BAB IV METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan metoda diskriptif kuantitatif,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan metoda diskriptif kuantitatif,"

Transkripsi

1 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan metoda diskriptif kuantitatif, dimana peneliti berusaha untuk mengetahui lebih mendalam masalah air tanah, yaitu berkenaan dengan kajian daerah terintrusi air laut di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara Lokasi dan Waktu Penelitian Secara administratif lokasi penelitian terletak di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara meliputi Kelurahan Kerobokan Kelod dan Kelurahan Kerobokan serta Desa Tibu Beneng dan Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Propinsi Bali seperti pada Gambar 4.1 Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) bulan mulai bulan Pebruari sampai dengan April Hal ini dimaksudkan bahwa pada bulan tersebut fluktuasi permukaan air tanah terjadi seiiring dengan adanya pergantian musim. Pada musim kemarau permukaan air tanah akan mengalami penurunan dan akan mencapai kedudukan terendah pada periode akhir musim kemarau. Dampak yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas air tanah umumnya dijumpai selama berlangsungnya pengambilan air secara berlebihan (over exploitation) air tanah di daerah sekitar pantai. Pengambilan air secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan lebih lanjut mengakibatkan intrusi air laut ke arah sumur.

2 Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian (Sumber : Peta Dasar Kab. Badung skala 1 : , Citra Quickbird Archive, 2006) 2

3 Penentuan Sumber Data Penentuan sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder sebagai berikut : a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya yaitu: data pengukuran kedalaman muka air tanah dan pengambilan sampel air sumur bor/gali (in-situ) serta hasil analisis laboratorium (ex-situ). b. Data skunder yang dikumpulkan bersumber dari instansi terkait maupun diperpustakaan. Data skunder tersebut meliputi : - Data Iklim ( curah hujan, suhu dan kelembaban) 10 (sepuluh) tahun terakhir yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Tuban-Denpasar. - Data jumlah sumur produksi, jumlah pemakaian air tanah diperoleh dari Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung - Data sosial ekonomi meliputi demografi, mata pencaharian dan pendapatan, jumlah penduduk, tenaga kerja dan kelembagaan masyarakat diperoleh dari Kantor Statistik Kabupaten Badung. - Peta administrasi skala 1 : , peta penggunaan lahan skala 1 : , peta geologi, peta hidrogeologi dan peta jenis tanah masing masing dengan skala 1 : yang diperoleh dari Bappeda dan Litbang Kabupaten Badung Variabel Penelitian Adapun variabel penelitian dalam pelaksanaan pemetaan daerah rawan terintrusi air laut di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara meliputi :

4 4 a. Kualitas air tanah Untuk mendapatkan kualitas air tanah guna mengetahui terindikasinya intrusi air laut dilakukan analisa terhadap parameter kunci seperti sifat fisika : tempratur (suhu) dan jumlah zat padat terlarur. Sifat kimia parameternya yaitu derajat keasaman (ph), klorida (Cl) dan daya hantar listrik. b. Arah aliran air tanah dengan melakukan pengukuran kedalaman muka air tanah pada masing masing sumur bor/ gali di daerah penelitian. c. Selain itu perlu dilakukan interpretasi terhadap peta peta pendukung seperti peta geologi, giohidrologi untuk mengetahui jenis batuan daerah penelitian, peta tata guna lahan untuk mengetahui penggunaan lahannya, peta administrasi untuk mengetahui luas wilayah per desa serta peta demografi untuk mengetahui jumlah sebaran penduduk Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang akan dipergunakan dalam penelitian ini dibagi dalam 2 (dua) tahap yaitu : a. Pengumpulan dan pengolahan data di lapangan : Jenis peralatan yang digunakan di lapangan antara lain kamera digital, EC meter, ph meter, TDS meter, water level meter, GPS untuk menentukan lokasi pengambilan sampel, alat tulis, jerigen air untuk menampung sampel air sumur bor/ gali dan kertas tissue. b. Analisis data dan pembuatan peta. Jenis peralatan yang digunakan untuk melakukan pengolahan dan analisa data serta pembuatan peta antara lain : peralatan analisa laboratorium, kalkulator, komputer, software pembuatan peta (Map Info, Arc GIS) dan lainnya.

5 Prosedur Penelitian Dalam melaksanakan penelitian di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara dilakukan tahapan prosedur penelitian sebagai berikut : Penentuan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan unit unit lahan. Tujuan dari penentuan unit lahan adalah untuk stratifikasi pengambilan sampel. Unit lahan dibentuk dari kompilasi peta penggunaan lahan, peta geologi, peta hidrogeologi dan peta jenis tanah. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 sampel yang ditentukan secara proporsional terhadap masing masing luas unit lahan. Berdasarkan kompilasi peta peta tersebut dihasilkan 6 (enam) kelompok unit lahan dengan luas keseluruhan Ha, sebagai berikut : a. Kawasan akomodasi pariwisata di wilayah Tibubeneng dan sebagian wilayah Canggu dengan jenis tanah latosol coklat kekuningan, di daerah alluvium (Qa) serta berada pada akuifer dangkal seluas 58,6 Ha dengan pengambilan sampel sebanyak 4 sampel. b. Kawasan akomodasi pariwisata di wilayah Kerobokan Klod dan Canggu dengan jenis tanah regosol coklat kelabu, di daerah alluvium (Qa) serta berada pada akuifer dangkal seluas 291,4 Ha sebanyak 12 sampel. c. Kawasan sempadan sungai dengan jenis tanah latosol coklat kekuningan dan sebagian kecil regosol coklat kelabu berada di perbatasan desa Tibubeneng dan Canggu termasuk dalam geologi batuan gunung berapi (Qpbb) dengan hidrogeologi pada akuifer produktifitas sedang seluas 376,6 Ha dengan pengambilan sampel sebanyak 13 sampel.

6 6 d. Kawasan pemukiman dengan jenis tanah Latosol coklat kekuningan berada di Tibu beneng, Canggu, Kerobokan dan Kerobokan Kelod termasuk dalam geologi batuan gunung berapi (Qpbb) dengan hidrogeologi pada akuifer produktifitas sedang seluas 946,1 Ha dengan pengambilan sampel sebanyak 23 sampel. e. Kawasan lahan basah dengan jenis tanah latosol coklat kekuningan berada di Tibubeneng, Canggu dan Kerobokan dengan geologi batuan gunung berapi (Qpbb) dengan hidrogeologi akuifer produktifitas sedang seluas 568,3 Ha dengan pengambilan sampel sebanyak 8 sampel. Selanjutnya klasifikasi unit lahan dan titik pengambilan sampel tersaji pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Peta Unit lahan (Sumber : Peta Dasar Kab. Badung skala 1 : , Citra Quickbird Archive, 2006)

7 Penentuan Kualitas Air Tanah Dalam menentukan kualitas air tanah dan arah aliran air tanah di daerah penelitian dilakukan tahapan pekerjaan sebagai berikut : a. Pengambilan data primer berupa sampel air tanah (air sumur bor/ sumur gali) dan tinggi muka air tanah. Sampel air diambil sebanyak 1 (satu) liter kemudian ditampung pada sebuah botol plastik. Guna mengetahui kualitas air sumur yang meliputi parameter yaitu suhu, total dissolved solid (TDS) dan daya hantar listrik (DHL) diukur secara langsung di lapangan dengan alat yang sudah disiapkan. b. Melaksanakan pengukuran tinggi muka air tanah (MAT) masing masing sampel sumur bor/ gali yang diukur secara langsung di lapangan dengan menggunakan alat water level meter. c. Melaksanakan analisa fisika dan kimia di UPT. Laboratorium Kesehatan Propinsi Bali di Denpasar terhadap parameter fisika yaitu suhu dan TDS serta parameter kimia yaitu ph, DHL, klorida (Cl) dan kesadahan (CaCo 3 ). d. Mengumpulkan data skunder dari berbagai sumber antara lain : - Data Iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban) 10 (sepuluh) tahun terakhir yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Tuban-Denpasar. - Data jumlah sumur produksi, jumlah pemakaian air tanah diperoleh dari Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung - Data sosial ekonomi meliputi demografi, mata pencaharian dan pendapatan, jumlah penduduk, tenaga kerja dan kelembagaan masyarakat diperoleh dari Kantor Statistik Kabupaten Badung.

8 8 - Peta administrasi skala 1 : , peta penggunaan lahan skala 1 : , peta geologi, peta hidrogeologi dan peta jenis tanah masing masing dengan skala 1 : yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Badung. e. Melakukan pengolahan dan analisa data terhadap data dan peta yang sudah tersedia dengan jalan merumuskan, menulis dan memetakan apa yang didapatkan sesuai kerangka penelitian yang telah ditentukan. f. Dari hasil pengolahan data dan pemetaan tersebut juga dilakukan interpretasi maupun kajian untuk mengetahui sebaran intrusi air laut saat ini dan prediksi sebaran intrusi air laut pada tahun tahun mendatang Analisis Data Analisis Data Kualitas dan Kuantitas Air Tanah Analisis data kualitas air tanah hasil penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap : a. Pemeriksaan parameter kualitas air tanah mencakup pemeriksaan parameter fisik ( suhu dan total dissolved solid/ TDS) dan pemeriksaan parameter kimia ( ph, daya hantar listrik, khlorida dan kesadahan). b. Hasil pemeriksaan parameter kualitas air tanah dianalisis secara diskriptif dan dibandingkan dengan baku mutu air kelas I (air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum) sesuai Pergub Bali Nomor 8 tahun c. Setelah diketahui hasil analisa 6 (enam) parameter kunci yang kuat mempengaruhi instrusi air laut seperti suhu, TDS, ph, DHL, Cl dan kesadahan dibuatkan peta masing masing parameter yang diamati. Parameter kunci untuk mengetahui terjadinya intrusi air laut seperti Tabel 4.1.

9 9 d. Selanjutnya tingkat kerusakan kondisi air tanah secara kualitas di daerah penelitian dibandingkan dengan Tabel 2.1 sampai dengan Tabel 2.3. Tabel. 4.1 Parameter Kualitas Air yang Dianalisis, Metoda Analisis dan Alat yang Digunakan. No Parameter Satuan Metoda Analisis Alat Sifat Fisika Temperatur Zat padat terlarut Sifat Kimia Klorida (Cl) ph Kesadahan (CaCo 3 ) DHL Sumber : Saeni, C Mg/lt Mg/lt - Mg/lt µmhos/cm Metoda analisis pemuaian Metoda analisis grafimetri Metoda analisis titrimetri Metoda analisis potensiometer Metoda analisis potensiometer Metoda konduktivitimeter Termometer Timbangan analitik Buret ph meter Buret EC meter Analisis data kuantitas air tanah hasil penelitian dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : a. Pengukuran tinggi muka air tanah masing masing sumur bor/ gali yang dilakukan terhadap semua sampel sumur yang telah ditentukan dalam penelitian. b. Pengukuran elevasi sumur dan posisi titik koordinat sumur dilakukan terhadap semua sampel sumur yang telah ditentukan dalam penelitian. c. Hasil pengukuran kuantitas air tanah, elevasi sumur dan posisi titik koordinat sumur dianalisis secara diskriptif dan dibandingkan dengan tingkat kerusakan kondisi air tanah yang ditetapkan oleh Badan Geologi, Kementerian Energi Sumberdaya Mineral untuk selanjutnya dibuat peta tinggi muka air tanah dan arah aliran air tanah.

10 Analisis Prediksi Sebaran Daerah Terintrusi Air laut Analisis statistika yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua atau lebih variabel yang saling berkorelasi dalam suatu Cekungan Air Tanah (CAT) di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara adalah analisis regresi linier sederhana (simple linier regression). Analisis statistika ini hanya melihat hubungan yang bersifat linier antara variabel tidak bebas (y) dan variabl bebas (x) untuk memperkirakan sebaran daerah terintrusi air laut tahun Data yang diperlukan dalam menganalisis prediksi sebaran daerah terintrusi air laut adalah : a. Menyiapkan data hasil analisa fisika kimia air tanah masing masing parameter kunci yang mempengaruhi intrusi air laut yaitu suhu, total dissolved solid (TDS), ph, daya hantar listrik (DHL), khlorida (Cl), Kesadahan (CaCo 3 ) yang ada di wilayah penelitian tahun 2001, tahun 2008 dan tahun b. Menyiapkan peta daerah terintrusi air laut eksisting sebagai acuan dalam memprediksi sebaran daerah terintrusi air laut. c. Menyiapkan data muka air tanah beberapa sumur produksi maupun sumur pantau tahun 2001, tahun 2008 dan tahun Berdasarkan interval data 7 (tujuh) tahunan tersebut di atas, dilakukan analisis statistika dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana (simple linier regression) guna mendapatkan data prediksi tinggi muka air tanah dan data prediksi daerah terintrusi air laut pada interval 7 (tujuh) tahun berikutnya yaitu tahun 2022.

11 Pembuatan Peta Tinggi Muka Air Tanah dan Peta Sebaran Paramater Kunci yang mempengaruhi Intrusi Air Laut. Pada tahap ini dibuat peta kedudukan tinggi muka air tanah dan arah alirannya serta peta sebaran daerah terintrusi air laut degan urutan kerja yaitu : a. Menentukan titik koordinat geografis lokasi sampel dan memetakan ke dalam peta dasar digital. b. Melakukan interpolasi data terhadap tinggi muka air tanah maupun parameter kunci yang mempengaruhi intrusi air laut dari masing masing sampel yang sudah ditentukan titik koordinatnya. c. Membuat peta tematik kondisi saat ini/ eksisting masing masing parameter kunci yang mempengaruhi intrusi air laut yaitu peta sebaran kisaran suhu, TDS, ph, DHL, Cl, CaCo 3 dan peta daerah terintrusi air laut serta peta kedudukan muka air tanah dan arah aliran air tanah. d. Melakukan analisis dan estimasi beberapa tahun ke depan untuk menghasilkan peta prediksi muka air tanah dan prediksi intrusi air laut di masa mendatang.

12 12 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Letak Geografis dan Jenis Tanah Kecamatan Kuta Utara merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Badung, Propinsi Bali yang perkembangan penduduknya sangat pesat akibat dari urbanisasi, karena daya tariknya sebagai pusat perkotaan dan sebagai kawasan pariwisata. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Kuta Utara adalah " LS " LS dan " BT " BT. Batas administrasi wilayah Kecamatan Kuta Utara adalah di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mengwi, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuta, di sebelah Timur berbatasan dengan Kota Denpasar dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia (Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, 2014). Gambaran umum wilayah penelitian ini dapat dilihat dalam Peta Administrasi Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung seperti tersaji pada Gambar 5.1. Topografi wilayah penelitian sebagian besar berada pada wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0-45 meter dari permukaan air laut dengan kemiringan lereng 0-15%. Jenis tanah di Kecamatan Kuta Utara meliputi dua jenis tanah yaitu regosol coklat kelabu dengan bahan induk endapan laut, dengan fisiografi beting pantai dan bentang wilayah adalah datar. Latosol coklat kekuningan dengan bahan induk abu dan tufa folkan intermedia, fisiografi lungur volkan, bentang wilayah bergelombang, berbukit dan landai (Peta jenis tanah Bali, 2008). Peta jenis tanah Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung seperti tersaji pada Gambar 5.2.

13 Gambar 5.1 Peta Administrasi Kecamatan Kuta Utara (Sumber : Peta Dasar Kab. Badung skala 1 : , Citra Quickbird Archive, 2006) 13

14 Gambar 5.2 Peta Jenis Tanah Kecamatan Kuta Utara (Sumber : Peta Jenis Tanah Bali skala 1 : , Citra Quickbird Archive, 2006) 14

15 Kondisi Geologi dan Hidrologi Struktur geologi Kecamatan Kuta Utara sebagian besar merupakan produk gunung api muda yang terdiri dari breksi vulkanik, tufa pasiran dan endapan lahar (Hadi Wijoyo, 1986). Sebagian kecil daerah pesisir sekitarnya merupakan daerah alluvial endapan pantai yang tersusun dari pasir. Peta geologi Kecamatan Kuta Utara akan memperlihatkan formasi bantuan. Pada umumnya di Kecamatan Kuta Utara jenis batuan yang ada berupa tufa ( Qpbb ), berwarna abu abu kehitaman, berukuran pasir halus sedang, porous dan agak keras. ataupun urutan stratigrafi daerah penyelidikan yaitu keterdapatan batuan seperti pasir, kerakal, kerikil serta lempung dan lanau dapat memperkirakan lapisan yang kedap air, akuifug dan akuifer. Peta geologi Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung disajikan Gambar 5.3 Berdasarkan Peta tinjau hidrogeologi Kabupaten Badung (Djaeni, A. 1982), kandungan air tanah di daerah Kecamatan Kuta Utara cukup bervariasi. Kandungan air tanahnya dapat di kelompokkan menjadi 3 yaitu : kandungan air sedang dengan debit 5 liter/detik, kandungan air kurang dengan debit 5 liter/detik, kandungan air sangat sedikit sekali dengan debit < 0,1 liter/detik dan daerah terpengaruh oleh air laut di Kecamatan Kuta Utara. Peta hidrogeologi Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung tersaji pada Gambar 5.4 Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Badung, penggunaan lahan di Kecamatan Kuta Utara terdiri dari kawasan pemerintahan, kawasan permukiman, kawasan akomodasi pariwisata, kawasan perdagangan dan jasa serta kawasan lahan basah. Peta penggunaan lahan Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung tersaji pada Gambar 5.5.

16 Gambar 5.3 Peta Geologi Kecamatan Kuta Utara (Sumber : Peta Geologi Pulau Bali,, 2006) 16

17 Gambar 5.4 Peta Hidrogeologi Kecamatan Kuta Utara (Sumber : Peta Geologi Pulau Bali,, 2006) 17

18 Gambar 5.5 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kuta Utara (Sumber : Peta Dasar Kab. Badung skala 1 : , Citra Quickbird Archive, 2006) 18

19 Keadaan Iklim Wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara termasuk dalam wilayah Kabupaten Badung, Bali umumnya beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson. Menurut klasifikasi Schmitd - Ferguson periode , wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara beriklim sedang (Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, 2014). Data mengenai iklim rata-rata bulanan untuk kawasan Kuta dan sekitarnya selama 10 tahun terakhir ( ) di sajikan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Data Iklim Rata-rata Bulanan di Stasiun Pengamatan Tuban Selama 10 (Sepuluh) Tahun ( ). Bulan Curah Hujan (mm) Suhu ( 0 C) Kelembaban (%) Lama Penyinaran Matahari (%) Januari 378,8 27, Februari 280,4 28, Maret 213,7 28, April 148,0 28, Mei 84,2 27, Juni 32,2 26, Juli 22,7 26, Agsutus 16,9 26, September 50,8 26, Oktober 83,4 27, Nopember 212,1 28, Desember 329,8 28, Sumber : Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar (2014).

20 Keadaan Penduduk Masalah kependudukan merupakan masalah yang memegang peranan penting dalam perkembangan suatu daerah khususnya di Negara yang sedang berkembang. Disatu pihak pertumbuhan penduduk dapat menambah jumlah tenaga kerja, dilain pihak dapat menimbulkan permasalahan sosial, ekonomi maupun masalah lingkungan. Kecamatan Kuta Utara termasuk wilayah Kabupaten Badung Propinsi Bali terdiri dari 3 (tiga) desa dan 3 (tiga) kelurahan. Jumlah penduduk di Kecamatan Kuta Utara tahun 2014 tercatat jiwa dengan jumlah Kepala keluarga sebanyak KK dengan kepadatan penduduk rata rata jiwa/ Km 2. Kecamatan Kuta Utara sebagai pusat kawasan perkotaan dan kawasan pariwisata menarik perhatian masyarakat untuk mencari pekerjaan sehingga terjadi urbanisasi. Data kependudukan Kecamatan Kuta Utara tersaji pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Kuta Utara Tahun 2014 Desa/ Kelurahan Dusun/ Banjar (buah) Luas Wilayah (Km 2 ) Jumlah penduduk (jiwa) Jumlah KK Kepadat an (Jiwa/ Km 2 ) Krobokan Klod 10 5, Kerobokan 11 5, Kerobokan Kaja 9 5, Tibu Beneng 13 6, Canggu 7 5, Dalung 16 6, Total 66 33, Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, Tahun 2015

21 Ketersediaan Air Bersih Pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai keperluan diutamakan dari sumber air permukaan sedangkan air tanah digunakan sebagai tambahan pasokan air. Pesatnya perkembangan jasa akomodasi pariwisata seperti hotel, pondok wisata, restoran dan jasa usaha lainnya serta kepadatan penduduk sangat terkait dengan jumlah penggunaan air dan sangat berpotensi mempengaruhi keadaan lingkungan setempat. Penyediaan air bersih di wilayah Kecamatan Kuta utara diperoleh dari air tanah melalui pembuatan sumur bor/ gali serta pasokan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung. Cakupan pemenuhan air bersih untuk keperluan jasa usaha pariwisata maupun keperluan domestik penduduk di Kecamatan Kuta Utara diperoleh dari air tanah dan air PDAM Tirta Mangutama di Kecamatan Kuta Utara yang dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan Tabel 5.4. Tabel 5.3 Cakupan Pemenuhan Air Bersih PDAM Kecamatan Kuta Utara sampai dengan Tahun 2014 Desa/ Kelurahan Jumlah penduduk (jiwa) Jumlah KK Cakupan PDAM (%) Jumlah Sambungan PDAM Krobokan Klod , Kerobokan , Kerobokan Kaja , Tibu Beneng , Canggu , Dalung Total , Sumber : PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung, 2015

22 22 Tabel 5.4 Jumlah Sarana Pariwisata, Jumlah Sumur Berijin dan Jumlah Pemakaian Air Tanah di Kecamatan Kuta Utara Desa/ Kelurahan Jumlah usaha (buah) Jumlah SIPA berijin (buah) Jumlah sumur berijin (buah) Jumlah pema kaian air berijin (m 3 /bulan) Krobokan Klod Kerobokan Kerobokan Kaja Tibu Beneng Canggu Dalung Total Sumber : Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung, Akomodasi dan Fasilitas Penunjang Pariwisata Perkembangan kepariwisataan di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara telah ditunjang oleh berbagai sarana dan prasarana pariwisata seperti akomodasi hotel, restoran dan rumah makan. Jumlah hotel berbintang di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara tahun 2014 sebanyak 5 buah, hotel non bintang sebanyak 53 buah, villa sebanyak 278 buah dan restoran/ rumah makan sebanya 60 buah disajikan pada Tabel 5.5. Kebutuhan air untuk akomodasi pariwisata berupa hotel dibedakan berdasarkan hotel berbintang dan non bintang. Perhitungan kebutuhan untuk hotel menurut Buku Status Lingkungan Propinsi Bali Tahun 2001, diasumsikan rata rata kebutuhan untuk hotel berbintang sebesar 2000 liter/ kamar/ hari dan hotel non bintang 1000 liter/kamar/hari. Sementara itu kebutuhan air untuk restoran/ rumah makan diperkirakan sebanyak 5 liter/seat/hari (Armadi, 2005).

23 23 Atas dasar perhitungan tersebut maka jumlah kebutuhan air untuk hotel berbintang sebanyak 850 m 3 / hari. Jumlah kebutuhan air untuk hotel non bintang sebanyak m 3 / hari dan jumlah kebutuhan air untuk restoran/ rumah makan sebanyak 10,50 m 3 / hari. Tabel 5.5 Jumlah Akomodasi Pariwisata di Kecamatan Kuta Utara Tahun 2014 Desa/ Kelurahan Hotel Bintang Hotel non Bintang Villa (buah) Restoran (buah) Krobokan Klod Kerobokan Kerobokan Kaja Tibu Beneng Canggu Dalung Total Jumlah kamar/ seat Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Tahun Posisi Sumur, Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah. Untuk menentukan posisi sumur, elevasi sumur dan kedalaman muka air tanah dilakukan pengamatan secara langsung ke lokasi sumur sesuai klasifikasi unit penggunaan lahan sebagai dasar penetapan pengambilan sampel. Pengamatan posisi sumur, kedalaman sumur, elevasi sumur bor/ sumur gali serta pengamatan tinggi muka air tanah dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan peralatan seperti water level meter, alat Geografis Posision System (GPS) sebagaimana Gambar 5.6

24 24 Gambar 5.6 Alat ukur posisi sumur, elevasi sumur dan muka air tanah Hasil pengamatan posisi geografis, kedalaman sumur, elevasi sumur dan muka air tanah sumur bor/ gali pada masing masing kawasan penggunaan lahan di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara berdasarkan data laporan pemetaan daerah rawan terintrusi air laut di Kecamatan Kuta Utara tahun 2008 dan hasil pengamatan disajikan dalam Tabel 5.6 sampai dengan Tabel 5.10 Tabel 5.6 Pengamatan Kedalaman Sumur, Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah pada Kawasan Pariwisata dengan Jenis Tanah Latosol Coklat. No. Sumur Dalam sumur (meter) Elevasi (m dpl) MAT Tahun 2001 MAT Tahun 2008 MAT Tahun 2015 MAT dari per mukaan laut Tahun 2015 Sb.36 Sb.50 Sb.52 Sb.54 41,0 10,0 13,0 10,0 11, ,88 6,10 4,10 4,60 Keterangan : - Sumber data : Laporan Pemetaan Daerah Rawan Terintrusi Air Laut di Kecamatan Kuta Utara Tahun 2008 dan hasil pengamatan lapangan - MAT = Muka Air Tanah dalam satuan meter

25 25 Tabel 5.7 Pengamatan Kedalaman Sumur, Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah pada Kawasan Pariwisata dengan Jenis Tanah Regosol Coklat Kelabu. No. Sumur Dalam sumur (meter) Elevasi (m dpl) MAT Tahun 2001 MAT Tahun 2008 MAT Tahun 2015 MAT dari per mukaan laut Tahun 2015 Sb.8 Sb.9 Sb.10 Sb.13 Sb.14 Sb.15 Sb.16 Sb.17 Sb.19 Sb.24 Sb.38 Sb.45 40,0 60,0 30,0 40,0 40,0 60,0 45,0 14,0 21,0 18,0 11,0 15,0 15,0 15,0 12,0 15,0 20,0 13,0 14, ,00 7,20 5,60 5,85 5,92 7,05 6,85 6,10 8,35 6,80 5,60 6,60 Keterangan : - Sumber data : Laporan Pemetaan Daerah Rawan Terintrusi Air Laut di Kecamatan Kuta Utara Tahun 2008 dan hasil pengamatan lapangan - MAT = Muka Air Tanah dalam satuan meter Tabel 5.8 Pengamatan Kedalaman Sumur, Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah pada Kawasan Sempadan Sungai. No. Sumur Dalam sumur (meter) Elevasi (m dpl) MAT Tahun 2001 MAT Tahun 2008 MAT Tahun MAT dari per mukaan laut Tahun 2015 Sg.5 Sb.6 Sb.18 Sb.22 Sb.25 Sb.30 Sb.31 Sb.37 Sb.39 Sb.41 Sb.42 Sb.49 Sg.59 25,0 40,0 40,0 40,0 47,0 45,0 19,0 12,0 11,0 15,0 24,0 27,0 35,0 30,0 16,0 11,0 24,0 22,0 13,0 40, , ,05 3,88 6,90 14,30 14,80 23,88 11,00 8,90 1,84 16,35 13,90 6,30 23,20 Keterangan : - Sumber data : Laporan Pemetaan Daerah Rawan Terintrusi Air Laut di Kecamatan Kuta Utara Tahun 2008 dan hasil pengamatan lapangan - MAT = Muka Air Tanah dalam satuan meter

26 26 No. Sumur Tabel 5.9 Pengamatan Kedalaman Sumur, Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah pada Kawasan Permukiman. Sb.1 Sb.2 Sb.3 Sb.4 Sb.7 Sb.12 Sb.21 Sb.28 Sb.29 Sb.32 Sb.33 Sg.34 Sb.35 Sg.40 Sb.43 Sg.44 Sb.46 Sb.47 Sb.55 Sb.56 Sg.57 Sg.58 Sb.60 Dalam sumur (meter) 40,0 30,0 30,0 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 15,0 60,0 18,0 45,0 55,0 17, Elevasi (m dpl) 17,0 13,0 15,0 16,0 16,0 15,0 15,0 30,0 32,0 34,0 37,0 30,0 37,0 23,0 22,0 22,0 24,0 23,0 13,0 28,0 27,0 29,0 46,0 MAT Tahun MAT Tahun MAT Tahun MAT dari per mukaan laut Tahun ,08 5,10 6,59 7,50 5,81 1,87 6,80 18,30 21,76 14,70 19,80 16,40 22,85 14,90 13,03 13,52 13,90 15,05 4,15 18,20 18,57 19,89 23,84 Keterangan : - Sumber data : Laporan Pemetaan Daerah Rawan Terintrusi Air Laut di Kecamatan Kuta Utara Tahun 2008 dan hasil pengamatan lapangan - MAT = Muka Air Tanah dalam satuan meter No. Sumur Tabel 5.10 Pengamatan Kedalaman Sumur, Elevasi Sumur dan Muka Air Tanah pada Kawasan Lahan Basah. Dalam sumur (meter) Elevasi (m dpl) MAT Tahun 2001 MAT Tahun 2008 MAT Tahun 2015 MAT dari per mu kaan laut Tahun 2015 Sb.11 Sb.20 Sb.23 Sb.26 Sb.27 Sb.48 Sb.51 Sb.53 53,0 60,0 40,0 60,0 40,0 54,0 12,0 16,0 25,0 26,0 26,0 11,0 19,0 23, ,86 7,,80 12,00 13,10 17,70 3,95 4,00 6,00 Keterangan : - Sumber data : Laporan Pemetaan Daerah Rawan Terintrusi Air Laut di Kecamatan Kuta Utara Tahun 2008 dan hasil pengamatan lapangan - MAT = Muka Air Tanah dalam satuan meter

27 Kualitas Air Sumur Bor/ Gali. Kualitas air tanah khususnya untuk bahan baku air minum dan keperluan rumah tangga seperti mandi, masak, cuci dan kakus, harus memenuhi standar mutu yang baik. Dalam penentuan standar kualitas air dapat diukur dengan menentukan parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi air (Effendi, 2003). Kualitas air yang diukur melampaui ambang batas maksimum yang diperbolehkan berdasarkan standar yang ditentukan atau berdasarkan peraturan pemerintah, maka kualitas air tersebut menurun sesuai peruntukannya, sehingga digolongkan sebagai air yang tercemar (Fardiaz, 1992). Pelaku pariwisata maupun masyarakat yang ada di wilayah pesisir Kecamatan Kuta Utara lebih banyak memanfaatkan air tanah untuk kebutuhan hotel maupun keperluan domestik rumah tangga. Hasil pengukuran kualitas air tanah terhadap sampel air sumur pada masing masing unit lahan di wilayah penelitian disajikan dalam Tabel 5.11 sampai Tabel Tabel 5.11 Hasil Pengukuran Sampel Air Sumur pada Kawasan Pariwisata dengan Jenis Tanah Latosol Coklat No. Sumur Suhu ( o C) TDS (mg/l) ph Hasil Pengamatan Khlorida (mg/l) CaCo 3 (mg/l) DHL (µmhos/cm) Sb.36 Sb.50 Sb.52 Sb.54 26,5 26,8 26,8 26,8 553,0 496,0 525,0 589,0 7,00 7,00 7,00 7,00 36,58 26,19 32,56 52,73 349,94 349,94 349,94 339,53 828,0 743,0 789,0 885,0 Rata rata 26,72 540,7 7,00 37,01 347,3 540,7 Keterangan : - Baku mutu : suhu 26 o C 29 o C, TDS < 1000 mg/l, ph 6 9, Khlorida < 600 mg/l, Kesadahan (CaCo3) < 500 mg/l dan DHL < 1000 µmhos/cm - * : Nilai parameter melebihi baku mutu air Klas I Pergub Bali No. 8 Tahun 2007

28 28 Tabel 5.12 Hasil Pengukuran Sampel Air Sumur pada Kawasan Pariwisata dengan Jenis Tanah Regosol Coklat Kelabu No. Sumur Suhu ( o C) TDS (mg/l) Hasil Pengamatan ph Khlorida (mg/l) CaCo 3 (mg/l) DHL (µmhos/cm) Sb.8 Sb.9 Sb.10 Sb.13 Sb.14 Sb.15 Sb.16 Sb.17 Sb.19 Sb.24 Sb.38 Sb.45 27,8 28,1 27,0 27,5 27,0 28,2 27,0 27,5 27,1 28,1 27,3 27, * * * 1.057* 1.098* ,88 6,90 7,20 7,10 7,00 7,20 7,10 7,00 6,80 6,91 7,25 7,04 45,95 78,74 52,04 155,74 58,32 184,17 156,27 176,35 57,62 40,11 47,67 79,01 267,96 276,08 280,14 146,16 328,86 340,69 152,25 658,23* 320,74 353,9 412,43 404, * 1.097* 1.677* * 1.429* 1.398* 1.108* 1.118* * Rata rata 27,49 850,5 7,03 94,38 328, Keterangan : - Baku mutu : suhu 26 o C 29 o C, TDS < 1000 mg/l, ph 6 9, Khlorida < 600 mg/l, Kesadahan (CaCo3) < 500 mg/l dan DHL < 1000 µmhos/cm - * : Nilai parameter melebihi baku mutu air Klas I Pergub Bali No. 8 Tahun 2007 Tabel 5.13 Hasil Pengukuran Sampel Air Sumur pada Kawasan Sempadan Sungai No. Sumur Sg.5 Sb.6 Sb.18 Sb.22 Sb.25 Sb.30 Sb.31 Sb.37 Sb.39 Sb.41 Sb.42 Sb.49 Sg.59 Suhu ( o C) 27,0 28,0 27,5 28,0 26,8 27,1 26,7 27,3 27,4 27,2 27,3 26,8 27,3 TDS (mg/l) 473,0 573,0 526,0 486,0 647,0 513,0 384,0 593,0 570,0 720,0 478,0 504,0 678,0 Hasil Pengamatan ph Khlorida (mg/l) 7,05 34,27 7,13 37,93 7,20 45,61 7,08 32,17 7,20 123,65 7,00 34,27 7,07 23,81 7,16 23,66 6,93 42,25 7,14 111,31 7,12 47,32 7,50 22,87 7,10 60,15 CaCo 3 (mg/l) 175,8 57,15 251,72 276,08 353,88 329,7 304,5 243,7 331,2 354,13 170,8 329,1 249,9 DHL (µmhos/cm) 708,0 813,0 781,0 720,0 884,0 768,0 572,0 890,0 856,0 991,0 716,0 754,0 997,0 Rata rata 27,25 549,61 7,13 49,17 255,97 803,84 Keterangan : - Baku mutu : suhu 26 o C 29 o C, TDS < 1000 mg/l, ph 6 9, Khlorida < 600 mg/l, Kesadahan (CaCo3) < 500 mg/l dan DHL < 1000 µmhos/cm - * : Nilai parameter melebihi baku mutu air Klas I Pergub Bali No. 8 Tahun 2007

29 29 Tabel 5.14 Hasil Pengukuran Sampel Air Sumur pada Kawasan Permukiman No. Hasil Pengamatan Sumur Suhu ( o C) TDS (mg/l) ph Khlorida (mg/l) CaCo 3 (mg/l) DHL (µmhos/cm) Sb.1 Sb.2 Sb.4 Sb.7 Sb.12 Sb.21 Sb.28 Sb.29 Sb.32 Sb.33 Sg.34 Sb.35 Sg.40 Sb.43 Sg.44 Sb.46 Sb.47 Sb.55 Sb.56 Sg.57 Sg.58 Sb.60 27,6 28,1 27,5 27,5 27,4 27,4 27,6 27,8 27,7 27,0 29,0 27,0 29,0 27,3 27,3 27,0 27,1 26,5 26,8 26,3 27,2 27,2 529,0 586,0 582, * 539,0 473,0 693,0 663,0 466,0 748,0 871,0 504,0 445,0 785, * 486,0 479,0 517,0 565,0 505,0 804,0 405,0 6,93 6,92 7,00 7,00 7,00 7,00 6,97 6,87 7,10 7,00 7,10 7,00 7,00 7,00 7,18 6,55 6,84 7,00 7,00 7,50 6,84 6,88 33,05 41,15 26,71 172,66 29,47 44,73 79,90 74,03 33,83 255,76 183,99 33,39 39,15 102,7 532,5 47,49 35,09 38,33 70,54 52,99 119,8 29,25 286,23 298,41 168,72 300,44 253,75 217,21 263,90 243,60 243,60 573,68* 527,80* 281,34 273,50 312,50 500,00* 191,60 183,30 289,54 370,80 220,80 441,60 229,13 792,0 797,0 925, * 792,0 703, * 991,0 697, * 1.305* 753,0 667, * 1.522* 716,0 719,0 770,0 842, * 610,0 Rata rata 27,44 623,47 6,98 70,52 299,35 808,38 Keterangan : - Baku mutu : suhu 26 o C 29 o C, TDS < 1000 mg/l, ph 6 9, Khlorida < 600 mg/l, Kesadahan (CaCo3) < 500 mg/l dan DHL < 1000 µmhos/cm - * : Nilai parameter melebihi baku mutu air Klas I Pergub Bali No. 8 Tahun 2007 Tabel 5.15 Hasil Pengukuran Sampel Air Sumur pada Kawasan Lahan Basah No. Hasil Pengamatan Sumur Suhu ( o C) TDS (mg/l) ph Khlorida (mg/l) CaCo 3 (mg/l) DHL (µmhos/cm) Sb.11 Sb.20 Sb.23 Sb.26 Sb.27 Sb.48 Sb.51 Sb.53 27,4 27,0 27,9 27,0 27,8 29,0 27,2 27,2 345,0 522,0 599,0 483,0 347,0 618,0 545,0 544,0 7,00 7,00 6,89 7,00 6,82 7,20 6,95 7,03 24,33 26,63 54,59 50,75 21,89 40,20 36,14 41,90 176,61 286,23 331,90 309,92 239,54 318,71 354,11 314,53 516,0 793,0 895,0 722,0 518,0 930,0 817,0 816,0 Rata rata 27,56 500,4 6,98 37,05 291,40 750,9 Keterangan : - Baku mutu : suhu 26 o C 29 o C, TDS < 1000 mg/l, ph 6 9, Khlorida < 600 mg/l, Kesadahan (CaCo3) < 500 mg/l dan DHL < 1000 µmhos/cm - * : Nilai parameter melebihi baku mutu air Klas I Pergub Bali No. 8 Tahun 2007

30 30 Pengukuran parameter fisika dan kimia bertujuan untuk mengetahui kualitas air tanah terkait kemungkinan adanya intrusi air laut. Parameter fisika dan kimia yang diukur adalah suhu, total dissolved solid (TDS), ph, daya hantar listrik (DHL), khlorida dan kesadahan air tanah. Selanjutnya rata rata parameter fisika dan kimia yang diukur dapat dijelaskan sebagai berikut : Suhu Faktor yang mempengaruhi perbedaan suhu air sumur diantaranya adalah kedalaman sumur, faktor penyerapan energi panas matahari oleh permukaan tanah serta faktor ketinggian tempat. Semakin rendah ketinggian tempat potensi curah hujan yang diterima akan lebih banyak, karena pada umumnya semakin rendah suatu daerah suhunya akan semakin tinggi (Effendi, 2003). Pengukuran suhu air diperlukan karena suhu mempengaruhi reaksi kimia perairan dan juga berbagai zat yang terlarut didalamnya. Hasil pengukuran langsung di lapangan (insitu) untuk seluruh lokasi pengamatan di masing masing unit lahan, ternyata perbedaan fluktuasi suhu tidak signifikan. Pengukuran suhu ini dilakukan pada jam wita sampai wita. Menurut Suripin (2004), suhu air antara 26 o C sampai 29 o C masih dapat dikatakan normal karena suhu normal air di alam tropis sekitar 20 o C sampai 30 0 C. Suhu dipengaruhi oleh musim, letak lintang (latitude), ketinggian tempat dari permukaan laut (altitude). Suhu memberi efek pada konsentrasi oksigen terlarut dan berpengaruh pada aktifitas bakteri dan kimia toksik di dalam air (Effendi, 2003). Berdasarkan kriteria baku mutu air kelas I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku memiliki suhu antara 26 o C 29 o C.

31 31 Pengukuran suhu air sumur di kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah latosol coklat rata rata 26,72 o C dengan suhu minimal 26,5 o C dan suhu maksimal 26,8 o C. Pengukuran suhu air sumur di kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah regosol coklat kelabu rata rata 27,49 o C dengan suhu minimal 27 o C dan suhu maksimal 28,20 o C. Pengukuran suhu air sumur di kawasan sempadan sungai rata rata 27,25 o C dengan suhu minimal 26,7 o C dan suhu maksimal 28,0 o C, hasil pengukuran suhu air sumur di kawasan pemukian rata rata 27,45 0 C dengan suhu minimal 26,3 o C dan suhu maksimal 29,0 o C serta pengukuran suhu air sumur di kawasan lahan basah rata rata 27,56 o C dengan suhu minimal 27,2 o C dan maksimal 29,0 o C. Grafik rata rata pengukuran suhu masing masing kawasan penggunaan lahan tersaji dalam Gambar 5.7 Suhu 0 C Kawasan penggunaan lahan (K) Keterangan: 1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat 2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu 3 = kawasan sempadan sungai 4 = kawasan permukiman 5 = kawasan lahan basah Gambar 5.7 Grafik Hasil Pengukuran Rata-Rata Suhu Air Tanah Sumur Bor/ Gali pada masing-masing Kawasan Penggunaan Lahan.

32 32 Gambar 5.7 menunjukkan hasil pengukuran suhu rata-rata pada masingmasing kawasan penggunaan lahan. Rata rata suhu tertinggi terjadi pada kawasan lahan basah yaitu 27,56 o C sedangkan rata rata suhu terendah terjadi pada kawasan sempadan sungai yaitu 27,25 o C. Dari hasil penelitian didapatkan kisaran suhu air tanah antara 26,5 o C sampai 29,0 o C. Umumnya di wilayah penelitian hasil pengamatan suhu berada dalam batas normal Total Dissolved Solid (TDS) Zat padat terlarut atau total dissolved solid (TDS) merupakan padatan yang terdiri dari senyawa organik dan anorganik. Biasanya zat padat terlarut disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasa ditemui dalam perairan (Fardiaz, 1992). Hasil pengukuran TDS pada masing masing kawasan penggunaan lahan disajikan dalam Gambar 5.8 Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan konsentrasi total dissolved solid (TDS) pada berbagai kawasan yang diteliti. Rata rata konsentrasi TDS tertinggi air sumur berada pada kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah regosol coklat kelabu. Kawasan ini merupakan kawasan yang memanfaatkan air tanah paling banyak terutama untuk pariwisata dengan nilai TDS rata rata sebesar 850,50 mg/l. Selanjutnya adalah kawasan permukiman dengan TDS rata rata sebesar 623,47 mg/l, kawasan sempadan sungai sebesar 549,61 mg/l, kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah latosol coklat sebesar 540,7 mg/l. Sedangkan kawasan lahan basah mempunyai rata rata konsentrasi TDS paling rendah yaitu sebesar 500,37 mg/l.

33 33 Baku mutu (1000 mg/l) Konsen trasi (mg/l) Kawasan penggunaan lahan (K) Keterangan : 1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat 2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu 3 = kawasan sempadan sungai 4 = kawasan permukiman 5 = kawasan lahan basah Gambar 5.8 Grafik Hasil Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) Air Sumur Bor/ Gali pada masing-masing Kawasan Penggunaan Lahan Tingkat Kemasaman (ph) Keasaman air pada umumnya disebabkan karena adanya gas karbon dioksida (CO 2 ) yang larut dalam air dan menjadi asam karbonat H 2 CO 3. Untuk menyatakan keasaman dan kebasaan air yaitu dengan mengukur ph air. Syarat ph untuk keperluan air minum 6,0-9,0 Nilai ph suatu perairan menicirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentasi ion hydrogen dalam larutan. Adanya karbonat hidroksida dan bikarbonat menaikkan kebasaan air. Sementara adanya asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman. ph air dapat mempengaruhi jumlah dan susunan zat dalam lingkungan perairan dan

34 34 mempengaruhi tersedianya hara-hara serta toksitas dari unsur-unsur renik. Mengingat nilai ph ditentukan oleh interaksi berbagai zat dalam air, termasuk zatzat yang secara kimia maupun biokimia tidak stabil, maka penentuan ph harus seketika setelah contoh diambil dan tidak dapat diawetkan. (Saeni, 1989) Air yang diperuntukkan untuk kebutuhan sehari-hari khususnya sebagai bahan baku air minum sebaiknya memiliki ph yang netral (±7). Perubahan nilai ph seringkali diikuti dengan perubahan yang besar dari parameter mutu air yang lain seperti tingkat kelarutan logam berat, konsentrasi karbondioksida, bikarbonat dan karbonat sehingga ph merupakan parameter penting sebagai petunjuk kualitas air baku air minum seperti tersaji pada Gambar 5.9. Baku mutu ph (6-9) ph Kawasan penggunaan lahan (K) Keterangan : 1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat 2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu 3 = kawasan sempadan sungai 4 = kawasan permukiman 5 = kawasan lahan basah Gambar 5.9. Grafik Hasil Pengukuran ph Air Tanah pada Sumur Bor/ Gali pada masing-masing Kawasan Penggunaan Lahan.

35 35 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ph pada masing-masing kawasan penggunaan lahan antara 6,98 sampai 7,19. Nilai ph tertinggi untuk air sumur bor/ gali didapatkan pada unit penggunaan lahan kawasan sempadan sungai yaitu nilai ph sebesar Selanjutnya kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah regosol coklat kelabu sebesar 7,03, kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat 7,0 kawasan lahan basah 6,98 dan nilai ph terendah untuk air sumur bor/ gali didapatkan pada kawasan pemukiman yaitu nilai ph sebesar 6,55. Ukuran ph suatu perairan dapat digunakan sebagai indikasi suatu pencemaran khususnya pencemaran bahan organik. Pemecahan bahan organik oleh mikroorganisme akan menghasilkan karbon dioksida. Peningkatan karbon dioksida akan mengakibatkan penurunan nilai ph jika system buffer karbonat di perairan rendah. Perairan yang mempunyai ph rendah akan dapat meningkatkan toksisitas beberapa persenyawaan gas-gas tertentu dalam air seperti amoniak Daya Hantar Listrik (DHL) Hasil pengukuran terhadap daya hantar listrik secara langsung di lapangan (insitu) untuk semua sampel sumur bor/ gali di lokasi penelitian pada masing masing kawasan penggunaan lahan menunjukkan daya hantar listrik berkisar antara µmhos/cm. Grafik hasil pengukuran daya hantar listrik (DHL) secara rinci untuk setiap sumur bor/ gali sebagaimana Tabel 5.11 sampai Tabel 5.15 pada masing-masing kawasan penggunaan lahan tersaji dalam Gambar 5.10

36 36 Baku mutu DHL (1000 µmhos/cm) Konsentrasi (µmhos/l) Kawasan penggunaan lahan (K) Keterangan : 1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat 2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu 3 = kawasan sempadan sungai 4 = kawasan permukiman 5 = kawasan lahan basah Gambar Grafik Pengukuran Rata-Rata Daya Hantar Listrik Air Tanah pada Sumur Bor/ Gali masing-masing Kawasan Penggunaan Lahan Gambar 5.10 menunjukkan bahwa rata rata daya hantar listrik tertinggi terdapat pada kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah regosol coklat kelabu sebesar µmhos/cm, selanjutnya secara berturut turut terjadi pada kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah latosol coklat sebesar 813 µmhos/cm, kawasan permukiman 808,38 µmhos/cm, kawasan sempadan sungai sebesar 803,84 µmhos/ cm dan yang terendah terjadi pada kawasan lahan basah dengan nilai 750,87 µmhos/cm. Kondisi ini menggambarkan bahwa di kawasan akomodasi pariwisata terjadi peningkatan daya hantar listrik cukup tinggi dari tahun sebelumnya.

37 Klorida (Cl - ) Ion khlorida tidak secara langsung menyebabkan toksik, tetapi kelebihan garam terutama garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang disebabkan oleh besarnya salinitas. Batas maksimum unsur klorida yang dianjurkan adalah 200 mg/l, sedangkan batas maksimum yang diperbolehkan adalah 500 mg/l, (Kodoatie, 1996). Rata rata hasil pengukuran ion khlorida pada masing-masing kawasan penggunaan lahan tersaji dalam Gambar Baku mutu Klorida (500 mg/l) Konsentrasi (mg/l) Kawasan penggunaan lahan (K) Keterangan : 1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat 2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu 3 = kawasan sempadan sungai 4 = kawasan sermukiman 5 = kawasan lahan basah Gambar 5.11 Grafik Hasil Pengukuran Klorida Air tanah pada Sumur Bor/Gali masing-masing Kawasan Penggunaan lahan. Gambar 5.11 menunjukkan grafik perbedaan konsentrasi klorida pada masing masing kawasan penggunaan lahan, namun perbedaan tersebut masih berada di bawah batas maksimum yang diperkenankan untuk air bersih minum

38 38 (fresh) sesuai Pergub Bali Nomor 8 Tahun 2007 yaitu 200 mg/l. Hasil analisa laboratorium menunjukkan rata rata konsentrasi klorida air tanah tertinggi berada di kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah regosol coklat kelabu sebesar mg/l dengan kisaran antara 40,11 mg/l sampai 184,17 mg/l. Sedangkan rata rata konsentrasi klorida air tanah terendah berada di kawasan lahan basah yaitu sebesar 37,01 mg/l dengan kisaran antara 21,89 mg/l sampai 54,59 mg/l Kesadahan (CaCo 3 ) Kesadahan atau kekerasan (total hardness), adanya kandungan calsium Kesadahan ada dua macam, yaitu kesadahan karbonat dan kesadahan non karbonat. Air dengan kesadahan tinggi sukar melarutkan sabun, oleh karenanya air tersebut perlu dilunakkan lebih dahulu. Kesadahan (CaCo 3 ) ditemukan dalam perairan dalam kondisi terlarut dan koloid. Kesadahan (CaCo 3 ) akan semakin berbahaya apabila terkontaminasi ke dalam air tanah karena dapat mencemari air sumur sehingga akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsinya Rata rata konsentrasi CaCo 3 pada masing-masing kawasan lahan tersaji dalam Gambar 5.12 Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi CaCo 3 air tanah pada masing masing sumur bor/gali di setiap unit penggunaan lahan berada pada kisaran 57,15 mg/l sampai 658,23 mg/l. Rata rata konsentrasi CaCo 3 tertinggi terdapat di kawasan akomodasi pariwisata dengan jenis tanah regosol coklat kelabu yaitu 328,5 mg/l dengan kisaran antara 146,16 mg/ l sampai 658,23 mg/l.

39 39 Rata rata konsentrasi CaCo 3 terendah terdapat di kawasan sempadan sungai yaitu 255,97 mg/l dengan kisaran antara 57,15 mg/ l sampai 353,88 mg/l. Baku mutu CaCo 3 (500 mg/l) Konsen trasi (mg/l) 0,3 Kawasan penggunaan lahan (K) Keterangan : 1 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah latosol coklat 2 = kawasan akomodasi pariwisata jenis tanah regosol coklat kelabu 3 = kawasan sempadan sungai 4 = kawasan permukiman 5 = kawasan lahan basah Gambar 5.12 Grafik Hasil Pengukuran Kesadahan (CaCo 3 ) Air tanah pada Sumur Bor/Gali masing-masing Kawasan Penggunaan Lahan.

40 40

BAB I PENDAHULUAN. Air diperlukan manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Air diperlukan manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air diperlukan manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup. Pemanfaatannya tidak sekedar hanya untuk keperluan air rumah tangga, tetapi diperlukan untuk

Lebih terperinci

KAJIAN DAERAH TERINTRUSI AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN KUTA UTARA, KABUPATEN BADUNG

KAJIAN DAERAH TERINTRUSI AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN KUTA UTARA, KABUPATEN BADUNG ECOTROPHIC VOLUME 9 (2) : 72-78 9 NOMOR 2 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626 KAJIAN DAERAH TERINTRUSI AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN KUTA UTARA, KABUPATEN BADUNG I Made Sukearsana 1*), I Gusti Bagus Sila

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia Merupakan negara kepulauan dan dua pertiga bagian wilayah indonesia berupa perairan. Namun demikian, Indonesia juga tidak lepas dari masalah yang

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN : Pemetaan Sebaran Kandungan ph, TDS, dan Konduktivitas Air Sumur Bor (Studi Kasus Kelurahan Sengkuang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat) Leonard Sihombing a, Nurhasanah a *, Boni. P. Lapanporo a a Prodi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar 68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. permukaan tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. permukaan tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air Tanah Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat di bawah permukaan tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN: PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (217), Hal. 31 36 ISSN: 2337-824 Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas Berdasarkan Parameter

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumberdaya yang sangat vital untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia menggunakan air untuk berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah

Lebih terperinci

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PENYUSUNAN ZONA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) DI JAWA TENGAH DINAS

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN BAB III III.1 Gambaran Umum Kabupaten Indramayu III.1.1 Kondisi Geografis dan Topografi Kabupaten Indramayu berada di wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Secara geografis Kabupaten Indramayu berada pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1.1 Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi Kota Tangerang Selatan merupakan Daerah Otonom Baru (DOB) yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumberdaya air bawah tanah merupakan sumberdaya yang vital dan strategis, karena menyangkut kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktivitas masyarakat

Lebih terperinci

KAJIAN DAERAH TERINTRUSI AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG

KAJIAN DAERAH TERINTRUSI AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG TESIS KAJIAN DAERAH TERINTRUSI AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG I MADE SUKEARSANA NIM 1391261027 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di tengah lautan lepas merupakan daerah-daerah yang sangat miskin akan sumber air tawar, sehingga timbul masalah pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan air semakin meningkat namun daya dukung alam ada batasnya dalam memenuhi kebutuhan air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Permen ESDM No.2 tahun 2017, tentang Cekungan Airtanah di Indonesia, daerah aliran airtanah disebut cekungan airtanah (CAT), didefinisikan sebagai suatu wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta administrasi Kota Tangerang Selatan. Sumber : BLH Kota Tangerang Selatan

Lampiran 1. Peta administrasi Kota Tangerang Selatan. Sumber : BLH Kota Tangerang Selatan LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Peta administrasi Kota Tangerang Selatan 5 Sumber : BLH Kota Tangerang Selatan 5 Lampiran 2. Lokasi pengambilan titik sampel 51 Sumber : BLH Kota Tangerang Selatan 51 No. Lokasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Metropolitan Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan pusat pemerintahan dengan berbagai kegiatan sosial, politik, kebudayaan maupun pembangunan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN Muhammad Syukri, Maulidia, dan Nurmalita Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh Email: m.syukri@gmail.com

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di suatu

Lebih terperinci

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A)

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A) PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A) Mellisa Saila 1, Muhajjir 1, dan Azmeri 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah senyawa H2O yang merupakan bagian paling penting dalam kehidupan dan manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kawasan Bandung Utara terbentuk oleh proses vulkanik Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Perahu pada kala Plistosen-Holosen. Hal tersebut menyebabkan kawasan ini tersusun

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup di dalamnya

Lebih terperinci

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan klasifikasi Mendel (1980) sistem hidrogeologi daerah penelitian adalah sistem akifer volkanik. Pada sistem akifer volkanik ini batuan segar yang mempunyai

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU ISSN 2085-0050 ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU Subardi Bali, Abu Hanifah Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau e-mail:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk hidup yang ada di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Di dalam tubuh makhluk hidup baik

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

Repository.Unimus.ac.id

Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEBARAN INTRUSI AIR LAUT PADA AIRTANAH FREATIK DI DESA RUGEMUK KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS PERSEBARAN INTRUSI AIR LAUT PADA AIRTANAH FREATIK DI DESA RUGEMUK KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG ANALISIS PERSEBARAN INTRUSI AIR LAUT PADA AIRTANAH FREATIK DI DESA RUGEMUK KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG Nahor M. Simanungkalit 1, Walbiden Lumbantoruan 1 1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10

Lebih terperinci

2015 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH PENDUDUK KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU SAMPAI TAHUN

2015 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH PENDUDUK KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU SAMPAI TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 70% wilayah di bumi adalah lautan dan sisanya adalah daratan oleh karena itu jumlah air di bumi cukup banyak sehingga planet bumi di katakan layak untuk kehidupan.

Lebih terperinci

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut Penelitian Terhadap Airtanah Dangkal di Desa Bantan Tua, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau Dewandra Bagus Eka Putra 1, Yuniarti

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17,504 pulau dengan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km 2, dan memiliki panjang

Lebih terperinci

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ketika kesetimbangan neraca air suatu daerah terganggu, maka terjadi pergeseran pada siklus hidrologi yang terdapat di daerah tersebut. Pergeseran tersebut dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci