BAB II KIBLAT TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KIBLAT TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II KIBLAT TEORITIS 2.1 Teori Kontijensi Pendekatan kontijensi pada akuntansi manajemen adalah untuk mengidentifikasi hubungan variabel ketidak pastian lingkungan, ketidak pastian tugas, perubahan kultur dan struktur, dan ketidak pastian strategi dengan desain sistem pengendalian manajemen dan operasi yang tepat dibawah kondisi yang berbeda-beda. Berdasarkan teori kontijensi terdapat faktor situasional lain yang mungkin akan saling berinteraksi dalam kondisi tertentu, dan untuk mengetahui keandalan sistem yang dibuat untuk menghadapi perubahan terhadap variabel tertentu. Sehingga Sistem Informasi Akuntansi Manajemen didesain tergantung pada faktor-faktor situasional yang ada dalam organisasi. Pendekatan kontinjensi menurut Otley (1978), adalah pendekatan akuntansi manajemen yang didasarkan pada premis bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal selalu tepat digunakan seluruh organisasi, namun sistem akuntansi manajemen hanya sesuai (fit) untuk suatu konteks atau kondisi tertentu saja. Teori kontijensi mengargumenkan bahwa efektivitas desain sistem akuntansi manajemen tergantung eksistensi perpaduan antara organisasi dengan lingkungannya. -10-

2 Dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi informasi memegang peranan yang sangat penting karena merupakan data yang bermanfaat dalam proses kegiatan perencanaan dan pengendalian. Sistem Akuntansi Manajemen yang andal ditujukan untuk maksud apakah mampu menyiapkan informasi system manajemen. Dengan demikian akan memudahkan penyediaan informasi 9 yang tepat waktu dan relevan, dimana para manajer memiliki kebutuhan informasi yang berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketidak pastian lingkungan akan mempengaruhi tingkat ketersediaan informasi sistem akuntansi manajemen. Diawali dari pendekatan kontijensi ini maka muncul kemungkinan bahwa Sistem Akuntansi Manajemen dan Gaya Kepemimpinan merupakan faktor kondisional akan mengalami penyesuaian sehubungan dengan kondisi situasional yang terjadi dalam perusahaan yang menyebabkan perbedaan kebutuhan informasi. Teori kontijensi harus diidentifikasi pada aspek yang spesifik dari sistem akuntansi yang digabungkan dengan keadaan yang telah ditentukan secara tepat dengan perbandingan yang sesuai. Suatu gagasan yang menjustifikasi pengadopsian teori kontijensi pada akuntansi manajemen muncul sebagai suatu kebutuhan untuk menginterpretasikan hasil riset empiris. Konsep seperti teknologi informasi, struktur organisasi diharapkan dapat menjelaskan bagaimana sistem akuntansi dipraktekkan, berbeda pada suatu situasi tertentu. Dalam mendesain sistem pengendalian -11-

3 manajemen diperlukan pendekatan kontijensi, agar sistem yang dihasilkan sesuai dengan karakteristik lingkungan bisnis yang berlaku pada perusahaan. Pengendalian digunakan untuk mengarahkan SAM dan memotivasi kinerja manajerial untuk mencapai kondisi yang diinginkan atau hasil yang sudah ditetapkan sebelumnya. Menurut Otley (1978), para peneliti telah menerapkan pendekatan kontijensi guna menganalisis dan mendesain sistem kontrol, khususnya di bidang sistem akuntansi manajemen. Beberapa peneliti dalam akuntansi manajemen melakukan pengujian untuk melihat hubungan variabel-variabel kontekstual seperti ketidakpastian lingkungan, ketidakpastian tugas, struktur dan kultur organisasional, ketidak pastian strategi dan gaya kepemimpinan dengan desain sistem akuntansi manajemen. Pendekatan kontijensi menarik untuk diteliti karena untuk mengetahui apakah tingkat keandalan suatu sistem akuntansi manajemen akan mampu menghendel informasi/data yang dibutuhkan Direksi akan sama pada setiap kondisi atau tidak. Berdasarkan teori kontijensi maka terdapat faktor situasional lain yang mungkin akan saling berinteraksi dalam suatu kondisi tertentu. 2.2 Sistem Akuntansi Manajemen Chartered Institute of Management Accountants (CIMA,1981) mendefinisikan akuntansi manajemen sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, -12-

4 pengakumulasian, penganalisaan, penyiapan, penginterpretasian dan pengkomunikasian informasi financial yang digunakan oleh manajemen perencanaan, evaluasi, dan pengendalian alat alat organisasi. Sistem Akuntansi Manajemen adalah sistem yang mengumpulkan data operasional dan finansial, memprosesnya, menyimpannya dan melaporkannya kepada pengguna, yaitu Pekerja, Manajer dan Eksekutif (Desmiyawati, 2004).Hansen dan Mowen (2004:4) mendefinisikan Sistem Akuntansi Manajemen sebagai sistem yang menghasilkan keluaran (out put) dan memprosesnya untuk mencapai tujuan khusus manajemen. Menurut Mulyadi (1997) Sistem akuntansi manajemen adalah sebuah sistem informasi keuangan yang merupakan keluaran yang dihasilkan oleh tipe akuntansi manajemen yang dimanfaatkan terutama oleh pemakai intern organisasi. Sistem akuntansi manajemen dapat dipandang dari dua sudut yaitu akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe akuntansi dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi baik informasi akuntansi maupun informasi keuangan dan lainnya. Menurut (Nazaruddin, 1998) bahwa sistem Akuntansi Manajemen adalah suatu mekanisme pengendalian organisasi, serta merupakan alat yang efektif dalam menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi konsekuensi yang mungkin terjadi dari berbagai alternatif aktivitas yang dapat dilakukan. -13-

5 Atkinson (1995) menyatakan bahwa Sistem Akuntansi Manajemen adalah sistem informasi yang mengumpulkan data operasional dan finansial, memprosesnya, menyimpannya dan melaporkan kepada pengguna. Produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi manajemen adalah informasi akuntansi manajemen. Menurut Robert S Kaplan dan David Norton 1992) bahwa sistem manajemen tidaklah muncul secara instan, tetapi merupakan proses bertahap tahun demi tahun. Yang mempengaruhi perubahan akuntansi manajemen pada masa kini diantaranya adalah: Kemajuan teknologi informasi, Implementasi just-in time (JIT) manufacturing, meningkatnya tuntutan mutu, meningkatnya diversifikasi dan kompleksitas produk, serta semakin pendeknya daur hidup produk dan diperkenalkannya computer-integrated manufacturing. Dalam penelitian sebelumnya bahwa Sistem Akuntansi Manajemen adalah seirama dengan strategi bisnis dan perencanaan sumber daya dapat menunjukkan kinerja perusahaan dan meningkatkan prestasi perusahaan (Kallunki, Laitinen and Silvola,2011; Tsamenyi, Sahadev and Qiao,2011). Sistem Akuntansi Manajemen sering digunakan untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku karyawan dalam berbagai cara yang akan memaksimalkan kesejahteraan organisasi dan karyawan. Sistem Akuntansi Manajemen sebagai alat kontrol organisasi dan alat yang efektif menyediakan informasi yang bermanfaat guna memprediksi -14-

6 konsekuensi yang mungkin terjadi pada berbagai aktivitas yang dilakukan. 2.3 Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajemen Sistem akuntansi manajemen merupakan prosedur dan system formal yang menggunakan informasi untuk mempertahankan dan menyediakan alternative dari berbagai kegiatan perusahaan (Chenhall dan Morris, 1986 dalam Solechan dan Setiawati, 2009). Karakteristik system akuntansi manajemen meliputi broad scope, aggregation, timeliness dan integration (Chenhall & Morris, 1986). Dewasa ini perkembangan rancangan Sistem Akuntansi Manajemen tidak terbatas pada lingkup (scope) konvensional atau tradisional yang dikuantifikasikan dalam ukuran moneter, namun telah memasuki data eksternal dan yang bersifat non keuangan (lingkungan) yang dapat berdampak pada biaya/cost serta yang berorientasi pada sesuatu yang akan datang. Karakteristik informasi Sistem Akuntansi Manajemen menurut Chenhall dan Morris, (1986) sebagai berikut: 1. Lingkup (broad scope) Informasi yang memperhatikan focus, kuantifikasi dan time horison. Focus merupakan informasi yang berhubungan dengan informasi yang berasal dari dalam dan luar organisasi (factor ekonomi, teknologi dan pasar). -15-

7 2. Tepat waktu (timeliness) Ketepatan waktu dalam memperoleh informasi mengenai suatu kejadian. Dimensi timeliness mempunyai dua subdimensi yaitu frekuensi pelaporan dan kecepatan membuat laporan. 3. Agregasi (aggregation) Informasi disampaikan dalam bentuk yang lebih ringkas tetapi tetap mencakup hal-hal penting sehingga tidak mengurangi nilai informasi itu sendiri. Dimensi aggregate merupakan ringkasan informasi menurut fungsi, periode waktu dan model keputusan. 4. Integrasi (integrated) Informasi yang mencerminkan komplektisitas dan saling keterkaitan antara bagian satu dan bagian lain. Informasi terintegrasi mencerminkan adanya koordinasi antara segmen subunit satu dan lainnya dalam organisasi. 2.4 Kinerja Manajerial Kinerja manajerial adalah ukuran seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi (Juniarti dan Eveline, 2003). Menurut Mulyadi (1997)penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik dari efektivitas organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Supomo dan Indriantoro (1998) -16-

8 yang dimaksud kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi dan representasi. Balanced ScoreCard pertama kali diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David Norton pada tahun 1992-an sebagai alat ukur kinerja manajemen. Sementara alat ukur kinerja tradisional mengukur kinerja manajemen hanya menggunakan perspektif keuangan. BSC ini mengukur kinerja perusahaan melalui pendekatan keuangan (financial perspective), perspektif pelanggan(customer perspective), perspektif bisnis intern (internal business perspective) dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective). Dalam operasionalnya BSC ini menterjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan dan ukuran yang dirangkaikan secara terpadu ke dalam empat perspektif tadi. Dalam perjalanan sejarahnya, BSC yang semula dimaksudkan hanya sebagai alat ukur kinerja (performance measurement) ternyata telah bergeser dan akhirnya menjadi suatu sistem manajemen kontemporer. Menurut Mahoney (1963) dalam Sutapa (2003) kinerja manajerial didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen antara lain: -17-

9 1. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah penentuan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. 2. Investigasi (investigating) Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan. Pengkoordinasian merupakan proses jalinan kerjasama dengan bagian-bagian lain dalam organisasi melalui tukar-menukar informasi yang dikaitkan dengan penyesuaian program-program kerja. 3. Pengkoordinasian(coordinating) Koordinasi menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orangorang dalam unit organisasi lainya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan. -18-

10 4. Evaluasi (evaluating) Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan. 5. Pemilihan staf (staffing) Staffing yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya. 6. Negosiasi (negotiating) Negoisasi yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa. 7. Perwakilan (representing) Representasi yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi dan kegiatan-kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan kantorkantor lain. -19-

11 2.5 Gaya Kepemimpinan Praktek manajemen yang diperankan oleh gaya kepemimpinan membutuhkan informasi akuntansi manajemen untuk membentuk keputusan manajemen. Menurut Gong and Tse (2009) Sistem akuntansi manajemen dapat meningkatkan kinerja manajerial, peningkatan fungsi dan kinerja perusahaan. Menurut Yulk (1989) kepemimpinan menyangkut proses sosial, pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorangan terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan didalam sebuah kelompok atau organisasi. Fiedler dan Chemers (1984) dalam Sumarno (2005) mengemukakan gaya kepemimpinan adalah derajat hubungan antara seseorang dan teman sekerjanya. Menurut Husain (2006) kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan (leadership) yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan intregasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal. Menurut Bycio dkk. (1995), kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran Leader menyediakan sumber daya dan imbalan -20-

12 ditukarkan motivasi, produktivitas dan efektivitas penyelesain tugas. Dalam konsep kepemimpinan transformasional, seorang pemimpin dituntut untuk menunjukkan kredibilitasnya sebagai seorang pemimpin, sehingga seorang pemimpin dipercaya oleh bawahannya. Begitu penting kredibilitas ini bagi seorang pemimpin, kredibilitas adalah modal terpenting dalam kepemimpinan. Tanpa kredibilitas ini, pimpinan hanyalah bekerja berdasarkan kekuasaan sehingga tidak akan mampu menjalankan secara efektif. Jika bawahan tidak percaya pada pembawa berita apalagi mempercayai isi beritanya. Bagaimana mungkin seorang pimpinan bisa mengarahkan pegawai ke arah tujuan, jika pimpinan tersebut tidak dipercaya bawahannya. Kepemimpinan transaksional, memelihara atau melanjutkan status quo. Sementara kepemimpinan transformasional menentang status quo. Kepemimpinan transaksional, cocok untuk memenuhi kebutuhan karyawan yang lebih rendah, seperti kebutuhan fisiologis dan rasa aman Sebaliknya, kebutuhan yang lebih tinggi, seperti harga diri dan aktualisasi diri, dipenuhi melalui kepemimpinan transformasional. Dengan kepemimpinan tranformasional para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang diharapkan dari mereka. -21-

13 Dalam gaya kepemimpinan transformasional maka Sistem Akuntansi Manajemen dapat ditransformasi dari Karakteristik informasi Sistem Akuntansi Manajemen yang bersifat tradisional menjadi lebih modern dengan Lingkup (broad scope) Tepat waktu (timeliness) Agregasi (aggregation) Integrasi (integrated) yang dioperasonalkan secara modern dan electronic integrated dimana informasi akuntansi yang memiliki komplektisitas dan saling keterkaitan antara bagian satu dan bagian lain dapat disajikan tepat waktu, factual sesuai kebutuhan dan dapat terpenuhi dalam kondisi kontijensi. Teori model kontijensi kepemimpinan dari Fiedler (1967) dalam Sumarno (2005) dikembangkan menjadi leader match concept (konsep kecocokan pemimpin). Teori leader match consept ditentukan oleh dua faktor yaitu : 1. Gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan merupakan derajat hubungan antara seseorang dengan teman sekerjanya. 2. Situasi kepemimpinan Ada tiga komponen yang menentukan kontrol dan pengaruh dalam suatu situasi antara lain : a. Hubungan pimpinan dan pengikut (leader member relations). b. Struktur tugas (task structure) c. Kekuasaan posisional (leader positon power) -22-

14 2.6 Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah hasil-hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya kedalam bentuk tabel yang digunakan sebagai dasar acuan untuk penelitian ini. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1 Pengaruh Komitmen Dependen: 1. Partisipasi Organisasi Dan Gaya Kinerja berpengaruh negatif Kepemimpinan Manajerial dan signifikan Terhadap Hubungan terhadap kinerja Antara Partisipasi Independen: manajerial Anggaran dan Partisipasi 2. Komitmen organisasi Kinerja Manajerial Anggaran berpengaruh positif (Studi Empiris Pada dan signifikan Kantor Cabang Moderating : terhadap hubungan Perbankan Indonesia 1. Komitmen partisipasi anggaran di Jakarta) Organisasi dan kinerja manajerial (Sumarno, 2005) 2. Gaya 3. Gaya kepemimpinan Kepemimpinan berpengaruh tidak signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial Pengaruh Komitmen Dependen: 1. Partisipasi Organisasi Gaya Kinerja berpengaruh Kepemimpinan Dan Manajerial signifikan terhadap -23-

15 Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Job Relevant Information (JRI) Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial (Studi Empiris Pada BPR di Kota Semarang (Kukuh Himawan dan Ardianu (2010) Peran Kepemimpinan Dalam Pencapaian Kinerja Organisasi Melalui Budaya, Strategi Dan Sistem Akuntansi Manajemen Organisasi (Yuliana,Christina, 2010) Independen: Partisipasi Anggaran Moderating : 1. Komitmen Organisasi 2. Gaya Kepemimpina n 3. Job Relevant Information Dependen: Kinerja Manajerial Independen: Gaya Kepemimpinan Moderating : 1. Budaya -24- kinerja manajerial 2. Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial 3. Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial 4. Job Relevant Information berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial 1. Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 2. Budaya organisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap hubungan gaya kepemimpian dan kinerja manajerial

16 Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Pengaruh Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen dan Desentralisasi Sebagai Variabel Moderating Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Kabupaten Semarang (Solechan Achmad dan Setiawati Ira, 2009) Pengaruh Sistem Akuntansi Manajemen, Organisasi 2. Strategi Organisasi 3. Sistem Akuntansi Manajemen Dependen: Kinerja Manajerial Independen: Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Moderating : Desentralisasi Dependen: Kinerja Manajerial Strategi organisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap hubungan gaya kepemimpinan dan kinerja manajerial 4. Sistem Akuntansi Manajemenberpengaru h tidak signifikan terhadap hubungan gaya kepemimpinan dan kinerja manajerial 1. Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 2. Desentralisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap hubungan Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen dan kinerja manajerial 1. Sistem Akuntansi Manajemen berpengaruh signifikan

17 Ketidakpastian Lingkungan (Perceived Environmental Uncertainty) Dan Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial (Sutapa, 2003) Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Independen: 1. Sistem Akuntansi Manajemen 2. Perceived Environmenta l Uncertainty 3. Desentralisasi terhadap kinerja manajerial 2. Perceived Environmental Uncertainty berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 3. Desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 2.7 Pengembangan Hipotesis Sub-sub system pengendalian karakteristik informasi system akuntansi manajemen yang meliputi (broad scope), tepat waktu (timeliness), agregasi (aggregation) dan integrasi (integrated) merupakan prosedur dan sistem formal yang menggunakan informasi untuk mempertahankan dan menyediakan alternatif dari berbagai kegiatan perusahaan. Karakteristik informasi yang disajikan dan terkandung dalam System Akuntansi Manajemen berhubungan dengan sifat dan jenis informasi yang dibutuhkan dalam aktivitas manajemen. Agar supaya dapat mencapai kinerja -26-

18 manajerial yang lebih baik maka harus ada kesesuaian (fit) yang memadai atau memenuhi criteria informasi manajemen yang dibutuhkan para manajer perusahaan mulai perencanaan, pelaksanaann sampai pada pengendalian serta mengurangi ketidakpastian lingkungan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Sistem Akuntansi manajemen yang tersedia dalam perusahaan akan menjadi efektif bila dapat mendukung pengguna informasi atau untuk pengambilan keputusan. Dengan sistem akuntansi manajemen yang baik akan dapat meningkatkan kinerja manajerial dalam suatu perusahaan. Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staff, negosiasi dan representasi (Mahoney, 1963 dalam Himawan dan Ardianu, 2010). Kinerja dapat dinilai secara periodik dari efektivitas organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditentukan oleh perusahaan (Mulyadi, 1997 dalam Himawan dan Ardianu, 2010). Berbagai penelitian telah menguji secara langsung atau tidak langsung -27-

19 hubungan dan pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial. Brownell (1982) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi anggaran (bagian dari sistem akuntansi manajemen) terhadap kinerja manajerial. Indriantoro (1993) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi anggaran (bagian dari sistem akuntansi manajemen) terhadap kinerja manajerial. Solechan dan Setiawati (2009) serta Yuliana (2010) yang menghasilkan sistem akuntansi manajemen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan hasil temuan-temuan para peneliti di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi manajemen memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial. Salah satu fungsi akuntansi manajemen adalah menyediakan informasi untuk membantu manajer dalam mengendalikan aktivitas perusahaan serta mengurangi ketidakpastian lingkungan dalam mencapai tujuan perusahaan (Atkinson dkk, 1995). Teori kontinjensi menunjukkan bahwa hubungan antara variabel dependen dan variabel independen -28-

20 dalam seringkali memiliki karakteristik yang berbeda karena ada tidaknya variabel tertentu yang ada dalam sebuah model. Dalam konteks penelitian yang berkaitan dengan sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial, berbagai penelitian terdahulu sebagaimana diuraikan pada bagian 2.6 menunjukkan adanya berbagai faktor kondisional yang memoderasi hubungan antara variabel sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Literatur menujukkan adanya beberapa penelitian yang menemukan adanya pengaruh faktor kondisional sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara variabel sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Dalam penelitian ini, pendekatan kontijensi digunakan untuk mengevaluasi pengaruh faktor kondisional gaya kepemimpinan dalam hubungan antara sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Gaya kepemimpinan sudah digunakan dalam beberapa penelitian sebagai faktor kondisional yang memoderasi hubungan antara sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Gaya kepemimpinan menggambarkan perilaku manajer dalam menghadapi atau beriteraksi dengan -29-

21 situasi. Fieldler (1978) dan Candra (1978) menemukan bahwa gaya kepemimpinan yang tepat akan mempunyai dampak positif terhadap adanya dorongan penyusunan anggaran atau efektifitas partisipasi anggaran (pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial). Dengan kata lain, dampak sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan. Berdasarkan penalaran dan hasil temuan-temuan para peneliti di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang kuat pada hubungan sistem akuntansi manajemen dan kinerja manajerial. Oleh karena itu dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Gaya kepemimpinan memoderasi pengaruh sistem akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial. 2.8 Model Penelitian Berdasarkan penjelasan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan rumusan hipotesis yang dikemukakan di atas, maka dapat digambarkan model penelitian sebagai berikut : -30-

22 Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Sistem Akuntansi Manajemen Kinerja Manajerial Gaya Kepemimpinan -31-

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Kontinjensi Pendekatan teori kontijensi mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal pengendalian organisasi di bawah kondisi operasi yang berbeda dan mencoba untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem Akuntansi Manajemen (SAM) dan faktorfaktor yang mempengaruhi variasinya antar organisasi telah lama menjadi perhatian peneliti dan praktisi mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu perusahaan tergantung pada sistem informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu perusahaan tergantung pada sistem informasi akuntansi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dengan kemajuan teknologi yang berkembang saat ini persaingan bisnis yang sangat ketat menuntut perusahaan untuk bisa bersaing secara

Lebih terperinci

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) aktivitas yang dilakukan (Hansiadi, 2002).

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) aktivitas yang dilakukan (Hansiadi, 2002). BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) Sistem informasi akutansi manajemen adalah suatu mekanisne pengendalian organisasi, serta merupakan alat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adanya faktor-faktor situasional yang dapat mempengaruhi variabel satu dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adanya faktor-faktor situasional yang dapat mempengaruhi variabel satu dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Kontijensi Teori kontijensi sering juga disebut teori situasional. Teori ini menjelaskan adanya faktor-faktor situasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. walaupun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bill out sebesar 6,7 triliun

BAB I PENDAHULUAN. walaupun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bill out sebesar 6,7 triliun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya permasalahan yang belakangan ini dihadapi oleh beberapa perusahaan perbankan di Indonesia menyebabkan keresahan masyarakat atas keamanan uang mereka yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu orang di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu orang di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk membuat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen berkaitan dengan penyediaan informasi untuk manajer, yaitu orang di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para manajer tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif dan para manajer juga

BAB I PENDAHULUAN. para manajer tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif dan para manajer juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi mempunyai manfaat dan peranan yang sangat dominan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Tanpa adanya suatu informasi dalam suatu organisasi, para manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyawa untuk menggerakkan roda perekonomian negara (Kasmir, 2014). adanya perbankan telah dirasakan di Kabupaten Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. nyawa untuk menggerakkan roda perekonomian negara (Kasmir, 2014). adanya perbankan telah dirasakan di Kabupaten Ponorogo. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dunia modern sekarang ini membuat peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Berdasarkan pentingnya dunia perbankan terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dimana pertukaran informasi dan teknologi menjadi lebih mudah dilakukan sehingga membuat persaingan bisnis menjadi semakin ketat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan luar biasa dalam persaingan produksi, pemasaran, dan pengelolaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. perubahan luar biasa dalam persaingan produksi, pemasaran, dan pengelolaan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan luar biasa dalam persaingan produksi, pemasaran, dan pengelolaan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Pada studi yang dilakukan Hopwood (1972) dalam penilaian kinerja manajer secara langsung berpengaruh terhadap perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha yang berkembang akhir-akhir ini. Persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha yang berkembang akhir-akhir ini. Persaingan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesulitan dalam proses perencaan dan pengendalian manajemen disebabkan adanya ketidakpastian lingkungan bisnis yang muncul akibat persaingan dunia usaha yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen. Sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM) adalah suatu mekanisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen. Sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM) adalah suatu mekanisme BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM) adalah suatu mekanisme pengendalian organisasi, serta merupakan alat yang efektif dalam menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desember 2015, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan. memasuki era baru yaitu penerapan perdagangan bebas kawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. Desember 2015, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan. memasuki era baru yaitu penerapan perdagangan bebas kawasan Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desember 2015, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru yaitu penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yang merupakan wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kriteria Usaha. Kriteria No Uraian. > 300 Juta-2,5 Milyar 3

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kriteria Usaha. Kriteria No Uraian. > 300 Juta-2,5 Milyar 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perekonomian indonesia Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat ketat, menuntut perusahaan/organisasi untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat ketat, menuntut perusahaan/organisasi untuk menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi saat ini telah berdampak pada arah persaingan bisnis yang sangat ketat, menuntut perusahaan/organisasi untuk menggunakan kompetensi yang ada dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya perkambangan zaman, dalam waktu yang relatif singkat informasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya perkambangan zaman, dalam waktu yang relatif singkat informasi dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia akan informasi terus meningkat seiring dengan pesatnya perkambangan zaman, dalam waktu yang relatif singkat informasi dapat berubah. Kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian-Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi anggaran pertama kali dilakukan oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 10 Bab II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teknologi Informasi Autioe dan Leimanen, 1995 dalam Ellitan, 2002 (Dewi, 2006) mendefinisikan teknologi informasi sebagai kemampuan untuk mengenali

Lebih terperinci

S K R I P S I. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

S K R I P S I. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang S K R I P S I PENGARUH KARAKTERISTIK INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN DESENTRALISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING ( Jasa Angkutan Container di Semarang. ) Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Ketidakpastian Lingkungan Menurut Duncan dalam Dwi Cahyono (2008) Persepsi ketidakpastian lingkungan dapat diartikan sebagai persepsi karyawan tentang lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era yang semakin modern menuntut perusahaan untuk berantisipasi pada suatu keadaan yang tidak menentu. Persaingan yang semakin ketat menuntut sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan persaingan global sekarang ini yang diliputi banyak ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan inovatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kemampuan yang ada dengan semaksimal mungkin agar unggul

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kemampuan yang ada dengan semaksimal mungkin agar unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang meningkat dewasa ini menuntut perusahaan untuk memanfaatkan kemampuan yang ada dengan semaksimal mungkin agar unggul dalam persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang. penganggaran, pemprograman dan lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang. penganggaran, pemprograman dan lainnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Manajerial Penilaian kinerja manajerial menurut Mahoney, dkk (1963 dalam Zainul, 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Akuntansi manajemen menyediakan data-data penting yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Akuntansi manajemen menyediakan data-data penting yang memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen berkaitan dengan penyediaan informasi untuk manajer, yaitu orang didalam organisasi yang betanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Eka (2013) pengukuran kinerja di Kementrian BUMN dinilai masih belum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Eka (2013) pengukuran kinerja di Kementrian BUMN dinilai masih belum 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) Pada BUMN Menurut Eka (2013) pengukuran kinerja di Kementrian BUMN dinilai masih belum

Lebih terperinci

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten)

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten) PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG, BUDAYA ORGANISASI, DAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah manager pada PT. Sritex Group yang berjumlah kurang lebih 100 orang. Manager dipilih sebagai populasi karena

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan pada dunia baik yang ada di luar negeri maupun

/BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan pada dunia baik yang ada di luar negeri maupun /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis sekarang ini semakin meningkat seiring dengan majunya dunia teknologi informasi, semakin menambah tingkat persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi, baik organisasi sektor swasta maupun organisasi sektor publik. Menurut Hansen dan Mowen (2004:1),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis yang semakin kompetitif mendorong perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis yang semakin kompetitif mendorong perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis yang semakin kompetitif mendorong perusahaan-perusahaan untuk memiliki suatu pengelolaan kinerja manajemen yang baik agar dapat bersaing dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkewajiban mempertahankan kelangsungan hidup serta mengendalikan

BAB I PENDAHULUAN. berkewajiban mempertahankan kelangsungan hidup serta mengendalikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang meningkat dewasa ini menuntut perusahaan untuk memanfaatkan kemampuan yang ada semaksimal mungkin agar dapat unggul dalam persaingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu. mempertahankan kelangsungan hidup serta mampu untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu. mempertahankan kelangsungan hidup serta mampu untuk maju dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era global ini, hanya perusahaan yang mampu melakukan efisiensi, peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hubungan langsung antara variabel independen dan variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hubungan langsung antara variabel independen dan variabel BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan langsung antara variabel independen dan variabel dependen ada kemungkinan dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Salah satu variabel tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya proses globalisasi perusahaanperusahaan. di Indonesia memasuki lingkungan bisnis yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya proses globalisasi perusahaanperusahaan. di Indonesia memasuki lingkungan bisnis yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya proses globalisasi perusahaanperusahaan di Indonesia memasuki lingkungan bisnis yang semakin kompetitif. Di tahun 1997, Indonesia dan beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh penerapan total quality management (TQM),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh penerapan total quality management (TQM), BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang pengaruh penerapan total quality management (TQM), sistem akuntansi manajemen dan ketidakpastian lingkungan terhadap return on asset (ROA) pada rumah sakit swasta

Lebih terperinci

Pendahuluan Perkembangan informasi dewasa ini terjadi dengan cepat dalam dunia usaha. Perkembangan tersebut berpengaruh pada kegiatan perusahaan,

Pendahuluan Perkembangan informasi dewasa ini terjadi dengan cepat dalam dunia usaha. Perkembangan tersebut berpengaruh pada kegiatan perusahaan, Pendahuluan Perkembangan informasi dewasa ini terjadi dengan cepat dalam dunia usaha. Perkembangan tersebut berpengaruh pada kegiatan perusahaan, baik dari segi proses manajemen mulai dari perumusan strategi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Manajerial Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja organisasional. Menurut Mahoney dkk. (1963)

Lebih terperinci

Skripsi PENGARUH KARAKTERISTIK INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN DESENTRALISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Skripsi PENGARUH KARAKTERISTIK INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN DESENTRALISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING Skripsi PENGARUH KARAKTERISTIK INFORMASI SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN DESENTRALISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu perusahaan tergantung pada sistem informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu perusahaan tergantung pada sistem informasi akuntansi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dengan kemajuan teknologi yang berkembang saat ini persaingan bisnis yang sangat ketat menuntut perusahaan untuk bisa bersaing secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 2.1.1. Sistem Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan

Lebih terperinci

PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, hanya perusahaan yang mampu melakukan efisiensi, peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN, DESENTRALISASI, DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

PENGARUH SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN, DESENTRALISASI, DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL A-PDF Merger DEMO : Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark PENGARUH SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN, DESENTRALISASI, DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Survey Pada Perusahaan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan selalu mengalami perubahan secara cepat dan terus menerus. Hal ini disebabkan, karena dunia telah memasuki era

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEEFEKTIFAN ANGGARAN PARTISIPATIF DALAM PENINGKATAN KINERJA MANAJERIAL

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEEFEKTIFAN ANGGARAN PARTISIPATIF DALAM PENINGKATAN KINERJA MANAJERIAL PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEEFEKTIFAN ANGGARAN PARTISIPATIF DALAM PENINGKATAN KINERJA MANAJERIAL (Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah di Wilayah Eks Karesidenan Surakarta) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penelitian partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penelitian partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial sudah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial sudah banyak dilakukan. Hal ini dikarenakan partisipasi dinilai mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami kebangkrutan karena tidak siap akan perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami kebangkrutan karena tidak siap akan perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi informasi membuat lingkungan bisnis mengalami perubahan yang cukup signifikan. Tidak jarang banyak perusahaanperusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan timbulnya suatu ketidakpastian lingkungan bisnis. Hal ini akan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan timbulnya suatu ketidakpastian lingkungan bisnis. Hal ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha saat ini dihadapkan pada persaingan yang dapat menyebabkan timbulnya suatu ketidakpastian lingkungan bisnis. Hal ini akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggaran partisipatif dengan kinerja manajerial. untuk beroperasi lebih efisien dan efektif. Untuk itu pihak manajemen harus

BAB I PENDAHULUAN. anggaran partisipatif dengan kinerja manajerial. untuk beroperasi lebih efisien dan efektif. Untuk itu pihak manajemen harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penyusunan anggaran partisipatif terhadap kinerja manajerial. Penelitian ini juga menguji pengaruh ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini lingkungan organisasi berubah secara cepat, sehingga mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang dimiliki terbatas.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Anggaran Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, proses dalam menghasilkan produk/jasa tersebut, sistem jual-beli yang ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007) BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Anggaran 2.1.1 Definisi Anggaran Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007) dalam akuntansi sektor publik mendefinisikan anggaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perencanaan strategis perusahaan, penyusunan anggaran merupakan salah satu hal yang paling penting. Oleh karena itu, bawahan sebaiknya diikutsertakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar maupun kecil dan juga perkembangan di sektor industri yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. besar maupun kecil dan juga perkembangan di sektor industri yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia usaha jauh berkembang dengan pesat baik dalam skala besar maupun kecil dan juga perkembangan di sektor industri yang memiliki peran penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mungkin. Untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi operasional maka

BAB I PENDAHULUAN. mungkin. Untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi operasional maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini dari masa ke masa terasa semakin kompetitif. Perusahaan dituntut untuk dapat beroperasi seefektif dan seefisien mungkin. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis

Lebih terperinci

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menurut Bastian (2006) kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha pada saat ini dihadapkan pada banyaknya persaingan yang menyebabkan suatu ketidakpastian lingkungan bisnis yang akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipimpin oleh satu hierarki manajer, dengan chief exeutive officer (CEO) pada

BAB I PENDAHULUAN. dipimpin oleh satu hierarki manajer, dengan chief exeutive officer (CEO) pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja bersamasama untuk mencapai tujuan bersama (dalam suatu organisasi bisnis tujuan utamanya adalah memperoleh

Lebih terperinci

Achmad Solechan *) Ira Setiawati *) Abstract. ) and Variable Characteristic MAS and Decentralization as Variable Moderating (X 1

Achmad Solechan *) Ira Setiawati *) Abstract. ) and Variable Characteristic MAS and Decentralization as Variable Moderating (X 1 PENGARUH KARAKTERISTIK SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN DAN DESENTRALISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KABUPATEN SEMARANG) (The Influence Of

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997:419) mengungkapkan penilaian kinerja sebagai penentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia semakin kompetitif yang menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia semakin kompetitif yang menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis di Indonesia semakin kompetitif yang menuntut setiap perusahaan untuk dapat mengelola bisnis menjadi lebih profesional. Perkembangan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Kajian Teori a. Teori Kontijensi Penggunaan teori kontijensi untuk analisis sitem akuntansi manajemem telah lama menarik

Lebih terperinci

Oleh : DIDHIK HERMANSAH B

Oleh : DIDHIK HERMANSAH B PENGARUH SISTEM PENGANGGARAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN PELAKSANAAN ANGGARAN YANG EFEKTIF PADA RUMAH SAKIT DI WILAYAH BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan persaingan global sekarang ini yang diliputi banyak ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan inovatif

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. KUSUMA DIPA NUGRAHA

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. KUSUMA DIPA NUGRAHA PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. KUSUMA DIPA NUGRAHA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kontijensi Teori kontijensi menyatakan bahwa tidak ada rancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen yang dapat

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN SKRIPSI

JURNAL PENELITIAN SKRIPSI JURNAL PENELITIAN PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu: Kepala Divisi Perusahaan tiap departemen yang bersedia

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu: Kepala Divisi Perusahaan tiap departemen yang bersedia 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini yaitu: Kepala Divisi Perusahaan tiap departemen yang bersedia berpartisipasi dalam pengisian kuesioner pada perusahaan

Lebih terperinci

Pratama Ilham Safitrie B

Pratama Ilham Safitrie B PENGARUH PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KINERJA MANAJER DAN PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN (Survey Pada Perusahaan Tekstil di Eks Karesidenan Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

KUESIONER. isilah pada tempat yang disediakan dengan singkat dan jelas. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan. Usia :

KUESIONER. isilah pada tempat yang disediakan dengan singkat dan jelas. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan. Usia : KUESIONER Petunjuk pengisian berikut terdiri dari tipe isian dan tipe pilihan, pada tipe isian isilah pada tempat yang disediakan dengan singkat dan jelas. Berilah tanda silang (X) pada salah satu nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan mutu pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009) Sistem Informasi Akuntansi Manajemen merupakan alat yang efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan mutu pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009) Sistem Informasi Akuntansi Manajemen merupakan alat yang efektif dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, dengan kemajuan perkembangan industri pelayanan kesehatan di Indonesia, maka pemerintah berkewajiban turut ikut serta dalam hal memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Menurut Halim & Syam Kusufi (2012) mengatakan bahwa anggaran memiliki peranan penting dalam organisasi sektor publik, terutama organisasi pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses yang memiliki nilai tambah (Juniarti dan Evelyne, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. proses yang memiliki nilai tambah (Juniarti dan Evelyne, 2003) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu peran penting sistem informasi akuntansi adalah menyediakan informasi bagi orang yang membutuhkan informasi dengan cara yang mudah dan pada saat yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Milliken (1987) dalam Astuti (2007) Ketidakpastian Lingkungan adalah rasa ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi sesuatu secara akurat dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai pengujian Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial. Berikut

Lebih terperinci

MAYA PURNASARI B

MAYA PURNASARI B DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIBEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL (STUDY EMPIRIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KARESIDENAN SURAKARTA)

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Manajerial Dengan Self Efficacy dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating

Judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Manajerial Dengan Self Efficacy dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating Judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Manajerial Dengan Self Efficacy dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Bank Perkreditan Rakyat Kota Denpasar) Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi-fungsinya. Peranan tersebut ditujukan pada seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi-fungsinya. Peranan tersebut ditujukan pada seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha dalam peningkatan kinerja dibidang kesehatan khususnya Rumah Sakit Umum Daerah menuntut organisasi tersebut beroperasi seefektif dan seefisien mungkin. Terwujudnya

Lebih terperinci

1. Peran individu dalam organisasi olahraga. 2. Menjelaskan tentang perilaku organisasi.

1. Peran individu dalam organisasi olahraga. 2. Menjelaskan tentang perilaku organisasi. mansur@uny.ac.id 1. Peran individu dalam organisasi olahraga. 2. Menjelaskan tentang perilaku organisasi. 3. Membahas sejumlah topik yang terkait dengan individu yang bekerja dalam manajemen olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap. ditetapkan sebelumnya (Sardjito dan Muthaher, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap. ditetapkan sebelumnya (Sardjito dan Muthaher, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai suatu sistem pengendalian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini ditandai dengan adanya kompetisi usaha yang semakin ketat dalam skala global, kondisi tersebut didorong oleh kemajuan teknologi,

Lebih terperinci

Mohon Anda menjawab pertanyaan ini dengan memberi tanda ( v ) dari pilihan jawaban.

Mohon Anda menjawab pertanyaan ini dengan memberi tanda ( v ) dari pilihan jawaban. Yth. Bp./ Ib. / Sdr. / I. Perusahaan: DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : L / P * Jabatan : Lama Bekerja : Lama Menduduki Jabatan : Perusahaan, Tanda Tangan dan Cap Perusahaan Mohon Anda menjawab

Lebih terperinci

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL 0 DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL (Studi Kasus Pada Rumah Sakit di Wilayah Surakarta) Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melihat dan menggunakan peluang yang ada serta dapat mengidentifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat melihat dan menggunakan peluang yang ada serta dapat mengidentifikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi persaingan ini, semakin sulit bagi manajer untuk membuat keputusan yang tepat karena masalah yang dihadapi semakin kompleks, oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang akan dilakukan. Secara garis besar, sumber teori dapat dibedakan menjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang akan dilakukan. Secara garis besar, sumber teori dapat dibedakan menjadi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Tinjauan teoretis diperlukan untuk menegaskan landasan teoritis penelitian yang akan dilakukan. Secara garis besar, sumber teori dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam persaingan bisnis dewasa ini perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam persaingan bisnis dewasa ini perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam persaingan bisnis dewasa ini perusahaan dituntut untuk memanfaatkan semaksimal mungkin kemampuan yang dimiliki agar dapat memperoleh dan mempertahankan pangsa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan loyalitas individu terhadap organisasi. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah absensinya

Lebih terperinci

BAB 1` PENDAHULUAN. Apapun yang dikerjakan oleh manusia baik secara individu maupun

BAB 1` PENDAHULUAN. Apapun yang dikerjakan oleh manusia baik secara individu maupun BAB 1` PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apapun yang dikerjakan oleh manusia baik secara individu maupun kelompok, mandiri maupun di bawah kendali orang lain, pasti bertujuan untuk mencapai sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana setiap tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan suatu bentuk organisasi sektor publik yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana setiap tahun memerlukan anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dibutuhkan proses yang baik dari pengendalian manajemen.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dibutuhkan proses yang baik dari pengendalian manajemen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan bisnis perhotelan di Kota Yogyakarta. Tak bisa dimungkiri, semakin maju sektor pariwisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan menggunakan sumber daya yang

Lebih terperinci

KUESIONER. Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, dan Kinerja Manajerial (Studi

KUESIONER. Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, dan Kinerja Manajerial (Studi KUESIONER Kuesioner ini disusun untuk memperoleh data data yang diperlukan untuk penelitian mengenai Sistem Akuntansi Manajemen Broadscope, Persepsi Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, dan Kinerja

Lebih terperinci