Risiko Ancaman Penyakit Berpotensi KLB/Wabah/ Pandemi April 2015
|
|
- Susanto Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Risiko Ancaman Penyakit Berpotensi KLB/Wabah/ Pandemi April 2015 Kami sampaikan Analisis Risiko Ancaman Penyakit Berpotensi KLB/Wabah/ Pandemi, sebagai dasar langkah kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan. Informasi ini akan disampaikan sekali dalam sebulan, meliputi informasi situasi global/ nasional dan rekomendasi kewaspadaan dini dan kesiapsiagaan atas penyakit: 1. Penyakit Virus Ebola 2. Penyakit Mers-Cov 3. H5N1 4. H7N9 5. Polio 6. Difteri 7. Demam kuning (Yellow Fever) dan 8. Meningitis Meningokokus. 1. Penyakit Virus Ebola (PVE) - PVE muncul pertama kali tahun 1976 di dua tempat yaitu Nzara (Sudan) dan Yambuku (DR.Congo) - Kemudian menyebar ke Afrika Selatan, Congo, Cote d Ivoire, Zimbabwe, Uganda, Kenya, Angola, Gabon, Nigeria, Mali, Liberia, Sierra Leone, Guinea dan Senegal, termasuk Spanyol, Inggris dan Amerika Serikat. - Jumlah kasus yang dilaporkan sejak merebaknya KLB tahun 2014 hingga saat ini (minggu ke 14 tahun 2015) sebanyak kasus dengan kematian. (WHO, 8 April 2015) - Negara yang sampai sekarang masih intensif penularannya adalah Guinea (3.515 kasus, kematian), Liberia (9.862 kasus, kematian) dan Sierra Leone ( kasus, kematian). - Kasus PVE menyerang pada semua umur. Di Siera Leone, Guinea dan Liberia terbanyak menyerang pada usia produktif (15-44 tahun), berkisar 32%-55%. - Kelompok yang berisiko tinggi tertular PVE yaitu tenaga medis, tenaga laboratorium, tenaga kesehatan lapangan, petugas pemakaman, dan petugas kebersihan rumah sakit, - Faktor risiko penularan dimungkinkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, jaringan tubuh yang terluka dari manusia atau hewan yang terinfeksi. - Tipe Virus Ebola yang terdeteksi ada 5 yaitu: Bundibagyo, Reston, Tai Forest, Sudan, dan Zaire. Tipe Bundibagyo, Sudan dan Zaire merupakan tipe yang pada 2014 ini menimbulkan KLB di Afrika Barat. Sedangkan pada tipe Reston sampai saat ini belum diketahui dapat menimbulkan infeksi pada manusia artinya hanya menimbulkan infeksi pada hewan. - Sampai saat ini belum terdapat kasus konfirmasi PVE di Indonesia. Jumlah kasus supek PVE berjumlah 5 orang berasal dari Jatim (2), Sumut (1), Jateng (1), WNA berasal dari Ghana (1). Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil negative PVE. - Indonesia memiliki risiko tertular karena adanya pelaku perjalanan dari dan ke negara terjangkit, walaupun tidak ada penerbangan langsung dari dan ke Negara terjangkit. - Hasil penilaian yang dilakukan WHO terhadap kesiapsiagaan Indonesia menghadapi PVE menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kesiapan yang cukup baik (perencanaan
2 manajemen risiko kedaruratan, pelaksanaan penilaian risiko, koordinasi, surveilans, laboratorium, tim gerak cepat dan investigasi, pencegahan dan pengendalian infeksi, komunikasi dan surveilans di pintu masuk) - Indonesia masih memiliki risiko tertular PVE dari negara lain - Pelaksanaan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini dapat dilakukan dengan merujuk pada pedoman kesiapsiagaan menghadapi penyakit virus Ebola yang telah tersedia di website infopenyakit.org - Bentuk kesiapsiagaan meliputi : a. Peningkatan kapasitas rumah sakit rujukan regional dan rujukan nasional untuk dapat melakukan tatalaksana kasus PVE sesuai standar b. Peningkatan kapasitas laboratorium untuk penegakan diagnosa PVE. Saat ini Laboratorium Balitbangkes merupakan satu-satunya laboratorium yang memiliki kemampuan tersebut c. Optimalisasi fungsi Posko termasuk operasional (penyediaan sarana dan prasarana yang memadai) d. Peningkatan kapasitas SDM (tenaga medis, pekerja di rumah sakit, tenaga kesehatan lapangan, dan tenaga laboratorium) untuk menangani kasus PVE termasuk melakukan penelusuran kontak dan pengolahan limbah dari kasus PVE. e. Penyediaan alat pelindung diri di pintu masuk negara, rumah sakit, laboratorium dan juga bagi tenaga kesehatan lapangan yang melakukan respon penanggulangan kasus PVE. f. Penyediaan dana untuk melakukan respon penanggulangan kasus PVE. - Bentuk kewaspadaan dini, meliputi: a. Pemutakhiran informasi melalui website who.int ataupun infopenyakit.org b. Kewaspadaan dini perlu dilakukan di beberapa area, yaitu pintu masuk negara, di masyarakat, dan di sarana pelayanan kesehatan. c. Dibangun sistem mendeteksi pelaku perjalanan dari negara terjangkit untuk selanjutnya dilakukan penilaian risiko kesehatan. Deteksi bisa dilakukan dengan self declare, disampaikan lewat pengumuman di pesawat menjelang mendarat di bandara internasional Indonesia dan himbauan tulisan di bandara kedatangan. Selanjutnya akan dilakukan penilaian risiko kesehatan terhadap pelaku perjalanan ini. d. Kewaspadaan dini di masyarakat dilakukan dengan peningkatan surveilans dan komunikasi risiko pada kelompok berisiko yang dilakukan oleh dinas kesehatan setempat. e. Kewaspadaan dini di sarana pelayanan kesehatan dilakukan dengan penekanan identifikasi riwayat perjalanan pada kasus yang memiliki gejala mengarah pada PVE f. Pertukaran informasi dengan lintas sektor terutama dengan Kemenlu, Kementan, Kemendagri, Kemenkumham, dll terkait kewaspadaan terhadap PVE.
3 2. Middle East Respiratory Syndrom Corona Virus (MERS-CoV) - MERS-CoV pertama kali dilaporkan pada September 2012 di Saudi Arabia. - Sampai dengan saat ini dilaporkan sebanyak 24 negara yang pernah memiliki kasus import MERS-CoV, yaitu Saudi Arabia, Jordania, Kuwait, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab, Mesir, Perancis, Jerman, Belanda, Italia, Inggris (UK), Yunani, Austria, Turki, Amerika Serikat, Tunisia, Philipina, Malaysia, Libanon, Iran, Yaman, Aljazair, dan Tunisia. - Sampai dengan saat ini jumlah kasus global yang dilaporkan sebanyak kasus dengan 416 kematian, dengan CFR 37,75%. (Data WHO per 5 April 2015). - Di Indonesia, pada tahun 2014 dilaporkan sebanyak 199 kasus dalam investigasi (person under investigation) yang tersebar di 22 Propinsi. Hasil pemeriksaan lab: 196 negatif, 2 tidak diambil spesimen, 1 tidak dapat diperiksa. - Pada tahun 2015 s.d Minggu ke 14 ini dilaporkan sebanyak 28 kasus dalam investigasi yang tersebar di 10 Propinsi. Hasil pemeriksaan lab semua negatif MERS-CoV. - Penularan terjadi antar manusia secara terbatas. Kemungkinan penularan dapat melalui kontak langsung dengan percikan dahak, dan kontak tidak langsung denga benda yang terkontaminasi virus. - Virus korona penyebab Mers CoV menginfeksi hanya 20% epitel sel pernapasan sehingga dibutuhkan virus dalam jumlah besar yang diinhalasi untuk menyebabkan infeksi. - Risiko Indonesia untuk tertular MERS-CoV cukup besar mengingat sepanjang tahun banyak jamaah umroh dari Indonesia. Selain itu pada musim haji jamaah haji dari Indonesia merupakan jamaah terbanyak. - Indonesia masih memiliki risiko yang cukup besar tertular MERS-CoV dari negara lain - Pelaksanaan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini dapat dilakukan dengan merujuk pada pedoman kesiapsiagaan menghadapi penyakit MERS-CoV yang telah tersedia di website infopenyakit.org - Bentuk kesiapsagaan meliputi: a. Peningkatan kapasitas rumah sakit rujukan regional dan rujukan nasional untuk dapat melakukan tatalaksana kasus MERS-CoV sesuai standar b. Peningkatan kapasitas laboratorium untuk penegakan diagnosa MERS-CoV. Saat ini Laboratorium Balitbangkes merupakan satu-satunya laboratorium yang memiliki kemampuan tersebut c. Optimalisasi fungsi Posko termasuk operasional (penyediaan sarana dan prasarana yang memadai) d. Peningkatan kapasitas SDM (tenaga medis, pekerja di rumah sakit, tenaga kesehatan lapangan, dan tenaga laboratorium) untuk menangani kasus MERS-CoV termasuk melakukan penelusuran kontak dan pengolahan limbah dari kasus MERS- CoV. e. Penyediaan alat pelindung diri di pintu masuk negara, rumah sakit, laboratorium dan juga bagi tenaga kesehatan lapangan yang melakukan respon penanggulangan kasus MERS-CoV. f. Penyediaan logistik laboratorium di setiap provinsi terutama logistik untuk pengambilan dan pengiriman spesimen. g. Penyediaan dana untuk melakukan respon penanggulangan kasus MERS-CoV.
4 - Bentuk kewaspadaan meliputi: a. Pemutakhiran informasi melalui website who.int ataupun infopenyakit.org b. Kewaspadaan dini perlu dilakukan di beberapa area, yaitu pintu masuk negara, di masyarakat, dan di sarana pelayanan kesehatan. c. Kewaspadaan di pintu masuk negara dilakukan untuk mengidentifikasi pelaku perjalanan dari negara terjangkit. d. Kewaspadaan dini di masyarakat dilakukan dengan peningkatan surveilans/pemantauan di wilayah khususnya pada pelaku perjalanan yang datang dari negara terjangkit selama 14 hari sejak kedatangan. e. Sustainibilitas pemberian informasi dan edukasi sepanjang tahun kepada para calon jamaah haji atau jamaah umroh melalui agen penyelenggara haji atau umroh dan kepada para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) melalui agen penyalur TKI tentang faktor risiko penularan MERS-CoV dan upaya pencegahannya sebelum keberangkatan dan sesudah kedatangan ke negara terjangkit. f. Kewaspadaan dini di sarana pelayanan kesehatan dilakukan dengan penekanan kepatuhan terhadap SOP termasuk juga pemakaian APD yang standar pada saat melakukan perawatan kasus suspek MERS-CoV. 3. H5N1 (Flu Burung) - Di dunia kasus flu burung mulai dilaporkan pada tahun 2003 dan kasus tersebut terus ada sampai sekarang tahun Secara global pada tahun 2014 kasus H5N1 tersebar di 6 negara yaitu Kamboja, Cina, Vietnam, Indonesia, Mesir dan Iraq sebanyak 46 kasus dengan 18 kematian. - Pada tahun 2015 kasus H5N1 tersebar di 3 negara yaitu Cina, Mesir dan Indonesia sebanyak 91 kasus dengan 28 kematian (Data WHO per 3 Maret 2015). Di Mesir jumlah kasus dan kematian meningkat tajam dan saat ini masih terus dilakukan penelitian. Sejauh ini yang masih ditemukan adalah clade dan Di Indonesia kasus flu burung dilaporkan sejak tahun 2005, puncak kasus terjadi pada tahun 2006 yaitu sebanyak 55 kasus dengan 45 kematian, CFR 81,82%. Kasus FB di Indonesia terus menurun sejak tahun 2006 sampai 2015 ini, namun demikian CFR sebesar 100% sejak tahun Pada tahun 2014 terdapat 2 kasus konfirmasi dengan 2 kematian yang berasal dari propinsi DKI Jakarta dan Jawa tengah. Sedangkan pada tahun 2015 s.d minggu 14 terdapat 2 kasus konfirmasi dengan 2 kematian, kasus tersebut merupakan kasus kluster yang berasal dari Propinsi Banten. - Penularan Flu burung terjadi karena adanya kontak dengan hewan unggas yang sakit/mati atau lingkungan yang terinfeksi virus H5N1. Sebagian besar propinsi yang ada di Indonesia berpotensi menularkan virus H5N1 karena virus tersebut masih terdeteksi positif pada peternakan maupun lingkungan. - Angka CFR 100% menunjukkan kemungkinan kelambatan deteksi dan diagnosa kasus flu burung. - Indonesia masih memiliki risiko cukup besar untuk terjadi peningkatan kasus akibat dari penularan hewan maupun lingkungan.
5 - Indonesia perlu terus mengamati virus H5 yang bersirkulasi di Indonesia, baik jenis (clade) maupun virulensinya. - Indonesia perlu terus mengamati penularan H5N1, apakah tetap dari unggas ke manusia atau telah terjadi penularan antar manusia. - Bentuk kesiapsiagaan meliputi: a. Penyegaran pelatihan kepada para tenaga kesehatan agar kembali mewaspadai kasus flu burung, walaupun jumlah kasusnya sedikit, namun kefatalannya tetap tinggi. b. Penguatan kembali kapasitas RS Rujukan flu burung yang pernah ditetapkan untuk dapat disiapkan sebagai RS rujukan penyakit emerging lainnya. c. Pemastian ketersediaan oseltamivir untuk respon cepat tatalaksana kasus suspek H5N1. - Bentuk kewaspadaan meliputi: a. Penguatan konsep One Health, dengan meningkatkan koordinasi antara Kemenkes dan Kementan untuk kegiatan surveilans integrasi pengendalian AI dan sharing informasi terutama peta wilayah unggas yang terinfeksi H5N1 dan kasus AI pada manusia. b. Peningkatan surveilans ILI di wilayah untuk mendeteksi sedini mungkin kemungkinan kasus mengarah pada flu burung dengan memperhatikan riwayat kontak dengan hewan unggas yang sakit/mati. c. Sustainibilitas promosi PHBS kepada masyarakat agar dapat terhidar dari berbagai ancaman penyakit yang dapat diakibatkan dari pola hidup yang tidak higienis. 4. H7N9 - H7N9 pertama kali dilaporkan pada Maret 2013 di China. Puncak kasus tahun 2013 terjadi pada Minggu ke-13, sedangkan pada tahun 2014 terjadi pada minggu ke-5. - Situasi global kasus H7N9 sampai saat ini sebanyak 571 kasus dengan 212 kematian. 96,67% (552 kasus) dari total kasus global yang ada berasal dari China, selebihnya berasal dari Hongkong, Taipe, Malaysia dan Kanada. - Situasi di Indonesia sampai saat ini belum pernah ada dilaporkan kasus H7N9. Namun demikian, Indonesia masih memiliki risiko terkena kasus H7N9 karena banyaknya pelaku perjalanan yang datang atau pergi ke negara terjangkit. - Sampai saat ini belum terdapat bukti yang menunjukkan dapat terjadi penularan yang berkelanjutan antar manusia. Selain itu penularan dari peternakan dan lingkungan kepada manusia tidak mudah terjadi, walaupun kemampuan penularan virus ini lebih tinggi daripada virus H5N1. Walaupun demikian banyak kasus ditemukan setelah terpapar dengan peternakan atau lingkungan pasar yang menjual unggas hidup (WHO). - Keberadaan kasus di Malaysia dan Kanada menunjukkan bahwa penyakit ini dapat ditularkan pada kelompok berisiko pada saat mengunjungi daerah terjangkit (china). Namun kedua kasus tersebut tidak menunjukkan penularan yang berkelanjutan di negaranya. - Risiko penularan H7N9 di Indonesia ada, namun kecil, dibuktikan dengan tidak adanya laporan kasus H7N9 baik pada unggas maupun manusia.
6 - Bentuk kesiapsiagaan meliputi: a. Penguatan kapasitas RS rujukan untuk melakukan tatalaksana kasus H7N9 sesuai standar b. Penguatan kapasitas laboratorium untuk penegakan diagnisa kasus H7N9 c. Peningkatan kapasitas SDM (tenaga medis, pekerja di rumah sakit, tenaga kesehatan lapangan, dan tenaga laboratorium) untuk menangani kasus H7N9 termasuk melakukan penelusuran kontak. d. Penyediaan alat pelindung diri di pintu masuk negara, rumah sakit, laboratorium dan juga bagi tenaga kesehatan lapangan yang melakukan respon penanggulangan kasus H7N9. - Bentuk kewaspadaan meliputi: - Peningkatan surveilans ILI diwilayah dengan memperhatikan riwayat perjalanan dari negara terjangkit (China) dan riwayat kontak dengan peternakan atau lingkungan pasar yang menjual unggas hidup. 5. Difteri - Pada tahun 2014 kasus difteri di Indonesia berjumlah 536 kasus dengan 17 Kematian (CFR=3,17%) yang terjadi di 11 Provinsi dan penyebarannya meluas menjadi 14 Provinsi di tahun Pada tahun 2015 (sampai minggu ke 14) kasus difteri berjumlah 195 kasus dengan 8 kematian (CFR=4,10%). - Jumlah kasus terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur (81 kasus, 3 kematian), Sumbar (70 kasus, 1 kematian), Jabar (12 kasus, 2 kematian), Kalbar (10 kasus, 1 kematian). - Berdasarkan data Posko KLB bahwa Kabupaten/Kota yang selalu terdapat kasus difteri dalam 3 tahun terakhir yaitu Kota Jakarta Utara, Kab. Serang, Kab. Lebak, Kota Tangerang, Kota Serang, Kab. Purwakarta, Kab. Tasikmalaya, Kota Bekasi, Kab. Grobogan, Kab. Gresik, Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kab. Ngawi, Kab. Madiun, Kab. Magetan, Kab. Pacitan, Kab. Kediri, Kab. Nganjuk, Kab. Blitar, Kab. Tulung agung, Kab. Trenggalek, Kab. Malang, Kab. Probolinggo, Kab. Lumajang, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo, Kab. Jember, Kab. Banyuwangi, kab. Pamekasan, Kab. Sampang, Kab. Bangkalan, Kota Surabaya, Kota Madiun, Kota Probolinggo, Kota Blitar, Kota. Kediri, Kota. Mojokerto, Kota Malang, Kota Batu, Kota Pontianak, Kab. Pontianak, Kab. Ketapang, Kab. Kubu Raya, Kab. Banjar, Kota Balikpapan, Kota Makasar, Kab. Gowa, Kab. Tabanan. - Kasus difteri menyerang semua kelompok umur. Kasus terbanyak terdapat pada kelompok umur 5-9 tahun. - Faktor risiko difteri adalah status/cakupan imunisasi. - Provinsi dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah tahun 2014 yaitu, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Bali, NTB, Maluku, Papua. - Kab/kota yang memiliki kasus dalam 3 tahun terakhir merupakan daerah endemis yaitu sebanyak 52 Kab/Kota - Propinsi yang cakupan imunisasinya rendah atau daerah endemis difteri merupakan propinsi yang berisiko yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
7 Barat, Kalimantan Barat, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalteng, Papua, Maluku. - Bentuk kesiapsiagaan khususnya di Propinsi yang berisiko tinggi meliputi: a. Penyediaan logistik obat dan alkes: eritromisin, Anti Difteri Serum (ADS), media pemeriksaan spesimen (media AMIES). b. Peningkatan kapasitas SDM (tenaga medis, pekerja di rumah sakit, tenaga kesehatan lapangan, dan tenaga laboratorium) untuk menangani kasus difteri termasuk melakukan penelusuran kontak. - Bentuk kewaspadaan meliputi: a. Peningkatan kinerja surveilans difteri melalui deteksi dini dan pelaporan. b. Peningkatkan cakupan Imunisasi rutin dan tambahan. c. Peningkatkan kualitas manajemen rantai vaksin. d. Pelaporan kasus melibatkan masyarakat sehingga penanganan dapat dilakukan sedini mungkin. e. Peningkatkan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi. f. Pertukaran informasi cepat dari provinsi yang mempunyai kasus difteri dengan provinsi lainnya yang berbatasan. 6. Polio - Pada tahun 2014 jumlah kasus Polio di Negara endemis sebanyak 340 kasus yang tersebar di Pakistan (306 kasus), Afganistan (28 kasus), Nigeria (6 kasus). Sedangkan di Negara non endemis sebanyak 19 kasus tersebar di 6 negara yaitu equatorial guinea, Irak, Kamerun, Siria, Somalia, Etiopia. - Pada tahun 2015 jumlah kasus Polio di Negara endemis sebanyak 22 kasus yang tersebar di Pakistan (21 kasus) dan Afganistan (1 kasus), dan belum ditemukan kasus di Negara non endemis. - Indonesia sudah dinyatakan bebas Polio sejak Maret Namun untuk membuktikan Indonesia bebas polio maka dilakukan surveilans AFP pada masing-masing kabupaten yang dilaporkan melalui FP1 - Sejak dinyatakan bebas sampai dengan saat ini belum ada kasus polio positif yang terlaporkan Kesimpulan - Indonesia memiliki risiko tinggi mendapat VPL impor dari negara endemis. Rekomendasi - Bentuk kesiapsiagaan meliputi: a. Penyediaan logistik laboratorium oleh Dinas Kesehatan Provinsi, Dinkes Kabupaten/Kota. b. Peningkatan kapasitas SDM (tenaga medis, pekerja di rumah sakit, tenaga kesehatan lapangan, dan tenaga laboratorium) untuk menangani kasus polio termasuk melakukan penelusuran kontak. - Bentuk kewaspadaan meliputi: a. Peningkatan kewaspadaan dan surveilans di pintu masuk negara terutama untuk yang berasal dari 3 negara endemis polio yaitu Pakistan, Afganistan, dan Nigeria
8 b. Peningkatan surveilans AFP di masyarakat c. Peningkatan cakupan imunisasi rutin dan tambahan. d. Peningkatan promosi kesehatan lingkungan dan PHBS e. Melakukan surveilans lingkungan. 7. Demam kuning (Yellow Fever) - Secara global di dunia jumlah kumulatif kasus 849 kasus dengan 171 kematian; total kematian/kasus 20,14% (Data WHO,26 November 2013) - Sejak abad ke-17, beberapa epidemi besar penyakit ini tercatat muncul di Amerika, Afrika dan Eropa. - Penularan dari gigitan nyamuk Aedes Agypty - Kasus ditemukan setiap tahun, dan paling sering menyerang usia dewasa muda yaitu mereka yang bekerja di hutan atau daerah perbatasan di Bolivia, Brasil, Columbia, Ekuador dan Peru (70% 90% kasus dilaporkan dari Peru dan Bolivia). Secara historis, demam kuning urban muncul dikota-kota dibenua Amerika dengan pengecualian hanyaditemukan beberapa kasus di Trinidad pada tahun 1954 dan tidak ada wabah demam kuning yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti di Amerika sejak tahun Pada beberapa dekade sebelumnya demam kuning yang disebabkan oleh Aedes aegypti hanya dilaporkan terjadi di Nigeria dengan ditemukan sekitar penderita dan kematian pada tahun 1986 hingga Tidak ada bukti bahwa demam kuning pernah terjadi di Asia atau didaerah pantai timur Afrika. - Negara endemis Yellow Fever menurut WHO yaitu Angola, Benin, Burkina Faso, Burundi, Cameroon, Republic Central Africa, Chad, Congo, Republik Cote d lvoire, Equatorial, Guinea, Guinea Bissau, Etiopia, Gabon, Gambia, Ghana, Kenya, Liberia, Mali, Mauritania, Nigeria, Rwanda, Senegal, Sierra Leone, Sudan, Sudan Selatan, Togo, Uganda, Argentina, Bolivia, Brazil, Colombia, Ecuador, French Guiana, Guyana, Panama, Paraguay, Peru, Suriname, Trinidad dan Tobago, Venezuela. - Belum pernah dilaporkan adanya kasus Yellow Fever di Indonesia. - Indonesia masih memiliki risiko penularan, namun rendah. - Memberikan perlindungan kpd masy Indonesia dari penularan YF melalui: a. Pemberian vaksinasi YF kepada WNI yg melakukan perjalanan ke negara endemis YF. - Ketentuan memiliki ICV YF yg masih berlaku sebagai syarat penerbitan visa masuk ke Indonesia bagi pelaku perjalanan dari negara endemis. 8 Meningitis Meningokokus - Wabah Meningitis Serebrospinal di Nigeria pada tahun 2015 total 652 kasus dengan 50 kematian (CFR 8%) (Data WHO s.d 5 Maret Sampai saat ini belum ada laporan kasus konfirmasi meningitis meningococcus di Indonesia. - Sampai saat ini tidak ada laporan kasus konfirmasi meningitis meningokokus di Indonesia
9 - Faktor resiko yang rentan untuk terkena meningitis yaitu usia 15 bulan sampai 25 tahun, orang yang berkumpul/tinggal di hunian padat penduduk, ibu hamil, Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, - Penularan meningitis melalui droplet - Belum ada laporan kasus konfirmasi meningitis meningokokus di Indonesia. - Indonesia masih memiliki risiko untuk tertular dari negara lain. - Memberikan perlindungan kepada masyarakat Indonesia dari penularan MM melalui: a. Pemberian vaksinasi MM kepada WNI yang melakukan perjalanan ke negara endemis MM atau ke negara berisiko tinggi terjadi penularan MM seperti Saudi Arabia. b. Ketentuan memiliki ICV MM yang masih berlaku sebagai syarat penerbitan visa masuk ke Indonesia bagi pelaku perjalanan dari negara endemis MM. - Melakukan surveilans sentinel di daerah yang dilaporkan memiliki kasus konfirmasi MM. Subdit Surveilans dan Respon KLB
RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI
RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI (Penjelasan ttg MERS CoV) Tanggal 27 Agustus 2013 Pengertian MERS CoV MERS CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory
Lebih terperinciKESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV
KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV ( Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus) DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini
Lebih terperinciB. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil
LAPORAN MINGGU XXXVI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 12 September 2016 pukul 15.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 28 kasus.
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU XXXI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Agustus 2016 pukul WIB
LAPORAN MINGGU XXXI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 22 kasus. Kasus
Lebih terperinciSekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia
Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah terkena atau telah, atau sedang maupun bom curah. Catatan disertakan di bagian bawah tabel untuk menunjukkan
Lebih terperinciB. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil
LAPORAN MINGGU XXXIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 29 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 24 kasus. Kasus
Lebih terperinciPedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor
Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR 2014 Pedoman Surveilans
Lebih terperinciB. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil. C. Informasi minggu ini
LAPORAN MINGGU XXX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 1 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 21 kasus. Kasus
Lebih terperinciFrequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum
Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum Apa itu MERS CoV? Mers CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (Sindrom pernapasan Timur Tengah karena Virus
Lebih terperinci7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan
Tabel 8.4.4. Penggunaan Kerja Asing Di Indonesia Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Pekerjaan/Jabatan sampai dengan 31 Mei 2010 Jenis Pekerjaan/Jabatan Usaha Produksi, No Lapangan Usaha Kepemimpina Tata
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 7 November 2016 pukul WIB
LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 7 November 2016 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 31 kasus. Kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU XLIX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Desember 2016 pukul WIB
LAPORAN MINGGU XLIX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Desember 2016 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 37 kasus. Kasus
Lebih terperinciEVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN
EVALUASI/FEEDBACK PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN MALANG, 1 JUNI 2016 APLIKASI KOMUNIKASI DATA PRIORITAS FEEDBACK KETERISIAN DATA PADA APLIKASI PRIORITAS 3 OVERVIEW KOMUNIKASI DATA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciKESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA
KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA Middle East Respiratory Syndroma Corona Virus (MERS CoV) virus baru dari kelompok Corona virus (Novel corona
Lebih terperinciDaftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya.
Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya. A. Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.699, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea masuk. Impor. Benang kapas. Pengenaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.011/2014 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN
Lebih terperinciPERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG
PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR P.2/II-KEU/2010 TENTANG PEDOMAN HARGA SATUAN
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul WIB
LAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 5 kasus yaitu 2 (dua) kasus
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul WIB
LAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 4 kasus yaitu 2 (satu) kasus
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU X PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Maret 2017 pukul WIB
LAPORAN MINGGU X PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Maret 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total jumlah kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 3 kasus yaitu 1 (satu)
Lebih terperinciPRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 87/PMK.011/2011 TENTANG : PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan
Lebih terperinci1 of 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU I PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Januari 2018 pukul WIB
LAPORAN MINGGU I PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Januari 2018 pukul 12.00 WIB I. Poliomielitis Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 107 kasus yaitu 13 (Dua Belas) kasus WPV1 di Afganistan,
Lebih terperinciBUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :
Buku Saku Flu Burung Buku Saku Flu Burung 16 KATA PENGANTAR Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG
Menimbang Mengingat PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF 7312.10.90.00
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciBuletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017
Gambar 1. Kelengkapan dan Ketepatan laporan SKDR Minggu ke 05 tahun 2017 (Pertanggal 9 Februari 2017) Minggu ke-5 2017, terdapat 13 provinsi yang memiliki ketepatan dan kelengkapan laporan SKDR >= 80%.
Lebih terperinciEVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016
EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016 Realisasi belanja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Timur Oktober 2016 PROVINSI KABUPATEN/KOTA Provinsi Gorontalo Provinsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian, karena racun yang dihasilkan oleh kuman
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sebelum era vaksinasi, difteri merupakan penyakit
Lebih terperinciBULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS
BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS Minggu Epidemiologi Ke-52 Tahun 2016 (Data Sampai Dengan 6 Januari 2017) Website: skdr.surveilans.org Dikeluarkan oleh: Subdit Surveilans, Direktorat SKK, Ditjen
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBerikut kami sampaikan Laporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia Jumat Minggu Ke-9 Tahun 2015
Berikut kami sampaikan Laporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia Jumat Minggu Ke-9 Tahun 2015 A. Berdasarkan laporan verifikasi rumor kesehatan dapat kami laporkan KLB
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU XXVI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 Juli 2017 pukul WIB
LAPORAN MINGGU XXVI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 Juli 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 32 kasus yaitu 2 (dua) kasus
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU LII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 1 Januari 2018 pukul WIB
LAPORAN MINGGU LII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 1 Januari 2018 pukul 15.00 WIB I. Poliomielitis Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 106 kasus yaitu 12 (Dua Belas) kasus WPV1 di
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU XXVIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 17 Juli 2017 pukul WIB
LAPORAN MINGGU XXVIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 17 Juli 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 34 kasus yaitu 3 (tiga) kasus
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1142, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengamanan Impor Barang. Kawat Besi/Baja. Bea masuk. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.011/2012 TENTANG PENGENAAN
Lebih terperinciPerkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya
Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya Disampaikan pada Rapat Koordinasi Tingkat Menteri tentang Pengendalian Flu Burung Jakarta, 27 Desember 2012 1 Flu Burung (H5N1)
Lebih terperinciJumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota
Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401
Lebih terperinciper km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )
LAMPIRAN 1 LUAS WILAYAH,, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH RUMAH JIWA / RUMAH PENDUDUK DESA KELURAHAN DESA+KEL. PENDUDUK (km 2 ) TANGGA
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU 3 PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 22 Januari 2018 pukul WIB
LAPORAN MINGGU 3 PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 22 Januari 2018 pukul 12.00 WIB I. Poliomielitis Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 107 kasus yaitu 14 (Empat Belas) kasus WPV1 di
Lebih terperinciLampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011 DAFTAR NEGARA-NEGARA YANG DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK
Lebih terperinci1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun
1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam upaya meningkatkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus avian influenza tipe H5N1 yang dikenal dengan Flu Burung adalah suatu virus yang umumnya menyerang bangsa unggas yang dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Lebih terperinciBAB III KEMUNCULAN DAN PENYEBARAN VIRUS MERS. Middle Eastern Respiratory Syndrome yang disingkat dengan sebutan MERS
BAB III KEMUNCULAN DAN PENYEBARAN VIRUS MERS Bab ini akan membahas mengenai penyebaran virus MERS di dunia dan menjabarkan jumlah data-data penduduk yang terjangkiti virus MERS. A. Awal Mula Penyebaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Novel Corona Virus yang berjangkit di Saudi Arabia sejak bulan maret 2012, sebelumnya tidak pernah ditemukan di dunia. Oleh karena itu berbeda karekteristik dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. puncak kejadian leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, di daerah tropis maupun subtropis. Di daerah endemis, puncak kejadian leptospirosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi ancaman kesehatan di negara berkembang (Jayamaha, 2011). Epidemi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), epidemi difteri tetap menjadi ancaman kesehatan di negara berkembang (Jayamaha, 2011). Epidemi ini terjadi pada segala tingkatan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF EX 7312.10.10.00 DENGAN
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU XXIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 12 Juni 2017 pukul WIB
LAPORAN MINGGU XXIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 12 Juni 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 11 kasus yaitu 2 (dua) kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena
Lebih terperinciBULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan
BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Influenza merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang di sebabkan infeksi Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C. Penyakit
Lebih terperinciBerikut kami sampaikan Laporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia Jumat
Yth. Bapak/Ibu Berikut kami sampaikan Laporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia Jumat Minggu Ke-11 Tahun 2015: A. Berdasarkan laporan verifikasi rumor kesehatan dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis Rabies, kini menjadi tantangan bagi pencapaian target Indonesia bebas Rabies pada 2015. Guna penanggulangan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR BIAYA OPERASIONAL GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR BANTEN TAHUN 2016
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR BIAYA OPERASIONAL GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR BANTEN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Gubernur
Lebih terperinciTABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN
TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015 No 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Destination Country 1 Malaysia 1.807 1.320 1.178 804 1.334
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)
PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9) INFLUENZA (FLU BURUNG, H1N1,SARS) Merupakan New Emerging Disease Penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU IX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 Maret 2017 pukul WIB
LAPORAN MINGGU IX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 Maret 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total jumlah kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 3 kasus yaitu 1 (satu)
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017
\ PERATURAN NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya
Lebih terperinci2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe
No.1292, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan. Impor Produk Canai Lantaian dari Besi atau Baja Bukan Paduan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012
PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012 OLEH : Drs. MUDJIB AFAN, MARS KEPALA BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI JAWA TIMUR DEFINISI : Dalam sistem pemerintahan di Indonesia
Lebih terperinciBuletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :
BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : April 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31 Maret
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 November 2017 pukul WIB
LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 November 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 76 kasus yaitu 8 (delapan) kasus WPV1 di Afganistan,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG
Lebih terperinciJumlah Penderita Baru Di Asean Tahun 2012
PERINGATAN HARI KUSTA SEDUNIA TAHUN 214 Tema : Galang kekuatan, hapus stigma dan diskriminasi terhadap orang yang pernah mengalami kusta 1. Penyakit kusta merupakan penyakit kronis disebabkan oleh Micobacterium
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya kondisi
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010
LAMPIRAN Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010 No Kota IPK 1 Denpasar 6.71 2 Tegal 6.26 3 Surakarta 6.00 4 Yogyakarta 5.81 5 Manokwari 5.81 6 Gorontalo 5.69 7 Tasikmalaya 5.68 8 Balikpapan
Lebih terperinciMODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO
MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO DepKes RI 2007 Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum : Dapat menjelaskan dasar dasar Flu Burung, pandemi
Lebih terperinciINFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?
INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)? Virus influenza A H7 adalah kelompok virus influenza yang biasanya beredar di antara burung. Virus influenza A (H7N9) adalah salah satu sub-kelompok di
Lebih terperinciBUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG
BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN STANDAR BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO
Lebih terperinciLaporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia Tahun 2015 Jumat, Minggu ke-7
Laporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia Tahun 2015 Jumat, Minggu ke-7 Berikut kami sampaikan Laporan Eksekutif Kewaspadaan KLB Penyakit dan Keracunan Pangan di Indonesia
Lebih terperinciJUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015
JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015 NO NEGARA LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 A F R I K A 2 0 2 2 AFGHANISTAN 61 61 122 3
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR. Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciKAPAL KAPAL KERETA BUS UDARA LAUT API
LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR : 82 TAHUN 2014 TANGGAL : 19 DESEMBER 2014 TENTANG : PERJALANAN DINAS Jenis dan Kelas Angkutan Pejabat Negara dan Pegawai Negeri Sipil NO. URAIAN KAPAL KAPAL KERETA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-3/BC/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN
Lebih terperinciP E N U T U P P E N U T U P
P E N U T U P 160 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura P E N U T U P 4.1. Kesimpulan Dasar pengembangan kawasan di Jawa Timur adalah besarnya potensi sumberdaya alam dan potensi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciUpaya Indonesia dalam Perlindungan Warga Negara Indonesia dari. Penyebaran Virus Mers di Arab Saudi ( )
Upaya Indonesia dalam Perlindungan Warga Negara Indonesia dari Penyebaran Virus Mers di Arab Saudi (2012-2015) Indonesia s Efforts on Protecting Indonesian People from The Spread of Mers Virus in Saudi
Lebih terperinciINFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012
INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur merupakan salah satu unit pelaksana induk dibawah PT PLN (Persero) yang merupakan
Lebih terperinciFLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit
Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/A1) yang saat ini kita kenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influensa tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini
Lebih terperinciLAPORAN MINGGU XXIVPENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 19 Juni 2017 pukul WIB
LAPORAN MINGGU XXIVPENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 19 Juni 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 12 kasus yaitu 2 (dua) kasus
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN
MENTERI KEUANGAN SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 155/PMK.010/2015 TENT ANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK STEEL WIRE ROD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER!
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPenyakit Virus Ebola
Penyakit Virus Ebola Penyakit Virus Ebola merupakan penyakit yang berbahaya dan sangat mematikan. Pertambahan kasus yang cukup cepat dari waktu ke waktu, angka kematian yang cukup tinggi dan adanya mekanisme
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI
PEDOMAN UMUM KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME-CORONA VIRUS (MERS-CoV) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT World Healtn JENDERAL h PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN
Lebih terperinci