KAPASITAS LENTUR DAN DAYA LAYAN BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG
|
|
- Ridwan Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 215 Sanur - Bali, 25 April 215 KAPASITAS LENTUR DAN DAYA LAYAN BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG I Ketut Sudarsana 1, I Gede Adi Susila 1 dan I B.M. Joni Suryawan 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana-Bali ksudarsana@civil.unud.ac.id 2 Alumni Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana-Bali ABSTRAK Bambu memiliki serat alami yang cukup kuat dalam menahan tegangan tarik sehingga memungkinkan untuk dipergunakan sebagai tulangan dalam komponen struktur beton bertulang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan lentur dan daya layan balok beton dengan tulangan rangkap dari bambu petung yang meliputi beban retak pertama, lendutan, lebar retak dan beban maksimum.pada penelitian ini dibuat dan diuji sampai runtuh sebanyak 15 buah benda uji balok beton dengan tulangan rangkap dari bambu petung dengan dimensi balok 1 x 2 x 14 mm dengan kuat tekan beton (f c) sebsar 15 MPa. Adapun parameter yang divariasikan adalah luas tulangan tarik dari benda uji balok yaitu 1 mm 2, 15 mm 2, 2 mm 2, 25 mm 2 dan 3 mm 2. Sedangkan luas tulangan tekannya dibuat tetap sebesar 1 mm 2 dan sengkang dari baja tulangan U24 (fy = 24 MPa) diameter 6 mm dengan jarak 5 mm dan 8 mm yang masingmasing terletak pada daerah antara tumpuan dan beban (daerah tepi), serta antara beban dan beban (daerah tengah). Setiap variasi dibuat benda uji sebanyak 3 buah. Pengujian balok dilakukan di atas dua tumpuan sederhana dengan dua buah beban terpusat (four point bending test) masing-masing pada jarak 1/3 bentang dari tumpuan (4 mm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua balok beton mengalami keruntuhan lentur dengan retak yang terjadi dibawah beban dan diantara beban terpusat. Retak yang terjadi sangat sedikit (jarang) sehingga lebar retaknya sangat besar. Kondisi ini terjadi karena lekatan antara tulangan bambu dengan beton kurang sempurna sehingga tulangan mengalami slip lokal pada daerah retaknya. Besarnya beban layan balok mencapai 45% dari beban maksimumnya. Peningkatan rasio tulangan tarik dapat meningkatkan daya layan balok yang meliputi peningkatan beban retak pertama, beban layan dan penurunan lendutan serta lebar retak yang terjadi. Disamping itu, kapasitas lentur balok juga meningkat secara linier dengan meningkatnya luas tualngan tariknya. Dibandingkan dengan prediksi kapasitas lentur balok menurut SNI 2847:213, menunjukan bahwa ketentuan pada SNI 2847:213overestimateterhadap kapasitas lentur balok beton bertulangan bambu petung. Kata kunci: Tulangan bambu, kapasitas lentur, daya layan, SNI 2847, balok beton, tulangan rangkap. 1. PENDAHULUAN Latar belakang Pembangunan yang sustainable merupakan issue penting yang juga harus dipahami oleh para praktisi dibidang teknik sipil. Menurut laporan (Brundtland-commission, 1987), pembangunan yang sustainable merupakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini menuntut agar generasi saat ini memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara bijaksana dan terus mencari sumber daya alternatif untuk meningkatkan taraf hidupnya. Dalam hal material konstruksi terutama beton bertulang, pemanfaatan material alternatif sebagai pengganti baja tulangan telah banyak dilakukan seperti pengunaan serat sintetis seperti karbon, gelas dan aramid serta penggunaan serat alami seperti bambu. Penggunaan bambu sebagai tulangan dalam beton bertulang telah banyak diteliti terutama di negara asia dengan iklim topis seperti China, Brasil, Mexico, India, Indonesia dan lainnya. Bambu merupakan tanaman dengan batang yang berserat searah sumbu batang sehingga bambu cukup kuat SM-81
2 I Ketut Sudarsana, I Gede Adi Susila dan I B.M. Joni Suryawan dalam memikul tegangan aksial tarik maupun tekan. Morisco (1999) menguji kekuatan tarik dari beberapa jenis bambu seperti terlihat pada Gambar 1. Bambu secara umum bersifat elastis linear sampai putus dimana sifat ini sangat berbeda dengan baja tulangan dimana dengan jelas dapat terindentifikasi kondisi leleh dan putusnya. Disamping kuat memikul tarik, bambu juga memiliki kelebihan dalam dari material lainnya bila dilihat dari modulus elastisitas (E) dan density ( ) seperti terlihat pada Gambar 2 (Wegst et.al, 1993). Material yang memiliki performance lebih baik akan berada di atas garis, sedangkan material yang memiliki performance kurang dari bambu berada di bawah garis. Disini terlihat bahwa hanya kayu seseh dan balsa yang memiliki performance yang saama dengan bambu sedangkan material lainnya seperti baja, beton dan aluminium berada jauh dibawah garis. Sehingga, bambu dapat dimanfaatkan sebagai material struktur. Gambar 1. Diagram tegangan-regangan beberapa jenis bambu (Morisco, 1999) Gambar 2. Performance bambu dan material lainnya (Wegst et.al, 1993) Disamping beberapa keunggulan bambu tersebut, bambu sebagai material bangunan yang dapat diperbaharui dan mudah diperoleh, harganya relatif murah serta mudah dalam pengerjaan. Tanaman bambu banyak dijumpa di negara-negara yang beriklim tropis seperti Indonesia, Brasil, Mexico dan lainnya. Meskipun bambu memiliki beberapa keunggulan namun keunggulan itu tidak disertai dengan kekuatan geser yang sepadan dan modulus elastisitasnya. Bambu memiliki modulus elastisitas berkisar antara MPa (Siopongco dan Munandar, 1987). Pemanfaatan bambu sebagai alternative tulangan pada struktur beton bertulang (Ghavami, 25) memungkinkan dengan mempertimbangkan sifat-sifatnya tersebut. Namun perilaku elemen struktur dengan tulangan bambu ini masih perlu diteliti lebih jauh sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik. Pada penelitian ini akan digunakan bambu petung (Dendrocalamus Asper Schult) sebagai tulangan longitudinal balok karena bambu petung disamping lebih tebal juga mempunyai batang yang relatif lurus dibandingkan dengan bambu jenis yang lainnya. Manfaat penelitian Batang bambu tersusun atas serat-serat yang sejajar dengan batang dan memiliki kemampuan yang baik dalam memikul tegangan tarik. Kemampuan bambu ini ditunjukkan dengan tegangan tariknya yang tinggi. Oleh karena itu, tulangan bambu dapat dipergunakan sebagai alternative pengganti tulangan baja dalam struktur beton bertulang sehingga dapat dimanfaatkan pada pembangunan rumah-rumah sederhana seperti dai daerah-daerah yang terpencil dimana keberadaan tanaman bambu cukup banyak sementara keberadaan besi sangat langka dan mahal. 2. METODE PENELITIAN Properti material Kuat tekan beton yang dipergunakan dalam penelitian diperoleh berdasarkan rencana campuran dengan perbandingan berat 1:4:2.3 (semen:pasir:kerikil). Aggregat kasar (kerikil) adalah batu pecah dengan diameter maksimum 9.5 mm. Campuran direncanakan dengan factor air semen (fas).78. Sebanyak 1 silinder standar ASTM dibuat bersamaan dengan pencetakan benda uji balok dan diuji pada umur 28 hari. Kuat tekan rata-rata sebesar 2.95 MPa. Nilai kuat tekan ini dipergunakan dalam menghitung kekuatan balok dalam penelitian ini. Sebagai tulangan longitudinal dalam penelitian ini dipergunakan bambu petung (Dendrocalamus Asper Schult) dan tulangan transversal dari baja tulangan polos U24 dengan diameter 6mm. Tulangan bambu difabrikasi SM-82
3 Kapasitas Lentur dan Daya Layan Balok Balok Beton Bertulang Bambu Petung sedemikian rupa sehingga memiliki ukuran untuk 1 (satu) buah tulangan 5x1mm (Ab 1 = 5 mm2). Semua tulangan yang dipergunakan dilakukan uji tarik di laboratorium untuk mengetahui diagram tegangan dan regangan material tersebut seperti terlihat pada Gambar 3 dan 4. Sebelum dipergunakan, tulangan bambu dikeringkan dalamopen sampai mencapai kadar air 8% kemudian dilapisi vernis untuk mencegah penyerapan air dari bambu setelah pergunakan sebagai tulangan. Tegangan (MPa) y = 1945x R² =.9682 y = 771.3x R² = Regangan (mm/mm) Bambu dengan Nodia Bambu tanpa Nodia Gambar 3. Diagram tegangan-regangan bambu petung dengan dan tanpa nodia Tegangan (MPa) Ø 6 mm Regangan (mm/mm) Gambar 4. Diagram tegangan dan regangan baja tulangan polos dia. 6mm Benda Uji Balok Benda uji dibuat berbentuk balok beton bertulang dengan penampang tetap yaitu (1 x 2 x 14) mm. Balok diberi tulangan rangkap dengan tulangan tekan yang tetap sebesar 1 mm 2 dan tulangan tarik yang bervariasi sesuai dengan perlakuan yang ditinjau dalam penelitian ini seperti pada Gambar 5. Adapun variasi jumlah tulangan tarik adalah 1 mm 2, 15 mm 2, 2 mm 2, 25 mm 2 dan 3 mm 2. (a) Balok Tipe B1( =,57%) Gambar 5. Pemasangan tulangan transversal (b) Balok tipe B2( =,85%) (c ) Balok Tipe B3 ( = 1,18%) (d) Balok Tipe B4 ( = 1,48%) (d) Balok tipe B5 ( = 1,78%) Gambar 6. Penampang semua benda uji As = 1 mm 2, 15 mm 2, 2 mm 2, 25 mm 2 dan 3mm 2 SM-83
4 I Ketut Sudarsana, I Gede Adi Susila dan I B.M. Joni Suryawan Tebal selimut beton adalah 15 mm. Semua benda uji memiliki tulangan tranversal yang sama dari baja polos (BJPT) ø6 mm dengan mutu U 24. Gambar 5 dan 6 menunjukkan pemasangan sengkang dan penampang semua tipe benda uji balok dengan variasi tulangan tariknya.cetakan (bekisting) balok dibuka setelah 24 jam dari waktu pencetakan benda uji,kemudian dilakukan perawatan dengan menggunakan karung goni (burlap) basah yang sebelumnya telah direndam selama 24 jam dan plastic untuk mencegah terjadinya penguapan. Perawatan dilakukan selama 7 hari dan selanjutnya dibiarkan dalam ruangan terbuka sampai saat benda uji di test. Setup pengujian dan instrumentasi Benda uji balok diuji sebagai balok satu bentang di atas perletakan sederhana sendi-rol dan dibebani pada dua titik pembebanan dengan jarak dan ukuran seperti pada Gambar 7. Pengukuran lendutan di tengah-tengah bentang dengan sebuah mechanical gauge yang diletakan di bawah balok. Sedangkan retak yang terjadi diukur dengan crack detector. Pengujian dilakukan setelah benda uji berumur 28 hari. Beban ditingkatkan secara bertahap sampai balok mengalami keruntuhan (failure). Gambar 7. Setup pengujian benda uji Gambar 8. Mesin uji lentur balok 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola dan beban retak Model keruntuhan balok yang terjadi pada penelitian ini hampir seluruhnya mengalami keruntuhan lentur (Dipohusodo,1994; Nawy, 1998; Nilson, 1993), hal ini dapat dilihat dari pola retaknya yang berbentuk vertikal (hampir tegak lurus terhadap sumbu balok) dimana retak yang terjadi diantara 2 beban dan pada masing-masing beban terpusat. Retak geser yang merupakan kelanjutan dari retak lentur hanya terjadi pada balok B 33, namun retak ini tidak sampai menyebabkan keruntuhan pada balok. (a) Salah satu balok dari tipe benda uji B1 (d) Salah satu balok dari tipe benda uji B4 (b) Salah satu balok dari tipe benda uji B2 (e) Salah satu balok dari tipe benda uji B5 (c) Salah satu balok dari tipe benda uji B3 Gambar 9. Pola keruntuhan dari beberapa balok setelah pengujian dengan beban maksimum SM-84
5 Kapasitas Lentur dan Daya Layan Balok Balok Beton Bertulang Bambu Petung Keruntuhan lentur yang terjadi dimulai dengan adanya retak-retak memanjang diantara dua buah beban terpusat pada saat terjadinya beban retak pertama kemudian diikuti dengan terjadinya retak memanjang di bawah beban. Retak-retak tersebut semakin melebar terutama retak yang terjadi dibawah beban yang menyebabkan balok mengalami keruntuhan.pada balok B 1 (B 11, B 12, B 13 ) retak hanya terjadi diantara dua buah beban terpusat sedangkan pada balok B 2, B 3, B 4 dan B 5, retak yang terjadi lebih dari satu, yaitu dibawah masing-masing beban dan diantara kedua beban terpusat. Adapun tipikal pola keruntuhan untuk balok bertulangan bambu petung hasil eksperimen dapat dilihat pada Gambar 9 (a-e). Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa retak yang terjadi sangat sedikit dan lebar retaknya sangat besar pada saat balok mengalami keruntuhan. Kebanyakan retak yang menyebabkan keruntuhan berada di bawah beban terpusat. Kondisi retak seperti ini mengidentifikasikan bahwa tulangan bambu petung memiliki lekatan yang kurang baik terhadap beton, sehingga mengakibatkan terjadinya slip lokal pada daerah retak. Disamping itu modulus elastisitas yang rendah dari bambu sangat berpengaruh terhadap retak yang terjadi. Lendutan dan lebar retak Pada Gambar 1 dapat dilihat hubungan antara beban dengan lendutan rata-rata ditengah bentang dari semua tipe balok. Penambahan rasio tulangan tarik dapat meningkatkan kekakuan balok setelah retak pertama terjadi. Dari hubungan beban dengan lendutan ini juga dapat diketahui keruntuhan balok dengan tulangan bambu petung cukup daktail yang ditunjukkan oleh bagian kurva setelah tercapainya beban maksimum. Diagram bebanlendutan pada Gambar 1 juga menunjukan bahwa setelah terjadi retak pertama, beban pada balok mengalami penurunan namun kemudian meningkat kembali sampai mencapai keruntuhan. Kondisi penurunan beban ini mungkin diakibatkan ada slip lokal tulangan bambu di sekitar retak. Beban (kn) Balok Type 1 ( Balok Type 2 ( Balok Type 3 ( 5 Balok Type 4 ( Balok Type 5 ( Lendutan (mm) Gambar 1. Hubungan beban dengan lendutan tengah bentang Beban (kn) 4 Balok Type 1 ( 35 Balok Type 2 ( 3 Balok Type 3 ( Balok Type 4 ( 25 Balok Type 5 ( Lebar Retak (mm) Gambar 11. Hubungan beban dengan lebar retak Peningkatan lebar retak pada setiap peningkatan beban diukur dengan alat crack detector. Hubungan antara beban dan lebar retak dapat dilihat pada Gambar 11. Peningkatan jumlah tulangan tarik, mengurangi lebar retak yang terjadi. Sebelum tercapainya beban maksimum, balok dengan rasio tulangan tarik lebih besar mampu menahan lebih besar untuk lebar retak yang sama. Beban retak dan beban layan Beban retak pada setiap benda uji dicatat pada saat terjadinya retak pertama. Beban ini bervariasi dimulai dari beban 8.5 kn sampai dengan 12,5 kn untuk masing-masing benda uji. Retak ini terjadi karena kemampuan beton untuk menahan tegangan tarik (f ct ) terlewati, sehingga seluruh gaya tarik selanjutnya ditahan oleh bambu tulangan. Panjang retak pertama yang terjadi berkisar antara 1 mm sampai 15 mm ke arah serat tekan, kemudian diikuti oleh retak-retak kecil. Dari Tabel 1 dan Gambar 12 terlihat bahwa peningkatan rasio tulangan tarik menyebabkan beban retak pertama pada balok bertulangan bambu petung semakin meningkat dengan meningkatkan beban retak pertamanya sebesar 28,11 %. Penambahan tulangan tarik dapat meningkatkan tegangan yang terjadi pada daerah tariknya. Dalam hal ini kemampuan balok untuk menahan beban semakin SM-85
6 I Ketut Sudarsana, I Gede Adi Susila dan I B.M. Joni Suryawan bertambah karena kekakuan balok juga bertambah. Besarnya beban retak pertamanya rata-rata 44 % dari beban maksimumnya. Tabel 1. Beban retak, layan dan maksimum benda uji balok No Beban layan pada balok dihitung berdasarkan lendutan dan lebar retak ijin menurut SNI 2847:213 dimana lendutan ijin adalah L/48 mm dan lebar retak ijin.4 mm untuk struktur dalam ruangan. Menggunakan hasil pencatatan beban-lendutan dan beban-lebar retak yang terjadi, maka beban layan dihitung sebagai nilai rata-rata dari kedua besaran tersebut seperti terlihat pada Tabel 1 dan Gambar 13. Beban Retak Pertama (kn) Tipe Balok y = x R² =.976 f c, 28 hr rata-rata (MPa) 2 Pcr Rata-rata Linear (Pcr Rata-rata) Rasio Tul. Tarik (%) A bm (mm 2 ) Balok B11, B21, B31, B41, B51 Balok B12, B22, B32, B42, B52 Balok B13, B23, B33, B43, B53 Rasio Tul.Tarik ( (%)) Beban Layan (kn) P maks, rerata(kn) P creksp,rerata(k N) y = 4.554x R² =.986 P layan, rerata 1 B 11, B 12, B 13 2,95 1,57 14,5 9,5 8,42 4 B 21, B 22, B 23 2,95 15,85 19,83 9,83 9,2 7 B 31, B 32, B 33 2,95 2 1,18 24,83 11, 11,1 1 B 41, B 42, B 43 2, ,48 29,67 11,83 12,72 13 B 51, B 52, B 53 2,95 3 1,78 32,83 12,17 13,58 (kn) Balok B11, B21, B31, B41, B51 Balok B12, B22, B32, B42, B52 Balok B13, B23, B33, B43, B53 P Layan Rata-rata 2 Linear (P Layan Rata-rata) Rasio Tul. Tarik (%) Gambar 12 Hubungan antara rasio tulangan tarik dan beban retak pertama Gambar 13. Hubungan antara rasio tulangan tarik dan beban layan Kapasitas ultimit balok Tabel 2 dan Gambar 14 menunjukan bahwa peningkatan rasio tulangan tarik ( ) dapat meningkatkan momen maksimum. Peningkatan kuat lentur balok cenderung linier. Dengan meningkatkan rasio tulangan tarik sebesar 1,21% (dari,57% menjadi 1,78%) dapat meningkatkan momen sebesar knm (dari 2,9 knm menjadi 6,57 knm). Dengan meningkatkan tulangan tarik, maka gaya tarik yang mampu dipikul meningkat sehingga garis netral mengecil sehingga lengan momen meningkat. Tabel 2. Momen maksimum rata-rata benda uji balok Tipe Balok A bm (mm 2 ) Rasio Tul.Tarik ( (%)) P maks (kn) M maks rerata (knm) B 1 1,57 14,5 2,9 B 2 15,85 19,83 3,97 B 3 2 1,18 24,83 4,97 B ,48 29,67 5,93 B 5 3 1,78 32,83 6,57 Momen Maksimum (knm) Gambar 14. y = 3.48x R² =.992 Momen Maksimum Rata-rata 1 Linear (Momen Maksimum Rata-rata) Rasio Tul. Tarik (%) Balok B11, B21, B31, B41, B51 Balok B12, B22, B32, B42, B52 Balok B13, B23, B33, B43, B53 Hubungan antara rasio tulangan tarik terhadap kapasitas momen SM-86
7 Kapasitas Lentur dan Daya Layan Balok Balok Beton Bertulang Bambu Petung Prediksi kapasitas lentur balok dengan SNI 2847:213 Perbandingan momen maksimum eksperimen dengan momen maksimum berdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang beton (SNI 2847, 213) untuk balok dengan tulangan rangkap dari bambu petung dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa momen maksimum hasil eksperimen (M maks(eksp) ) lebih kecil dibandingkan dengan momen maksimum menurut SNI 2847:213 dimana besarnya rata-rata hasil perbandingan momen maksimum eksperimen dengan SNI adalah,799, standar deviasi dan covariannya berturut-turut sebesar,148 dan,185. Hal ini menunjukkan bahwa momen maksimum hasil eksperimen balok bertulangan rangkap dari bambu petung lebih kecil 2 % dibandingkan dengan momen maksimum teoritisnya. Sehingga prediksi momen maksimum balok bertulangan bambu petung dengan menggunakan analisa tulangan baja kurang aman. Tipe Balok Tabel 3. Perbandingan Kapasitas lentur experimen dengan prediksi SNI 2847:213 Kuat tekan Luas tulangan Rasio M maks (eksp) M maks (SNI) beton (f cr), tekan (mm2) Tul.Tarik (knm) (knm) MPa ( (%)) Dimensi balok (mm) b x h M maks (eksp) M maks (SNI) B 11 1 x 2 2,95 1,57 3, 4,65,64 B 12 1 x 2 2,95 1,57 2,8 4,65,6 B 13 1 x 2 2,95 1,57 2,9 4,65,62 B 21 1 x 2 2,95 1,85 4,1 5,63,73 B 22 1 x 2 2,95 1,85 4, 5,63,71 B 23 1 x 2 2,95 1,85 3,8 5,63,67 B 31 1 x 2 2,95 1 1,18 5,8 5,92,98 B 32 1 x 2 2,95 1 1,18 4, 5,92,68 B 33 1 x 2 2,95 1 1,18 5,1 5,92,86 B 41 1 x 2 2,95 1 1,48 5,2 6,54,79 B 42 1 x 2 2,95 1 1,48 6,8 6,54 1,4 B 43 1 x 2 2,95 1 1,48 5,8 6,54,89 B 51 1 x 2 2,95 1 1,78 6,6 7,8,93 B 52 1 x 2 2,95 1 1,78 7,2 7,8 1,2 B 53 1 x 2 2,95 1 1,78 5,9 7,8,83 4. KESIMPULAN Rata-rata Standar Deviasi Covarian,799,148,185 Berdasarkan hasil pengujian, analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Lekatan antara tulangan bambu dengan beton kurang baik dimana slip lokal terjadi pada saat pengujian. 2. Retak pertama yang terjadi sangat panjang berkisar antara 1 15 mm kearah serat tekan.pada beban 8,5 kn 12,5 kn dan jumlahnya sangat jarang, sehingga lebar retak yang terjadi cukup besar berkisar antara 28 5 mm. 3. Peningkatan rasio tulangan tarik dapat meningkatkan daya layan balok yang meliputi peningkatan beban retak pertama, beban layan dan penurunan lendutan serta lebar retak yang terjadi. 4. Peningkatan rasio tulangan tarik dapat meningkatkan kapasitas lentur balok dengan kecenderungan peningkatan yang linier. 5. Penggunaan SK SNI T untuk memprediksi beban retak pertama (P cr ) cukup aman mencapai 3 %, namun untuk memprediksi lebar retaknya tidak aman mencapai 72 % dan prediksi lendutannya sangat tidak aman mencapai 348,21 %. Sedangkan prediksi untuk kapasitas lentur balok kurang aman mencapai 2 %. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan dalam proses penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. SM-87
8 I Ketut Sudarsana, I Gede Adi Susila dan I B.M. Joni Suryawan DAFTAR PUSTAKA Brundtland-commission (1987) Report of the World Commission on Environment and Development: Our Common Future, Oxford University press, Oxford-United Kingdom. Dipohusodo, I. (1994).Struktur Beton Bertulang. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ghavami, K. (25). Bamboo as Reinforcement in Structural Concrete Elements. Cement & Concrete Composites 27. Juniartha, IM. (23).Daya Layan Balok Beton Dengan Tulangan Tunggal Dari Bambu Petung. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar-Bali. Morisco. (1999).Rekayasa Bambu. Nafiri Offset, Yogyakarta. Nawy, E.G. (1998).Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. PT Refika Aditama, Bandung. Nilson, A.H dan Winter, G. (1993).Perencanaan Struktur Beton Bertulang. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Siopongco, J.O. and Munandar, M. (1987).Technology Manual on Bamboo as Building Material: Regional Network in Asia for Low-cost Building Materials Technologies and Construction Systems (DP/RAS/82/12), Forest Products Research and Development Inst., (FPRDI). SNI-2847.(213).Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Badan Standarisasi Indonesia, Jakarta. Suastiningsih, N.L.P. (23).Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulangan Rangkap Dari Bambu Petung, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Denpasar-Bali. Subakti, A. (1995).Teknologi Beton Dalam Praktek, Institut Teknologi Sepuluh November, Divisi Percetakan Jurusan Teknik Sipil FTSP, Surabaya. Wegst, U.G.K., Shercliff, H.R. and Ashby, M.F. (1993.) The structure and properties of bamboo as an engineering material, University of Cambridge, Cambridge, United Kingdom. SM-88
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. SAMBUTAN...
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i SAMBUTAN... iii KOMITE ILMIAH... v DAFTAR ISI... vii KEYNOTE SPEAKER STRATEGI
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciRUMAH SEDERHANA DENGAN SISTEM STRUKTUR BETON BERTULANG BAMBU PETUNG NUSA PENIDA
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 RUMAH SEDERHANA DENGAN SISTEM STRUKTUR BETON BERTULANG BAMBU PETUNG NUSA PENIDA I Nyoman Sutarja Program Studi
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM
PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM DENGAN PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP TANPA STYROFOAM Lutfi Pakusadewo, Wisnumurti, Ari Wibowo Jurusan Teknik
Lebih terperinciEKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN
EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN Devi Nuralinah Dosen / Teknik Sipil / Fakultas Teknik / Universitas Brawijaya Malang Jl. MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Lebih terperinciPERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR
PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR OLEH : Gusti Ayu Ardita Fibrianti 1004105096 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 ABSTRAK.Baja merupakan
Lebih terperinciKAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU BENDING CAPACITY OF BAMBOO REINFORCED CONCRETE PLATE
KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU Dharma Putra 1, I Wayan Sedana 1, dan Kadek Budi Santika 2 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kapasitas lentur plat beton bertulangan
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik
Lebih terperinciSLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT
SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT Ilanka Cahya Dewi, Sri Murni Dewi, Agoes Soehardjono Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Irmawati Indahriani Manangin Marthin D. J. Sumajouw, Mielke Mondoringin Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan
Lebih terperinciKata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban yang mampu diterima serta pola kegagalan pengangkuran pada balok dengan beton menggunakan dan tanpa menggunakan bahan perekat Sikadur -31 CF Normal
Lebih terperinciKAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi
KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR
PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR Million Tandiono H. Manalip, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email : tan.million8@gmail.com
Lebih terperinciStudi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam
Reka Racana Teknik Sipil Itenas No.3 Vol.3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2017 Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam DESINTA NUR LAILASARI 1, SRI
Lebih terperinciANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM
ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM Desinta Nur Lailasari *1, Sri Murni Dewi 2, Devi Nuralinah 2 1 Mahasiswa / Program Studi Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini, juga membuat semakin berkembangnya berbagai macam teknik dalam pembangunan infrastruktur, baik itu
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON Helmy Hermawan Tjahjanto 1, Johannes Adhijoso
Lebih terperinciPERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER
PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima
Lebih terperinciTINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS
TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM
BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM Candra Kurniawan Ramadhani *1, Sri Murni Dewi 2, Devi Nuralinah 2 1 Mahasiswa / Program Sarjana / Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU
PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU Agustin Dita Lestari *1, Sri Murni Dewi 2, Wisnumurti 2 1 Mahasiswa / Program Magister / Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur,
Lebih terperinciKAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)
KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M) Hazairin 1, Bernardinus Herbudiman 2 dan Mukhammad Abduh Arrasyid 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas), Jl. PHH. Mustofa
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
Lebih terperinciPERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN
PERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN Johanes Januar Sudjati 1, Randi Angriawan Tarigan 2 dan Ida Bagus Made Tresna 2 1 Program Studi Teknik Sipil,
Lebih terperinciPENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Yohanes Trian Dady M. D. J. Sumajouw, R. S. Windah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email : yohanesdady@yahoo.co.id
Lebih terperinciPERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK
PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK Johanes Januar Sudjati 1, Lisa Caroline 2 dan Christian Mukti Tama 3 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990 memberikan pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya
Lebih terperinciKUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL
KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL Suci Indah Suryani 1), Agus Setiya Budi 2), Sunarmasto 3) 1) Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3) Pengajar Program Studi
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR
TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR Laksmi Irianti 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran kuat geser dan kuat lentur balok
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Lentur Balok Mac. Gregor (1997) mengatakan tegangan lentur pada balok diakibatkan oleh regangan yang timbul karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah maka pada
Lebih terperinciKEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL
KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL TUGAS AKHIR Oleh : Christian Gede Sapta Saputra NIM : 1119151037 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan
Lebih terperinciPENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT
PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT Febrianti Kumaseh S. Wallah, R. Pandaleke Fakultas Teknik, Jurusan Sipil Universitas Sam
Lebih terperinciTINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi
TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu
Lebih terperinciPEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON
PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Bambu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai sifat mekanik yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pelat Pelat beton (concrete slabs) merupakan elemen struktural yang menerima beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke balok dan kolom sampai
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON Bernardinus Herbudiman 1, Hazairin 2 dan Agung Widiyantoro
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU
PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU Ristinah S., Retno Anggraini, Wawan Satryawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.
TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian
Lebih terperinciSpektrum Sipil, ISSN Vol. 4, No. 2 : 25-34, September 2017
Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 1 Vol. 4, No. 2 : 25-34, September 2017 PERILAKU LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN BUKAAN BADAN PADA BERBAGAI VARIASI RASIO TULANGAN (Flexural Behaviour of Reinforced Concrete
Lebih terperincid b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek
DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas
Lebih terperinciPERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)
PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S) Johanes Januar Sudjati 1, Hastu Nugroho 2 dan Paska Garien Mahendra 3 1 Program Studi Teknik Sipil,
Lebih terperinciUCAPAN TERIMAKASIH. Denpasar, Januari Penulis
ABSTRAK Perkembangan teknologi saat ini telah meningkat dengan pesat, bukan sesuatu yang sulit untuk mendapatkan material bermutu tinggi. Dengan menggunakan bahan beton mutu tinggi (f c > 41 MPa) dan baja
Lebih terperinciBAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan
BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Umum Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentudari semen, pasir, dan koral
Lebih terperinciLENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS
LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS Ketentuan Perencanaan Pembebanan Besar beban yang bekerja pada struktur ditentukan oleh jenis dan fungsi dari struktur tersebut. Untuk itu, dalam menentukan jenis beban
Lebih terperinciAnalisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 21 Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana Hery Suroso & Aris widodo Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton banyak digunakan sebagai bahan bangunan karena harganya yang relatif murah, kuat tekannya tinggi, bahan pembuatnya mudah didapat, dapat dibuat sesuai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan selain dari pada aspek keamanan. Untuk mempertahankan aspek tersebut maka perlu adanya solusi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Berdasarkan SNI 03 1974 1990 kuat tekan beton merupakan besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu
Lebih terperinciINFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA
INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA Flexural Capacity of Reinforced Concrete Beam Using Coarse Aggregate from Coconut Shell I Wayan Suarnita
Lebih terperinciTINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U
TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U Henry Hartono 1, Basuki 2, Mirana 3 123 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini terjadi dengan sangat cepat tanpa terkecuali di bidang konstruksi. Bangunan gedung mulai dibuat
Lebih terperinciPENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN
PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN Oleh : Riza Aryanti ) & Zulfira Mirani ) ) Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas ) Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Lebih terperinci2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT
2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian
Lebih terperinciPENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S)
PENGARUH MODIFIKASI TULANGAN BAMBU GOMBONG TERHADAP KUAT CABUT BAMBU PADA BETON (198S) Herry Suryadi 1, Matius Tri Agung 2, dan Eigya Bassita Bangun 2 1 Dosen, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau bahan yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik ( portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture
Lebih terperinciKUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL Ade Lisantono
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan
Lebih terperinciNaskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D
TINJAUAN KUAT GESER BALOK BETON SEDERHANA DENGAN SENGKANG KOMBINASI ANTARA SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG MODEL U ATAU n YANG DIPASANGAN SECARA MIRING SUDUT TIGA PULUH DERAJAT Naskah Publikasi untuk
Lebih terperinciJhohan Ardiyansyah, et al.penentuan Lendutan Pelat Beton Bertulang Bambu dan Baja...
PENENTUAN LENDUTAN PELAT BETON BERTULANG BAMBU DAN BAJA DENGAN METODE ENERGI DAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM (DETERMINING THE DEFLECTION OF CONCRETE SLAB WITH BAMBOO REINFORCEMENT AND STEEL REINFORCEMENT
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai
8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan
Lebih terperinciMODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS
MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I Minggu ke : 2 LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan. Di Indonesia hampir seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kolom memegang peranan penting dari suatu bangunan karena memikul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolom memegang peranan penting dari suatu bangunan karena memikul beban aksial, momen lentur, dan gaya geser sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi
Lebih terperinciPEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Basuki 1, Aris Widanarko 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL TEKNIK FST-UNDANA TAHUN 2017 Hotel On The Rock, Kupang, November 2017
SEMINAR NASIONAL TEKNIK FST-UNDANA TAHUN 2017 Hotel On The Rock, Kupang, 03-04 November 2017 ANALISIS TEGANGAN REGANGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN CARBON FIBER WRAPS (CFW) Albert Aun Umbu Nday
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan
BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton juga telah banyak mengalami perkembangan-perkembangan baik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fiber Glass Fiber glass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR
PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR Regina Deisi Grasye Porajow M. D. J. Sumajouw, R. Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu teknologi dalam bidang teknik sipil mengalami perkembangan dengan cepat. Beton merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan pada saat
Lebih terperinciPONDASI PRACETAK BAMBU KOMPOSIT
PONDASI PRACETAK BAMBU KOMPOSIT Benedictus Sonny Yoedono 1), Sri Murni Dewi 2), Agoes Soehardjono 3) 1) Universitas Widya Karya, 2,3) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejalan dengan pembangunan prasarana fisik yang terus menerus dilaksanakan, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena itu
Lebih terperinciKAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK
VOLUME 5 NO. 2, OKTOBER 9 KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK Oscar Fithrah Nur 1 ABSTRAK Keruntuhan yang terjadi pada balok tulangan tunggal dipengaruhi
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA
TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Lebih terperinciTULANGAN GESER. tegangan yang terjadi
TULANGAN GESER I. PENDAHULUAN Semua elemen struktur balok, baik struktur beton maupun baja, tidak terlepas dari masalah gaya geser. Gaya geser umumnya tidak bekerja sendirian, tetapi berkombinasi dengan
Lebih terperinciPerancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori
BAB II Dasar Teori 2.1 Umum Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya beberapa rintangan seperti lembah yang dalam, alur
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah balok dengan ukuran panjang 300 cm, tinggi 27 cm dan lebar 15 cm. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah beton
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Di Indonesia hampir seluruh konstruksi bangunan menggunakan beton sebagai bahan bangunan, seperti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencaaan struktur bangunan harus mengikuti peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan struktur bangunan yang aman. Pengertian beban adalah
Lebih terperinciPENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Arusmalem Ginting 1 Rio Masriyanto 2 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta 2 Alumni Jurusan
Lebih terperinciANALISIS KONSTRUKSI BERTAHAP PADA PORTAL BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PANJANG BENTANG DAN JUMLAH TINGKAT
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ANALISIS KONSTRUKSI BERTAHAP PADA PORTAL BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PANJANG BENTANG DAN JUMLAH TINGKAT I Ketut Yasa Bagiarta
Lebih terperinciKapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Ori Takikan Jarak 20 dan 30 mm
VOLUME 22, NO. 2, DESEMBER 2016 Kapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Ori Takikan Jarak 20 dan 30 mm Agus Setiya Budi E-mail: asb.asb09@yahoo.co.id Endang Rismunarsi E-mail: rismunarsi@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang konstruksi mengalami perubahan yang sangat pesat dari zaman ke zaman. Pada zaman dahulu bahan yang digunakan dalam bidang konstruksi hanya
Lebih terperinciPERILAKU BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PELAT BAJA DALAM MEMIKUL LENTUR (Penelitian) NOMI NOVITA SITEPU
PERILAKU BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PELAT BAJA DALAM MEMIKUL LENTUR (Penelitian) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil
Lebih terperinciPENGARUH JARAK SENGKANG PADA PEMASANGAN KAWAT GALVANIS MENYILANG TERHADAP KUAT LENTU BALOK BETON BERTULANG
PENGARUH JARAK SENGKANG PADA PEMASANGAN KAWAT GALVANIS MENYILANG TERHADAP KUAT LENTU BALOK BETON BERTULANG Basuki 1, Yenny Nurchasanah 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL
PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL Muhammad Igbal M.D.J. Sumajouw, Reky S. Windah, Sesty E.J. Imbar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinci