II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Perkembangan Moral Kognitif Akuntan Dan Permasalahan Akuntansinya Saat ini profesi akuntan menjadi sorotan tajam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Perkembangan Moral Kognitif Akuntan Dan Permasalahan Akuntansinya Saat ini profesi akuntan menjadi sorotan tajam"

Transkripsi

1 II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Perkembangan Moral Kognitif Akuntan Dan Permasalahan Akuntansinya Saat ini profesi akuntan menjadi sorotan tajam karena munculnya malpraktik akuntansi yang merugikan banyak pihak. Sehingga profesi akuntan baik itu auditor internal maupun auditor eksternal dituntut untuk bekerja secara profesional dengan mengutamakan etika. Namun seringkali dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, seorang akuntan diperhadapkan dalam situasi munculnya pertimbangan untuk melakukan sesuatu dan pertimbangan untuk tidak melakukan sesuatu. Situasi inilah yang disebut sebagai dilema etis. Dilema etis merupakan sebuah masalah yang muncul akibat pertimbangan untuk bertindak dengan cara tertentu dan diimbangi dengan pertimbangan untuk tidak melakukannya (Duska et al., 2011). Sebagai profesional, akuntan saat ini mengalami peningkatan peran dalam pengambilan keputusan (IFAC, 2004). Pengambilan keputusan yang etis dipengaruhi oleh perkembangan moral kognitif dari akuntan itu sendiri. Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan level perkembangan moral kognitif dari auditor eksternal dan auditor internal dalam pengambilan keputusan

2 etis. Meskipun kedua profesi tersebut memiliki perbedaaan karakteristik, peran dan tanggung jawab baik auditor internal maupun auditor eksternal keduanya saling membutuhkan untuk membantu menghasilkan laporan audit dan tata kelola perusahaan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan level perkembangan moral kognitif akuntan yaitu auditor internal dan auditor eksternal dalam pengambilan keputusan etis pada saat menghadapi dilema etis pada saat mereka melakukan penugasan dalam suatu perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam fakta tentang perkembangan moral akuntan di Indonesia, serta mendorong upaya peningkatan kesadaran pentingnya perkembangan moral akuntan dalam bidang bisnis saat ini. Kontribusi yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah mendorong perusahaan untuk lebih selektif dalam perekrutan karyawan sebagai auditor supaya memiliki auditor dengan moral kognitif yang tinggi. Sehingga dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan menjunjung etika dan kode etik profesi yang berlaku, serta dapat mengambil keputusan etis pada saat menghadapi dilema etis. Selain itu, mendorong perusahaan untuk menyadari pentingnya penerapan etika dan kode etik yang ketat supaya perusahaan dapat menjalankan bisnis etis.

3 Dilema Etis, Keputusan Etis Dan Perkembangan Moral Kognitif Akuntan Dilema etis sering kali dihadapi oleh banyak profesi pekerjaan. Dilema etis muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan penyebab konflik dalam bertindak. Setiap profesi diharapkan mampu mengambil keputusan yang etis ketika menghadapi dilema etis dalam menjalankan tanggung jawabnya. Keputusan etis (ethical decision) adalah keputusan yang baik secara legal maupun moral yang dapat diterima oleh masyarakat luas (Trevino, 1986). Kohlberg (1995) dalam Wisesa (2011) mengatakan keputusan moral (etis) bukanlah soal perasaan atau nilai, melainkan selalu mengandung tafsiran kognitif terhadap dilema moral (etika). Pengambilan keputusan etis melibatkan proses penalaran etis yang didalamnya mengolaborasi kesadaran moral dan kemampuan moral kognitif seseorang yang pada akhirnya diwujudkan di dalam proses tindakan sebagai bentuk implementasi keputusan yang diambil. Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi di mana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri. Akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka (Husein, 2008). Akuntan dituntut untuk dapat

4 mengambil keputusan yang etis pada saat diperhadapkan dengan dilema etis. Perkembangan moral kognitif dapat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil oleh akuntan ketika menghadapi dilema etis. Ketika seseorang diperhadapkan pada sebuah dilema etika, maka individu tersebut akan mempertimbangkan secara kognitif dalam benaknya (Abdurrahman dan Yuliani, 2011). Dilema Etis dan Perkembangan Moral Kognitif Auditor Internal Auditor internal sebagai salah satu pembuat keputusan akan mempengaruhi kebijakan organisasi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sehingga peran auditor internal menjadi penting (Abdurrahman dan Yuliani, 2011). Tugas auditor internal adalah melakukan pemeriksaan intern. Agoes dan Ardana (2009), tujuan pemeriksaan yang dilakukan internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberi analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (2006) menyatakan bahwa auditor internal bertanggungjawab untuk menyediakan jasa analisis dan evaluasi, memberi keyakinan,

5 rekomendasi dan informasi kepada manajemen entitas dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara wewenang dan tanggung jawabnya tersebut. Auditor internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya dan sebagai katalisator (ACIIA, 2014) untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam hal ini seorang auditor internal berperan dalam menemukan indikasi kecurangan dan melakukan investigasi. Hasil dari temuan tersebut harus diberitahukan kepada top manajemen. Auditor internal mungkin menghadapi situasi yang dilematis dalam menjalankan tugasnya. Selain harus patuh terhadap pimpinan tempat ia bekerja, auditor internal juga harus menghadapi tuntutan publik untuk memberikan laporan yang jujur sesuai dengan etika profesi. Konflik audit muncul ketika auditor internal menjalankan aktivitas audit internal. Auditor internal sebagai pekerja di dalam organisasi yang diauditnya akan menjumpai masalah etika ketika melaporkan temuan-temuan yang mungkin tidak menguntungkan dalam penelitian kinerja manajemen atau obyek audit yang dilakukannya, padahal imbalan yang diterima berasal dari manajemen. Sehingga hal ini dapat membuat auditor internal kehilangan independensinya ketika mengambil keputusan yang etis (Abdurrahman dan Yuliani, 2011).

6 Auditor internal seharusnya secara sosial juga bertanggung jawab kepada masyarakat dan profesinya daripada mengutamakan kepentingan dan pertimbangan pragmatis pribadi atau kepentingan ekonomis semata, sehingga auditor seringkali dihadapkan kepada masalah dilema etika dalam pengambilan keputusannya. Auditor internal harus memiliki sikap mental dan etika serta tanggung jawab profesi yang tinggi, sehingga kualitas hasil kerjanya dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan untuk membantu terwujudnya perkembangan perusahaan yang wajar dan sehat (Siswati, 2012). Dilema Etis dan Perkembangan Moral Kognitif Auditor Eksternal Auditor eksternal melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan besar dan juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba (Hidayat dan Handayani, 2010). Dalam menjalankan fungsinya mungkin saja auditor eksternal diperhadapkan dengan konflik audit. Konflik audit kemungkinan akan berkembang menjadi sebuah dilema etika ketika akuntan publik diharuskan melakukan pilihan-pilihan

7 pengambilan keputusan etis dan tidak etis (Abdurrahman dan Yuliani, 2011). Situasi dilematis dalam setting audit dapat terjadi ketika akuntan dan klien tidak sepakat terhadap beberapa aspek fungsi dan tujuan pemeriksaan. Dalam kondisi ini, klien dapat mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal. Klien bisa menekan auditor tersebut untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Karena secara umum dianggap bahwa auditor termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan, maka akuntan tersebut akan berada dalam situasi konflik. Memenuhi keinginan klien berarti melanggar standar. Penolakan terhadap permintaan klien dapat menghasilkan sanksi berupa kemungkinan penghentian penugasan dan hal ini tentu saja sangat merugikan auditor (Hidayat dan Handayani, 2010). Etika profesi akuntan publik di Indonesia dikodifikasi dalam bentuk kode etik, yang mana struktur kode etik ini meliputi prinsip etika, aturan etika, dan interpretasi aturan etika (IAI, 1998 dalam Ludigdo, 2007). Dalam menjalankan tugasnya auditor eksternal harus bertindak objektif dan independen berdasarkan kode etik profesi mereka pada saat menghadapi dilematis dalam pengambilan keputusan. Hal ini karena auditor eksternal tidak hanya bertanggung jawab pada

8 klien yang membayarnya, namun bertanggung jawab juga terhadap publik. Zarkasyi (2009) menyatakan bahwa profesi akuntan harus sangat berhati-hati pada saat melakukan tugasnya, karena mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat umum tidak hanya kepada clientnya. Walaupun yang memberikan audit fee adalah perusahaan, sebenarnya tanggung jawab yang dipikul profesi akuntan adalah tanggung jawab kepada stakeholders, termasuk didalamnya pemegang saham, kreditor dan pihak-pihak lain yang menyandarkan kepentingan bisnisnya berdasarkan laporan audit (auditor s opinion). Mengingat tanggung jawab profesinya yang mempunyai dampak kepada masyarakat umum sudah selayaknya jika auditor eksternal diharapkan mempunyai professional commitment yang tinggi, sehingga dapat mengambil keputusan yang etis ketika diperhadapkan dengan dilema etis. Pada situasi dilematis auditor eksternal membutuhkan pedoman dan dukungan dari pihak lain (misal pimpinan atau rekan) untuk menentukan pilihannya. Penentuan pilihan pada situasi dilematis yang dihadapi akuntan tersebut dalam banyak hal tidak hanya menyangkut pertimbangan personal semata tetapi lebih menyangkut pertimbangan organisasional. Oleh karena menyangkut pertimbangan organisasional maka nilai-

9 nilai yang dianut organisasi tersebut tentunya akan dijadikan rujukan akuntan untuk menentukan sikapnya (Ludigdo, 2007). Teori Perkembangan Moral Kognitif Dalam praktek kerja, perkembangan kognitif individu terjadi dalam interaksi dengan orang lain (Busch, 2007). Izzo (2000) mengatakan, perkembangan moral meningkat secara bertahap berdasarkan komponen perkembangan kognitif. Saat ini penelitian-penelitian etika akuntansi berfokus pada konsep perkembangan etika yang dipengaruhi oleh penelitian psikolog Law Kohlberg dan James Rest (Loh dan Wong, 2009). Teori Kohlberg terdiri dari 3 level dan masing-masing level terdiri dari dua perkembangan moral yang berbeda (Dellaportas et al., 2006), yaitu level pre-conventional, level conventional dan level post-conventional (Tarigan dan Satyanugraha, 2005). Hipotesis teori perkembangan moral Kohlberg menyatakan bahwa individu bergerak secara berurutan dari tahap ke tahap semakin maju dari tingkat moralitas yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi (Venezia et al., 2011). Pada level pre-conventional, keputusan etis individu dibentuk oleh otoritas eksternal, minat diri, dan penghargaan serta hukuman yang dikaitkan dengan hasil berbagai pilihan. Kohlberg menganggap hal ini sebagai tingkat terendah dari

10 perkembangan moral atau etika kognitif. Pada level conventional, Kohlberg menyatakan bahwa keputusan etis individu dibentuk oleh pertimbangan hukum dan norma sosial. Level post-conventional disebut oleh Kohlberg sebagai rangka tertinggi dari pengembangan etika dimana pengambilan keputusan etika individu dipengaruhi oleh prinsip-prinsip keadilan yang universal, hati nurani dan peradilan (Loh dan Wong, 2009). Tahap-tahap moral menurut Kolhberg adalah sebagai berikut (Duska dan Whelan, 1982; Kohlberg, 1995; Bertens, 2011): Level Pre-Conventional Tahap 1. Orientasi hukuman dan kepatuhan. Akibatakibat fisik dari tindakan menentukan baik-buruknya tindakan itu, entah apa pun arti atau nilai akibat-akibat itu bagi manusia. Menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan (tanpa mempersoalkan) mempunyai nilai pada dirinya; bukan dasar hormat pada peraturan moral yang mendasari, yang didukung oleh hukuman dan otoritas. Tahap 2. Orientasi relativis instrumental. Tindakan benar adalah tindakan yang ibarat alat dapat memenuhi kebutuhan sendiri atau kadang-kadang juga memenuhi kebutuhan orang-orang lain. Hubungan antar manusia dianggap sebagaimana hubungan orang di pasar. Unsur-unsur

11 sikap fair, hubungan timbal balik, kesamaan dalam ambil bagian sudah ada, tetapi semuanya dimengerti secara fisis dan pragmatis. Hubungan timbal balik antar manusia adalah soal kalau kamu menggarukkan punggungku, saya akan garukkan punggungmu, bukan soal loyalitas (kesetiaan), rasa terima kasih atau keadilan. Level Conventional Tahap 3. Orientasi masuk ke kelompok anak baik dan anak manis. Tingkah laku yang baik adalah tingkah laku yang menyenangkan atau membantu orang-orang lain dan yang mendapat persetujuan mereka. Ada banyak usaha menyesuaikan diri dengan gambaran-gambaran stereotip yang ada pada mayoritas atau dengan tingkah laku yang dianggap lazim. Tingkah laku sering kali dinilai menurut intensinya. Dia bermaksud baik untuk pertama kalinya menjadi penting. Orang berusaha untuk diterima oleh lingkungan dan bersikap manis. Tahap 4. Orientasi hukum dan ketertiban. Ada orientasi kepada otoritas, peraturan-peraturan yang sudah pasti, dan usaha memelihara ketertiban sosial. Tingkah laku yang benar berupa melakukan kewajiban, menunjukkan rasa hormat kepada otoritas, dan memelihara ketertiban sosial yang sudah ada demi ketertiban itu sendiri.

12 Level Post-Conventional Tahap 5. Orientasi kontrak-sosial legalitas. Biasanya dengan tekanan utilitaritis (mementingkan kegunaannya). Tindakan benar cenderung dimengerti dari segi hak-hak individual yang umum dan dari segi patokan-patokan yang sudah dikaji dengan kritis dan disetujui oleh seluruh masyarakat. Ada kesadaran yang jelas bahwa nilai-nilai dan opini pribadi itu relatif dan oleh karenanya perlu adanya peraturan prosedural untuk mencapai konsensus. Tahap 6. Orientasi asas etika universal. Benar diartikan dengan keputusan suara hati, sesuai prinsip-prinsip etika yang dipilih sendiri, dengan berpedoman pada kekomprehensifan logis, universalitas dan konsisten. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis dan bukan peraturan-peraturan moral konkret seperti sepuluh perintah Allah. Pada intinya itulah prinsipprinsip universal mengenai keadilan, pertukaran hak dan kesamaan hak asasi manusia dan penghormatan kepada martabat manusia sebagai pribadi. Implikasi dari teori Kohlberg adalah bahwa pertimbangan moral dari orang pada tahapan lebih lanjut perkembangan moralnya lebih baik dari pertimbangan moral mereka yang baru pada tahap lebih awal. Orang pada tahapan akhir memiliki kemampuan untuk melihat segala sesuatu dari perspektif yang lebih luas dan dalam daripada mereka yang

13 berada pada tahapan awal. Implikasi yang lain adalah bahwa orang pada tahapan akhir mampu mempertahankan keputusan mereka daripada orang pada tahapan awal (Tarigan dan Satyanugraha, 2005). Defining Issues Test (DIT) Instrumen yang paling sering digunakan untuk menerapkan pengembangan moral dan menempatkan individu dalam tingkat Kohlberg adalah Defining Issues Test (DIT) Rest (White Jr., 1999). DIT pertama kali dikembangkan di awal tahun 1970-an (Thoma dan Dong, 2012). Walaupun DIT didasarkan pada model perkembangan moral Kohlberg (1969), akan tetapi tidak sama dengan ukuran yang dikembangkan sendiri oleh Kohlberg untuk pengujian teorinya (Tarigan dan Satyanugraha, 2005). Rest mempunyai pokok bahasan bahwa individu dapat menggunakan kombinasi berbagai macam kemampuan penalaran moral secara bersama-sama (Venezia et al., 2011). Rest (1986), menegaskan bahwa ada empat komponen proses yang terlibat dalam mengambil tindakan moral: (1) mengenali masalah moral, (2) membuat penilaian moral, (3) menetapkan tujuan moral, (4) mengeksekusi dan melaksanakan rencana tindakan moral (Sheppard dan Young, 2007).

14 Awal pengembangan DIT, Rest mempertanyakan penerimaan tahapan model perkembangan moral teori Kohlberg yang mana individu akan bergerak dari tahap satu ke tahap yang lain. Sehingga, DIT dibuat untuk mendukung model pengembangan yang mendefinisikan pertumbuhan sebagai tahap demi tahap dari moral yang rendah ke yang lebih kompleks. Kemudian, para peneliti DIT mengasumsikan bahwa pada waktu-waktu tertentu ada konsep multiple yang tersedia untuk individu. Sehingga untuk menyediakan strategi pengukuran harus menilai tidak hanya dengan konsep itu tersedia, tetapi lebih pada sistemnya. Di tahun 1990-an, para peneliti DIT mengadopsi pandangan skema dari perkembangan moral judgement yang di dasarkan pada hubungan pengetahuan yang diorganisir melalui peristiwa hidup yang biasa terjadi dan keberadaannya untuk membantu individu memahami informasi baru berdasarkan pengalaman (Thoma dan Dong, 2012). Dalam Thoma dan Dong (2012), DIT menyajikan kepada partisipan dilema moral dan kemudian menanyakan kepada mereka untuk memberi peringkat dan merangking 12 item untuk setiap dilema. Masing-masing item kasus khusus tersebut meningkat yang mendefinisikan fitur-fitur utama dari dilema berdasarkan perbedaan pertimbangan skema moral. Item-item tersebut tidak menyajikan sebuah rasional yang

15 lengkap dan menginterpretasikan dilema tersebut tetapi menyediakan intisari dari penjelasan yang menggunakan pendekatan penggalan-penggalan kalimat. Pendekatan penggalan-penggalan kalimat tersebut diadopsi karena awalnya dalam pengembangan DIT, hal tersebut dicatat bahwa item-item pertanyaan yang mengandung interpretasi lebih detail dari dilema yang menghasilkan sedikit indeks bagian karena item-item tersebut mudah untuk diinterpretasikan kembali dan ditanggapi secara istimewa (Rest, 1987). Penggunaan kalimat penggalan-penggalan tersebut dapat menyediakan informasi yang cukup memberi kesan dalam sebuah interpretasi dan setiap partisipan dapat mengisi informasi yang dibutuhkan dengan menggunakan pemikiran dari setiap item-item pertanyaan dalam DIT dan kemudian akan merangking setiap item-item pertanyaan tersebut. Dengan kata lain, para peneliti DIT mengasumsikan bahwa peringkat dan rangking dari item-item pertanyaan uraian kasus dari DIT menyediakan indeks dari skema yang lebih disukai oleh partisipan dan lebih umum, kembali menyajikan bagaimana partisipan secara umum mendekati keputusan moral melalui DIT (Thoma dan Dong, 2012).

16 Penelitian Perkembangan Moral Kognitif dan Pengembangan Hipotesis Banyak penelitian-penelitian pengembangan moral yang dikaitkan dengan pengambilan keputusan dalam konteks akuntansi yang menggunakan teori perkembangan moral Kohlberg dan instrumen DIT dari Rest. Penelitian yang dilakukan oleh Throne et al. (2002), bertujuan menginvestigasi apakah konteks institusional kebangsaan berasosiasi dengan perbedaan dalam penalaran moral auditor dengan menguji tiga komponen proses keputusan moral auditor. Tiga komponen tersebut meliputi perkembangan moral, penalaran preskriptif dan penalaran deliberatif. Mereka membandingkan dua kebangsaan yang dimiliki oleh auditor-auditor yang diteliti yaitu Canada dan Amerika Serikat. Penelitian ini menemukan bahwa institusional kebangsaan lebih berasosiasi dengan faktor penalaran deliberatif daripada penalaran preskriptif. Tarigan dan Satyanugraha (2005) dalam studinya menggunakan teori moral kognitif Kohlberg dan DIT untuk mengetahui level perkembangan moral kognitif auditor Indonesia sebanyak 100 auditor di KAP Jakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada beda antara perkembangan moral kognitif auditor dengan umur dan pendidikan. Penelitian yang dilakukan Dellaportas et al. (2006) menemukan bahwa

17 dalam konteks dilema yang dirancang khusus, melalui cerita, keakraban, edukasi berpengaruh terhadap kedewasaan moral mahasiswa. Peningkatan nilai DIT P-Scores mengindikasikan bahwa mahasiswa akuntansi dapat bergerak menuju pada penalaran moral level tertinggi tetapi juga dapat mengalami rasional pengambilan keputusan moral pada tahap terendah. Penelitian Loh dan Wong (2009) menguji hubungan perkembangan etika dan sikap etis yang dikaitkan dengan pengambilan keputusan etis. Dalam hipotesis mereka menyatakan bahwa individu yang memiliki perkembangan etika yang lebih tinggi menunjukkan sikap etis yang lebih tinggi. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa akuntansi yang rata-rata berumur 22 tahun. Penelitian ini menggunakan teori perkembangan moral Kohlberg dan pengukuran moral DIT dari Rest. Namun penelitian ini tidak dapat membuktikan hubungan linier antara perkembangan etika dengan sikap etis. Adapula Venesia et al. (2011), meneliti hubungan antara pengalaman kerja, edukasi, umur, gender dan pengalaman manajemen berhubungan dengan kedewasaan moral, pengambilan keputusan etis dan etika bisnis. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara etis memerlukan penentuan fakta-fakta di dalam situasi dilematis. Sebuah penilaian etis yang dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta-fakta yang ada merupakan

18 sebuah penilaian etis yang lebih masuk akal daripada penilaian yang tidak berdasarkan fakta-fakta. Seseorang yang bertindak sesuai dengan pertimbangan yang cermat akan fakta telah bertindak dalam cara yang mendalam dengan pertimbangan yang lebih bertanggung jawab secara etis daripada orang yang bertindak tanpa pertimbangan mendalam (Hartman dan DesJardins, 2011). Tindakan yang etis inilah yang akan membantu seseorang untuk memecahkan dilema yang dihadapi. Tindakan etis menyangkut tentang tindakan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukannya. Semua tindakan yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam hal pengambilan keputusan etis pada saat menghadapi dilema etis, menyangkut tentang keputusan yang berasal dalam diri akuntan tersebut. Keputusan yang berasal dari dalam diri merupakan keputusan yang berasal dari suara hati atau hati nurani pihak yang bersangkutan. Hati nurani adalah instansi dalam diri kita yang menilai tentang moralitas perbuatan-perbuatn kita, secara langsusng, kini dan disini. Hati nurani itulah yang akan memerintahkan atau melarang seseorang untuk melakukan sesuatu, sekaligus menjadi saksi terhadap perbuatan yang dilakukan oleh manusia (Bertens, 2011). Menurut Rindjin (2004), hati nurani semacam cahaya yang menerangi hati kita. Hati nurani memiliki dimensi

19 subyektif mengenai rasa dan rasio, dimana pernyataan moral dikaitkan dengan perasaan dan keputusan etis lahir dari penalaran yang rasional. Dimensi inilah yang membuat seseorang akan mengambil keputusan dengan pertimbangan untuk mentolerir suatu tindakan yang benar menurut Tuhan, subyektifitas individu, maupun solidaritas umum. Dalam kepentingan pelaksanaan tugas audit, auditor internal harus memahami aturan perusahaan dan profesi yang berlaku. Namun ketika diperhadapkan dengan dilema etis, keputusan yang diambil tidak semata-mata berpedoman pada aturan saja berbeda dengan auditor eksternal yang lebih mengedepankan peraturan yang berlaku. Tentu saja karena auditor internal merupakan bagian dalam dari perusahaan akan lebih memahami situasi perusahaan dimana ia bekerja dan ia terlibat langsung secara emosional dalam operasional perusahaan. Sehingga auditor internal akan melibatkan hati nuraninya sebagai pertimbangan kognitif dalam mengambil keputusan daripada auditor eksternal. Hal ini dikarenakan auditor eksternal berada di luar perusahaan dan lebih berpedoman pada kebijakan-kebijakan profesinya daripada keterlibatan hati nuraninya, sehingga kognitif yang dimiliki oleh auditor eksternal tidaklah sebesar yang dimiliki oleh auditor internal.

20 Dalam teori perkembangan moral Kolhberg pada tahap tertinggi, menempatkan suara hati atau hati nurani sebagai pertimbangan dalam keputusan etis setelah prinsip-prinsip peraturan. Kohlberg menegaskan hanya pikiran atau bahasa tahap 6-lah yang sepenuhnya bersifat moral, bahwa setiap tahap yang lebih tinggi semakin mendekati karakteristik bahasa moral (Kohlberg, 1995). Sehingga hipotesis yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah: H1: Auditor internal mencapai perkembangan moral kognitif lebih tinggi daripada auditor eksternal dalam pengambilan keputusan etis saat menghadapi dilema etis. Telah banyak penelitian yang menggunakan faktor demografi sebagai faktor yang menentukan level perkembangan moral kognitif. Faktor-faktor demografi tersebut meliputi umur, jenjang pendidikan, gender, pengalaman kerja (Tarigan dan Satyanugraha, 2005; Venesia et al., 2011). Penelitian Trevino (1986) mengungkapkan variabel model interaksi pembuatan keputusan etis dalam organisasi yaitu variabel individu (ego strength, field dependence, locus of control) dan variabel situasional (characteristics of work, organizational culture, immediate job context).

21 Penelitian ini juga akan menambahkan beberapa faktorfaktor yang dapat mempengaruhi perkembangan moral kognitif seseorang yaitu gender, umur, pengalaman kerja dan jenjang pendidikan (White Jr.,1999; Izzo, 2000; Tarigan dan Satyanugraha, 2005; Venesia et al., 2011 dan Thoma dan Dong, 2012). Teori perkembangan moral Kohlberg (1969) mengasumsikan bahwa nilai moral seseorang meningkat sejalan dengan umur (Tarigan dan Satyanugraha, 2005). Rest (1986) melaporkan bahwa ada dua hal dominan yang menentukan perkembangan moral seseorang adalah umur dan pendidikan (White Jr., 1999). Selain itu, gender juga memainkan peranan penting dalam perkembangan moral seseorang (Eynon et al., 1997; White Jr., 1999). Venesia et al. (2011), meneliti hubungan dan menemukan korelasi antara pengalaman kerja, edukasi, umur, gender dan pengalaman manajemen berhubungan dengan kedewasaan moral, pengambilan keputusan etis dan etika bisnis. Thoma dan Dong (2012) menyatakan umur, pendidikan, gender memiliki korelasi yang tinggi terhadap perkembangan moral yang diukur dengan DIT. Seseorang yang mempunyai perasaan dan intuitif yang kuat memiliki perkembangan moral yang lebih tinggi dari yang lain. H2: Level perkembangan moral kognitif auditor dipengaruhi secara signifikan oleh gender subyek.

22 H3: Level perkembangan moral kognitif auditor dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat umur subyek. H4: Level perkembangan moral kognitif auditor dipengaruhi secara signifikan oleh pengalaman kerja subyek. H5: Level perkembangan moral kognitif auditor dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat pendidikan kerja subyek.

I. PENDAHULUAN Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang ada saat ini melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada

I. PENDAHULUAN Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang ada saat ini melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada I. PENDAHULUAN Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang ada saat ini melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada profesi ini disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pelaku ekonomi dengan misi yang dimilikinya saat ini menghadapai tantangan kompetisi global dunia usaha

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Data Deskriptif Penelitian ini menggunakan dua group subyek yaitu auditor internal yang disebut sebagai group AI dan auditor eksternal yang disebut sebagai group AE. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tema tentang independensi dan etika dalam profesi akuntan memiliki pemahaman yang sangat penting dan mendalam. Munculnya skandal Enron dan WorldCom dan beberapa kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan diatur oleh kode etik akuntan. Kode Etik Akuntan yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi akuntan. Salah satu yang menjadi sorotan profesi ini yaitu praktik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai saran pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dunia usaha semakin meningkat seiring dengan kompleksnya jenis industri. Berbagai macam usaha untuk meningkatkan pendapatan agar tetap bertahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. Profesi akuntan harus memiliki intregitas, independen

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. Profesi akuntan harus memiliki intregitas, independen BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi auditor merupakan suatu pekerjaan yang dilandaskan pada pengetahuan yang kompleks dan hanya dapat dilakukan oleh individu dengan kemampuan dan latar belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi akuntan. Sorotan yang diberikan kepada profesi ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konflik merupakan proses yang dimulai saat salah satu pihak merasa dikecewakan oleh pihak lain. Auditor yang memiliki profesi sebagai penyedia jasa pemeriksa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sikap dan Perilaku Etis Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak memihak terhadap informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Praktek-praktek dalam dunia bisnis seringkali dianggap sudah menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia bisnis merupakan dunia

Lebih terperinci

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam

BAB I PENDAHULUAN. di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Akuntan dalam konteks profesi bidang bisnis, bersama-sama dengan profesinya lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi,

BAB I PENDAHULUAN. Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi, permasaran, keuangan, pemerintahan, dan lain-lain. Perilaku dan tindakan etis setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika profesi menjadi topik pembicaraan yang sangat penting dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota. komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa komitmen dapat dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota. komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa komitmen dapat dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Komitmen Profesi Akuntan Publik Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota dituntut untuk memiliki komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang memiliki konsisten tinggi dalam menjalankan kinerjanya. Untuk melihat konsistensi dari kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi di bidang akuntansi merupakan profesi yang penuh dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Profesi di bidang akuntansi merupakan profesi yang penuh dengan masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keputusan etis (ethical decision) merupakan keputusan yang baik secara legal maupun moral yang dapat diterima oleh masyarakat luas (Trevino, 1986). Profesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Agusti dan Pratistha (2013) membuktikan melalui penelitiannya bahwa variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang signifikan sejak awal tahun 1970-an dengan adanya perluasan kredit-kredit perbankan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin kompleks. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa akuntan publik yang diberikan bagi pemakai informasi keuangan dalam suatu perusahaan. Dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan, baik besar maupun kecil pada umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba. Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B PENGARUH LOCUS OF CONTROL, KOMITMEN PROFESI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT DENGAN KESADARAN ETIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING (SURVEI PADA KANTOR AKUNTAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Profesi seorang akuntan publik merupakan salah satu profesi kepercayaan bagi para pihak yang berkepentingan, di antaranya adalah kreditor, investor, pemilik

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan karena tingkat materialitas dari satu

BAB I PENDAHULUAN. auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan karena tingkat materialitas dari satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Materialitas menjadi salah satu hal yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan karena tingkat materialitas dari satu perusahaan berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi, pendidikan akuntansi mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi, pendidikan akuntansi mengalami 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, pendidikan akuntansi mengalami perkembangan yang luar biasa. Perusahaan-perusahaan besar sangat mengerti akan arti dari sebuah laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan go public. Dalam kepemilikannya, perusahan go public

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan go public. Dalam kepemilikannya, perusahan go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia sebagian besar ditopang oleh aktivitas perusahaan-perusahaan go public. Dalam kepemilikannya, perusahan go public secara tidak langsung telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya. Saat ini perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit merupakan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 :0: AM STANDAR AUDIT 0 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brooks (2007) menyatakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brooks (2007) menyatakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Etika Brooks (2007) menyatakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian normatif tentang apakah suatu perilaku sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan menjadi semakin ketat dan hanya mereka yang siap dan mempunyai bekal serta sikap profesionalisme yang memadai saja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik merupakan. memihak, perusahaan menggunakan jasa akuntan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik merupakan. memihak, perusahaan menggunakan jasa akuntan publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Imbal jasa audit (fee audit) dapat diartikan sebagai imbalan jasa yang diterima auditor atas jasa audit yang diberikan terhadap laporan keuangan. Besarnya fee

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Salah satu fungsi dari akuntan publik adalah menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting untuk memberikan

I. PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting untuk memberikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting untuk memberikan informasi tentang kondisi keuangan, serta aktivitas manajemen yang terkait dengan investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas, BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Auditor eksternal adalah seorang profesional auditor yang melakukan audit pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan perkembangannya. Dalam menjalankan profesinya, auditor dituntut profesional dalam menjalankan segala pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua perusahaan yang sahamnya diperdagangakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial maupun non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Target akhir dalam suatu proses audit adalah pembuatan opini dengan judgement yang dasar dan pertimbangan yang mendalam yang menunjukkan tidak adanya keraguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara empiris tentang ada atau tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas tugas terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang disajikan oleh manajeman dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang disajikan oleh manajeman dapat dipercaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu diperlukan pihak ketiga (Akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin kompleks. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertimbangan Etis Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan pertimbangan etis sebab pertimbangan etis merupakan suatu kriteria

Lebih terperinci

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal 1. Definisi a) Audit Internal adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan banyak pihak. Banyak berita yang mengungkap bahwa akuntan publik dianggap memiliki konstribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009. 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi audit sangat penting untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam suatu organisasi. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi keuangan menunjukkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan yang digunakan oleh para pemakainya sesuai dengan kepentingan masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks (Halim, 2008). Peningkatan kompleksitas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks (Halim, 2008). Peningkatan kompleksitas tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan perkembangan usaha dan ekonomi secara global, turut berdampak pada permasalahan akuntansi dan proses penyajian laporan keuangan semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama dalam Era Globalisasi saat ini, membuat persaingan para pebisnis akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat saat ini dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara para pelaku bisnis. Berbagai macam usaha untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Audit merupakan proses yang sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya usaha-usaha dalam berbagai bidang menimbulkan persaingan yang cukup ketat. Manajemen perusahaan bersaing merebut perhatian para investor agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. I. Landasan Hukum Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 tanggal 23 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan atau auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang auditor disamping memiliki pemahaman mengenai akutansi, auditor juga harus memiliki keahlian dalam mengumpulkan dan menafsirkan bahan bukti audit. Keahlian

Lebih terperinci

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis menimbulkan persaingan yang cukup tajam. Oleh sebab itu, para pelaku bisnis dituntut untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua perusahaan yang sahamnya diperdagangakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era masa kini perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu persaingan yang semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori yang menjadi landasan dalam penelitian dan ditentukan hipotesis penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan untuk pemakai informasi keuangan. Berkembangnya profesi akuntan publik di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan

Lebih terperinci

Standar Auditing & Kode Etik

Standar Auditing & Kode Etik Standar Auditing & Kode Etik ( Pertemuan ke-7) Antariksa Budileksmana antariksa_b@yahoo.com www.antariksa.info 2007 Antariksa Budileksmana Prodi Akuntansi UMY 7-1 Standar Auditing Suatu ukuran pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Laporan keuangan sebuah perusahaan, selain dibutuhkan oleh pihak internal perusahaan, juga dibutuhkan oleh pihak eksternal seperti calon investor, investor,

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 59

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 59 LAMPIRAN 59 Yth. Saudara Responden Bersama ini saya mohon kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner dalam rangka penelitian saya yang berjudul Pengaruh Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan keadaan ekonomi saat ini mengacu pada globalisasi, yang berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara di dunia. Pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang ini, perusahaan dan profesi auditor sama-sama dihadapkan pada. tantangan-tantangan yang berat. Mereka sama-sama harus

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang ini, perusahaan dan profesi auditor sama-sama dihadapkan pada. tantangan-tantangan yang berat. Mereka sama-sama harus 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan negara pada dasarnya harus dikelola secara transparan dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap aktivitas dan kinerja perusahaan. Jasa akuntan publik sering digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi yang berlandaskan kepercayaan dari masyarakat yang berperan penting dalam melakukan audit laporan keuangan suatu organisasi.

Lebih terperinci

1 INTRODUCTION. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Etika Profesional

1 INTRODUCTION. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Etika Profesional Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Etika Profesional 1 INTRODUCTION REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 Etika Profesional 12-2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataanpernyataan

Lebih terperinci

Makalah Kode Etik Akuntan Publik

Makalah Kode Etik Akuntan Publik Makalah Kode Etik Akuntan Publik 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Etika secara harfiah bermakna pengetahuan tentang azas-azas akhlak atau moral. Etika secara terminologi kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan Indriantoro, 2001). Akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dimana seluruh dunia, khususnya di Indonesia sedang diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Moral Kognitif Teori perkembangan moral (moral development), pada awalnya dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of a Child

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin berkembang, dan dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan tersebut membuat permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik yang dianggap terpercaya dan independen, menyebabkan profesi akuntan publik di tuntut untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK AUDITOR DI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DENGAN

Lebih terperinci