Kajian Model Program Peningkatan Ketahanaan Pangan Rumahtangga Miskin di Wilayah Pesisir Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Model Program Peningkatan Ketahanaan Pangan Rumahtangga Miskin di Wilayah Pesisir Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat"

Transkripsi

1 Kajan Model Program Penngkatan Ketahanaan Rumahtangga Mskn d Wlayah Pessr Kabupaten Crebon, Propns Jawa Barat Endah Djuwendah, Hep Hapsar, Sr Fatmah Jurusan Sosal Ekonom, Fakultas Pertanan, UNPAD e-mal : endah_djuwendah@yahoo.coom Abstrak. Tujuan peneltan adalah mengdentfkas program ketahanan pangan dan pengentasan kemsknan, faktor yang mendukung keberhaslan program ketahanan pangan, dan merumuskan rekomendas model penngkatan ketahanan pangan yang terntegras dengan pengentasan kemsknan. Tempat peneltan d Kabupaten Crebon, sebaga wlayah pessr yang relatf rawan pangan. Sasaran peneltan adalah rumah tangga mskn, pejabat dan tokoh masyarakat d tngkat desa, kecamatan dan kabupaten. Metode peneltan adalah surve deskrptf dengan analss data kuanttatf dan kualtatf. Hasl peneltan menunjukkan bahwa secara yurds formal, tdak ada program ketahanan pangan yang terntegras dengan kemsknan. Beberapa program ketahanan pangan mempunya sasaran sama dengan program pengentasan kemsknan yakn rumah tangga mskn, msalnya Raskn dan Bantuan Langsung Tuna. Faktor-faktor utama yang menyebabkan berhasl atau gagal suatu program adalah kemauan polts pemda setempat, dukungan pemerntah propns dan pusat, sosalsas dan edukas sasaran program. Secara umum masyarakat menghendak program ketahanan pangan dan pengentasan kemsknan dpertahankan dengan sasaran yang tepat, sosalsas dan edukas yang jelas, serta mplementas yang sesua dengan rencana. Model program ketahanan pangan yang terntegras dengan pengentasan kemsknan adalah mengoptmalkan program yang sudah ada dengan sasaran tunggal rumahtangga mskn, dserta koordnas yang jelas antar dnas d bawah pengawasan langsung Bupat sebaga Ketua Dewan Katahanan. Kata kunc : ketahanan pangan, rumahtangga mskn, wlayah pessr THE STUDY OF FOOD SECURITY INCREASING PROGRAM MODEL OF POOR HOUSEHOLD IN COASTAL AREA, CIREBON DISTRICT, WEST JAVA Abstract. The purpose of ths research was to dentfy food securty programs and pull out poverty, the factors that resultng success or falures aganst the program, and summarzng the recommendaton of food securty ncreasng model whch s ntegrated wth poverty pullng out. Research ste taken place at Crebon Regency, as a coast area whch s dry and relatvely havng less tenacty aganst food securty compared to the other areas n West Java. The research target aganst mcro lmtaton s the poor household whch s the partcpant of every food securty program or poverty pullng out. At the mezo lmtaton are the functonares and publc fgure at vllage, regency and sub-dstrct stages. Implemented research method was a descrptve survey wth data analyss quanttatvely and qualtatvely. The result of ths research shows that n a formal jursdcton way, there s no food securty program ntegrated wth poverty. Even n realty there s a program that possesses double goals whch are poverty pull out and food securty such as Raskn and BLT. The factors that cause success or falure of a program are the poltc wllngness of local government and the support from provnce and central government. Publcly the socety s able to receve local government polcy f there s an obvous communcaton, nformaton and educaton wth an mplementaton that work as planned. Food securty upgrade model program whch ntegrated wth poverty s to optmze exsted program targetng poor household, wth a clear coordnaton between agences under drect survellance of Sub-dstrct head as the Charman of Local Food Securty Board. Keywords: Food Securty, Poor Household, Coastal Area.

2 PENDAHULUAN Kelompok sosal ekonom rendah (mskn) sepert petan dan nelayan dengan segala keterbatasannya merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan pangan. Suatu fenomena ron sepanjang sejarah Indonesa, petan dan nelayan yang menghaslkan pangan namun mereka pula yang serng menderta kekurangan pangan. Menurut Hdayat Syaref (1992), upaya-upaya keluarga dalam mengatas keadaan kerawanan (ketdaktahanan pangan) dapat dkatakan sebaga upaya copng mechansm (CM). Dampak dar menurunnya ketahanan pangan keluarga adalah munculnya masalah kurang gz yang dkhawatrkan dapat mengakbatkan terjadnya generas yang hlang (lost generaton). Keadaan n dsebabkan oleh menngkatnya jumlah penduduk mskn d Indonesa karena krss ekonom yang berkepanjangan. Upaya pemerntah dalam mengatas masalah kekurangan pangan dan gz melalu program pengentasan kemsknan sepert Raskn dan BLT, secara emprs terbukt kurang efektf dan banyak kasus menemu kegagalan. Konds n terjad terutama dsebabkan oleh mplementas program yang tdak mempertmbangkan pendekatan keberlanjutan (Sustanable Lvelhoods Approach) (Farrngton et al. 1999). Permasalahan yang dhadap pada pelaksanaan program penanggulangan kerawanan pangan dan kelaparan adalah: 1) serngkal mengabakan kemandran dan penngkatan kapastas dr dar penerma bantuan, 2) tdak dsesuakan dengan aspras dan konds masyarakat, dan 3) tdak dntegraskan dengan modal sosal atau energ sosal lokal (sumberdaya manusa, kelembagaan dan jarngan sosal). Konsep ketahanan pangan yang dsepakat secara nternasonal dalam World Conference on Human Rght tahun 1993 dan World Food Summt tahun 1996, adalah konds terpenuhnya kebutuhan gz setap ndvdu bak dalam jumlah maupun mutu agar dapat hdup aktf dan sehat secara berkesnambungan sesua dengan budaya setempat ( Imron Rosady dan Ddt Purnomo, 2012). Konsep ketahanan pangan umumnya ddasarkan pada dua pendekatan. Pertama, pendekatan berdasarkan ketersedaan pangan dalam jumlah yang memada bag semua penduduk untuk hdup secara aktf dan sehat. Pendekatan kedua, ddasarkan atas akses ndvdu atau rumahtangga terhadap pangan. Semakn tngg akses rumahtangga terhadap pangan, semakn tngg ketahanan pangannya (Rachman dan Suhartn, 1996). Rusastra dkk (2005) menyebutkan bahwa ketahanan pangan dtentukan secara bersama antara ketersedaan pangan dan akses ndvdu atau rumah tangga untuk mendapatkan pangan yang dbutuhkan. Ketersedaan pangan sangat berkatan dengan produks, pengadaan atau dstrbus pangan sehngga bahan pangan dapat terseda dengan cukup dan berkesnambungan dar waktu ke waktu, kuanttas maupun kualtasnya d tngkat rumahtangga dan dapat terdstrbus secara proporsonal antara anggota keluarga (Soetatwo Hadwgeno, 1996). Kemampuan produks dpengaruh oleh kuanttas dan kualtas sumberdaya serta aksesbltas terhadap sumberdaya tersebut, serta dpengaruh oleh sarana dan prasarana penunjangnya. Sedangkan dstrbus dpengaruh oleh tersedanya pasar, prasarana pemasaran dan kelembagaan yang menjamn ketersedaan pangan d pasar. Meskpun pasokan pangan melmpah, banyak orang kekurangan pangan sebaga akbat keterbatasan sumberdaya untuk memproduks atau membel pangan yang dbutuhkan. Dalam hal n, apabla ketahanan pangan dpenuh melalu eksplotas sumberdaya yang tdak dapat dperbaharu (non renewable resources) atau merusak lngkungan (depleton) maka a tdak akan menjamn ketahanan pangan dalam jangka panjang.(soekrman, 1996). Menurut Soehardjo (1996) konds ketahanan pangan rumahtangga dapat dcermnkan oleh beberapa ndkator, antara lan : 1. Tngkat kerusakan tanaman, ternak dan perkanan. 2. Penurunan produks pangan. 3. Tngkat ketersedaan pangan d rumah tangga. 4. Propors pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total. 5. Fluktuas harga-harga pangan utama yang umum dkonsums rumahtangga. 6. perubahan kehdupan sosal (msalnya urbansas, mgras, menjual atau menggadakan harta mlknya) 7. Keadaan konsums pangan (kebasaan makan, kuanttas dan kualtas) dgambarkan oleh perubahan-perubahan konsums pangan yang mengarah pada penurunan kuanttas dan kualtas makanan secara keseluruhan, termasuk perubahan frekuens konsums makanan pokok. 8. Status gz keluarga terutama balta.

3 Peneltan n bertujuan untuk (1) melakukan revew kebjakan dan mplementas program ketahanan pangan yang sudah maupun sedang berjalan d Kabupaten Crebon dengan katerstk dataran rendah pessr yang kerng, (2) mengetahu ndkator keberhaslan kebjakan ketahanan pangan daerah, serta (3) merumuskan model progam penngkatan ketahanan pangan yang terntegras dengan pengentasan kemsknan. METODE PENELITIAN Desan peneltan yang dgunakan adalah surve deskrptf dengan unt analssnya 51 orang tokoh masyarakat dan 200 rumah tangga yang berada d Kecamatan Jamblang, Gunung Jat dan Kapetakan Kabupaten Crebon. Data yang dpergunakan pada tataran meso melput pelaksanaan program ketahanan pangan yang sudah dan sedang berjalan mengena cakupan progam, pendanaan, perseps serta faktor yang mempengaruh keberhaslan program, sedangkan pada tataran mkro dlakukan wawancara terstruktur terhadap rumah tangga responden melput karakterstk sosal ekonom, peseps terhadap keberhaslan program serta faktor yang mempengaruh keberhaslan program. Data danalss secara deskrptf menggunakan tabulas slang. HASIL DAN PEMBAHASAN Revew Kebjakan dan Program Ketahanan Terdapat 12 su strategs dan prortas pembangunan Kab. Crebon dantaranya adalah pengentasan kemsknan dan ketahanan pangan. sebaga kebutuhan dasar hdup manusa sehngga setap orang berhak mendapatkan pangan yang terjangkau dan berkualtas. Pada hakekatnya program ketahan pangan bertujuan untuk dapat memenuh kebutuhan pangan ndvdu yang melput aspek ketersedaan pangan, kesnambungan ketersedaan pangan, mudah terjangkau dan berkualtas. Kebjakan program ketahanan pangan Kab. Crebon mencakup aspek produks, dstrbus, ketersedaan, dan konsums. Kebjakan pengentasan kemsknan mencakup kesehatan, penddkan, daya bel, usaha mkro kecl (UMK) dan kesejahteraan sosal. Program dklasfkaskan dalam bantuan konsums langsung atau cluster 1 (dbaratkan member kan ), bantuan produktf mkro kecl atau cluster 2( kal ) dan bantuan produktf kecl menengah atau cluster 3 ( perahu ). Sumber dana dar APBN (80 %), APBD I Propns dan APBD Kabupaten (20 %), bak dekonsentras maupun cosharng. Sebanyak 33 (82,50 %) kecamatan d Kab. Crebon termasuk daerah rawan pangan karena memlk keluarga mskn lebh dar 50 %. Lebh dar 60 % wlayah Kab. Crebon adalah dataran rendah pessr yang kerng, dengan PDRB Rp per kapta dan pengangguran terbuka sebesar 9,22 %. APBD Kab. Crebon tahun 2009 sebesar 1,1 trlyun yang terserap untuk penddkan sektar 700 mlyar dan kesehatan 250 mlyar. Selebhnya dbag ke beberapa sektor termasuk pangan dan kemsknan. Berdasarkan dentfkas program ketahanan pangan dengan menggunakan pendekatan banyaknya kegatan untuk masng-masng subsstem ketahanan pangan yatu produks, dstrbus, konsums dan ketersedaan terdentfkas ada 7 program terkat penngkatan produks, 7 program terkast aspek konsums, 2 program terkat aspek dstrbus dan 4 program terkat aspek ketersedaan. Dantara berbaga program terdentfkas sekurangnya 9 program pengentasan kemsknan yang juga darahkan untuk memberkan dampak terhadap ketahanan pangan rumah tangga dantaranya : bantuan tuna langsung (BLT), beras untuk rumah tangga mskn (Raskn), asurans kesehatan untuk rumah tangga mskn (Askeskn), Dana penguatan modal usaha Ekonom Perdesaan (DPM-LUEP), lumbung pangan desa, bantuan operasonal sekolah (Boss), pemberan makanan tambahan (PMT), subssd pupuk dan benh pertanan, pengembangan pertanan organk, dan dversfkas tanaman sawah (ABT). Berdasarkan analss perseps rumah tangga terhadap program ketahanan pangan menyatakan bahwa program ketahanan pangan yang berhasl adalah pembagan raskn dan program BLT. Sektar 94 % rumah tangga d kecamatan tahan pangan dan 74 % rumah tangga d kecamatan rawan pangan menyatakan Raskn cukup berhasl. Sektar 85 % rumah tangga d kecamatan tahan pangan dan 74 % rumah tangga d kecamatan rawan pangan menyatakan prohram BLT berjalan bak. Pemberan raskn dan BLT dapat membantu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan. Melalu bantuan raskn maka rumah tangga d kecamatan rawan pangan dan kecamatan tahan pangan dapat membel makanan pokok yatu beras dengan harga

4 yang murah dan dengan adanya BLT dapat membantu dalam membel lauk pauk sebaga makanan pendampng makanan pokok (beras). Tabel 1. Program Ketahahan d Kabupaten Crebon Aspek Produks Aspek Konsums Aspek Dstrbus Aspek Ketersedaan Subsd pupuk & benh Bantuan teknolog produks pad (Terpalsas, traktorsas, pompansas) Penngkatan Usaha Ekonom Produktf (PUEP) Alat Pengolah Pupuk Organk (APPO) Desa Mandr Dana Penguatan Modal Usaha Ekonom Pedesaan (DPM-LUEP) Pengembangan dversfkas tanaman sawah(abt) Pemberan Makanan Tambahan (PMT) Balta Beras untuk Rumah tangga Mskn (Raskn) Bantuan untuk Sembako murah Desa Mandr Percepatan Penganekara gaman Konsums dan Gz (P2KPG) Dversfkas Olahan non beras Penguatan Lembaga Dstrbus Masyarakat (LDPM) Desa Mandr Fasltas Lumbung pangan Perdesaan dan Masyarakat Lumbung Masyarakat Desa Mandr Cadangan Program Bantuan Pemerntah Program bantuan pemerntah yang djalankan untuk menngkatkan ketahanan pangan antara lan BLT, raskn, askeskn, semabko murah, BOS, program keluarga harapan (PKH), PMT, bantuan modal, bantuan teknolog, kredt dan program lannya. Dar semua program tersebut, program bantuan yang berhasl dlakukan pemerntah dan drasakan oleh rumahtangga d Kecamatan Tahan adalah raskn, askeskn, bantuan modal dan bantuan teknolog. Sementara, program bantuan pemerntah yang berhasl djalankan d Kecamatan Rawan adalah BLT, raskn, askeskn, sembako murah, BOS dan program lannya. Secara keseluruhan 92% rumahtangga d Kecamatan Rawan menla bahwa program bantuan pemerntah sukses. Secara umum, 88,5% rumah tangga d kecamatan tahan pangan dan rawan pangan menyatakan telah mendapat program raskn, BLT (70,5%), askeskn (45,5%) dan BOS (44,5%). Semua program yang dgalakkan pemerntah 55,5% rumah tangga d kedua kecamatan tersebut menyatakan telah dapat membantu memenuh kebtuhan hdup sehar-har. Hal n menunjukkan program-program utama pemerntah berupa BLT, raskn, askeskn dan BOS telah dapat drasakan oleh masyarakat khususnya masyarakat d daerah rawan pangan. Bantuan atau perhatan dar pemerntah daerah berupa pemberan beras untuk rakyat mskn dan bantuan langsung tuna sangat banyak drasakan oleh masyarakat. Hal n terlhat dar hasl peneltan yang menunjukkan 57,5% rumah tangga yang menyatakan jens perhatan pemerntah adalah berupa raskn, 27% rumah tangga menyatakan pemberan BLT, bahkan 51% rumah tangga d kecamatan rawan pangan menyatakan BLT merupakan jens perhatan yang dterma dar pemerntah daerah. Hal n menunjukkan perhatan pemerntah daerah secara gars besar telah menyentuh masyarakat kurang mampu d daerah rawan pangan. Dalam hal keberadaan perhatan dar pemerntah pusat, 64% rumah tangga d kecamatan tahan pangan dan 100% rumah tangga d kecamatan rawan pangan menjawab ada. Jens perhatan dar pemerntah pusat yang palng banyak drasakan oleh rumah tangga bak d kecamatan tahan pangan (45%) maupun rawan pangan (70%) adalah BLT. Untuk rumah tangga d kecamatan rawan pangan 67% rumah tangga jens perhatan yang juga banyak drasakan adalah raskn dan pemberan gas (57%). Hal n menunjukkan perhatan dar pemerntah pusat pun secara gars besar telah banyak menyentuh masyarakat khususnya d daerah rawan pangan Perseps Pejabat dan Tokoh Masyarakat terhadap Keberhaslan Program Ketahanan 1. Indkator Kebjakan Ketahanan Kebjakan merupakan salah satu ndkator dar keberhaslan program ketahanan pangan daerah. Secara keseluruhan, perseps pejabat

5 Persentase Persentase Persentase dan tokoh masyarakat mengena kebjakan ketahanan pangan d wlayah Kabupaten Crebon dnla cukup bak. Lebh dar 40% pejabat menyatakan bahwa kemauan polts, kebjakan ketahanan dan alokas anggaran berjalan lancar. Tetap 30% dar pejabat menyatakan bahwa koordnas lntas sektor dan kebjakan khusus dnla basa saja bahkan kurang terkoordnas dengan bak. Kebjakan ketahanan pangan n tdak seluruhnya dketahu oleh pejabat. Hal n dnla oleh 45% pejabat yang menyatakan bahwa mereka tdak mengetahu kebjakan ntensf dan kebjakan khusus yang dterapkan pemerntah dalam program ketahanan pangan daerah. Indkator Kebjakan Ketahanan Kemaua n Polts Kebjaka n Ketahan an Alokas Anggara n Koordn as Lntas Sektor Ketersed aan Insentf Kebjaka n Khusus Basa saja 33,47 28,93 36,30 38,40 20,87 36,30 Bak 41,57 46,07 48,37 28,30 33,60 13,27 Tdak Tahu 25,00 25,00 33,33 33,33 45,60 50,43 Gambar 1. Indkator Kebjakan Ketahanan 2. Indkator Sumber Daya Manusa Ketahanan Sumber Daya Manusa merupakan tenaga penggerak dalam mekansanakan program ketahanan pangan daerah. SDM berkualtas sangat dperlukan agar program tersebut mencapa sasaran dan tujuannya. Tetap, perseps pejabat mengena sumber daya n kurang memberkan nformas bag ndkator keberhaslan ketahanan pangan. Mereka serempak menla bahwa ndkator sumber daya manusa danggap basa saja dan bahkan mereka tdak tahu. Sepert jumlah tenaga perencana, kompetens perencana, kompetens manajemen dan analss, kompetens advokas dan sosalsas serta kompetens survelans. Hanya sektar 20% pejabat yang menla semua ndkator sumber daya manusa ketahanan pangan daerah tu bak. Indkator Sumber Daya Manusa Ketahanan Jumlah tenaga perencana Kompeten s perencana kompeten Kompeten s Kompeten s advokas s manajeme &sosalsa survelans n&analss s Basa saja 38,37 36,97 38,70 38,70 38,70 Bak 22,70 24,13 22,37 22,37 22,37 Tdak Tahu 38,93 38,90 38,93 38,93 38,93 Gambar 2. Indkator Sumber Daya Manusa Ketahanan 3. Indkator Kelembagaan Ketahanan Kelembagaan merupakan meda atau forum bag rumahtangga maupun pejabat dan tokohmasyarakat dalam memperoleh nformas dan keterangan mengena ketahanan pangan daerah. Menurut pejabat dan tokoh masyarakat Kabupaten Crebon, ndkator kelembagaan ketahanan pangan dnla mash kurang terutama pada perumusan kebjakan, fungs koordnas, lumbung desa, LSM, dan penyampaan keluhan masyarakat. Indkator yang danggap bak adalah fungs Badan Ketahanan dan Kelompok Usaha Tan. lumbung desa dnla basa saja bahkan cenderung kurang. Indkator Kelembagaan Ketahanan koord nas perum Badan usan Ketah masal anan ah Panga keb n Lumb ung Desa Kelo LSM mpok Usaha Tan Penya mpaa n Keluh an Masy arakat Basa saja 32,77 39,70 33,10 71,50 55,50 31,37 37,62 Bak 30,40 23,47 30,03 0,00 11,83 41,90 20,65 Tdak Tahu 36,83 36,83 36,87 28,50 32,67 26,73 35,07 Gambar 3. Indkator Kelembagaan Ketahanan

6 4. Copng Strateg (produks, dstrbus, ketersedaan dan konsums) Copng strateg mengena produks pangan dnla kurang oleh lebh dar 50% pejabat bak d Kecamatan Tahan maupun d Kecamatan Rawan. Untuk produks pangan, ada beberapa masalah yang tmbul yatu kekurangan ar dan kurangnya modal usaha. Tantangan produks pangan dnla perlu dperhatkan sepert penngkatan produks pangan hewan, dan buah serta tantangan kebutuhan masyarakat yang semakn besar. Dar beberapa masalah dan tantanga tersebut, ada beberapa peluang yang dnla lebh dar 50% pejabat perlu dlakukan yatu pemberan dukungan teknolog, subsd pupuk dan benh serta pemenuhan kebutuhan daerah bak d Kecamatan Tahan maupun sayuran d Kecamatan Rawan. Kedua kecamatan tersebut mempunya beberapa kekuatan atau keunggulan yang bsa dmanfaatkan sepert, lahan yang luas, ketersedaan jumlah petan yang banyak dan kelembagaan petan yang perlu dkembangkan. Masalah ketersedaan dnla oleh 30% pejabat d Kecamatan Tahan dan d Kecamatan Rawan adalah masalah kurangnya ketersedaan pangan hewan, sayuran dan buah sehngga perlu adanya manajemen persedaan yang bak agar dapat memenuh kebutuhan rumahtangga d Kabupaten Crebon. Dengan masalah yang ada, tantangan ketersedaan pangan juga perlu dhadap sepert menngkatnya kebutuhan masyarakat yang memaksa wlayahnya untuk menngkatkan produks pangan hewan, sayuran dan buah. Lebh dar 50% pejabat bak d Kecamatan Tahan maupun Kecamatan Rawan menyatakan bahwa peluang ketersedaan tu berasal dar penngkatan produks pad sehngga pada akhrnya tercapa surplus pad d wlayah tersebut dan supla dar luar daerah lancar. Dstrbus merupakan penyaluran bahan pangan sehngga dapat dmanfaatkan oleh semua rumahtangga dan pemerataan kecukupan pangan. Aspek dstrbus dnla oleh responden pejabat dan tokoh masyarakat, tdak ada masalah dan justru banyak peluang serta kekuatannya. Hampr semua responden menla bak soal dstrbus dengan alasan poss geografs kabupaten Crebon strategs d wlayah jalur pantura. Hanya ada sedkt kekhawatran tentang pemerataan sampa ke desadesa, persamaan dan stabltas harga d semua pasar tradsonal. Peluang dstrbus d Kabupaten Crebon sendr adalah pasokan pangan yang lancar karena jalan yang cukup bagus dan angkutan yang cukup untuk mendstrbuskan pasokan pangan tersebut. Kurang dar 50% pejabat dan tokoh masyarakat yang mampu menjelaskan tentang copng strateg untuk konsums dan status gz. Umumnya mereka kurang atau tdak mengetahu data atau laporan konsums dan status gz terbaru. Umumnya mereka tdak dapat mengdentfkas masalah, tantangan, peluang maupun kekuatan masalah konsums dan status gz. Strateg adaptas yang dterapkan oleh rumah tangga d Kabupaten Crebon adalah memnta bantuan pada saudara atau tetangga, memnjam pangan atau uang pada saudara/ kerabat dekat. Selan tu beberapa responden menyatakan memanfaatkan potens pekarangan sebaga penghasl pangan untuk memenuh kebutuhan dasar hdup manusa. Dar hasl peneltan dperoleh nformas bahwa 93% rumah tangga d kecamatan tahan pangan dan 99% rumah tangga d kecamatan rawan pangan memlk luas pekarangan lebh kecl dar 100 m 2 dengan rata-rata luas pekarangan 65,8 m 2 d kecamatan tahan pangan dan 11,43 m 2 d kecamatan rawan pangan. Hal n menunjukkan sebagan besar rumah tangga d kedua kecamatan tersebut hanya mempunya pekarangan yang kecl/sempt. Faktor Pendukung ketahanan pangan rumah tangga 1. Teknolog pertanan merupakan alat untuk menngkatkan ketahanan pangan rumahtangga d wlayah pessr Kabupaten Crebon. Pengembangan teknolog buddaya pertanan serta penyedaan benh dan pupuk dnla oleh lebh dar 50% pejabat dperlukan untuk pemenuhan ketahanan pangan d wlayah pessr Kabupaten Crebon.Hal n dsebabkan kecukupan pangan d pessr kabjpaten crebon relatf belum terpenuh. 2. Sarana dan prasarana pertanan merupakan alat untuk mencapa ketahanan pangan rumahtangga. Konds nfrastrtuktur jalan dan sarana ransportas,konds ar dan rgas, akses alat pasca panen pertanan serta keberadaan pangan lokal dan UMKM dnla mash kurang keberadaannyaoleh lebh dar 50% pejabat daerah. Hal n perlu dtngkatkan karena ketga ndkator tersebut sangat pentng dalam

7 menunjang pemenuhan kebutuhan rumahtangga d Kabupaten Crebon. 3. Transportas yang mudah dan terjangkau akan mempermudah akses desa ke kota sehngga pangan akan lebh mudah dperoleh dengan harga yang lebh terjangkau. Hasl peneltan menunjukkan 80% rumah tangga d kecamatan tahan pangan menyatakan bahwa akses dan transportas menuju desa sudah bak. D kecamatan rawan pangan hanya 34% rumah tangga yang menyatakan akses dan transportas menuju desa sudah bak dan 56% rumah tangga menyatakan nfrastruktur yang belum ada adalah telepon, jembatan beton, lstrk dan saluran rgas. Dalam hal fungs nfrastruktur, 100% rumah tangga d kecamatan tahan pangan menyatakan bahwa nfrastruktur d desa berfungs bak, sedangkan hanya 28% rumah tangga d kecamatan rawan pangan yang menyatakan fungs nfrastruktur desa berjalan bak. Hal n menunjukkan pembangunan yang dlakukan oleh pemerntah belum merata hngga ke seluruh daerah sehngga d kecamatan rawan pangan mash membutuhkan nfrastruktur dan akses transportas yang mudah dan lancar yang terpelhara dengan bak. 4. Kegatan penyuluhan kesehatan atau pertanan, 51% rumah tangga d kecamatan tahan pangan menyatakan ada, namun hanya 24% rumah tangga yang mengkut kegatan tersebut. Sedangkan d kecamatan rawan pangan, 12% rumah tangga menyatakan ada kegatan penyuluhan kesehatan atau pertanan, namun rumah tangga yang mengkut kegatan tersebut hanya 2%. Hal n menunjukkan mash mnmnya program pemerntah dalam menngkatkan kesadaran dan motvas rumah tangga d kedua kecamatan tersebut dalam rangka menngkatkan pengetahuan dan ketramplan d bdang kesehatan ataupun pertanan. 5. Kelembagaan daerah dan modal sosal Modal sosal adalah sebaga setap hubungan yang terjad dan dkat oleh suatu kepercayaan (trust), salng pengertan (mutual understandng), dan nla-nla bersama (shared value) yang mengkat anggota kelompok untuk membuat kemungknan aks bersama dapat dlakukan secara efsen dan efektf (Cohen dan Prusak L. 2001). Keberadaan kelembagaan daerah dan modal sosal yang ada dan pentng keberadaannya d kecamatan tahan pangan maupun d kecamatan rawan pangan yatu, karang taruna, kelompok taruna tan, kelompok tan, kelompok wanta tan dan kelompok rohan. Manfaat organsas yang drasakan oleh sebagan besar rumah tangga d kecamatan tahan pangan dan rawan pangan adalah menambah kesehatan anak, menambah lmu, dan menjaln slaturahm antar masyarakat. Modal sosal yang terkat dengan ketahanan pangan adalah gotong royong dan tolong menolong yang ddasar ole rasa salng percaya pada sesama, kelompok keagamaan, buddaya, dan musyawarah,. Hasl peneltan menunjukkan 35% rumah tangga d kecamatan tahan pangan dan 64% rumah tangga d kecamatan rawan pangan menyatakan pernah memberkan sumbangan dalam bentuk uang atau barang. Hal n menunjukkan bahwa jwa sosal rumah tangga masyarakat telah berkembang secara bak. Model Program Ketahanan RT Mskn d Wlayah Pessr Kab. Crebon Model program yang drekomendaskan untuk penngkatan ketahanan pangan yang terntegras dengan kemsknan d wlayah pessr Kabupaten Crebon adalah optmalsas program yang sudah ada dengan tujuan untuk penguatan ketahanan pangan dan perbakan gz rumah tangga mskn d bawah Pengawasan langsung oleh Bupat sebaga Ketua Dewan Ketahanan. Fasltas program dlakukan dengan cara koordnas dan kerjasama antar dnas yang terkat Program serta komunkas, nformas dan edukas (KIE) kepada masyarakat penerma program dan aparat Desa/Kecamatan. Orentas berbaga program dperluas lag melalu penngkatan keteramplan rumah tangga dalam penngkatan konsums pangan dan gz, pelathan usaha dan pengelolaan keuangan rumahtangga serta fasltas kelembagan sosal dan modal sosal yang ada agar dapt bersnerg dan berperan sebaga pntu masuk dalam perencanaan, mplementas dan evaluas program ketahanan pangan yang terntegras dengan program pengentasan kemsknan aagar program ketahanan pangan dan pengentasan kemsknan berdampak pada penguatan ketahanan pangan ndvdu dan rumah tangga.

8 SIMPULAN 1. Program ketahanan pangan daerah yang dlaksanakan oleh Pemda Kabupaten Crebon adalah Raskn, Aks Desa Mandr (Desa Mapan), Penguatan Lembaga Dstrbus Masyarakat (LDPM), Percepatan Penganekaragaman Konsums dan Gz (P2KPG), Pemberan Makanan Tambahan (PMT) Balta,Bantuan Teknolog Produks Pad (Pompansas, Traktorsas, Terpalsas), Subsd Benh dan Pupuk dan Bantuan Kredt Usaha Rakyat (KUR) dalam skala terbatas. Program Pengentasan Kemsknan yang dlaksanakan Pemda Kabupaten Crebon, semuanya berasal dar Pemerntah Pusat antara lan Bantuan Opresonal Sekolah (BOS), Askeskn, PNPM Mandr(bantuan modal), BLT, Jamkesmas (APBN) dan Jamkesda (APBD Kab). 2. Faktor-faktor yang menunjang keberhaslan program ketahanan pangan dan Pengentasan Kemsknan, adalah : a. Kebjakan ketahanan pangan daerah melput kemauan polts Pemda dukungan Pemerntah Pusat dan Propns, alokas anggaran, koordnas lntas sektor,ketersedaan nsentf dan kebjakan khusus Bupat sebaga Ketua Dewan Ketahanan b. Sumberdaya manusa ketahanan pangan daerah melpt jumlah tenaga perencana, kompetens perencana, manajemen dan analss, kompetens advokas dan sosalsas serta kompetens survelans. c. Kelembagaan ketahanan pangan daerah sepert Badan ketahanan pandan daerah, lumbung desa, kelompok tan, dll d. Upaya mengatas kerawanan pangan (copng mechansm) bak yang dlakukan pemda dalam skala daerah maupun oleh keluarga dalam skala rumah tangga. DAFTAR PUSTAKA Cohen, D. & Prusak, L. (2001), In Good Company, Boston, Harvard Busness School Press Farrngton, J. et. al Sustanable Lvelhoods n Practce : Early Applcatons of Concepts n Rural Areas ODI Natural Resources Perspectves. Number 42. June Overseas Development Insttute. London Hdayat Syaref Surve Keragaman dan Gz Masyarakat. Metoda Statstka untuk dan Gz Masyarakat. IPB. Bogor. Imron Rosyad dan Ddt Purnomo Tngkat ketahanan pangan rumah tangga d desa tertnggal, Jurnal Ekonom Pembangunan, FE Unv, Muhamadyah Surkarta, Volume 13, Nomor 2, Desember 2012, hlm Soehardjo Pengertan dan Kerangka Pkr Ketahanan Rumahtangga. Lokakarya Ketahanan Rumahtangga, Deptan-UNICEF. Yogyakarta. Soekrman Ketahanan : Konsep, Kebjakan dan Pelaksanaannya. Lokakarya Ketahanan Rumahtangga, Deptan- UNICEF. Yogyakarta. Soetatwo Hadwgeno Program dan Kebjakan Ketahanan Nasonal. Lokakarya Ketahanan Rumah tangga,deptan-unicef. Yogyakarta 3. Model program yang drekomendaskan untuk penngkatan ketahanan pangan yang terntegras dengan kemsknan adalah mengoptmalkan program yang sudah ada sesua dengan tujuan, sasaran tunggal rumahtangga mskn berdasarkan bass data yang akurat, KIE kepada masyarakat penerma program dan aparat Desa/Kecamatan. Koordnas antar dnas dan Pengawasan langsung dlakukan oleh Bupat sebaga Ketua Dewan Ketahanan.

9

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN TENTANO PENTELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I

BUPATI PACITAN TENTANO PENTELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 3g TAHUN 2012 TENTANO PENTELENGGARAAN PENDDKAN NKLUSF D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang a. bahwa peseta ddk yang memlk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN 2010 2014 DEWAN KETAHANAN PANGAN 2010 . PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ketahanan Pangan mash merupakan su yang pentng bag bangsa Indonesa. Sekalpun saat n Indonesa telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

Semoga bermanfaat. Kepala Badan Ketahanan Pangan ACHMAD SURYANA

Semoga bermanfaat. Kepala Badan Ketahanan Pangan ACHMAD SURYANA KATA PENGANTAR Dversfkas pangan merupakan salah satu cara adaptas yang efektf untuk mengurang resko produks akbat perubahan klm dan kondusf dalam mendukung perkembangan ndustr pengolahan pangan berbass

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN 2010 2014

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN 2010 2014 KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN 2010 2014 DEWAN KETAHANAN PANGAN 2010 . PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ketahanan Pangan mash merupakan su yang pentng bag bangsa Indonesa. Sekalpun saat n Indonesa telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

perencanaan dan perancangan taman bermain anak di Yogyakarta.

perencanaan dan perancangan taman bermain anak di Yogyakarta. BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN BERMAIN ANAK DI YOGYAKARTA 4.1. Pendekatan Konsep Tata Ruang dan Kualtas Ruang Pendekatan konsep dar tata ruang dan kualtas ruang n ddapat dar

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN t PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 17 TAHUN 2001 [ TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang : bahwa untuk meaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN ; PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 59 TAHUN 2011

BUPATI PACITAN ; PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 59 TAHUN 2011 BUPAT PACTAN ; PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KUALTAS AR DAN PENGENDALAN PENCEMARAN AR! D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

VlSl PERTANIAN INDONESIA 2030

VlSl PERTANIAN INDONESIA 2030 VlSl PERTANAN NDONESA 2030 ROEDHY POERWANTO, SKANDAR LUBlS da.n ED SANTOSO Departemen Agronom dan Hortkultura Fakultas Pertanan - PB Pendahuluan Menurut Yayasan lndonesa Forum (2007), Vs lndonesa tahun

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

LAKIN. Laporan Kinerja BPS Provinsi Maluku Tahun 2014

LAKIN. Laporan Kinerja BPS Provinsi Maluku Tahun 2014 LAKIN Laporan Knerja BPS Provns Maluku Tahun 2014 Jl. WolterMongnsd-Passo, Ambon 97232 Telep. (0911) 361329, Fax. (0911) 361319 E-mal : maluku@bps.go.d Kata Pengantar Akuntabltas knerja BPS Provns Maluku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemodelan Persamaan Struktural Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equaton Modelng (SEM) merupakan analss multvarat yang dapat menganalss hubungan varabel secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan lmu pengetahuan dan teknolog dalam bdang ndustr d Indonesa berkembang dengan pesat, sehngga menghaslkan mesn dan alat-alat canggh yang berguna sebaga alat

Lebih terperinci

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 29 MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Stud Kasus : Kota Surabaya Rokhana DB 1, Sutkno 2, Agnes Tut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMORTAHUN 2007 \ TENTANG URAIAN TUGAS. FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN I KABUPATEN PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMORTAHUN 2007 \ TENTANG URAIAN TUGAS. FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN I KABUPATEN PACITAN BUPAT PACTAN s PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMORTAHUN 2007 \ TENTANG URAAN TUGAS. FUNGS DAN TATA KERJA DNAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN PACTAN > DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA \ BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analss Regres Berganda Analss regres adalah suatu analss statstk yang memanfaatkan hubungan antara dua varable atau lebh (Soejoet, 1986). Tujuan dar anals regres yatu untuk

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN PACITAN

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN PACITAN \. J 1 1! BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MNMAL BDANG PENDDKAN D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA j BUPAT PACTAN 'j Menmbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

G. Hartono Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ABSTRAK

G. Hartono Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ABSTRAK ESTIMASI FUNGSI KEUNTUNGAN UNTUK USAHA AYAM POTONG DI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG (The Estmaton of Proft Functon for Broler Chcken Farmng n Sub Dstrct of Suruh-Semarang Regency) G. Hartono Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pan(LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskletal akbat kerja palng serng dtemukan.nyer juga bsa menjalar kedaerah lan sepert punggung bagan atas dan pangkal

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER Saftr Daruyan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Produk model pengembangan pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran yang menekankan pada pemberdayaan teman sejawat dan permanan. Pemberdayaan teman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN BUEAn PACrAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAAN TUGAS, FUNGS DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa dengan bcrlakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

Potensi dan Pengembangan Kawasan Wisata Desa Krakitan Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Studi Kasus Obyek Wisata Rawa Jombor Dan Bukit Sidagora

Potensi dan Pengembangan Kawasan Wisata Desa Krakitan Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Studi Kasus Obyek Wisata Rawa Jombor Dan Bukit Sidagora Potens dan Pengembangan Kawasan Wsata Desa Kraktan Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Stud Kasus Obyek Wsata Rawa Jombor Dan Bukt Sdagora LAPORAN TUGAS AKHIR Dajukan untuk memenuh sebagan persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI Oleh Saepudn 82351112034 Abstrak Masalah utama peneltan n adalah Pengaruh Lngkungan dan Kepuasan Kerja terhadap Knerja Guru Penddkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017 LAPORAN PENGUKURAN NDEK PENERAPAN NLA BUDAYA KERJA (PNBK) TAHUN 2017 KEMENTERAN PERTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANAN BALA BESAR PELATHAN PERTANAN KETNDAN MALANG - JAWA 2017 TMUR KATA

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA NGEMBAG PONOROGO SKRIPSI

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA NGEMBAG PONOROGO SKRIPSI ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA NGEMBAG PONOROGO SKRIPSI dajukan untuk memenuh tugas dan melengkap sebagan syarat-syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) Progam Stud Manajemen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE Kemampuan Guru Mengmplementaskan KTSP... Ferdnandus Etuasus Dole, Udk Bud Wbowo 147 KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP PADA SD DI KECAMATAN DETUKELI KABUPATEN ENDE TEACHERS ABILITY TO IMPLEMENT THE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA } BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN j NOMOR 1 ^. TAHUN 2009 TENTANG PARTSPAS MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN NFRASTRUKTUR D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN. Menmbang : a.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

Pengembangan Perangkat Lunak Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati untuk Ketahanan Pangan

Pengembangan Perangkat Lunak Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati untuk Ketahanan Pangan PROSIDING SEMINAR NASIONAL HIMPUNAN INFORMATIKA PERTANIAN INDONESIA 29 ISBN : 978 979 95366-7 Pengembangan Perangkat Lunak Optmalsas Pemanfaatan Sumberdaya Hayat untuk Ketahanan Pangan Mustafrl a, Bud

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci