PRAKTIK YANG BAIK DI SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRAKTIK YANG BAIK DI SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI)"

Transkripsi

1

2

3 PRAKTIK YANG BAIK DI SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI) Pebruari 2013 Modul Pelatihan

4

5 Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID). Isi dari materi pembelajaran ini merupakan tanggung jawab konsorsium Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opprtunities for Reaching Indonesia s Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

6

7 Pengantar Pengantar Modul Daftar Isi Kata Pengantar Jadwal Pelatihan (contoh) vii X Unit 1 Apa dan Mengapa PAKEM 3 Unit 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif 31 Unit 3 Mempraktikkan PAKEM 61 Unit 4 Rencana Tindak Lanjut PAKEM 83 Unit 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG 95 Unit 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan 115 Unit 7 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 141 Unit 8 Unit 9 A. Manfaat, Jenis dan Cara Mendorong Peran Serta Masyarakat B. Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana C. Transparansi dan Akuntabilitas Publik A. Rencana Kerja Sekolah B. Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah Unit 10 Rencana Tindak Lanjut (Manajemen Sekolah) 271 v

8

9 Pengantar Pengantar Modul Kata Pengantar Program Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia s Teachers, Administrators and Students (PRIORITAS) yang didanai oleh USAID bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mendukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama dalam meningkatkan akses pendidikan dasar yang bermutu. Untuk mencapai tujuan tersebut, PRIORITAS mengembangkan dan melaksanakan program pengembangan kapasitas yang terdiri dari pelatihan, pendampingan, kegiatan kelompok kerja di tingkat sekolah maupun gugus. Sasaran program pengembangan kapasitas ini adalah guru dan dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), kepala sekolah, komite sekolah, serta pengawas dan staf Dinas Pendidikan terkait di kabupaten terpilih di tujuh propinsi mitra PRIORITAS, yaitu: Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Pelatihan bagi dosen dilaksanakan melalui kerja sama dengan sejumlah LPTK terpilih untuk pengembangan peran LPTK sebagai penyedia layanan untuk pendidikan dalam jabatan. Modul yang digunakan merupakan pemaketan ulang dari modul-modul yang telah dikembangkan oleh program bantuan seperti USAID Decentralized Basic Education (DBE) dan Managing Basic Education (MBE) serta UNICEF s Creating Learning Communities for Children (CLCC) dan Mainstreaming Good Practices in Basic Education (MGPBE). Modul Praktik yang Baik untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah ini merupakan modul pertama yang mengenalkan konsep dan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah yang memayungi tiga komponen besar yakni: manajemen sekolah, peran serta masyarakat, dan pembelajaran aktif yang di tingkat sekolah dasar lebih dikenal dengan PAKEM dan di sekolah menengah pertama dikenal dengan istilah Pembelajaran Kontekstual. Berikut adalah gambaran singkat tentang masing-masing unit: Unit 1: Apa dan Mengapa Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Unit ini membahas prinsip-prinsip dalam PAKEM dan bagaimana mengembangkan pembelajaran yang mengandung prinsip tersebut. Pengetahuan dan pengalaman peserta juga diperkaya dengan diskusi serta tayangan video tentang pelaksanaan pembelajaran aktif dalam berbagai mata pelajaran di beberapa sekolah. Unit 2: Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif. Unit ini secara praktis membahas bagaimana penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar, pengelolaan siswa, dan pengelolaan perabot. Banyak dampak positif yang dapat diperoleh dengan menciptakan lingkungan belajar ini, misalnya, pencapaian tujuan pembelajaran menjadi lebih mudah, iklim belajar lebih kondusif. vii

10 Pengantar Pengantar Modul Unit 3: Mempraktikkan PAKEM. Unit ini akan memfasilitasi guru agar bisa membuat persiapan mengajar dengan menerapkan PAKEM yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan bekerja sama. Peserta membuat rencana pengembangan pelajaran, mensimulasikan, memperbaiki, dan mempraktikannya di sekolah. Unit 4: Rencana Tindak Lanjut (RTL) PAKEM. Pelatihan akan sangat bermanfaat apabila ditindaklanjuti dengan langkah nyata penerapan gagasan yang diperoleh dalam pelatihan. Guru akan membuat RTL terkait pembelajaran, tentang rencana spesifik yang akan mereka lakukan. RTL ini nantinya akan digabungkan dengan RTL manajemen di sekolah masing-masing setelah pelatihan selesai untuk menghasilkan SATU RTL sekolah. Unit 5: Pelaksanaan Kegiatan KKG. Kegiatan KKG adalah kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme guru. Kegiatan KKG harus benar-benar merupakan kegiatan praktis yang dibutuhkan oleh guru. Unit ini memberikan dan menggali beberapa kegiatan yang dimaksud. Unit ini dapat diberikan pada ToT nasional dan provinsi, namun pada pelatihan sekolah, unit ini dapat dilaksanakan secara terpisah pada kesempatan lain jika waktu tidak memungkinkan. Unit 6: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Unit ini memperkenalkan PAKEM (apa, mengapa, dan bagaimana) bagi komite sekolah dan menekankan pentingnya PAKEM kepada segenap peserta pelatihan terutama Kepala Sekolah, Komite Sekolah, dan pengawas. Tujuannya adalah untuk mendorong mereka memikirkan bagaimana caranya mendukung pelaksanaan PAKEM untuk meningkatan mutu pendidikan. Unit 7: Manajemen Berbasis Sekolah. Unit ini mengeksplorasi pemahaman dan ciri-ciri manajemen berbasis sekolah melalui pengalaman peserta dan tayangan video tentang implementasi MBS yang baik di beberapa sekolah. Unit 8 terdiri dari 3 sub-unit tentang berbagai aspek dari peran serta masyarakat. Unit 8A membahas manfaat, jenis-jenis, dan cara mendorong peran serta masyarakat. Fasilitator memberikan contoh beberapa kegiatan yang dilakukan oleh komite sekolah dan orang tua untuk mendukung manajemen dan pembelajaran di sekolah. Unit 8B mengeksplorasi kreativitas dan mengembangkan pola pikir yang berbeda dalam menghimpun sumber daya dan dana. Pada Unit 8C, peserta diajak berdiskusi tentang pentingnya manajemen berprinsip Keterbukaan dan Akuntabilitas serta cara melaksanakannya. Unit 9 terdiri dari 2 sub-unit : Unit 9A Rencana Kerja Sekolah membahas pentingnya sebuah rencana kerja sekolah yang disusun berdasarkan hasil dari evaluasi diri sekolah. Proses penyusunan meliputi perumusan tantangan, tujuan dan akhirnya rencana program sekolah selama empat tahun. Unit 9B Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) mengajak peserta untuk mengidentifikasi program yang menunjang viii

11 Pengantar Pengantar Modul peningkatan mutu pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam satu tahun. Selain itu, peserta akan mengidentifikasi sumber dana untuk membiayai program/kegiatan dalam satu tahun serta menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Unit 10: Rencana Tindak Lanjut (Manajemen Sekolah). Unit ini mendorong peserta untuk membuat rencana tindak lanjut yang akan dilakukan dalam jangka tiga bulan yang akan datang. Peserta merencanakan apa yang mereka perlu lakukan di sekolah setelah pelatihan selesai dengan menerapkan keterampilan dan konsep yang diperoleh dari unit sebelumnya selama pelatihan. RTL ini akan dibawa ke sekolah setelah pelatihan selesai untuk dikonsolidasi dengan RTL pembelajaran dari guru sehingga menghasilkan satu RTL sekolah yang komprehensif. Pendekatan pembelajaran aktif dan interaktif yang digunakan dalam modul ini tidak hanya untuk memotivasi peserta dalam pelatihan, namun juga untuk menyediakan contoh metode yang dapat digunakan oleh guru di dalam kelas. Fasilitator memberikan model tentang pelaksanaan pembelajaran aktif, pengelolaan peserta, dan menciptakan suasana dalam pelatihan yang diharapkan dapat dicontoh oleh peserta ketika mereka melatih dan mengajar di kelas di sekolah mereka. Pengembangan Sekolah secara Menyeluruh : Yang dimaksudkan dengan pengembangan sekolah secara menyeluruh adalah suatu pendekatan di mana semua warga sekolah, termasuk guru, kepala sekolah, komite sekolah, masyarakat, dan siswa terlibat dalam pengembangan. Aspek yang ditangani juga mencakup manajemen, partisipasi masyarakat, serta pembelajaran. Melalui modul ini, segenap praktisi pendidikan diajak dan didorong untuk berinovasi dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi baik di kelas maupun di sekolah terkait peningkatan mutu pendidikan. ix

12 Pengantar Pengantar Modul JADWAL PELATIHAN (contoh) Jadwal di bawah ini adalah (1) untuk pelatihan sekolah dan (2) untuk pelatihan fasilitator. Waktu akan ditambah satu hari untuk Pelatihan fasilitator yang panduannya terpisah dari modul ini. Jadwal Pelatihan Sekolah PAKEM Waktu Unit/Topik Keterangan Hari 1 Pembukaan dan penjelasan tentang Program PRIORITAS Unit 1: Apa dan Mengapa PAKEM Istirahat Unit 1: Apa dan Mengapa PAKEM Ishoma Unit 2: Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM (Memilih Topik Pembelajaran) Hari Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM Ishoma Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM (termasuk Logistik Praktik di Sekolah) Hari 3 Waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan Unit 3: Praktik PAKEM di sekolah Istirahat Unit 3: Praktik PAKEM (Diskusi + Refleksi) Istirahat Unit 3: Praktik PAKEM (Kunjung Karya + Penguatan) Unit 4: Rencana Tindak Lanjut (RTL) PAKEM Penutup Pelatihan Unit 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG: Tidak lama setelah pelatihan PAKEM dan MBS tingkat sekolah, peserta akan berkumpul lagi untuk mendapat pelatihan Unit 5: Pelaksanaan Kegiatan KKG yang berlangsung tiga (3) jam. x

13 Pengantar Pengantar Modul Jadwal Pelatihan Sekolah Manajemen Berbasis Sekolah Waktu Unit/Topik Keterangan Hari Pembukaan dan Penjelasan Program PRIORITAS Unit 6: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Istirahat Unit 6: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Unit 7: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Ishoma Unit 7: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Unit 8A: Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong Peran Serta Masyarakat Hari Unit 8A: Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong Peran Serta Masyarakat Unit 8B: Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana Istirahat Unit 8C: Transparansi dan Akuntabilitas Publik Ishoma Unit 9A: Rencana Kerja Sekolah (RKS) Hari Unit 9A: Rencana Kerja Sekolah (RKS) Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Istirahat Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Istirahat Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Unit 10: Rencana Tindak Lanjut (RTL) Manajemen Sekolah Penutup 15 menit kelonggaran untuk mengantisipati acara yang mulai terlambat xi

14 Pengantar Pengantar Modul Jadwal Pelatihan ToT Nasional dan ToT Provinsi Pembelajaran Aktif + Manajemen Berbasis Sekolah (Catatan: semua Fasilitator Provinsi dan Daerah akan menghadiri pelatihan 7 hari yang meliputi PAKEM dan Manajemen Sekolah, serta pelatihan fasilitator dan pendampingan.) Waktu Unit/Topik Keterangan Hari 1 Pembukaan dan Penjelasan tentang Program PRIORITAS Unit 1: Apa dan Mengapa PAKEM Istirahat Unit 1: Apa dan Mengapa PAKEM Ishoma Unit 2: Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM (Memilih Topik Pembelajaran) Hari Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM Ishoma Unit 3: Persiapan Praktik PAKEM (termasuk Logistik Praktik di Sekolah) Hari Unit 3: Praktik PAKEM di sekolah Istirahat Unit 3: Praktik PAKEM (Diskusi + Refleksi) Istirahat Unit 3: Praktik PAKEM (Kunjung Karya + Penguatan) Unit 5: Pelaksanaan Kegiatan KKG Hari Unit 6: Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif. dan Menyenangkan (PAKEM) Istirahat Unit 4 RTL akan digabung dengan RTL pada hari 6. Karena hari ini berakhir terlambat, hari ke-4 mulai agak lambat. xii

15 Pengantar Pengantar Modul Waktu Unit/Topik Keterangan Unit 7: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Ishoma Unit 7: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Istirahat Unit 8A: Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong Peran Serta Masyarakat Hari Unit 8A: Manfaat, Jenis-Jenis dan Cara Mendorong Peran Serta Masyarakat Unit 8B: Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana Istirahat Unit 8C: Transparansi dan Akuntabilitas Publik Ishoma Unit 9A: Rencana Kerja Sekolah (RKS) Hari Unit 9A: Rencana Kerja Sekolah (RKS) Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Istirahat Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Istirahat Unit 9B: Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Unit 10: Rencana Tindak Lanjut (RTL) PAKEM + Manajemen Sekolah Tanya Jawab tentang PAKEM dan Manajemen dari pelatihan selama 6 hari dan Penutup Hari Bagaimana Menjadi Fasilitator yang Baik dan Pendampingan Istirahat Pendampingan Istirahat Pendampingan Evaluasi dan Penutup xiii

16 Pengantar Pengantar Modul BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR xiv

17 Pengantar Pengantar Modul xv

18 Pengantar Pengantar Modul xvi

19 Pengantar Pengantar Modul xvii

20 UNIT 1 APA DAN MENGAPA PAKEM?

21

22

23 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM UNIT 1 APA DAN MENGAPA PAKEM Waktu: 3 Jam A. PENGANTAR Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Pembe-ajaran ibarat jantung dari proses pendidikan. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/ optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, Contoh ruang kelas yang menunjukkan ciri-ciri Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Hal ini sejalan dengan amanat Permendiknas No 41 Tahun 2007 Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Unit ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa, dan bagaimana pelaksanaan PAKEM, serta prosedur atau langkah-langkah pelatihan yang bisa dilakukan. Dengan membaca dan mengikuti proses-proses pelatihan yang telah dirancang dalam Unit ini, para peserta pelatihan diharapkan dapat mengenal apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM tersebut, dan pada akhirnya diharapkan dapat menerapkan di kelasnya masing-masing. Calon Siswa Proses Pembelajaran Lulusan PAKEM 3

24 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. mengenali karakteristik utama PAKEM 2. memberi contoh kegiatan PAKEM 3. memahami pentingnya PAKEM bagi peningkatan kualitas siswa C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan Unit 1 2. Video PAKEM (9 menit) 3. Lembar Kerja Format Lembaran Contoh Proses Pembelajaran PAKEM 5. ATK: spidol (besar dan kecil), kertas plano D. LANGKAH KEGIATAN Pengantar Penayangan Video Diskusi kelompok tentang Hal-hal yang baru dalam pemodelan Penguatan tentang PAKEM Berbagi hasil diskusi kelompok Diskusi kelompok tentang unsurunsur PAKEM Pengantar (20 menit) Fasilitator memberikan pengantar singkat tentang latar belakang, tujuan, dan rencana kegiatan sesi ini. Fasilitator menanyakan pada peserta apa yang mereka ketahui tentang PAKEM. Setiap peserta diminta menuliskan jawabannya pada selembar kertas tanpa berdiskusi. Fasilitator mengumpulkan jawaban peserta untuk dipajangkan. 4

25 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM 2. Penayangan Video Pembelajaran (20 menit) Fasilitator memberi informasi kepada peserta bahwa mereka akan melihat tayangan pembelajaran. Peserta dikelompokkan ke dalam kelompok mata pelajaran dengan 4 6 orang per kelompok. Peserta mendapat format pengamatan dan diminta untuk membacanya serta mengingatkan bahwa mereka boleh mengisinya saat penayangan berlangsung atau setelahnya. Menonton tayangan selain dimaksudkan agar peserta dapat melihat dengan jelas bagaimana PAKEM dilaksanakan, mereka juga diharapkan dapat membedakan antara pengalaman pembelajaran yang mengandung unsur-unsur PAKEM dengan yang tanpa PAKEM. Peserta diharapkan mengamati dengan kritis proses pembelajaran yang berlangsung dalam tayangan/pemodelan. 3. Diskusi Kelompok tentang Tayangan/Model Pembelajaran (40 menit) Fasilitator meminta setiap peserta mengisi format pengamatan tayangan/ pemodelan PAKEM seperti contoh di bawah ini: FORMAT PENGAMATAN TAYANGAN/PEMODELAN PAKEM No Komponen pembelajaran Hal baru yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran selama ini 1 Kegiatan siswa a... b... 2 Kegiatan guru a... b... 3 Interaksi antar siswa a... b... 4 Interaksi siswa dengan guru a... b... 5 Bentuk tugas yang dikerjakan siswa a... b... 5

26 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM No Komponen pembelajaran Hal baru yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran selama ini 6 Sumber belajar yang digunakan a... b... 7 Pemberian kesempatan yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan 8 Bentuk motivasi yang diberikan guru kepada siswa 9 Aspek karakter yang dikembangkan (kemandirian, disiplin, tanggung-jawab, kerjasama, kepercayaan diri) a... b... a... b... a... b Lainnya Fasilitator memperhatikan kegiatan berikut setelah format pengamatan selesai diisi. a. Kelompok mendiskusikan Hal-hal baru yang ditemukan dalam PAKEM ditinjau dari beberapa hal, antara lain: kegiatan anak dan bentuk layanan yang diberikan guru (kegiatan guru), jenis atau bentuk penugasan yang dikerjakan siswa, interaksi antar siswa dan interaksi antara siswa dengan guru, sumber belajar yang digunakan, dan lain sebagainya. b. Fasilitator, ketika membantu diskusi dalam kelompok-kelompok, dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk mengarahkan diskusi yang kurang lancar. Pertanyaan tidak perlu diberikan semua. Contoh contoh pertanyaan pengarah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Apa sajakah kegiatan yang dilakukan siswa? Apakah siswa hanya mendengarkan guru? Apakah siswa hanya mencatat tulisan di papan tulis pada buku catatan mereka? Apakah siswa hanya membaca dan menjawab pertanyaan di buku paket? Kegiatan apa sajakah yang mereka lakukan? dll. 2) Apa yang dilakukan guru? Apakah guru hanya berceramah? Apakah guru duduk di kursinya menunggu siswa selesai mengerjakan tugas? Apakah guru menulis di papan tulis? Apakah guru masuk ke dalam kelompok-kelompok dan memberikan umpan balik? dll. 3) Bagaimanakah interaksi/hubungan yang terjadi antar siswa? Apakah ada kerja 6

27 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM sama antar siswa? Apakah mereka saling bertanya jawab? Apakah mereka saling bertukar pendapat? Apakah mereka hanya berhubungan dengan satu orang? dll. 4) Bagaimanakah interaksi antara siswa dengan guru? Apakah siswa mendapat kesempatan memberikan pendapat dan guru mendengarkannya? Apakah guru selalu berbicara pada seluruh kelas? Apakah guru berkomunikasi dengan siswa secara individual? Apakah guru berkomunikasi dengan kelompok? dll. 5) Bagaimana bentuk tugas yang dikerjakan siswa? Apakah guru meminta siswa menjawab pertanyaan yang hanya memiliki 1 jawaban benar? Apakah siswa melakukan percobaan? Apakah siswa diberi kesempatan untuk menemukan jawaban sendiri? Apakah pertanyaan/tugas guru membuat siswa berpikir aktif? dll. 6) Sumber belajar apa yang digunakan? Apakah guru menggunakan sumbersumber belajar selain buku paket, seperti buku bacaan, koran, nara sumber (misalnya, petani, bekas pejuang revolusi, siswa, dll), sawah, kebun, dll? Apakah sumber belajar mudah diperoleh? 7) Adakah hal lain lagi yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran yang seharihari kita lakukan? Hasil diskusi dituliskan di kertas plano yang kemudian disalingtukarkan untuk diberi komentar oleh kelompok lain. 4. Berbagi Pendapat dan Diskusi Kelompok tentang Unsur-unsur PAKEM (40 menit) Fasilitator menginformasikan topik diskusi selanjutnya. Tiap kelompok diberi nama sesuai dengan kata-kata dalam singkatan PAKEM, yaitu AKTIF, KREATIF, EFEKTIF dan MENYENANGKAN. Jika jumlah kelompok banyak, nama tersebut bisa diulang dengan ditambah penomoran, misalnya: AKTIF 1, AKTIF 2, KREATIF 1, KREATIF 2, dst. Tiap kelompok kemudian mendiskusikan satu unsur PAKEM dari pemodelan tadi yang sesuai dengan nama kelompoknya selama 15 menit. Kelompok Aktif, misalnya, mendiskusikan proses pembelajaran yang mencerminkan masing-masing aspek dari PAKEM sesuai dengan nama kelompoknya (tayangkan 2 contoh proses pembelajaran untuk masing-masing2 aspek PAKEM). Setelah 15 menit, fasilitator menayangkan tayangan yang memuat tabel lengkap tentang proses pembelajaran. Fasilitator menanggapi pertanyaan klarifikasi jika ada. Kemudian, fasilitator meminta tiap kelompok untuk mencari contoh kegiatan untuk masing-masing proses dalam tayangan (20 menit). 7

28 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM 5. Kunjung Karya/Berbagi Hasil Diskusi (40 menit) a. Salah seorang dari setiap kelompok mengunjungi kelompok lain dan mem aparkan hasil kerja kelompoknya. Anggota kelompok yang dikunjungi boleh bertanya dan menyampaikan pendapatnya. b. Kegiatan ini dapat dilakukan untuk kunjungan ke dua atau tiga kelompok. Anggota kelompok yang menjadi duta boleh dilakukan bergantiandengan anggota yang lain. Fasilitator mengamati dengan seksama proses diskusi kelompok supaya bisa memberikan masukan. Setelah mengerjakan tugas tersebut, kelompok kemudian diminta menjawab pertanyaan: Bila kegiatan-kegiatan tersebut terjadi dalam pembelajaran, kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) apa sajakah yang berkembang pada diri siswa? (Tayangkan tayang Kurikulum 2013). 6. Penguatan tentang PAKEM (20 menit) Fasilitator menayangkan pernyataan-pernyataan Apa yang saya dengar. dan diagram Tingkat Keterlibatan Siswa (Lihat slide Diagram Segitiga) dan memberikan penjelasan, misal untuk tayangan pernyataan dan diagram dijelaskan bahwa Semakin siswa terlibat dalam belajar, semakin mereka menguasai materi 8

29 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM pelajaran. Untuk diagram dapat diberikan penjelasan tambahan (jika perlu), misal, Bila kita membuat rencana pembelajaran, kita berpikir dari arah bawah diagram tersebut, yaitu dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri Kegiatan nyata apa sajakah yang harus dialami siswa untuk menguasai kemampuan dalam materi yang akan dipelajari siswa? dan BUKAN berpikir dari arah atas diagram, yaitu Apa yang harus didengarkan siswa? 9

30 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA APA ITU PAKEM? PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktikkan konsep yang dipelajari, dan berkreasi. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya; bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Suatu konsep (misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan, dan kebersihan) yang dijelaskan melalui ceramah sebenarnya sangat sulit dipahami siswa karena konsep tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang abstrak sulit dipahami karena tingkat berfikir anak-anak yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk nyata. Jika dalam mengajar guru menggunakan media seperti gambar, film, peragaan, dan sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata) dan lebih mudah dipahami anak. Namun, yang paling bisa membuat konsep menjadi kongkrit adalah ketika anak terlibat dalam pengalaman langsung dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman tersebut suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak menemukan sendiri makna dari penjumlahan setelah mereka terlibat dalam kegiatan jumlah menjumlah menggunakan benda nyata (kacang merah, batu-batuan, penjepit kertas misalnya). Contoh lain, siswa memahami konsep demokrasi setelah mereka terlibat aktif dalam penerapan prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah dalam kegiatan pemilihan ketua kelas yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman nyata dan proses penerapan tersebut memberikan cara bagi mereka untuk membangun pemahaman sendiri secara aktif tentang konsep penjumlahan dan demokrasi. Di bawah ini adalah bagan dari Edgar Dale (1946) yang menunjukkan macam media atau kegiatan yang bisa dipakai untuk mengajarkan suatu konsep dan hubungannya dengan tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan. Pembelajaran yang bergantung hanya pada verbal saja (ceramah, membaca) mengandung tingkat keabstrakan paling tinggi, sedangkan pengalaman langsung yang membuat siswa aktif menemukan dan menerapkan suatu konsep memiliki tingkat kekongkritan yang paling tinggi. 10

31 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM Pesan dari bagan Edgar Dale tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang bijak dari Timur, sebagai berikut: a. Yang saya dengar, saya lupa b. Yang saya lihat, saya ingat c. Yang saya kerjakan, saya pahami Melv in L. Silberman penulis 101 Cara Belajar Aktif mendukung juga keaktifan siswa untuk memberikan hasil belajar yang maksimal dengan mengatakan: d. Yang saya dengar, saya lupa e. Yang saya dengar dan lihat, saya ingat f. Yang saya dengar, lihat, tanyakan, atau diskusikan, saya mulai pahami g. Yang saya dengar, lihat, dan diskusikan, serta lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan h. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. 11

32 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang bisa mengoptimalkan potensi diri siswa. Karena dalam PAKEM siswa banyak bekerja dan berbuat maka terdapat banyak kesempatan bagi siswa untuk menghasilkan produk belajar. Produk itu bisa berupa karya seni, jalan keluar terhadap suatu permasalahan, grafik, diagram, tabel, puisi, karangan, pantun, lagu, tarian, model tiga dimensi, dan lain - lain. Dengan demikian, daya imajinasi dan daya cipta/kreasi siswa bisa berkembang dengan optimal. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif. Proses pembelajaran yang efektif menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut: i. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. j. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat belajar siswa dan membantu siswa membangun pengetahuan dan pemahaman. Cara-cara tersebut diantaranya adalah menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. k. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca. l. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. m. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. n. Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada penceramah, artinya guru mendesain kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selama kegiatan pembelajaran, guru tidak lagi hanya berdiri di depan kelas tetapi berkeliling memantau kegiatan siswa dan membantu siswa dalam proses belajar. 12

33 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM APA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PAKEM? 1. Memahami sifat dasar anak Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan suka berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur bagi rasa ingin tahu dan imajinasi tersebut. 2. Mengenal perbedaan setiap anak Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Karena itu semua anak dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan bisa berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya ketika dia mendapat kesulitan sehingga anak tersebut bisa belajar secara optimal 3. Memahami anak sebagai makhluk sosial Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami cenderung melibatkan anak lain dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah sehingga pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan 13

34 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata Apa yang terjadi jika lebih baik daripada yang dimulai dengan katakata Apa, berapa, kapan, yang umumnya tertutup (jawaban yang betul hanya satu). 5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan Ruang kelas yang menyenangkan merupakan unsur tak terpisahkan dari PAKEM. Dalam kelas yang menerapkan PAKEM, anak-anak banyak belajar melalui bekerja dan berbuat sehingga banyak menghasilkan produk. Hasil pekerjaan siswa tersebut sebaiknya dipajangkan untuk membuat kelas menjadi hidup dan menarik. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan bisa memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Guru perlu memastikan bahwa setiap siswa mempunyai karyanya yang dipajangkan. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis (membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. 14

35 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM 7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru yang berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka (nilai). 8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut. Banyak siswa merasa takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menciptakan suasana kelas di mana guru tidak marah kepada siswa dan siswa tidak menertawakan siswa lain jika mereka memberi jawaban yang tidak benar. Siswa harus didorong untuk mencoba, dan berbuat kesalahan adalah bagian penting dari belajar. Guru juga tidak menyepelekan siswa. Pada dasarnya guru harus berusaha menghilangkan penyebab rasa takut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM? Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh KBM dan kegiatan guru. 15

36 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM Kegiatan Guru 1. Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan dan berpikir aktif dalam pembelajaran. 2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. 3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. 4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. 5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. 6. Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. Kegiatan Belajar Mengajar Guru melaksanakan berbagai KBM seperti: Percobaan Diskusi kelompok Memecahkan masalah Mencari informasi Menulis laporan/cerita/puisi Berkunjung keluar kelas Bermain peran Sesuai mata pelajaran, guru dapat menggunakan: Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar Studi kasus Narasumber Lingkungan Siswa: Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah atau mencari rumus sendiri Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Melalui: Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari 7. Guru menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik 16

37 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM PERAN KOMITE SEKOLAH, ORANGTUA, DAN MASYARAKAT Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/ U/2002 Komite Sekolah berperan sebagai: 1. Pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. 2. Pendukung (baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga) dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 3. Pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. 4. Mediator antara sekolah dengan pemerintah dan masyarakat di satuan pendidikan. Peran tersebut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk fungsi nyata dalam penyelenggaraan persekolahan terutama dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Fungsi nyata Komite Sekolah dalam pengembangan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Membantu sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20/2003 Pasal 36 Ayat 2). 2. Mendorong tumbuhnya perhatian dan dukungan masyarakat terhadap penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. 3. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/ dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. 4. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pembelajaran. 5. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. 6. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Dukungan bagi pelaksanaan PAKEM tidak hanya datang dari Komite Sekolah saja tetapi juga dari masyarakat dan orangtua siswa. Pasal 9 UU Sisdiknas No. 20/2003 menyatakan bahwa masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan gedung, ruang kelas, pagar, dan sebagainya. Masyarakat juga sebetulnya dapat terlibat dalam bidang Teknis Edukatif, seperti dalam proses belajar mengajar, menyediakan diri menjadi tenaga pengajar, membicarakan pelaksanaan kurikulum, memantau kemajuan belajar, dan sebagainya. 17

38 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM Orangtua juga harus berperan serta dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan PAKEM orangtua dapat berperan: 1. Menjadi mitra anak dalam belajar di rumah. 2. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan PAKEM. 3. Menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi pengembangan kreativitas anak, misalnya dengan banyak memberikan pertanyaan, mengecek hasil karya anak, dan mendorong kreativitas anak. 18

39 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM F. LEMBAR KERJA Format 1.1: Pengamatan Pemodelan PAKEM Komponen pembelajaran Hal baru yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran selama ini 1. Kegiatan siswa a... b Kegiatan guru a... b Interaksi antar siswa a... b Interaksi siswa dengan guru a... b Bentuk tugas yang dikerjakan siswa a... b Sumber belajar yang digunakan a... b Pemberian kesempatan yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan. a... b Bentuk motivasi yang diberikan guru kepada siswa 9. Aspek karakter yang dikembangkan (kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, keberanian) a... b.... a.... b Lainnya 19

40 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM Lembaran: Contoh Proses Pembelajaran PAKEM Aspek PAKEM Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan Contoh Proses Pembelajaran melakukan diskusi membuat pernyataan melakukan simulasi (bermain peran) mengukur melakukan pengamatan mendesain model sendiri menghasilkan karya yang berbeda menyelasaikan masalah membuat pertanyaan kegiatan pembelajaran ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran pemilihan media, strategi, pengelolaan kelas dan sumber sesuai dengan kebutuhan siswa dan atau tujuan pembelajaran siswa mempunyai kesempatan untuk menunjukkan pemahaman menyelesaikan tugas dalam kelompok mengunakan permainan untuk pemahman dan penguatan konsep melakukan kegiatan bermakna bagi siswa menggunakna lingkungan sebagai sumber belajar 20

41 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 21

42 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM 22

43 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM 23

44 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM 24

45 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM 25

46 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM 26

47 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM 27

48 UNIT 1 Apa dan Mengapa PAKEM 28

49 UNIT 2 MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG EFEKTIF

50

51 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif UNIT 2 MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG EFEKTIF Waktu: 2 Jam A. PENGANTAR Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan efektivitas belajar anak. Itulah sebabnya, lingkungan belajar perlu ditata. Menata lingkungan belajar di kelas erat kaitannya dengan keadaan fisik kelas (suhu, cahaya, kebersihan, sirkulasi udara, pengaturan Lingkungan belajar yang menarik akan ruangan, dsb), pengelolaan dan pemanfaatan membuat pembelajaran menarik. sumber belajar, sudut baca/perpustakaan kelas. Pada kegiatan ini, pembahasan akan dipusatkan pada masalah pemanfaatan berbagai sumber belajar termasuk sudut baca, pengelolaan siswa, pengelolaan perabot kelas dan pemajangan hasil karya anak. B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. memanfaatkan beragam sumber belajar yang tersedia di dalam dan sekitar sekolah serta sudut baca 2. menyusun alternatif pengaturan tempat duduk siswa disertai dengan alasannya (pertimbangan kekuatan dan kelemahannya) 3. mengidentifikasi berbagai jenis kegiatan yang dapat dilakukan pada setiap jenis pengelolaan siswa beserta kelebihan dan kelemahannya 4. membuat pajangan karya siswa yang baik dan mengidentifikasi pemanfaatannya sebagai sumber belajar C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan unit 2. Fotokopi tayangan Lembar Kerja ATK : Kertas HVS warna, kertas plano, spidol, post it, lem, benang, dan gunting. 5. Hasil karya siswa 31

52 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif D. LANGKAH KEGIATAN 10 Pengantar 1 30 Diskusi Kelompok sesuai Topik 2 30 Kelompok 1 Pembahasan berbagai pemanfaatan sumber belajar yang tersedia di dalam dan sekitar sekolah serta sudut baca Kelompok 2 Pembahasan Penyusunan Alternatif Pengaturan Tempat Duduk Siswa dan Alasannya Kelompok 3 Pembahasan Pengelolaan Siswa dan Jenis Kegiatannya Kelompok 4 Pembahasan Tentang Pajangan 3 Kunjung Karya 4 5 Penguatan Pengantar (10 menit) Fasilitator mengajukan pertanyaan kepada setiap peserta: Apa yang membuat lingkungan belajar efektif? dan menerima jawaban dari peserta. Fasilitator menekankan jawaban peserta akan pentingnya lingkungan belajar yang dapat menarik minat dan menunjang anak dalam pembelajaran. Aspek lingkungan tersebut sangat beragam, tetapi dalam unit ini dibatasi pada empat hal, yaitu: Keragaman sumber belajar dan sudut baca serta pemanfaatannya Pengaturan tempat duduk siswa Pengelolaan siswa Pajangan karya siswa 32

53 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif 2. Diskusi Kelompok (30 menit) Fasilitator membagi setiap meja menjadi dua kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang). Fasilitator menyiapkan 4 topik yang akan dibahas. Setiap topik dimasukkan ke dalam amplop dengan diberi tanda warna berbeda, misalnya: Topik 1 - merah Topik 2 putih Topik 3 hijau Topik 4 kuning Setiap kelompok diberi satu topik untuk dibahas. a. Topik 1: Sumber Belajar dan Sudut Baca 1) Apa saja yang biasa mereka pakai sebagai sumber belajar di kelas selama ini? 2) Apa pendapat mereka tentang sumber belajar yang dipakai pada kegiatan pemodelan PAKEM? 3) Apakah mereka sudah memperhatikan kesehatan dan keselamatan peserta didik saat memilih dan menggunakan sumber belajar tersebut? (misal: jika menggunakan benda-benda tajam, hewan atau tumbuhan yang membahayakan, kebersihan alat dan bahan, menghindari bahan-bahan yang membahayakan) Mengapa hal tersebut penting untuk dilakukan? 4) Apakah ada sudut baca di kelas? Bagaimana pemanfaatannya? b. Topik 2: Pengaturan Tempat Duduk Siswa 1) Bagaimana model pengaturan tempat duduk siswa yang selama ini lazim dilakukan? Apakah hal itu efektif? 2) Hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan dalam merancang model pengaturan tempat duduk? 3) Bagaimana model pengaturan tempat duduk yang dapat membuat interaksi antar siswa dan guru berlangsung secara efektif? 4) Model pengaturan tempat duduk bagaimana yang dapat dipenuhi oleh sekolah? c. Topik 3: Pengelolaan Siswa 1) Apa saja bentuk pengelolaan siswa yang mereka lihat selama kegiatan pemodelan PAKEM? 2) Mengapa guru (fasilitator) menggunakan beragam pengelolaan siswa? 3) Apakah guru (fasilitator) sudah memperhatikan kesetaraan gender? Dalam bentuk apa? Apakah guru sudah memberikan kesempatan yang sama kepada anak laki-laki dan perempuan? 33

54 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif 4) Apakah guru sudah memperhatikan proses pembelajaran yang ramah anak? Apa buktinya? Misal: tidak meremehkan, tidak terjadi saling mengejek antar teman. d. Topik 4: Pajangan Karya Siswa 1) Apa yang sebaiknya guru lakukan dengan karya siswa? 2) Apa tujuan memajangkan hasil karya siswa? 3) Karya siswa apa saja yang bisa dipajangkan? 4) Apa yang harus diperhatikan dalam memajangkan karya siswa? Fasilitator harus memastikan bahwa semua peserta terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok. Hasil diskusi kelompok ditulis pada kertas plano. Fasilitator meminta beberapa kelompok peserta untuk menyampaikan hasil diskusinya dan meminta kelompok lain untuk menambahkan hal-hal yang dianggap perlu. Selanjutnya, fasilitator memberi penegasan/penguatan (usahakan keempat topik diplenokan). 3. Kegiatan Aplikasi (30 menit) Fasilitator kembali meminta peserta bekerja dalam kelompok mereka masingmasing untuk mengaplikasikan/mendesain lingkungan belajar yang efektif. a. Kelompok Sumber Belajar dan Sudut Baca Peserta dalam kelompok ini mengerjakan Lembar Kerja 2.1 dan 2.2. Secara kelompok peserta mengidentifikasi sumber belajar yang dapat ditemukan di dalam dan luar kelas. Peserta secara berpasangan (sesuai mapel) mengidentifikasi cara memanfaatkan sumber belajar tersebut di dalam mapelnya. Diskusi kelompok juga terkait dengan sudut baca (LK 2.2) Hasil diskusi setiap pasangan didiskusikan kembali dalam kelompok. Hasil akhir ditulis pada kertas plano. b. Kelompok Pengaturan Tempat Duduk Siswa Peserta dalam kelompok ini mengerjakan lembar kerja 2.3. Peserta mendiskusikan desain susunan tempat duduk yang ideal dengan memikirkan alasan-alasannya terlebih dahulu. Selanjutnya, mereka menggunting kertas berwarna untuk digunakan sebagai perabot yang menggambarkan kondisi kelas. Setelah yakin dengan desain idealnya, barulah para peserta dapat menempelkan kertas berwarna tersebut di atas kertas patron kelas yang diberikan. Jumlah desain yang dibuat minimal 4 model. 34

55 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Keempat model itu ditempel di kertas plano. Mereka harus menuliskan keterangan untuk setiap bentuk yang digunakan, misalnya: persegi merah mewakili meja siswa, dst. Kelompok juga harus menyebutkan alasan (kelebihan dan kelemahan) untuk setiap desain susunan tempat duduk. c. Kelompok Pengelolaan Siswa Peserta dalam kelompok ini bekerja menggunakan lembar kerja 2.4. Peserta mengerjakan secara berpasangan terlebih dahulu jenis-jenis kegiatan yang dapat dilakukan pada setiap jenis pengelolaan siswa beserta kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Hasil diskusi setiap pasangan didiskusikan kembali dalam kelompok danhasil akhirnya ditulis pada kertas plano. d. Kelompok Pajangan Karya Siswa Peserta dalam kelompok ini bekerja menggunakan lembar kerja 2.5. Dengan menggunakan karya siswa yang telah disiapkan, kelompok ini mengidentifikasi karya yang dapat dan yang tidak dapat dipajang disertai alasan, apa yang harus diperhatikan dalam memajangkan karya siswa (lihat panduan memajangkan karya siswa) serta membuat pajangan dinding maupun pajangan meja. e. Kunjung Karya (45 menit) i. Kunjungan Tahap I (20 menit) Fasilitator meminta peserta meletakkan karya kelompoknya di atas meja kelompok mereka masing-masing (kecuali kelompok pajangan karya siswa yang melekatkan karya siswa di dinding atau meja pajangan) Fasilitator meminta separuh peserta dalam setiap kelompok berdiri, sedangkan separuh yang lainnya tetap duduk. Peserta yang duduk diminta tetap tinggal di kelompoknya untuk memberi/menerima komentar/tanggapan terkait dengan karya kelompok mereka, sedangkan peserta yang berdiri diminta berkunjung atau berkeliling searah jarum jam ke kelompok topik lain dalam kelompok besar yang sama (mis. sesama kelompok merah, dll), untuk melihat, bertanya serta memberikan komentar tentang hasil kerja rekannya. Baik peserta yang tinggal maupun yang berkeliling harus menyiapkan kertas catatan (post it). Peserta yang menjaga karya mencatat saran/masukan yang bermakna dari kelompok pengunjung, sedangkan peserta pengunjung mencatat hal yang menarik dan bermakna dari kelompok yang dikunjungi. Fasilitator memberi aba-aba kapan para anggota kelompok mulai berkeliling dan kapan selesai melihat hasil karya dari kelompok satu ke kelompok lainnya (misalnya dengan meniup peluit) (usahakan setiap kunjungan 5 menit) Setiap peserta kembali ke kelompoknya masing-masing. 35

56 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif ii. Kunjungan Tahap II (25 menit) Fasilitator meminta peserta yang telah berkunjung tetap dikelompoknya untuk memberi/menerima komentar/tanggapan terkait dengan karya kelompok mereka, sedangkan peserta yang tadinya berjaga di kelompok melakukan kunjungan ke kelompok warna yang lain. Kunjungan kelompok warna dilakukan searah jarum jam (setiap kelompok warna hanya berkunjung ke satu kelompok warna yang lain). Dalam kelompok warna yang dikunjungi, setiap kelompok berkeliling di setiap kelompok topik. Fasilitator tetap memberi aba-aba kapan para anggota kelompok mulai berkeliling dan kapan selesai melihat hasil karya suatu kelompok. Setiap peserta kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan masukan atau temuan yang diperoleh. Sebagai penguatan fasilitator membagikan bahan bacaan tambahan. f. Kegiatan Akhir: Penguatan (5 menit) Di akhir sesi, fasilitator menyampaikan bahwa lingkungan belajar yang efektif bukan hanya terletak pada fisik kelas saja, namun juga terletak pada pengelolaan kegiatan pembelajaran. 36

57 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif E. BAHAN BACAAN 1 UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Lingkungan belajar di sekolah dan kelas terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik yang dapat mempengaruhi pembelajaran. Pembelajaran dapat ditingkatkan dan didukung jika lingkungannya dikelola secara efektif. Pertimbangan penting dalam mengelola lingkungan fisik pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang efektif adalah fleksibilitas dan kemudahan akses. Dari segi fleksibilitas, meja, kursi, dan perabot lain hendaknya diatur secara luwes sesuai dengan kegiatan belajar yang dipilih. Misalnya, ketika kegiatan belajar memakai kerja kelompok maka meja dan kursi perlu diatur sedemikian rupa sehingga guru maupun siswa dapat bergerak dalam ruangan dengan aman dan efisien, tanpa terhalang oleh kursi dan meja. Tikar dapat digunakan untuk kegiatan permainan. Dari segi kemudahan akses, berbagai sumber daya pembelajaran yang praktis (misalnya buku-buku, peta, bola dunia, alat peraga IPA dan matematika, dan lain-lain) hendaknya disimpan dengan baik dan tersedia serta mudah diakses oleh guru dan siswa. Sumber daya pembelajaran lain yang berupa tulisan/gambar atau pajangan hasil kerja anak yang merupakan lingkungan belajar visual juga perlu diatur. Pajangan hasil karya anak dapat menjadi contoh yang baik bagi anak lainnya dan dapat mendorong anak untuk belajar. Perlu diingat bahwa pemajangan terutama ditujukan pada anak supaya anak bisa mendapatkan manfaat. Karena itu tingkat keterbacaan pajangan harus dilihat dari sudut pandang anak (misalnya apakah posisi pajangan tidak terlalu tinggi untuk anak-anak). Label-label di jendela, kursi dan benda lainnya di ruang kelas membantu menambah kosa kata dari benda yang dapat dilihat anak. Label dapat ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah, atau bahasa asing yang dipelajari untuk membantu anak beradaptasi dengan lingkungan belajarnya yang baru. Gambar dan poster dapat menuntun dan mendukung berbagai kegiatan pembelajaran. Gambar atau poster dapat berisi petunjuk melaksanakan tugas, demonstrasi tentang prosedur, contoh-contoh yang ditawarkan atau pesan yang mengingatkan anak untuk menjadi pelajar yang efektif. Selain lingkungan fisik seperti di atas, lingkungan belajar juga berupa lingkungan non fisik, yang terwujud dalam interaksi dan hubungan dikelas dan sekolah. 37

58 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Interaksi dan Hubungan Mutu interaksi dan hubungan antara guru dan siswa ikut berperan dalam menciptakan kondisi belajar yang efektif. Guna mendukung kondisi belajar yang efektif, interaksi dan hubungan yang ada haruslah bersifat: Jelas dan singkat Positif dan suportif Adil dan tidak bias/ timpang Instruksi atau peragaan yang diberikan oleh guru harus jelas dan ringkas. Ini berarti berbicara dengan suara yang jelas, menggunakan bahasa yang dapat dipahami anak, dan menyesuaikan dengan lamanya daya konsentrasi anak. Interaksi dan hubungan yang bersifat positif dan suportif akan mengarahkan anak pada perilaku yang lebih baik, meningkatkan rasa percaya dirinya, serta menunjang peningkatan prestasinya. Penggunaan ancaman, kata-kata yang merendahkan, atau tindak kekerasan terhadap anak adalah pelanggaran terhadap hak anak dan merupakan tindak kriminal menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Guru juga harus bertindak adil dan tidak bias, memperlakukan semua anak dengan sama, tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, kemampuan, latar belakang keluarga maupun agama. Selain berinteraksi dengan cara yang baik dengan siswa, guru perlu menciptakan interaksi dan hubungan antar anak yang sehat karena interaksi dan hubungan antar anak juga membantu menciptakan kondisi belajar yang efektif. Anak-anak akan meniru perilaku gurunya. Jika guru memperlakukan anak dengan hormat dan tanpa kekerasan, anak-anak juga akan memperlakukan satu sama lainnya dengan cara yang sama. Melalui kegiatan kelompok, anak belajar untuk menghormati pendapat setiap orang, menunggu giliran dan menolong satu sama lain. 38

59 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Cara Mengelola Siswa Klasikal Strategi ini biasanya dipakai pada saat guru ingin semua siswa mendapatkan informasi yang sama, misalnya: pada saat awal pelajaran ketika siswa dan guru bersama sama berdiskusi atau guru menjelaskan apa yang akan dilakukan sebelum kegiatan inti dimulai atau waktu menutup pelajaran dengan membimbing siswa mengingat apa saja yang telah mereka pelajari. Kegiatan Kelompok Kegiatan ini sangat baik dipakai pada saat guru ingin: siswa saling belajar dari temannya membangun kemampuan berkomunikasi membangun keterampilan bersosialisasi membangun sikap inklusif (menghargai perbedaan di antara sesama teman) membangun keterampilan bekerja dalam tim membangun keterampilan kepemimpinan Kegiatan Individu Strategi ini dapat digunakan pada saat guru ingin melihat potensi atau masalah belajar setiap siswa dalam belajar. Kegiatan ini dapat pula dipakai untuk menghasilkan tugas tugas yang diperlukan untuk pelajaran tertentu, misalnya mengarang, membuat refleksi, menceritakan kembali, membuat soal cerita (matematika), melakukan penelitian, dan lain-lain. 39

60 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif BAHAN BACAAN 2 UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA Contoh Jawaban Lembar Kerja 2.1 tentang Sumber Belajar Sumber Belajar Mata Pelajaran Kegiatan Pohon Mangga IPA Mengamati, menggambar, mendeskripsikan fungsi bagian-bagian pohon Matematika Bahasa Indonesia Menggunakan batang pohon mangga untuk mengidentifikasi jenis-jenis sudut Mengamati dan mendeskripsikan pohon mangga, dsb. Pedagang (Narasumber) Batu-batuan Sepeda Bahasa Indonesia IPS IPA Bahasa Indonesia IPS Matematika Menyusun daftar pertanyaan, melakukan dan melaporkan hasil wawancara Wawancara tentang profesi pedagang Meneliti bentuk batuan untuk mengetahui dampak erosi Mengamati bentuk batuan untuk mendapatkan ide dalam menulis teks deskripsi Mengamati jenis-jenis batuan untuk menentukan asal batu Mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang IPS Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang berhubungan dengan sepeda Bahasa Indonesia Mengamati sepeda dan belajar menggunakan bahasa persuasif dengan bermain peran mengiklankan sepeda secara lisan Dll

61 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Contoh Jawaban Lembar Kerja 2.2 tentang Sudut Baca/Perpustakaan Kelas Sudut Baca Penjelasan Rencana 1. Lokasi Sudut baca diletakkan di pojok sebelah kanan kelas, mudah dijangkau siswa. g. Alat dan bahan yang diperlukan h. Buku-buku yang akan disediakan i. Pihak yang mengadakan perabot serta mekanisme pengadaan j. Pemanfaatan dalam pembelajaran k. Pengembangan dan pemanfaatan yang berkelanjutan Buku bacaan sesuai usia dan minat siswa, karya tulis siswa, rak atau meja dengan ukuran disesuaikan dengan jangkauan anak. Buku cerita sebanyak jumlah siswa, buku sumber belajar, majalah yang disesuaikan dengan usia dan minat siswa. Wali murid, Komite Sekolah, guru kelas, Kepala Sekolah. Siswa mencari informasi dari buku sumber yang ada di sudt baca, guru mengajak siswa untuk memilih buku cerita yang akan dibacakan oleh guru. Pemanfaatan buku cerita dalam kegiatan membaca rutin (setiap pagi atau setelah istirahat) 41

62 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Contoh Jawaban Lembar Kerja 2.3 tentang Pengelolaan Siswa Jenis Pengelolaan Klasikal Jenis Kegiatan Apersepsi (awal) pembelajaran, mendengarkan instruksi guru Diskusi kelas secara pleno Pelaporan hasil kerja anak, siswa seluruh kelas mendengarkan Manarik simpulan pada akhir pembelajaran Mendengarkan penjelasan guru Menonton tayangan video Kelompok Perorangan Diskusi dan pemecahan masalah Melakukan percobaan Mengamati sesuatu, mendiskusikan, dan mencatat hasil pengamatan Mengumpulkan, mendiskusikan, dan mengelola data/benda Membuat model Menulis laporan Mengerjakan soal latihan Baca dalam hati Mengarang 42

63 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Contoh Jawaban Lembar Kerja tentang Pajangan Karya Siswa 1. Mengapa di kelas yang menerapkan PAKEM biasanya dijumpai pajangan? Dengan desain PAKEM, siswa menghasilkan karya individu yang berbeda dari tugas yang diberikan oleh guru. Hasil siswa yang bervariasi dan kreatif inilah yang kiranya pantas dipajang. Sering juga kita jumpai hasil karya yang ditulis dengan kata-kata sendiri, Dengan demikian, pajangan hasil pembelajaran siswa yang seperti ini merupakan salah satu indikator penerapan PAKEM yang benar. 2. Apa manfaat pajangan? Membuat kelas lebih menarik Anak mudah mendapat gagasan dari apa yang dipajangkan Yang dipajangkan adalah contoh yang baik untuk diikuti atau ditiru oleh anak lainnya Pajangan memotivasi anak yang pekerjaannya dipajangkan dan juga memotivasi anak yang lain untuk mengerjakan hal yang sama. 3. Apa saja yang harus dipajang? Tulisan anak seperti cerita, karangan, puisi, laporan, buku yang dibuat oleh anak, model, grafik, gambar, dan hasil kerajinan atau kesenian Hasil pembelajaran anak yang menunjukkan ada unsur kreativitas dan menarik untuk dilihat dan dibaca sebaiknya dipajangkan Contoh-contoh hasil kerja anak yang baik untuk dipajangkan Hasil kerja anak yang lambat perlu dipajangkan untuk memotivasi mereka Selain itu, apa saja yang bisa dipajang? Gambar, diagram, dan benda-benda yang relevan dengan kegiatan yang sedang dibahas di kelas Buku untuk anak yang harus dibaca dan dilihat Bahan, sumber belajar, dan peralatan yang sedang digunakan untuk kegiatan belajar 4. Apa yang seharusnya tidak dipajang? Latihan rutin Hasil kerja yang kurang benar atau tidak bagus untuk contoh, misalnya tidak rapih atau tidak dikerjakan dengan hati-hati Hasil kerja yang ada nilainya. 43

64 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif 5. Bagaimana cara memajangkan hasil kerja anak? Mudah dibaca oleh anak (tidak terlalu tinggi) Pekerjaan setiap anak hendaknya dipajangkan satu persatu dengan demikian dapat dibaca dengan mudah. Pajangan sebaiknya tidak bercampur dengan yang lain atau dalam satu bendel. Yang dipajangkan hendaknya dalam keadaan bersih, rapih, dan menarik Benda yang dipajangkan dapat ditempel di dinding, digantung di langit-langit ruangan, atau diatur di atas meja pamer 6. Kriteria apa yang digunakan untuk memajangkan hasil kerja anak? Apakah menarik bagi yang lain untuk dibaca? Apakah contoh yang baik? Apakah mengundang/menggoda orang untuk memperhatikannya? Apakah hasilkarya dapat memotivasi si anak? Apakah setiap anak punya kesempatan hasil karyanya dipajangkan? 7. Berapa lama/kali pajangan harus diganti? Kalau pajangan telah menjadi kotor Tidak sesuai dengan tema/topik pembelajaran Catatan: Tempat pajangan tidak perlu dikhususkan (diberi label) untuk mata pelajaran tertentu. Di bawah ini ada beberapa contoh pajangan, mungkin bisa sebagai inspirasi bagi fasilitator atau guru yang akan menata pajangan peserta didik. Hal hal yang perlu diperhatikan yang berhubungan dengan pajangan Pajangan yang baik memiliki judul yang singkat, jelas dan menarik pembaca untuk melihat lebih lanjut. Pajangan perlu secara rutin diperhatikan, misalnya guru segera membenahi pajangan apabila ada salah satu karya siswa yang jatuh atau miring karena penguatnya (steples atau paku payung) terlepas. Apabila papan pajangan sudah longgar, guru dan pihak sekolah segera memperbaikinya karena akan sangat berbahaya apabila lepas. Pajangan perlu diganti sesuai dengan topik materi atau tema yang sedang dibahas. Kerapian pajangan sangat penting karena siswa akan melihat dan mencontohnya. Tinggi pajangan disesuaikan dengan siswa. Guru selalu menghormati karya siswa sehingga tidak sembarangan menggunting torehan mereka. 44

65 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Membaca buku, melakukan kunjungan ke sekolah lain akan membantu guru dalam memperoleh ide dalam melakukan pemajangan. Pajangan yang digantung di atap harus disesuaikan dengan tinggi siswa. Terlalu pendek pajangan akan memancing siswa untuk iseng menariknya atau mengganggu ruang gerak mereka. Apabila harus menggantung karya siswa, maka penggantungan setiap karya siswa dilakukan dengan rapi dan tidak menumpuk. 45

66 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif BEBERAPA CONTOH PAJANGAN Penempelan cukup rapi, karya siswa yang beragam bentuknya membuat pajangan terlihat menark. Judul yang cukup besar di tengah memberi kesan memadukan karya siswa di kiri kanan serta di atas dan bawahnya. Siswa kelas 3 membuat kartu ucapan kasih sayang kepadaibu mereka. Hasil pekerjaan mereka dipajang dengan meletakkannya di atas meja. Karya sejenis ini memang lebih baik tidak ditempel. Buku cerita yang berkaitan dengan Ibu diletakkan diantara kartu-kartu. Pertanyaan yang ditulis guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir lebih lanjut dengan mencari jawaban sendiri. 46

67 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Siswa kelas 1 mendeskripsikan binatang pilihannya di atas gambar. Guru mengelompokkan hasil karya siswa dengan melingkarinya. Lingkaran dibuat dari Koran bekas yang diberi warna (pewarna makanan). Di setiap lingkaran ditulisi judul yang sesuai. Dunia Binatang yang seharusnya merupakan judul besar sebaiknya diletakkan di atas lingkaran-lingkaran yang ada. Tulisan judul menggunakan huruf yang sesuai di kelas awal. Guru menempelkan karya siswa berupa surat (kelas 6). Pertanyaan yang ditulis diharapkan dapat menambah rasa ingin tahu siswa tentang jenis-jenis surat. Contoh surat resmi akan membantu pemahaman anak setelah membaca pajangan ini. 47

68 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif F. Lembar Kerja 2.1: Pemanfaatan Sumber Belajar dan Sudut Baca Pada umumnya sumber belajar saat ini terbatas pada guru dan buku paket. Padahal banyak sumber belajar lain, baik di dalam maupun di luar kelas, misalnya: benda nyata, poster, serta lingkungan alam dan sosial. Sebutkanlah berbagai sumber belajar dan bagaimana memanfaatkannya untuk berbagai mata pelajaran pada lembar kerja yang disediakan. Salah satu contoh telah diisi. Di Dalam Kelas Di Luar Kelas Sumber belajar Mata Pelajaran Kegiatan Sumber Belajar Mata Pelajaran Kegiatan Pohon Mangga IPA Mengamati, menggambar, mendeskripsikan fungsi bagianbagian pohon mangga Matematika Mencari jenisjenis sudut pada batang-batang pohon mangga dst dst Bahasa Indonesia Mengamati dan mendeskripsikan pohon mangga dsb. 48

69 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Lembar kerja 2.2: Pembuatan atau Optimalisasi Sudut Baca/ Perpustakaan kelas Sudut Baca Penjelasan Rencana 1. Lokasi 2. Alat dan bahan yang diperlukan 3. Buku-buku yang akan disediakan 4. Pihak yang mengadakan perabot sert mekanisme pengadaan 5. Pemanfaatan dalam pembelajaran 6. Pengembangan dan pemanfaatan yang berkelanjutan Lain 49

70 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Lembar Kerja 2.3: Pengaturan Tempat Duduk Siswa Pengaturan tempat duduk: Saat ini sebagian besar ruang kelas teratur secara klasikal. Anak duduk berbaris dan lebih banyak mendengarkan guru. Dalam pelaksanaan PAKEM, pengaturan tempat duduk siswa lebih bervariasi sehingga mereka lebih mudah berinteraksi dengan guru maupun sesama siswa. Susunlah desain alternatif pengaturan tempat duduk siswa yang menunjang pengelolaan kegiatan siswa yang bervariasi (minimal 4 desain) disertai kekuatan dan kelemahannya. Petunjuk: kelas diasumsikan 8x7 m, siswa 32 orang, meja 16, setiap meja untuk 2 anak 50

71 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Lembar Kerja 2.4 Pengelolaan Siswa Pengelolaan Siswa: Pengelolaan atau pengaturan siswa yang sering dilakukan adalah bentuk klasikal di mana semua siswa dalam satu kelas diperlakukan sebagai satu kelompok besar dan diberi tugas yang sama semua dan komunikasi sering satu arah, yaitu dari guru ke semua siswa (misalnya: ceramah). Dalam pembelajaran PAKEM, pegelolaan kegiatan siswa lebih bervariasi, yaitu bisa menggunakan kerja kelompok, kerja perorangan, berpasangan dan klasikal. Identifikasi jenis-jenis kegiatan yang cocok dikerjakan dalam setiap jenis pengelolaan tersebut (klasikal, kelompok, berpasangan, dan individual) disertai dengan analisis kekuatan dan kelemahan. Jenis Pengelolaan Jenis kegiatan Kekuatan Kelemahan Klasikal Guru memandang siswa dalam satu kelas sebagai satu kesatuan kelompok besar. Karena itu, seluruh siswa mengerjakan hal yang sama bersamasama dan perhatian guru adalah pada kinerja kelompok besar tersebut. Kelompok Guru membagi kelompok besar kelas ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Siswa bekerja sama dalam kelompok. Perhatian guru pada kinerja kelompok dan bagaimana siswa berinteraksi dalam kelompok. Berpasangan Siswa bekerja berpasangan. Ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan keaktifan tiap siswa. Perorangan Anak mengerjakan tugas sendiri. Perhatian guru pada kinerja individual tiap anak. 51

72 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Lembar Kerja 2.5: Pajangan Karya Siswa Apa yang sebaiknya guru lakukan dengan hasil kerja siswa? Apa tujuan memajangkan hasil karya siswa? Karya siswa apa saja yang bisa dipajangkan? Apa yang harus diperhatikan dalam memajang karya siswa? 52

73 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 53

74 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif 54

75 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif 55

76 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif 56

77 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif 57

78 UNIT 2 Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif 58

79 UNIT 3 MEMPRAKTIKKAN PAKEM

80

81 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM UNIT 3 MEMPRAKTIKKAN PAKEM Waktu: 12 Jam A. PENGANTAR Setelah peserta memahami pengertian dan memperoleh gambaran tentang PAKEM di Unit 1, peserta diminta menunjukkan pemahaman itu melalui pembuatan persiapan PAKEM dan melaksanakannya baik dalam bentuk mengajar teman (simulasi) maupun siswa (praktik mengajar). Ini perlu dilakukan agar penghayatan tentang PAKEM menjadi lebih baik. Peserta juga perlu memperoleh pengalaman menangani hambatan yang Siswa menunjukkan keaktifan belajar dan guru memfasilitasinya. dihadapi dalam melaksanakan PAKEM. Dengan demikian, sebagai calon fasilitator, mereka lebih siap untuk menyajikan PAKEM kepada peserta pelatihan selanjutnya di daerah. Dalam Unit 3 ini peserta dibagi dalam kelompok mata pelajaran. Contoh-contoh pembelajaran PAKEM untuk masing-masing mata pelajaran terdapat pada lampiran tersendiri (bisa dipakai contoh-contoh pembelajaran dalam buku seri Asyik Belajar dengan PAKEM atau sumber lain). Contoh tersebut dapat digunakan dalam perencanaan PAKEM. B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. membuat persiapan pembelajaran yang menerapkan PAKEM 2. melakukan simulasi PAKEM 3. melakukan praktik mengajar dengan siswa dalam situasi kelas sesungguhnya C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan unit 2. Buku Asyik Belajar dengan PAKEM atau buku referensi lain 3. Handycam / alat perekam kegiatan 4. Bahan-bahan untuk pembelajaran (tergantung kegiatan yang dipilih) 5. ATK: kertas plano, spidol, lem, gunting, kertas HVS 61

82 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM D. LANGKAH KEGIATAN Membaca dan memilih topik pembelajaran Menyusun Skenario Pembelajaran + penjelasan skenario Pengembangan RPP Simulasi Persiapan Mengajar di Kelompok MAPEL Diskusi dan Refleksi kelompok Praktik mengajar di Sekolah Penyempurnaan persiapan mengajar Diskusi kelompok MAPEL Kunjung Karya Hasil Praktik Penguatan Membaca dan memilih topik pembelajaran (30 menit) Fasilitator membagi peserta menjadi dua kelompok besar: a. Kelompok kelas awal. Kelompok ini dibagi menjadi 3 kelompok kecil yaitu kelas I, II dan III,. b. Kelompok mata pelajaran (MAPEL) Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS. Peserta menentukan kelas berapa yang akan dipraktikkan. c. Kelompok beranggotakan 4-5 orang. d. Kepala Sekolah atau pengawas dapat bergabung di salah satu kelompok yang kecil dan menjadi bagian dari tim. 62

83 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM Berikut ini adalah langkah-langkah pemilihan topik dan pengembangan skenario pembelajaran: 1. Fasilitator dapat menentukan apakah semua kelompok MAPEL menggunakan tema yang sama atau masing-masing kelompok MAPEL/Kelas Awal menentukan tema yang disepakati. Tema dipilih dari kurikulum yang berlaku. 2. Masing-masing kelompok (kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6) mengidentifikasi 1-2 kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan tema yang dipilih. 3. Kelompok kelas yang sama mengadakan curah pendapat tentang kemungkinan kegiatan-kegiatan terkait KD yang dipilih. 4. Peserta secara berpasangan memilih satu kegiatan dari daftar ide di nomor 3 untuk dikembangkan dalam RPP. Fasilitator dapat memastikan bahwa peserta memilih kegiatan yang bervariasi. Catatan: Buku ASYIK BELAJAR DENGAN PAKEM dapat digunakan sebagai sumber dalam pemilihan kegiatan pembelajaran. 2. Menyusun dan Penjelasan Skenario Pembelajaran (90 menit) Beberapa peserta menjelaskan skenario pembelajaran yang telah disusun. Peserta mendiskusikan hasil penjelasan tersebut dengan berfokus pada ciri-ciri PAKEM. 3. Kerja Kelompok: Membuat Persiapan Praktik PAKEM (120 menit) Dalam kelompok kecil yang sama, peserta mengembangkan kerangka pembelajaran menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Fasilitator mendampingi dan memberikan umpan balik. Fasilitator memberitahu peserta untuk menyiapkan juga alat bantu belajar/ mengajar, lembar kerja, dan bahan ajar, seperti bahan bacaan jika diperlukan. 4. Simulasi Persiapan Mengajar di Kelompok MAPEL/Kelas Awal (60 menit) Peserta melaksanakan simulasi di kelompok besar MAPEL/Kelas Awal masingmasing. Salah satu peserta menjadi guru di depan peserta lain. Beberapa anggota kelompok mendapat giliran untuk mensimulasikan RPP. Peserta yang tidak menjadi guru pada simulasi akan berperan sebagai siswa. Fasilitator ikut mengamati simulasi dan memberi umpan balik. 63

84 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM 5. Diskusi Kelompok: Masukan dari hasil simulasi (30 menit) Fasilitator memimpin diskusi di masing-masing kelompok MAPEL membahas sejauh mana pembelajaran dalam simulasi memenuhi karakteristik PAKEM dan membahas cara-cara meningkatkan pembelajaran yang mencerminkan prinsipprinsip PAKEM. Peserta yang melakukan simulasi mengungkapkan keberhasilan dan hambatan yang dirasakannya selama simulasi. Peserta lain memberikan komentar terutama dari segi sejauh mana PEMBELAJARAN dalam simulasi memenuhi karakteristik PAKEM, dan alternatif mengatasi hambatan yang dirasakan oleh simulator serta cara-cara memperbaiki RPP. (Setiap peserta hendaknya mencatat komentar untuk bahan pertimbangan dalam menyempurnakan persiapan, lembar kerja, dan sebagainya). 6. Penyempurnaan Persiapan PAKEM (90 menit) Peserta kembali ke kelompok kecil semula untuk bekerja dalam kelompok masing-masing memperbaiki persiapan, lembar kerja, dan bahan belajar lain yang dirancangnya dengan mempertimbangkan komentar dan masukan pada diskusi sebelumnya. Hasil perbaikan ini akan digunakan dalam praktik mengajar dengan siswa sesungguhnya. Semua peserta harus ikut membuat persiapan dan siap pula untuk mempraktikkannya. Memaksimalkan diskusi dan kerjasama dalam meperbaiki persiapan mengajar merupakan bagian penting sebelum praktik mengajar. Fasilitator hendaknya mengingatkan agar tiap kelompok benar-benar siap dengan persiapan, lembar kerja dan sebagainya yang telah diperbaiki sehingga setelah kegiatan ini peserta berkonsentrasi pada pelaksanaan praktik mengajar, tidak lagi pada masalah persiapan. Fasilitator juga menjelaskan logistik terkait praktik sekolah kepada semua peserta. 64

85 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM 7. Praktik dan Diskusi di Sekolah (180 menit) a. Mengajar di kelas ( menit) Sebelum pelaksanaan, fasilitator memastikan bahwa guru kelas yang sesungguhnya mengikuti proses kegiatan dengan tetap berada di dalam kelasnya untuk mengamati. Setiap praktikan memiliki kesempatan untuk mengajar dan mengamati. Untuk pengamatan di kelas, Fasilitator dapat meminta pengamat untuk berfokus pada 1) kegiatan siswa, 2) kegiatan guru dan 3) interaksi antara siswa dan guru. Fasilitator mengingatkan peserta agar setelah berpraktik mereka membawa hasil kerja siswa untuk bahan kajian di tempat pelatihan, dan meminta komentar siswa tentang unjuk kerja peserta yang menjadi guru praktikan. b. Diskusi di Sekolah setelah Praktik (40 menit) Diskusi pasca praktik dilakukan dua kali, yaitu di sekolah dan di tempat pelatihan. Diskusi di sekolah bertujuan melibatkan guru-guru di sekolah yang ikut mengamati supaya terjadi efek pembelajaran dan sosialisasi pada guru-guru yang tidak mengikuti pelatihan. Fasilitator memimpin diskusi refleksi membahas seberapa jauh pelaksanaan pembelajaran memenuhi karakteristik PAKEM. Peserta yang mengajar diberikan kesempatan untuk berbagi tentang pengalaman praktik mengajar mereka. Kemudian, fasilitator memimpin refleksi dengan menanyakan pertanyaan terkait ketiga aspek yang diamati (1. kegiatan siswa, 2. kegiatan guru dan 3. interaksi antara siswa dan guru). Fasilitator juga mendorong guru-guru sekolah untuk memberikan komentar dan umpan balik. 8. Diskusi dan Refleksi Kelompok (60 menit) a. Diskusi dan Refleksi Kelompok: Proses Mengajar (30 menit) Peserta dalam kelompok mengkaji sejauh mana RPP terlaksana dengan baik dan memberikan masukan untuk perbaikan. b. Diskusi kelompok: Umpan Balik Hasil Kerja Siswa (30 menit) Fasilitator meminta kelompok untuk beralih topik diskusi ke pekerjaan anak. Fasilitator meminta peserta memperhatikan kualitas hasil kerja anak. Peserta 65

86 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM mendiskusikan poin-poin berikut: Apakah hasil kerja siswa mencerminkan kreativitas siswa, Apakah setiap produk siswa menunjukkan keterampilan akademis yang berbeda. Apakah seluruh tugas seragam atau berbeda untuk masing-masing kelompok. Apakah hasil kerja siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. 9. Kunjung Karya Hasil Praktik Mengajar (40 menit) Fasilitator meminta peserta memajangkan (di dinding) RPP pembelajaran dan hasil karya anak yang dihasilkan dalam praktik pembelajaran PAKEM di sekolah. Setelah itu fasilitator meminta peserta berkeliling mengamati pekerjaan kelompok lain. Peserta berkeliling mengamati pekerjaan kelompok lain dan mencatat hal-hal berikut: Bagaimana RPP peserta lain berbeda dengan RPPnya Bagaimana guru menghasilkan karya siswa yang berkualitas Pembelajaran apa yang diperoleh setelah melihat hal yang berbeda Hal apa yang akan segera diterapkan di kelasnya 10. Penguatan (10 menit) Peserta dari masing-masing mata pelajaran saling berkunjung untuk mendapatkan ide dari pajangan mata pelajaran lain. Fasilitator memberi penguatan berikut: Mencoba PAKEM terus menerus di sekolah akan membantu meningkatkan kepercayaan diri Perlu waktu, praktik, kesabaran serta komitmen yang tinggi untuk menjadi guru yang lebih terampil dalam mengajar 66

87 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA: Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas I KD Matematika: 5.1 Membandingkan berat benda (ringan, berat). Kegiatan: Siswa menebak berat benda berdasarkan ringan/berat dan membuktikannya dengan timbangan non baku. Mengurutkan benda dari yang paling ringan ke yang paling berat atau sebaliknya KD Bahasa Indonesia: 5.1 Mengulang deskripsi tentang benda-benda di sekitar 8.1 Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan huruf tegak bersambung Kegiatan: Siswa memilih benda yang ada di kelas dan mendeskripsikannya berdasarkan bentuk, bau, warna, bunyi, halus/kasar permukaan Tema: Benda (Binatang dan Tanaman sekitarku). KD IPA: 4.1 Membedakan Gerak benda yang mudah bergerak dan sulit bergerak melalui percobaan. Kegiatan: Siswa menebak benda-benda yang mudah bergerak (dilihat dari bentuknya) dan membuktikannya dengan melakukan percobaan sederhana (dengan menggelindingkannya) KD IPS 2.2 Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah Kegiatan: Siswa menyebutkan bagian rumah beserta benda yang ada di dalamnya (meja, kursi, piring, rak buku, jendela, dll) serta menyebutkan bagaimana menjaga kebersihan dan kerapiannya. 67

88 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas II KD Matematika: 3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka. Kegiatan : Siswa mencari jawaban dari beberapa gambar situasi (mis. berapa jumlah kaki dari 7 orang yang sedang senam pagi?) Siswa menuliskan kalimat matematikanya lewat penjumlahan berulang dan perkalian. Siswa membuat 1 soal sendiri dan meminta teman di sebelahnya untuk jawab. KD Bahasa Indonesia: 7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat) yang dibaca dalam hati. Kegiatan: Siswa menceritakan isi teks tentang bagaimana hidup sehat dan bersih dengan katakatanya sendiri kepada teman di sebelahnya dan dilanjutkan dengan kegiatan menuliskannya di kertas HVS/buku Tema: Hidup Sehat dan Bersih KD IPA: 4.2. Mendeskripsikan kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan: menyiram lapangan (dengan sedikit air), menjemur tissu basah/koran dan benda lainnya. Siswa menyimpulkan bagaimana benda-benda tersebut bisa kering. Kegiatan kemudian dihubungkan dengan kesehatan dan kebersihan. KD IPS: 2.2 Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan peran dalam anggota keluarga Kegiatan: Siswa menuliskan kegiatannya bagaimana ia menjaga kesehatan diri dan kebersihan kamar, rumah dan lingkungan rumahnya (halaman rumah) 68

89 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas III KD Matematika: 5.2 Menghitung luas persegi dan persegi panjang Kegiatan : Siswa menebak benda (dalam kelas) dengan luas paling besar/kecil, melakukan urutan luas (besar ke kecil), lalu membuktikannya dengan menggunakan ubin dari kertas origami (lipat). Dengan metode pengubinan, siswa mencari luas benda dan mengambil kesimpulan cara mencari luas KD Bahasa Indonesia: 5.1 Memberikan tanggapan sederhana tentang cerita pengalaman teman yang didengarnya Kegiatan: Siswa menulis : seandainya aku menjadi.(disesuaikan dengan jenis pekerjaan nara sumber) setelah mendengar pemaparan nara sumber Tema: Menjaga Kelestarian Lingkungan KD IPA: 6. 4 Mengidentifikasi cara manusia dalam memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar. Kegiatan: Siswa melihat contoh lingkungan yang rusak (banjir, tumpukan sampah) dan mengidentifikasi mengapa lingkungan bisa rusak. Kemudian siswa diajak mencari solusi bagaimana menjaga/melestarikan alam di lingkungan mereka. KD IPS: 2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan. Kegiatan: Siswa mewawancarai nara sumber tentang pekerjaan (apa, di mana), manfaat bagi masyarakat,, mengapa memilih jenis pekerjaan, dsb. Siswa mencatat hal-hal penting dan menuangkannya ke dalam catatan (tabel, peta pikiran, dsb) 69

90 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas IV KD Matematika: 3.2 Menentukan hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat. Kegiatan: Mengukur tinggi dan berat badan dikaitkan dengan berat badan ideal. Sebelum mengukur, siswa memperkirakan terlebih dahulu tinggi dan berat badan mereka. KD Bahasa Indonesia: 8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.) Kegiatan: Mengamati gambar tubuh manusia dan cara merawatnya. Mengidentifikasi hal-hal penting dlm gambar Membaca sejumlah informasi dr buku atau internet Berdiskusi tentang gambar dan hasil membaca Menyusun karangan (perhatikan ejaan) Mengedit ejaan karangan teman Mempresentasikan karya terbaik Tema: Tubuh Manusia dan Kesehatan KD IPA: 1.1. Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya 1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh Kegiatan: Siswa mengidentifikasi rangka tubuh manusia melalui pengamatan Siswa menggambar berbagai tulang dan rangka penyusun tubuh manusia Siswa mencari dan menemukan informasi mengenai upaya menjaga kesehatan kerangka tubuh Siswa menerapkan cara duduk yang benar sebagai salah satu cara memelihara kesehatan kerangka tubuh 1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya 1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera Kegiatan: Siswa mengidentifikasi struktur panca indera dan menjelaskan fungsinya (melalui pengamatan dan membaca literatur) Siswa mencari dan menemukan informasi mengenai upaya menjaga kesehatan panca indera (dari nara sumber dan referensi) Siswa menerapkan cara membaca yang benar untuk menjaga kesehatan mata KD IPS: 2.1 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya Kegiatan: Mengidentifikasi jenis-jenis teknologi produksi yang berkenaan dengan kesehatan tubuh manusia Mengidentifikasi berbagai cara menanggulangi dampak negative dari perkembangan teknologi komunikasi. Menjelaskan perbedaan alat transportasi darat, laut dan udara dari sisi tata cara penggunaan, kelengkapan penumpang saat menggendarai, peraturan dan keamanan. 70

91 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas V KD Matematika: 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala Kegiatan: Mengukur panjang berbagai bagian tubuh dan membandingkannya. Misal panjang jengkal, hasta, lengan, kaki, telapak kaki, tinggi muka, dan lingkar perut; dan menggambar tubuhnya sendiri berdasarkan perbandingan ukuran bagian tubuh tadi. KD Bahasa Indonesia: 5.1 Memberikan tanggapan sederhana tentang cerita pengalaman teman yang didengarnya Kegiatan: Siswa menulis : seandainya aku menjadi.(disesuaikan dengan jenis pekerjaan nara sumber) setelah mendengar pemaparan nara sumber Tema: Tubuh Manusia dan Kesehatan KD IPA: 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air Kegiatan: Siswa membuat diagram daur air Siswa membuktikan bahwa kegiatan manusia mempengaruhi kualitas air Siswa mengidentifikasi faktor penyebab kelangkaan air tawar, misalnya karena pencemaran air, menurunnya curah hujan, dan menurunnya penyerapan air ke dalam tanah Siswa menyadari bahwa air tawar jumlahnya terbatas Siswa membuat poster penghematan air KD IPS: 1.5. Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia Kegiatan: Mengidentifikasi dan membedakan jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di masyarakat Indonesia yang berhubungan dengan kesehatan 71

92 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas VI KD Matematika: 6.3 Menentukan posisi titik dalam sistem koordinat Kartesius 7.1 Menyajikan data ke bentuk tabel, diagram gambar, batang, lingkaran 7.4 Menafsirkan hasil pengolahan data Kegiatan: Siswa mengukur berat dan tinggi badannya dan 9 temannya, menyajikannya dalam tabel dan koordinat Kartesius; kemudian menuliskan tafsirannya. KD Bahasa Indonesia: 6.1. Berpidato atau presentasi untuk berbagai keperluan (acara perpisahan, perayaan ulang tahun, dll.) dengan lafal, intonasi, dan sikap yang tepat Kegiatan: Menonton video dokter sedang berpresentasi tentang penanggulangan banjir Mencermati bagian penting video tersebut Membaca buku/informasi tentang berpresentasi yang baik dan efektif Tema: Tubuh Manusia dan Kesehatan KD IPA: 6.1 Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pemilihan benda/bahan untuk tujuan tertentu (karet, logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari Kegiatan: Siswa mengidentifikasi pemanfaatan karet, logam, kayu, dan plastik dalam kehidupan sehari-hari Siswa praktik melakukan 3 R (Reuse, Reduce, Recycle) sebagai upaya mengurangi pencemaran lingkungan. Siswa mengkreasi barang bekas menjadi barang yang bermanfaat. KD IPS: 2.2 Mengenal cara-cara menghadapi bencana alam Kegiatan: Mengidentifikasi berbagai macam bencana alam di Indonesia Mengklasifikasi dampak positif dan negatif bencana alam bagi kesehatan Menjelaskan cara menanggulangi berbagai macam bencana alam F. LEMBAR KERJA : tidak ada 72

93 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 73

94 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM 74

95 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM 75

96 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM 76

97 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM 77

98 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM 78

99 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM 79

100 UNIT 3 Mempraktikkan PAKEM 80

101 UNIT 4 RENCANA TINDAK LANJUT PAKEM

102

103 UNIT 4 Rencana Tindak Lanjut A. PENGANTAR UNIT 4 RENCANA TINDAK LANJUT PAKEM Waktu: 1 Jam Keberhasilan suatu pelatihan guru pada hakikatnya ditunjukkan dengan sejauhmana dampak pelatihan tersebut terhadap suasana pembelajaran di kelas. Setinggi apa pun hasil pasca -test peserta dalam suatu pelatihan (bila ada) akan kurang bermakna bila tidak menimbulkan perubahan di kelas/ sekolah. Oleh karena itu, penerapan hasil pelatihan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari perlu dijamin baik oleh guru itu sendiri maupun oleh manajemen sekolah. Salah satu upaya untuk menjamin penerapan tersebut adalah RENCANA TINDAK Rencana tindak lanjut merupakan salah satu upaya menjamin diterapkannya hasil pelatihan. LANJUT dari guru yang bersangkutan dan manajemen sekolah secara keseluruhan. Rencana tindak lanjut merupakan awal komitmen guru dan sekolah dalam menerapkan apa yang diperoleh dalam pelatihan. Rencana tersebut perlu ditulis sehingga memudahkan yang bersangkutan maupun pihak lain untuk melaksanakannya dan memantau ketercapaiannya. Rencana perlu dibuat praktis, dalam jangkauan kemampuan si pembuatnya dan daya dukung sekolahnya. Jumlah kegiatan lebih baik sedikit tetapi dilaksanakan daripada banyak tetapi tidak dilaksanakan. Rencana yang terlalu muluk hanya akan tinggal sebagai rencana, tidak menimbulkan perubahan di sekolah. Akibatnya, pelatihan yang telah dilaksanakan hanya akan merupakan suatu pemborosan dana, tenaga dan waktu. B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu menyusun kegiatan yang akan dilakukan oleh individu peserta (guru) sebagai penerapan dari apa yang diperoleh dari pelatihan. 83

104 UNIT 4 Rencana Tindak Lanjut C. ALAT DAN BAHAN 1. Tayangan unit 2. Format 4.1: Rencana Tindak Lanjut - Individu 3. ATK: kertas plano, spidol, pulpen, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting D. LANGKAH KEGIATAN Pengantar: Menyampaikan tujuan dan butir-butir pendahuluan Berbagi pengalaman: Urun pengalaman tentang perolehan dari pelatihan dan rencana tindakan Menyusun RTL Individu: Menulis rencana individu Tanya jawab tentang PAKEM dan Penguatan pelaksanaannya Pengantar (5 menit) Fasilitator menyampaikan tujuan dari unit ini yakni tindak lanjut dari pelatihan. Peserta diharapkan untuk menyusun kegiatan yang akan dilakukan pada 3 bulan ke depan. 2. Berbagi Pengalaman (10 menit) Fasilitator meminta peserta untuk mengungkapkan pengetahuan atau kemampuan apa saja yang telah diperoleh setelah mengalami pelatihan ini. 84

105 UNIT 4 Rencana Tindak Lanjut Fasilitator meminta peserta untuk mengemukakan rencana apa yang akan dilakukan berkaitan dengan mengajar setelah memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari pelatihan selama beberapa hari ini. 3. Menyusun Rencana Tindak Lanjut - Individu (20 menit) Fasilitator mengajak peserta untuk menyusun rencana tindak lanjut yang terdiri dari 2 fokus topik materi yang mereka telah dapatkan selama pelatihan, misalnya: pengelompokan siswa memberi kesempatan kepada siswa untuk berkreasi memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar a. Individu: Peserta merumuskan kegiatan yang akan ia lakukan sebagai individu guru (Gunakan Format 4.1: Rencana Tindak Lanjut Individu). b. Kelompok berdasarkan kelas atau manajemen: Peserta mengemukakan/ membacakan rencananya dan saling memberikan masukan. Individual: Peserta memperbaiki rencananya setelah mendapat komentar/masukan dari temannya. 4. Penguatan (5 menit) Catatan: Setelah pelatihan PAKEM dan manajemen, sekolah akan mengadakan pertemuan di sekolah masing-masing untuk menggabungkan RTL pembelajaran dari guru dengan RTL manajemen sehingga menghasilkan SATU RTL sekolah yang diketahui oleh semua pihak. RTL sekolah ini merupakan tagihan pertama pada pertemuan KKG/KKKS. Fasilitator memberi penguatan hal-hal berikut: Kepala Sekolah bertanggung jawab untuk menindaklanjuti RTL yang telah disusun oleh guru. Pelatihan tidak akan ada manfaatnya apabila tidak ditindaklanjuti dengan pelaksanaan hasil-hasil pelatihan di sekolah masing-masing. Terapkanlah DI SEKOLAH apa yang telah diperoleh dari pelatihan. Mulailah dari APA YANG SAUDARA MAMPU, bukan dari APA YANG SAUDARA INGINKAN. 85

106 UNIT 4 Rencana Tindak Lanjut 5. Tanya jawab tentang PAKEM dan pelaksanaannya (20 menit) Ini merupakan akhir dari pelatihan PAKEM selama tiga hari. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas tentang PAKEM atau pelaksaannya selama tiga hari ini. Sebaiknya semua fasilitator berkumpul di depan untuk menjawab pertanyaan yang terkait dengan bidang masing-masing. E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA : tidak ada 86

107 UNIT 4 Rencana Tindak Lanjut F. LEMBAR KERJA Format 4.1 Rencana Tindak Lanjut PAKEM Nama : Sekolah:.. No Kegiatan Bulan: Bulan: Bulan:

108 UNIT 4 Rencana Tindak Lanjut G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 88

109 UNIT 4 Rencana Tindak Lanjut 89

110 UNIT 4 Rencana Tindak Lanjut 90

111 UNIT 4 Rencana Tindak Lanjut 91

112 UNIT 4 Rencana Tindak Lanjut 92

113 UNIT 5 PELAKSANAAN KEGIATAN KKG

114

115 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG PELAKSANAAN KEGIATAN KKG Waktu: 3 jam A. PENGANTAR Banyak upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah melalui sistem pembinaan profesional, pembentukan gugus sekolah dan pembinaan profesional di masing-masing sekolah. Pada setiap gugus SD/MI dibentuk Kelompok Kegiatan Kepala Sekolah (KKKS) dan Kelompok Kerja Guru (KKG). Walaupun gugus sekolah sudah dibentuk dan kegiatan kelompok kerja guru melalui KKG telah berjalan, namun pelaksanaan kegiatan ini sering kurang memadai sebagai forum untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Dalam sesi ini peserta diajak memahami dan menggali cara mengelola dan mengaktifkan KKG pada setiap gugus sekolah, menyiapkan program yang terfokus pada peningkatan mutu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan membahas pelaksanaannya. Forum KKG untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah Pada kegiatan ini juga peserta pelatihan akan mengkaji/membahas contoh pemodelan kegiatan KKG yang terfokus pada persiapan dan pelaksanaan mengajar berdasarkan topik atau pokok bahasan yang ada sesuai dengan kurikulum. B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. memahami fungsi dan manfaat KKG dalam pengembangan kemampuan profesional guru 2. menyusun dan melaksanakan program KKG yang sesuai dengan kebutuhan para guru dalam pengembangan kemampuan profesionalnya 95

116 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan unit 2. Hasil Evaluasi Diri Guru saat praktik di sekolah (dari Unit 3) 3. Bahan simulasi pembelajaran sesuai dengan topik/materi yang direncanakan 4. Lembar Kerja Format ATK: kertas plano, spidol D. LANGKAH KEGIATAN Pengantar Persiapan Simulasi Pertemuan KKG Simulasi KKG Refleksi Hasil Simulasi Penyusunan Program Lanjutan KKG Pengantar dari Fasilitator (10 menit) Fasilitator memulai sesi dengan menjelaskan bahwa pada setiap gugus sekolah yang terdiri dari antara 6-10 sekolah telah terbentuk Kelompok Kerja Guru, yaitu KKG, yang belum termanfaatkan dan terberdayakan secara optimal sebagai forum oleh, dari, dan untuk guru. Bahkan masih ada sekolah yang belum memanfaatkannya sama sekali. Sebenarnya kegiatan KKG dapat membantu guru memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran, meningkatkan pemahaman dalam mata pelajaran/bidang studi, saling bertukar gagasan tentang strategi dan teknik mengajar yang efektif dan masalah lain yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pengajaran di dalam kelas. Tujuan sesi ini adalah supaya para peserta mengetahui lebih jelas tentang pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan gugus (KKG) dan dapat melaksanakan kegiatan KKG yang terfokus kepada peningkatan kualitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). 96

117 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG 2. Persiapan Simulasi Pertemuan KKG (40 menit) Peserta dikelompokkan berdasarkan guru kelas per mata pelajaran untuk melaksanakan kegiatan evaluasi diri di pertemuan KKG. Fasilitator mengingatkan kembali praktik PAKEM yang baru saja dialami (Unit 3). Fasilitator menanyakan tentang kesitimewaan dan hal hal yang perlu ditingkatkan untuk menambah keberhasilan mengembangkan PAKEM. Fasilitator membimbing kelompok mengidentifikasi permasalahan yang mereka temukan selama praktik mengajar dan menuliskannya di kertas plano. Kelompok diminta memilih satu permasalahan yang akan dibahas dalam kegiatan simulasi KKG. Permasalahan lainnya dimasukkan ke dalam Format 5.1 dan diurutkan menurut skala prioritas. Catatan: Sebagai suatu model yang dianggap contoh, fasilitator dan peserta harus mempersiapkan bahan/materi, alat peraga yang dibutuhkkan, metode/strategi yang akan digunakan sehingga model pembelajaran tersebut bisa dilaksanakan sebaikbaiknya, dan para peserta memperoleh manfaat optimal atas penampilan model tersebut. Untuk kegiatan simulasi ini, sebaiknya fasilitator menawarkan kepada para peserta untuk menjadi pemandu/fasilitator kegiatan KKG. Apabila di dalam kegiatan dibutuhkan seorang nara sumber, maka salah seorang peserta dapat berperan sebagai nara sumber yang dibutuhkan, misalnya dari salah seorang guru atau pengawas mata pelajaran untuk ikut melakukan kegiatan simulasi pembelajaran. Ini dimaksudkan agar para peserta memiliki gambaran yang lebih nyata tentang forum KKG sehingga pemahaman mereka bisa lebih dalam. 3. Kegiatan Simulasi Pertemuan KKG (80 menit) Tahap ini merupakan kegiatan penyajian simulasi pertemuan KKG yang disesuaikan dengan skenario yang telah disiapkan. Peserta diajak untuk bersungguh-sungguh menjalankan peran yang telah ditetapkan, baik sebagai pemandu pertemuan, nara sumber atau pun peserta forum KKG sehingga kegiatan simulasi mencerminkan pertemuan yang efektif dan dapat dijadikan sebagai contoh. 97

118 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG 4. Diskusi dan Refleksi Hasil KKG (20 menit) Setelah simulasi kegiatan KKG selesai, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan refleksi tentang simulasi dalam kelompok mata pelajaran dulu (5-10 menit), lalu dalam pleno dan selanjutnya dilakukan pengambilan kesimpulan dari keseluruhan isi sesi tentang contoh model simulasi pelaksanaan KKG. Pertanyaan untuk diskusi Hal-hal baru apa yang Bapak/Ibu temukan di dalam kegiatan yang baru saja dilakukan? Bagaimana forum KKG di gugus/daerah Bapak/Ibu dapat dimanfaatkan? Apa yang perlu dilakukan untuk menggiatkan forum KKG di gugus/daerah Anda? 5. Program Lanjutan KKG (30 menit) Program lanjutan ini mengarah pada penyusunan dan pembahasan program KKG tentang rencana kerja, jadwal dan kegiatan lain yang akan dilakukan KKG dalam tiga bulan mendatang. Lalu format masing-masing kelompok dipajangkan dan kelompok mengadakan kunjung karya. Sesi ditutup dengan komentar dan umpan balik atas apa yang diperoleh peserta dari kunjung karya. Contoh Format Rencana Kerja KKG Gugus : Kecamatan: Kelas : Mata Pelajaran: Hari/ Tanggal Jenis/Topik Kegiatan Alat & Bahan Nara Sumber Produk Tempat Penangung Jawab 98

119 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA PETUNJUK OPERASIONAL PELAKSANAAN KKG Pembinaan Profesional Guru melalui Gugus dan Sekolah Semua sekolah, termasuk SD/MI telah dikelompokkan menjadi gugus yang terdiri atas rata-rata 6-10 sekolah. Sistem gugus tersebut dianggap sangat penting dalam pembinaan profesional guru. Biasanya suatu gugus sekolah terdiri atas satu sekolah sebagai Sekolah Inti, dan Sekolah Imbas di sekitarnya. Pada beberapa SD Inti terdapat Pusat Kegiatan Guru (PKG), sebagai tempat pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS). KKG sendiri adalah wadah berkumpulnya para guru dalam satu gugus sekolah untuk memecahkan masalah, menguji coba dan mengembangkan ide-ide baru untuk peningkatan mutu KBM, serta meningkatkan profesionalisme guru. Sedangkan rapat sekolah adalah pertemuan kelompok guru dari satu sekolah, yang secara berkala berkumpul di sekolahnya dipimpin oleh Kepala Sekolah (KS) untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Beberapa sekolah menyebut kegiatan ini dengan nama KKG Tingkat Sekolah. Diharapkan bahwa KKG pada gugus sekolah, sebagai tempat pembinaan profesional guru, dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan semangat untuk maju bersama. Penjelasan di atas sejalan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru Dan Angka Kreditnya. Dalam peraturan tersebut tercantum bahwa sistem pembinaan profesi guru dilakukan melalui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Secara berjenjang PKB dilakukan dari tingkat pusat sampai dengan di tingkat sekolah. Supaya sistem gugus sekolah dapat mencapai tujuannya dengan sebaik-baiknya perlu dipikirkan secara lebih rinci hal-hal berikut: Tujuan yang ingin dicapai dan manfaat-manfaat yang diharapkan Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan gugus, baik orang maupun lembaga Peran masing-masing dalam kegiatan tersebut Jenis kegiatan yang akan dilakukan 99

120 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG Pengelolaan Kegiatan KKG Peserta Tempat Semua guru kelas atau guru mata pelajaran di sekolah binaan Di PKG atau di ruangan kelas di salah satu sekolah dalam gugus Frekuensi Rata-rata 1-2 kali pertemuan setiap bulan Waktu Fasilitator Biasanya setelah jam sekolah, tapi mungkin juga dilakukan selama waktu belajar jika tersedia guru pengganti Guru Pemandu Mata Pelajaran dibantu oleh Pengawas, Kepala Sekolah, Fasilitator Daerah, atau nara sumber lain Fokus pelatihan Peningkatan mutu pembelajaran Penyelenggaraan Kegiatan Dalam kelompok kecil, partisipatif dan praktis. Materi yang dibahas mencakup masalah-masalah yang dihadapi di sekolah Pertemuan KKG biasanya berlangsung sekali hingga dua kali dalam satu bulan pada siang hari setelah selesai jam sekolah, atau mulai pagi pada hari yang telah disepakati bersama sebagai hari pertemuan KKG. Beberapa pola kegiatan telah dilaksanakan di tempat yang berbeda sesuai dengan kondisi setempat. Pertemuan tersebut diorganisasikan dan dipimpin oleh pemandu/ fasilitator yang telah mengikuti pelatihan. Pertemuan sebaiknya lebih menekankan pada unsur praktik dan harus interaktif. Berikut adalah beberapa contoh bentuk kegiatan pertemuan KKG, yaitu: 1. Masing-masing guru kelas bertemu pada hari yang berbeda. Pertemuan berlangsung di PKG atau ruangan lainnya. 100

121 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG 2. Untuk kegiatan KKG, beberapa atau semua kelas bertemu pada hari yang sama. Setelah pertemuan singkat dengan semua kelompok, guru-guru dibagi menjadi kelompok kelas dan melaksanakan kegiatan di ruang yang berbeda. Untuk maksud tersebut dipergunakan beberapa ruang kelas setelah anak- anak selesai belajar. Penggunaan ruang kelas menyajikan latar belakang yang realistik untuk kegiatan yang berjalan. Seringkali guru-guru dari kelas I, II, dan III digabung menjadi satu kelompok karena banyak guru yang merangkap kelas. Alternatif lain sangat dimungkinkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat. Tujuan pertemuan KKG Pertemuan gugus sekolah melalui forum KKG merupakan mekanisme pendukung utama bagi para guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam KBM. Forum tersebut memberikan kesempatan bagi guru untuk: Berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan sesama guru atau kepala sekolah dalam rangka melengkapi dan memperdalam apa yang telah diterima dalam pelatihan di tingkat kabupaten/kecamatan Mengujicobakan suatu gagasan baru tentang teknik mengajar atau alat peraga sebelum dilaksanakan di kelas Mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi di kelas dan menerima saran-saran dari pemandu dan guru-guru lainnya Kegiatan yang dilaksanakan dalam pertemuan KKG Pada umumnya kegiatan KKG membahas masalah-masalah KBM, misalnya: persiapan mengajar, termasuk membuat langkah-langkah kegiatan, membuat dan mengujicobakan alat bantu belajar, serta mengajar sesama guru (peer teaching). Kegiatan KKG hendaknya bervariasi dan diupayakan melibatkan peserta secara aktif. Contoh-contoh kegiatan antara lain : Mengujicobakan kegiatan baru (contohnya, percobaan IPA atau permainan bahasa) Membuat dan mencobakan alat bantu mengajar Mengajar sesama guru (peer teaching) diikuti dengan diskusi Menyaksikan tayangan video tentang guru yang sedang mengajar dan memberi umpan balik konstruktif Mengunjungi sekolah-sekolah dengan tujuan tertentu dan membahas hasil kunjungan 101

122 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG Mengevaluasi hasil pekerjaan siswa Mengkaji buku teks dan mendiskusikan cara penggunaannya Mencoba teknik baru Memecahkan masalah yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan dampak pembelajaran Dalam pertemuan tersebut juga harus ada kesempatan bagi para peserta untuk menyampaikan masalah-masalah yang relevan untuk didiskusikan dalam kelompok. Dalam kegiatan KKG ini selain pemandu mata pelajaran, fasilitator daerah ataupun guru dapat berperan sebagai fasilitator untuk suatu kegiatan tertentu. Hendaknya forum KKG ini dilihat sebagai forum di mana semua peserta berbagi pengalaman dan belajar bersama-sama. Namun demikian untuk gugus yang belum begitu aktif, mungkin diperlukan beberapa pendorong yang dapat menggiatkan forum KKG sebelum peserta merasa nyaman dengan lingkungan yang baru ini. Pengawas hendaknya hadir setidaknya satu kali sebulan dalam pertemuan mingguan. Hal tersebut dimaksudkan agar pengawas bisa melihat langsung kegiatan nyata apa yang sedang dilaksanakan pada KKG dan ia dapat memberikan bantuan dan saran-saran yang bermanfaat bagi para peserta. Guru Pemandu Mata Pelajaran (untuk SD/MI) Untuk menunjang kemajuan pelaksanaan KBM perlu ada guru di masing-masing gugus yang mempunyai keahlian melatih dan membantu rekan-rekan guru lainnya. Untuk hal ini, sistem guru pemandu mata pelajaran telah dikembangkan. Pemandu mata pelajaran adalaguru di masing-masing gugus yang telah dilatih dalam kegiatan belajar mengajar, mahir dalam pengelolaan pengajaran, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat disebarkan ke rekan-rekan guru lain di gugusnya. Penyebaran tersebut dapat berlangsung melalui kegiatan KKG maupun kegiatan langsung di sekolah dan kelas. Biasanya, di masing-masing gugus dipilih seorang pemandu yang bertanggung jawab untuk setiap mata pelajaran. Untuk tingkat sekolah dasar, masing-masing gugus dianjurkan untuk memilih guru pemandu khusus untuk kelas awal karena pada umumnya pemandu yang telah terpilih berasal dari kelas tinggi (IV, V, atau VI) yang pola pengajarannya berbeda dengan kelas awal yang tematik. Pemandu dapat dipilih dari guru dengan kriteria sbb: 102

123 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG Pemandu harus memiliki pengalaman mengajar minimal 3 tahun Memiliki kemampuan dan dedikasi yang tinggi serta berhasil sebagai guru Mampu mempelajari dan menerapkan pendekatan dan metodologi baru Mampu melatih guru lain, serta mengkomunikasikan gagasan, dan temuan-temuan baru kepada Kepala Sekolah dan Pengawas. Untuk melaksanakan tugasnya, pemandu hendaknya: dilatih sebagai ahli dalam salah satu mata pelajaran mengetahui kebutuhan rekan-rekan guru bersama rekan-rekan guru, kepala sekolah, dan pengawas merencanakan program KKG mendorong guru lain untuk mengambil peran yang lebih aktif, misalnya sebagai Guru Hendaknya guru tidak hanya ikut hadir dalam kegiatan KKG, tetapi aktif terlibat dalam kegiatan tersebut, misalnya: mengemukakan pendapat tentang suatu masalah, mengemukakan ide pembuatan alat bantu belajar, dan aktif dalam uji coba atau simulasi kegiatan belajar mengajar. Dia juga harus menerapkan hasil KKG di sekolahnya dan memberi umpan balik terhadap keberhasilan penerapan di sekolah. Tugas guru antara lain adalah: memberi masukan untuk perencanaan kegiatan KKG menghadiri kegiatan KKG menfasilitasi kegiatan tertentu menyumbangkan pikiran dan pemecahan masalah yang diangkat di KKG konsisten dalam menerapkan hasil-hasil KKG di kelas/sekolah masing-masing memberikan umpan balik kepada guru pemandu mata pelajaran dan kepala sekolah atau pengawas TK/SD tentang penerapan hasil KKG dan penataran Peran Kepala Sekolah Kepala sekolah seharusnya sangat tahu tentang kebutuhan sekolahnya dan sebaiknya ikut aktif terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan gugus. Kepala sekolah yang sering ikut serta dan menunjukkan minat terhadap kegiatan KKG akan lebih memberi semangat kepada gurunya. Dia juga hendaknya membantu dan memonitor guru dalam penerapan hasil kegiatan KKG di kelas. Tugasnya antara lain adalah: melaksanakan konsultasi dengan guru pemandu mata pelajaran mengenai pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya sebagai masukan untuk perencanaan kegiatan gugus 103

124 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan KKG dan KKKS memonitor pelaksanaan tindak lanjut kegiatan KKG di sekolah yang dipimpinnya memberikan umpan balik tentang penerapan hasil penataran guru. Peran Pengawas Pengawas dapat mengunjungi semua sekolah di satu gugus secara teratur untuk mengetahui keadaan dan kebutuhan setiap sekolah dan guru. Oleh karena itu, pengawas berperan sebagai pembantu dalam penyusunan dan pelaksanaan program gugus dan memberi semangat kepada guru untuk ikut serta dalam kegiatan gugus serta menerapkan hasil kegiatan gugus di kelasnya masing-masing. Tugas pengawas antara lain adalah: memonitor kegiatan masing-masing sekolah dan kelas membantu para pemandu dalam perencanaan dan persiapan kegiatan KKG sesuai kebutuhan guru menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan KKG dan KKKS memonitor pelaksanaan tindak lanjut dan dampak hasil KKG dan penataran di sekolah-sekolah membantu guru dalam masalah kegiatan belajar mengajar memberikan umpan balik kepada guru dan kepala sekolah tentang hasil supervisi dan mendorong mereka untuk meningkatkan kinerja Pertemuan KKKS Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) yang terdiri atas kepala-kepala sekolah dari semua sekolah dalam satu gugus mengadakan pertemuan setiap bulan untuk mengkaji kegiatan gugus dan memberikan masukan serta rekomendasi untuk KKG dan kegiatan gugus lainnya. Pertemuan tersebut harus dihadiri oleh pengawas dan bertujuan antara lain untuk menunjang kegiatan KKG. Peran Fasilitator Kabupaten Untuk membantu guru meningkatkan kemampuan profesionalnya, telah direkrut fasilitator daerah dan propinsi (LPMP). Mereka adalah para guru, kepala sekolah, pengawas, ataupun staf lain yang dianggap berpotensi dalam mengembangkan konsep pembelajaran seperti PAKEM, MBS dan PSM. Salah satu tugasnya adalah membantu guru dalam mengajar di kelas masing-masing, ataupun membantu menjadi nara sumber dalam kegiatan KKG. 104

125 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG Bagaimana cara melaksanakan kegiatan KKG Berikut adalah saran tentang mekanisme pelaksanaan pertemuan KKG, dengan pertimbangan tujuan pertemuan adalah untuk meningkatkan mutu kegiatan mengajar: Sebelum setiap pertemuan para peserta akan memilih satu topik dari GBPP (Garisgaris Besar Program Pengajaran) untuk dikembangkan. Topik tersebut dapat diterapkan pada minggu berikutnya di kelas masing-masing peserta. Dalam pertemuan KKG, para peserta akan menyiapkan dan mengujicobakan skenario pembelajaran dan media yang dibutuhkan untuk topik yang dipilih. Pada pertemuan berikutnya para peserta akan membahas penerapan hasil KKG. Contoh kegiatan KKG pada Pertemuan Awal 10 menit 1. PENGANTAR DARI FASILITATOR 80 menit 2. PERSIAPAN DAN SIMULASI PERTEMUAN KKG 20 menit 3. DISKUSI DAN REFLEKSI HASIL KKG 30 menit 4. PROGRAM LANJUTAN KKG - Penjelasan tentang kondisi saat ini dan kondisi yang ingin dicapai, dan tentang pengelolaan KKG - Persiapan simulasi mencakup perencanaan skenario bersama, pembuatan alat peraga, dan sebagainya (40 ) - Pelaksanaan Simulasi (40 ) - Pembahasan kelebihan dan kekurangan - Diskusi dan saran perbaikan - Perkiraan kesulitan yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan di kelas dan cara mengatasinya - Penyusunan jadwal - Perencanaan topik yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya - Pembahasan rencana kerja Catatan a. Sebaiknya suasana pertemuan KKG informal dan tidak seremonial. b. Kalau kepala sekolah atau pengawas hadir, sebaiknya mereka ikut aktif terlibat dalam kegiatan KKG sebagai peserta. c. Dalam ujicoba dan simulasi mengajar, para peserta KKG harus mencoba sendiri semua kegiatan siswa, termasuk kerja praktik, menulis hasil karya, dsb. d. Pemandu harus memperhatikan waktu supaya semua kegiatan dapat dilaksanakan. e. Pemandu harus berperan sebagai fasilitator dan mendorong para peserta untuk mengungkapkan dan mengembangkan ide-idenya sendiri. 105

126 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG f. Hasil KKG harus diterapkan di kelas masing-masing peserta dan dilaporkan pada pertemuan berikutnya. g. Sebaiknya beberapa hasil karya anak dibawa ke KKG untuk didiskusikan dan dibandingkan. Tahapan kegiatan di atas hanya sekedar contoh dan bisa diubah sesuai kebutuhan. 106

127 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG F. LEMBAR KERJA Format 4.1: Rencana Kerja KKG Tanggal/ Hari Jenis/Topik kegiatan Alat & Bahan Nara Sumber Produk Tempat Penanggung Jawab 107

128 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 108

129 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG 109

130 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG 110

131 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG 111

132 UNIT 5 Pelaksanaan Kegiatan KKG 112

133 UNIT 6 PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM)

134

135 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) UNIT 6 PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) Waktu: 2 Jam A. PENGANTAR Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Pembelajaran ibarat jantung dari proses pendidikan. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula, demikian pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. PAKEM membutuhkan media dan sumber belajar yang efektif. Peran Serta Masyarakat dapat diarahkan untu.k membantu pengadaan alat dan bahan untuk PAKEM Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Hal ini sejalan dengan amanat Permendiknas No 41 Tahun 2007: Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Penyajian Unit PAKEM dalam pelatihan MBS bagi sekolah dan segenap pemangku kepentingan sekolah dimaksudkan untuk: 1. memberikan gambaran tentang apa, mengapa, dan bagaimana pelaksanaan PAKEM kepada peserta pelatihan terutama Kepala Sekolah dan Komite Sekolah 115

136 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) 2. mendorong semua pemangku kepentingan sekolah untuk memberikan dukungan terhadap pelaksanaan PAKEM di sekolah 3. meningkatkan manajemen sekolah yang mengutamakan perbaikan proses belajar mengajar B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. mengenali karakteristik utama PAKEM 2. memahami pentingnya PAKEM bagi peningkatan kualitas siswa 3. meningkatkan peran serta semua pemangku kepentingan sekolah untuk mendukung PAKEM C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan Unit 6 2. Video tentang PAKEM 3. Alternatif video: Skenario pemodelan PAKEM (dan bahan yang dibutuhkan: botol aqua kosong dan pensil sejumlah kelompok, benang bangunan atau benang lain) 4. Lembar Kerja Format ATK: spidol (besar dan kecil), kertas manila atau kertas plano, kertas putih 116

137 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) D. LANGKAH KEGIATAN Pengantar singkat Penayangan video PAKEM Berbagi pengalaman PAKEM dari peserta guru Diskusi peran pemangku kepentingan dalam PAKEM Penguatan PAKEM Pengantar (15 menit) Fasilitator memberikan pengantar singkat tentang rencana kegiatan dan kompetensi yang diharapkan setelah mengikuti kegiatan. Fasilitator menanyakan pada peserta apa yang mereka ketahui tentang PAKEM. Setiap peserta diminta menuliskan jawabannya pada selembar kertas tanpa berdiskusi. Kemudian, fasilitator mengumpulkan jawaban peserta untuk dipajangkan. 2. Penayangan Video Pembelajaran (15 menit) Fasilitator memberi informasi kepada peserta bahwa mereka akan melihat tayangan pembelajaran. Peserta diharapkan dapat membedakan antara pengalaman pembelajaran yang mengandung unsur-unsur PAKEM dengan yang tanpa PAKEM. Peserta diharapkan mengamati dengan kritis proses pembelajaran yang berlangsung dalam tayangan. 3. Berbagi Pengalaman PAKEM dari Peserta Guru (35 menit) Untuk memperkaya perspektif dan pemahaman tentang PAKEM, Fasilitator meminta 2 peserta guru untuk berbagi pengalaman mereka dalam melaksanakan pembelajaran (PAKEM). Peserta dapat berbicara tentang hal berikut: perbedaan pembelajaran PAKEM dengan pendekatan lama, reaksi siswa terhadap pelaksanaan PAKEM, tantangan serta dukungan yang diharapkan dari pihak manajemen sekolah agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Guru (nara sumber) dapat juga memperlihatkan karya siswa yang dihasilkan dari kelas atau alat peraga 117

138 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) yang digunakan. Waktu untuk masing-masing guru adalah 10 menit dan 5 menit untuk tanya jawab. Catatan: Sebelumnya, fasilitator perlu mengidentifikasi 2 peserta guru yang akan diminta untuk berbagi pengalaman PAKEM. Guru dapat membawa hasil karya siswa untuk diperlihatkan, demikian juga dengan alat peraga yang murah dan menarik. 4. Penguatan (15 menit) a. Fasilitator menanyakan kepada peserta: Hal penting apa yang ditemui dari PAKEM? b. Tantangan apa yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaannya? Fasilitator menanggapi komentar dan jawaban peserta serta memberi penegasan bahwa PAKEM memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecapakan akademis, sosial dan emosional. 5. Diskusi Peran Pengawas, Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah, Masyarakat, dan Orangtua dalam PAKEM (40 menit) Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa pada bagian ini peserta akan mendiskusikan peran Pengawas, Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah, masyarakat, dan orangtua siswa dalam penerapan PAKEM di sekolah. Peserta dikelompokkan menurut kelompok sekolah. Setiap sekolah merumuskan bentukbentuk peran Pengawas, Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah, dan orangtua serta masyarakat untuk meningkatkan PAKEM di sekolah masing-masing. Hasil diskusi dapat dituliskan dalam lembar kerja Format 6.1. Format 6.1: Peran Pemangku Kepentingan Sekolah dalam PAKEM Peran pemangku kepentingan sekolah dalam menunjang PAKEM Pengawas Membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memberikan motivasi dan penguatan 118

139 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Peran pemangku kepentingan sekolah dalam menunjang PAKEM Kepala Sekolah Membantu guru dengan memberikan ide-ide pembelajaran dan mendorong guru melakukan inovasi dalam pembelajaran Guru Melaksanakan dan mencoba ide atau strategi pembelajaran yang mendorong siswa berpikir aktif, kreatif dan kritis Komite Sekolah Memberikan tenaga, waktu, dan pemikiran dalam mendukung pelaksanan PAKEM di sekolah Masyarakat Menjadi narasumber Orangtua Menjadi mitra anak belajar di rumah Hasil diskusi kemudian dipresentasikan oleh beberapa kelompok dan kelompok lain memberikan tambahan. Hasil diskusi setelah dipresentasikan dipajangkan. Semua peserta ditugaskan untuk melihat hasil diskusi semua kelompok. Peserta diharapkan untuk memberikan saran dan masukan terhadap hasil kerja kelompok. 119

140 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA APA ITU PAKEM? PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktikkan konsep yang dipelajari, dan berkreasi. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya; bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Suatu konsep (misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan, dan kebersihan) yang dijelaskan melalui ceramah sebenarnya sangat sulit dipahami siswa karena konsep tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang abstrak sulit dipahami karena tingkat berfikir anak-anak yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk nyata. Jika dalam mengajar guru menggunakan media seperti gambar, film, peragaan, dan sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata) dan lebih mudah dipahami anak. Namun, yang paling bisa membuat konsep menjadi kongkrit adalah ketika anak terlibat dalam pengalaman langsung dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman tersebut suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak menemukan sendiri makna dari penjumlahan setelah mereka terlibat dalam kegiatan jumlah menjumlah menggunakan benda nyata (kacang merah, batu-batuan, atau penjepit kertas misalnya). Contoh lain, siswa memahami konsep demokrasi setelah mereka terlibat aktif dalam penerapan prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah dalam kegiatan pemilihan ketua kelas yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman nyata dan proses penerapan tersebut memberikan cara bagi mereka untuk membangun pemahaman sendiri secara aktif tentang konsep penjumlahan dan demokrasi. Di bawah ini adalah bagan dari Edgar Dale (1946) yang menunjukkan macam media atau kegiatan yang bisa dipakai untuk mengajarkan suatu konsep dan hubungannya dengan tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan. Pembelajaran yang bergantung hanya pada verbal saja (ceramah, membaca) mengandung tingkat keabstrakan paling tinggi dan pengalaman langsung yang membuat siswa aktif menemukan dan menerapkan suatu konsep memiliki tingkat kekongkritan yang paling tinggi. 120

141 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Pesan dari bagan Edgar Dale tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang bijak dari Timur, sebagai berikut: Yang saya dengar, saya lupa Yang saya lihat, saya ingat Yang saya kerjakan, saya pahami Melv in L. Silberman penulis 101 Cara Belajar Aktif mendukung juga keaktifan siswa untuk memberikan hasil belajar yang maksimal dengan mengatakan: Yang saya dengar, saya lupa Yang saya dengar dan lihat, saya ingat Yang saya dengar, lihat, tanyakan, atau diskusikan, saya mulai pahami Yang saya dengar, lihat, dan diskusikan, serta lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai 121

142 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang bisa mengoptimalkan potensi diri siswa. Karena dalam PAKEM siswa banyak bekerja dan berbuat maka terdapat banyak kesempatan bagi siswa untuk menghasilkan produk belajar. Produk itu bisa berupa karya seni, jalan keluar terhadap suatu permasalahan, grafik, diagram, tabel, puisi, karangan, pantun, lagu, tarian, model tiga dimensi, dan lain - lain. Dengan demikian, daya imajinasi dan daya cipta/kreasi siswa bisa berkembang dengan optimal. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif. Proses pembelajaran yang efektif menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut: Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat belajar siswa dan membantu siswa membangun pengetahuan dan pemahaman. Cara-cara tersebut diantaranya adalah menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan pojok baca. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. 122

143 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada penceramah, artinya guru mendesain kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selama kegiatan pembelajaran, guru tidak lagi hanya berdiri di depan kelas tetapi berkeliling memantau kegiatan siswa dan membantu siswa dalam proses belajar. APA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PAKEM? 1. Memahami sifat dasar anak Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan suka berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur bagi rasa ingin tahu dan imajinasi tersebut. 2. Mengenal perbedaan setiap anak Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif, dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Karena itu semua anak dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan bisa berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya ketika dia mendapat kesulitan sehingga anak tersebut bisa belajar secara optimal 3. Memahami anak sebagai makhluk sosial Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami cenderung melibatkan anak lain dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. 123

144 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah sehingga pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata Apa yang terjadi jika lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata Apa, berapa, kapan, yang umumnya tertutup (jawaban yang betul hanya satu). 5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan Ruang kelas yang menyenangkan merupakan unsur tak terpisahkan dari PAKEM. Dalam kelas yang menerapkan PAKEM, anak-anak banyak belajar melalui bekerja dan berbuat sehingga banyak menghasilkan produk. Hasil pekerjaan siswa tersebut sebaiknya dipajangkan untuk membuat kelas menjadi hidup dan menarik. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan bisa memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Guru perlu memastikan bahwa setiap siswa mempunyai karyanya yang dipajangkan. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis (membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. 124

145 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) 7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru yang berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka (nilai). 8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut. Banyak siswa merasa takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menciptakan suasana kelas di mana guru tidak marah kepada siswa dan siswa tidak menertawakan siswa lain jika mereka memberi jawaban yang tidak benar. Siswa harus didorong untuk mencoba, karena berbuat kesalahan adalah bagian penting dari belajar. Guru juga tidak menyepelekan siswa. Pada dasarnya guru harus berusaha menghilangkan penyebab rasa takut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM? Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh KBM dan kegiatan guru. 125

146 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Kegiatan Guru 1. Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan dan berpikir aktif dalam pembelajaran. 2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. 3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. 4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. 5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. 6. Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. Kegiatan Belajar Mengajar Guru melaksanakan berbagai KBM seperti: Percobaan Diskusi kelompok Memecahkan masalah Mencari informasi Menulis laporan/cerita/puisi Berkunjung keluar kelas Bermain peran Sesuai matapelajaran, guru dapat menggunakan: Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar Studi kasus Narasumber Lingkungan Siswa: Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah atau mencari rumus sendiri Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Melalui: Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari 7. Guru menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik 126

147 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) PERAN KOMITE SEKOLAH, ORANGTUA, DAN MASYARAKAT Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/ U/2002 Komite Sekolah berperan sebagai: 1. Pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. 2. Pendukung (baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga) dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 3. Pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. 4. Mediator antara sekolah dengan pemerintah dan masyarakat di satuan pendidikan. Peran tersebut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk fungsi nyata dalam penyelenggaraan persekolahan terutama dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Fungsi nyata Komite Sekolah dalam pengembangan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Membantu sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20/2003 Pasal 36 Ayat 2). 2. Mendorong tumbuhnya perhatian dan dukungan masyarakat terhadap penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. 3. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/ dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. 4. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pembelajaran. 5. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. 6. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Dukungan bagi pelaksanaan PAKEM tidak hanya datang dari Komite Sekolah saja tetapi juga dari masyarakat dan orangtua siswa. Pasal 9 UU Sisdiknas No. 20/2003 menyatakan bahwa masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan gedung, ruang kelas, pagar, dan sebagainya. Masyarakat juga sebetulnya dapat terlibat dalam bidang Teknis Edukatif, seperti dalam proses belajar mengajar, menyediakan diri menjadi tenaga pengajar, membicarakan pelaksanaan kurikulum, memantau kemajuan belajar, dan sebagainya. 127

148 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Orangtua juga harus berperan serta dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan PAKEM orangtua dapat berperan: 1. Menjadi mitra anak dalam belajar di rumah. 2. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan PAKEM. 3. Menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi pengembangan kreativitas anak, misalnya dengan banyak memberikan pertanyaan, mengecek hasil karya anak, dan mendorong kreativitas anak. 128

149 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) F. LEMBAR KERJA Format 6.1: Peran Pemangku Kepentingan dalam PAKEM Peran pemangku kepentingan sekolah dalam menunjang PAKEM Pengawas Membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memberikan motivasi dan penguatan. Kepala Sekolah Membantu guru dengan memberikan ide-ide pembelajaran dan mendorong guru melakukan inovasi dalam pembelajaran Guru Komite Sekolah Masyarakat Orangtua Menjadi mitra anak belajar di rumah 129

150 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 130

151 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) 131

152 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) 132

153 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) 133

154 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) 134

155 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) H. BAHAN TAMBAHAN UNTUK FASILITATOR SKENARIO PEMODELAN Pelajaran : IPS Kelas/Semester : III / 1 Waktu : 2 x 35 Standar kompetensi: Memahami lingkungan dan melaksanakan kerja sama di sekitar rumah dan sekolah. Kompetensi Dasar: Melakukan kerja sama di lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/desa. Indikator: Siswa dapat menjelaskan sikap-sikap kerja sama yang baik. Siswa dapat menunjukkan perilaku kerja sama dalam kegiatan kerjasama di kelas. Sumber: Buku Paket IPS Terpadu untuk Sekolah Dasar kelas III Bab Kerja Sama. Alat dan Bahan: 1. Pensil, sejumlah kelompok. 2. Botol air (plastik), sejumlah kelompok. 3. Benang bangunan (jika ada, atau benang lain). 135

156 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Tahap-tahap kegiatan Kegiatan Persiapan Siapkan pensil dan botol aqua sebanyak jumlah kelompok Ikatlah tiap pensil dengan 5 helai benang sepanjang 1 meter Ikatkan ujung tiap benang pada pensil dan usahakan sisa benang masih cukup panjang Kegiatan awal Dengan dibimbing guru, kelas berdiskusi tentang bentuk kerja sama di sekolah yang selama ini mereka lakukan (seperti membersihkan kelas, merapikan peralatan belajar, dll) Guru menulis jawaban siswa di papan tulis Kemudian guru memberitahukan pada siswa bahwa pada hari ini mereka akan diberi tugas yang membutuhkan kerja sama dalam penyelesaiannya Waktu Sebelum kegiatan 10 menit Sumber / Alat/Bahan pensil, benang, botol aqua Kegiatan Inti Pertama Bagilah siswa (peserta) ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4 5 orang. Setiap kelompok memilih seorang ketua Guru membagikan botol dan pensil yang telah diikat benang pada masing-masing kelompok Mintalah tiap anggota kelompok memegang benang, menariknya sehingga benang menegang. Kemudian mintalah kelompok untuk mencoba memasukkan pensil ke dalam botol secepat mungkin. Ketua kelompok mengarahkan anggotanya untuk bekerjasama Kelompok yang berhasil memasukkan pensil harus segera meneriakkan bersama-sama SELESAI. Yang belum selesai harus tetap berusaha memasukkan pensil ke dalam botol. 20 menit pensil, benang, botol aqua Kedua Setelah kelompok berhasil memasukkan pensil mintalah kelompok berdiskusi tentang proses kerja sama dalam kelompoknya serta mengapa kelompok mereka berhasil atau tidak berhasil. Hasil diskusi dituliskan pada kertas plano. Guru memberikan pertanyaan pembimbing sebagai berikut: a. Apa tujuan kelompok kalian melakukan kegiatan tadi? b. Bagaimana kalau ada anggota yang memiliki tujuan yang berbeda? c. Bagaimanakah sikap tiap anggota ketika bekerja sama supaya pensil cepat masuk? d. Strategi apa yang digunakan untuk mencapai tujuan? 30 menit 136

157 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) Ketiga Hasil diskusi dipresentasikan untuk menghasilkan kesimpulan bersama kelas tentang apa saja yang harus dilakukan supaya kerja sama bisa berlangsung dengan baik Keempat Setiap siswa diminta untuk menuliskan hal-hal penting apa yang telah mereka pelajari dari kegiatan tadi, bagaimana perasaan mereka ketika melakukan kegiatan tadi, dan sikapsikap apa yang dapat mereka gunakan apabila mereka bekerjasama dengan teman Kegiatan akhir Penerapan: Guru meminta kelompok memikirkan masalahmasalah di kelas dan di sekolah yang mungkin sedang dihadapi bersama-sama, misalnya: di dalam kelas tidak ada bacaan, di dalam kelas kotor, kelas yang selalu gaduh dsb. Guru menyatakan bahwa minggu depan mereka akan berdiskusi tentang masalah- masalah tersebut dan mencari jalan keluar bersama Guru meminta siswa untuk membaca buku paket Bab Kerja sama di rumah sebagai bahan diskusi dalam pertemuan berikutnya 10 menit Asesmen Produk (tulisan anak tentang sikap-sikap dalam bekerjasama) Pengamatan terhadap perilaku anak pada saat melakukan kerja sama di kelas. 137

158 UNIT 6 Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) 138

159 UNIT 7 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

160 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah 140

161 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah UNIT 7 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Waktu: 3 Jam A. PENGANTAR Pasal 51 UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan konsep pengelolaan sekolah yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di era desentralisasi pendidikan. Pada pembahasan tentang MBS ini, fasilitator mendorong peserta untuk menggali dan menemukan pengertian dan ciri-ciri Pertemuan rutin kepala sekolah, guru, dan komite sekolah di SDN Maron Wetan 1 dalam membahas program sekolah. MBS melalui diskusi, pameran, observasi materi audio visual, dan memformulasikan simpulan tentang MBS dari serangkaian kegiatan di atas. Setelah memahami keunggulan MBS diharapkan sekolah menerapkan MBS. B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. mengidentifikasi ciri-ciri sekolah yang berhasil menerapkan MBS 2. mengidentifikasi ciri-ciri manajemen berbasis sekolah 3. meningkatkan pemahaman tentang peran kepala sekolah, guru, dan komite sekolah dalam penerapan MBS 141

162 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan unit 2. Video Unit 7: MBS (12 menit) 3. Bahan cetak tentang Manajemen Berbasis Sekolah dalam Gambar 4. Bahan cetak (potongan) tentang pola lama dan baru dalam pelaksanaan MBS 5. ATK: kertas plano dan spidol berbagai warna D. LANGKAH KEGIATAN Pengantar Singkat Fasilitator tentang MBS Diskusi Kelompok tentang MBS Melengkapi Pemahaman MBS Penguatan Peran Unsur-Unsur Sekolah dalam MBS Berbagi Hasil Pengantar (10 menit) Fasilitator menyampaikan pengantar tentang aktivitas yang akan dilakukan dan memberikan sedikit penjelasan tentang MBS. Fasilitator juga menjelaskan dasar hukum penerapan MBS, yaitu UU No 20/2003 Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 Pasal 51 dan PP Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2. Diskusi kelompok tentang MBS (60 menit) Fasilitator membagi peserta ke dalam kelompok yang terdiri atas 5-10 orang yang bervariasi profesi dan asal sekolah. Tugas 1 (10 menit): Peserta, sesuai peran mereka mendiskusikan apa yang dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah dan memberi contoh-contoh 142

163 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah pengalaman kegiatan MBS di sekolah. Hasil diskusi ditulis pada kertas plano. Tugas 2 (20 menit): Fasilitator meminta beberapa kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok secara pleno dan meminta kelompok lain untuk menanggapi atau memberi masukan. Tugas 3 (30 menit): Fasilitator membagikan potongan kertas yang bertuliskan kegiatan kegiatan atau pendekatan pola manajemen lama dan baru kepada setiap kelompok. Peserta diminta untuk mengelompokkan potongan kertas tersebut berdasarkan pola manajemen lama dan baru/mbs. Pengelompokkan dilakukan di atas kertas plano yang dibagi menjadi dua (seperti contoh di bawah). Fasilitator memberi penjelasan tentang pergeseran pola. Peserta diminta untuk memberikan tanda (*) di sebelah kanan setiap potongan kertas yang menunjukkan kegiatan/pendekatan yang dilakukan selama ini di sekolah. Pola lama Pola Baru 143

164 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah PERGESERAN POLA MANAJEMEN Pola Lama Berubah ke Pola MBS Sentralistik (Semua hal ditentukan di pusat) Desentralisasi (Daerah diberi wewenang untuk beberapa hal) Subordinasi (Pihak yang lebih rendah, seperti kabupaten, sekolah, guru, hanya mengikuti perintah dari atas) Pengambilan keputusan terpusat (Keputusan diambil oleh pimpinan, seperti Bupati, kepala sekolah) Pendekatan birokratik (Peran utama Kepala Sekolah dan guru, yang pada umumnya adalah PNS adalah sebagai perpanjangan tangan pemerintah ; tanggungjawab utama mereka cenderung pada pemenuhan fungsi administratif) Pengorganisasian yang hirarkis (Pengambilan keputusan top-down (dari atas ke bawah). Guru cenderung pasif dan hanya mengikuti perintah dan menjalankan keputusan) Mengarahkan (Pimpinan memerintah atau memberi arahan kepada bawahannya) Dikontrol dan diatur (Patuh dan menuruti perintah dari atas) Informasi ada pada yang berwenang (Kita tak memiliki informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan) Menghindari risiko (Tidak suka berubah karena takut salah) Menggunakan dana sesuai anggaran sampai habis (Proses penganggaran didasarkan pada uang yang tersedia: RAPBS) Otonomi (Pihak yang lebih rendah, seperti sekolah dan guru, mempunyai kewenangan untuk memutuskan sesuai tupoksinya) Pengambilan keputusan partisipatif (Keputusan dilakukan berdasarkan hasil konsultasi semua pemangku kepentingan di dalam institusi) Pendekatan profesional (Kepala Sekolah dan Guru adalah orang-orang professional; tugas utama mereka adalah meningkatkan mutu pendidikan, dengan demikian mereka juga bertanggungjawab kepada siswa dan orang tua siswa) Pengorganisasian yang setara (Pengambilan keputusan partisipatif. Guru dan pemangku kepentingan. Komite Sekolah adalah bagian dari tim) Memfasilitasi (Pimpinan membantu timnya untuk mewujudkan tujuan bersama) Motivasi diri dan saling mempengaruhi (Berbagi, saling membelajarkan, berinisiatif) Informasi terbagi (Informasi yang dibutuhkan terbuka dan ada pada semua pihak) Mengelola risiko (Percaya diri untuk mencoba pendekatan baru dan siap mencari cara untuk menghadapi masalah yang timbul) Menggunakan dana sesuai kebutuhan dan seefisien mungkin (Penganggaran didasarkan pada apa yang perlu dilakukan oleh sekolah untuk memperbaiki proses belajar mengajar: RKAS) Sebagai penguatan, Fasilitator dapat mengacu pada informasi tentang MBS di bagian bacaan E dan menayangkan Pergeseran Pola Manajemen dalam MBS seperti yang terdapat pada tabel di atas. 144

165 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah 3. Melengkapi Pemahaman tentang MBS (40 menit) Fasilitator menugaskan kepada peserta pelatihan untuk melengkapi pemahamannya tentang MBS dengan menyaksikan tayangan atau membaca bahan cetakan yang berkaitan erat dengan MBS. Peserta melihat tayangan atau membaca bahan cetakan yang digunakan untuk melengkapi pemahaman tentang MBS seperti yang telah diperoleh dari kunjung karya. Peserta menuliskan hasil pengamatan terhadap ciri-ciri MBS pada selembar kertas. Peserta melakukan refleksi hasil pengamatan tentang MBS dan melakukan evaluasi diri dengan mempelajari ciri-ciri manakah yang sudah dilaksanakan di sekolah dan ciriciri manakah yang belum dilaksanakan di sekolah. Setiap peserta menuliskan hasil pengamatannya terkait manajemen sekolah, pembelajaran, dan peran serta masyarakat. Fasilitator mengajak peserta untuk berbagi hasil di kelompoknya. 4. Berbagi Hasil (20 menit) Fasilitator menempelkan satu set (3 lembar) kertas plano di dinding. Kertas pertama bertuliskan MANAJEMEN, kedua bertuliskan PEMBELAJARAN, dan ketiga PSM. Setiap kelompok diminta untuk memilih butir-butir yang dianggap paling menarik untuk diketahui bersama dan menuliskannya pada masing masing topik pada kertas plano yang telah ditempel tersebut. Fasilitator memilih satu topik yang dianggap cukup menarik untuk dibahas bersama. 5. Diskusi kelompok tentang peran Pengawas, Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah (45 menit) Peserta dikelompokkan berdasarkan kelompok Kepala Sekolah, Pengawas, Komite Sekolah, dan Guru untuk mendiskusikan peran mereka dalam pelaksanaan MBS dan harapan terhadap dukungan dari masing-masing unsur (terhadap peran mereka) agar pelaksanaan MBS dapat berjalan dengan baik. Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi pada kertas plano yang disediakan. Fasilitator meminta setiap kelompok menempelkan kertas plano di dinding. Dengan dipimpin fasilitator, setiap kelompok melakukan kunjung karya. 145

166 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah 6. Penguatan (5 menit) Fasilitator memberikan penguatan tentang MBS: Keberhasilan MBS membutuhkan keterlibatan aktif dari seluruh pihak sekolah: Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, orang tua, Pengawas, dan masyarakat. Transparansi dan akuntabilitas merupakan kunci keberhasilan manajemen sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan. Kepemimpinan Kepala Sekolah menentukan keberhasilan MBS. Program MBS berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran. 146

167 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA 1. Pengantar Usaha peningkatan mutu pendidikan di tingkat pendidikan dasar telah banyak dilakukan, tetapi hasilnya belum begitu menggembirakan. Berbagai studi dan pengamatan langsung di lapangan menunjukkan bahwa paling sedikit ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. a. Pertama, kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang berorientasi pada keluaran atau hasil pendidikan terlalu memusatkan pada masukan dan kurang memperhatikan proses pendidikan. b. Kedua, penyelengaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik. Hal ini menyebabkan tingginya ketergantungan kepada keputusan birokrasi dan seringkali kebijakan pusat terlalu umum dan kurang menyentuh atau kurang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah setempat. Di samping itu segala sesuatu yang terlalu diatur menyebabkan penyelenggara sekolah kehilangan kemandirian, insiatif, dan kreativitas. Hal tersebut menyebabkan usaha dan daya untuk mengembangkan atau meningkatkan mutu layanan dan keluaran pendidikan menjadi kurang termotivasi. c. Ketiga, peran serta masyarakat terutama orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini hanya terbatas pada dukungan dana. Padahal peran serta mereka sangat penting di dalam proses pendidikan antara lain dalam pengambilan keputusan, pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas. Atas dasar pertimbangan tersebut, perlu dilakukan orientasi kembali tentang penyelenggaraan pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). 2. Faktor Pendorong Perlunya Desentralisasi Pendidikan Saat ini sedang berlangsung perubahan paradigma manajemen pemerintahan 1. Beberapa perubahan tersebut antara lain: a. Dari orientasi manajemen yang diatur oleh negara ke orientasi pasar. Aspirasi masyarakat menjadi pertimbangan pertama dalam mengolah dan menetapkan kebijaksanaan untuk mengatasi persoalan yang timbul. b. Dari orientasi manajemen pemerintahan yang otoritarian ke demokrasi. Pendekatan kekuasaan bergeser ke sistem yang mengutamakan peranan rakyat. 1 Miftah Thoha. Desentralisasi Pendidikan, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 017, Tahun Ke-5, Juni

168 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah Kedaulatan rakyat menjadi pertimbangan utama dalam tatanan yang demokratis. c. Dari sentralisasi kekuasaan ke desentralisasi kewenangan. Kekuasaan tidak lagi terpusat di satu tangan melainkan dibagi ke beberapa pusat kekuasaan secara seimbang. d. Sistem pemerintahan yang jelas batas dan aturannya seakan-akan menjadi negara yang sudah tidak jelas lagi batasnya akibat pengaruh dari tata-aturan global. Keadaan ini membawa akibat tata-aturan yang hanya menekankan tata-aturan nasional saja dan kurang menguntungkan dalam percaturan global. Fenomena ini berpengaruh terhadap dunia pendidikan sehingga desentralisasi pendidikan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Tentu saja desentralisasi pendidikan bukan berkonotasi negatif, yaitu untuk mengurangi wewenang atau intervensi pejabat atau unit pusat melainkan lebih berwawasan keunggulan. Kebijakan umum yang ditetapkan oleh pusat sering tidak efektif karena kurang mempertimbangkan keragaman dan kekhasan daerah. Di samping itu membawa dampak ketergantungan sistem pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat (lokal), menghambat kreativitas, dan menciptakan budaya menunggu petunjuk dari atas. Dengan demikian desentralisasi pendidikan bertujuan untuk memberdayakan unit bawah dan atau masyarakat dalam menangani persoalan pendidikan di lapangan. Banyak persoalan pendidikan yang sepatutnya bisa diputuskan dan dilaksanakan oleh unit tataran di bawah atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan apa yang terjadi di banyak negara lain. Faktor-faktor pendorong penerapan desentralisasi 2 terinci sebagai berikut: Tuntutan orangtua, kelompok masyarakat, para legislator, pebisnis, dan perhimpunan guru untuk turut serta mengontrol sekolah dan menilai kualitas pendidikan. Anggapan bahwa struktur pendidikan yang terpusat tidak dapat bekerja dengan baik dalam meningkatkan partisipasi siswa bersekolah. Ketidakmampuan birokrasi yang ada untuk merespon secara efektif kebutuhan sekolah setempat dan masyarakat yang beragam. Penampilan kinerja sekolah dinilai tidak masyarakat. memenuhi tuntutan baru dari Tumbuhnya persaingan dalam memperoleh bantuan dan pendanaan. Desentralisasi pendidikan mencakup tiga hal, yaitu: 2 NCREL, 1995, Decentralization: Why, How, and Toward What Ends? NCREL s Policy Briefs, report 1, 1993 dalam Nuril Huda Desentralisasi Pendidikan: Pelaksanaan dan Permasalahannya, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 017, Tahun Ke-5, Juni

169 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah a. Manajemen berbasis lokasi b. Pendelegasian wewenang c. Inovasi kurikulum Pada dasarnya manajemen berbasis lokasi dilaksanakan dengan meletakkan semua urusan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Pengurangan administrasi pusat adalah konsekuensi dari yang pertama dengan diikuti pendelegasian wewenang dan urusan pada sekolah. Inovasi kurikulum menekankan pada pembaharuan kurikulum sebesar-besarnya untuk meningkatkan kualitas dan persamaan hak bagi semua peserta didik. Kurikulum disesuaikan benar dengan kebutuhan peserta didik di daerah dan sekolah. Hal ini sesuai dengan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 ayat 2 yang menyatakan bahwa Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Propinsi untuk pendidikan menengah. Keputusan Mendiknas Nomor 22/2006 tentang Standar Isi dan Keputusan Mendiknas Nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan menjadi dasar pengembangan kurikulum sekolah yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pengembangan kurikulum, daerah diberi keleluasaan untuk mengembangkan silabus yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan daerah. Pada umumnya program pendidikan yang tercermin dalam silabus sangat erat kaitannya dengan program-program pembangunan daerah. Sebagai contoh, suatu daerah yang menetapkan untuk mengembangkan ekonomi daerahnya melalui bidang pertanian, implikasinya silabus IPA akan diperkaya dengan materimateri biologi pertanian dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pertanian. Manajemen berbasis lokasi yang merujuk ke sekolah, akan meningkatkan otonomi sekolah dan memberikan kesempatan kepada tenaga sekolah, orang tua, siswa, dan anggota masyarakat dalam pembuatan keputusan. Berdasarkan hasil-hasil kajian yang dilakukan di Amerika Serikat, Site Based Management merupakan strategi penting untuk meningkatkan kualitas pembuatan keputusan-keputusan pendidikan dalam anggaran, personalia, kurikulum, dan penilaian. Studi yang dilakukan di El Savador, Meksiko, Nepal, dan Pakistan menunjukkan pemberian otonomi pada sekolah telah meningkatkan motivasi dan kehadiran guru. Tetapi desentralisasi pengelolaan guru tidak secara otomatis meningkatkan efesiensi operasional. Jika pengelola di tingkat daerah tidak 149

170 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah memberikan dukungannya, pengelolaan semakin tidak efektif. Oleh karena itu, beberapa negara telah kembali ke sistem sentralisasi dalam hal pengelolaan ketenagaan, misalnya Kolombia, Meksiko, Nigeria, dan Zimbabwe 3. Misi desentralisasi pendidikan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, meningkatkan pendayagunaan potensi daerah, terciptanya infrastruktur kelembagaan yang menunjang terselenggaranya sistem pendidikan yang relevan dengan tuntutan jaman, antara lain terserapnya konsep globalisasi, humanisasi, dan demokrasi dalam pendidikan. Penerapan demokratisasi dilakukan dengan mengikutsertakan unsur-unsur pemerintah setempat, masyarakat, dan orang tua dalam hubungan kemitraan dan menumbuhkan dukungan positif bagi pendidikan. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan lingkungan. Hal ini tercermin dengan adanya kurikulum lokal. Kurikulum juga harus mengembangkan kebudayaan daerah dalam rangka mengembangkan kebudayaan nasional. Proses belajar mengajar menekankan terjadinya proses pembelajaran yang menumbuhkan kesadaran lingkungan yaitu memanfaatkan lingkungan baik fisik maupun sosial sebagai media dan sumber belajar, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan alat pemersatu bangsa Konsep Dasar MBS Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 4. Karakteristik MBS Apabila manajemen berbasis lokasi lebih difokuskan pada tingkat sekolah, maka MBS akan menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada. Ciri-ciri MBS bisa dilihat dari sudut sejauh mana sekolah tersebut dapat mengoptimalkan kinerja 3 Gaynor, Cathy (1998) Decentralization of Education: Teacher Management. Washington, DC, World Bank dalam Nuril Huda Desentralisasi Pendidikan: Pelaksanaan dan Permasalahannya, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 017, Tahun Ke-5, Juni Donoseputro, M (1997) Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam Upaya Pencapaian Tujuan Pendidikan: Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Alat Pemersatu Bangsa, Suara Guru 4:

171 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah organisasi sekolah, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), proses belajarmengajar dan sumber daya sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut: Ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS Organisasi Sekolah Proses Belajar Mengajar Sumber Daya Manusia Sumber Daya dan Administrasi Menyediakan manajemen/ organisasi/ kepemimpinan transformasional * dalam mencapai tujuan sekolah Meningkatkan kualitas belajar siswa Memberdayakan staf dan menempatkan personel yang dapat melayani keperluan siswa Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan sumber daya tsb. sesuai dengan kebutuhan Menyusun rencana sekolah dan merumuskan kebijakan untuk sekolahnya sendiri Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat Memiliki staf dengan wawasan MBS Mengelola dana sekolah secara efektif dan efisien Mengelola kegiatan operasional sekolah Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif Menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi pada semua staf Menyediakan dukungan administratif Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat Menyediakan program pengembangan yang diperlukan siswa Menjamin kesejahteraan staf dan siswa Mengelola dan memelihara gedung dan sarana Menggerakkan partisipasi masyarakat Berperan serta dalam memotivasi siswa Menyelenggarakan forum /diskusi untuk membahas kemajuan kinerja sekolah Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah Dikutip dari Focus on School: The Future Organization of Education Service for Student, Department of Education, Queensland, Australia*) 151

172 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah Pada dasarnya kepemimpinan transformasional mempunyai tiga komponen yang harus dimilikinya, yaitu: a. Memiliki karisma yang didalamnya termuat perasaan cinta antara Kepala Sekolah (KS) dan staf secara timbal-balik sehingga memberikan rasa aman, percaya diri, dan saling percaya dalam bekerja. b. Memiliki kepekaan individual yang memberikan perhatian kepada setiap staf berdasarkan minat dan kemampuan staf untuk pengembangan profesionalnya. c. Memiliki kemampuan dalam memberikan simulasi intelektual kepada staf. Kepala sekolah mampu mempengaruhi staf untuk berfikir dan mengembangkan atau mencari berbagai alternatif baru. Secara ringkas perubahan pola manajemen pendidikan lama (konvensional) ke pola baru (MBS) dapat digambarkan sebagai berikut: PERGESERAN POLA MANAJEMEN Pola Lama Berubah ke Pola MBS Sentralistik (semua ditentukan oleh pusat) Subordinasi Pengambilan keputusan terpusat Pendekatan birokratif Pengorganisasian yang hirarkis Mengarahkan Dikontrol dan diatur Informasi ada pada yang berwenang Menghindari risiko Menggunakan dana sesuai anggaran sampai habis Desentralisasi (Sebagian kewenangan diberikan ke daerah) Otonomi Pengambilan keputusan partisipatif Pendekatan profesional Pengorganisasian yang setara Memfasilitasi Motivasi diri dan saling mempengaruhi Informasi terbagi Mengelola risiko Menggunakan dana sesuai kebutuhan dan seefisien mungkin 152

173 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah MBS yang akan dikembangkan merupakan bentuk alternatif pengelolaan sekolah dalam program desentralisasi bidang pendidikan, yang ditandai dengan adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat yang tinggi namun masih dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. MBS harus menghasilkan peningkatan proses belajar mengajar sehingga hasil belajar pun meningkat. Sekolah yang menerapkan prinsip-prinsip MBS adalah sekolah yang harus lebih bertanggung jawab, kreatif dalam bertindak, dan mempunyai wewenang serta dapat dituntut pertanggungjawabannya (seperti berikut) oleh pemangku kepentingan: a. Menyusun dan melaksanakan program sekolah yang mengutamakan kepentingan proses belajar mengajar (pelaksanaan kurikulum), bukan kepentingan administratif saja b. Menerapkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya sekolah (anggaran, personil, dan fasilitas) c. Mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kondisi lingkungan sekolah walau berbeda dari pola umum atau kebiasaan d. Menjamin terpeliharanya fasilitas dan sumber daya yang ada di sekolah dan bertanggung jawab kepada masyarakat e. Meningkatkan profesionalisme personil sekolah f. Meningkatnya kemandirian sekolah di segala bidang g. Adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah (misal: Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, tokoh masyarakat, dll) h. Adanya keterbukaan dalam pengelolaan anggaran pendidikan sekolah Diharapkan dengan menerapkan manajemen pola MBS, sekolah lebih berdaya dalam beberapa hal berikut: a. Menyadari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi sekolah tersebut b. Mengetahui sumberdaya yang dimiliki dan masukan pendidikan yang akan dikembangkan c. Mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk kemajuan lembaganya d. Bertanggungjawab terhadap orang tua, masyarakat, lembaga terkait, dan pemerintah dalam penyelenggaraan sekolah e. Persaingan sehat dengan sekolah lain dalam usaha-usaha kreatif-inovatif untuk meningkatkan layanan dan mutu pendidikan 153

174 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah f. Meningkatkan peran serta Komite Sekolah, masyarakat, dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk mendukung kinerja sekolah. Sekolah yang baik mempunyai karakteristik berikut: Pelibatan seluruh komponen sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Komsek, Pengawas) Peran Kepala Sekolah sangat menentukan Program sekolah berfokus pada peningkatan proses belajar mengajar untuk mencapai mutu lulusan Transparansi dan akuntabilitas adalah kunci keberhasilan manajemen sekolah dalam peningkatan mutu pembelajaran 5. Peran Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah dalam Penerapan MBS Kepala Sekolah adalah aktor kunci dalam penerapan MBS. Perannya sangat menentukan dalam berhasil tidaknya penerapan MBS, sebab Kepala Sekolah adalah pihak yang memimpin pelaksanaan program sekolah. Namun demikian, guru dan komite sekolah juga memiliki peran yang sentral supaya sekolah berhasil menerapkan MBS. Faktor yang paling berperan dalam keberhasilan penerapan MBS adalah kerja sama antara ketiga pihak tersebut. TUPOKSI KEPALA SEKOLAH (SD/MI) Konsepnya adalah EMASLIM (Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, Motivator) A. Sebagai Edukator 1. membimbing guru 2. membimbing karyawan 3. membimbing siswa 4. membimbing staf B. Sebagai Manager 1. menyusun program 2. menyusun personal dalam organisasi sekolah 3. menggerakkan staf, guru, dan karyawan 4. mengoptimalkan sumber daya sekolah 154

175 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah C. Sebagai Administrator 1. mengelola administrasi KBM dan Bimbingan dan Konseling (BK) 2. mengelola administrasi kesiswaan 3. mengelola administrasi ketenagaan 4. mengelola administrasi keuangan 5. mengelola administrasi sarana prasarana D. Sebagai Supervisor 1. menyusun program supervisi 2. melaksanakan program supervisi 3. menggunakan hasil supervisi E. Sebagai Leader 1. memiliki kepribadian yang kuat 2. memahami kondisi anak buah yang baik 3. memiliki Visi dan memahami Misi sekolah 4. memiliki kemampuan mengambil keputusan 5. memiliki kemampuan berkomunikasi F. Sebagai Inovator 1. memiliki kemampuan mencari dan menemukan gagasan baru untuk pembaharuan sekolah 2. memiliki kemampuan melakukan pembaharuan di sekolah G. Sebagai Motivator 1. memiliki kemampuan mengatur lingkungan kerja (Fisik) 2. memiliki kemampuan mengatur suasana kerja (Non-fisik) 3. memiliki kemampuan menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman TUPOKSI GURU A. Membuat perencanaan: 1. Membuat program tahunan, semester 2. Membuat pemetaan materi 3. Menyusun silabus, RPP 4. Membuat program penilaian beserta instrumennya 5. Membuat program bimbingan 6. Menentukan KKM mata pelajaran 155

176 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah B. Melaksanakan KBM: 1. Melaksanakan pembelajaran berdasar RPP dengan pendekatan PAKEM 2. Mengelola kelas berdasar aktivitas belajar 3. Memberikan tugas pengembangan hasil belajar 4. Mengatur ruang belajar yang menyenangkan C. Melaksanakan bimbingan: 1. Memberikan bimbingan dalam proses belajar 2. Memberikan bimbingan permasalahan siswa 3. Melakukan pendampingan sesama guru D. Melakukan penilaian: 1. Melakukan penilaian dalam proses belajar 2. Melakukan penilaian portofolio, proyek, tes beserta instrumennya 3. Memberikan latihan uji kompetensi E. Melakukan analisis: 1. Menganalisis hasil penilaian 2. Menentukan kelompok siswa yang perlu remedial dan pengayaan berdasar KKM indikator dan KD F. Melakukan remedial dan pengayaan: 1. Membuat soal-soal remedi dan pengayaan 2. Melakukan remedi dan pengayaan berdasarkan hasil analisis kelompok siswa. PERAN DAN FUNGSI KOMITE SEKOLAH A. Komite Sekolah berperan sebagai: 1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan 2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan 3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan 4. Mediator antara sekolah dengan pemerintah (mediating agency) dan masyarakat di satuan pendidikan 156

177 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah B. Komite Sekolah berfungsi sebagai berikut: 1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu 2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu 3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat 4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: a. kebijakan dan program pendidikan b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS) c. kriteria kinerja satuan pendidikan d. kriteria tenaga kependidikan e. kriteria fasilitas pendidikan dan f. hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan 5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan 6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan 7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan 157

178 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM GAMBAR MENGAPA MBS? Tujuan utama Manjemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah peningkatan mutu pendidikan. Dengan adanya MBS sekolah dan masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah dari atas. Mereka dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai dengan keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri. APA ITU MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)? Dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) alokasi dana kepada sekolah menjadi lebih besar dan sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan sekolah sendiri. Sekolah lebih bertanggung jawab terhadap perawatan, kebersihan, dan penggunaan fasilitas sekolah, termasuk pengadaan buku dan bahan belajar. Hal tersebut pada akhirnya akan meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas. Sekolah membuat perencanaan sendiri dan mengambil inisiatif sendiri untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan melibatkan masyarakat sekitarnya dalam proses tersebut. Kepala sekolah dan guru dapat bekerja lebih profesional dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak di sekolahnya. MBS merupakan salah satu komponen sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran seperti yang terlihat dalam diagram di bawah ini. Komponen yang lain adalah Peran Serta Masyarakat dan peningkatan mutu kegiatan belajar dan mengajar melalui PAKEM di SD/MI dan Pembelajaran Kontekstual di SMP/MTs. 158

179 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah KONDISI SAAT INI MANAJEMEN SEKOLAH Manajemen sekolah cenderung pasif dan belum melibatkan semua pihak terkait termasuk masyarakat. Keuangan sekolah sering kurang transparan. PERAN SERTA MASYARAKAT Peran Serta Masyakat terbatas, sebagian besar pada pengumpulan dana untuk sekolah. Belum terlibat dalam manajemen sekolah maupun menunjang kegiatan belajar mengajar secara langsung. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Lebih-kurang 60% waktu anak dihabiskan untuk mendengarkan guru atau menonton anak lain mengerjakan tugas di papan tulis jarang ada kerja praktik Perpustakaan teratur dengan baik tetapi jarang dimanfaatkan siswa, bahkan ada buku yang dikunci di lemari Pengaturan meja dan kursi selalu tradisional c Anak lebih banyak menyalin tulisan dari papan tulis dan menjawab pertanyaan yang ditulis guru atau dari buku paket belum ada pertanyaan yang mengungkapkan pikiran siswa dengan kata-kata Manajemen Berbasis Sekolah akan Menghasilkan 159

180 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah KONDISI SESUDAH PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Perpustakaan dimanfaatkan siswa dengan baik, Rencana Pengembangan Sekolah dibuat bersamasama oleh sekolah dan masyarakat, dipajangkan secara terbuka, dilaksanakan, dievaluasi, dan diperbarui setiap tahun Menggunakan beragam media sebagai sumber belajar siswa di sekolah Siswa berpartisipasi aktif guru membimbing dan mendampingi siswa dalam pembelajaran Adanya toilet tersendiri bagi perempuan dan laki-laki. PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT Peningkatan peran serta masyarakat dalam hal; meningkatkan kondisi lingkungan sekolah, mendukung pembelajaran anak Orangtua membantu di kelas 160

181 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah PEMBELAJARAN YANG MENGAKTIFKAN PIKIRAN SISWA Adanya tugas-tugas yang lebih praktis (seperti dalam IPA), termasuk tugas yang memanfaatkan lingkungan sosial dan alam Anak menggunakan lebih banyak alat bantu belajar Hasil kerja anak ditulis dengan kata-kata mereka sendiri (ini adalah hasil karya anak kelas 1) Guru menunjukkan fleksibilitas dalam pengelolaan Sudut-sudut baca/perpustakaan sekolah dibuat dan dimanfaatkan Guru menunjukkan fleksibilitas dalam pengelolaan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Hasil kerja anak dipajangkan di kelas 161

182 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah F. LEMBAR KERJA Sentralistik (Semua hal ditentukan di pusat) Desentralisasi (Daerah diberi wewenang untuk beberapa hal) Subordinasi (Pihak yang lebih rendah, seperti kabupaten, sekolah, guru, hanya mengikuti perintah dari atas) Otonomi (Pihak yang lebih rendah, seperti sekolah dan guru, mempunyai kewenangan untuk memutuskan sesuai tupoksinya) Pengambilan keputusan terpusat (Keputusan diambil oleh pimpinan, seperti Bupati, kepala sekolah) Pengambilan keputusan partisipatif (Keputusan dilakukan berdasarkan hasil konsultasi semua pemangku kepentingan di dalam institusi) Pendekatan birokratik (Peran utama Kepala Sekolah dan guru, yang pada umumnya adalah PNS adalah sebagai perpanjangan tangan pemerintah ; tanggungjawab utama mereka cenderung pada pemenuhan fungsi administratif) Pendekatan profesional (Kepala Sekolah dan Guru adalah orang-orang professional; tugas utama mereka adalah meningkatkan mutu pendidikan, dengan demikian mereka juga bertanggungjawab kepada siswa dan orangtua siswa) Pengorganisasian yang hirarkis (Pengambilan keputusan top-down (dari atas ke bawah). Guru cenderung pasif dan hanya mengikuti perintah dan menjalankan keputusan) Pengorganisasian yang setara (Pengambilan keputusan partisipatif. Guru dan pemangku kepentingan (komite sekolah) adalah bagian dari tim) Mengarahkan (Pimpinan memerintah atau memberi arahan kepada bawahannya) Memfasilitasi (Pimpinan membantu timnya untuk mewujudkan tujuan bersama) Dikontrol dan diatur (Patuh dan menuruti perintah dari atas) Motivasi diri dan saling mempengaruhi (Berbagi, saling membelajarkan, berinisiatif) Informasi ada pada yang berwenang (Kita tak memiliki informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan) Informasi terbagi (Informasi yang dibutuhkan terbuka dan ada pada semua pihak) Menghindari risiko (Tidak suka berubah karena takut salah) Menggunakan dana sesuai anggaran sampai habis (Proses penganggaran didasarkan pada uang yang tersedia: RAPBS) Mengelola risiko (Percaya diri untuk mencoba pendekatan baru dan siap mencari cara untuk menghadapi masalah yang timbul) Menggunakan dana sesuai kebutuhan dan seefisien mungkin (Penganggaran didasarkan pada apa yang perlu dilakukan oleh sekolah untuk memperbaiki proses belajar mengajar: RKAS) 162

183 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 163

184 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah 164

185 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah 165

186 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah 166

187 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah 167

188 UNIT 7 Manajemen Berbasis Sekolah 168

189 UNIT 8A MANFAAT, JENIS-JENIS, DAN CARA MENDORONG PSM

190

191 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM UNIT 8A MANFAAT, JENIS-JENIS, DAN CARA MENDORONG PSM Waktu: 1 Jam 45 Menit A. PENGANTAR Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan berhasil dengan maksimal. UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 54 Ayat 1 menyatakan bahwa Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Ayat 2 menyatakan bahwa Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Pertemuan Paguyuban Kelas dengan Komite SDN Maron Wetan 1 untuk mendengarkan berbagai masukan dari orangtua siswa. Sekarang hampir semua sekolah telah mempunyai komite sekolah yang merupakan wakil masyarakat dalam membantu sekolah. Hal itu karena masyarakat dari berbagai lapisan sosial ekonomi sudah sadar betapa pentingnya dukungan mereka untuk keberhasilan pembelajaran di sekolah. Sebetulnya banyak sekali jenis-jenis dukungan masyarakat pada sekolah. Namun sampai sekarang dukungan tersebut lebih banyak pada bidang fisik dan materi, seperti: membantu pembangunan gedung, merehabilitasi sekolah, memperbaiki genting, dsb. Masyarakat juga dapat membantu dalam bidang teknis edukatif, seperti: menjadi guru bantu, guru pengganti, mengajarkan kesenian, keterampilan, atau agama. Tetapi amat disayangkan bahwa hal tersebut belum banyak dilakukan. Pada dasarnya masyarakat, baik kaya atau miskin, berpotensi membantu sekolah yang memberikan pembelajaran pada anak-anak mereka. Tetapi hal ini bergantung pada bagaimana cara sekolah mendekati masyarakat tersebut. Sekolah harus mengetahui cara mendorong peran serta masyarakat (PSM) agar masyarakat mau membantu sekolah. Sesi ini akan membicarakan ketiga aspek penting tersebut pentingnya PSM, jenis-jenis PSM, dan cara mendorong PSM dalam mendukung sekolah. 171

192 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. mengidentifikasi manfaat peran serta masyarakat dalam membantu bidang pendidikan 2. menginventarisasi berbagai jenis peran serta masyarakat 3. mengidentifikasi beberapa cara mendorong peran serta masyarakat C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan unit 2. Tayangan nara sumber (disiapkan sehari sebelumnya bersama fasilitator) tentang peran serta masyarakat dan pihak-pihak yang terkait 3. Tayangan (video atau foto) tentang jenis-jenis kegiatan dari masyarakat, dan cara mendorong peran serta masyarakat 4. Lembar Kerja Format 8.1 dan ATK: kertas plano dan spidol berbagai warna PERSIAPAN Sebelum pelatihan fasilitator menghubungi calon nara sumber dan menginformasikan tujuan lokakarya, jumlah peserta yang akan hadir, dan latar belakang peserta. Fasilitator dan calon nara sumber mendiskusikan hal-hal pokok yang akan disajikan atau dibahas dalam lokakarya, misalnya: Kiat-kiat bekerja sama dengan masyarakat dalam memajukan pendidikan Jenis-jenis PSM Kiat-kiat mendorong peran serta masyarakat Nara sumber dapat berasal dari tokoh masyarakat yang banyak membantu sekolah, tetapi jika tidak ada dapat menghadirkan kepala sekolah yang sekolahnya maju karena PSM. Fasilitator dapat membantu nara sumber membuat tayangan yang menarik dan jelas. 172

193 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM D. LANGKAH KEGIATAN Pengantar Presentasi Nara Sumber Diskusi kelompok tentang: Pentingnya PSM Unsur masyarakat dan jenis bantuan Cara mendorong PSM Penutup Presentasi dan Diskusi Pleno hasil kelompok Pengantar (10 menit) Fasilitator menanyakan apa yang diketahui peserta tentang PSM. Setiap gagasan yang muncul ditulis di papan tulis. Setelah tanggapan peserta dianggap cukup (sekitar 5-6 gagasan atau lebih), fasilitator mempertegas pengertian PSM. 2. Presentasi Narasumber dan Tayangan Video (35 menit) Fasilitator menyampaikan bahwa dalam sesi ini akan ada tayangan dari nara sumber. Fasilitator memandu proses penyajian nara sumber dan dilanjutkan dengan diskusi atau tanya jawab. Presentasi tayangan dari nara sumber perlu disiapkan oleh fasilitator sehari sebelum presentasi. Presentasi nara sumber sebaiknya dilengkapi dengan foto-foto. Nara sumber menyampaikan peran PSM di sekolah. Nara sumber sebaiknya berasal dari masyarakat, misalnya orang tua siswa, tokoh masyarakat, atau tokoh agama. Jika tidak ada, dapat diganti dengan kepala sekolah yang sekolahnya telah maju karena peran serta masyarakat. 173

194 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM Peserta menyimak paparan nara sumber, membuat catatan hal-hal yang penting, dan mencatat pertanyaan terhadap hal-hal yang kurang dipahami. Selain nara sumber, untuk memberikan gambaran yang lebih luas tentang jenis kegiatan PSM, fasilitator dapat menayangkan video atau foto contoh-contoh kegiatan peran serta masyarakat di sekolah yang telah dilakukan. Catatan: Untuk pelatihan kabupaten/kota nara sumber dapat berasal dari kabupaten/kota lain atau dari kabupaten/kota sendiri. 3. Diskusi kelompok (30 menit) Setelah mendapat kejelasan pengertian tentang PSM dan belajar mengenai PSM dari nara sumber, peserta diminta membentuk kelompok-kelompok (setiap kelompok terdiri dari 5-10 anggota yang berasal dari berbagai unsur). Topik yang didiskusikan oleh setiap kelompok adalah: (1) Pentingnya PSM (ditulis di kertas plano), (2) Unsur masyarakat mana yang potensial dapat membantu dan apa jenis bantuannya (mengisi Format 8.1) serta (3) Bagaimana menggerakkan masyarakat agar mau membantu (mengisi Format 8.2). Format 8.1: Peran Serta Instansi dan Pihak-pihak yang Terkait Unsur Masyarakat Jenis-jenis Peran Serta Ketenagaan Pemikiran Keahlian Barang Dana Lain-lain 1. Orangtua siswa Membantu guru Pengembangan sekolah Narasumber, Pelatih, dsb Koran bekas, Bambu, dsb. Seba gai sumber belajar 2. Paguyuban kelas 3. Karang Taruna 4. Tokoh Masyarakat 5. Tokoh Agama 6. Anggota PKK 7. Organisasi Profesi 8. Kelompok 9. Kesenian 10. Masyarakat Bisnis 11. Desa 12. Dll 174

195 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM Format 8.2: Cara Menggerakkan/Mendorong PSM Cara Mendorong Kekuatan Kelemahan 1. Orangtua/perwakilan kelas dilibatkan dalam pertemuan rutin 2. Komite Sekolah mengikuti MUSRENBANG Desa Peserta menentukan cara mendorong PSM mana yang dipilih setelah mempertimbangkan kekuatan dan kelemahannya. Catatan: Diskusi kelompok dilaksanakan secara bebas. Fasilitator harus berkeliling untuk melihat perkembangan diskusi, memberikan saran jika diminta, dan mengarahkan kembali diskusi jika sudah terlalu jauh menyimpang. Fasilitator hendaknya TIDAK mendominasi pembicaraan, memaksakan, dan mengemukakan gagasannya, serta tidak meremehkan gagasan peserta. 4. Diskusi Pleno (25 menit) Setelah diskusi kelompok selesai, diadakan diskusi pleno yang membahas dua topik yang ditugaskan. Fasilitator meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi. Pada akhir kegiatan, fasilitator menegaskan hasil-hasil diskusi pleno, kemudian meminta semua hasil kelompok dipajangkan dan meminta kelompok lain saling melihat. 5. Penutup (5 menit) Fasilitator memberi penegasan bahwa PSM memberi manfaat terhadap peningkatan kualitas pendidikan sekolah. Meningkatnya kepedulian dan partisipasi terhadap pengembangan sekolah akan semakin meningkatkan rasa memiliki. 175

196 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA Butir-Butir Penting tentang Perlunya Peran Serta Masyarakat (PSM) 1. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama keluarga, masyarakat, dan Negara. 2. Keluarga bertanggung jawab untuk mendidik moralitas/agama, menyekolahkan anaknya serta membiayai keperluan pendidikan anaknya. 3. Anak berada di sekolah antara 6-9 jam saja, selebihnya berada di luar sekolah (rumah dan lingkungannya). Dengan demikian, tugas keluarga amat penting untuk menjaga dan mendidik anak. 4. Anak perempuan perlu mendapat kesempatan belajar yang sama dengan anak laki-laki. 5. Masyarakat berhak dan berkewajiban untuk mendapatkan dan mendukung pendidikan yang baik. 6. Pemerintah berkewajiban membuat gedung sekolah, menyediakan tenaga/ guru, melakukan standarisasi kurikulum, menjamin kualitas buku paket, alat peraga, dan sebagainya. Karena kemampuan pemerintah terbatas, maka peran serta masyarakat akan sangat diperlukan. 7. Kemampuan pemerintah terbatas sehingga mungkin tidak mampu untuk mengetahui secara rinci nuansa perbedaan pada masyarakat yang berpengaruh pada bidang pendidikan. Jadi masyarakat berkewajiban membantu penyelenggaraan pendidikan karena tahu apa yang dibutuhkan masyarakat setempat. 8. Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan gedung, ruang kelas, pagar, dan sebagainya. 9. Sekolah bertanggung jawab kepada pemerintah dan juga kepada masyarakat sekitarnya. 10. Bantuan teknis edukatif juga sangat mungkin diberikan, seperti: menyediakan diri menjadi tenaga pengajar, membantu anak berkesulitan membaca, menentukan dan memilih guru baru yang mempunyai kualifikasi, serta membicarakan pelaksanaan kurikulum dan kemajuan belajar. 11. Dalam konsep MBS, peran serta masyarakat memang amat luas, tapi karena berbagai sebab, pelaksanaannya masih terbatas pada hal-hal berikut: 176

197 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM a. Keterlibatan masyarakat (orang tua siswa, anggota Komite Sekolah, Tokoh Masyarakat, dsb) hanya dalam bentuk dukungan dana atau sumbangan non-dana berupa waktu, tenaga, dan material. b. Saat ini, PSM sudah dapat dianggap baik jika dapat masuk dalam bidang pengelolaan sekolah, misalnya: ikut merencanakan kegiatan sekolah dan kemungkinan pendanaannya. Masyarakat membantu memperbaiki gedung sekolah. c. Masyarakat juga dimungkinkan ikut memikirkan penambahan guru yang tidak ada atau kurang, dan bahkan menjadi guru pengganti, misalnya guru Agama, Kesenian, dan Pramuka sampai pada mengganti guru mata pelajaran lainnya. Berdasarkan hal tersebut, Komite Sekolah dan Tokoh Masyarakat benarbenar merupakan mitra sejajar Kepala Sekolah dan para guru. Sayang hal tersebut belum menjadi bagian di sekolah- sekolah kita. Jenis-jenis PSM Ada bermacam-macam tingkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan. Peran serta tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 7 tingkatan, yang dimulai dari tingkat terendah ke tingkat yang lebih tinggi. Tingkatan tersebut terinci sebagai berikut: 1. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Jenis PSM ini adalah jenis yang paling umum. Masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah dengan memasukkan anak ke sekolah. 2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Pada PSM jenis ini, masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, dan/ atau waktu dan tenaga. 3. Peran serta secara pasif. Artinya, menyetujui dan menerima apa yang diputuskan oleh pihak sekolah (komite sekolah), misalnya komite sekolah memutuskan agar orangtua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan orangtua menerima keputusan tersebut dengan mematuhinya. 177

198 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM 4. Peran serta melalui konsultasi. Orangtua datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya. 5. Peran serta dalam pelayanan. Orangtua/masyarakat terlibat dalam kegiatan sekolah, misalnya orangtua ikut membantu sekolah ketika ada studi tur, kegiatan pramuka, kegiatan keagamaan, dsb. 6. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan yang didelegasikan/ dilimpahkan. Misalnya, sekolah meminta orang tua/masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, masalah gender, gizi, dsb. Dapat juga berpartisipasi dalam mencatat anak usia sekolah di lingkungannya agar sekolah siap menampungnya, menjadi nara sumber, guru bantu, dsb. 7. Peran serta dalam pengambilan keputusan. Orang tua/masyarakat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan (baik akademis maupun non akademis) dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam rencana pengembangan sekolah. Dalam hal ini, peran serta masyarakat melalui Komite Sekolah termasuk dalam hal pengawasan pengelolaan keuangan sekolah. Pada pelatihan ini, ditekankan agar sekolah meningkatkan PSM sampai pada tingkat yang tertinggi (Tingkat ke-7), yaitu terlibat dalam pembahasan dan pengambilan keputusan dalam pengembangan sekolah. Meningkatnya kepedulian dan partisipasi terhadap pengembangan sekolah akan semakin meningkatkan rasa memiliki. Selain itu, hubungan antara sekolah dan masyarakat semakin dekat dan sekolah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat. 178

199 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM F. LEMBAR KERJA Format 8.1: Peran Serta Instansi dan Pihak-pihak yang Terkait Unsur Masyarakat 1. Orangtua siswa Jenis-jenis Peran Serta Ketenagaan Pemikiran Keahlian Barang Dana Lainlain 2. Paguyuban kelas 3. Karang Taruna 4. Tokoh Masyarakat 5. Tokoh Agama 6. Anggota PKK 7. Organisasi Profesi 8. Kelompok Kesenian 9. Masyarakat Bisnis 10. Desa 11. Dll 179

200 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM Format 8.2: Cara Menggerakkan/mendorong PSM Cara Mendorong Kekuatan Kelemahan Keterangan 1. Orang tua /perwakilan kelas dilibatkan dalam pertemuan rutin. 2. Komite Sekolah mengikuti MUSRENBANG Desa

201 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 181

202 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM 182

203 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM 183

204 UNIT 8A Manfaat, Jenis-Jenis, dan Cara Mendorong PSM 184

205 UNIT 8B KREATIVITAS MENGHIMPUN BERBAGAI SUMBER DAYA DAN DANA

206

207 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana UNIT 8B KREATIVITAS MENGHIMPUN BERBAGAI SUMBER DAYA DAN DANA Waktu: 1 Jam 30 menit A. PENGANTAR Sumber daya dan dana merupakan masukan penting yang diperlukan untuk berlangsungnya proses pendidikan di sekolah. Tanpa sumber daya dan dana yang memadai, proses pendidikan di sekolah tidak akan berlangsung secara optimal, dan akibatnya tujuan sekolah tidak akan tercapai. Sekolah harus memiliki kemampuan menghimpun berbagai sumber daya maupun dana. Menghimpun berbagai sumber daya dan dana memerlukan kreativitas, namun karena terbelenggu dengan kebiasaan yang rutin kreativitas Peran serta masyarakat dengan bergotong royong menghimpun dana dan membangun gedung sekolah. terhenti atau tidak muncul. Kegiatan berikut diharapkan dapat memicu peserta untuk menjadi kreatif, khususnya dalam menggali berbagai sumber daya dan dana bagi peningkatan mutu sekolah. B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. mengembangkan pola pikir yang berbeda dari kebiasaan dan menemukan banyak cara untuk mendapatkan sesuatu 2. mencari daya dan dana untuk sekolah secara lebih kreatif 3. memanfaatkan berbagai sumber yang ada untuk menghimpun daya dan dana 187

208 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan unit 2. Lembar Kerja Format 8.3 dan ATK: penjepit kertas, kertas plano dan spidol D. LANGKAH KEGIATAN Pengantar dari fasilitator Kerja kelompok Laporan kelompok dan diskusi pleno Diskusi peran pemangkukepen tingan dalam PAKEM Menyusun Rencana Kerja Pengantar (10 menit) a. Fasilitator menjelaskan bahwa: Pertemuan ini akan membahas kreativitas menghimpun berbagai sumber daya dan dana Sebagai pemicu munculnya gagasan tentang kreativitas, peserta diminta memecahkan masalah berikut: 188

209 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana Hubungkan kesembilan titik berikut dengan 4 garis lurus tanpa mengangkat pena (atau permainan sejenis). Bila tidak ada yang mampu, fasilitator memberikan jawaban (terlampir). b. Fasilitator bersama peserta membahas mengapa masalah di atas sukar diselesaikan. Penyebabnya adalah karena dalam menyelesaikan masalah, pada umumnya kita hanya berpikir pada cara penyelesaian yang biasa. Kita terbelenggu dengan hal-hal yang rutin, tidak mau keluar dari kebiasaan. Dalam masalah di atas, kita terpaku bahwa garis lurusnya tidak melebihi titik paling ujung. c. Fasilitator menunjukkan penjepit kertas dan meminta peserta menyebutkan kegunaan dari penjepit kertas sebanyak-banyaknya. Fasilitator menuliskannya di papan tulis. d. Fasilitator memeriksa gagasan peserta apakah ada yang di luar kebiasaan. e. Setelah mengalami beberapa contoh kegiatan kreatif tersebut, peserta diminta mengemukakan pendapat tentang Apa yang dimaksud dengan kreatif? f. Fasilitator merangkum bahwa kreatif secara sederhana dapat diartikan sebagai Kemampuan seseorang untuk melahirkan gagasan baru atau memberikan tambahan terhadap gagasan yang sudah ada. 2. Kerja kelompok (30 menit) Fasilitator memulai sesi dengan menayangkan foto-foto/ide tentang kreativitas menghimpun berbagai sumber daya dan dana. a. Peserta dalam kelompok 4-6 orang mendiskusikan pertanyaan berikut: Apa saja cara menghimpun daya dan dana untuk memajukan pendidikan? 189

210 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana b. Hasil diskusi ditulis pada kertas plano dengan menggunakan format, misalnya sebagai berikut: Format 8.3: Beberapa Cara Menghimpun Daya dan Dana untuk Sekolah No Kegiatan Kekuatan Kelemahan 1. Mencari donatur tetap (individu/dudi/csr) 2. Mengadakan bazar 3. Ikut MUSRENBANG Desa 4. Melibatkan orang tua sebagai nara sumber 5 Melibatkan orang tua dalam mengajar membaca di kelas awal Laporan Kelompok dan Diskusi (20 menit) a. Kelompok, secara bergiliran, melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. b. Kelompok kedua dan seterusnya hanya menyebutkan apa yang belum disebut kelompok sebelumnya (untuk menghemat waktu). c. Tiap kelompok diminta memberikan komentar terhadap laporan kelompok lainnya. d. Fasilitator juga memberikan komentar jika diperlukan. e. Fasilitator merangkum dan menambahkan. f. Di akhir presentasi fasilitator sekali lagi mengingatkan bahwa kreativitas sangat diperlukan dalam menghimpun daya dan dana untuk sekolah. Kita tidak boleh takut keluar dari kebiasaan asal tidak melanggar hukum dan dalam batas kepatutan. 190

211 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana 4. Menyusun Rencana Kerja (30 menit) Peserta berkelompok dalam kelompok sekolah dan memilih prioritas kegiatan yang dianggap penting dari hasil diskusi kelompok sebelumnya. Kegiatan dikembangkan menjadi rencana pelaksanaannya secara rinci. Misal Mengadakan bazar : kegiatan apa saja yang perlu, bagaimana, kapan, dan siapa yang bertanggung jawab. Untuk hal tersebut, format berikut dapat digunakan. Format 8.4: Rencana Kerja Kegiatan Bazar di Sekolah Dasar No Kegiatan Waktu Sumber/alat-bahan yang diperlukan Penanggung Jawab 1. Pembentukan panitia 20/7/2012 Alat tulis, ruangan Ketua Komite Sekolah/ KS 2. Rapat panitia 3. Rapat dengan Komite Sekolah 4. Menghubungi calon peserta Jika masih ada waktu, hasil karya salah satu kelompok dipresentasikan. Jika waktu tidak cukup maka hasilnya cukup dipajangkan saja. 191

212 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA Jawaban masalah 9 titik (untuk fasilitator) Mulai 1. Dalam Sejarah, penemuan alat-alat baru adalah hasil kreativitas si Penemunya yang biasanya keluar dari kebiasaan Berani tampil beda! (Umpamanya, Mesin Jahit ditemukan karena si pencipta keluar dari kebiasaan - biasanya lubang jarum untuk benang ada di bagian belakang jarumnya. Tapi dia membuat lubang jarum di bagian muka jarumnya sesuatu yang berbeda dari kebiasaan! Maka jadilah Mesin Jahit yang kita kenal. Dan banyak contoh lainnya). 2. Kejelian dalam menemukan calon sumber daya dan dana potensial serta yang diperkirakan dapat membantu sekolah amat diperlukan. Harap diingat, jangan berpikir biasa atau konvensional saja. Gunakanlah imajinasi dan kreativitas kita! Segala macam sumber perlu diidentifikasi, dinilai kemungkinannya, lalu dihubungi. Jadilah orang yang aktif dan proaktif, jangan hanya reaktif. Semakin banyak sumber dan calon donor yang dihubungi, semakin besar pula kemungkinan mendapatkan bantuan. 3. Jangan terpaku kepada sumber-sumber donor biasa tapi cari yang lain orang tua siswa; orang-orang kaya di desa tsb; dunia bisnis seperti pabrik-pabrik atau perusahaan lainnya, baik yang berada di sekitar sekolah atau tempat lain; kedutaan-kedutaan negara sahabat (biasanya mau menyumbang buku-buku, film dsb); penerbit-penerbit buku biasanya ada jatah sumbangan sosialnya 192

213 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana termasuk buku-buku/ majalah-majalah yang tahun terbitnya sudah lama, dsb; bekas siswa/ alumni yang jadi orang /sukses; Puskesmas, Rumah Sakit (untuk memberikan penyuluhan kesehatan, penyuntikan gratis, dsb), serta badan-badan lainnya. 4. Sekolah juga dapat membuat semacam Majalah Sekolah, Warta Sekolah atau Risalah Sekolah - tentu saja jika sudah mampu dan ada kemungkinan menjualnya. Publikasi ini sebaiknya merupakan publikasi yang dapat diedarkan untuk dijual kepada orang tua siswa, tokoh-tokoh masyarakat, serta para alumni sekolah tersebut yang sudah mapan. Tentu saja selain bertujuan mengetengahkan berita-berita mengenai sekolah tersebut, hal ini juga untuk memperoleh pemasukan dana atau bantuan lainnya untuk kepentingan sekolah tersebut. 5. Dalam rangka pengelolaan sekolah secara terbuka, semua kegiatan persekolahan dan perhitungan dananya perlu ditulis dan dipajangkan di sekolah agar dapat diketahui oleh umum, terutama oleh masyarakat sekitarnya. Di samping merupakan semacam pertanggungjawaban sekolah kepada publik, hal ini juga diharapkan dapat lebih memancing kemungkinan sumbangan-sumbangan dari para calon donor potensial. 193

214 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana F. LEMBAR KERJA Format 8.3: Beberapa Cara Menghimpun Daya dan Dana untuk Sekolah No Kegiatan Kekuatan Kelemahan

215 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana Format 8.4: Rencana Kerja Kegiatan Bazar di Sekolah Dasar No Kegiatan Waktu Sumber/ alat-bahan yang diperlukan Penanggung Jawab

216 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 196

217 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana 197

218 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana 198

219 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana 199

220 UNIT 8B Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan Dana 200

221 UNIT 8C TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PUBLIK

222

223 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik UNIT 8C TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PUBLIK Waktu: 1 jam 30 menit A. PENGANTAR Tiap pekerjaan mutlak memerlukan adanya pertanggungjawaban. Sampai sekarang banyak sekolah merasa hanya bertanggung jawab kepada Pemerintah atau Yayasan yang memberi uang dan kewenangan. Tidak banyak yang merasa perlu bertanggung jawab kepada masyarakat. Seharusnya, karena sekolah mendidik anak (dari masyarakat), maka sekolah harus bertanggung jawab kepada masyarakat tentang pelaksanaan tugasnya, penggunaan dana (apa kekurangannya dan bagaimana sekolah mengharap RKT yang dipajangkan di papan pajangan sekolah merupakan salah satu bentuk akuntabilitas sekolah. bantuan dan dukungan masyarakat untuk mendidik anak secara bersama). Banyak pengalaman yang menyatakan bahwa sekolah yang dikelola secara terbuka dan siap bekerjasama, akan mengundang simpati sehingga masyarakat akan merasa senang memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan sekolah dalam usaha peningkatan layanan pendidikan untuk anak-anak mereka. Untuk dapat mencapai hal tersebut perlu diterapkan konsep Transparansi (Keterbukaan) dan Akuntabilitas. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 8 UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Transparan/Terbuka, hal ini diperlukan dalam rangka menciptakan kepercayaan timbal balik antar pemangku kepentingan melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai 1. Akuntabel berhubungan dengan pertanggungjawaban untuk melaporkan, menjelaskan, dan memberi justifikasi tentang sebuah kegiatan atau keputusan kepada pemangku kepentingan. 1 Akuntabilitas Publik, UNDP (2002) 203

224 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. mengetahui pentingnya manajemen berprinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada pemberi amanat, termasuk masyarakat 2. memahami bahwa sekolah secara legal bertanggung jawab kepada Pemerintah atau yayasan dan juga bertanggung jawab kepada masyarakat 3. mengetahui berbagai cara melaksanakan manajemen dengan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas di sekolah C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan unit 2. Situasi untuk dibahas oleh kelompok 3. Lembar Kerja Format 8.5 dan ATK: Kertas plano, spidol berwarna 5. Bahan bacaan bagi peserta D. LANGKAH KEGIATAN Pengantar (10 ) dan Pembahasan Situasi (35 ) Diskusi Bentukbentuk Transparansi dan Akuntabilitas Penguatan Pengantar (10 ) dan Pembahasan Situasi (35 menit) Fasilitator menjelaskan tujuan dan latar belakang kegiatan. Fasilitator menggali arti Keterbukaan Publik dan Akuntabilitas Publik, lalu dikaitkan hubungannya dengan manajemen sekolah. Berbagai jawaban dan pengertian akan muncul. Inti jawaban perlu dituliskan di papan atau ditayangkan agar diketahui secara pasti oleh peserta. 204

225 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik Transparan/Terbuka diperlukan dalam rangka menciptakan kepercayaan timbal balik antar pemangku kepentingan melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Akuntabel berhubungan dengan penrtanggungjawaban untuk melaporkan, menjelaskan dan memberi justifikasi tentang sebuah kegiatan atau keputusan kepada pemangku kepentingan. Fasilitator menyampaikan situasi pada Format 8.5 untuk didiskusikan di kelompok masing-masing. Setiap kelompok mendapatkan satu situasi yang berbeda. Setiap kelompok mendiskusikan situasi tersebut terkait dengan TRANSPARANSI dan AKUNTABILITAS. Seorang kepala sekolah memutuskan untuk membeli seperangkat peralatan drum band karena sekolah akan diikutsertakan dalam lomba drumband se Kabupaten. Kepala Sekolah mengundang seluruh orang tua siswa pada akhir tahun pelajaran. Ia mengumumkan penerimaan dana BOS, lengkap dengan jumlah siswa dan jumlah dana yang diterima serta peruntukkannya. Seorang guru senior menetapkan nilai KKM untuk mata pelajaran matematika dan mensosialisasikannya kepada rekannya dari tingkat yang sama. Pada akhir semester, guru membagikan rapor kepada seluruh orang tua sebagai pemenuhan kewajiban seorang guru. Beberapa orang tua siswa mempertanyakan keputusan sekolah yang menolak putera puterinya sebagai siswa sekolah tersebut. Kepala Sekolah menyampaikan alasan bahwa keputusannya sudah sesuai dengan aturan. 2. Diskusi kelompok (35 menit) Fasilitator menyampaikan pertanyaan berikut untuk dibahas secara pleno. a. Bagaimana caranya masyarakat secara bebas mendapat informasi tentang rencana, pelaksanaan kegiatan, dan penggunaan anggaran Sekolah? Berikan beberapa alternatif dan akan lebih baik jika ada contoh nyata. b. Apakah sekolah hanya bertanggung jawab pada Pemerintah atau Yayasan yang membiayai mereka? Perlukah mereka bertanggung jawab kepada masyarakat yang telah menyerahkan anak-anak mereka untuk dididik? Mengapa harus demikian? c. Bagaimana cara masyarakat mengetahui kualitas pembelajaran? Bagaimana bentuk keterbukaan dan pertanggungjawaban (akuntabilitas) sekolah kepada masyarakat? 205

226 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik Secara pleno fasilitator bersama peserta mengisi nomor satu butir satu pada Format 3.6 (Pelaksanaan KBM: Proses belajar mengajar) secara lengkap hingga peserta memahaminya. Selanjutnya fasilitator meminta peserta untuk mendiskusikan topik-topik pada Format 8.6 di dalam kelompok. Format 8.6: Keterbukaan dan Akuntabilitas Publik No Topik Diskusi Bentuk-bentuk Transparansi Bentuk-bentuk Akuntabilitas 1. Pelaksanaan KBM: Proses belajar mengajar Hasil belajar siswa, kehadiran, putus sekolah dsb Kinerja guru, kualitas mengajar, sikap guru 2. Pengelolaan Sekolah: Pengembangan RKS/RKAS 3. Keuangan: Penerimaan dana dari berbagai sumber Penggunaan dana 4. Lain-lain: Fasilitas Sekolah? Kepuasan orangtua/murid? Fasilitator meminta salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi untuk dibahas bersama. 3. Penguatan (10 menit) Fasilitator memberi penguatan terhadap isu-isu atau permasalahan yang muncul di langkah sebelumnya. Misalnya, transparansi dan akuntabilitas dalam pembelajaran akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada sekolah dalam mendukung peningkatan kualitas pembelajaran. (Untuk lebih rinci silakan lihat bahan bacaan). 206

227 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA 1. Sekolah sebagai lembaga publik perlu terbuka kepada pemangku kepentingan (siswa, orang tua, masyarakat, dll.) sehingga perlu disampaikan informasi mengenai perencanaan (RKS/RKT), pelaksanaan kegiatan, dan tanggung jawab penggunaan anggaran (RKAS). 2. Tiap pekerjaan mutlak memerlukan adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Sekolah sampai sekarang hanya merasa bertanggung jawab kepada Pemerintah atau Yayasan yang memberi uang dan kewenangan, tetapi kurang ada yang merasa bertanggung jawab kepada masyarakat. 3. Pada kenyataannya, sebagaian besar pembiayaan pendidikan saat ini berasal dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang asalnya adalah dari uang pajak. Oleh karena itu, sekolah harus bertanggung jawab kepada masyarakat -- bagaimana sekolah melaksanakan tugasnya, apa yang belum terlaksana, kekurangan ataupun kelebihannya, serta bagaimana sekolah mengharapkan bantuan dan dukungan masyarakat untuk mendidik anak secara bersama dan berkesinambungan. 4. Di negara yang telah maju di mana MBS telah dilaksanakan dengan baik, sekolah bertanggung jawab juga kepada masyarakat, walaupun mungkin keuangannya sebagian besar berasal dari Pemerintah atau Yayasan. Masyarakat melalui Komite Sekolah mempunyai kekuatan dan tidak bisa dianggap remeh oleh Kepala Sekolah. 5. Saat ini keterbukaan dan akuntabilitas sekolah bisa dilakukan melalui berbagai pertemuan dan rapat dengan Komite Sekolah atau perwakilan masyarakat dan membeberkan secara terbuka semua persoalan sekolah dari masalah guru ke masalah keuangan sekolah berapa yang diterima, dari siapa, digunakan untuk apa, berapa yang sebetulnya diperlukan sekolah agar bisa beroperasi dengan layak dan baik dsb. Makin ada keterbukaan, akan makin baik, dan kemungkinan sekolah mendapat bantuan lagi dari masyarakat akan lebih besar. 6. Dalam program BOS, sekolah yang menerima dana BOS wajib untuk mengumumkan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (Formulir BOS-K1), rencana penggunaan dana BOS tiga bulanan (Formulir BOS-03) dan laporan penggunaan dana BOS tiga bulanan (Formulir BOS-04) dengan cara memajang di papan pengumuman sekolah. 207

228 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik F. LEMBAR KERJA Format 8.5: Pembahasan Situasi 1. Seorang kepala sekolah memutuskan untuk membeli seperangkat peralatan drum band karena sekolah akan diikutsertakan dalam lomba drumband se Kabupaten. 2. Kepala Sekolah mengundang seluruh orang tua siswa pada akhir tahun pelajaran. Ia mengumumkan penerimaan dana BOS, lengkap dengan jumlah siswa dan jumlah dana yang diterima serta peruntukkannya. 3. Seorang guru senior menetapkan nilai KKM untuk mata pelajaran matematika dan mensosialisasikannya kepada rekannya dari tingkat yang sama. 4. Pada akhir semester, guru membagikan rapor kepada seluruh orang tua sebagai pemenuhan kewajiban seorang guru. 5. Beberapa orang tua siswa mempertanyakan keputusan sekolah yang menolak putera puterinya sebagai siswa sekolah tersebut. Kepala Sekolah menyampaikan alasan bahwa keputusannya sudah sesuai dengan aturan. 208

229 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik Format 8.6: Transparansi dan Akuntabilitas Publik No Topik Diskusi Bentuk-bentuk transparansi Bentuk-bentuk Akuntabilitas 1. Pelaksanaan KBM: Proses belajar mengajar Hasil belajar siswa, kehadiran, putus sekolah dsb Kinerja guru, kualitas mengajar, sikap guru 2. Pengelolaan Sekolah: Pengembangan RKS/RKAS 3. Keuangan: Penerimaan dana dari berbagai sumber Penggunaan dana 4. Lain-lain: Fasilitas Sekolah? Kepuasan orangtua/siswa? 209

230 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 210

231 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik 211

232 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik 212

233 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik 213

234 UNIT 8C Transparansi dan Akuntabilitas Publik 214

235 UNIT 9A RENCANA KERJA SEKOLAH (RKS)

236

237 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) UNIT 9A RENCANA KERJA SEKOLAH (RKS) Waktu: 4 Jam A. PENGANTAR Sekolah sebagai suatu lembaga/institusi mempunyai satu tujuan atau lebih. Dalam langkah mencapai tujuan tersebut, perlu disusun rencana, tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Pada umumnya tujuan sekolah tercermin dalam bentuk visi dan misi sekolah. Untuk mencapai visi dan misinya sekolah menyusun perencanaan program dan kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS). Selain didasarkan pada visi dan misi sekolah, penyusunan RKS terutama didasarkan pada Evaluasi Diri Sekolah (EDS). RKS dibuat secara partisipatif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan Umumnya sekolah cenderung statis dan mulai bergerak setelah masalah muncul ke permukaan. Perencanaan dilakukan tidak hanya untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi, tetapi juga untuk perencanaan ke depan dalam hal peningkatan kinerja sekolah atau untuk mengantisipasi perubahan dan tuntutan jaman. Pada umumnya sekolah lebih mengutamakan pengembangan fisik, padahal pengembangan non-fisik jauh lebih penting, karena salah satu tujuan utama sekolah adalah menghasilkan anak didik yang bermutu. Visi dan misi sekolah pada umumnya masih bersifat umum, sehingga perlu dijabarkan/dirinci dan programnya harus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan sekolah. Sangat sering ditemukan sekolah tidak mempunyai program yang relevan atau tidak sesuai dengan visi-misinya. RKS dibuat bersama secara partisipatif antara pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) bersama dengan pemangku kepentingan seperti komite sekolah, tokoh masyarakat, dan pihak lain di sekitar sekolah yang peduli pendidikan. Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, sekolah telah menunjukkan sikap keterbukaan dan siap bekerjasama. Hal tersebut akan meningkatkan rasa memiliki, serta dapat mengundang simpati sehingga masyarakat akan merasa senang memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan sekolah. 217

238 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) B. TUJUAN Setelah selesai sesi ini peserta memahami proses penyusunan RKS, yang meliputi: 1. penetapan kondisi sekolah saat ini 2. penetapan kondisi sekolah yang diharapkan 3. penyusunan program dan kegiatan C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan Unit 2. Format 9.1 dan 9.3 (Lembar Kerja) 3. Contoh Format (pada tayangan) 4. ATK: kertas plano dan spidol besar D. LANGKAH KEGIATAN Pengantar Manfaat KKRKS Menyusun Program Sekolah (Pleno) Praktik Menyusun Program Sekolah (Tantangan Sasaran) Penutup Praktik Memilih Penanggungjawab dan Penyusunan Jadwal Praktik Merumuskan Program Praktik Menyusun Program Sekolah (Penyebab Masalah Kegiatan) Pengantar RKS (15 menit) Peserta duduk dalam kelompok sekolah. Jika meja cukup besar, bisa dipakai oleh dua kelompok sekolah. Jika ada peserta yang bukan dari sekolah, mereka harus menyebar di 218

239 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) setiap meja. Kelompok sekolah ditambah peserta yang berasal bukan dari sekolah akan tetap dipertahankan sampai sesi 9B selesai. Fasilitator dalam pertemuan pleno/kelas menjelaskan manfaat Rencana Kerja Sekolah (RKS), yaitu untuk membantu sekolah meningkatkan kualitas pendidikannya. Fasilitator bisa memulai sesi dengan menanyakan kepada peserta: Mengapa sekolah perlu menyusun perencanaan? Memberi kontribusi terhadap perkembangan kualitas belajar mengajar yang berkesinambungan melalui proses perencanaan, evaluasi, dan reviu. Mengidentifikasi secara tepat apa yang harus dicapai. Memberi gambaran tentang siapa, apa, kapan dan bagaimana mencapai tujuan. Memberi gambaran apakah usaha yang dilakukan, biaya yang dikeluarkan serta dampak dari perencanaan sesuai dengan peningkatan yang diharapkan. Membantu dalam penentuan apakah suatu kegiatan harus dilakukan. Membantu penentuan cara yang efektif dalam pencapaian target. Fasilitator melanjutkan kegiatan dengan memberikan pertanyaan berikut: Apa yang paling penting dalam menghasilkan RKS yang bermanfaat? KEJUJURAN DATA 2. Manfaat Kelompok Kerja Penyusunan RKS (KKRKS) (30 menit) Fasilitator menjelaskan bahwa salah satu prinsip penyusunan RKS adalah PARTISIPATIF, artinya penyusunan RKS melibatkan seluruh komponen sekolah. Fasilitator meminta peserta dalam kelompok meja untuk berbagi pengalaman dalam menyusun RKS, siapa saja yang terlibat dan apa manfaat keterlibatan mereka. Peserta kemudian diminta untuk mengumpulkan jawaban-jawaban tersebut dan dicatat di kertas plano sesuai dengan Format 9.1. Format 9.1: Pihak-pihak yang Menyusun RKS No Siapa Terlibat Apa Manfaat Keterlibatan Mereka? 1 Kepala Sekolah Sebagai manajer, KS menjamin keterlibatan semua pihak dalam penyusunan program sekolah. 219

240 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) Fasilitator meminta salah satu kelompok untuk menyampaikan hasilnya di depan kelas dan kelompok lain memberikan komentar serta tambahan. 3. Menyusun Program Sekolah (45 menit) Fasilitator menjelaskan cara menyusun rencana sekolah dengan cara menayangkan contoh secara bertahap. (Kolom dibahas satu persatu dengan memberikan contoh deskripsinya). Format 9.2: Contoh Program Sekolah yang Disusun Berdasarkan EDS Standar: Komponen Kondisi saat ini (Hasil EDS) Acuan Standar Tantangan Sasaran Penyebab Masalah Program Kegiatan Penanggu ng Jawab Pengembangan Kompetensi Lulusan: Peserta didik dapat mencapai target akademis yang diharapkan Kebanyakan siswa tidak membaca untuk kesenangannya. Mereka hanya membaca karena kewajiban yang diberikan oleh guru (buku teks, tugas dari guru) Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana Mengembang kan budaya membaca Semua siswa membaca untuk kesenangannya pada akhir tahun pelajaran - Kurangnya buku yang menarik minat siswa - Guru dan orangtua belum paham pentingnya budaya membaca - Pengembangan Sarana dan Prasarana Sekolah - Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan - Membeli bukubuku yang menarik minat siswa - Meningkatkan pengelolaan perpustakan untuk menarik siswa meminjam buku - Lokakarya tentang peningkatan minat baca siswa Kepala Sekolah dibantu Panitia Budaya Baca (Kepsek, wakil orang tua tiap kelas, 2 guru, wakil siswa) - Pengembangan Standar Proses - Pengembangan Standar Pengelolaan - Membuat sudut baca, - Kegiatan membaca buku di sekolah setiap hari - Kegiatan membaca buku di rumah - Orang tua membantu program membaca di kelas Standar: Komponen (kolom 1) adalah standar dan komponen yang diambil dari delapan Standar Nasional Pendidikan. Kondisi saat ini (Hasil EDS) (kolom 2) adalah kondisi sekolah yang saat ini ada. Kondisi sekolah bisa diambil dari deskripsi EDS yang dipertajam. 220

241 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) Acuan standar (kolom 3) diambil dari indikator minimal komponen/sub komponen dari Standar Nasional Pendidikan. 4. Praktik Menyusun Program Sekolah Tantangan dan Sasaran (45 menit) Fasilitator memberi penjelasan tentang tantangan dan sasaran. Tantangan adalah kesenjangan antara kondisi nyata sekolah saat ini dengan acuan standar. Sasaran dalam RKS memegang peranan penting karena akan dijadikan sebagai acuan dalam kegiatan dan penentuan keberhasilan program. Sasaran yang baik harus memperhatikan komponen-komponen berikut:: Specific : Sasaran harus jelas dan fokus Measurable : Sasaran dapat terukur Achievable : Sasaran menantang namun realistis untuk dicapai Relevant : Sasaran harus sesuai dengan kebutuhan dan nilai nilai yang dianut Timely : Sasaran harus memiliki batas waktu Fasilitator mengajak peserta untuk berdiskusi tentang sasaran yang SMART, contoh: Semua siswa membaca untuk kesenangannya pada akhir tahun pelajaran Fasilitator meminta setiap kelompok untuk menyusun tantangan dan sasaran dari kondisi sekolah yang diberikan (15 ). Setiap kelompok mengerjakan di kertas plano. Gunakan Format 9.3 untuk membantu kerja kelompok. (Setiap kelompok diberi komponen yang berbeda; Jika jumlah kelompok lebih dari 5, satu komponen bisa dikerjakan oleh lebih dari satu kelompok). 221

242 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) Format 9.3: Rencana Kerja Sekolah Standar: Komponen Kondisi saat ini (Hasil EDS) Acuan Standar Tantangan Sasaran Pengembangan Proses Pembelajaran: Pembelajaran dilaksanakan secara PAKEM Hasil kerja siswa pada umumnya seragam (hanya menyalin apa yang disampaikan oleh guru) Pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip PAKEM Pengembangan Proses Pembelajaran: Pembelajaran dilaksanakan secara PAKEM Pengembangan Proses Pembelajaran: Pembelajaran dilaksanakan secara PAKEM Pengembangan Standar Pengelolaan: Masyarakat mengambil bagian dalam kehidupan sekolah Pengembangan Sarana dan Prasarana Sekolah: Sarana Sekolah Sudah Memadai Hasil kerja siswa belum dipajangkan. Ruang kelas dan sekolah pada umumnya polos. Siswa mengerjakan tugas sendiri-sendiri pada tugas untuk semua siswa di kelas Orang tua kurang terlibat dalam membantu proses belajar siswa Toilet kotor dan jumlahnya tidak memadai Rasio 1:100 Pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip PAKEM Pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip PAKEM Warga sekolah harus dilibatkan dalam pengelolaan akademik dan non akademik Sekolah memiliki program 7 K (kebersihan, ketertiban, kerindangan, keindahan, kesehatan, kenyamanan, keamanan) Rasio 1:60 untuk toilet laki-laki dan 1:50 untuk toilet perempuan Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya yang ditanggapi oleh kelompok lain (30 menit). 222

243 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) 5. Praktik Menyusun Program Sekolah Penyebab Masalah dan Kegiatan (60 menit) Fasilitator memberi penjelasan tentang penyebab masalah dan kegiatan (5 menit). Penyebab masalah adalah kondisi-kondisi atau hambatan-hambatan yang menjadi penghalang untuk mencapai sasaran. Kegiatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran dengan cara menghilangkan penyebab masalah. Fasilitator meminta kelompok untuk melanjutkan hasil kerjanya dengan cara mendiskusikan penyebab masalah dan kegiatan untuk mengatasi penyebab masalah tersebut (25 menit). Tayangkan Format 9.4 dan minta peserta untuk menyalinnya di kertas plano. Untuk memudahkan, peserta diminta untuk mengisi kolom 8 (kegiatan) lebih dulu sebelum mengisi kolom 7 (program). Format 9.4: Analisis Penyebab Masalah - Kegiatan Penyebab Masalah (problem identification) Program Kegiatan Penanggung jawab Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya yang ditanggapi oleh kelompok lain (30 menit). 6. Praktik Merumuskan Program (15 menit) Fasilitator menjelaskan bahwa nama program sekolah didasarkan pada delapan standar nasional pendidikan (SNP). Satu hasil EDS bisa menghasilkan beberapa program. Peserta mengidentifikasi nama program yang cocok pada masing-masing kegiatan di kertas plano. 7. Praktik Memilih Penanggung jawab Kegiatan dan Penyusunan Jadwal (15 menit) Fasilitator melakukan curah pendapat mengapa setiap kegiatan perlu ada penanggungjawabnya dan siapa saja yang bisa menjadi penanggung jawab. Peserta menentukan penanggung jawab kegiatan dan menyusun jadwal pelaksanaannya. 223

244 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) Contoh Format 9.5: Merencanakan Program Sasaran Program Kegiatan Penanggung Jawab Semua siswa - Pengembangan membaca Sarana Prasarana untuk kesenangannya pada akhir tahun pelajaran. - Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan - Pengembangan Proses Pembelajaran - Pengembangan Standar Pengelolaan - Membeli bukubuku yang menarik minat siswa - Meningkatkan pengelolaan perpustakan untuk menarik siswa meminjam buku - Lokakarya tentang peningkatan minat baca siswa - Membuat sudut baca - Kegiatan membaca buku di sekolah setiap hari - Kegiatan membaca buku di rumah Kepala Sekolah dibantu Panitia Budaya Baca (Kepsek, wakil orang tua tiap kelas, 2 guru, wakil siswa) - Orang tua membantu program membaca di kelas Keterangan : Gj semester ganjil Gn semester genap Jadwal 2013/ / / /17 Gj Gn Gj Gn Gj Gn Gj Gn V v v v v v v v v v v v v v v v v v v V v Fasilitator meminta setiap peserta untuk menyampaikan kendala yang mereka temui saat penyusunan RKS. Peserta melakukan kunjung karya untuk mereviu hasil karya kelompok lainnya. v v V v v v 7. Penutup (10 menit) Fasilitator menyampaikan pentingnya setiap peserta untuk memahami setiap langkah dari penyusunan RKS. Setiap langkah membutuhkan data dan pemikiran yang seksama sebelum pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, proses diskusi menjadi hal yang sangat penting. 224

245 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA (SERTA LANGKAH DAN CONTOH PENGISIAN) Di lapangan ditemukan berbagai format penyusunan RKS/RKT. Dalam modul ini proses dan logika penyusunan RKS/RKT lebih diutamakan. Proses dan logika yang dipelajari dalam modul ini bisa diterapkan dalam berbagai format penyusunan RKS/RKT yang ada. Berikut ini adalah salah satu contoh format penyusunan RKS/RKT dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdiknas, 2011, Perencanaan dan Penganggaran Sekolah dan Madrasah) Prinsip-prinsip Penyusunan RKS/M dan RKT Berdasarkan buku Tesaurus Bahasa Indonesia (2006), prinsip adalah pijakan, pedoman, atau dasar. Jadi prinsip penyusunan RKS/M dan RKT adalah dasar yang dijadikan pijakan dalam menyusun RKS/M dan RKT. Di bawah ini adalah beberapa prinsip penyusunan RKS/M dan RKT: Sistematis, seluruh program disusun secara runtut berdasarkan skala prioritas; Terpadu, mencakup perencanaan keseluruhan program yang akan dilaksanakan oleh sekolah/madrasah; Multi-tahun, mencakup periode empat tahun; Multi-sumber, mengindikasikan jumlah dan sumber dana masing-masing program. Misalnya dari BOS, APBD Kabupaten/Kota, sumbangan dari masyarakat atau sumber dana lainnya; Disusun secara partisipatif oleh kepala sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah dan dewan pendidik dengan melibatkan pemangku-kepentingan lainnya; Pelaksanaannya dimonitor dan dievaluasi oleh komite sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya; Sensitif terhadap Isu Gender; Tanggap dengan keadaan darurat. Alur Penyusunan RKS/M dan RKT Proses penyusunan RKS/M dan RKT dilakukan melalui tiga jenjang, yaitu: persiapan, penyusunan RKS/M dan RKT, dan pengesahan RKS/M dan RKT. Alur proses penyusunan RKS/M dan RKT tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut: 225

246 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) PERSIAPAN: 1. Pembentukan Kelompok Kerja RKS/M dan RKT 2. Pembekalan/ Orientasi Tim Penyusun RKS/M dan RKT PENYUSUNAN RKS/M dan RKT: 1. Menentukan Kondisi Sekolah/ Madrasah Saat ini; 2. Menentukan Kondisi Sekolah/ Madrasah yang Diharapkan 3. Perumusan Program, Indikator Kinerja, dan Kegiatan. 4. Perumusan Rencana Anggaran Sekolah/Madrasah; 5. Perumusan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKAS- M/RAPBS-M). PENYETUJUAN, PENGESAHAN, DAN SOSIALISASI RKS/M dan RKT: 1. Penyetujuan oleh rapat dewan pendidik; setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah/Madrasah; 2. Pengesahan oleh pihak yang berwenang; 3. Sosialisasi kepada pemangku kepentingan. I. Persiapan Sebelum penyusunan RKS/M dan RKT dilakukan, Dewan Pendidik (kepala sekolah/madrasah dan guru) bersama komite sekolah/madrasah membentuk tim penyusun RKS/M dan RKT yang disebut tim penyusun RKS/M. Tugas utama tim penyusun RKS/M dan RKT ini adalah menyusun RKS/M dan RKT. Pembentukan tim penyusun ini hendaknya dilakukan melalui proses demokratis dengan mengedepankan musyawarah mufakat. Setelah tim penyusun RKS/M dan RKT terbentuk, tim ini sebaiknya mengikuti pembekalan/ orientasi mengenai kebijakan-kebijakan pengembangan pendidikan dan penyusunan RKS/M dan RKT. Kegiatan utama selama tahap pembekalan ini adalah membantu tim penyusun RKS/M dan RKT untuk mengenal informasi pokok yang diperlukan dalam membuat perencanaan pendidikan. Subyek yang dibahas adalah: peraturan dan perundang-undangan mengenai pendidikan dan perlindungan anak, kebijakan pendanaan pendidikan, kebijakan peningkatan mutu dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan, prioritas pendidikan tingkat kabupaten/kota, manajemen berbasis sekolah/madrasah (MBS/M), pendekatan, strategi dan metode pembelajaran inovatif seperti pembelajaran aktif, pembelajaran aktif-kreatif-efektif dan menyenangkan (PAKEM), peran serta masyarakat dalam pendidikan, dan perencanaan pendidikan di sekolah/madrasah. Selain itu juga dibahas penyusunan RKS/M dan RKT, peran dan fungsi masing-masing pemangku kepentingan dalam proses perencanaan. Kegiatan pembekalan ini bisa dalam bentuk kunjungan ke sekolah/madrasah, pelatihan, atau pemberian informasi lainnya. a. Proses Penyusunan RKS/M dan RKT 1) Menetapkan Kondisi Sekolah/Madrasah Saat ini Untuk menetapkan kondisi sekolah/madrasah saat ini, sekolah/madrasah perlu melakukan kegiatan yang disebut evaluasi diri sekolah/madrasah. Sekolah 226

247 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) menggunakan alat evaluasi diri yang digunakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama sebagai dasar untuk mengembangkan sekolah/madrasah empat tahun mendatang dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tujuan melakukan evaluasi diri adalah untuk melihat gambaran yang jelas tentang situasi sekolah/madrasah saat ini. Karena itu, evaluasi diri sekolah/madrasah harus diisi dengan seksama dan seobjektif mungkin. Informasi yang dihasilkan dari evaluasi diri sekolah/madrasah berguna bagi pemangku kepentingan sekolah/madrasah dalam menyusun RKS/M dan RKT yang didasarkan pada kondisi nyata sekolah/madrasah. Pelaksanaan evaluasi diri setiap tahun akan menunjukkan kinerja sekolah/madrasah misalnya, bagian yang mengalami perbaikan atau peningkatan, bagian yang tetap, dan bagian yang mengalami penurunan. Sesuai dengan Panduan BOS 2012 bahwa kategori program sekolah/non program sekolah meliputi: a) Pengembangan Kompetensi Lulusan; b) Pengembangan Kurikulum/KTSP; c) Pengembangan Proses Pembelajaran; d) Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan; e) Pengembangan Sarana dan Prasarana Sekolah; f) Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah; g) Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Sekolah; h) Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Sekolah 2) Menetapkan Kondisi Sekolah/Madrasah Yang Diharapkan. Mengacu kepada Lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa sekolah/madrasah merumuskan dan menetapkan serta mengembangkan visi, misi, dan tujuan sekolah/madrasah. Penjelasan tentang visi, misi, dan tujun sekolah/madrasah adalah sebagai berikut: Visi Sekolah/Madrasah Visi adalah imajinasi moral yang menggambarkan keadaan sekolah/madrasah yang diinginkan di masa datang. Visi sekolah/madrasah dikembangkan sesuai dengan keinginan atau cita-cita sekolah/madrasah dengan tetap berkepribadian Indonesia. Artinya visi suatu sekolah/madrasah harus mengacu kepada kondisi lingkungan 227

248 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) sekolah/madrasah dan daerah, namun juga harus mengacu kepada Visi Dinas Pendidikan Kabupaten/kota. Hal ini untuk menghindari terjadinya kekeliruan bahwa sekolah/madrasah bebas menentukan visinya dan tidak terkait dengan kebijakan pihak lain. Di samping itu, visi sekolah/madrasah juga harus mempertimbangkan potensi yang dimiliki sekolah/madrasah dan harapan masyarakat sekolah/madrasah. Artinya jenis dan mutu layanan pendidikan seperti apa yang diharapkan oleh orang tua dan masyarakat sekolah/madrasah untuk mewujudkan harapan tersebut. Dalam lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 dijelaskan bahwa visi: dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang berkepentingan selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional; diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite sekolah/madrasah; disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan; ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Pada perumusan visi sekolah/madrasah perlu diperhatikan rambu-rambu berikut ini: 1) Mengacu kepada landasan filosofis bangsa, UUD, dll. yang bersifat baku dan telah menjadi pegangan hidup bangsa Indonesia; 2) Memiliki indikator pengembangan prestasi akademik dan non akademik; 3) Berkepribadian, nasionalisme, budaya nasional Indonesia; 4) Perkembangan era global; 5) Perkembangan IPTEK; 6) Dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan; 7) Sesuai konteks daerah, sekolah/madrasah, visi yayasan; 8) Belum operasional; 9) Menggambarkan harapan masa datang. 228

249 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) Misi Sekolah/Madrasah Misi adalah tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi. Jadi misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi sekolah/madrasah. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan sekolah/madrasah yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Rumusan misi selalu dalam bentuk kalimat yang menunjukkan tindakan dan bukan kalimat yang menunjukkan keadaan sebagaimana pada rumusan visi. Dalam lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 dijelaskan bahwa misi sekolah/madrasah: 1) Memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional; 2) Merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu; 3) Menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah; 4) Menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah/madrasah; 5) Memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program sekolah/madrasah; 6) Memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit sekolah/madrasah yang terlibat; 7) Dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah; 8) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan; 9) Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Tujuan Sekolah/Madrasah Berdasarkan visi dan misi yang telah tersusun, sekolah/ madrasah merumuskan tujuan sekolah/madrasah selama empat tahun ke depan menuju standar pelayanan minimal (SPM) dan/atau Standar Nasional Pendidikan (SNP) atau di atasnya. Dengan demikian, tujuan sekolah/madrasah pada dasarnya adalah langkah untuk mewujudkan visi sekolah/madrasah yang telah dicanangkan. Dalam lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 dijelaskan bahwa tujuan sekolah/ madrasah: 229

250 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) 1) Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan); 2) Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat; 3) Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan Pemerintah; 4) Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah; 5) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan. RKS/M dan RKT yang baik adalah RKS/M dan RKT yang berangkat dari visi, misi, dan tujuan sekolah/madrasah yang telah ditetapkan dan disepakati bersama oleh seluruh pemangku kepentingan sekolah/madrasah. Dalam menentukan kondisi sekolah/madrasah yang diharapkankan sebaiknya dirumuskan bersama dengan para pemangku kepentingan. Hal ini penting karena keterlibatan secara aktif dari semua pemangku kepentingan adalah salah satu kunci keberhasilan sebuah sekolah/madrasah. Keterlibatan mereka harus diupayakan dari sejak awal. Jika mereka terlibat dalam menganalisis kondisi sekolah/madrasah, merumuskan kondisi sekolah/madrasah yang diharapkan dan ikut terlibat dalam proses pembuatan rencana kerja sekolah/madrasah, maka keterlibatan mereka dalam pelaksanaan program-program kerja sekolah/madrasah juga akan meningkat. Pertanyaan kunci yang harus dijawab dalam menetapkan kondisi sekolah/madrasah yang diharapkan pemangku kepentingan adalah: Seperti apa seharusnya sekolah/madrasah ini empat tahun mendatang? Atau apa yang dianggap penting oleh pemangku kepentingan dan yang menjadi perhatian mereka dalam kinerja sekolah/madrasah? Dalam menetapkan kondisi sekolah/madrasah yang diharapkan hendaknya: 1) Dirumuskan berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah/madrasah saat ini, bagian mana yang akan ditingkatkan, diperbaiki atau dicapai dalam empat tahun ke depan; 2) Berorientasi pada peningkatan/perbaikan sekolah/madrasah (school improvement), termasuk memperkuat kapasitas sekolah/madrasah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan menyampaikan pengetahuan tersebut kepada peserta didik, serta memperkuat kapasitas sekolah/madrasah dalam kolaborasi yang dibangun atas dasar kepercayaan; 3) Mencakup bukan hanya harapan penyedia layanan (service provider), tetapi juga pengguna layanan (service user); 230

251 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) 4) Mengacu pada visi dan misi serta tujuan yang sudah dimiliki oleh sekolah/ madrasah; 5) Mengacu kepada standar pelayanan minimal (SPM 2010), dan/atau standar nasional pendidikan (SNP) atau di atasnya (PP No. 19/2005). 3) Menyusun Program, Kegiatan, dan Indikator Kinerja Program adalah upaya untuk mencapai sasaran. Program ini bisa dilaksanakan oleh pihak sekolah/madrasah maupun pihak lain, misalnya dengan melibatkan komite sekolah/madrasah atau warga masyarakat yang lebih luas. Supaya terarah, program sebaiknya dikelompokkan sesuai dengan kategori program BOS Sedangkan kegiatan adalah tindakan-tindakan yang akan dilakukan di dalam program. Kegiatan perlu dirumuskan dari setiap program dengan mengacu pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sehingga program dapat dicapai. Kegiatan bisa diambil dari alternatif pemecahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Perumusan kegiatan dilakukan dengan cara membuat daftar kegiatan yang terkait dengan program tersebut. Kegiatan yang baik adalah yang mengarah pada pencapaian indikator keberhasilan yang telah dirumuskan (indikator kinerja), dan dapat diperkirakan biaya atau anggarannya. 4) Menyusun Rencana Anggaran Jangka Menengah (4 tahunan) Setelah program dan kegiatan dirumuskan, kegiatan selanjutnya adalah menyusun Rencana Anggaran Jangka Menengah untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut. Dalam menyusun rencana anggaran sekolah/madrasah ini ada 3 (tiga) langkah yang harus dilakukan: 1) Menyusun Rencana Biaya Sekolah/Madrasah Setelah rincian program dan kegiatan dirumuskan, maka sekolah/madrasah harus menterjemahkannya ke dalam rencana biaya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan program/kegiatan tersebut. Apakah sekolah/madrasah cukup memiliki dana dan dari mana dana tersebut diperoleh? Berikut ini adalah cara menyusun rencana biaya sekolah/madrasah: 231

252 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) Sebelum menghitung rencana biaya, sekolah/madrasah perlu memiliki Daftar Biaya Satuan yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah setempat (Bappeda; biasanya dalam bentuk Peraturan Bupati/Walikota). Dengan daftar ini, setiap biaya kegiatan dapat dihitung langsung dengan mengalikan jumlah satuan program dan kegiatan tersebut dengan biaya satuan dalam Daftar Biaya Satuan. Biaya Satuan dapat dihitung dengan cara: a) Menentukan jenis satuan dan jumlah satuan standar; b) Menghitung biaya atau harga satuan. Misalnya untuk kegiatan pelatihan: Satuan apa yang dipakai untuk menentukan biaya satuan? Apabila jumlah orang, maka kita harus membuat analisis harga satuan per orang, sehingga harga satuan tersebut perlu ditentukan/dihitung berdasarkan biaya pelatihan dengan menggunakan jumlah orang sebagai dasar. 2) Menghitung Rencana Biaya Rencana Biaya adalah rencana kebutuhan dana yang diperlukan untuk pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dirumuskan serta biaya operasionalnya. Kebutuhan dana ini dihitung tahunan untuk empat tahun ke depan. Menghitung biaya program, yaitu mengalikan jumlah satuan dengan harga satuan. Setelah keduanya dihitung, tambahkan untuk mendapatkan total rencana biaya yang dibutuhkan selama empat tahun mendatang. 3) Membuat Rencana Pendanaan Sekolah/madrasah Rencana Pendanaan adalah rencana sumber pendapatan yang sesuai dengan kebutuhan dan urutan tingkat kepastian perolehan dana. Berikut adalah contoh tingkat kepastian perolehan dana sekolah/madrasah: BOS (Bantuan Operasional Sekolah /Madrasah). Dana BOS sudah pasti jumlahnya, yaitu Rp ,- (untuk SD/MI) dan Rp ,- (untuk SMP/MTs) per peserta didik/tahun. Sumbangan masyarakat melalui Komite Sekolah/ Madrasah belum dapat dipastikan. APBD Kabupaten/Kota, dana dari APBD berbeda-beda untuk setiap kabupaten/kota. Donatur (perusahaan/industri, alumni dsb.) juga belum dapat dipastikan. 232

253 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) Format 9.2: Contoh Program Sekolah yang Disusun Berdasarkan EDS Standar: Komponen Kondisi saat ini (Hasil EDS) Acuan Standar Tantangan Sasaran Penyebab Masalah Program Kegiatan Penanggung Jawab Pengembangan Kompetensi Lulusan: Peserta didik dapat mencapai target akademis yang diharapkan Kebanyakan siswa tidak membaca untuk kesenangannya. Mereka hanya membaca karena kewajiban yang diberikan oleh guru (buku teks, tugas dari guru) Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana Mengembangkan budaya membaca Semua siswa membaca untuk kesenangannya pada akhir tahun pelajaran - Kurangnya buku yang menarik minat siswa - Guru dan orang tua belum paham pentingnya budaya membaca - Pengembangan Sarana dan Prasarana Sekolah - Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan - Membeli bukubuku yang menarik minat siswa - Meningkatkan pengelolaan perpustakan untuk menarik siswa meminjam buku - Lokakarya tentang peningkatan minat baca siswa Kepala Sekolah dibantu Panitia Budaya Baca (Kepsek, wakil orang tua tiap kelas, 2 guru, wakil siswa) - Pengembangan Standar Proses - Pengembangan Standar Pengelolaan - Membuat sudut baca, - Kegiatan membaca buku di sekolah setiap hari - Kegiatan membaca buku di rumah - Orang tua membantu program membaca di kelas Pengembangan Proses Pembelajaran: Pembelajaran dilaksanakan secara PAKEM Hasil kerja siswa pada umumnya seragam (hanya menyalin apa yang disampaikan oleh guru) Pembelajaran dilakukan dengan memperhatik an prinsipprinsip PAKEM Siswa menghasilkan karya berdasarkan kreativitasnya sendiri Mulai semester 2 tahun pelajaran 2013/14 siswa membuat karya yang bervariasi Penugasan dari guru tidak memberi peluang munculnya karya siswa yang bervariasi - Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan - Pelatihan PAKEM (3 hari) - Pendampingan (Fasilitator) - Pendampingan pelaksanaan PAKEM oleh Kepala Sekolah Kepala Sekolah 233

254 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) Standar: Komponen Kondisi saat ini (Hasil EDS) Acuan Standar Tantangan Sasaran Penyebab Masalah Program Kegiatan Penanggung Jawab Pengembangan Standar Pengelolaan - Penganggaran kebutuhan kelas untuk melaksanakan PAKEM (kertas, spidol, gunting, dsb.) Pengembangan Proses Pembelajaran: Pembelajaran dilaksanakan secara PAKEM Hasil kerja siswa belum dipajangkan. Ruang kelas dan sekolah pada umumnya polos. Pembelajaran dilakukan dengan memperhatik an prinsipprinsip PAKEM Sekolah dan ruang kelas menjadi atraktif dan proses belajar siswa didukung oleh pajangan hasil karya siswa. Mulai semester 2 tahun pelajaran 2013/14 karya siswa yang menarik dan bervariasi dipajang di kelas Guru pada umumnya belum paham kepentingan atau tujuan untuk memajangka n hasil karya siswa - Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan - Pelatihan PAKEM (3 hari) - Pendampingan (Fasilitator) - Pendampingan pelaksanaan PAKEM oleh Kepala Sekolah. - Pengembangan Standar Pengelolaan - Penganggaran kebutuhan kelas untuk melaksanakan PAKEM (kertas, spidol, gunting, dsb.) Kepala Sekolah - Pengembangan Standar Proses - Hasil kerja siswa dipajang di dinding kelas. - Pajangan di kelas disegarkan paling tidak sebulan sekali Pengembangan Proses Pembelajaran: Pembelajaran dilaksanakan secara PAKEM Siswa mengerjakan tugas sendirisendiri pada tugas untuk semua siswa di kelas Pembelajaran dilakukan dengan memperhatik an prinsipprinsip PAKEM Siswa sering kerja dalam kelompok, supaya interaksi antara siswa dalam pembelajaran ditingkatkan - Mulai semester 2 tahun pelajaran 2013/14 ada kegiatan kerja kelompok di setiap kelas minimal 1 kali per hari Guru belum paham pendekatan kerjakelompok - Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan - Pengembangan Standar Pengelolaan - Pelatihan PAKEM untuk guru (3 hari) - Pendampingan (Fasilitator) - Pengawasan oleh Kepala Sekolah (memeriksa RPP dan kunjungan kelas secara harian) Kepala Sekolah 234

255 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) Standar: Komponen Kondisi saat ini (Hasil EDS) Acuan Standar Tantangan Sasaran Penyebab Masalah Program Kegiatan Penanggung Jawab Pengenbangan Standar Pengelolaan: Masyarakat mengambil bagian dalam kehidupan sekolah Orang tua kurang terlibat dalam membantu proses belajar siswa Warga sekolah harus dilibatkan dalam pengelolaan akademik dan non akademik. Warga sekolah terlibat dalam kegiatan akademik dan non akademik Pada akhir tahun pelajaran 2013/14 paguyuban kelas terbentuk dan aktif Budaya sekolah belum mendukung keterlibatan orang tua siswa - Pengembangan Standar Pengelolaan - Pertemuan awal orang tua siswa - Paguyuban kelas - Pertemuan perwakilan orang tua secara terjadwal - Guru mengundang orang tua untuk terlibat dalam membantu anak membaca di kelas dan di rumah Ketua Komite Sekolah Pengembangan Sarana dan Prasarana Sekolah: Sarana Sekolah Sudah Memadai Toilet kotor dan jumlahnya tidak memadai (Rasio 1:100) Sekolah memiliki program 7 K (kebersihan, ketertiban, kerindangan, keindahan, kesehatan, kenyamanan, keamanan) Rasio 1:60 untuk toilet laki-laki dan 1:50 untuk toilet perempuan Mempunyai jumlah toilet yang seimbang dengan jumlah siswa, berfungsi dengan baik dan bersih Pada akhir tahun pelajaran 2016/17 sekolah mempunyai jumlah toilet yang seimbang dengan jumlah siswa perempuan dan laki-laki secara proporsional, berfungsi dengan baik dan bersih (1:50 untuk toilet perempuan dan 1:60 untuk toilet laki-laki) - Jumlah toilet tidak cukup - Siswa, guru dan orang tua kurang peduli tentang pentingnya kebersihan - - Pengembangan Sarana dan Prasarana Sekolah - Pengembangan Kompetensi Lulusan - Pengembangan Standar Pengelolaan - Membangun toilet tambahan - Memperbaiki toilet yang sudah ada - Meningkatkan pemahaman siswa tentang pentingnya kebersihan - Membiasakan siswa untuk hidup bersih - Mengembangkan sistem pemeliharaan dan monitoring kebersihan toilet Kepala Sekolah 235

256 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) F. LEMBAR KERJA Format 9.1: Pihak-pihak yang Menyusun RKS No Siapa Terlibat Apa Manfaat Keterlibatan Mereka? 236

257 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) Format 9.3: Rencana Kerja Sekolah (untuk difotokopi dan dipotong) Standar: Komponen Pengembangan Proses Pembelajaran: Pembelajaran dilaksanakan secara PAKEM Kondisi saat ini (Hasil EDS) Hasil kerja siswa pada umumnya seragam (hanya menyalin apa yang disampaikan oleh guru) Acuan Standar Tantangan Sasaran Pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip PAKEM Standar: Komponen Pengembangan Proses Pembelajaran: Pembelajaran dilaksanakan secara PAKEM Kondisi saat ini (Hasil EDS) Hasil kerja siswa belum dipajangkan. Ruang kelas dan sekolah pada umumnya polos. Acuan Standar Tantangan Sasaran Pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip PAKEM Standar: Komponen Pengembangan Proses Pembelajaran: Pembelajaran dilaksanakan secara PAKEM Kondisi saat ini (Hasil EDS) Siswa mengerjakan tugas sendiri-sendiri pada tugas untuk semua siswa di kelas Acuan Standar Tantangan Sasaran Pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip PAKEM 237

258 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) Standar: Komponen Pengembangan Standar Pengelolaan: Masyarakat mengambil bagian dalam kehidupan sekolah Kondisi saat ini (Hasil EDS) Orangtua kurang terlibat dalam membantu proses belajar siswa Acuan Standar Tantangan Sasaran Warga sekolah harus dilibatkan dalam pengelolaan akademik dan non akademik Standar: Komponen Pengembangan Sarana dan Prasarana Sekolah: Sarana Sekolah Sudah Memadai Kondisi saat ini (Hasil EDS) Toilet kotor dan jumlahnya tidak memadai Acuan Standar Tantangan Sasaran Sekolah memiliki program 7 K (kebersihan, ketertiban, kerindangan, keindahan, kesehatan, kenyamanan, keamanan) 238

259 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 239

260 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) 240

261 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) 241

262 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) 242

263 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) 243

264 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) 244

265 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) 245

266 UNIT 9A Rencana Kerja Sekolah (RKS) 246

267 UNIT 9B RENCANA KERJA TAHUNAN DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKT/RKAS)

268

269 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah UNIT 9B RENCANA KERJA TAHUNAN DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKT/RKAS) Waktu: 4 Jam A. PENGANTAR Setiap sekolah tentu memiliki program untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik yang merupakan program jangka pendek (1 tahun) maupun jangka menengah (4 tahun) (RKS). Program tahunan sekolah dituangkan dalam RKT/RKAS yang dibuat oleh KKRKS. RKT disusun berdasarkan programprogram yang ada di RKS dan hasil evaluasi diri sekolah terkini. Seperti halnya RKS, RKT/RKAS disusun berdasarkan 8 SNP dengan mengutamakan pada peningkatan mutu pembelajaran. RKT/RKAS dipajangkan di papan pajangan sekolah B. TUJUAN Dengan melaksanakan pelatihan penyusunan RKT/RKAS secara partisipatif, para peserta mampu: 1. mengidentifikasi program yang menunjang peningkatan mutu pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam satu tahun 2. mengidentifikasi sumber dana untuk membiayai program/ kegiatan-kegiatan dalam satu tahun 3. menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan Unit 2. Contoh Format (pada tayangan) 3. Hasil kerja kelompok Unit 9A 4. ATK: kertas plano dan spidol besar 249

270 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah D. LANGKAH KEGIATAN Pengantar Menyusun RKT Menghitung Rencana Anggaran Penutup Menyusun RKAS Identifikasi Sumber Pendanaan Pengantar (10 menit) Fasilitator menjelaskan kepada peserta bahwa: a. Setiap sekolah wajib memiliki RKS dan RKT/RKAS. b. Fokus perhatian sekarang adalah pada program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun pelajaran berikutnya. Untuk melaksanakan program tersebut maka sekolah harus menghitung dan merinci dana yang diperlukan. c. Pembiayaan di sekolah ada dua jenis, yaitu pendanaan untuk kegiatan rutin (misalnya gaji guru, pembelian kapur/spidol) dan pendanaan untuk kegiatan non rutin yang difokuskan pada peningkatan mutu pembelajaran. 2. Menetapkan Jadwal RKT sekolah (60 menit) Fasilitator mengingatkan kembali bahwa pada sesi sebelumnya, kelompok sekolah telah menyusun RKS dan pada kesempatan ini mereka akan melanjutkan penyusunan program untuk satu tahun (RKT). Kemudian fasilitator menayangkan contoh pengisian jadwal. 250

271 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah Format 9.6: Jadwal RKT Sasaran Program Kegiatan Semua siswa membaca untuk kesenangannya pada akhir tahun pelajaran. dst - Pengembangan Sarana Prasarana - Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependi -dikan - Membeli bukubuku yang menarik minat siswa - Meningkatkan pengelolaan perpustakan untuk menarik siswa meminjam buku - Lokakarya tentang peningkatan minat baca siswa Penanggung Jawab Kepala Sekolah dibantu Panitia Budaya Baca (Kepsek, wakil orang tua tiap kelas, 2 guru, wakil siswa) Jadwal 2013/ v v v v v v v v v Dalam kelompok yang sama dengan sebelumnya, peserta diminta membuka kembali RKS yang telah disusun (hasil unit 9A). Peserta mengambil program untuk satu tahun dan menambahkan waktu sampai 12 bulan di dalamnya (dimulai dari bulan Juli seperti contoh di bawah ini). Penjadwalan perlu dilakukan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah. Fasilitator membahas hasil kerja salah satu kelompok dengan memberi fokus kepada alasan penentuan waktu. 3. Rencana Anggaran Biaya (60 menit) Fasilitator meminta peserta untuk melihat program dan kegiatan yang akan dilaksanakan (dari hasil kerja kelompok di unit 9A). Fasilitator menugaskan kepada peserta untuk menghitung rencana anggaran untuk membiayai program dan kegiatan. 251

272 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah Format 9.7 Contoh Penghitungan Biaya Program Kegiatan Peserta : Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan : Lokakarya tentang Peningkatan Minat Baca Siswa : Kepala sekolah, 11 guru, 3 orang tua siswa, 1 nara sumber Jenis Unit Volume Harga (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Nara sumber/fasilitator - Honor orang 1 250, , Transport Orang 1 100, , ATK - Kertas Plano lembar 50 1, , Kertas HVS rim 1 34, , Spidol Marker biji 10 5, , LCD (sewa) buah 1 100, , Konsumsi Snack kardus 16 10, , Makan siang paket 16 15, , Jumlah Total Biaya 984, Peserta mempresentasikan hasil kerjanya dan fasilitator memastikan apakah sudah semua aspek yang perlu didanai sudah dicantumkan. 4. Identifikasi Sumber Pendanaan (30 menit) Fasilitator menanyakan kepada peserta apa saja yang menjadi sumber pendanaan sekolah. Fasilitator menjelaskan berbagai jenis sumber pendanaan sekolah di bawah ini. Dana BOS bisa berasal dari (i) APBN, (ii) APBD provinsi dan (iii) APBD kabupaten/kota (BOS Daerah) Dana BOS diperuntukkan untuk mendanai operasional sekolah Dana Bantuan adalah dana yang diberikan oleh pemerintah pusat, provinsi atau kabupaten/kota kepada sekolah 252

273 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah Penyalurannya bisa berupa (i) Dana Dekonsentrasi (Dekon), (ii) Dana Tugas Pembantuan atau (iii) Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Hibah adalah dana bantuan pihak lain bisa berasal dari perusahaan, perorangan, donor asing, desa, dll. Bisa juga berasal dari sumbangan guru yang sudah tersertifikasi untuk pelatihan guru Pendapatan Asli Sekolah adalah dana yang didapat sekolah karena usaha/kegiatan yang dilakukan oleh sekolah seperti penyelenggaraan kantin sekolah, bazar, dan sebagainya Fasilitator mengajak peserta untuk melihat contoh kegiatan yang bisa didanai dengan uang BOS dengan menggunakan panduan BOS Peserta, dengan menggunakan kertas plano, mengidentifikasi kegiatan-kegiatan (dari hasil kerja kelompok sebelumnya) mana saja yang bisa didanai dengan dana BOS. Selanjutnya peserta mendiskusikan sumber dana lain untuk kegiatan-kegiatan yang tidak bisa didanai oleh dana BOS. Sumber dana lain bisa berupa dana dari Pendapatan Asli Sekolah, bantuan/hibah atau dukungan dari Desa/Kelurahan. Fasilitator memastikan peserta memahami peruntukkan masing-masing sumber dana (lihat bahan bacaan) dengan cara menayangkan hasil pembahasan masing-masing kegiatan dan sumber pendanaannya. Format 9.8: Identifikasi Sumber Pendanaan Sumber Pendanaan Kegiatan Jumlah (Rp) BOS Pusat BOS Provinsi BOS Kab/Kot Dekon Dana Tugas Pemba ntuan DAK Bantuan pihak luar Pendapatan Sekolah 253

274 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah 5. Penyusunan RKAS (60 menit) Fasilitator menjelaskan bahwa sekolah harus menyusun RKAS. Gunakan format RKAS yang dipakai oleh program BOS 2013 (Formulir BOS-K1). Masukkan sisa dana tahun lalu (jika ada). Masukkan semua rencana penerimaan sesuai kategori yang ada di format RKAS BOS Hasil penghitungan pendanaan untuk masing-masing kegiatan dikelompokkan sesuai program sekolah. Sedangkan rencana pengeluaran lainnya dimasukkan ke baris-baris sesuai dengan peruntukannya. Jelaskan juga bahwa RKAS adalah dokumen multi sumber. Artinya, semua rencana pendapatan dan pengeluaran harus dimasukkan, tidak terbatas hanya dana yang bersumber dari BOS saja. Untuk keperluan pengelolaan dana BOS, sekolah juga wajib membuat ringkasan RKAS yang dananya bersumber dari dana BOS (Formulir BOS-K2). Peserta menyusun rincian RKAS dari hasil kerja semua kelompok, sesuai dengan format RKAS (Formulir BOS-K1 dan Formulir BOS-K2) yang ada di Panduan BOS yang berlaku. Masing-masing kelompok mengerjakan tugasnya di kertas plano. Hasil kerja kelompok ditukarkan ke kelompok lain untuk ditanggapi. Dalam membuat perkiraan anggaran, penting dipertimbangkan pengeluaranpengeluaran yang berakibat pada kewajiban membayar pajak. 254

275 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah Format 9.9: Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah 255

276 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah 256

277 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah 6. Penutup (20 menit) Fasilitator meminta masing-masing kelompok membuat daftar hal penting yang harus diperhatikan saat menyusun RKT/RKAS. Kemudian fasilitator meminta setiap kelompok menyebutkan satu hal penting yang harus diperhatikan dalam menyusun RKT/RKAS. Fasilitator menutup sesi dengan menjelaskan bahwa hal-hal berikut adalah penting untuk diperhatikan saat menyusun RKT/RKAS: a. RKT/RKAS harus ditandatangani bersama antara Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, serta disahkan oleh Dinas Pendidikan untuk sekolah dan Kasie Mapenda untuk madrasah. b. RKT/RKAS adalah dokumen kerja yang digunakan sekolah untuk melaksanakan program-program sekolah. c. RKAS (Formulir BOS-03) harus dipajang di papan pengumuman sekolah agar dapat dilihat oleh masyarakat luas. d. Pengurus anggaran sekolah perlu mengalokasikan dana berdasarkan jumlah dana yang direncanakan dan mengutamakan kebutuhan alat bahan untuk proses belajar mengajar. e. Dalam menerapkan kegiatan, pengelola keuangan perlu menyeimbangkan sumber daya keuangan antara pendapatan, pengeluaran, dan volume pembiayaan kegaiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan. f. Pengelola keuangan juga perlu mengantisipasi jika ada kegiatan baru atau jika pengeluaran akan menjadi lebih besar atau lebih kecil dari anggaran yang direncanakan. g. RKT/RKAS dapat direvisi dengan persetujuan komite sekolah. Catatan: waktu untuk Penyusunan RKT/RKAS yang dilakukan dalam pelatihan ini sangat singkat sehingga belum menghasilkan RKT/RKAS yang sempurna. Setiap sekolah harus melengkapi dan menyempurnakan penyusunan RKT/RKAS di sekolah masingmasing. RKT/RKAS disusun oleh KKRKS. 257

278 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA Sumber: Kemendiknas, 2011, Perencanaan dan Penganggaran Sekolah/Madrasah 1. Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah Rencana Kerja Tahunan (RKT) adalah rencana program yang akan dilakukan oleh sekolah pada satu tahun pelajaran. RKT disusun berdasarkan jabaran RKS yang dimutakhirkan dengan informasi yang didapatkan dari pelaksanaan EDS. Dalam penyusunan RKT, sekolah perlu memperhatikan kegiatan-kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh sekolah setiap tahunnya, yang tidak ada dalam program-program yang tercantum dalam RKS. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) adalah dokumen anggaran sekolah. RKAS adalah dokumen anggaran multi sumber. Artinya RKAS memuat semua sumber pendanaan sekolah dan rencana penggunaannya. Meskipun format RKAS yang dipakai dalam BOS 2012 adalah sederhana, namun untuk keperluan sekolah sendiri, sekolah harus menyusun RKAS detail yang memuat rencana belanja untuk setiap kegiatan. Dengan adanya RKAS yang terperinci tersebut sekolah akan mudah dalam melaksanakan pembelanjaan dan pelaporannya. 2. Merumuskan Indikator Keberhasilan Program (Kinerja) Indikator keberhasilan adalah ukuran yang digunakan untuk menilai berhasil atau tidaknya suatu program yang telah dilakukan. Apabila indikator keberhasilan telah dapat dicapai, maka program dapat dikatakan berhasil; sebaliknya apabila indikator keberhasilan belum dapat dicapai, maka program dapat dikatakan belum berhasil. Indikator harus ditentukan agar program yang ditetapkan dapat diukur keberhasilannya. Indikator keberhasilan setiap program bisa berkaitan dengan proses dan dapat juga berkaitan langsung dengan hasil akhir. Indikator program yang berkaitan dengan capaian akhir dapat mengacu pada harapan pemangku kepentingan yang telah disusun oleh penyusun RKS/M. Indikator keberhasilan dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif 1, yang penting dapat diukur dan dirumuskan secara spesifik, operasional, dan dalam bentuk kalimat pernyataan. Indikator program renovasi ruang kelas misalnya, bisa dalam bentuk jumlah ruang kelas yang direnovasi atau luas dinding dan/atau atap yang diperbaiki (dalam meter persegi). Namun demikian, tidak selamanya indikator keberhasilan dapat dirumuskan secara kuantitatif, misalnya untuk program pengelolaan keuangan sekolah/madrasah. Untuk kasus ini, mungkin sekali hasil yang akan dicapai adalah laporan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang berlaku 1 Indikator yang baik memenuhi kriteria SMART (specific - spesifik, measurable dapat diukur, achievable dapat dicapai, relevant - relevan, and time bound dicapai dalam batas waktu yang ditentukan) dengan mengutamakan kriteria achievable. 258

279 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah mengenai pengeluaran dan penerimaan dana multisumber yang tercantum pada RKAS. Jika demikian, maka indikator keberhasilannya dapat berupa: Dihasilkannya laporan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang berlaku mengenai pengeluaran dan penerimaan dana multisumber (pengelolaan keuangan sekolah/ madrasah). Contoh Indikator Keberhasilan Program Kategori/Program Indikator Kinerja 1 2 Pengembangan Proses Pembelajaran: Peningkatan nilai rata-rata mata pelajaran matematika. Dst Nilai rata-rata UAN mata pelajaran matematika adalah 8 pada tahun ajaran Dst Sumber Pendanaan Sekolah Ada berbagai sumber pendanaan sekolah. Sumber tersebut bisa berasal dari: Dana APBN, Dana APBD Pemerintah Provinsi, Dana APBD Pemerintah Kabupaten/Kota, Pendapatan Asli Sekolah, Hibah pihak ketiga, dan bantuan/proyek Desa. Berikut adalah penjelasan tentang berbagai sumber dana tersebut: Dana BOS. Dana BOS bisa berasal dari APBN (BOS Pusat) atau dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota (BOS Daerah). Dana BOS diperuntukkan membiayai operasional sekolah. Dana Bantuan. Adalah dana yang diberikan oleh pemerintah pusat, provinsi atau kabupaten/kota kepada sekolah. Penyalurannya bisa berupa Dana Dekonsentrasi, Dana Tugas Pembantuan, dan Dana Alokasi Khusus. Dana Hibah. Adalah dana yang diberikan oleh pihak lain (perusahaan, perorangan, donor asing, dll.). Pendapatan Asli Sekolah. Adalah dana yang didapat sekolah karena usaha/kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, seperti penyelenggaraan kantin sekolah, bazar, dll. 259

280 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah Bantuan Desa. Desa juga bisa membantu sekolah, khususnya melalui pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD). ADD adalah dana block grant yang berasal dari Pemerintah Kabupaten untuk dikelola oleh desa. Pemanfaatan ADD bisa untuk mendukung pelaksanaan WAJAR 9 tahun, misalnya untuk beasiswa, pembangunan akses ke sekolah, dll. Dana ADD tidak bisa diserahkan secara tunai kepada sekolah. Namun desa bisa membuat program yang bermanfaat bagi sekolah. 260

281 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah F. LEMBAR KERJA Format 9.9: Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah 261

282 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah 262

283 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 263

284 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah 264

285 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah 265

286 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah 266

287 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah 267

288 UNIT 9B Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah 268

289 UNIT 10 RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

290

291 UNIT 10 Rencana Tindak Lanjut UNIT 10 RENCANA TINDAK LANJUT (Manajemen Sekolah) Waktu: I Jam A. PENGANTAR Keberhasilan suatu pelatihan pada hakikatnya ditunjukkan dengan sejauhmana dampak pelatihan tersebut terhadap pelaksanaannya di sekolah. Dampak positif biasanya disertai dengan perubahan-perubahan yang terjadi dengan kegiatan inovatif dalam rencana kegiatan program sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Salah satu upaya untuk menjamin penerapan kegiatan tersebut adalah RENCANA TINDAK LANJUT dari sekolah yang bersangkutan serta seluruh unsur yang terdapat di sekolah. Menyusun RTL menjadi bagian penting untuk mengimplementasikan hasil pelatihan. Rencana tindak lanjut merupakan awal komitmen sekolah dalam menerapkan apa yang diperoleh dalam pelatihan. Rencana tersebut perlu ditulis sehingga memudahkan yang bersangkutan maupun pihak lain untuk melaksanakannya dan memantau ketercapaiannya. Rencana perlu dibuat praktis dalam jangkauan kemampuan sekolah dan daya dukung sekolahnya. Jumlah kegiatan lebih baik sedikit tetapi dilaksanakan daripada banyak tetapi tidak dilaksanakan. Rencana yang terlalu muluk hanya akan tinggal sebagai rencana, tidak menimbulkan perubahan di sekolah. Akibatnya, pelatihan yang telah dilaksanakan hanya akan merupakan suatu pemborosan dana, tenaga dan waktu. B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu menyusun kegiatan manajemen sekolah yang akan dilakukan dengan melibatkan semua unsur sekolah. C. BAHAN DAN ALAT 1. Tayangan unit 2. Format 10.1: Rencana Tindak Lanjut Manajemen Sekolah 3. ATK: kertas plano, spidol, pulpen, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting 271

292 UNIT 10 Rencana Tindak Lanjut D. LANGKAH KEGIATAN Pengantar Reviu Unit Menyusun RTL Manajemen Sekolah Penguatan Kunjung Karya Pengantar (5 menit) Fasilitator menyampaikan tujuan dari unit ini yakni tindak lanjut dari pelatihan. Peserta diharapkan untuk menyusun kegiatan yang akan dilakukan untuk tiga bulan ke depan. 2. Mereviu Unit (10 menit) Fasilitator meminta peserta untuk mereviu unit-unit serta prinsip-prinsip dasar dan keterampilan yang diperoleh di dalam tiap unit terkait manajemen sekolah. Peserta menuliskan garis besarnya pada kertas plano. 3. Menyusun Rencana Tindak Lanjut Terkait Manajemen Sekolah (25 menit) Fasilitator mengajak peserta (dalam kelompok sekolah) untuk menyusun rencana tindak lanjut yang realistis tentang apa yang akan dilakukan sekolah untuk meningkatkan manajemennya. Kepala sekolah memimpin penyusunan RTL bersama komite sekolah, pengawas, dan guru dari sekolahnya dengan menggunakan Format Sekedar mengingatkan, fasilitator dapat menayangkan poin-poin penting dari unit yang telah diberikan. Pembelajaran aktif bagaimana masing-masing unsur dalam sekolah dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran yang baik Manajemen Berbasis Sekolah kerja sama yang baik dari segala unsur merupakan kunci bagi keberhasilan pelaksanaan MBS; MBS dapat meningkatkan mutu pendidikan melalui pengelolaan yang akuntabel, partisipatif, dan transparan 272

293 UNIT 10 Rencana Tindak Lanjut Peran Serta Masyarakat merupakan bagian penting dari sekolah yang dapat mendukung manajemen dan pembelajaran RKS dan RKT/RKAS Sekolah yang baik mempunyai RKS yang disusun secara partisipatif dan yang mengemukakan peningkatan mutu dan dilaksanakan secara transparan dan akuntabel. RKS yang baik disusun berdasarkan hasil dari evaluasi diri 4. Kunjung Karya (15 menit) Peserta diminta untuk melakukan kunjung karya dengan berkeliling melihat RTL dari kelompok sekolah lain. Ketika berkeliling, peserta mencatat hal-hal yang menarik dari sekolah lain yang dapat dilakukan di sekolah mereka. Setelah kembali dari kunjung karya, peserta memberbaiki RTL sekolah masing-masing dengan masukan yang baru. 5. Penguatan dan Catatan tentang RTL Sekolah (5 menit) Fasilitator meminta masing-masing sekolah untuk segera melakukan pertemuan di sekolah setelah pelatihan manajemen sekolah dan PAKEM untuk menggabungkan RTL dari unit 4 dan unit 10 yang melibatkan semua unsur sekolah sehingga menghasilkan SATU RTL sekolah. RTL ini merupakan tagihan untuk pertemuan KKG/KKKS yang pertama. Fasilitator memberi penguatan hal-hal berikut: Kepala Sekolah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan keberlangsungan RTL yang telah disusun bersama Pelatihan tidak akan ada manfaatnya apabila tidak ditindaklanjuti dengan pelaksanaan hasil-hasil pelatihan di sekolah masing-masing Terapkanlah DI SEKOLAH apa yang telah diperoleh dari pelatihan Mulailah dari APA YANG SAUDARA MAMPU, bukan dari APA YANG SAUDARA INGINKAN E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA : tidak ada 273

294 UNIT 10 Rencana Tindak Lanjut F. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR 274

295 UNIT 10 Rencana Tindak Lanjut 275

296 UNIT 10 Rencana Tindak Lanjut 276

297 UNIT 10 Rencana Tindak Lanjut 277

298 UNIT 10 Rencana Tindak Lanjut 278

299 UNIT 10 Rencana Tindak Lanjut 279

300 UNIT 10 Rencana Tindak Lanjut 280

PRAKTIK YANG BAIK DALAM PEMBELAJARAN

PRAKTIK YANG BAIK DALAM PEMBELAJARAN BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK PRAKTIK YANG BAIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI) Mei 2013 Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN

PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKem) Waktu: 2 jam A. PENGANTAR Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan.

Lebih terperinci

PRAKTIK YANG BAIK DALAM PEMBELAJARAN

PRAKTIK YANG BAIK DALAM PEMBELAJARAN BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK PRAKTIK YANG BAIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) Mei 2013 Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui

Lebih terperinci

PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN

PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN Pebruari 2013 Modul Pelatihan Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development

Lebih terperinci

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II Modul II Praktik yang Baik di Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II - 3

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK PRAKTIK YANG BAIK. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SD/MI DAN SMP/MTs

BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK PRAKTIK YANG BAIK. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SD/MI DAN SMP/MTs BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK PRAKTIK YANG BAIK MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SD/MI DAN SMP/MTs Mei 2013 Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SMP/MTs

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SMP/MTs PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SMP/MTs Oktober 2016 Panduan penggunaan video pembelajaran untuk pendampingan fasilitator SD/MI ini dikembangkan dengan dukungan penuh

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI Oktober 2016 Panduan penggunaan video pembelajaran untuk pendampingan fasilitator SD/MI ini dikembangkan dengan dukungan penuh

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemberdayaan Membaca, Pembelajaran PAKEM

Kata Kunci: Pemberdayaan Membaca, Pembelajaran PAKEM PEMBERDAYAAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PEMBELAJARAN PAKEM PADA MATA KULIAH KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Mudzanatun Dosen PGSD IKIP PGRI SEMARANG mudzanatunm.pd_zana@yahoo.co.id Abstrak Membaca

Lebih terperinci

UNIT 5 : MENGEMBANGKAN PAKEM

UNIT 5 : MENGEMBANGKAN PAKEM UNIT 5 : MENGEMBANGKAN PAKEM 6A. Apa, Mengapa PAKEM? 6B. Mengembangkan PAKEM UNIT 5: MENGEMBANGKAN PAKEM 5A. Apa dan Mengapa PAKEM? Waktu: 90 menit A. PENGANTAR Pembelajaran merupakan salah satu unsur

Lebih terperinci

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam Unit 8 gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam A. PENGANTAR Banyak upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

Pelatihan Joyfull learning pada Pembelajaran Tematik Integratif dalam Kurikulum 2013, Adaptasi dari modul 2 USAID prioritas

Pelatihan Joyfull learning pada Pembelajaran Tematik Integratif dalam Kurikulum 2013, Adaptasi dari modul 2 USAID prioritas PPM FIP Universitas Negeri Yogyakarta 2014 Pelatihan Joyfull learning pada Pembelajaran Tematik Integratif dalam Kurikulum 2013, Adaptasi dari modul 2 USAID prioritas Rahayu Condro Murti, Supartinah, dan

Lebih terperinci

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II Pengantar Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II 2 - Modul II Praktik yang Baik di Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) - 3 Pengantar Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

Lebih terperinci

Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia s Teachers, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS)

Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia s Teachers, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS) Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia s Teachers, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS) MODUL IIIC PRAKTIK YANG BAIK DI SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI):

Lebih terperinci

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH B2-2

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH B2-2 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH FA Book 2 2.indd 1 10/26/10 1:59:35 PM FA Book 2 2.indd 2 10/26/10 1:59:35 PM DAFTAR ISI A. Alasan Perlunya Manajemen 03 Berbasis Sekolah B. Pilar MBS 04 C. Landasan Hukum 06

Lebih terperinci

Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK

Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK Pengantar Pengantar Modul Modul II Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK Juli 2014 Modul II: Praktik yang Baik dalam MBS di SD/MI

Lebih terperinci

UNIT 6 : MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG BAIK

UNIT 6 : MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG BAIK UNIT 6 : MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG BAIK UNIT 6 : MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG BAIK Waktu: 140 menit A. PENGANTAR Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

Lebih terperinci

UNIT 1: RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 UNIT 1-1

UNIT 1: RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 UNIT 1-1 UNIT 1 RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 UNIT 1 RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 Pendahuluan DBE3 bertujuan untuk mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dan

Lebih terperinci

Bahan Pelatihan ini telah disiapkan untuk menunjang pelatihan sekolah dan masyarakat dalam

Bahan Pelatihan ini telah disiapkan untuk menunjang pelatihan sekolah dan masyarakat dalam PENGANTAR Bahan Pelatihan ini telah disiapkan untuk menunjang pelatihan sekolah dan masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta Masyarakat, serta Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Lebih terperinci

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP Waktu : 3 jam 45 menit A. Pendahuluan Pada paket pelatihan

Lebih terperinci

UNIT 2 : PERAN SERTA MASYARAKAT

UNIT 2 : PERAN SERTA MASYARAKAT UNIT 2 : PERAN SERTA MASYARAKAT 2a. Manajemen Sekolah Transparansi Dan Akuntabilitas Publik 2b. Peran Serta Masyarakat Jenis-jenis Peran Serta Masyarakat Kreativitas Menghimpun Berbagai Sumber Daya dan

Lebih terperinci

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH Pendahuluan Pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan profesional yang berfungsi sebagai unsur pelaksana supervisi pendidikan yang mencakup supervisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

UNIT 7 : PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP

UNIT 7 : PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP UNIT 7 : PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP UNIT 7 : PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu: 120 menit A. PENGANTAR Banyak upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Salah satu kegiatan yang

Lebih terperinci

Melakukan Pendampingan yang Efektif

Melakukan Pendampingan yang Efektif Kegiatan 3: Simulasi Pendampingan Menggunakan Panduan (70 menit) (1) Fasilitator membagikan Handout Peserta 2.1: Lima Langkah Pendampingan yang Efektif, peserta mempelajarinya, kemudian fasilitator memberi

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IV WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN WORKSHOP ANALISIS DATA 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II Modul PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Modul Pelatihan Praktik

Lebih terperinci

INOVASI PEMBELAJARAN CALON GURU SD DI SEKOLAH LAPANGAN. Qoriati Mushafanah Diana Endah Handayani. Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang

INOVASI PEMBELAJARAN CALON GURU SD DI SEKOLAH LAPANGAN. Qoriati Mushafanah Diana Endah Handayani. Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang INOVASI PEMBELAJARAN CALON GURU SD DI SEKOLAH LAPANGAN Qoriati Mushafanah Diana Endah Handayani Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang qoryati@gmail.com Abstrak Permasalahan yang sering

Lebih terperinci

PRAKTIK YANG BAIK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs)

PRAKTIK YANG BAIK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) PRAKTIK YANG BAIK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) Pebruari 2013 Modul Pelatihan Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency

Lebih terperinci

Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menuju Sekolah Ramah Anak

Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menuju Sekolah Ramah Anak Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Menuju Sekolah Ramah Anak Konsep Sekolah Ramah Anak Sekolah ramah anak memastikan setiap anak secara inklusif berada dalam lingkungan yang aman secara fisik,

Lebih terperinci

oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK

oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK PELATIHAN PEMBUATAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI I2M3 DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU SD DI GUGUS XIV KECAMATAN BULELENG oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas

Lebih terperinci

2 RKS dan RKA hanya memuat dua dari tiga. 1 RKS dan RKA hanya memuat satu dari tiga. 0 RKS dan RKA tidak memuat ketiganya

2 RKS dan RKA hanya memuat dua dari tiga. 1 RKS dan RKA hanya memuat satu dari tiga. 0 RKS dan RKA tidak memuat ketiganya Nama Sekolah :... Alamat :...... A. Instrumen Pengamatan Pelaksanaan Program MBS di Sekolah No. Aspek Pengamatan Pilhan jawaban Skor 1 Apakah sekolah memiliki visi dan misi? 2 Apakah visi dan misi sekolah

Lebih terperinci

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK 00 LATAR BELAKANG Social Mapping, Pemetaan Sosial atau Pemetaan Masyarakat yang dilakukan oleh anak dimaksudkan sebagai upaya anak menyusun atau memproduksi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK Kode: MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati Jenjang Sekolah: T/P : 2/2 SMA/MA/SMA-LB/SMK I. Kompetensi 1. Memahami model kooperatif 2. Memahami model pembelajaran berbasis masalah 3. Memahami

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum.

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum. PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL Oleh Supartinah, M.Hum. supartinah@uny.ac.id Pendahuluan Budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENGEMBANGAN KBM Menurut BSNP: Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL Kegiatan PPL di SMK PI AMBARRUKMO dilaksanakan terhitung dari 1 Juli sampai dengan 15 September 2014. Uraian tentang pelaksanaan program PPL tersebut sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

DisampaikanOleh: Sabar Nurohman, M.Pd.Si PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM

DisampaikanOleh: Sabar Nurohman, M.Pd.Si PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM Curiculum Vitae Nama: Sabar Nurohman, M.Pd.Si TTL: Banjarnegara, 21 Juni 1981 Alamat: PuriSakinahA9, Potorono, Banguntapan, Bantul Pendidikan: S1: Pend. FisikaFMIPA UNY S2: Pend. SainsPPS UNY Pekerjaan:

Lebih terperinci

UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH

UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 3: KUNJUNGAN SEKOLAH Waktu: 330 menit A. PENGANTAR Penerapan MBS (Unit 1-3) di sekolah tidak sulit. Pengertian MBS tidak hanya dimiliki secara teoretis tetapi juga diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Paparan Data a. Pra Tindakan Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengadakan observasi awal di MI Al-Hidayah 02 Betak Kalidawir

Lebih terperinci

Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK

Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK Modul II Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK Juli 2014 Modul II: Praktik yang Baik dalam MBS di SD/MI dan SMP/MTs

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

PAKET PELATIHAN PENGANTAR SAINS

PAKET PELATIHAN PENGANTAR SAINS PAKET PELATIHAN PENGANTAR SAINS BUKU PANDUAN BAGI PENDAMPING Kabupaten/Kota Gugus Nama Sekolah 1.1 Latar Belakang Pendampingan Menindaklanjuti pelatihan STW yang sudah dilaksanakan di beberapa distrik

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN ULFA ZAINUL MUBAROK Mahasiswa Keguruan Bahasa Arab, Pascasarjana Universitas Negeri Malang Email: zainulmubarok.zm@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Pemodelan Pembelajaran Matematika yang Efektif. 1.2 Permainan Dalam Pembelajaran Matematika. 2.1 Membaca dan Kegiatan Bahasa Terpadu

DAFTAR ISI. 1.1 Pemodelan Pembelajaran Matematika yang Efektif. 1.2 Permainan Dalam Pembelajaran Matematika. 2.1 Membaca dan Kegiatan Bahasa Terpadu Cover Dalam Daftar Isi DAFTAR ISI DAFTAR ISI PENGANTAR PENDAHULUAN iii v 1 UNIT 1 UNIT 2 UNIT 3 UNIT 4 UNIT 5 1.1 Pemodelan Pembelajaran Matematika yang Efektif 1.2 Permainan Dalam Pembelajaran Matematika

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN 1: KONSEP TEMATIK INTEGRATIF

MATERI PELATIHAN 1: KONSEP TEMATIK INTEGRATIF MATERI PELATIHAN 1: KONSEP TEMATIK INTEGRATIF A. KOMPETENSI Peserta pelatihan dapat: 1. Memahami secara utuh perubahan pendekatan pembelajaran ke pendekatan tematik integratif. 2. Memahami secara utuh

Lebih terperinci

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3 UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGJAR UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGAJAR Pendahuluan Persiapan dan praktik mengajar adalah salah satu unit yang penting dalam setiap tahapan pelatihan. Unit ini memberikan

Lebih terperinci

UNIT 6 BAGAIMANA MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)?

UNIT 6 BAGAIMANA MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)? UNIT 6 BAGAIMANA MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)? UNIT 6 BAGAIMANA MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)? Pendahuluan Tujuan Program Pelatihan ini adalah untuk menghasilkan peningkatan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

Bahan Pelatihan ini telah disiapkan untuk menunjang pelatihan sekolah dan masyarakat dalam

Bahan Pelatihan ini telah disiapkan untuk menunjang pelatihan sekolah dan masyarakat dalam PENGANTAR Bahan Pelatihan ini telah disiapkan untuk menunjang pelatihan sekolah dan masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta Masyarakat, serta Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Lebih terperinci

UNIT 6 : ASESMEN DAN EVALUASI

UNIT 6 : ASESMEN DAN EVALUASI UNIT 6 : ASESMEN DAN EVALUASI UNIT 6 : ASESMEN DAN EVALUASI UNIT 6 : ASESMEN DAN EVALUASI Waktu : 3 jam A. PENDAHULUAN Asesmen adalah pengumpulan bukti yang diilakukan secara sengaja, sistematis, dan

Lebih terperinci

UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP?

UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? (Unit 8 ini khusus untuk Pelatihan Fasilitator) UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? Pendahuluan Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bagian dari kunci pokok keberhasilan kemajuan suatu bangsa, oleh karenanya setiap bangsa pasti menginginkan adanya perkembangan dan

Lebih terperinci

Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2

Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2 Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2 Desember 2009 Modul Pelatihan Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui pendidikan yang berkualitas diharapkan akan mampu memberikan dan memfasilitasi bagi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Identifikasi Masalah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sebelum melakukan

Lebih terperinci

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) SILABUS DAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) Disunting dan dikembangkan oleh Pirdaus Widyaiswara LPMP Sumsel Perencanaan Proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009 PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PAKEM SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Kusnaeni SMP Negeri 3 Purworejo Jl. Mardihusodo 3 Kutoarjo, Purworejo

Lebih terperinci

RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD

RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD Penulis: Wara Winartiningsih LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN D.I.YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Bahan Pelatihan ini telah disiapkan untuk menunjang pelatihan sekolah dan masyarakat dalam

Bahan Pelatihan ini telah disiapkan untuk menunjang pelatihan sekolah dan masyarakat dalam PENGANTAR Bahan Pelatihan ini telah disiapkan untuk menunjang pelatihan sekolah dan masyarakat dalam Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta Masyarakat, serta Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tindakan 4.1.1 Siklus 1 4.1.1.1 Rencana Tindakan Praktek pembelajaran pada siklus 1 dengan Standar Kompetensi: 7. Memahami perubahan yang terjadi di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut.

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut. SALINAN LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PEDOMAN PEMBELAJARAN I. PENDAHULUAN Pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS

UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS Pendahuluan Dalam banyak kesempatan, ide-ide perubahan pembelajaran telah dikenalkan. Akan tetapi, ide tersebut seakan-akan hanya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil 422 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil penelitian, maka pada bab lima ini dikemukakan tentang simpulan hasil penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian dilakukan di SD Negeri Jlamprang 2 Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo kelas II dengan jumlah siswa sebanyak 35 yang terdiri

Lebih terperinci

UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP

UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP Pendahuluan Pembelajaran di dalam kelas, pada dasarnya dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas tentang hasil penelitian meliputi deskripsi kondisi awal, deskripsi hasil siklus I, deskripsi hasil perbaikan pada siklus II, pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus-kasus pembelajaran di kelas mata pelajaran Agama Islam lebih dekat dengan pembentukan perilaku daripada pengetahuan. Seorang muslim tidak dilihat dari ilmunya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal ( Pra Siklus) Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SD Negeri Mrisi 2 Semester 2 Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN 189 BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN Implementasi pendidikan multikultural di sekolah perlu diperjelas dan dipertegas. Bentuk nyata pembelajaran untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 01 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Jumlah siswa kelas 5 pada SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pratindakan Peneliti melakukan observasi sebelum melaksanakan penelitian. Observasi bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingkat kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Pendidikan berkualitas memerlukan suatu pembelajaran yang berkualitas. Pada proses

Lebih terperinci

DALAM PEMBINAAN PROFESIONAL

DALAM PEMBINAAN PROFESIONAL PERAN KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS DALAM PEMBINAAN PROFESIONAL Waktu: 2 jam A. PENGANTAR Banyak variabel yang bisa mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan, salah satunya adalah peran kepala sekolah dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Dr. Syamsurizal PELATIHAN PEMBELAJARAN AKTIF DI UNIVERSITAS JAMBI 14 sd 17 NOPEMBER 2011 Usaha sadar seseorang untuk merubah tingkah laku, melaui interaksi dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS PAIKEM DI SD NEGERI 2 GROBOGAN, KECAMATAN GROBOGAN, KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan :... Kelas / Semester : III (Tiga) / 2 Tema / Topik : Menjaga Kelestarian Lingkungan Petemuan ke : 1 Alokasi Waktu : 1 Hari A. KOMPETENSI INTI 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Lebih terperinci