masih berada di peringkat ke-11 penyebab utama kematian di Indonesia, tahun 1986 naik ke peringkat 3, dan tahun sudah menduduki peringkat 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "masih berada di peringkat ke-11 penyebab utama kematian di Indonesia, tahun 1986 naik ke peringkat 3, dan tahun sudah menduduki peringkat 1"

Transkripsi

1 PENERAPAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS) DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN JANTUNG PADA IBU PESERTA DAN BUKAN PESERTA KLUB JANTUNG SEHAT DI KALURAHAN PLERET BANTUL YOGYAKARTA (Rizqie Auliana, M.Kes dan Hainur Fardatin) Abstrak Peningkatan jumlah kematian akibat penyakit jantung lebih disebabkan oleh perubahan pola hidup masyarakat. Pola hidup yang tidak sehat, terutama kebiasaan makan sembarangan, kurang atau tidak olah raga, kebiasaan merokok serta stress merupakan faktor resiko utama. Kondisi ini akan semakin parah jika masyarakat tidak memiliki pengetahuan gizi terutama prinsip pedoman gizi seimbang. Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang dimiliki memuat 13 pesan dasar dengan tujuan memperbaiki perilaku hidup sehat terutama memahami dan mempraktekkan pedoman gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan penting adalah melakukan aktivitas fisik dan berolahraga secara teratur sebagai bentuk pola hidup sehat. Olah raga senam jantung sehat (SJS) yang diciptakan oleh Klub Jantung Sehat Yayasan Indonesia bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian faktor resiko penyebab penyakit jantung. Penelitian ini melihat kondisi pengendalian penyakit jantung melalui penerapan 13 pesan dasar PUGS pada kelompok senam (SJS) dan bukan senam. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa baik kelompok senam maupun bukan senam telah memiliki pengetahuan gizi dan pengetahuan tentang penyakit jantung baik. Sedangkan penerapan 13 pesan dasar PUGS juga telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik oleh kelompok senam maupun bukan senam. Dengan demikian pengetahuan yang dimiliki telah membentuk tindakan (perilaku) hidup sehat sebagai faktor pengendalian resiko penyakit jantung. Kata kunci : PUGS, penyakit jantung, senam jantung sehat Pendahuluan Indonesia sebagai negara yang menyetujui deklarasi Millenium Development Goals (MDG s) dengan tujuan perbaikan kesehatan masyarakat masih memiliki kendala untuk mencapai kesehatan masyarakat secara optimal. Angka kematian orang dewasa akibat penyakit jantung dan hipertensi meningkat (Ranch Market, 2006). Penyakit jantung yang berkaitan erat dengan penyakit diabetes dan kegemukan merupakan penyebab utama kematian di beberapa negara maju dan negara berkembang. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, penyakit jantung 1

2 masih berada di peringkat ke-11 penyebab utama kematian di Indonesia, tahun 1986 naik ke peringkat 3, dan tahun sudah menduduki peringkat 1 (Siswono dalam Keadaan tersebut terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan karena 30 tahun yang lalu penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan baru akan menjadi masalah utama pada tahun 2000-an. Namun ternyata sebelum tahun 2000 penyebab kematian di Indonesia yang diakibatkan oleh gangguan kelainan jantung dan pembuluh darah mencapai 25% (Santoso Karo Karo dalam Usia penderita juga semakin muda yaitu dibawah 40 tahun ( Penyakit jantung adalah penyakit non infeksi, salah satu yang paling banyak diderita dan merupakan penyebab kematian paling tinggi dimasyarakat adalah penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit ini menyerang pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung. Timbunan lemak, kolesterol dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahan-lahan akan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Pada waktu pembuluh darah menyempit maka jantung harus bekerja lebih keras sehingga menyebabkan nyeri dada. Pembuluh darah yang tersumbat membuat pasokan darah ke jantung terhenti sehingga terjadilah serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak (Tabrani, 1995). Secara normal jantung berdenyut 60 sampai 100 kali per menit (100 ribu kali perhari). Jantung yang berdenyut tidak normal disebut arryhytmia, denyut lambat (dibawah 60 kali permenit) disebut bradyarrhythmias dan diatas 100 per menit disebut tachyarrhytmias (Yayasan Jantung Indonesia, Faktor resiko penyebab terjadinya penyakit jantung terdiri dari faktor yang tidak dapat dikendalikan : keturunan, usia, jenis kelamin, ras, dan faktor yang dapat dikendalikan : merokok, hipertensi, kolesterol tinggi, kurang olahraga, obesitas, diabetes, dan stress. Peningkatan jumlah kematian akibat penyakit jantung lebih dipengaruhi oleh perubahan pola hidup masyarakat. Pola hidup yang tidak sehat, terutama kebiasaan makan sembarangan, kurang atau tidak olah raga, kebiasaan merokok serta stress merupakan faktor resiko utama. Kondisi ini akan semakin parah jika masyarakat tidak 2

3 memiliki pengetahuan gizi terutama prinsip pedoman gizi seimbang. Menurut Sadosa Sumosardjuno ( sebagian besar dari penurunan angka kematian dan penyakit jantung erat hubungannya dengan pola hidup terutama pengurangan kebiasaan merokok, perbaikan pola makan, dan kebiasaan melakukan latihan olahraga. Oleh karena itu upaya pencegahan paling baik yang dapat dilakukan adalah dengan pendidikan perilaku hidup sehat terutama dengan memahami dan menerapkan pedoman gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari, dan bagi masyarakat beresiko dapat diberikan pengetahuan tentang gizi dan menjaga kebugaran diri (Ranch Market, 2006). Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang dimiliki memuat 13 pesan dasar dengan tujuan memperbaiki perilaku hidup sehat terutama memahami dan mempraktekkan pedoman gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku hidup sehat menurut Sukidjo Notoatmodjo (2003) mencakup pengetahuan, sikap, dan praktek (tindakan) tentang gizi dan menjaga kebugaran diri. Pengetahuan sebagai aspek dasar untuk pemahaman membantu seseorang untuk mengambil sikap yang benar, selanjutnya dengan sikap yang benar seseorang akan melakukan suatu tindakan yang benar. Tindakan yang didasari oleh pemahaman akan bersifat langgeng dibandingkan yang tidak didasari pemahaman. Pengetahuan yang benar tentang gizi dan kebugaran dapat membuat seseorang memahami dan kemudian berupaya untuk menerapkannya dalam kehidupan sehingga terwujud pola hidup sehat. PUGS yang digunakan sebagai dietary guidelines Indonesia ini memiliki pesan universal membiasakan makan beraneka ragam dengan jenis dan porsi yang tepat. PUGS dibahas pertama kali dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V tahun 1993 sebagai penyempurnaan slogan 4 sehat 5 sempurna (Ranch Market, 2006). Salah satu pesan penting adalah melakukan aktivitas fisik dan berolahraga secara teratur sebagai bentuk pola hidup sehat. Olahraga bagi penderita penyakit jantung bertujuan memacu denyut jantung, latihan menit selama 3 kali seminggu dalam jangka 1,5 bulan sudah mampu memberi kenaikan 35% (Dede Kusmana, 2002). Penelitian Paffenharger tahun 1970 (Sadosa Sumosardjuno dalam 3

4 para pekerja pelabuhan di San Francisco yang dalam pekerjaannya sedikit menggunakan fisik memiliki risiko menderita PJK 60% lebih besar daripada yang banyak menggunakan fisik dalam pekerjaannya. Olah raga senam jantung sehat (SJS) diciptakan oleh Klub Jantung Sehat Yayasan Indonesia bagi masyarakat sebagai bentuk pencegahan dan pengendalian faktor resiko penyebab penyakit jantung. Pemeliharaan kesehatan jantung memang hanya dapat dilakukan dengan mengendalikan faktor resiko. Faktor resiko dapat dipelajari dari berbagai media sehingga masyarakat memiliki pengetahuan tentang faktor resiko penyakit jantung, dan kemudian dapat menerapkan pengendaliannya melalui perilaku hidup sehat yang sudah dituangkan dalam 13 pesan dasar (PUGS). SJS sebagai bentuk pengendalian banyak diminati oleh masyarakat terutama kaum ibu dan banyak diselenggarakan diberbagai daerah sampai ke pedesaan sebagai wujud kesadaran hidup sehat. Melihat kenyataan bahwa kematian akibat penyakit jantung semakin meningkat maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengetahuan tentang gizi, pengetahuan tentang penyakit jantung dan penerapan 13 pesan dasar dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat, terutama ibu-ibu peserta klub jantung sehat aktif yang telah melakukan upaya pengendalian resiko penyakit jantung. Metode Penelitian Jenis penelitian adalah survei. Lokasi penelitian dilakukan di Kalurahan Pleret Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta. Di Kalurahan Pleret terdapat 10 klub jantung sehat dengan jumlah peserta aktif ibu-ibu sebanyak 150 orang. Berdasarkan data peserta klub jantung sehat tersebut maka ditetapkan populasi penelitian homogen dengan kriteria ibu rumah tangga berusia tahun dengan pertimbangan faktor resiko pada perempuan terjadi pada usia 55 tahun sehingga sebelum usia tersebut mereka sudah mempersiapkan diri hidup sehat, peserta klub senam jantung sehat, serta benar-benar aktif mengikuti senam jantung sehat. Kelompok ibu-ibu peserta klub jantung sehat ini disebut kelompok senam. Sebagai kelompok pembanding (kelompok bukan senam) dipilih ibu rumah tangga usia tahun tetapi bukan peserta klub jantung sehat dan 4

5 tidak aktif mengikuti senam jantung sehat. Sampel penelitian dipilih secara simple random sampling sebanyak 30 orang ibu rumah tangga peserta klub jantung sehat dan 30 orang ibu rumah tangga bukan peserta klub jantung sehat. Data penelitian dikumpulkan menggunakan 3 instrumen yaitu : tes pengetahuan gizi, tes pengetahuan penyakit jantung dan kuesioner penerapan 13 pesan PUGS. Tes pengetahuan terdiri dari pertanyaan tertutup multiple choice dengan 4 pilihan jawaban berskala penilaian 0 dan 1. Tes pengetahuan penyakit jantung berupa pertanyaan tertutup benar-salah dengan skala penilaian 0 dan 1. Kuesioner penerapan berupa pertanyaan terbuka dengan skala penilaian mengikuti 13 pesan PUGS. Untuk mengetahui kesahihan dan keterandalan instrumen sebagai alat pengumpul data dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada tes pengetahuan gizi dan penyakit jantung. Uji validitas memakai teknik korelasi produk momen taraf kesalahan 5% dengan hasil r hitung 0,411 (r tabel 0, 231) dan uji reliabilitas memakai teknik kuder-richardson 20 taraf kesalahan 5% dengan hasil r hitung 0,800 (r tabel 0,239). Kuesioner penerapan 13 pesan PUGS tidak memakai uji validitas dan reliabilitas karena berupa pertanyaan dari kondisi nyata tetapi dibuat dengan memperhatikan validitas isi dengan skala penilaian Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan statistik sederhana dilengkapi tabel penyajian data. Hasil yang diperoleh dikelompokkan menurut kriteria ideal : baik sekali, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Karakteristik sampel Senam jantung sehat yang diselenggarakan oleh Klub jantung sehat di Kalurahan Pleret Bantul dilaksanakan 1 kali seminggu dibawah bimbingan instruktur. Usia peserta (sampel penelitian) berkisar antara tahun, dengan usia paling banyak tahun pada kelompok senam (93,33%) dan bukan senam (83,33%). Usia sampel terlihat seimbang antara kelompok senam dan kelompok bukan senam. Usia ini menunjukkan bahwa kepedulian untuk hidup sehat mulai terjadi sebelum usia resiko penyakit jantung pada perempuan sehingga mereka 5

6 dapat mengendalikan resiko tersebut dengan olahraga. Usia merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung yang tidak dapat dikendalikan. Data secara lengkap terlihat pada tabel 1 : Tabel 1. Usia Sampel Penelitian (n=30) Usia Kelompok Senam Kelompok Bukan Senam (tahun) n (%) n (%) < , ,33 >50 2 6,67 2 6,67 Ditinjau dari tingkat pendidikan sampel mulai dari SD sampai sarjana S1 dengan sebaran paling banyak adalah lulusan SD, dimana pada kelompok senam (46,66%) dan bukan senam (33,33%). Tingkat pendidikan yang rendah terjadi karena lokasi penelitian berada di wilayah pedesaan, namun ternyata kondisi ini menunjukkan bahwa perempuan desa pun peduli terhadap kesehatannya serta mulai melaksanakan pola hidup sehat dengan menjaga kebugaran diri. Hal lain menunjukkan bahwa sosialisasi klub jantung sehat dengan senam jantungnya telah masuk ke semua lapisan masyarakat. Data lengkap terdapat pada tabel 2 : Tabel 2. Tingkat Pendidikan Sampel Penelitian (n=30) Usia Kelompok Senam Kelompok Bukan Senam (tahun) n (%) n (%) Sarjana 2 6,66 1 3,33 Diploma 4 13, ,33 SLTA 5 16, ,33 SLTP 5 16, ,33 SD 14 46, ,33 2. Pengetahuan gizi Pengetahuan gizi sebagai gambaran pemahaman gizi diperoleh dengan memberikan tes pengetahuan sebanyak 18 item sehingga rentang nilai mulai dari 0 sampai 18. Tes pengetahuan gizi yang diberikan mencakup pengertian zat gizi, fungsi zat gizi, sumber zat gizi, dan pedoman gizi seimbang. Hasil tes pengetahuan gizi pada kelompok senam diperoleh nilai terendah 10 dan tertinggi 18 dengan nilai 6

7 rata-rata 14,97. Sedangkan pada kelompok bukan senam nilai terendah 10 dan tertinggi 18 dengan nilai rata-rata 14,37. Perbedaan perolehan nilai terlihat sama sehingga pengetahuan gizi antara kelompok senam dan bukan senam tidak berbeda jauh. Namun karena rata-rata nilai pengetahuan yang diperoleh lebih tinggi pada kelompok senam maka lebih banyak sampel kelompok senam yang telah memahami gizi. Pada kelompok senam 80% sampel memiliki pengetahuan gizi baik sekali, 16,66% sampel memiliki pengetahuan gizi baik dan 3,33% sampel memiliki pengetahuan gizi cukup. Pada kelompok bukan senam 66,66% sampel memiliki pengetahuan gizi baik sekali, 23,33% sampel memiliki pengetahuan gizi baik dan 10% sampel memiliki pengetahuan gizi cukup. Sebagian besar sampel penelitian baik kelompok senam maupun bukan senam telah memahami tentang pengertian zat gizi (75%), sumber zat gizi (83,33%), dan fungsi zat gizi (75%) meskipun dalam pengertian sederhana. Sementara pemahaman tentang pedoman gizi seimbang (61,66%) lebih dipahami sebagai pengaturan makan yang terdiri dari 5 unsur : makanan pokok, lauk, sayur, buah dan susu, serta tahu bahwa makanan berlemak tinggi dan jerohan tidak baik untuk kesehatan terutama jantung. Tetapi pemahaman tentang PUGS sebagai pedoman gizi yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang terdiri dari 13 pesan dasar baru sebagian kecil yang pernah mendengar. Pengetahuan gizi yang telah dimiliki oleh kelompok senam maupun bukan senam dapat diperoleh dari berbagai informasi seperti media cetak maupun elektronik, informasi dari teman, dan penyuluhan-penyuluhan gizi sebelumnya yang menyisakan retensi pada sampel. Sebagaimana terlihat saat ini banyak majalah, tabloid, radio maupun televisi yang telah membantu memberikan pengetahuan gizi pada masyarakat. Media-media tersebut dengan mudah dapat diperoleh dengan harga terjangkau sehingga memungkinkan setiap keluarga membeli atau memiliki untuk kepentingan hiburan dan informasi. Hasil penelitian Nurkukuh (2002) tentang model KIE pencegahan dini PJK dalam bentuk buku sebagai pedoman menunjukkan peningkatan pengetahuan dan 7

8 sikap perilaku merokok (perokok aktif dan pasif) yang naik sangat tajam pada akhir penelitian. Dengan demikian maka media merupakan sumber informasi yang dapat meningkatkan pemahaman tentang suatu hal yang bermanfaat bagi kesehatan. Lebih lanjut dengan pengetahuan tersebut akan memperbaiki perilaku hidup menjadi baik. Penelitian lain membuktikan bahwa pengetahuan gizi seseorang dapat memperbaiki perilaku hidup sehat, penelitian Yuyun Yueniwati dan Anita Rahmawati (2001) dalam 2.htm/208/05/15, ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku ibu dalam menghadapi masalah obesitas pada anaknya dengan berkonsultasi ke dokter. Ibu dengan tingkat pengetahuan kurang tidak mengkonsultasikan masalah obesitas anaknya ke dokter, sedang ibu dengan tingkat pengetahuan baik telah mencoba untuk berkonsultasi dengan dokter. Hal ini menunjukkan kepedulian ibu menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk hidup sehat bagi anaknya, semakin tinggi pengetahuan semakin mereka khawatir bahwa masalah obesitas pada anak merupakan masalah serius. Pada penelitian ini terlihat bahwa lebih banyak anggota kelompok senam yang memiliki pengetahuan gizi baik sebagai bentuk pemahaman hidup sehat yang salah satunya sudah dijalani dengan aktif senam jantung. Ibu-ibu kelompok senam menyadari betul bahwa pengendalian penyakit jantung dan cara memelihara kebugaran serta kesehatan adalah dengan berolah raga, sehingga mereka rajin dalam menjalani senam jantung sehat (SJS). Data pengetahuan gizi secara lengkap adalah : Tabel 3. Hasil Pengetahuan Gizi (n=30) Kriteria Kelompok senam Kelompok bukan senam n % n % Baik sekali 24 80, ,67 Baik 5 16, ,33 Cukup 1 3, ,00 Kurang Kurang sekali Jumlah (n)

9 3. Pengetahuan penyakit jantung Pengetahuan tentang penyakit jantung sebagai penyakit yang membahayakan kehidupan dan merupakan penyebab kematian utama dapat membuat seseorang menerapkan pola hidup sehat. Pengetahuan sebagaimana dijelaskan Sukidjo Notoatmodjo (2003) adalah ranah awal dari terbentuknya perilaku. Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahapan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktik (practice) atau KAP. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (K-A-P), bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya, seseorang telah berperilaku positif namun pengetahuan dan sikapnya masih negatif (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan tentang penyakit jantung pada penelitian ini adalah gambaran pemahaman tentang penyakit jantung dan faktor resikonya. Jumlah item pertanyaan tentang penyakit jantung sebanyak 15 pertanyaan benar salah. Hasil tabulasi data menunjukkan perolehan nilai sama antara kelompok senam dan bukan senam dimana nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 15 dengan rata-rata nilai 13,1. Dari identifikasi kecenderungan tinggi rendahnya skor pengetahuan tentang penyakit jantung kelompok senam diperoleh hasil 93,33% memiliki pengetahuan baik sekali dan 6,67% memiliki pengetahuan baik, sementara pada kelompok bukan senam sebanyak 86,67% memiliki pengetahuan baik sekali dan 13,33% memiliki pengetahuan baik. Tidak adanya perbedaan antara kelompok senam dan bukan senam menunjukkan bahwa pengetahuan tentang penyakit jantung dan faktor resiko telah dipahami masyarakat meskipun mereka tidak mengikuti senam jantung tetapi kemungkinan mereka mengendalikannya melalui pola makan. Kondisi ini menunjukkan fenomena yang bagus bahwa kaum ibu di Pleret memahami bahaya penyakit jantung. Berbeda dengan hasil penelitian lain ( yang menunjukkan bahwa di antara 16,5 juta penderita penyakit pembuluh darah jantung yang meninggal setiap tahun, 8,6 9

10 juta diantaranya adalah kaum wanita. Angka itu merupakan dua kali lipat jumlah wanita penderita kanker mulut rahim dan kanker kelenjar payudara. Keadaan tersebut dapat terjadi karena rendahnya tingkat pengetahuan kaum wanita terhadap bahaya penyakit pembuluh darah jantung, kebanyakan kaum wanita tetap tidak menyadari bahayanya penyakit jantung, sebaliknya mereka lebih mengkhawatirkan bahaya penyakit jantung pada suaminya, dan hanya 13% saja kaum wanita yakin bahwa penyakit jantung menjadi ancaman yang sangat besar terhadap jiwa mereka. Pertanyaan tentang penyakit jantung yang mencakup faktor resiko dan cara pencegahannya telah dijawab dengan baik, sehingga sebagian besar sampel penelitian baik kelompok senam maupun bukan senam telah memahami bahwa pencegahan PJK meliputi : a. Tidak merokok, 53,33% sampel menyatakan bahwa merokok adalah penyebab penyakit jantung, sebagian sampel mengetahui bahwa kandungan dalam rokok berpotensi menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah. Hal ini akan mempermudah kolesterol untuk melekat pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan sehinga membentuk plak. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko terkena serangan jantung. b. Melakukan olah raga, 73,33% sampel mengetahui bahwa berolahraga secara teratur dan melakukan aktivitas fisik mampu mencegah terjadinya penyakit jantung, dengan olahraga jantung akan berdenyut lebih cepat untuk meningkatkan jumlah darah yang kaya akan oksigen ke seluruh tubuh. Selain itu berolahraga juga membantu mengurangi berat badan. c. Mengatur pola makan, 86,66% sampel memahami jika pola makan yang sehat dan tinggi serat serta mengurangi makan daging dan jerohan dapat mencegah penyakit jantung. d. Menghindari stress, 80% sampel penelitian telah mengetahui jika stress berlebihan dapat menyebabkan naiknya tekanan darah dan denyut jantung sehingga mempermudah kerusakan pada dinding pembuluh darah. 10

11 e. Menghindari pola hidup tidak sehat, 46,66% sampel tahu jika malas bergerak, senang minum minuman keras, senang makan enak dapat menyebabkan diabetes, darah tinggi, kolesterol tinggi serta obesitas, faktor-faktor ini merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung. Tabel 4. Hasil Pengetahuan Penyakit Jantung (n=30) Kriteria Kelompok senam Kelompok bukan senam n % n % Baik sekali 28 93, ,67 Baik 2 6, ,33 Cukup Kurang Kurang sekali Jumlah (n) Penerapan 13 pesan dasar pedoman umum gizi seimbang (PUGS) Data penerapan 13 pesan dasar yang tercantum dalam pedoman umum gizi seimbang (PUGS) diperoleh melalui proses wawancara dimana item pertanyaan terdiri dari 13 point sesuai jumlah pesan. Skor penilaian mulai dari 0-100, nilai 0 untuk yang tidak dilakukan sama sekali dan bertahap sesuai kriteria yang ditetapkan peneliti sehingga nilai tertinggi adalah 100. Adapun 13 pesan dasar PUGS yang ditanyakan beserta kriterianya adalah sebagai berikut : a. Makanlah beraneka ragam makanan, tujuan pesan ini adalah agar kebutuhan gizi seseorang tercukupi secara lengkap yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Kriteria penilaian : konsumsi setiap kali makan terdiri dari 5 jenis : makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah. b. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, tujuan pesan adalah agar seseorang dapat menjalankan aktivitas fisik seperti bekerja, belajar, berpikir atau pun berolahraga. Kriteria penilaian : jumlah asupan sehari sesuai dengan angka kecukupan gizi. 11

12 c. Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi sehari, tujuan pesan adalah agar konsumsi sumber karbohidrat yang diperoleh dari makanan pokok tidak berlebihan. Kriteria penilaian : jumlah energi dari makanan pokok memenuhi 50% kebutuhan energi sehari. d. Batasi konsumsi lemak dan minyak seperempat dari kebutuhan energi sehari, tujuan pesan adalah agar konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari sebaiknya % dari kebutuhan energi untuk menurunkan resiko penyakit jantung. Kriteria penilaian : asupan lemak maksimal 25% kebutuhan energi sehari. e. Gunakan garam beryodium, tujuan pesan adalah menurunkan kejadian gangguan kesehatan akibat kekurangan yodium (GAKY) di Indonesia. Kriteria penilaian : selalu menggunakan garam beryodium dalam masakan dengan teknik yang benar. f. Makanlah makanan sumber zat besi, tujuan pesan adalah mengatasi masalah anemia gizi besi yang dapat menghambat upaya pengembangan kualitas sumberdaya. Kriteria penilaian : konsumsi bahan pangan sumber zat besi cukup. g. Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi umur 6 bulan, tujuan pesan adalah agar ibu menyusui hanya memberikan ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan makanan lain (ASI ekslusif). Kriteria penilaian : memberikan ASI ekslusif minimal 4 bulan. h. Biasakan makan pagi, tujuan pesan adalah agar setiap keluarga selalu menyempatkan makan pagi untuk mendukung produktivitas dan daya tahan dalam beraktivitas. Kriteria penilaian : membiasakan sarapan pagi. i. Minumlah air bersih dan aman yang cukup, tujuan pesan adalah agar memakai air bersih dan matang untuk keperluan konsumsi. Kriteria penilaian : minum air matang (mineral) minimal 8 gelas. j. Lakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, tujuan pesan adalah agar menjaga kebugaran dan kesehatan dengan berolahraga. Kriteria penilaian : aktif berolahraga minimal 2 kali seminggu. 12

13 k. Hindari minum minuman berakohol, tujuan pesan adalah supaya setiap orang tidak minum minuman beralkohol yang memiliki dampak negatif bagi kesehatan. Kriteria penilaian : tidak minum minuman beralkohol. l. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, tujuan pesan adalah agar makanan yang dikosumsi bergizi lengkap, bebas bahan kimia dan layak sehingga aman bagi kesehatan. Kriteria penilaian : selalu memilih makanan yang baik kualitasnya (bergizi, bebas bahan kimia, layak dan aman dikonsumsi). m. Bacalah label pada makanan yang dikemas, tujuan pesan adalah membiasakan masyarakat untuk memilih makanan berlabel jelas dan membaca label pada makanan kemasan yang akan dibeli. Kriteria penilaian : memilih dan membaca label makanan kemasan yang dibeli. Hasil tabulasi data penerapan 13 pesan dasar pada kelompok senam diperoleh skor terendah 900 dan skor tertinggi 1300, sedangkan pada kelompok bukan senam skor terendah 480 dan skor tertinggi Hasil penerapan 13 pesan dasar yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi : a. Kurang menerapkan, jika pesan dilakukan kurang dari 60% kriteria penilaian atau skor kurang dari 780. b. Menerapkan, jika pesan dilakukan memenuhi 60-80% kriteria penilaian atau skor antara c. Menerapkan dengan baik, jika pesan banyak dilakukan sehingga memenuhi lebih dari 80% kriteria penilaian atau skor lebih dari Tabel 5. Hasil Penerapan 13 Pesan Dasar PUGS (n=30) Kriteria Kelompok senam Kelompok bukan senam n % n % Kurang menerapkan Menerapkan 2 6, Menerapkan dengan baik 28 93, Jumlah (n)

14 Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kesadaran berperilaku hidup sehat telah dimiliki oleh kelompok senam maupun bukan senam meskipun kelompok bukan senam tidak mengikuti olahraga SJS. Namun untuk hal-hal lain yang mendukung masalah kesehatan ternyata mereka juga menerapkannya karena mereka juga menginginkan sehat melalui perbaikan pola makan. Bagi kelompok senam sesuai pula dengan teori perilaku bahwa pengetahuan berhubungan dengan perilaku seseorang, pada kelompok senam yang memiliki pengetahuan gizi dan pengetahuan tentang penyakit jantung baik ternyata juga memiliki perilaku (tindakan) untuk hidup sehat yang juga baik. Kesimpulan 1. Pengetahuan gizi antara kelompok senam dan bukan senam memiliki selisih 0,6, jumlah sampel berpengetahuan gizi baik pada kelompok senam 29 orang dan pada kelompok bukan senam 27 orang, dengan rata-rata nilai kelompok senam 14,97 dan kelompok bukan senam 14,37, yang berarti sebagian besar sampel penelitian telah memiliki pengetahuan gizi baik. 2. Pengetahuan tentang penyakit jantung antara kelompok senam dan bukan senam memiliki selisih 0,27, semua sampel penelitian baik kelompok senam maupun kelompok bukan senam telah memiliki pengetahuan penyakit jantung baik dengan rata-rata nilai kelompok senam 13,75 dan kelompok bukan senam 13,1. 3. Semua sampel penelitian baik kelompok senam maupun kelompok bukan senam telah menerapkan 13 pesan dasar PUGS dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bagi kelompok senam telah sesuai dengan teori perilaku bahwa pengetahuan yang baik merupakan dasar untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku. 14

15 DAFTAR PUSTAKA Anonim Pedulikan Kesehatan Wanita. Dede Kusmana Olahraga Bagi Kesehatan Jantung. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Nurkukuh Model KIE Pencegahan Dini Penyakit Jantung Koroner di Masyarakat. Warta Litbang Kesehatan. Vol. 6(2) 2002, FK UNDIP. Ranch Market Hidup Sehat, Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta : PT Primamedia Pustaka. Sadosa Sumosardjono Aktif Bergerak Kurangi Resiko Penyakit Jantung Koroner. Santosa Karo-Karo Penatalaksanaan Awal Jantung Berdasarkan Paradigma Sehat. Soekirman, dkk Pedoman Umum Gizi Seimbang /02/06. Soekidjo Notoatmodjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Tabrani RAB Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Arcan. Yuyun Yueniwati dan Anita Rahmawati Hubungan Karakteristik Sosial Ibu Dengan Pengetahuan Tentang Obesitas Pada Anak. Yayasan Jantung Indonesia Kardiovaskuler Dapat Dihindari. 15

Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 24, No. 4, Desember 2008

Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 24, No. 4, Desember 2008 Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 24, No. 4, Desember 2008 halaman 204-211 PENERAPAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN JANTUNG PADA IBU PESERTA DAN BUKAN PESERTA KLUB JANTUNG SEHAT

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PEDOMAN UMUM GIZI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PENYAKIT JANTUNG CORONER

PENYAKIT JANTUNG CORONER PENYAKIT JANTUNG CORONER Derajat kesehatan: dipengaruhi faktor perilaku (sosio budaya, sosio ekonomi, dan psikis) Penyakit jantung = penyakit ke 3 penyebab kematian. Menyerang usia produktif Terjadi perubahan

Lebih terperinci

Dr. Ir. Ch. Wariyah,M.P.

Dr. Ir. Ch. Wariyah,M.P. Dr. Ir. Ch. Wariyah,M.P. SILABUS Pada kuliah ini akan dibahas mengenai kebutuhan dan kecukupan gizi termasuk kecukupan gizi berbagai kelompok fisiologis sesuai dengan daur kehidupan. Faktor-faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah berada pada perkembangan yang cepat dalam proses intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif. Untuk menunjang perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangan nya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, gaya hidup masyarakat telah berubah menjadi kurang sehat. Masyarakat sibuk dengan aktivitas dan pekerjaan mereka, akibatnya mereka kurang peduli

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc Tujuan Pembelajaran Mengetahui ruang lingkup gizi Mengetahui hubungan gizi dengan kesehatan Mengetahui Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Dewasa: Karakteristik Usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat dan berperilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia Penyuluh : Mahasiswi Gizi Poltekkes Hari/Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Analisa Univariat Analisa univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data ini merupakan data primer yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA Oleh : Farida Mulyaningsih, M.Kes PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 PENDERITA JANTUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi 0 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN

AKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN AKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN Prof. Dr. Suharjana, M.Kes. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain mempermudah kehidupan manusia dalam berbagai kegiatan seharihari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang. RW IV ini terdiri dari 10 RT dengan

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung koroner merupakan keadaan dimana terjadinya penimbunan plak di pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat.

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi. kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi. kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi dianggap sebagai faktor resiko utama bagi berkembangnya penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler pada orangorang yang telah lanjut usia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung Pentingnya mengenal faktor resiko PJK dalam usaha mencegah serangan Jantung Pendahuluan Di Indonesia Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problema kesehatan urutan urutan ke 6. Sementara tingkat kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../.. KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN 2015 I. INFORMASI WAWANCARA No. Responden Nama Responden Angkatan/Semester Tanggal Wawancara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama yang mengakibatkan kematian nomor satu secara global dan umum terjadi di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) Pokok Pembahasan : Masalah Kesehatan penyakit tidak menular (PTM) Sasaran : komunitas dewasa pekerja di RT 3 dan 5 Jam : 16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, Universitas Nusantara PGRI Kediri Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tidak normal dan frekuensi nadi tidak normal merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena sering terdengar dialami orang. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesian saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin (Ditjen PP&PL Kemenkes

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin (Ditjen PP&PL Kemenkes BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan keluarga yang kurang akan mempengaruhi pola hidup anggota keluarga yang lain yang menyebabkan penyakit jantung koroner seperting mani kebiasaan merokok,

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

AYU CANDRA RAHMAWATI J

AYU CANDRA RAHMAWATI J HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN RASIO ANTARA TOTAL KOLESTEROL DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular yang berkaitan dengan gizi seperti diabetes mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et al., 2006 dalam Sacks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut laporan WHO, hampir 17 juta orang meninggal lebih awal tiap tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian akibat penyakit jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu gejala peningkatan tekanan darah yang berpengaruh pada sistem organ yang lain, seperti stroke untuk otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut kesuatuorgan target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

Tinjauan yang Lalu dan Rumusan Baru Tentang Pedoman Gizi Seimbang dan Implementasi Melalui Kemitraan. Dr. Minarto, MPS Ketua Umum PERSAGI

Tinjauan yang Lalu dan Rumusan Baru Tentang Pedoman Gizi Seimbang dan Implementasi Melalui Kemitraan. Dr. Minarto, MPS Ketua Umum PERSAGI Tinjauan yang Lalu dan Rumusan Baru Tentang Pedoman Gizi Seimbang dan Implementasi Melalui Kemitraan Dr. Minarto, MPS Ketua Umum PERSAGI Tujuan Perbaikan Gizi (UU 36 2009) MENINGKATKAN MUTU GIZI Melalui;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu sangat mendambakan kesehatan karena hal itu merupakan modal utama dalam kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani maupun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa : BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Penyelenggaraan Makan Siang Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan yang mempekerjakan 22.563 orang telah menyediakan kantin untuk tenaga kerja, hal ini

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan pada ibu akan terjadi apabila terjadi pembuahan yaitu bertemunya sel telur (ovum) dan spermatozoa. Yang secara normal akan terjadi di tuba uterina. Selanjutnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. Panti Asuhan Harapan Kita bertempat di Desa Huntu Utara, Kabupaten Bone Bolango, yang didirikan pada tanggal 2 Agustus 2003. Panti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id Manfaat utama : Sumber energi untuk seluruh aktivitas dan metabolisme tubuh. (Lihat Tabel I : Sumber Makanan) Akibat bagi kesehatan Kelebihan :

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Perjalanan sejarah bangsa-bangsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola kejadian penyakit pada saat ini telah mengalami perubahan yang ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI Nomor 22 tahun 2009 merupakan strategi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

Gizi Masyarakat. Rizqie Auliana

Gizi Masyarakat. Rizqie Auliana Gizi Masyarakat Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id 1 Permasalahan gizi yang dihadapi oleh Indonesia seakan tidak pernah mau berakhir dan semakin diperparah oleh terjadinya krisis ekonomi tahun 1996.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : L / P d. Pendidikan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner atau PJK adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan hambatan arteri koroner yang mengalirkan darah ke otot jantung.

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci