LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL"

Transkripsi

1 LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GORONTALO DALAM MEMINIMALISIR KONVERSI SEMPADAN DANAU LIMBOTO MENJADI PERMUKIMAN BEBAS Di ajukan oleh : M. SOFYAN MOPANGGA NIM: Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Johan Jassin, SH.,MH NIP : Nirwan Junus, SH.,MH NIP : Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Hukum Suwitno Y. Imran SH.,MH NIP : Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 1

2 PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GORONTALO DALAM MEMINIMALISIR KONVERSI SEMPADAN DANAU LIMBOTO MENJADI PERMUKIMAN BEBAS M. Sofyan Mopangga Johan Jasin Nirwan Junus Fakultas Hukum A B S T R A K Skripsi ini membahas tentang faktor-faktor apa yang mendorong terjadinya konversi sempadan Danau Limboto oleh warga di Lingkungan III (Boungo) dan Lingkungan V (Wulungiyo) Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dan Bagaimana peran Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo dalam meminimalisir konversi sempadan Danau Limboto menjadi permukiman bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mendorong terjadinya konversi (alih fungsi) sempada Danau Limboto oleh warga di Lingkungan III (Boungo) dan Lingkungan V (Wulungiyo) Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dan Untuk mengetahui dan menganalisis peran Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo dalam meminimalisir konversi (alih fungsi) sempadan Danau Limboto menjadi permukiman bebas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian empiris, teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara, angket atau kuesioner dan observasi serta menggunakan analisis data yang bersifat deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar faktor pendorong terjadinya konversi sempadan Danau Limboto di Lingkungan III (Boungo) dan Lingkungan V (Wulungiyo) Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo menjadi permukiman bebas disebabkan dari lemahnya pengawasan dan kontrol dari Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo sedangkan faktor lainnya bersumber dari masyarakat dan unsur lingkungannya dan hal ini juga terjadi karena peran Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo belum terlaksana secara maksimal dalam meminimalisir konversi sempadan Danau Limboto menjadi permukima bebas. Kata Kunci : Peran, Pemerintah Daerah, Konversi Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 2

3 Danau Limboto yang merupakan salah satu icon kekayaan alam yang dimiliki oleh Provinsi Gorontalo yang secara administrasi terletak di dua wilayah yaitu + 30% di wilayah Kota Gorontalo dan + 70% di wilayah Kabupaten Gorontalo yang mampu menjangkau sampai 7 Kecamatan, 6 Kecamatan di Kabupaten Gorontalo, yaitu Kecamatan Limboto, Kecamatan Limboto Barat, Kecamatan Telaga, Kecamatan Tilango, Kecamatan Telaga Biru, Kecamatan Batudaa dan 1 Kecamatan di Kota Gorontalo, yaitu Kecamatan Kota Barat. Danau Limboto mempunyai fungsi yang sangat terkait dengan kebutuhan hidup masyarakat serta merupakan salah satu aset sumber daya alam yang dimiliki Gorontalo saat ini. Secara ekologis danau berfungsi sebagai wadah alam tempat habitat dari berbagai biota air, dan juga berfungsi sebagai pengendali banjir. Dari sisi ekonomis Danau Limboto dapat dimanfaatkan sebagai sumber mata pencaharian bagi para petani dan nelayan di sekitarnya, juga berfungsi sebagai sarana transportasi dan obyek wisata. Danau Limboto berdasarkan catatan pihak Balai Wilayah Sungai Sulawesi II Gorontalo, memiliki luas mencapai ha dengan kedalaman mencapai + 30 meter pada tahun Namun dari tahun ke tahun luas dan kedalamannya ini semakin berkurang. Pada tahun 1955 kedalaman danau menyusut menjadi 16 meter. Dan dalam kurun waktu + 30 tahun, pada tahun 1961 luas Danau Limboto menurun menjadi ha dengan kedalaman 10 meter. Hingga pada tahun 1990 sampai saat ini kedalaman Danau Limboto hanya tinggal mencapai rata-rata 2 meter saja dengan luas yang tersisa ha. Sehingga dalam kurun waktu 54 tahun luas Danau Limboto berkurang ha (62,60%). Jika dihitung pertahunnya tingkat penyusutan danau mencapai 65,89 ha Kondisi Danau Limboto saat ini berada pada situasi kritis dan sangat memprihatinkan. Selain telah mengalami penyusutan yang cukup drastis, luasan danau pun telah mengalami penyempitan karena tidak terkendalinya aktivitas manusia yang menggunakan sempadan danau sebagai areal permukiman dengan bebas. Selain dijadikan sebagai areal permukiman warga juga melakukan pengkaplingan lahan untuk kepentingan pribadi yang penggunaanya diperuntukkan untuk kegiatan pertanian dan perikanan. Hal ini menyebabkan Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 3

4 semakin berkurangnya luasan perairan danau yang menyebabkan menurunnya fungsi danau sebagai kawasan penampung air sehingga berpotensi terjadinya banjir dan kekeringan di sekitar wilayah kawasan danau bahkan di luar kawasan Danau Limboto. Balai Wilayah Sungai Sulawesi II Gorontalo mencatat penggunaan danau beserta sempadannya sudah mencapai ha yang telah dikapling oleh warga dan dimanfaatkan untuk peruntukan pertanian (sawah dan ladang) ha, permukiman ha, dan peruntukan lain seperti kolam ikan + 42 ha. Konversi (alih fungsi) sempadan Danau Limboto menjadi permukiman bebas atas dasar kehendak dan kepentingan pribadi adalah hal yang keliru jika didasarkan pada pemahaman bahwa lahan tersebut dapat dikuasai begitu saja dengan mengabaikan ketentuan yang telah diatur dalam peraturan perundangundangan yang ada. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai norma dasar (grundnorm/ basic norm/ fundamental norm) dengan jelas menegaskan dalam Pasal 33 ayat 3 bahwa : bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Tindakan warga yang telah merubah fungsi sempadan Danau Limboto menjadi permukiman bebas bertentangan dengan Pasal 23 Ayat 2 Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Danau Limboto yang berbunyi : Setiap orang, kelompok orang, dan/atau badan hukum dilarang mendirikan atau merubah bangunan di daerah sempadan kecuali untuk tujuan pemulihan dan konservasi danau Terlebih lagi masalah kompleks yang dihadapi sekarang adalah peran dari pemerintah yang belum nampak dalam meminimalisir tindakan masyarakat yang telah merubah fungsi (konversi) sempadan Danau Limboto menjadi permukiman bebas seperti yang ada di Desa Hunggaluwa Kecamatan Limboto di Kabupaten Gorontalo pada saat ini. Padahal secara normatif Undang-Undang Dasar 1945 sebagai grundnorm/ basic norm/ fundamental norm, telah memberikan legitimasi kepada negara dalam hal ini pemerintah untuk bisa bertindak secara konstitusional Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 4

5 dalam menjalankan perannya sebagai pelaksana undang-undang. Berdasarkan asas tugas pembantuan, Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo dapat secara normatif menjalankan tugas yang diamantkan oleh peraturan perundang-undangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Danau Limboto. Sebab berdasarkan ketentuan Pasal 20 Ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 (Undang-Undang Pemerintahan Derah), yang berbunyi : Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah provinsi diselenggarakan: a. sendiri oleh Daerah provinsi; b. dengan cara menugasi Daerah kabupaten/kota berdasarkan asas Tugas Pembantuan; atau c. dengan cara menugasi Desa. Berdasarkan asas tugas pembantuan ini Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo diberikan peran oleh Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo yang diakomodir dalam bentuk wewenang dan tanggung jawab yang hampir sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo dalam menghadapi persoalan konversi (alih fungsi) sempadan Danau Limboto menjadi permukiman bebas seperti saat ini. Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo telah mengakomodir peran Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo dalam produk hukum berupa Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Danau Limboto. Peran pemerintah Kabupaten Gorontalo di dalam Perda Pengelolaan Danau Limboto ini terdapat pada Pasal 11 yang berbunyi : Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota: a. pembuatan Peraturan Bupati dan Walikota tentang Pengelolaan Danau; b. menyiapkan rencana pengelolaan danau sebagai bagian dari rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang Kabupaten dan Kota; c. menyelenggarakan pengelolaan danau di Kabupaten dan Kota; d. melakukan pemantauan, pengawasan dan pelaporan pengelolaan danau secara periodik dua kali dalam setahun; e. melakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan danau di masing-masing Kabupaten dan Kota; f. melakukan penelitian dan pengembangan pengelolaan danau; Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 5

6 g. melakukan koordinasi dan kerjasama pengelolaan danau dengan Pemerintah Provinsi. Seharusnya Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo bisa menjadikan pasal 11 ini menjadi dasar pelaksanaan perannya sebagai pelaksana undang-undang dalam meminimalisir konversi (alih fungsi) sempadan Danau Limboto yang telah berubah menjadi permukiman bebas seperti saat ini. Pengelolan Danau Limboto merupakan serangkaian upaya-upaya untuk mencegah, memulihkan kerusakan, mencegah, memanfatkan, melindungi dan melestarikan fungsi-fungsi danau sebagai penyangga kehidupan pada masa sekarang dan masa yang akan datang serta memanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Sehingga penting bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo dalam menjalankan perannya secara maksimal terhadap pengelolaan Danau Limboto untuk meminimalisir konversi (alih fungsi) sempadan Danau Limboto menjadi permukiman bebas. Kondisi sempadan Danau Limboto yang ada di Desa Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo yang telah dipadati oleh permukiman memberikan gambaran bahwa memang Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo belum menunjukan palaksanaan peran secara maksimal. 1. Metode Penulisan Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di Lingkungan III (Boungo) dan Lingkungan V (Wulungiyo) Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo karena letak Danau Limboto yang berada 70 % berada di Kabupaten Gorontalo dan 30 % di Kota Gorontalo. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik perilaku verbal yang diperoleh dari wawancara maupun perilaku nyata yang dilakukan melalui pengamatan langsung. Selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu suatu cara analisis hasil penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu data yang dinyatakan oleh responden atau narasumber secara tertulis atau lisan serta juga tingkah laku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Hasil data yang dikualitatifkan dalam penelitian ini adalah hasil data olahan yang berasal dari Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 6

7 wawancara dengan pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo dalam hal ini Bagian Hukum yakni Ibu Sri Dewi R. Nani SH.,MH, Dinas Pekerjaan Umum yaitu Bapak Erwan F. Tone ST, Balai Wilayah Sungai Sulawesi II Gorontalo yaitu Bpak Wempy Wily Waroka ST, dan dari pihak Kelurahan Hunggaluwa yaitu Bapak Andi A. Masi, SS serta para responden terpilih sebanyak 30 responden dari Lingkungan III (Boungo) dan Lingkungan V (Wulungiyo. Berdasarkan masalah yang diajukan adalah Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo Dalam Meminimalisir Konversi Sempadan Danau Limboto Menjadi Permukiman Bebas, maka penelitian ini bersifat empiris. Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder dimana data primer merupakan hasil wawancara dengan narasumber serta dari teknik pengolahan data responden yang diolah menggunakan teknik kuantitatif yang disajikan melalui table persentase, dan data sekunder sebagai data pendukung data primer seperti dokumen-dukumen yang berkaitan dengan Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo Dalam Meminimalisir Konversi Sempadan Danau Limboto Menjadi Permukiman Bebas. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, angket atau kuesioner dan observasi. Analisis data dilakukan dengan cara menguraikan dan memaparkan secara jelas data-data yang diperoleh yang selanjutnya dikaji, dianalisa dan ditarik suatu kesimpulan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat oleh peneliti yang berkaitan dengan Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo Dalam Meminimalisir Konversi Sempadan Danau Limboto Menjadi Permukiman Bebas. 2. Hasil dan Pembahasan 2.1 Faktor-Faktor Yang Mendorong Terjadinya Konversi Bantaran Danau Limboto Oleh Warga Di Lingkunagn III (Bungo) dan Lingkungan V (Wulungiyo) Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Faktor Pengawasan Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo. Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo dalam hal ini kepala daerah (Bupati) sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan adalah unsur yang memegang peran penting dalam mengatasi persoalan ini. Pemerintah Daerah sebagai penentu arah kebijakan telah Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 7

8 lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga megabaikan fungsi kontrol dan pengawasan terhadap penguasaan lahan dalam hal ini sempadan Danau Limboto yang dijadikan sebagai areal permukiman. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 18 Maret 2015 dengan Bapak Wempy Wily Waroka, ST selaku Penata Muda III/a Pelaksana Teknik Kegiatan Prasarana Konservasi Sumber Daya Air di Balai Wilayah Sungai Sulawesi II Gorontalo Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air konversi sempadan danau di Lingkungan III (Bionga) dan di Lingkungan V (Wolongiyo) di Kelurahan Hunggaluwa ini berawal dari kurangnya pengawasan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo sebagai pemilik wilayah. Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo kurang bertindak tegas terhadap para pengguna sempadan danau yang mengambil alih penguasaan bantaran danau untuk dijadikan permukiman. Pihak Balai mengetahui bahwa setelah Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Danau Limboto diterbitkan maka tidak ada kebebasan untuk mendirikan rumah di ssempadan danau. Namun hal ini menjadi terabaikan dan tidak ditegaskan oleh pihak Pemerintah Daerah kepada masyarakat secara komperhensif sehingga banyak orang yang tidak mengetahui akan hal ini. Balai Sungai mencatat dalam kurun waktu 25 tahun sejak pertambahan permukiman meningkat drastis tahun 1990 hingga saat ini di Lingkungan III (Boungo) dan Lingkungan V (Wulongiyo) rata-rata mencapai 4 % dari 285 kepala keluarga pada setiap lingkungan. Artinya dari tahun 1990 sampai saat ini kurang lebih ada pertambahan 11 kepala keluarga yang bisa menjadi indikator adanya pertambahan permukiman setiap tahunnya. Selain itu peran Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo yang tertuang didalam Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Danau Limboto yang dianggap bisa mengantisipasi dan meminimalisir alih fungsi (konversi) sempadan danau Limboto menjadi permukiman belum terlaksana dengan baik. Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo mempunyai wewenang dan tanggungjawab terhadap pengelolaan Danau Limboto, salah satunya adalah melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Pemerintah Provinsi terkait penetapan batas danau, garis sempadan danau, serta zona-zona terlarang di areal Danau Limboto yang tidak Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 8

9 boleh dijadikan areal permukiman dan aktivitas lainnya. Penetapan batas danau, garis sempadan danau, serta zona-zona terlarang sangatlah penting untuk ditekankan kepada masyarakat sehingga masyarakat terdorong untuk tidak menggunakan sempadan Danau Limboto menjadi areal permukiman. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti menilai memang benar ada kelalaian dari sisi pengawasan dan kurangnya ketegasan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo mengingat berdasarkan isi dari Pasal 23 Ayat 2 Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Danau Limboto yang berbunyi : Setiap orang, kelompok orang, dan/atau badan hukum dilarang mendirikan atau merubah bangunan di daerah sempadan kecuali untuk tujuan pemulihan dan konservasi danau Hal diperkuat dengan ketentuan Pasal 18 Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung yang berbunyi : Kriteria kawasan sekitar danau/waduk adalah daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Ukuran khusus terhadap sempadan danau dalam hal ini daratan yang terbentuk dengan radius meter dari titik pasang air tertinggi kearah darat merupakan kawasan lindung yang harus dijaga dan disterilkan dari segala aktivitas warga untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau itu sendiri. Sehingga adalah hal yang benar untuk mengeluarkan larangan bagi setiap orang, kelompok orang, dan atau badan hukum untuk mendirikan atau merubah bangunan di daerah sempadan danau sesuai dengan ketentuan Pasal 23 Ayat 2 Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Danau Limboto, walaupun pada kenyataannya ketentuan ini belum bisa diterapkan dengan baik sehingga tidak heran kalau ada pertambahan kepala keluarga yang berimbas pada bertambahnya juga permukiman yang mencapai 4 % pertahunnya. Disisi lain Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo juga kurang melakukan sosialisasi terkait hak, kewajiban dan peran masyarakat serta pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan danau dan pemanfaatan sempadan danau sehingga Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 9

10 yang muncul adalah masyarakat bukan lagi sebatas memanfaatkan bantaran danau malah mengambil alih untuk kepentingaan individu dan kelompok. Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat secara terpadu akan sangat mempengaruhi pola pikir, tindakan serta kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sempadan danau. Secara teknis memang Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo tidak banyak memberikan peran terkait pengelolaan Danau Limboto, sehingga sebagian besar faktor pendorong terjadinya konversi (alih fungsi) bantaran danau limboto oleh warga di Lingkungan III (Boungo) dan Lingkungan V (Wolongiyo) Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo adalah karena dari unsur kelalaian Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo sendiri Faktor Masyarakat/Sumber Daya Manusia. Tingginya tingkat kebutuhan masyarakat akan lahan permukiman dipicu karena tingginya laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Gorontalo sendiri cukup tinggi dengan angka rata-rata 1,64% per tahun. Sedangkan Kota Gorontalo laju pertumbuhan penduduknya rata-rata 0,53% pertahunnya. Selain itu faktor ekonomi juga menjadi satu kendala untuk terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan lahan permukiman. Dari 30 responden terpilih di dua lingkungan yaitu di Lingkungan III (Boungo) dan Lingkungan V (Wulongiyo) Kelurahan Hunggaluwa, sebanyak 27 responden atau sebesar 90 % mengakui bahwa sulit untuk mencari lokasi yang bisa dijadikan tempat tinggal, sehingga lebih memilih bermukim di sempadan Danau Limboto yang kebanyakan merupakan rumah peninggalan orang tua terdahulu. Selain itu keseluruhan responden (30 orang) atau sebesar 100 % tergolong dalam kategori ekonomi lemah sehingga membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk mendaptkan lokasi di tempat lain. Diketahui bahwa sempadan Danau Limboto yang pada awalnya cuma dimanfaatkan pertanian namun secara berangsur-angsur telah berubah menjadi permukiman. Sebanyak 18 responden atau sebesar 60 % yang tidak mengetahui bahwa tempat yang mereka tinggali adalah sempadan Danau Limboto, dan 12 responden lainnya atau sebesar 40 % lainnya mengetahui kalau rumah mereka sekarang berada di sempadan Danau Limboto. Dsisi lain 19 responden atau sebesar 63,3333 % tidak mengetahui kalau sempadan Danau Limboto tidak boleh dijadikan sebagai lahan Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 10

11 tempat tinggal, sedangkan 11 responden lain atau sebesar 36,66667 % mengetahui bahwa sempadan Danau Limboto tidak boleh dijadikan sebagai areal permukiman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat di dua lingkungan ini masih sangat kurang karena dari jumlah responden terpilih masih banyak yang tidak mengetahui secara pasti titik lokasi tempat mereka tinggal serta ketentuan-ketentuan yang berlaku terkait sempadan Danau Limboto. Selain itu untuk mengukur tingkat pengetahuan hukum masyarakat yang akan berdampak pada nilai kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap hukum itu sendiri, peneliti mencatat keseluruhan dari responden (30 orang) atau sebesar 100 % tidak mengetahui sama sekali tentang keberadaan dan berlakunya Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Danau Limboto. Selain itu keseluruhan responden (30 orang) atau sebesar 100 % bahkan tidak mengetahui hak, kewajiba, dan peran mereka sebagai masyarakat terkait pengelolaan danau dan pemanfaatan semppadan Danau Limboto dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Instrumen Kuesioner Tabel Data Persentasi Hasil Kuesioner Kelurahan Hunggaluwa Lingkungan III Lingkungan V Jum. Frekwensi yang diharapkan (N) Jum. Kesel uruha n samp el (F) Persentase 2 Lingkungan (P) No. Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk (-1-) % 0 % 2. (-2-) % 10% 3. (-3-) % 0% 4. (-4-) % 50% 5. (-5-) % 60% 6. (-6-) (-7-) , % 33, % 63, % 33, % Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 11

12 8. (-8-) % 70% 9. (-9-) , % 76, % 10. (-10-) , % 11. (-11-) % 12. (-12-) % Sumber : Data Primer, 2015 N Rumus : P = x 100 % Keterangan rumus : - P = Persentase Keterangan Instrumen Kuesioner : (-1-). Tergolong ekonomi lemah; F (-2-). Kesulitan mencari tempat tinggal; 86, % 100 % 100 % - N= Jumlah frekwensi yang diharapkan (jumlah antara responden {ya}+{ya} dan {tidak}+{tidak}) - F = Keseluruhan sampel 30 kepala keluarga (-3-). Sudah lama menempati tempat tinggal saat ini; (-4-). Rumah peninggalan turun temurun; (-5-). Mengetahui tempat tinggal saat ini di sempadan Danau Limboto; (-6-). Mengetahui larangan bermukim di sempadan Danau Limboto; (-7-). Mengetahui ada peran aktif dari Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo terhadap pengelolaan Danau Limboto; (-8-). Pernah mengikuti sosialisasi pengelolaan Danau Limboto dari Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo; (-9-). Pernah ditegaskan oleh pemerintah daerah setempat untuk tidak mendirikan rumah di sempadan Danau Limboto; (-10-).Pernah terlibat langsung dengan pemerintah setempat dalam kegiatan pengelolaan Danau Limboto; Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 12

13 (-11-).Mengetahui Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Danau Limboto; (-12-).Mengetahui hak, kewajiban dan peran masyarakat dalam pemanfaatan sempadan Danau Limboto. Faktor kesadaran hukum merupakan hal yang paling penting dalam mengefektifkan sebuah peraturan hukum. Karena dari kesadaran hukumlah akan muncul ketaatan terhadap hukum, ketaatan terhadap produk hukum yang di keluarkan oleh pemerintah. Khususnya yang paling penting untuk meningkatkan suatu kemajuan terhadap daerah ini merupakan hal yang sangat perlu untuk diperhatikan. Bagaimana respon terhadap kesadaran hukum yang berdampak terhadap ketaatan produk hukum yang dikeluarkan oleh para pembuat peraturan. Peneliti melihat hal ini disebabkan kurangnya keinginan dari masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan didorong oleh keterdesakan akan kebutuhan lokasi permukiman. Selain itu peneliti juga melihat masyarakat yang tinggal di sempadan Danau Limboto yang ada di lokasi penelitian sudah terbiasa dengan kebiasaan dan pola hidup yang bergantung dengan lingkungan hidup tempat mereka tinggal. Sebab lingkungan tempat mereka tinggal sekarang membantu terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari, karena telah banyak yang menggunakan bantaran Danau Limboto untuk bertani dan beternak ikan. Minimnya ketersediaan lahan permukiman dilokasi lain bukan berarti menjadikan bantaran Danau Limboto sebagai alternatif untuk dijadikan sebagai lahan permukiman. Sehingga peneliti dapat menganalisa faktor pendorong terjadinya konversi sempadan Danau Limboto oleh warga di Lingkungan III (Boungo) dan Lingkungan V (Wulungiyo) Kelurahan Hunggaluwa menjadi permukiman dikarenakan faktor kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal Daya Dukung Lingkungan. Kondisi sempadan Danau Limboto yang sangat open accsess menjadi salah satu daya tarik yang mendorong masyarakat memilih bantaran Danau Limboto untuk dijadikan lahan permukiman. Didukung kondisi tanah yang subur menjadikan sempadan Danau Limboto menjadi incaran setiap orang untuk ditempati. Warga di Lingkungan III (Boungo) dan Lingkungan V (Wolongiyo) Kelurahan Hunggaluwa sedikit banyak telah menggantunkan Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 13

14 kehidupan mereka dengan lingkungan sekitar mereka tinggal dengan bercocok tanam seperti membuka lahan persawahan dan pembudidayaan ikan. Lingkungan mereka tinggal telah membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka selama bertahun-tahun. Hal inilah yang menjadikan salah satu faktor mengapa mereka memilih sempadan danau untuk menjadi tempat tinggal mereka dan enggan untuk berpindah tempat. Namun tentu hal ini tidak bisa dipandang sebelah mata sebab hal ini tidak sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 33 ayat 3 yang berbunyi : bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Hal ini menegaskan bahwa sesungguhnya Danau Limboto beserta sempadannya berada dibawah kekuasaan negara dan pemanfaatannya dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat. Hal ini diperkuat dengan ketentuan Pasal 2 Ayat 2 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria yang berbunyi : Hak menguasai dari Negara termasuk dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk : a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkas tersebut; b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa; c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Hak menguasai dari Negara seperti yang tertuang di dalam Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 bukanlah berati bahwa Negaralah sebagai penguasa dan pemilik tanah. Namun lebih tepat jika negara sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat (bangsa) yang bertanggungjawab secara utuh untuk semua penguasaan bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Kata dikuasai bukanlah berarti dimiliki namun adalah pengertian, yang memberi wewenang kepada Negara, sebagai organisasi kekuasaan dari Bangsa Indonesia, pada tingkatan yang tertinggi dalam mengatur segala hal yang ada kaitannya terkait peruntukan pemanfaatan bumi, air dan ruang Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 14

15 angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Selain itu, tindakan warga yang seenaknya dalam menggunakan sempadan Danau Limboto untuk kepentingan pribadi dan kelompok ini sesungguhnya bertentangan dengan ketetapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria pada pasal 6 yang berbunyi: Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial Ketentuan diatas mengisyaratkan tidak dapat dibenarkan bahwa sebidang tanah dipergunakan hanya untuk kepentingan pribadi semata, apalagi jika hal tersebut menimbulkan kerugian bagi masyarakat lainnya. Implikasi hukumnya adalah bahwa untuk kepentingan bersama, bangsa dan negara maka masyarakat tidak bisa memaksakan kepentingannya atau kelompok berkaitan dengan penggunaan tanah, meskipun tanah tersebut merupakan tanah adat atau tanah ulayat. Sehingga tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat daripada haknya agar bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat luas dan daerah setempat. Selain itu kaitannya dengan fungsi sosialnya, maka adalah suatu keharusan sempadan Danau Limboto untuk dijaga dari kerusakan dan kelestariannya sehingga bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo Dalam Meminimalisir Konversi Bantaran Danau Limboto Menjadi Permukiman Bebas. Alasan dasar pemerintah harus campur tangan dalam persoalan ini adalah karena secara legalitas Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo mempunyai wewenang dan tanggungjawab terhadap pengelolaan Danau Limboto. Memang secara kewenangan hal ini menjadi urusan penuh Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo. Sebab melihat lokasi, penggunaan, manfaat atau dampak negatif dari Danau Limboto melewati lintas Kabupaten/Kota serta penggunaan sumber dayanya lebih efisin dilakukan oleh Provinsi Gorontalo seperti yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 13 ayat 3 : Berdasarkan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi adalah: a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota; b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota; Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 15

16 c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah Provinsi. Namun sebagaimana telah dipahami, bahwa Kepala Daerah Kabupaten Gorontalo (Bupati) sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan dapat dibebani (oleh peraturan perundang-undangan) wewenang, tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan urusan atau kepentingan Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo. Wewenang, tugas, dan tanggungjawab tersebut dapat dibebankan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo berdasarkan asas tugas pembantuan yang timbul karena peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 20 ayat 1 huruf b: Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah provinsi diselenggarakan: a. sendiri oleh Daerah provinsi; b. dengan cara menugasi Daerah kabupaten/kota berdasarkan asas Tugas Pembantuan; atau c. dengan cara menugasi Desa. Berdasarkan asas tugas pembantuan ini Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo mendapatkan tugas membantu Pemerintah Provinsi terkait pengelolaan Danau Limboto. Sehingga secara hukum Pemerintah Daerah Kabupaten mempunyai tanggungjawab dan kewajiban untuk melaksanakan tugas ini. Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomo 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Danau Limboto adalah produk hukum Pemerintah Provinsi yang didalamnya memuat wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo terkait Pengelolaan Danau Limboto yang dimuat pada pasal 11 : Wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota: a. pembuatan Peraturan Bupati dan Walikota tentang Pengelolaan Danau; b. menyiapkan rencana pengelolaan danau sebagai bagian dari rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang Kabupaten dan Kota; c. menyelenggarakan pengelolaan danau di Kabupaten dan Kota; Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 16

17 d. melakukan pemantauan, pengawasan dan pelaporan pengelolaan danau secara periodik dua kali dalam setahun; e. melakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan danau di masing-masing Kabupaten dan Kota; f. melakukan penelitian dan pengembangan pengelolaan danau; g. melakukan koordinasi dan kerjasama pengelolaan danau dengan Pemerintah Provinsi. Diketahui bahwa pasal 11 ini memuat tugas pelaksanaan kegiatan pengelolaan Danau Limboto oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo yang dianggap sangat penting untuk meminimalisir serta mengantisipasi pertambahan jumlah permukiman yang ada di sempadan Danau Limboto. Ada beberapa wewenng dan tanggungjawab penting didalamnya, yaitu menyelenggarakan pengelolaan danau yang meliputi upaya-upaya untuk mencegah, memulihkan kerusakan, memanfaatkan, melindungi dan melestarikan fungsi-fungsi danau sebagai penyangga kehidupan pada masa sekarang dan yang akan datang serta memanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu melakukan pemantauan, pengawasan dan pelaporan pengelolaan danau secara periodik dua kali dalam setahun, dan melakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan danau serta melakukan kordinasi dan kerjasama dengan Pemerintah Provinsi untuk bisa lebih mengefektifkan kinerja pemerintah di daerah. Masyarakatpun wajib untuk dilibatkan agar masyarakat merasa bagian dari upaya untuk melestarikan sumber daya alam secara berasama-sama sehingga timbul kesadaran untuk tidak membangun rumah di sempadan danau. 3. Kesimpulan dan Saran 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa : Faktor-faktor pendorong terjadinya konversi bantaran Danau Limboto menjadi permukiman bebas oleh warga di Lingkungan III (Boungo) dan Lingkungan V (Wulongiyo) Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo sebagian besar bersumber dari kurangnya pengawasan dan fungsi kontrol dari Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo, serta bersumber dari tingkat kebutuhan masyarakat/sumber daya manusia, dan karena faktor lingkungan. Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 17

18 3.1.2 Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo dalam meminimalisir konversi bantaran Danau Limboto menjadi permukiman bebas belum terlaksana secara maksimal berdasarkan hasil wawancara dan dari tabel data presentasi hasil kuesioner pada kolom tabel nomor instrumen (-7-), (-8-), (-9-), (-10-), yang menggambarkan kurangnya peran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo. 3.2 Saran Melihat kondisi bantaran Danau Limboto yang sudah beralih fungsi menjadi permukiman, peneliti memberikan saran diantaranya : Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo sebagai penentu arah kebijakan dan sebagai pelaksana amanat peraturan perundang-undangan sudah seharusnya lebih meningkatkan fungsi pengawasannya terhadap perkembangan situasi bantaran Danau Limboto saat ini sehingga dapat mengontrol perkembangan aktivitas warga yang salah dalam memanfaatkan bantaran Danau Limboto kearah yang salah berdasarkan peraturan perundang-undangan Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo harus lebih memahami dengan baik tugas yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan yang ada sebagai langkah untuk bisa bertindak secara tegas terhadap pihak-pihak yang salah memanfaatkan bantara Danau Limboto kearah yang salah berdasarkan peraturan perundang-undangan. DAFTAR PUSTAKA Barda Nawawi Arief Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan. Jakarta : KENCANA Fence M. Wantu Idee Des Recht (Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan), Implementasi Dalam Proses Peradilan Perdata. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR H. Abdul Latief Hukum dan Peraturan Kebijaksanaan (Bleidsregel) pada Pemerintahan Daerah,Jogjakarta : UII Press Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 18

19 Hans Kelsen (Pure Theory) dalam Jimly Asshiddiqie dan Ali Safa at TEORI HANS KELSEN TENTANG HUKUM. Jakarta : Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI Indroharto Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus Efendie Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik. Bandung : Citra Aditya Bakti Inu Kencana Syafii Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta Josef Riwu Kaho Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta : PT. RajaGrafindo Perkasa Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Cetakan Ketiga Departemen Pendidikan Nassional Jakarta : Balai Pustaka Kustiwan, I Alih Fungsi Lahan Pertanian di Pantai Utara Jawa. Prisma XXVI Manuwoto Sinkronisasi Kebijaksanaan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan : Suatu Upaya Pencegahan Alih Fungsi Lahan.Universitas Lampung Muhammad Yamin Proklamasi dan Konstitusi. Jakarta : Ghalia Indonesia Mukti Fajar dan Yulianto Achmad Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Nirwan Junus SH,MH (TESIS) Status Hukum Penguasaan Tanah Bantaran Danau Limboto di Provinsi Gorontalo Pipin Syarifin SH,MH, dkk Ilmu perundang-undangan. Bandung : PustakaSsetia Siswanto Sunarno HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH di Indonesia. Jakarta : SINAR GRAFIKA Soerjono Soekanto Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press Soerjono Soekanto Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 19

20 Stout HD, de Betekenissen van de wet, dalam Irfan Fachruddin Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah. Bandung : Alumni Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif. Bandung : alfabeta Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Utrecht Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta : Ichtiar Baru Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang : Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Keputusa Presiden (Keppres) Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolan Kawasan Lindung Perda Provinsi Gorontalo Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Danau Limboto Website : diakses pada tanggal 15 Januari 2015 : 11:04 diakses pada tanggal 15 januari 2015:11: kbbi.web.id/mukim, diakses pada tanggal : diakses pada tanggal :11.02 Junus, SH.,MH, Jurusan Ilmu Hukum, Program Studi S1 Fakultas Hukum. Page 20

BAB I PENDAHULUAN. 23 Januari 1942 merupakan catatan penting bagi masyarakat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. 23 Januari 1942 merupakan catatan penting bagi masyarakat Provinsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 23 Januari 1942 merupakan catatan penting bagi masyarakat Provinsi Gorontalo sebagai sejarah lahirnya kemerdekaan rakyat Gorontalo yang terbebas dari penjajahan Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian sangat memerlukan tanah pertanian. Dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian sangat memerlukan tanah pertanian. Dalam perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi seluruh umat manusia yang memberikan tempat tinggal, tempat bertahan hidup dengan cara mengusahakannya. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bagi rakyat Indonesia tanah menempati kedudukan penting dalam kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di pedesaan yang mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU 1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2

BAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang mempunyai peran bagi keperluan pembangunan bangsa Indonesia dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan bahwa, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2013 0 BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah diperlukan manusia sebagai ruang gerak dan sumber kehidupan. Sebagai ruang gerak, tanah memberikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bermanfaat bagi pemilik tanah maupun bagi masyarakat dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dapat bermanfaat bagi pemilik tanah maupun bagi masyarakat dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 6 Undang-undang Pokok Agraria Tahun 1960 menetapkan bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Ini berarti, bahwa penggunaan tanah harus sesuai dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermukim, tanah juga mengandung nilai ekonomi bagi masyarakat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. bermukim, tanah juga mengandung nilai ekonomi bagi masyarakat, dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang melaksanakan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang melaksanakan berbagai kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bangsa Indonesia saat ini sedang melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan yang berkelanjutan dan terencana. Kegiatan pembangunan yang berkelanjutan memerlukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sumber daya air adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berderet mulai dari Semanggi, Pasar Kliwon, Sangkrah, hingga Gandekan. ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan yang cukup rendah.

BAB I PENDAHULUAN. berderet mulai dari Semanggi, Pasar Kliwon, Sangkrah, hingga Gandekan. ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan yang cukup rendah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta merupakan kota yang berkembang dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup padat, sehingga luas tanah yang ada semakin sempit. Banyak tanah negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diubah oleh MPR sekalipun, pada tanggal 19 Oktober 1999 untuk pertama

BAB I PENDAHULUAN. dapat diubah oleh MPR sekalipun, pada tanggal 19 Oktober 1999 untuk pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah pemerintah orde baru mengakhiri masa pemerintahannya pada tanggal 20 Mei 1998 melalui suatu gerakan reformasi, disusul dengan percepatan pemilu di tahun 1999,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN

KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN (Dipublikasikan dalam Jurnal Al-Buhuts, ISSN: 1410-184 X, Vol. 5 No. 2 Maret 2001, Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi lalu lintas di jalan raya semakin padat, bahkan bisa dibilang menjadi sumber kekacauan dan tempat yang paling banyak meregang nyawa dengan sia-sia. Kecelakaan

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa sungai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULAUN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan berbentuk Republik, hal ini dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdussalam dan DPM Sitompul, 2007, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung,

DAFTAR PUSTAKA. Abdussalam dan DPM Sitompul, 2007, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung, DAFTAR PUSTAKA Buku : Abdussalam dan DPM Sitompul, 2007, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung, Awaludin Marwan, Siti Rahma Mary dan Ikhsan Alfarisi, 2011, Narasi Historis Pemikiran Hukum Progresif Satjipto

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DANA BANTUAN HUKUM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PROVINSI LAMPUNG

KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DANA BANTUAN HUKUM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PROVINSI LAMPUNG 1 KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DANA BANTUAN HUKUM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PROVINSI LAMPUNG Raisya Andayu Putri, Nurmayani, Marlia Eka Putri Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan adanya dua satuan ukur yaitu panjang dan lebar. Tanpa disadari oleh manusia, tanah mempunyai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelenggarakan otonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang merdeka dan berkembang saat ini Indonesia sedang. melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan nasional khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang merdeka dan berkembang saat ini Indonesia sedang. melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan nasional khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tanggal 17 agustus tahun 1945 Negara Indonesia menyatakan kemerdekaanya sebagai tanda bahwa Indonesia sebagai negara yang merdeka. Sebagai negara yang merdeka dan berkembang

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia dan memiliki nilai yang tak terbatas dalam melengkapi berbagai kebutuhan hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan kemakmuran masyarakat telah menempuh berbagai cara diantaranya dengan membangun perekonomian yang kuat, yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA Rizkyana Zaffrindra Putri 1, Lita Tyesta A.L.W. 2 litatyestalita@yahoo.com ABSTRAK Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum sosiologis atau empiris, yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun ke lapangan untuk mendapatkan data

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Menurut

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena didalamnya menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak. juga merupakan modal utama pembangunan karena semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. karena didalamnya menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak. juga merupakan modal utama pembangunan karena semua kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah bagi manusia merupakan sumber penghidupan dan kehidupan, karena didalamnya menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak sehingga mempunyai kedudukan yang penting

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PENETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI DAN GARIS SEMPADAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal didirikannya Republik Indonesia, yang menjadi tujuan utama pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian bangsa dan pengakaran nilai-nilai budaya sebagai salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian bangsa dan pengakaran nilai-nilai budaya sebagai salah satu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah mempunyai peran yang sangat strategis sebagai sarana pembinaan keluarga dan pendidikan dasar dan juga berfungsi dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 1 Untuk mendapatkan data dan. menggunakan metode penelitian hukum sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 1 Untuk mendapatkan data dan. menggunakan metode penelitian hukum sebagai berikut: 29 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang akan digunakan untuk mendapatkan suatu data dari obyek penelitian, dan kemudian data tersebut diolah untuk mendapatkan data yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah berdiri dan merdeka dengan syarat dan ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya. Begitu juga dengan negara Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang sangat luas dan di dalamnya terdapat beragam sumber daya alam yang melimpah, seperti berbagai jenis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang artinya sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang artinya sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang artinya sektor pertanian memegang peran penting dalam perekonomian negara. Hal ini dapat dilihat dari

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris (sosiologis). Yaitu penelitian yang menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia 26, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik berupa minyak dan gas bumi, tembaga, emas dan lain-lain. Kekayaan alam Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga, diadakan pemeriksaan yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

TINJAUAN BENCANA SITU GINTUNG DARI SUDUT PANDANG PENATAAN RUANG

TINJAUAN BENCANA SITU GINTUNG DARI SUDUT PANDANG PENATAAN RUANG TINJAUAN BENCANA SITU GINTUNG DARI SUDUT PANDANG PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Firman M. Hutapea, MUM Kasubdit Pembinaan Perencanaan Tata Ruang Perkotaan dan Metropolitan Wilayah II (Jawa Bali) Pendahuluan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan tanah bagi pemenuhan berbagai kebutuhan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan tanah bagi pemenuhan berbagai kebutuhan manusia semakin lama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan tanah bagi pemenuhan berbagai kebutuhan manusia semakin lama semakin meningkat sementara tanah yang ada semakin sempit karena penggunaannya untuk berbagai

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015 KAJIAN YURIDIS KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA ATAS PEMBERIAN IZIN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 1 oleh : Muhammad Iqbal 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang : a. bahwa daerah aliran sungai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sarana dan kebutuhan yang amat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sarana dan kebutuhan yang amat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan sarana dan kebutuhan yang amat penting bagi kehidupan manusia. Ketergantungan manusia pada tanah, baik untuk kebutuhan tempat pemukiman maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB I A. LATAR BELAKANG BAB I A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memerlukan sebidang tanah baik digunakan untuk membangun rumah maupun dalam melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti pertanian,

Lebih terperinci

dikeluarkan oleh masyarakat sekitar perkebunan. 1. Perlu adanya ketegasan dalam peraturan perundang-undangan, bahwa

dikeluarkan oleh masyarakat sekitar perkebunan. 1. Perlu adanya ketegasan dalam peraturan perundang-undangan, bahwa 94 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP 1. Pelaksanaan tanggung jawab Perusahaan Perkebunan terhadap hak masyarakat sekitar atas pembangunan kebun di Kabupaten Landak Kalimantan Barat masih menimbulkan konflik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, tanah merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, tanah merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, tanah merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Tanah sangat diperlukan oleh masyarakat untuk menunjang berbagai aspek

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2002 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh wilayah baik

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat;

Gubernur Jawa Barat; 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 11 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nagari dalam sejarah dan perkembangannnya merupakan suatu wilayah Pemerintahan terendah. Pengakuan Nagari sebagai kesatuan masyarakat hukum adat terdapat pada Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa irigasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang kemudian disingkat dengan UUD 1945 bahwa Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap manusia membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal maupun tempat

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap manusia membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal maupun tempat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia karena setiap manusia membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal maupun tempat usaha. Oleh

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tanah dan air dalam wilayah

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. analisis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional tetapi mengenai sarana

BAB III PENUTUP. analisis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional tetapi mengenai sarana BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan permasalahan yang ada setelah dilakukan penelitian dan analisis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Pelaksanaan tanggung jawab Pemerintah Kota Surakarta dalam

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan vital artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAAN RUANG PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 28 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif

Lebih terperinci