Konstruksi Identitas Homoseksual dalam Lagu Petit Pédé. Yanti Fransiska Naiborhu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Konstruksi Identitas Homoseksual dalam Lagu Petit Pédé. Yanti Fransiska Naiborhu"

Transkripsi

1 Konstruksi Identitas Homoseksual dalam Lagu Petit Pédé Yanti Fransiska Naiborhu Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Depok,

2 2

3 3

4 4

5 Konstruksi Identitas Homoseksual dalam Lagu Petit Pédé Yanti Fransiska Naiborhu dan Joesana Tjahjani Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat, Indonesia yanti.naiborhu@gmail.com Abstrak Penelitian ini membahas proses pembentukan identitas homoseksual dalam lagu Petit Pédé yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Renaud Séchan. Petit Pédé ini merupakan salah satu lagu dalam albumnya yang berjudul Boucan D enfer yang rilis pada tahun 2002.Lagu ini menceritakan kisah hidup seorang anak umur 15 tahun yang menyadari bahwa iatertarik dengan sesama jenis kelaminnya. Renaud tidak memaksudkan lagu ini untuk menyudutkan kaum homoseksual. Akan tetapi, lagu ini dimaksudkan untukmenceritakan kisah hidup yang dilalui oleh seorang homoseksual dengan segala perlakuan diskriminasi yang sering diterimanya dari orang-orang di sekeliling, bahkan keluarganya sendiri. Setiap baitnya memperlihatkan proses yang dilalui seorang homoseksual untuk menciptakan identitas baru dalam dirinya. Proses konstruksi identitas homoseksual akan dipaparkan melalui lirik lagu ini. Construction of Identity Homosexual in The Song Petit Pédé Abstract This essay studies the consctruction of identity homosexual in Petit Pédé that composed and sung by French singer named Reanaud Séchan. Petit Pédé is one of the songs in his album that release in 2002, entitled Boucan d Enfer. This song talks about the life of a boy aged 15 years who, for the first time, realizes that he is attracted to others with same-sex. With this song, Renaud does not mean to marginalize all homosexuals. However, this song wants to explain life of a homosexual with all the discrimination that homosexuals often receive from people around him, even from his own family. Each stanza shows the process of construction of identity which a homosexual can create his new identity. The process will be presented through the explanation of the lyrics. Keyword: identitas, homoseksualitas, petit pédé, Renaud Pendahuluan Fenomena homoseksualitas diperkirakan sudah terjadi sejak lama. Gambaran dan cerita mengenai homoseksualitas secara implisit dapat ditemukan dalam beberapa tulisan kuno. Dalam skripsi yang berjudul Homoseksualitas dan Relasi Kuasa dalam The Other Boat dan Maurice Karya E.M. Forster, disebutkan cerita yang mengisahkan kota Sodom dan Gomorah yang 5

6 dihancurkan oleh Tuhan karena perbuatan asusila, pemerkosaan dan homoseksualitas, yang dilakukan oleh penduduknya. Kisah ini disebut sebagai asal kata sodomi (Ayuningtyas, 2006). Kisah-kisah yang menggambarkan hubungan sesama jenis juga terdapat dalam mitologi yunani. Dalam sebuah artikel yang berjudul Homosexuality disebutkan bahwa terdapat kisah dari hubungan sesama jenis yang dilakukan oleh beberapa dewa seperti, Zeus atau tokoh kisahyunani lain seperti Achilles dan Hercules (Stanford, 2011). Kata homoseksualitas berasal dari bahasa Yunani, yaitu homo yang berarti sama dan seks yang berarti jenis kelamin. Homoseksualitas merupakan orientasi seksual dengan kecenderungan rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai kelamin sejenis atau identitas gender yang sama, misalnya laki-laki menyukai laki-laki atau perempuan menyukai perempuan. Hingga saat ini, awal dan penyebab dari kemunculan homoseksualitas masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan. Carrol (2005) menyebutkan bahwa terdapat dua pendapat yang mencoba menjelaskan asal mula dari sifat homoseksual pada manusia, yaitu pandangan esensialis dan konstruksionis (dikutip oleh Chandra, 2011). Pandangan esensialis menggunakan pendekatan biologi. Mereka menyebutkan bahwa sifat kaum homoseksual dan heteroseksual berbeda sejak lahir. Sifat homoseksual dalam diri manusia disebabkan oleh faktor-faktor genetik. Sebaliknya pandangan konstruksionis menggunakan pendekatan psikologi dan sosiologi. Homoseksualitas merupakan hasil dari konstruksi sosial. Menurut Foucault, homoseksualitas merupakan salah satu nilai baru yang timbul dari usaha-usaha masyarakat yang ingin keluar dari pemikiran-pemikiran kolot mengenai seksualitas. Pada abad ke-17, kehidupan masyarakat dibayangi oleh norma-norma kaum borjuasi Victorian yang menganggap seksualitas sebagai hal yang haram untuk dibicarakan dengan orang lain. Satusatunya tempat yang dianggap layak untuk membicarakan hal tersebut adalah kamar orang tua (Foucault, 2008). Ketika seseorang mengangkat pembicaraan mengenai seks, maka ia dianggap berperilaku tidak sopan. Keadaan ini juga diperburuk dengan campur tangan gereja. Dengan otoritas yang dimiliki pihak gereja pada masa itu, mereka mengeluarkan sejumlah aturan dan larangan yang mengatur wacana seksualitas di hadapan publik dan segala bentuk pelanggaran seperti, sodomi dan pernikahan inses, dianggap sebagai dosa. Pengekangan ini sebaliknya memicu rasa keingintahuan masyarakat luas tentang seksualitas. Di abad ke-19 pembicaraan mengenai seksualitas mulai diangkat kembali ke permukaan. Keadaan ini yang kemudian mencetuskan ide tentang 6

7 heterogenitas seksual (Foucault, 2008). Konsep-konsep tentang hubungan yang sebelumnya dilarang seperti, sesama jenis atau saudara, mulai banyak dibicarakan. Akan tetapi, tidak semua orang dapat menerima dan menganggapnya sebagai sebuah penyimpangan seksual. Kaum homoseksual dianggap sebagai kaum yang dapat merusak tatanan sosial, sehingga tak jarang mendapat perlakuan diskriminatif dari orang di sekelilingnya. Oleh karena itu kaum homoseksual lebih memilih untuk bersembunyi dan tidak berani muncul ke permukaan. Di Prancis, pada awalnya, keberadaan kaum homoseksual tidak pernah diterima oleh masyarakat. Homoseksualitas selalu dianggap sebagai bentuk dari praktik sodomi (Foucault, 2008). Ajaran agama Katolik yang melekat di dalam kehidupan sosial masyarakat membuat mereka menganggap bahwa homoseksualitas juga merupakan sebuah pelanggaran dan perbuatan dosa. Keberadaan kaum homoseksual disamakan dengan pelaku-pelaku kriminal. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pandangan masyarakat terhadap kaum homoseksual juga mulai berubah. Pendapat yang menganggap homoseksualitas sebagai sebuah penyakit atau penyimpangan mulai tergeser. Sekarang ini banyak orang mulai berpendapat bahwa menjadi homoseksualitas adalah sebuah pilihan. Kaum homoseksual juga mulai memberanikan diri untuk menuntut kebebasan dan haknya. Di sisi lain, gerakan-gerakan anti-homofobia juga dilakukan, oleh baik pemerintah dan masyarakat. Tahun-tahun 1970-an adalah awal dari perjuangan kaum homoseksual di Prancis untuk mempertahankan haknya di hadapan Negara (Tjahjani, 2010). Kaum homoseksual muncul ke hadapan publik dengan cara melakukan demonstrasi di jalan-jalan. Usaha ini membuahkan hasil pada tahun 1999, yaitu dengan dikeluarkannya Le Pacs (Le pacte civil de solidarite) 1. Sejak saat itu keberadaan kaum homoseksual diakui secara hukum di Prancis. Akan tetapi, fakta bahwa mereka sudah diterima secara hukum, tidak menjadi jaminan mereka dapat diterima baik oleh masyarakat. Keberadaan mereka banyak ditentang masyarakat, khususnya kaum rohaniwan. Keadaan dipengaruhi latar belakang sejarah negara Prancis yang banyak dipengaruhi ajaran agama Katolik (Miranda, 2001). Kini, homoseksualitas bukan lagi topik yang tabu untuk dibicarakan di depan umum. Tema-tema homoseksualitas sudah banyak ditemukan di media massa baik dalam bentuk teks, 1Le Pacs merupakan kebijakan pemerintah Prancis yang mengatur kontrak antara dua orang dewasa, baik heteroseksual maupun homoseksual, untuk mengatur kehidupan mereka bersama. 7

8 gambar, suara bahkan video. Melalui karya sastra, film atau lagu, kaum homoseksual terus mencoba untuk memperlihatkan keberadaan mereka. Pendekatan melalui produk-produk budaya merupakan salah satu cara yang lebih mudah untuk memperkenalkan konsep homoseksualitas dan mengubah cara pandang masyarakat hingga mereka dapat diterima sepenuhnya. Sejak 1960-an, tema homoseksualitas sudah banyak diangkat dalam lagu-lagu Prancis, khususnya genre pop (Tjahjani, 2010). Dalam perkembangannya, tema homoseksualitas yang diangkat dalam lagu sesuai dengan isu-isu homoseksualitas yang berkembang di masyarakat. Pada awalnya, isu yang banyak diangkat menceritakan kaum homoseksual yang dikucilkan dan ditolak di lingkungan masyarakat. Kaum homoseksual digambarkan sebagai orang-orang yang melakukan suatu kejahatan atau dosa yang sangat besar. Akan tetapi, sejak peristiwa coming out 2 mulai banyak dibicarakan di publik, isu homoseksualitas yang banyak diangkat dalam tema dalam lagu juga banyak berubah. Lagu-lagu yang muncul sekarang lebih menceritakan keinginan dan usaha kaum homoseksual untuk lepas dari diskriminasi. Hingga saat ini, beberapa lagu masih menceritakan kaum homoseksual yang dikucilkan, namun muncul diceritakan juga keinginan kaum homoseksual agar keberadaannya diakui. Salah satu lagu yang juga mengangkat tema homoseksualitas adalah lagu dari penyanyi Prancis, Renaud Séchan, yang berjudul Petit Pédé. Lagu ini menceritakan kehidupan seorang homoseksual mulai dari ia menyadari orientasi seksualnya yang berbeda dari orang lain. Perbedaan ini yang kemudian membuatnya ditolak oleh orang-orang disekelilingnya. Akan tetapi, ia tidak pasrah menerima keadaan tersebut, ia terus berusaha untuk mencari pengakuan dari orang lain. Isu homoseksualitas dalam lagu ini cukup beragam. Di dalam lagu ini dapat ditemukan ragkuman dari isu-isu homoseksualitas yang dibicarakan sejak tahun 1960-an hingga lagu ini dirilis pada tahun Lagu ini tidak bertujuan untuk menyudutkan kaum homoseksual, namun sebaliknya Renaud memperlihatkan sebuah pembelaan bagi kaum homoseksual. Keberagaman tema yang terdapat dalam lagu Petit Pédé juga menggambarkan perkembangan identitas seorang homoseksual. Identitas sebagai homoseksual terbentuk sejak awal ia menerima homoseksual tersebut dalam dirinya sendiri. Kemudian pembentukan identitas 2Tahap di mana seorang homoseksual memutuskan untuk muncul ke hadapan publik. 8

9 homoseksual ini dilanjutkan dengan usahanya untuk mendapatkan pandangan positif dari orang di sekelilingnya. Lagu ini menggunakan sudut pandang orang kedua yang berbicara kepada seorang homoseksual sambil menyatakan pembelaannya. Penyanyi sebagai orang kedua membicarakan kehidupan seseorang sebagai kaum homoseksual dan perlakuan buruk yang diterimanya dari orang lain bahkan keluarganya sendiri. Akan tetapi, ia tidak menerima begitu saja semua perlakuan diskriminasi yang ditujukan kepadanya. Ia terus berusaha mencari orang-orang dan tempat yang mau menerima keadaanya. Interaksi sosial yang terjadi dengan orang lain tesebut yang secara perlahan-lahan membentuk identitasnya. Artikel ini akan mencoba menjelaskan tahap dari konstruksi identitas homoseksual dalam lagu Petit Pédé yang dilihat dari lirik lagu dan melalui setiap baitnya yang memperlihatkan tahap-tahap yang dialami seorang homoseksual dalam perkembangan identitasnya. Renaud Séchan sebagai Penyanyi Prancis Renaud Séchan adalah penyanyi Prancis yang sering mengangkat isu-isu sosial dalam lagunya. Renaud adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu. Tema-tema yang diangkat banyak dipengaruhi oleh pengalaman sendiri dan peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Dalam artikel yang berjudul The Self-Conscious Chanson: Creative Responsesto the Art versus Commerce Debate disebutkan sejak awal karirnya, lagu-lagu yang dinyanyikan Renaud memiliki makna ganda, hiburan dan politik. Renaud lahir di selatan Paris pada11 mei Masa kecilnya dipenuhi dengan kejadiankejadian penting yang terjadi di Prancis. Mulai dari ketika Gaule kembali berkuasa, hingga masa perang Aljazair. Kejadian-kejadian ini banyak mempengaruhi ide dan pemikirannya. Hal ini dapat dilihat melalui karya-karyanya. Pada mei 1968, ia memutuskan untuk meninggalkan pendidikannya dan bergabung dalam barikade mahasiswa di Sorbonne. Di antara kerisuhan itu, ia menciptakan lagu pertamanya. Lagu-lagu Renaud menggabungkan tujuan lagu sebagai hiburan dan sebagai media untuk menyampaikan pendapat atau kritik. Akan tetapi, sedikit berbeda dengan penyanyi lainnya, Renaud berusaha menggabungkan tradisi dari genre chanson dan prinsip lagu kontemporer 9

10 (Harrison, 2005). Ia berharap agar lagu-lagunya tetap dinikmati oleh masyarakat, khususnya dengan kedatangan lagu-lagu dengan genre lain yang banyak mempengaruhi selera musik masyarakat. Konsep Identitas Identitas menunjukkan ciri khusus seseorang dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis. Identitas bukan suatu hal yang dibawa sejak lahir, tetapi identitas dari seorang individu dibentuk dalam lingkungan sosial. Seperti yang didefinisikan oleh Marcia, identitas merupakan konstruksi diri dan organisasi dinamis atas dorongan, kemampuan, kepercayaan, dan sejarah diri yang berlangsung secara internal (dikutip oleh Papalia et al., 1998). Identitas dibentuk melalui sebuah proses sosial. Tingkah laku dalam lingkungan sosial merupakan salah satu faktor pembentukan identitas diri. Menurut Fromm (1947), identitas diri tidak dapat dipisahkan dari identitas sosial seseorang dalam konteks komunitasnya. Karena manusia adalah mahkluk sosial yang dalam membangun identitas dirinya tidak dapat melepaskan diri dari norma yang mengikat semua warga masyarakat tempat ia hidup dan peran sosial yang diembannya dalam masyarakat tersebut. Corsini (2002) juga menambahkan bahwa identitas diartikan sebagai peran sosial seseorang dan presepsi seseorang terhadap perannya. Melalui hubungan sosial, seorang individu dapat memperoleh identitasnya. Proses-proses sosial yang terlibat dalam membentuk dan mempertahankan identitas ditentukan oleh struktur sosial. Selanjutnya identitas tersebut dapat terus dipelihara atau dibentuk ulang oleh hubunganhubungan sosial lainnya. Oleh karena itu, proses pembentukan identitas tidak akan berhenti selama seorang individu tetap hidup. Homoseksualitas Sebagai Sebuah Identitas Sebagai salah satu identitas, perkembangan seksualitas seseorang juga dipengaruhi oleh proses-proses sosial. Pengertian seksualitas tidak terbatas hanya pada jenis kelamin seseorang. Dalam artikel Dari Suara Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT) Jalan Lain Memahami Hak Minoritas, dijelaskan bahwa konsep seksualitas memiliki makna yang luas yaitu 10

11 sebuah aspek kehidupan menyeluruh meliputi konsep tentang seks (jenis kelamin), gender, orientasi seksual dan identitas gender, identitas seksual, erotisme, kesenangan, keintiman dan reproduksi. Oleh karena itu, seksualitas tidak hanya dipengaruhi oleh faktor biologis saja, namun dipengaruhi interaksi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosial. Pada dasarnya terdapat dua pandangan yang mendefinisikan konsep seksualitas, salah satunya adalah konstruksi sosial.seks maupun identitas seksual adalah hasil dari konstruksi sosial. Artikel Dari Suara Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT) Jalan Lain Memahami Hak Minoritas, juga menyebutkan sebagai sebuah konstruksi sosial, seksualitas bersifat cair, dan merupakan suatu kontinum sehingga jenis kelamin tidak hanya terdiri dari lakilaki dan perempuan namun juga interseks dan transgender/ transeksual, orientasi seksual tidak hanya heteroseksual namun juga homoseksual dan biseksual. Berdasarkan pendekatan konstruksi sosial, homoseksualitas dalam diri seseorang merupakan sebuah proses. Meskipun beberapa peneliti menyebutkan bahwa homoseksualitas muncul dipengaruhi faktor genetik, akan tetapi interaksi sosial yang terjadi dengan orang-orang di sekeliling juga memiliki peran yang cukup besar dalam pembentukan identitas homoseksual. Menurut Bem, variabel biologis seperti genetik, hormon, dan faktor-faktor fisiologis lainnya tidak menyebabkan orientasi seksual tertentu, tetapi lebih berkontribusi pada tempramen masa anak-anak yang mempengaruhi ketertarikan seorang anak terhadap kelompok sebaya yang sesuai dengan jenis kelaminnya atau tidak (Chandra, 2011). Oleh karena itu sejumlah ilmuwan mulai mengembangkan teori-teori yang menjelaskan perkembangan homoseksualitas dalam diri manusia.pada umumnya, teori-teori yang menjelaskan konstruksi identitas pada kaum homoseksual akan menjelaskan proses yang dijalani seseorang mulai dari masa ketika ia menyadari untuk pertama kali hingga ketika ia memutuskan untuk muncul di hadapan publik, atau yang sering disebut dengan coming-out. Diantaranya terdapat dalam artikel yang berjudul Homosexual Identity Formation: A Theoretical Model, Cass Cass menguraikan tahapan dari konstruksi identitas dari homoseksual. Ia juga menambahkan bahwa proses ini dipengaruhi tidak hanya dari dirinya sendiri, tetapi dengan keluarga, teman dan orang-orang lain di sekelilingnya. Proses ini dapat dilihat melalui enam tahapan. Tahap pertama, Identity Confusion, dimulai ketika seorang individu pertama kali sadar bahwa ia menyukai sesama jenis kelaminnya. Ia sadar akan perbedaan namun ditemani dengan 11

12 rasa ketidakberterimaan. Ia lalu akan merasa aneh pada dirinya sendiri. Meskipun begitu, ia tetap penasaran dan mulai mengumpulkan informasi mengenai homoseksual. Tahap kedua, Identity Comparison, merupakan tahap di mana individu tersebut mulai menerima perbedaan tersebut, hanya saja ia masih tetap bimbang. Ia masih akan berpikir bahwa perasaan tersebut hanya sementara itu. Dia menerima identitas homoseksual, namun tidak mau untuk menunjukannya. Keadaan ini disebut juga anonymous sex. Biasanya, individu akan berpura-pura untuk menjadi heteroseksual dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menikah dengan lawan jenis. Pada tahap ini sudah mulai muncul kekhawatiran akan penerimaan orang lain. Ia tidak memiliki tempat di mana pun dalam lingkungan sosial Tahap ketiga, Identity Tolerance, adalah tahap di mana individu tersebut mulai melakukan interaksi dengan kelompok homoseksual lainnya. Pada saat itulah ia semakin menerima perbedaan dalam dirinya. Di saat yang bersamaan pula ia semakin yakin bahwa ia bukan bagian dari kelompok heteroseksual. Tahap keempat, Identity Acceptance, individu lebih sering melakukan interaksi dengan kelompok homoseksual. Hubungan yang tercipta juga sudah lebih dari persahabatan. Pada tahap ini, individu tersebut sudah benar-benar menerima identitas homoseksualnya. Ia sudah menemukan tempat di mana ia bebas mengekspresikan perasaannya. Penerimaan ini menimbulkan kemarahan akan pihak atau kelompok anti-homoseksual. Ia mulai membatasi interaksi dengan kaum heteroseksual. Tahap kelima, Identity Pride, adalah tahap di mana ia bangga akan identitasnya sebagai kaum homoseksual. Individu menolak segala institusi yang terbentuk dari konsep heteroseksual, seperti pernikahan. Keinginan agar kaumnya diakui juga mulai tumbuh diikuti dengan melakukan usaha-usaha untuk memperkenalkan keberadaan mereka. Homoseksual dikenalkan melalui produk-produk budaya, seperti literatur, lagu, atau film. Pada tahap ini gerakan-gerakan anti homophobia juga mulai muncul. Keadaan ini yang disebut dengan istilah comimg-out. Pada tahap keenam, Identity Synthesis, kemarahan terhadap kaum heteroseksual mulai berkurang. Individu menyadari bahwa masih terdapat kaum heteroseksual yang tidak menganggap homoseksual sebagai suatu kelainan, sehingga ia tidak lagi membatasi interaksi dengan kelompok heteroseksual. Kebanggaan akan identitasnya sebagai homoseksual juga penting, tapi hal tersebut bukan faktor utama dalam membangun hubungan dengan orang lain. 12

13 Pada tahap ini, individu juga menyadari bahwa identitas seksual bukan alasan untuk mengelompokkan masyarakat atas kaum heteroseksual dan kaum homoseksual. Pada kenyataannya, sangat jarang ada individu homoseksual yang bisa melewati tahap keenam ini. Diskriminasi yang sering dialami membuat mereka susah untuk benar-benar percaya bahwa ada kaum heteroseksual yang masih mendukung mereka. Tahap mereka melakukan coming-out bukan merupakan pertanda bahwa mereka sudah memiliki kepercayaan pada kaum heteroseksual. Akan tetapi, tahap coming-out merupakan tahap yang menggambarkan identitas homoseksual sudah terbentuk dan diakui oleh individu tersebut. Tahapan Pembentukan Identitas Homoseksual dalam Lagu Petit Pédé Identitas homoseksual dapat ditemukan melalui lirik lagu Le Petit Pédé, baik secara tersirat atau pun tersurat. Pertama adalah kata pédé pada judul maupun liriknya. Kata pédé ini merupakan singkatan dari "pédéraste" yang berarti homoseksual. Istilah ini muncul sejak abad 19 dan istilah pédé biasanya mengarah kepada kaum laki-laki (gay). Pada dasarnya, kata ini memiliki makan untuk merendahkan kaum homoseksual, namun kata ini juga digunakan oleh kaum homoseksual tersebut. Sekitar tahun 1980-an penggunaan kata pédé diperhalus dengan menambahkan kata sifat petit yang berarti kecil. Dalam konteks ini, kata petit berarti sayang. Sampai abad 20 kata pédé masih memiliki makna yang negatif di kalangan masyarakat. Sekarang, istilah pédé tidak hanya mengacu kepada kaum homoseksual saja tetapi juga digunakan untuk mengejek kaum homoseksual tersebut. Melalui liriknya, lagu ini memperlihatkan konstruksi identitas homoseksual pada seorang anak kecil berumur 15 tahun. Keadaan ini dimulai ketika ia menyadari terdapat perbedaan pada dirinya sendiri. Akan tetapi ia merasa takut dan malu untuk mengaku perbedaan. Keadaan ini tergambar di dalam lirik berikut, A quinze ans quand tu as découvert Ce penchant paraît-il pervers( ) 13

14 Ketika seseorang menyadari sifat homoseksual dalam dirinya untuk pertama kali, ia akan merasa bingung dan disusul dengan rasa takut. Pada awalnya, seseorang akan merasa asing dengan homoseksualitas. Hal ini disebabkan budaya heteroseksual yang sudah ada di hidupnya sejak ia lahir. Hidup bersama keluarga dengan orang tua yang heteroseksual akan membuat mereka berpikir bahwa homoseksualitas merupakan suatu tindakan yang melawan norma. Selain itu perbedaan yang ada pada dirinya juga akan memicu rasa takut dan bahkan rasa malu. Oleh karena itu, pada tahap ini, individu tidak mau mengakui homoseksualitas di dalam dirinya. Pada bait selanjutnya, digambarkan ketika ia merasa membutuhkan seseorang untuk membicarakan perbedaan yang ada pada dirinya. Di saat yang sama, ia juga menyadari bahwa kejujuran bukanlah pilihan yang tepat. Melalui lirik lagu ini bahkan digambarkan bahwa orangorang di sekitarnya memiliki pemikiran menjadi homoseksual lebih buruk daripada berkulit hitam. T'aurais été noir, pas de lézards Besoin d' l'annoncer à personne Mais c'est franch'ment une autre histoire Que d'avouer "j'aime les hommes"( ) Hidup dalam keluarga heteroseksual membuat ia sadar akan akibat yang akan didapatkan bila menceritakan yang sejujurnya. Hal ini dapat dilihat dalam lirik berikut, Que tu l'as annoncé à ta mère J'imagine bien la galère Menurut Cass, seorang homoseksual akan merasakan ketidakberterimaan dari orang orang-orang di sekelilingnya, bahkan ketika ia belum menceritakan keadaannya. Kebiasaan dan budaya heteroseksual yang dijalaninya sejak kecil membuat ia sadar bahwa menjadi berbeda adalah suatu hal yang salah. Pada tahap ini, seorang homoseksual akan mulai berpikir bahwa perbedaan dalam dirinya bukan sesuatu yang dapat diterima dengan mudah oleh orang lain. Sebagian besar dari kaum homoseksual biasanya memilih untuk merahasiakannya. 14

15 Pada bait selanjutnya diceritakan bahwa ia menerima perbedaan dalam dirinya. Hanya saja ia masih dihantui oleh takut dan bimbang untuk benar-benar bisa mengakui dan menceritakannya di depan orang lain. Ia memilih untuk menyembunyikannya dan berpura-pura hidup seperti orang lain. Di dalam lirik disebutkan ia menutupi keadaannya dengan berpura-pura menjadi laki-laki yang maskulin. Hal ini digambarkan dalam lirik di bawah ini, Toute sa vie à faire semblant D'être "normal", comme disent les gens Jouer les machos à tout bout de champ Pour garder ton secret d'enfant ( ) Menurut Cass, setelah menyadari homoseksual dalam dirinya ia akan melewati tahap yang disebut identity comparison. Pada tahap ini seorang homoseksual mencoba menutupi kenyataan tersebut dengan hidup berpura-pura seperti orang normal. Pada tahap ini banyak kaum homoseksual yang akan merasa tertekan. Pada tahun 1998, dua orang ilmuwan, Black dan Underwood, melakukan penelitian yang memperlihatkan tingkat depresi yang tinggi yang tak jarang berakhir pada bunuh diri (Mosher, 2001). Rasa tertekan akan membuat kaum homoseksual keluar dari lingkungan heteroseksual. Dalam bait selanjutnya diceritakan ia memutuskan untuk meninggalkan kampung halaman dan orang tuanya. Keadaan ini dapat dilihat dalam lirik berikut, T'as quitté ta province coincée Sous les insultes, les quolibets Le mépris des gens du quartier Et de tes parents effondrés ( ) Meskipun berusaha untuk tetap sama dengan orang lain, kaum homoseksual akan tetap merasa bahwa ia bukan bagian dari mereka. Biasanya kaum homoseksual akan lebih memilih mencari tempat di mana ia bisa diterima dan merasa bebas. Penolakan yang diterima mendorong mereka untuk mencari kaum homoseksual lainnya. 15

16 Dalam lirik selanjutnya akan diceritakan bahwa kemudian tokoh dalam lagu ini memutuskan untuk pergi ke Paris. Sebuah tempat yang dianggapnya merupakan lingkungan di mana ia bisa bertemu dan diterima dengan kaum homoseksual lainnya. A Paris tu as débarqué Dans les backrooms du Marais Dans ce ghetto un peu branché Tu as commencé à t'assumer ( ) Di Paris terdapat beberapa tempat yang disebut sebagai tempat berkumpul kaum homoseksual. Contohnya seperti Marais, terletak di arrondissements III dan IV, yang terkenal sebagai tempat berkumpul kaum homoseksual sejak tahun Ada beberapa alasan mengapa Marais dikenal sebagai tempat kaum homoseksual. Salah satunya adalah di Marais terdapat sejumlah bar, le bar du nuit, yang khusus digunakan sebagai tempat berkumpul oleh kaum homoseksual. Le bar du nuit sendiri merupakan tempat yang dilindungi oleh pemerintah daerah setempat. Setelah memutuskan untuk masuk ke dalam komunitas kaum homoseksual, di saat yang bersamaan individu tersebut akan bertemu dan menemukan teman atau bahkan pasangannya. Pada tahap ini, seorang homoseksual dapat dikatakan benar-benar sudah menerima identitas seksualnya. Keadaan ini dapat dilihat melalui lirik berikut, Bientôt tu trouveras un mec Un moustachu ou un gentil Alors tu te maqu'ras avec Pour quelques jours ou pour la vie Menurut Cass, seorang homoseksual akan semakin mengenal identitasnya setelah melakukan interaksi dengan kaum homoseksual lainnya. Ia juga tidak lagi merasa tertekan atau takut, sebaliknya berada dalam lingkungan kaum homoseksual membuatnya bebas mengekspresikan dirinya. Setelah melakukan interaksi dengan sesama homoseksual lainnya, ia pun menemukan teman dan pasangan. 16

17 Selanjutnya diikuti dengan tahap coming-out. Keadaan ini diekspresikan melalui lirik berikut yang menyatakan keinginan pasangan homoseksual yang ingin diakui. Dalam lirik digambarkan harapan pasangan homoseksual yang juga menginginkan sebuah keluarga. Mereka bisa menjadi ayah dan ibu dan mengadopsi anak. Akan tetapi, hal tersebut dianggap ilegal oleh hukum. Rêv'rez peut-être d'un enfant Y en a plein les orphelinats Sauf que pour vous papa-maman C'est juste interdit par la loi Kaum homoseksual berpendapat bahwa mereka juga memiliki hak yang sama dengan kaum heteroseksual, khususnya dalam hal berkeluarga. Mereka tidak sependapat dengan konsep pernikahan heteroseksual. Ketika dua individu homoseksual ingin hidup bersama, mereka juga merasa bahwa pernikahan juga bisa dilakukan oleh pasangan homoseksual. Di Prancis, parade homoseksual pertama terjadi pada 4 April Sekitar orang melakukan demonstrasi, Gay Pride,untuk menuntut hak kaum homoseksual (Martel, 1999). Berbagai usaha dilakukan oleh kaum homoseksual agar pasangan homoseksual dapat dianggap secara sah di mata negara. Dikeluarkannya Le Pacs merupakan tahap awal di mana kaum homoseksual bisa diakui di hadapan publik. Setelah melalui proses yang cukup panjang, coming-out yang dilakukan kaum homoseksual di Prancis ini membuahkan beberapa hasil yang positif. Pada tahun 2005 diputuskan setiap tanggal 17 mei merupakan hari anti homophobia internasional atau yang dikenal dengan IDAHO (International Day Against Homophobia). Selanjutnya pada 17 mai 2013, pemerintah Prancis mengeluarkan undang-undang yang mengesahkan pernikahan homoseksual. Penutup 17

18 Lagu Le Petit Pédé menggambarkan identitas kaum homoseksual melalui kehidupan dan kebiasaan kaum homoseksual tersebut. Identitas yang terlihat dalam lagu ini sebagian besarnya terbentuk melalui hubungannya dengan masyarakat dalam lingkungan sosial, sehingga dapat terlihat identitas sosial yang tercipta secara tidak langsung menjadi identitas dirinya. Dengan identitas, seseorang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Untuk dapat menjalankan perannya dengan baik dalam lingkungan sosial, pengakuan akan identitas seseorang oleh masyarakat sangat dibutuhkan. Karena dengan pengakuan identitas tersebut kita dapat dikenal. Penolakan yang masih diberikan oleh sebagian besar masyarakat, membuat mereka harus menyembunyikan identitas yang sebenarnya.namun pada kenyataannya sekarang ini, mereka tidak mau lagi dianggap sebagai orang yang terkucil dari lingkungan sosial.oleh sebab itu mereka menciptakan tempat untuk berkumpul sehingga bisa menyuarakan pendapatnya. Mereka melakukan demo ataupun parade di tempat-tempat publik. Tindakan ini merupakan salah satu cara kaum homoseksual untuk mendapatkan pengakuan sehingga mereka dapat memperlihatkan identitasnya kepada seluruh orang tanpa rasa malu dan bersembunyi. Daftar Referensi Ayuningtyas, Paramita. (2006). Homoseksualitas Dan Relasi Kuasa Dalm The Other Boat Dan Maurice Karya E.M. Forster. Skripsi Program Sarjana Universitas Indonesia, Depok. Chandra, Johan. (2011). Pemaknaan Hidup Seorang Homoseksual. Skripsi Program Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Foucault, Michel. (2008). Ingin Tahu Sejarah Seksualitas Trans. Rahayu S. Hidayat. Trans of La Volonte de Savoir Histoire. Yayasan Obor Indonesia. Harrison, Kim Trancy. (2005). The Self - Conscious Chanson: Creative Responsesto the Art versus Commerce Debate. Disertasi doktoral The University of Leeds, Leeds. Martel, Frédéric. The Pink and The Black: Homosexuals in France Since 1968 Trans: Jane Marie Todd. 18

19 Miranda, Airin. (2001). Kebijakan Pemerintah Prancis terhadap Keberadaan Pasangan Homoseksual di Prancis pada Dasawarsa Skripsi Program Sarjana Universitas Indonesia, Depok. Mosher, Chad M. (2001). The Social Implications of Sexual Identity Formation and the Coming-Out Process: A Review ofthe Theoretical and Empirical Literature. The Family Jurnal: Counseling And Therapy For Couples And Families 9: Diakses pada 17 Januari 2014 dari Tjahjani, Josesana. (2010). Homoseksualitas Dalam Lagu-Lagu Prancis. Universitas Indonesia, Depok. Valentini, Veronica dan M. Nisfianoor. (2006). Identity Achievement dengan Inticinacy pada Remaja SMA. Jurnal Provitae 2, 1-4. Diakses pada 30 Juli 2011 dari id=ovodlxsi4roc&pg=pa4&dq=pengertian+identitas+diri&hl=id&ei=bgg1trflky- OmQXw4p3wCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CEQQ6AEwBjgK#v =onepage&q&f=false, 19

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu 63 BAB V PENUTUP 5.1. Pembahasan Identitas seksual adalah apa yang orang katakan mengenai kita berkaitan dengan perilaku atau orientasi seksual kita, kita benarkan dan percaya sebagai diri kita. Jika seorang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sosial, serta hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki yang terbentuk

BAB V KESIMPULAN. sosial, serta hubungan sosial antara perempuan dan laki-laki yang terbentuk BAB V KESIMPULAN Gender merupakan salah satu isu yang sangat penting dalam masalah pembangunan, terkhusus Sumber Daya Manusia di dunia. Meskipun isu ini tergolong ke dalam isu yang masih baru, gender telah

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis. BAB 2. SEKSUALITAS Apa itu Seks dan Gender? Sebelum kita melangkah ke apa itu seksualitas, pertanyaan mengenai apa itu Seks dan Gender serta istilah lain yang berkaitan dengan nya sering sekali muncul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial sekaligus menarik untuk didiskusikan. Di Indonesia sendiri, homoseksualitas sudah meranah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksual merupakan suatu realitas sosial yang semakin berkembang dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan homoseksual telah muncul seiring dengan sejarah

Lebih terperinci

Seks Laki-laki dan Laki-laki, perempuan, interseks, transgender

Seks Laki-laki dan Laki-laki, perempuan, interseks, transgender Dari Suara Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT)- Jalan Lain Memahami Hak Minoritas Konsep tentang Seksualitas Esensialism vs Social Constructionism Memperbincangkan LGBT tak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya sama dan dari bahasa Latin yaitu sex yang artinya jenis kelamin. Homoseksual biasanya dikonotasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi oleh manusia adalah kebutuhan untuk mendefinisikan diri sendiri, khususnya dalam hubungannya dengan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tersebut tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan Hawa, sejak saat itu pula orang mengetahui bahwa manusia diciptakan secara berpasang-pasangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan manusia lain dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik itu kebutuhan biologis seperti makan dan minum maupun kebutuhan psikologis, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia orientasi seksual yang umum dan diakui oleh masyarakat kebanyakan adalah heteroseksual. Namun tidak dapat dipungkiri ada sebagian kecil dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog Jerman Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi tentang seksualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa keseluruhan subyek yang sedang dalam rentang usia dewasa awal mengalami tahapan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan

BAB IV KESIMPULAN. Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan BAB IV KESIMPULAN Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan terhadap pandangan moral masyarakat pada abad ke-20. Selain itu, dipaparkan pula alasan mengapa pengarang mengangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan

UKDW BAB I. Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah Kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transjender (LGBT) merupakan kelompok seksual minoritas di Indonesia yang dianggap menyimpang dan melanggar aturan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk penerima pesan dengan maksud tertentu. Everett M. Rogers berpendapat,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk penerima pesan dengan maksud tertentu. Everett M. Rogers berpendapat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dan melakukan komunikasi antar sesama. Dalam proses komunikasi manusia menuangkan pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator dengan menggunakan berbagai media dan sarana sehingga dapat diterima oleh sang penerima pesan

Lebih terperinci

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan selanjutnya teori yang telah diuraikan digunakan sebagai acuan pada penulisan

Lebih terperinci

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : ANDRI SUCI LESTARININGRUM F 100

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini masyarakat mulai menyadari akan adanya keberadaan kaum gay disekitar mereka. Data yang dilansir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi seksual dalam kehidupannya dari kecil. Orientasi seksual ada beberapa jenis yaitu heteroseksual,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keluarga pada dasarnya adalah suatu kelompok kecil yang berhubungan dan berinteraksi dengan individu sejak dilahirkan. Keluarga juga merupakan suatu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun keluarga melalui pernikahan lalu memiliki keturunan dan terkait dengan kecenderungan seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini masalah seksualitas masih menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi sesuatu

Lebih terperinci

GAMBARAN PROSES PENERIMAAN IDENTITAS HOMOSEKSUAL PADA LESBIAN SKRIPSI

GAMBARAN PROSES PENERIMAAN IDENTITAS HOMOSEKSUAL PADA LESBIAN SKRIPSI GAMBARAN PROSES PENERIMAAN IDENTITAS HOMOSEKSUAL PADA LESBIAN SKRIPSI OLEH: Cynthia Nagata Tionardi.S NRP: 7103007071 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 2013 GAMBARAN PROSES

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan. Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Psikologi Transgender Pada Tokoh Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan ringkasan dari

Lebih terperinci

Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses

Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah seluruh mahasiswa S1 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah seluruh mahasiswa S1 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Desember 2016. Subjek dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Formation. Marcia menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Formation. Marcia menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Formation 1. Pengertian Identity Formation Marcia (1993) menyatakan bahwa identity formation atau pembentukan identitas diri merupakan: Identity formation involves

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Pada manusia dalam memenuhi dorongan biologis atau seksnya tersebut dikendalikan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.A Validitas Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena menurut Azwar (1996), suatu item dikatakan valid apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu : 5.1.1. Indikator Identitas Diri Menurut subjek SN dan GD memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metodologi guna mendapatkan data-data dari berbagai sumber sebagai bahan analisa. Menurut Kristi E. Kristi Poerwandari dalam bukunya yang berjudul Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik sama dan tidak menyukai orang yang memiliki karakteristik berbeda dengan mereka (Baron, Byrne

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksualitas merupakan rasa tertarik pada orang-orang berjenis kelamin sama baik secara perasaan ataupun secara erotik, dengan atau tanpa hubungan fisik. Disebutkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan

BAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Pada manusia dalam memenuhi dorongan biologis atau seksnya tersebut dikendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada penggambaran peran perempuan dalam film 3 Nafas Likas. Revolusi perkembangan media sebagai salah satu sarana komunikasi atau penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. justru laris manis di pasaran meskipun main kucing-kuicingan dengan

BAB I PENDAHULUAN. justru laris manis di pasaran meskipun main kucing-kuicingan dengan 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana-wacana seksualitas yang ilmiah masih dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak penting dan menghabiskan waktu saja pada masa kini. Bebeda dengan novel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan

I. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa pemilihan yang akan menentukan masa depan seseorang. Tidak sedikit dari remaja sekarang yang terjerumus dalam berbagai permasalahan.tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perubahan yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini khususnya bagi remaja merupakan suatu gejala yang dianggap normal, sehingga dampak langsung terhadap perubahan

Lebih terperinci

Difa Kusumadewi: Rasionalisme Sains Mendorong Kebebasan dan Anti-Diskriminasi

Difa Kusumadewi: Rasionalisme Sains Mendorong Kebebasan dan Anti-Diskriminasi Difa Kusumadewi: Rasionalisme Sains Mendorong Kebebasan dan Anti-Diskriminasi Sains moderen masih sangat jarang dibincangkan oleh masyarakat Indonesia. Terutama ketika terkait dengan fakta-fakta ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang normal. Hal ini dilakukan, agar kita dapat diterima dalam masyarakat disekitar. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalahi norma yang berlaku. Seolah menjadi suatu aib bagi mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. menyalahi norma yang berlaku. Seolah menjadi suatu aib bagi mereka yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia homoseksual masih dianggap sebagai hal yang tabu dan menyalahi norma yang berlaku. Seolah menjadi suatu aib bagi mereka yang berorientasi seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dunia mempengaruhi banyak bidang kehidupan, salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya media Eropa ke Asia

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan

Lebih terperinci

IDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM

IDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM 82 KomuniTi, Vol. V, No. 2 September 2013 IDENTITAS SEKSUALITAS REMAJA DALAM FILM (ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI PENCARIAN IDENTITAS HOMOSEKSUAL OLEH REMAJA DALAM FILM THE LOVE OF SIAM) Sekar Dwi Marliana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orientasi seksual yang dikenal dan diketahui masyarakat Indonesia pada umumnya hanya ada satu jenis saja, yakni heteroseksual atau pasangan yang terdiri dari dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak,

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyimpangan seksual marak terjadi akhir-akhir ini. Halini dibuktikan dengan banyaknya kekerasan seksual dan perempuan yang hamil di luar nikah. Menurut data Komisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I : PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keberagaman merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dipisahkan di dalam dunia. Terkadang keberagaman menghasilkan sesuatu yang indah, tetapi juga keberagaman dapat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari pendahuluan hingga analisa kritis yang ada dalam bab 4. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di beberapa negara di dunia beberapa waktu lalu. LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and

BAB I PENDAHULUAN. di beberapa negara di dunia beberapa waktu lalu. LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia telah dihebohkan dengan peresmian pelegalan pernikahan sesama jenis di beberapa negara di dunia beberapa waktu lalu. LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender)

Lebih terperinci

Opini Edisi 5 : Tentang Seksualitas: Masyarakat Sering Menggunakan Standar Ganda

Opini Edisi 5 : Tentang Seksualitas: Masyarakat Sering Menggunakan Standar Ganda Wawancara dengan Sita Aripurnami Seksualitas sering dianggap barang tabu yang "haram" dibicarakan. Namun secara sembunyi-sembunyi ia justru sering dicari dari buku-buku stensilan, novel-novel kacangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase hidup manusia dimana fase ini terdapat banyak perkembangan pesat baik fisik, psikologis dan sosial. Perkembangan fisik ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada penerimaan remaja mengenai transgender dalam film Salah Bodi. Peneliti memilih topik tersebut karena ingin mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti sama.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti sama. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Homoseksual 2.1.1 Pengertian Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti sama. Homoseksual dapat digunakan sebagai kata sifat atau kata benda yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan

BAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan BAB V KESIMPULAN Persepolis karya Marjane Satrapi merupakan karya francophone yang telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan dimasukkan ke dalam ranah studi literatur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat ini semua informasi tidak tertutup oleh ruang dan waktu, karena saat ini telah terjadi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga memudahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan mengenai kesejahteraan subjektif pria dengan orientasi seksual sejenis, didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditariklah suatu kesimpulan yaitu : 5.1.1 Indikator kepuasan Seksual Subyek A, B dan C menyatakan

Lebih terperinci

Keluarga-keluarga Masa Kini di Prancis Oleh: Nuning Catur Sri Wilujeng. Namun suatu penelitian tentang model-model keluarga menunjukkan bahwa

Keluarga-keluarga Masa Kini di Prancis Oleh: Nuning Catur Sri Wilujeng. Namun suatu penelitian tentang model-model keluarga menunjukkan bahwa Keluarga-keluarga Masa Kini di Prancis Oleh: Nuning Catur Sri Wilujeng Pendahuluan Secara sederhana, keluarga merupakan fenomena natural dan biologis. Namun suatu penelitian tentang model-model keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Istilah waria dan homo bukan lagi menjadi kata yang asing pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional

Lebih terperinci

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2012 MAIDS' RESISTANCE THROUGH THE BOOK TO EQUALIZE THE RIGHTS AS POTRAYED IN "THE HELP" MOVIE (2011)

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Gambaran Perilaku seksual Perkembangan seksual seorang individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci