PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA BERBASIS PAKEM BAGI GURU-GURU SD DI UPT PENDIDIKAN MAJA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN. Edi Humaedi
|
|
- Suparman Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA BERBASIS PAKEM BAGI GURU-GURU SD DI UPT PENDIDIKAN MAJA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN Edi Humaedi Abstrak, Permasalahan yang timbul di lapangan, terdapat kecenderungan guru dalam melaksanakan kewajiban mengajar tidak ditunjang oleh kemampuan dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif, artinya pembelajaran masih didominasi guru dari pada peran aktif siswa, sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat rendah. Guru kurang kreatif dalam menciptakan iklim pembelajaran bagi siswa. Dari permasalahan pembelajaran tersebut, dapat diasumsikan bahwa rendahnya mutu proses pembelajaran di Sekolah Dasar salah satu sebabnya adalah kurang optimalnya guru dalam menggunakan media pembelajaran bagi siswa. Tidak adanya media menyebabkan anak kurang termotivasi untuk mengetahui sesuatu hal yang baru. Dari hasil survei pengamatan dilapangan bahwa prestasi anak semakin rendah belajar dengan menggunakan hafalan, dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan melihat alat atau medianya langsung. Kata Kunci : Penbuatan media Pembelajaran,PAKEM. PENDAHULUAN Guru sebagai ujung tombak dalam keberhasilannya. Salah satu unsur yang paling penting dalam keberhasilan mutu pembelajaran di Sekolah Dasar yaitu bagaimana guru dapat mengembangkan sistem pembelajaran di kelas secara optimal. Salah satu indikator keberhasilan mutu proses dan hasil belajar siswa, selain guru dapat mengembangkan materi, sumber pembelajaran, metode, strategi, evaluasi, dan penggunaan media. Media pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam menunjang tujuan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat dari segala benda yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar. Dilihat dari macamnya, media pembelajaran terdiri dari: gambar gambar, foto, grafik, poster, papan planel, visual, hingga benda asli seperti laboratorium, nara sumber, dan sebagainya. Pemanfaatan media pembelajaran berfungsi untuk menyampaikan materi agar lebih mudah diterima siswa, sehingga dapat membantu kelancaran efektivitas dan efesiensi dalam tujuan materi di Sekolah Dasar. Permasalahan yang timbul di lapangan, terdapat kecenderungan guru dalam melaksanakan kewajiban mengajar tidak ditunjang oleh kemampuan dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif, artinya pembelajaran masih didominasi guru dari pada peran aktif siswa, sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat rendah. Guru kurang kreatif dalam menciptakan iklim pembelajaran bagi siswa. Peran siswa dalam peningkatan mutu pendidikan masih rendah, kurang terlatih dalam menemukan/mencari, menganalisis dan menggunakan informasi. Siswa dalam belajar sangat tinggi ketergantungannya pada guru. Selain itu guru masih menggunakan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar. Guru kurang kreatif menyajikan bahan-bahan Ilmu Pengetahuan Sosial karena tidak ditunjang oleh penggunaan media secara maksimal khsususnya peta. Sedangkan peta sangat berfungsi dalam menyajikan pesan
2 materi dan dapat merangsang siswa untuk belajar dan menghindari verbalisme atau monoton. Tidak adanya media menyebabkan anak kurang termotivasi untuk mengetahui sesuatu hal yang baru. Dari hasil survei pengamatan dilapangan bahwa prestasi anak semakin rendah belajar dengan menggunakan hafalan, dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan melihat alat atau medianya langsung. Sehubungan dengan adanya masalah diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk mengadakan Pelatihan Pembuatan Media Berbasis PAKEM Bagi Guru-Guru SD Di UPT Pendidikan Maja Kabupaten Lebak Provinsi Banten. TUJUAN KEGIATAN Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran berbasis PAKEM bagi guru-guru SD di UPT Pendidikan Kecamatan Maja Kabupaten Lebak Provinsi Banten. MANFAAT HASIL PELATIHAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada berbagai pihak diantaranya sebagai berikut : 1. Bagi guru di Sekolah Dasar. a. Mengembangkan model pembelajaran berbasis PAKEM dengan memanfaatkan media pembelajaran sebagai sarana pembelajaran untuk siswa. b. Meningkatkan efektifitas mengajar siswa dalam menyampaikan bahan/materi pembelajaran melalui media pembelajaran yang kreatif dan inovatif. 2. Bagi Siswa Sekolah Dasar a. Menumbuhkembangkan motivasi siswa. b. Menumbuhkan kreatifitas dan aktifitas siswa. KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar Media merupakan salah satu komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan sistem pengajaran. Penggunaan media secara tepat dalam pelaksanaan pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Secara garis besar, media terbagi atas tiga macam, yaitu media visual (sepeerti: slide.transparan, film, grafik, gambar, peta dan globe), audio (pita suara, radio, TV) masyarakat sebagai sumber belajar (masyarakat, kunjungan studi, nara sumber). Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari medium, yang berarti perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Secara harfiah media diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Sumaatmadja mengemukakan bahwa media pengajaran secara keseluruhan adalah segala benda, dan alat yang digunakan untuk membantu pelaksanaan PBM, seprti: slide, proyektor, peta, globe, grafik, diagram, potret, gambar, maket, diorama, film, tape recorder, video tape recorder, radio, dll adalah pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas. Untuk mencapai ke arah pembinaan siswa terhadap penguasaan konsep dan generalisasi, sangat diperlukan alat atau
3 media yang dapat membantu pencapaian konsep atau materi pelajaran. Penggunaan media dimaksudkan untuk lebih memperjelas materi pelajaran serta menghindari siswa pada kesan verbalisme. Dengan menggunakan media siswa lebih tertarik dengan materi yang dibahas, media sebagai alat hiburan yang menarik minat siswa, sehingga menjadikan pembelajaran benar-benar menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Hakekat kebermaknaan yaitu siswa dapat belajar dengan menggunakan segenap potensi yang ada pada dirinya melalui penginderaan, minat, pengalaman, kecerdasan, dsb. Sumaatmadja menjelaskan bahwa pada dasarnya siswa memiliki potensi-potensi dasar seperti dorongan ingin tahu (sense of curiosity), minat perhatian (sense of interest), dorongan membuktikan kenyataan (sense of reality), dorongan menemukan sendiri (sense of discovery), dorongan berpetualangan (sense of advanture), dan dorongan menghadapi tantangan (sense of challenge). Untuk lebih membangkitkan motivasi siswa, penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat membantu dalam menyalurkan bakat dan minat siswanya terhadap obyek-obyek yang dipelajari sehingga kebermaknaannya tinggi. Atas dasar itu, apabila dikaitkan dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang membutuhkan pengetahuan, guru dapat menciptakan kondisi kelas yang betul-betul efektif meliputi penyediaan media yang sesuai dengan tujuan dan materi yang dikembangkan, juga ditunjang dengan mengangkat bahan/materi berdasarkan pengalaman keseharian siswa, sehingga menumbuhkan kesan menyenangkan bagi siswa untuk belajar. Oleh karena itu, guru sebagai penentu harus benar-benar memilih media yang tepat yaitu yang sesuai dengan tujuan, bahan/materi, sumber dan sistem evaluasinya. Keterampilan menentukan dan mengembangkan media dalam pembelajaran di sekolah dasar sesuai dengan karakteristiknya mutlak diperlukan guru kegiatan pembelajaran yang diciptakan. Media sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran guru. Guru tidak cukup memiliki pengetahuan tentang media tetapi dituntut untuk terampil memilih, menggunakan serta mengusahakan memilih media yang tepat, kalau memungkinkan guru memiliki kemampuan untuk merancang dan membuat media sendiri. Memilih dan menggunakan media, perlu memperhatikan aspek tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Penggunaan media bukan semata-mata melaksanakan salah satu komponen pengajaran, tetapi dengan media betul-betul berguna untuk memudahkan penguasaan siswa dalam belajar. Upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sangat terkait dengan kemampuan guru dalam memanfaatkan media yang tersedia untuk kebutuhan siswanya, siswa dilatih menjadi terampil dan penuh pengalaman dalam menggunakan media. Proses pembelajaran yang didukung oleh media secara lengkap, dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar. Sumantri mengemukakan mengenai tujuan belajar dapat diwujudkan dalam bentuk: 1) menjadikan anak-anak senang, bergembira dan riang dalam belajar; 2) memperbaiki berfikir kreatif anak-anak, sifat keinginantahuan, kerjasama, harga diri dan rasa percaya pada diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan akademik; 3) mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar; 4) mengembangkan
4 afektif dan kepekaan terhadap peristiwaperistiwa yang terjadi di lingkungannya, khsususnya perubahan yang terjadi dalam lingkngan sosial dan teknologi. Selanjutnya Sumantri mengemukakan prinsip-prinsip dalam memilih media yaitu: 1) memilih media harus berdasarkan pada tujuan pengajaran dan bahan pengajaran yang akan disampaikan; 2) memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik; 3) memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru, baik dalam pengadaannya dan penggunaannya; 4) memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang tepat; 5) memilih media harus memahami karakteristik dari media itu sendiri. 2. Penggunaan media sebagai alat pembelajaran yang Efektif Pembelajaran merupakan upaya teknis yang dilakukan guru dan siswa dalam kerangka stategis untuk mencapai tujuan. Sedangkan pengertian pembelajaran menurut Nasution, adalah Suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan siswa sehingga terjadi proses belajar. Dalam konteks keberhasilan mutu proses pembelajaran, kinerja guru merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, misalnya: kemampuan membaca dan memahami kurikulum membuat rancangan pembelajaran, hingga kemampuan pengimplementasiannya tentang keragaman model serta pendekatan di kelasnya. Termasuk pemanfaatan media yang merupakan salah satu komponen yang tidak lepas dari bagian penunjang lainnya dalam upaya meningkatkan keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran di Sekolah Dasar. Sehubungan dengan itu, dalam upaya membangkitkan minat, semangat dan kreativitas siswa dalam pembelajaran di SD, kedudukan guru sangat strategis dan sentral dalam menciptakan kelas agar menarik, aktual, dan fungsional bagi siswa. Dengan media yang merupakan salah satu alternatif untuk membantu atau membimbing siswa terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari materi yang ada pada SD. Sesuai dengan prinsip belajar aktif, pembelajaran dengan menggunakan media yaitu mengkondisikan siswa dengan segala potensi, baik fisik, mental, maupun sosial. Siswa terlibat aktif dalam mengekplorasi materi-materi secara mendalam tentang obyek sesuatu, melalui media dapat membantu siswa memberi pemahaman tentang lokasi tertentu dan dengan segala karakteristiknya. 3. Pengertian PAKEM Pondasi kritis dan rasional PAKEM adalah filsafat konstruktivisme. Berdasarkan konstruktivisme pembelajaran ini merupakan proses konstruksi pengetahuan, bukan duplikasi pengetahuan. Pengetahuan dikonstruksi pada latar kenyataannya, bukan seharusnya. Pengetahuan yang dipelajari disetting berdasarkan autentisitasnya, bukan artifisialnya. PAKEM sebagai proses learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik. Apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM merupakan rumusan-rumusan yang harus dijawab guru. Jawaban tersebut merupakan pengetahuan deklaratif, struktural,
5 dan prosedural. Aspek pengetahuanpengetahuan terebut penting sebagai landasan bagi guru maupun calon guru berpikir logis dan bertindak profesional atas profesinya. Sebagai medium pendekat antara materi dan peserta didik pada pembelajaran artifisial adalah aktivitas mental berupa hafalan. Pembelajaran lebih menekankan memorisasi terhadap materi yang dipelajari daripada struktur yang terdapat di dalam materi itu. Pembelajaran seperti ini melelahkan dan membosankan. Belajar bukan manifestasi kesadaran dan partisipasi, melainkan keterpaksaan dan mobilisasi. Dampak psikis ini tentu kontraproduktif dengan hakikat pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan manusia atas seluruh potensi kemanusiaan yang dimiliki secara kodrati. Seiring dengan pengembangan filsafat konstruktivisme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul pemikiran kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa negeri ini menuju pembelajaran yang berkualitas, humanis, organis, dinamis, dan konstruktif. Salah satu pemikiran kritis itu adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan atau PAKEM. Pembelajaran, menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage performance. Pembelajaran lebih menekankan bahwa peserta didik sebagai makhluk berkesadaran memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman adalah kebutuhan. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan yang dimilikinya. Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya. Kreatif, pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah kreativitas bisa dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif yang melibatkan evaluasi bukti. Kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu problem. Efektif, pembelajaran efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran efektif memudahkah peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat. Menyenangkan, pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada dirinya namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya. Pembelajaran
6 menyenangkan menjadikan peserta didik ikhlas menjalaninya. Pembelajaran PAKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas. Peserta didik diperkenankan bekerja secara kooperatif. Praktik PAKEM membutuhkan kemampuan teoritik dan praktik. Kemampuan teoritik meliputi arti belajar, dukungan teoritis, model pembelajaran, dan pembelajaran kontekstual. Kemampuan praktik adalah mempraktikkan metode-metode PAKEM. METODE PELATIHAN Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka metode pelatihan yang akan digunakan adalah: 1. Metode ceramah dan diskusi. 2. Praktek langsung, secara berkelompok terdiri dari 2-3 orang dan dipandu oleh instruktur langsung pembuatan media pembelajaran. 3. Peserta melakukan Macro Teaching 4. Peserta Praktek di SD tempat mereka mengajar kemudian kita amati PEMBAHASAN Dalam kegiatan pelatihan PAKEM yang dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2012 ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu: Pertama, pemberian teori PAKEM. Pada materi ini peserta diberikan teori-teori pembelajaran dan metode-metode PAKEM, agar pemahaman konsep PAKEM merata di peserta pelatihan. Kedua, penerapan aplikasi PAKEM. Pada materi ini peserta diajak secara langsung mengaplikasikan PAKEM pada lima bidang studi yaitu IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan PKn yang diajarkan di Sekolah Dasar. Peserta diberikan waktu selama 30 menit untuk membuat skenario dan sekaligus membuat media pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Kemudian setelah waktu yang ditentukan selesai peserta pelatihan mempresentasikan dan mempraktikan dihadapan narasumber cara mengajar dengan menggunakan metode tersebut. Narasumber memberikan tanggapan dan masukan yang membangun. PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil Pelatihan pembuatan media berbasis PAKEM didapatkan bahwa : 1. Pelatihan ini dapat merubah paradigma guru dalam pembelajaran di SD. 2. Guru sangat senang dan antusias karena mendapat materi yang baru dan bermakna. B. Saran Saran yang diajukan adalah : 1. Perlu diadakan yang kontinyu kegiatan semacam ini dalam rangka penyegaran dan menambah ilmu yang bermanfaat bagi para guru, sehingga para guru tidak ketinggalan hal-hal yang baru dan inovatif. 2. Perlu diciptakan pembuatan media pembelajaran yang murah dan berkualitas.
7 DAFTAR PUSTAKA Ali Imron, (1996). Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka). Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Kurikulum 2006 (Standar Kompetensi) Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial untuk SD/MI, (Jakarta: Depdiknas). Nasution,(1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito) Oemar Hamalik, (2003). Proses Belajar Menngajar, (Bandung: Bumi Aksara) Raka Joni, (1985). Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Suatu Tinjauan Pengantar. DEPDIKBUD, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) Sumantri, (2000). Strategi Belajar mengajar, (Depddikbud: Dirjen Dikti, PPGSD IBRD) Surya, Mohammad, (2007). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Yayasan Bina Bhakti Winaya) Usman, M.U, (2001). Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya) Daftar Riwayat Hidup Penulis : Edi Humaedi, S.Pd., Pengawas UPT Pendidikan Kecamatan Maja Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
DEVELOPING INSTRUKCTIONAL MEDIA FOR STUDENT AT ELEMENTARY SCHOOLS. By; Sri Lestari
DEVELOPING INSTRUKCTIONAL MEDIA FOR STUDENT AT ELEMENTARY SCHOOLS By; Sri Lestari Abstrak; Dewasa ini media pendidikan memiliki peranan penting di dalam proses pembelajaran. Dunia pendidikan menuntut penggunaan
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.
Bab I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka
Lebih terperinciMEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media
MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam
Lebih terperinciTUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :
TUJUAN PENDIDIKAN: Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkarya seni, setiap individu selalu ingin mengkomunikasikan karyanya kepada orang lain dan sekaligus memuaskan orang lain tersebut. Individu tidak akan
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PEMANFAATAN MEDIA PETA DI SDS LAB. PGSD FIP UNJ KELAS IV JAKARTA SELATAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PEMANFAATAN MEDIA PETA DI SDS LAB. PGSD FIP UNJ KELAS IV JAKARTA SELATAN Dewi Hartanti Kasina Ahmad Abstrak, Tujuan operasional penelitian ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Prestasi Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman/
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar
1 I. PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar belakang belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan,
Lebih terperinciBAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif
BAB I A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan aktivitas peserta didik bukan aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif apabila mereka telah mendominasi aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang diperlukan oleh semua orang. Dapat dikatakan bahwa pendidikan dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada kelas V menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Pendapatan nilai siswa cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat di pengaruhi oleh mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk pembinaan, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing. Kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan sikap seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)
PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
Lebih terperinciPENERAPAN PAKEM DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI SD MUHAMMADIYAH SERANG
PENERAPAN PAKEM DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Hj. Nur aeni, M. Pd MATEMATIKA DI SD MUHAMMADIYAH SERANG Abstrak Pembelajaran matematika disekolah belum menampilkan pembelajaran yang kreatif menantang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Sebagaimana dikemukakan oleh Rusman dan Dewi (2009 : 174) menurut
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Shop Pembelajaran Guru bagi Guru SMAN Banjarangkan, 2007), hlm. 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan dapat tercapai apabila tercipta sebuah proses pembelajaran yang berkualitas. Tujuan pendidikan nasional dalam Undangundang RI No.20 tahun 2003 tentang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan Nasional Indonesia yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut Shertian (2000) pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, siswa dituntut dapat berfikir kritis, kreatif dan dapat. memecahkan suatu masalah agar dapat bersaing.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi penting dalam peningkatan mutu hidup manusia yang tidak dapat lepas dari kehidupan. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciMEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH
MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH PENGERTIAN MEDIA Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183) mengemukakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan masyarakat dapat dilihat dari perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, menambah keterampilan serta dapat merubah sikap individu dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan pokok dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu dan dapat diandalkan dalam kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Negara. 1 Dalam mewujudkan kecerdasan bangsa yaitu dengan belajar, dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 Bandung, terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya kurangnya berpikir
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Hisyam Zaeni menyebutkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Keaktifan Belajar Siswa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keaktifan adalah kegiatan. keaktifan belajar dapat dilihat dari kegiatan siswa selama pembelajaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2001), hlm Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang, karena hasil dari proses pendidikan akan dirasakan baik untuk saat ini maupun untuk waktu yang akan datang. Kondisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari
` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.
Lebih terperinciModel Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan
Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sekarang ini telah mulai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sekarang ini telah mulai diterapkan di lingkungan pendidikan Sekolah Dasar. Karena pendidikan Sekolah Dasar merupakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Salah satunya menurut Duch (1995) dalam http://www.uii.ac.id pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ari Yanto, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal utama bagi setiap bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah Indonesia sangat memperhatikan bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua masalah pokok, yakni 1) bagaimana mengadaptasikan dengan benar kurikulum dan metode pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, antara lain: Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian; Penegasan Istilah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi pokok dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Karena itu pengembangan untuk
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I Oleh Wahyudi Pendahuluan Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari aspek pendidikan sehingga sangat wajar jika pemerintah harus memberikan perhatian yang serius terhadap dunia pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap
Lebih terperinciKata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar
PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu
93 BAB V PEMBAHASAN Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu adanya analisis hasil penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang dihasilkan tersebut dapat dilakukan interprestasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Mediana Fitri,2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses komunikasi antara pendidik dan anak didik yang diikat dengan minat dan perhatian antara keduanya. Demikian juga proses belajar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Sadiman, dkk. (2008: 17-18) mengatakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar Pengertian matematika pada dasarnya tidak dapat ditentukan secara pasti, hal ini disebabkan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003) bahwa sains
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tujuan dari proses pembelajaran diantaranya adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di setiap kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan sampai kepada masalah yang sulit untuk didapatkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi yang penting bagi setiap individu bahkan Negara. Dalam kehidupan yang penuh persaingan saat ini, seseorang diperhitungkan kedudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab I ini akan mengkaji tentang latar belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah. Penjelasan dari keenam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, karena pendidikan merupakan gerbang menuju wawasan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan gerbang menuju wawasan dan pengetahuan akan dunia yang
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)
7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan
Lebih terperinciBAB. II KAJIAN PUSTAKA
7 BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Pengertian aktivitas adalah semua kegiatan seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan baik secara kelompok maupun perorangan atau individu. Menurut
Lebih terperinciMEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)
MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai suatu hal yang erat kaitannya dengan kegiatan berhitung. Bagi setiap orang dan tidak menutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pembelajaran IPA. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melalui hasil observasi selama penulis melakukan Praktek Pengenalan Lapang (PPL) dan sesi wawancara kepada guru di SMP Muhammadiyah 2 Batu diperoleh informasi bahwa
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA Djelesia, Mestawaty Ahmad, dan MuchlisDjirimu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Lebih terperinciLINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA
LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA Nela Rofisian Abstrak: Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bagi sebagian siswa masih dirasakan sulit untuk dipahami. Hal ini terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha sadar untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan perlu diorganisasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk dapat mensejahterakan kehidupannya. Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh kelebihan yang tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut
Lebih terperinciBAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kurang aktifnya siswa dalam proses KBM, dipengaruhi banyak faktor, salah satunya strategi pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Siswa yang cenderung
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS RINGKASAN TEKS YANG DIDENGAR MELALUI MEDIA AUDIO PADA KELAS VI SDN 02 WANARATA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 1 Mualif Siswanto *) mualifsiswanto@gmail.com Abstrak:
Lebih terperinci