunakan Peneliti untuk menganalisis bagaimana respon masyarakat Yunani terhadap integrasi Uni Eropa, khususnya dalam isu imigrasi dan kaitannya dengan usaha Partai Golden Dawn mendapatkan dukungan publik dengan menawarkan agenda politik anti-imigrasi. Agenda politik anti-imigrasi yang ditawarkan Partai Golden Dawn merupakan agenda politik yang tidak suportif terhadap integrasi Uni Eropa, sebab agenda tersebut berbeda dengan kebijakan imigrasi Uni Eropa yang berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan dan suportif terhadap imigran. Integrasi Uni Eropa yang semakin kuat menyebabkan kebijakan imigrasi model Uni Eropa harus diterapkan pada kebijakan imigrasi di tingkat nasional. Kesenjangan antara kebijakan imigrasi model Uni Eropa dan kebijakan imigrasi yang dikehendaki masyarakat Eropa dapat memicu pandangan skeptis yang lebih besar terhadap integrasi Uni Eropa seperti yang diungkapkan oleh Vries (2007). Peneliti menggunakan konsep integrasi Uni Eropa untuk lebih memahami bagaimana integrasi Uni Eropa dapat mempengaruhi kebijakan imigrasi di Yunani. Integrasi Uni Eropa berkaitan dengan konsep regionalisme. Fawcett (2004) mendefinisikan regionalisme sebagai sebuah kebijakan ketika aktor negara dan non-negara saling bekerja sama dan mengkoordinasikan strategi untuk berbagai isu dalam sebuah kawasan (region). Regionalisme tercipta akibat munculnya permasalahan bersama (common concern) yang menuntut adanya sebuah mekanisme kerja sama lintas batas kedaulatan negara-negara yang mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Misalnya, permasalahan ekonomi yang dialami negara-negara Eropa pasca Perang Dunia I dan II telah mendorong

14 14 terciptanya kerja sama kawasan. Alasannya, kerja sama ekonomi dan perang merupakan dua hal yang saling bertentangan sebab tidak mungkin kerja sama ekonomi antara dua pihak dapat terjalin bila kedua pihak sedang terlibat perang. Begitu juga sebaliknya, bila kerja sama ekonomi antara kedua pihak terjalin erat dan saling menguntungkan, maka kemungkinan terjadinya perang antar kedua pihak semakin minim terjadi. Kedua pihak akan senantiasa mengusahakan pendekatan damai dalam menyelesaikan konflik demi menghindari perang dan rusaknya kerja sama ekonomi yang terjalin. Hal ini kemudian menjadi dasar pemikiran bahwa demi menjaga perdamaian, kerja sama antar negara Eropa harus ditingkatkan. Studi regionalisme menjelaskan bahwa kerja sama di tingkat kawasan dapat ditingkatkan melalui proses integrasi kawasan. Louise Fawcett & Andrew Hurrell (1995) menjelaskan mengenai proses integrasi sebuah organisasi kawasan dapat dimulai dengan tahapan kerjasama ekonomi, kemudian berlanjut ke tahapan politik dan identitas seperti yang dapat dilihat pada model integrasi Uni Eropa. Integrasi sebuah kawasan dapat dipahami sebagai bentuk peningkatan peran dan fungsi sebuah organisasi kawasan dalam mengatur hubungan antar negara anggotanya dan negara di luar kawasan dan berbagai kebijakan yang berlaku di tingkat kawasan. Uni Eropa merupakan entitas supranasional yang memiliki pengaruh besar pada pembuatan kebijakan sosial dan ekonomi negara anggotanya. Melalui Piagam Maastricht tahun 1992, Uni Eropa (pada saat itu disebut European Community) sebagai entitas supranasional memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai aturan yang berlaku di kawasan Uni Eropa sekaligus memiliki pengaruh

15 15 langsung terhadap proses pembuatan kebijakan domestik negara anggotanya. Peran Uni Eropa yang semakin kuat ini ditunjukkan dengan penetapan tiga pilar Uni Eropa melalui Piagam Maastricht. Ketiga pilar tersebut meliputi Komunitas Eropa (European Communities), Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Terintegrasi (Common Foreign and Security Policy), dan Kerja Sama Kepolisian dan Peradilan dalam Isu Kriminal (Police and Judicial Cooperation in Criminal Matters) (EUR- Lex, 2010). Peneliti menggunakan pilar Komunitas Eropa dalam menjelaskan integrasi Uni Eropa yang semakin kuat sehingga mengaburkan identitas nasional masyarakat Eropa dengan menguatkan identitas Komunitas Eropa yang sama. Pilar Komunitas Eropa terdiri dari Treaty of Rome yang telah di revisi berdasarkan Single European Act, Pasar Tunggal (Single Market), Demokratisasi Institusi (Democratization of the Institutions), Kewarganegaraan Eropa (European Citizenship), dan Uni Ekonomi dan Moneter (Economic and Monetary Union) (ILSP, 2000). Melalui pilar ini, Uni Eropa menegaskan bahwa tiap individu yang merupakan warga negara anggota Uni Eropa adalah masyarakat Uni Eropa. Hakhak yang dimiliki oleh masyarakat Uni Eropa diantaranya (European Council, 1992); (1) berhak berpindah dan menetap di negara Uni Eropa manapun, (2) Berhak memilih dan dipilih sebagai anggota dewan Parlemen Uni Eropa mewakili negara tempat ia tinggal, (3) berhak memilih dan dipilih sebagai anggota dewan perwakilan tingkat daerah di negara tempat ia tinggal, (4) berhak mendapatkan perlindungan diplomatik dari negara anggota Uni Eropa manapun di negara ketiga (non-uni Eropa) ketika negara asal individu tersebut tidak memiliki perwakilan diplomatik di negara ketiga tersebut, dan sebagainya. Hak-hak tersebut telah mengaburkan

16 16 batas negara anggota Uni Eropa. Masyarakat Uni Eropa tidak lagi hanya menjadi bagian dari negara asalnya, namun juga bagian dari sebuah organisasi kawasan supranasional. Pilar Komunitas Eropa telah menciptakan sebuah identitas Komunitas Eropa yang berada di atas identitas nasional masyarakat Uni Eropa (EUR-Lex, 2010). Alasannya, pilar Komunitas Eropa menyebabkan peran Dewan Uni Eropa (European Council) semakin kuat melalui penetapan mekanisme pengambilan keputusan co-decision procedure yang diatur dalam Pasal 189 Piagam Maastricht. Mekanisme co-decision procedure adalah suatu mekanisme yang memperbolehkan Dewan Uni Eropa bersama dengan Parlemen Uni Eropa menetapkan berbagai aturan (regulations), keputusan (decision), dan instruksi (directive) yang bersifat mengikat (European Council, 1992). Proses pengambilan keputusan melalui mekanisme ini menunjukkan bahwa masyarakat Uni Eropa harus tunduk pada kebijakan yang telah disepakati bersama tanpa menghiraukan posisi pemerintah negara asalnya terhadap kebijakan tersebut. Berdasarkan hal ini, identitas masyarakat Uni Eropa sebagai bagian dari sebuah Komunitas Eropa memiliki posisi lebih tinggi daripada identitas nasionalnya. Penguatan peran regionalisme menimbulkan setidaknya dua reaksi. Pertama, regionalisme dapat mendorong peningkatan jumlah imigran. Kedua, peran organisasi kawasan sebagai wujud regionalisme yang semakin kuat dapat menuai reaksi negatif dari masyarakat lokal negara anggotanya (Betts, 2009, hal. 170 & Ash, 1998).

17 Imigrasi Pengertian imigrasi merujuk pada perpindahan lintas batas negara yang dilakukan oleh individu dengan identitas kebangsaan (nationality) yang berbeda. Imigrasi mencakup peran negara dalam mengontrol arus keluar-masuk imigrasi dalam wilayah kedaulatan negara (Torpey, 2000). Ini meliputi berbagai kebijakan tentang imigrasi yang pada proses pembuatannya dipengaruhi oleh berbagai hal, termasuk rezim supranasional yang mengatur tentang imigrasi. Imigrasi juga mencakup identifikasi individu terhadap negara (Guild, 2009). Istilah imigrasi hanya akan memiliki makna apabila individu yang berpindah-pindah memiliki identitas yang diakui. Elspeth Guild (2009) kemudian menyebutkan bahwa imigrasi melibatkan kedaulatan negara dalam mendefinisikan warga negara (citizen) dan warga asing (foreigner). Dengan kata lain, imigrasi tidak hanya mencakup perpindahan individu ke negara lain, namun juga mencakup perbedaan hak yang dimiliki seorang imigran dengan seorang warga negara. Motivasi seorang individu untuk melakukan migrasi ke wilayah negara lain sangat beragam. Menurut data laporan Eurostat (2000), motivasi atau alasan tersebut terbagi dalam tiga kategori, yaitu: 1. Alasan Ekonomi: meliputi ketersediaan lapangan pekerjaan, keadaan atau perlakuan dalam bekerja, potensi karir yang lebih baik, upah yang lebih baik, dan standar kehidupan yang lebih baik. 2. Alasan Keluarga: meliputi reunifikasi dengan anggota keluarga dan pernikahan.

18 18 3. Alasan Lainnya: meliputi pendidikan, ketakutan terhadap perang atau perlakuan buruk (persecution), pensiun, habis kontrak, keinginan untuk kembali ke daerah asal (homesickness), pengusiran (expulsion), dan sebagainya. Imigran yang berpindah ke sebuah negara untuk mencari pekerjaan cenderung menempati sektor ekonomi informal dengan upah yang rendah. Ini menciptakan preferensi terhadap pekerja imigran dibandingkan pekerja lokal bagi para pengusaha, sehingga persaingan lapangan kerja pada sektor informal dan peningkatan upah minimum pekerja informal yang rendah sangat mungkin terjadi (Keeton, 2005). Imigrasi juga memiliki hubungan yang berbanding lurus terhadap peningkatan kriminalitas. Ini semakin jelas terlihat apabila keadaan ekonomi di negara penerima imigran sedang berada pada situasi krisis (Hadjimatheou, 2012). Tingginya jumlah imigran di sebuah negara menyebabkan semakin tinggi pula beban anggaran pemerintah dalam penyediaan layanan publik. Selain itu, kinerja pemerintah dalam menyediakan layanan publik secara optimal pun kian menurun akibat jumlah imigran yang tinggi (Congressional Budget Office, 2007). Bentuk lain dari ancaman yang dapat timbul akibat adanya arus masuk imigran adalah jumlah imigran yang tinggi dapat memodifikasi komposisi etnis sebuah negarabangsa. Ini tentu saja akan mengancam kestabilan kontrak sosial antara warga negara dan negara yang juga nantinya akan mengancam legitimasi negara tersebut (Hollifield, 2004).

19 Politico-Territorial Identity Politico-territorial identity adalah sebuah konsep yang menjelaskan identitas individu yang terbentuk dari latar belakang politik seseorang dalam sebuah wilayah teritori (Knight, 1982). Identitas individu menurut konsep ini terbentuk karena individu tersebut tinggal dan berada dalam sebuah wilayah teritori entitas politik yang sama sehingga definisi politico-territorial identity sebuah kelompok masyarakat bergantung pada abstraksi identitas mereka terhadap legitimasi entitas politik pada berbagai tingkatan dalam wilayah tersebut. Abstraksi identitas seorang individu berbeda-beda pada tiap tingkatan hirarki organisasi politik. Hirarki organisasi politik yang dimaksud Knight (1982, hal. 515) adalah ruang lingkup organisasi politik tersebut dimulai dari organisasi politik di tingkat lokal atau daerah yang memiliki ruang lingkup kecil hingga organisasi di tingkat supranasional yang ruang lingkupnya sangat luas dan terdiri dari berbagai organsisasi politik lainnya. Abstraksi identitas yang berbeda-beda ini menyebabkan keterikatan individu yang berbeda pula pada tiap tingkatan hirarki organisasi politik. Meskipun demikian, abstraksi identitas tiap individu, menurut Knight (1982), sangatlah kuat di tingkat nasional bila dibandingkan di tingkat yang lebih luas seperti kawasan dan global. Ini disebabkan karena individu yang tergabung dalam sebuah komunitas bangsa memiliki hubungan keterikatan yang kuat terhadap teritori yang sama (common territory). Reaksi terhadap unifikasi sebuah negara ke dalam sebuah organisasi kawasan yang lebih luas dapat berupa reaksi positif dan negatif. Reaksi negatif adalah reaksi yang mengidentifikasi tiap individu secara unik eksklusif sehingga

20 20 menciptakan antagonisme dengan individu lain yang identitasnya berbeda. Knight menyatakan bahwa keterikatan individu pada komunitas yang lebih kecil disebabkan oleh adanya penolakan terhadap unifikasi identitas pada komunitas yang lebih luas dan adanya keinginan untuk menentukan nasib sendiri. Konsep politico-territorial identity kemudian menjelaskan reaksi negatif terhadap unifikasi negara pada sebuah organisasi kawasan. Proses integrasi Uni Eropa melalui penguatan peran Uni Eropa dalam kebijakan imigrasi kawasan memicu reaksi negatif dari masyarakat yang menolak untuk meleburkan identitas mereka menjadi sebuah identitas Eropa yang sama. Identitas Eropa yang dimaksud adalah nilai-nilai yang disepakati oleh Uni Eropa seperti menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan individu untuk berpindah ke mana saja. Reaksi negatif juga ditunjukkan oleh masyarakat yang resisten terhadap pengaruh Uni Eropa yang semakin meningkat dalam proses pembuatan kebijakan imigrasi di tingkat domestik. Reaksi ini diekspresikan melalui dukungan publik terhadap partai radikal kanan di berbagai negara anggota Uni Eropa yang menawarkan agenda politik antiimigrasi sebagai alternatif dari kebijakan imigrasi Uni Eropa Partai Radikal Kanan Partai radikal kanan merupakan tipe partai politik yang menganut ideologi sayap kanan ekstrim dalam spektrum ideologi politik. Spektrum ideologi politik menjelaskan perspektif politik kiri dan kanan. Norberto Bobbio (1996) menyebutkan bahwa perspektif dalam spektrum ideologi politik dibedakan berdasarkan prinsip kesetaraan (equality) dan ketidaksetaraan (inequality).

21 21 Semakin mengarah ke kiri, maka semakin kental pula suatu perspektif politik terhadap prinsip kesataraan (equality). Maksudnya, semakin mengarah ke kiri (semakin ekstrim kiri), maka semakin tinggi pula kepercayaan dalam sebuah perspektif politik bahwa seluruh manusia adalah sama dan oleh sebab itu memiliki hak yang sama. Perspektif politik kiri akan menghasilkan berbagai bentuk kebijakan politik yang bertujuan untuk mendistribusikan manfaat atau kesejahteraan secara seimbang (sama rata) kepada sebagian, bila tidak seluruh, masyarakat. Sebaliknya, semakin mengarah ke kanan (semakin ekstrim kanan), maka semakin kental suatu perspektif politik terhadap prinsip ketidaksetaraan (inequality). Maksudnya, semakin mengarah ke kanan, maka semakin tinggi pula kepercayaan dalam sebuah perspektif politik bahwa seluruh manusia sejatinya tidaklah sama dan oleh sebab itu memiliki hak yang tidak sama pula. Perspektif politik kanan percaya bahwa ketidaksetaraan justru dapat menciptakan komunitas masyarakat yang lebih baik (Bobbio, 1996). Perspektif politik kanan akan menghasilkan berbagai kebijakan politik yang mengarah pada penjaminan kebebasan tiap individu dalam memenuhi kebutuhannya dan mengusahakan kesejahteraannya tanpa harus dibatasi oleh negara (libertan). Berbagai perspektif politik (kiri dan kanan) ini kemudian mempengaruhi ideologi politik yang diadopsi oleh partai politik yang tampak dari berbagai karakteristik partai, termasuk agenda politiknya. Partai politik sayap kiri lebih egaliter daripada partai sayap kanan (nonegaliter) (Bobbio, 1996). Partai sayap kanan ekstrim adalah partai yang percaya bahwa negara dapat menjadi lebih kuat dengan cara homogenisasi (satu negara satu kultur) (Rydgren,

22 ). Partai ini juga bercermin pada nilai-nilai tradisional di masa lalu yang kemudian dijadikan acuan dalam kehidupan bernegara (konservatif). Pengakuan terhadap hak individu warga negara secara universal merupakan tujuan sekunder sebuah negara menurut perspektif partai kanan ekstrim. Tujuan utamanya adalah memperkuat posisi negara dengan cara homogenisasi etnis warga negara dan berpedoman pada nilai-nilai tradisional. Partai radikal kanan adalah partai politik yang mengadopsi paham radikal kanan sebagai landasan ideologis partainya. Paham radikal kanan merupakan varian yang berbeda dengan paham kanan ekstrim (right-wing extremist). Menurut Cas Mudde (2000), paham kanan ekstrim merupakan sebuah paham yang menolak dengan tegas segala prosedur dan nilai demokrasi. Partai yang berpaham kanan ekstrim cenderung menjadi sebuah partai politik yang mencoba merombak tatanan pemerintahan demokrasi di suatu negara, bila tidak hingga merombak sistem konstitusi negara tersebut. Ini menunjukkan bahwa partai kanan ekstrim tidak mendukung adanya sistem pemerintahan yang dibentuk melalui mekanisme pemilihan umum. Sedangkan, paham radikal kanan merupakan paham oposisi dari paham politik kiri dan mainstream (sentral), tetapi masih berjalan dalam prosedur dan tatanan demokrasi. Partai radikal kanan akan menyasar berbagai isu dan permasalahan politik berdasarkan perspektif politik kanan tanpa harus merombak tatanan demokrasi suatu negara, termasuk mekanisme pemilihan umum. Partai radikal kanan secara umum memiliki agenda politik yang bergerak dalam aspek sosio-kultural yang mencakup berbagai isu seperti imigrasi, peraturan hukum, identitas nasional, aborsi, dan lain sebagainya (Rydgren, 2007). Partai

23 23 radikal kanan yang non-egaliter percaya bahwa identitas nasional yang berbeda merujuk pada perbedaan pengakuan hak dalam negara. Sesuai dengan perspektif politik kanan yang dijelaskan oleh Norberto Bobbio (1996) yang menyatakan bahwa ketidaksetaraan (inequality) akan merujuk pada komunitas masyarakat yang lebih baik, maka partai radikal kanan percaya bahwa pemisahan berbagai identitas kebangsaan dalam kelompok masyarakat suatu negara akan menjadikan negara tersebut lebih baik. Partai radikal kanan percaya bahwa sebuah negara akan menjadi lebih baik bila memiliki identitas nasional (kebangsaan) yang homogen. Atas dasar inilah sebagian besar partai radikal kanan, terutama di Eropa, merupakan partai yang mengadopsi agenda politik anti-imigrasi. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang mendeskripsikan sebuah fenomena sosial. Menurut Hadari Nawawi (2012), metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang ada. Selanjutnya, Nawawi menyatakan bahwa metode deskriptif juga dapat meliputi analisa dan interpretasi data. Dalam penelitian kualitatif deskriptif, hasil penelitian berupa hasil analisis kata maupun angka yang menggambarkan sebuah fenomena. Penelitian ini akan meneliti pengaruh agenda politik antiimigrasi di Kawasan Uni Eropa dengan melihat contoh kasus kemenangan Partai Golden Dawn pada pemilu Parlemen Yunani tahun 2012.

24 24 Sumber data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah sumber data sekunder yang diperoleh melalui berbagai pustaka seperti buku, jurnal, artikel ilmiah, surat kabar, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan imigrasi, partai radikal kanan, dan kemenangan partai Golden Dawn. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kepustakaan (library research). Pengumpulan data lebih berfokus kepada data-data dari berbagai literatur baik dari buku-buku, media online (internet) seperti artikel-artikel jurnal ilmiah, ataupun berbagai website berita dan website resmi Pemerintah Yunani. Semua data disajikan oleh Peneliti melalui langkah-langkah pengolahan data seperti pengumpulan informasi dari berbagai sumber data, reduksi data dengan memilih informasi yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian, penyajian data penelitian baik dalam bentuk uraian penjelasan lewat kata-kata, tabel ataupun grafik, dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. 1.8 Sistematika Penelitian Sistematika penelitian ini akan disusun dalam empat bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian beserta pendekatan metodologis, termasuk kerangka pemikiran yang digunakan untuk menganalisis pengaruh agenda politik anti-imigrasi Golden Dawn. Selanjutnya, Bab kedua akan membahas mengenai hubungan antara proses integrasi Uni Eropa dan imigrasi Yunani, perkembangan imigrasi di Yunani, kebijakan imigrasi Yunani, dan sentimen negatif terhadap imigran di Yunani. Bab ketiga akan membahas mengenai latar belakang,

25 25 agenda politik, dan peningkatan dukungan suara Partai Golden Dawn. Penelitian ini kemudian diakhiri dengan kesimpulan yang ditulis pada Bab keempat.

Peningkatan Elektabilitas Partai Golden Dawn dalam Pemilu Perlemen Yunani Tahun 2012 melalui Agenda Politik Anti-Imigrasi

Peningkatan Elektabilitas Partai Golden Dawn dalam Pemilu Perlemen Yunani Tahun 2012 melalui Agenda Politik Anti-Imigrasi Peningkatan Elektabilitas Partai Golden Dawn dalam Pemilu Perlemen Yunani Tahun 2012 melalui Agenda Politik Anti-Imigrasi I Gst. Ngr. Gede Agung Pradipta 1), D. A. Wiwik Dharmiasih 2), Putu Titah Kawitri

Lebih terperinci

BAB II INTEGRASI UNI EROPA DAN IMIGRASI YUNANI. I dan II telah menyebabkan kemunduran drastis pada ekonomi negara-negara

BAB II INTEGRASI UNI EROPA DAN IMIGRASI YUNANI. I dan II telah menyebabkan kemunduran drastis pada ekonomi negara-negara BAB II INTEGRASI UNI EROPA DAN IMIGRASI YUNANI 2.1 Integrasi Uni Eropa dan Imigrasi Integrasi Uni Eropa dimulai ketika berakhirnya Perang Dunia. Perang Dunia I dan II telah menyebabkan kemunduran drastis

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS

BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS Integrasi Uni Eropa berdiri diatas salah satu pilar kerjasama justice and home affairs yang mengatur berbagai kerjasama, salah

Lebih terperinci

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak BAB V Kesimpulan Identitas sebuah negara memegang peranan besar dalam proses hubungan antar negara. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak memiliki kepentingan

Lebih terperinci

BAB IV OPINI PUBLIK SEBAGAI PENYEBAB INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA

BAB IV OPINI PUBLIK SEBAGAI PENYEBAB INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA BAB IV OPINI PUBLIK SEBAGAI PENYEBAB INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA Dalam bab IV ini penulis akan menguraikan terkait dengan pilihan Rakyat Inggris terhadap keputusan keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa.

Lebih terperinci

A. DASAR HUKUM JERMAN DALAM MENYUSUN KEBIJAKAN MENGENAI PENGUNGSI

A. DASAR HUKUM JERMAN DALAM MENYUSUN KEBIJAKAN MENGENAI PENGUNGSI BAB III KEBIJAKAN JERMAN TERHADAP PENGUNGSI DI EROPA Pada bab III akan dijelaskan mengenai kebijakan Jerman terhadap masalah pengungsi. Bab ini akan diawali dengan penjelasan mengenai aturanaturan apa

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA

EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA SEJARAH DAN TRAKTAT PENDIRIAN Disepakati & ditandatangani di Maastricht, 7 Februari 1992. Perjanjian mulai berlaku 1 November 1993 Terbentuk atas 3 Traktat:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini akan mencoba untuk membandingkan pemenuhan hak imigran di Denmark dan Swedia dengan melihat pemilihan kebijakan - kebijakan yang berhubungan dengan integrasi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Perancis oleh Presiden Nicholas Sarkozy (Sarkozy). Pembahasan yang akan

BAB I. Pendahuluan. Perancis oleh Presiden Nicholas Sarkozy (Sarkozy). Pembahasan yang akan BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Skripsi ini berusaha menganalisa pengetatan kebijakan terhadap Imigran di Perancis oleh Presiden Nicholas Sarkozy (Sarkozy). Pembahasan yang akan diperdalam pada skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. European Coal and Steel Community (ECSC), European Economic. Community (EEC), dan European Atomic Community (Euratom), kemudian

BAB V KESIMPULAN. European Coal and Steel Community (ECSC), European Economic. Community (EEC), dan European Atomic Community (Euratom), kemudian BAB V KESIMPULAN Pada dasarnya dalam tahapan mencapai integrasi Eropa seperti sekarang melalui proses yang cukup panjang dimulai dari pembentukan European Coal and Steel Community (ECSC), European Economic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eropa untuk menetap dan mencari pekerjaan karena melihat majunya industri di

BAB I PENDAHULUAN. Eropa untuk menetap dan mencari pekerjaan karena melihat majunya industri di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Uni Eropa telah banyak mengalami emigrasi maupun migrasi, paska perang dunia kedua banyak penduduk dari berbagai belahan dunia melakukan migrasi ke Eropa untuk

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan BAB V KESIMPULAN Konstitusi yang berlaku dari era sebelum dan setelah Revolusi 2011 untuk dapat menjamin kesetaraan gender dan penolakan diskriminasi bagi perempuan dan lakilaki tampaknya hanya hitam diatas

Lebih terperinci

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan: Atika Puspita Marzaman Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa HEPTAcentrum Press Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa Oleh: Atika Puspita Marzaman Copyright 2011 by Atika Puspita

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

KONSEPSI KEWARGANEGARAAN. By : Amaliatulwalidain

KONSEPSI KEWARGANEGARAAN. By : Amaliatulwalidain KONSEPSI KEWARGANEGARAAN By : Amaliatulwalidain Pengantar Tradisi kewarganegaraan telah ada sejak masa Yunani Kuno, konsepsi modern tentang kewarganegaraan baru muncul pada abad keduapuluh. Konsepsi kewarganegaraann

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terkait permasalahan Eropa. Sikap berbeda ditunjukkan oleh Inggris yang sering

BAB V PENUTUP. terkait permasalahan Eropa. Sikap berbeda ditunjukkan oleh Inggris yang sering BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Sejak bergabungnya Inggris dengan EC (sekarang UE) pada tahun 1973, negara ini berada dalam posisi yang berbeda dengan negara anggota lainnya terkait permasalahan Eropa. Sikap

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

PEMILU JERMAN 2017: PARTAI, ISU DAN MASA DEPAN POLITIK JERMAN

PEMILU JERMAN 2017: PARTAI, ISU DAN MASA DEPAN POLITIK JERMAN PEMILU JERMAN 2017: PARTAI, ISU DAN MASA DEPAN POLITIK JERMAN EKO PRASOJO DEKAN DAN GURU BESAR FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS INDONESIA Sistem Pemilihan Umum di Jerman (Pemilihan Bundestag -1)

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 01 Demokrasi dan Komunikasi Pemasaran Politik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Demokrasi Demokrasi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skripsi ini bertujuan untuk melihat apa yang bisa menjadi penyebab dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi bangsa Skotlandia untuk mendukung tuntutan pemisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci

ISLAM DI ANTARA DUA MODEL DEMOKRASI

ISLAM DI ANTARA DUA MODEL DEMOKRASI l ISLAM DI ANTARA DUA MODEL DEMOKRASI P r o j e c t i t a i g D k a a n Arskal Salim Kolom Edisi 002, Agustus 2011 1 Islam di Antara Dua Model Demokrasi Perubahan setting politik pasca Orde Baru tanpa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  kelompok progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MENDORONG INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MENDORONG INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MENDORONG INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA Pada bab empat ini penulis akan menjelaskanhubungan Inggris dengan Uni Eropa dalam konteks internasional dengan membahas beberapa kebijakan

Lebih terperinci

DEMOKRASI DAN DEMOKRATISASI

DEMOKRASI DAN DEMOKRATISASI 3 DEMOKRASI DAN DEMOKRATISASI Demokrasi adalah gagasan yang berkembang dalam dunia politik dianut sebagai sitem politik di sebagian besar negara di dunia. Demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur badan organisasinya, Karena negara-negara anggota tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. struktur badan organisasinya, Karena negara-negara anggota tetap menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Uni Eropa merupakan organisasi supranasional karena organisasi ini merupakan badan otonom. Uni Eropa memiliki keunikan tersendiri dalam struktur badan organisasinya,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang 149 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang yang membengkak. Secara ekonomi, sebelum bergabung dengan Eurozone pemerintah Yunani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan

Lebih terperinci

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja Issue Gender & gerakan Feminisme Rudy Wawolumaja Feminsisme Kaum feminis berpandangan bahwa sejarah ditulis dari sudut pandang pria dan tidak menyuarakan peran wanita dalam membuat sejarah dan membentuk

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Negara Myanmar telah diperintah oleh junta militer sejak tahun 1962 melalui sebuah kudeta yang menggeser sistem demokrasi parlemen yang telah diterapkan sejak awal kemerdekaannya

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SOSIALIS VIET NAM (TREATY ON MUTUAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang optimal government terutama dibidang kerja sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang optimal government terutama dibidang kerja sama dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Republik Demokratik Timor Leste sebagai negara baru yang sedang berkembang memerlukan berbagai kebijakan pemerintahan di segala bidang dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap BAB V KESIMPULAN Pada Pemilihan di Yunani lalu, kampanye formal berlangsung pendek dan dimulai pada awal Januari, yang dilakukan segera setelah dua pihak berkuasa gagal memiliki kandidat untuk upacara

Lebih terperinci

SEKILAS UNI EROPA SWEDIA FINLANDIA ESTONIA LATVIA LITHUANIA DENMARK INGGRIS BELANDA IRLANDIA POLANDIA JERMAN BELGIA REPUBLIK CEKO SLOWAKIA HONGARIA

SEKILAS UNI EROPA SWEDIA FINLANDIA ESTONIA LATVIA LITHUANIA DENMARK INGGRIS BELANDA IRLANDIA POLANDIA JERMAN BELGIA REPUBLIK CEKO SLOWAKIA HONGARIA SEKILAS UNI EROPA SWEDIA FINLANDIA PORTUGAL IRLANDIA LUKSEMBURG INGGRIS BELGIA SPANYOL BELANDA PERANCIS DENMARK JERMAN SLOVENIA AUSTRIA ITALIA POLANDIA KROASIA RUMANIA BULGARIA YUNANI ESTONIA LATVIA LITHUANIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krisis pengungsi di Eropa pada tahun Uni Eropa kini sedang

BAB I PENDAHULUAN. krisis pengungsi di Eropa pada tahun Uni Eropa kini sedang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Skripsi ini akan mengupas tentang kebijakan Jerman terhadap krisis pengungsi di Eropa pada tahun 2015-2016. Uni Eropa kini sedang berada di tengah gelombang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 277, 2015 PENGESAHAN. Perjanjian. Bantuan Timbal Balik. Viet Nam. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5766). UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk bersatu dalam organisasi oleh suatu negara merupakan hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam suatu negara, seperti

Lebih terperinci

Matakuliah : PANCASILA Oleh : Dewi Triwahyuni

Matakuliah : PANCASILA Oleh : Dewi Triwahyuni PERBANDINGAN IDEOLOGI Matakuliah : PANCASILA Oleh : Dewi Triwahyuni MAKNA IDEOLOGI KARL MARX Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat. HAROLD H. TITUS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjaga kestabilan kawasan, baik itu secara ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjaga kestabilan kawasan, baik itu secara ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjaga kestabilan kawasan, baik itu secara ekonomi maupun politik, negara-negara memutuskan untuk berintegrasi dalam suatu organisasi regional. Bentuk

Lebih terperinci

POLITIK & SISTEM POLITIK

POLITIK & SISTEM POLITIK POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara

Lebih terperinci

Materi Bahasan. n Konsep Demokrasi. n Cakupan Demokrasi. n Prasyarat Demokrasi.

Materi Bahasan. n Konsep Demokrasi. n Cakupan Demokrasi. n Prasyarat Demokrasi. Demokrasi Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Konsep Demokrasi. Cakupan Demokrasi.

Lebih terperinci

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n BAB IV KESIMPULAN Regionalisme Mercosur merupakan regionalisme yang telah mengalami proses yang panjang dan dinamis. Berbagai peristiwa dan upaya negara anggotanya terhadap organisasi ini telah menjadikannya

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Sebagai bagian dari agenda untuk mewujudkan kondisi aman dan damai, upaya secara komprehensif mengatasi dan menyelesaikan permasalahan separatisme yang telah

Lebih terperinci

Bab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai

Bab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai Bab VI Kesimpulan Studi ini telah mengeksplorasi relasi dari kehadiran politik klan dan demokrasi di Indonesia dekade kedua reformasi. Lebih luas lagi, studi ini telah berupaya untuk berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK DAN IDEOLOGI KEPARTAIAN. By FEBRIANI M.I.P

PARTAI POLITIK DAN IDEOLOGI KEPARTAIAN. By FEBRIANI M.I.P PARTAI POLITIK DAN IDEOLOGI KEPARTAIAN By FEBRIANI M.I.P PEMBAHASAN DISINI MENCAKUP: Pengertian partai politik Sejarah kemunculan partai politik Klasifikasi ideologi partai PENGERTIAN PARTAI POLITIK Partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dan free movement merupakan salah satu konsekuensi yang tidak terelakan dari adanya proses globalisasi. Meski demikian, arus migrasi yang meningkat drastis

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

Hubungan Internasional (daring), 1 November 2013, <http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/11/01/sistemdemokrasi-ala-iran-demokrasi-tangan-tuhan/>,

Hubungan Internasional (daring), 1 November 2013, <http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/11/01/sistemdemokrasi-ala-iran-demokrasi-tangan-tuhan/>, BAB V PENUTUP Dalam pandangan konstruktivisme, kebijakan diplomasi fatwa antinuklir sebagai senjata pemusnah massal adalah hasil proses dialektis antara kondisi sentimen anti-islam pasca 11 September,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira Modul ke: Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun 2002 Josiane Cotrim-Macieira Fakultas PASCASARJANA ZULHEFI 55215120049 Program Studi Magister www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

Denis M c Q u a il. Teori Komunikasi Massa c Q a il

Denis M c Q u a il. Teori Komunikasi Massa c Q a il Denis M c Q u a il Teori Komunikasi Massa c Q a il Prakata Bagaimana Menggunakan Buku Ini ix xi BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1 1 Pengenalan terhadap Buku 3 Objek Studi 4 Struktur Buku Tema dan Isu dalam Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kedaulatan suatu negara dapat dilihat dari sejauh mana negara tersebut memiliki hubungan bilateral dengan negara lainnya untuk menjalin kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut

Lebih terperinci

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor Bisnis Internasional #2 Nofie Iman Merkantilisme Berkembang di Eropa abad ke-16 hingga 18 Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 )

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 ) KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 ) A. PENDAHULUAN Masalah keprotokoleran semula diawali dengan adanya pengaturan atas pembukaan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp Pendahuluan Timor Timur berada di bawah penjajahan Portugal selama lebih dari empat abad sebelum akhirnya Revolusi Anyelir di tahun 1974 membuka jalan bagi kemerdekaan negaranegara koloninya. Setelah keluarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konflik atau perang sipil merupakan salah satu fenomena yang terjadi di negara-negara yang memiliki tatanan pemerintahan yang belum stabil. Afrika adalah kawasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY

TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY i t a i g k a a n D Ziya Onis Terkatung-katungnya Nasib Turki di Eropa Review Paper oleh Ihsan Ali-Fauzi 1 Edisi 048,

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pembahasan dari bab ini adalah kesimpulan dan saran yang merujuk pada jawaban-jawaban permasalahan penelitian yang telah dikaji. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari permasalahan konflik dalam

Lebih terperinci