PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2008 T E N T A N G NAGARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2008 T E N T A N G NAGARI"

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2008 T E N T A N G NAGARI PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2008

2 Nomor 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Seri E Menimbang Mengingat BUPATI TANAH DATAR, : a. bahwa untuk terselenggaranya Pemerintahan Nagari yang berdasarkan filosofi Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah di Kabupaten Tanah Datar dan berdasarkan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Nagari, maka Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari, perlu disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi; b. bahwa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari sebagai landasan hukum Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi dengan ditetapkannya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; c. bahwa berdasarkan untuk sinkronisasi penyelenggaraan Pemerintahan dalam upaya melaksanakan tugas dan fungsi Pemerintahan yang baik dan efektif di Nagari, maka perlu diatur ketentuan mengenai Nagari; d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b, c, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Nagari. : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang... 2

3 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4592); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kota Kepada Desa; 13. Peraturan... 3

4 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi Desa; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2006 tentang Kerjasama Desa; 17. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007). 4

5 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR dan BUPATI TANAH DATAR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG NAGARI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tanah Datar; 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 5. Bupati adalah Bupati Tanah Datar; 6. Camat adalah Camat di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar; 7. Nagari adalah Kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus ketentuan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat basandi syara, syara basandi kitabbullah dan atau berdasarkan asal usul dan adat minangkabau yang diakui dan dihormati; 8. Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari berdasarkan asal usul Nagari di Wilayah Propinsi Sumatera Barat yang berada di dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 9. Pemerintah... 5

6 9. Pemerintah Nagari adalah Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Nagari; 10. Wali Nagari adalah Pimpinan Pemerintah Nagari; 11. Penjabat Wali Nagari adalah orang yang ditunjuk untuk memegang jabatan Wali Nagari oleh Pejabat yang berwenang; 12. Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari yang selanjutnya disingkat BPRN adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Nagari sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Nagari; 13. Kerapatan Adat Nagari yang selanjutnya disingkat KAN adalah lembaga kerapatan niniak mamak pemangku adat yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun sepanjang adat yang berlaku di masing-masing Nagari dan merupakan lembaga tertinggi dalam penyelenggaraan adat di Nagari; 14. Jorong adalah bagian wilayah kerja Nagari dalam pelaksanaan Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Kepala Jorong; 15. Panitia Pemilihan Wali Nagari yang selanjutnya disebut panitia pemilihan adalah panitia pemilihan Wali Nagari yang dibentuk oleh BPRN; 16. Panitia Pengawas Pemilihan Wali Nagari yang selanjutnya disebut panitia pengawas adalah panitia pengawas pemilihan Wali Nagari yang dibentuk oleh Bupati; 17. Kekayaan Nagari adalah harta benda yang telah ada atau yang kemudian menjadi milik Nagari, baik bergerak maupun tidak bergerak; 18. Badan Usaha Nagari yang selanjutnya disingkat BUN adalah badan usaha perekonomian Nagari; 19. Anak Nagari adalah setiap orang yang mempunyai hubungan adat dan ikatan kekeluargaan serta hubungan emosional dengan Nagari yang bersangkutan baik yang ada di Nagari maupun dirantau; 20. Rakyat Nagari adalah setiap orang, baik Warga Negara Republik Indonesia maupun orang asing yang bertempat tinggal tetap di dalam Wilayah Nagari; 21. Penduduk Nagari adalah Warga Negara Republik Indonesia yang bertempat tinggal di Nagari bersangkutan, yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk; 22. Hubungan adat adalah hubungan yang ditimbulkan akibat pertalian darah, ameh, perak dan budi kepada salah satu suku yang ada di nagari; 23. Anggaran... 6

7 23. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari yang selanjutnya disebut APB Nagari adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Nagari yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Nagari dan BPRN dan ditetapkan dengan Peraturan Nagari. 7

8 BAB II N A G A R I Bagian Pertama Wilayah Nagari Pasal 2 (1) Wilayah Nagari, meliputi wilayah hukum adat dengan batas-batas tertentu yang sudah berlaku secara turun temurun, diakui sepanjang adat dan atau berdasarkan kesepakatan. (2) Wilayah Pemerintahan Nagari meliputi wilayah pemerintahan secara administratif telah di tetapkan batas -batasnya, dan terdiri dari beberapa jorong sebagai wilayah kerja penyelenggaraan administrasi Pemerintahan Nagari dan berada dalam 1 (satu ) wilayah kesatuan masyarakat hukum adat Nagari. Bagian Kedua Pembentukan Nagari Pembentukan Pasal 3 (1) Nagari dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul Nagari dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. (2) Pembentukan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat : a. jumlah penduduk jiwa atau 600 kepala keluarga atau lebih; b. luas wilayah paling sedikit 600 ha; c. wilayah kerja dapat dijangkau dan memiliki jaringan perhubungan antar jorong; d. sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat; e. memiliki potensi Nagari berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia; f. memiliki batas Nagari yang jelas; g. tersedianya sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan Pemerintahan Nagari; h. adanya perbedaan sistem adat dalam satu Nagari; i. kemampuan keuangan Daerah; dan j. disetujui oleh seluruh persukuan yang ada di Nagari; k. adanya keputusan KAN; l. pernyataan Nagari induk dan calon Nagari pemekaran bahwa alokasi dana Nagari masing-masingnya menerima 50 % ditambah 10 % dari Alokasi Dana Nagari. (3) Disamping... 8

9 (3) Disamping memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk mencapai kehidupan bernagari berdasarkan falsafah adat basandi syara, syara basandi kitabullah, pembentukan harus memenuhi faktor-faktor sebagai berikut: a. babalai-bamusajik; b. balabuah-batapian; c. basawah-baladang; d. babanda-babatuan; e. batanaman nan bapucuak; f. mamaliaro nan banyao; g. basuku-basako; h. niniak mamak nan ampek suku; i. baadat-balimbago; j. bapandam pakuburan; k. bapamedanan; l. kantua nagari. (4) Pembentukan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penggabungan beberapa Nagari, atau bagian Nagari yang bersandingan, atau pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih. (5) Pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan Pemerintahan Nagari. (6) Pemekaran Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat berupa pemekaran dari satu Nagari menjadi dua Nagari atau lebih, atau pemekaran Nagari diluar Nagari yang telah ada. (7) Pemekaran Nagari dapat dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut : a. pemuka masyarakat pada bagian Nagari yang ingin ditingkatkan menjadi Nagari, melakukan musyawarah yang difasilitasi oleh Kepala Jorong; b. hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf a, disampaikan kepada Wali Nagari untuk dimusyawarahkan di tingkat Nagari dengan BPRN, KAN dan Kepala Jorong bersama pemuka masyarakat di Nagari tersebut; c. hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf b, disampaikan kepada Bupati melalui Camat oleh Wali Nagari dengan melampirkan notulen dan daftar hadir rapat; d. berdasarkan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada huruf c, Bupati dapat menetapkan Nagari persiapan; e. nagari persiapan sebagaimana dimaksud pada huruf d, dibina oleh Wali Nagari dan setelah 3 (tiga) tahun dinilai oleh sebuah tim yang dibentuk oleh Bupati untuk ditingkatkan statusnya menjadi Nagari penuh; f. pengesahan Nagari persiapan menjadi Nagari penuh ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (8) Penggabungan... 9

10 (8) Penggabungan Pemerintahan Nagari dilaksanakan karena Nagari yang bersangkutan tidak memungkinkan lagi menjalankan roda Pemerintahan Nagari. (9) Kesepakatan penggabungan Nagari disampaikan oleh Wali Nagari yang bersangkutan secara bersama kepada Bupati melalui Camat. (10) Kesepakatan penggabungan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (9) adalah atas aspirasi masyarakat dengan persetujuan BPRN dan KAN dari masing-masing Nagari. (11) Penggabungan Nagari ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (12) Pembentukan Jorong diatur dalam Peraturan Bupati. Bagian Ketiga Kewenangan Nagari Pasal 4 (1) Kewenangan Nagari mencakup : a. urusan pemerintahan : 1. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul Nagari; 2. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada Nagari; 3. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan atau Pemerintah Kabupaten; 4. urusan Pemerintahan lainnya yang oleh Peraturan Perundang-undangan diserahkan kepada Nagari. b. urusan adat; c. urusan perekonomian; d. urusan ketentraman dan ketertiban; (2) Tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3 disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia. (3) Nagari dapat menolak tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan atau Pemerintah Kabupaten yang tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia. BAB.. 10

11 BAB III PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NAGARI Bagian Pertama Umum Pasal 5 Pemerintahan Nagari terdiri dari Pemerintah Nagari dan BPRN. Bagian Kedua Pemerintah Nagari Paragraf 1 Struktur Organisasi Pemerintah Nagari Pasal 6 (1) Pemerintah Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri dari Wali Nagari dan Perangkat Nagari. (2) Perangkat Nagari sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Sekretaris Nagari dan Perangkat Nagari lainnya. (3) Perangkat Nagari lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari : a. unsur staf sekretariat nagari yang meliputi 5 (lima) urusan yaitu urusan pemerintahan, pembangunan, perekonomian, kesejahteraan rakyat serta umum dan keuangan ; b. unsur jorong; c. unsur pelaksana teknis lapangan. (4) Struktur organisasi Pemerintah Nagari sebagaimana tercantum dalam lampiran I peraturan ini. Paragraf 2 Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Wali Nagari Pasal 7 (1) Wali Nagari mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wali Nagari mempunyai wewenang : a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Nagari berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPRN; b. mengajukan... 11

12 b. mengajukan rancangan Peraturan Nagari; c. menetapkan Peraturan Nagari yang telah mendapat persetujuan bersama BPRN; d. menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Nagari mengenai APB Nagari untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPRN; e. membina kehidupan masyarakat Nagari; f. membina perekonomian Nagari; g. mengkoordinasikan pembangunan Nagari secara partisipatif; h. mewakili Nagarinya di dalam dan di luar pengadilan untuk urusan pemerintahan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan; i. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan Peraturan Perundangundangan. Pasal 8 (1) Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Wali Nagari mempunyai kewajiban : a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. memegang teguh dan mengamalkan adat basandi syara, syara basandi kitabullah, syara mangato adat mamakai, alam takambang jadi guru; c. meningkatkan kesejahteraan masyarakat; d. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; e. melaksanakan kehidupan demokrasi; f. melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Nagari yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme; g. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja Pemerintahan Nagari; h. mentaati dan menegakkan seluruh Peraturan Perundang-undangan; i. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Nagari yang baik; j. mentaati dan mengindahkan perintah, edaran, undangan yang diberikan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku; k. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan Nagari; l. melaksanakan pemungutan pajak dan retribusi yang diatur oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Daerah yang objeknya ada di Nagari; m. melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan Nagari; n. mendamaikan perselisihan masyarakat di Nagari kecuali masalah sako, pusako dan syara ; o. mengembangkan dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan Nagari; p. membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat istiadat; q. memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di Nagari; r. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup. (2) Selain... 12

13 (2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wali Nagari mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari kepada Bupati, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPRN, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari kepada KAN dan masyarakat. (3) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati melalui Camat 1 (satu) kali dalam satu tahun. (4) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan 1 (satu) kali dalam satu tahun dalam Rapat Paripurna BPRN. (5) Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan mengundang unsur KAN, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Kepala Jorong, tokoh masyarakat, generasi muda dan unsur lembaga lainnya yang ada di nagari. (6) Menginformasikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Nagari kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau informasi lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat Nagari atau melalui media lainnya. (7) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh Bupati sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Nagari dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut. (8) Laporan akhir masa jabatan Wali Nagari disampaikan kepada Bupati melalui Camat dan kepada BPRN. (9) Untuk mendamaikan perselisihan masyarakat di Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n Wali Nagari bekerjasama dengan Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai para pihak yang bersengketa dan atau KAN. (10) Perselisihan yang telah didamaikan Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (9) diberitahukan kepada KAN dan bersifat mengikat para pihak yang berselisih. (11) Wali Nagari dalam membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat istiadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf p, bekerjasama dengan KAN dengan prinsip kemitraan dan saling menghormati fungsi dan peranan masing-masing. Pasal... 13

14 Pasal 9 (1) Apabila Wali Nagari tidak menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4), BPRN melaporkan hal tersebut kepada Bupati melalui Camat. (2) Atas dasar laporan BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Bupati memerintahkan unit kerja terkait untuk melakukan pemeriksaan terhadap kinerja Pemerintahan Nagari termasuk didalamnya pelaksanaan keuangan Nagari. (3) Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pertanggungjawaban Wali Nagari ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 10 Penyelenggaraan Pemerintahan Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) termasuk juga membantu pelaksanaan pendataan penduduk untuk kepentingan Nasional dan melaporkannya kepada Bupati melalui Camat. Pasal 11 Wali Nagari dilarang : a. menjadi anggota partai politik pada semua tingkatan; b. merangkap jabatan sebagai pimpinan dan/atau anggota BPRN, dan sebagai pengurus KAN serta pengurus lembaga kemasyarakatan lainnya; c. aktif dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah; d. menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah jabatan; e. membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi dirinya, anggota keluarga dan kroninya, golongan tertentu yang secara nyata merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; f. melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; g. melanggar nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat minangkabau. Pasal 12 (1) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a sampai dengan f, diusulkan pemberhentiannya oleh BPRN melalui sidang paripurna kepada Bupati setelah memperhatikan bukti-bukti sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. (2) Pelanggaran... 14

15 (2) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf g, diusulkan pemberhentiannya oleh BPRN melalui sidang paripurna kepada Bupati setelah memperhatikan bukti-bukti sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan dengan mempertimbangkan rekomendasi KAN melalui hasil keputusan bersama niniak mamak pemangku adat salingka nagari. Paragraf 3 Perangkat Nagari Pasal 13 (1) Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) bertugas membantu Wali Nagari dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Wali Nagari. Pasal 14 (1) Sekretaris Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan, yaitu: a. berpendidikan paling rendah lulusan SLTA atau sederajat; b. mempunyai pengetahuan teknis bidang pemerintahan; c. mempunyai pengalaman dibidang administrasi perkantoran; d. mempunyai pengalaman dibidang administrasi keuangan dan dibidang perencanaan; e. memahami sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; f. bersedia tinggal di Nagari yang bersangkutan. (2) Sekretaris Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati sesuai dengan peraturan perundanganundangan. Pasal 15 (1) Sekretaris Nagari berkedudukan sebagai unsur staf yang memimpin sekretariat Nagari. (2) Sekretaris Nagari mempunyai tugas membantu Wali Nagari dalam melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. (3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris Nagari mempunyai fungsi : a. melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan; b. melaksanakan urusan keuangan; c. melaksanakan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; d. melaksanakan... 15

16 d. melaksanakan tugas dan fungsi Wali Nagari apabila Wali Nagari berhalangan melaksanakan tugasnya; e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Wali Nagari. (3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagimana dimaksud pada ayat (2) dan (3), Sekretaris Nagari bertanggungjawab kepada Wali Nagari. Pasal 16 (1) Perangkat Nagari lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) diangkat oleh Wali Nagari dari penduduk Nagari setempat. (2) Pengangkatan Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari. (3) Untuk dapat diangkat menjadi Perangkat Nagari lainnya adalah penduduk Nagari yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata ala; b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; d. berpendidikan paling rendah tamatan SLTP atau sederajat; e. berumur paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 60 (enam puluh) tahun; f. sehat jasmani dan rohani; g. surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian; h. tidak pernah dihukum karena melakukan pelanggaran adat yang dikeluarkan oleh KAN. Pasal 17 (1) Perangkat Nagari lainnya bertugas melaksanakan administrasi dan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidang tugas masing-masing dan bertanggungjawab kepada Wali Nagari melalui Sekretaris Nagari. (2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perangkat Nagari lainnya mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Kepala Urusan Pemerintahan mempunyai fungsi : 1. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang pemerintahan; 2. melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat; 3. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang kependudukan dan pertanahan/ keagrariaan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4. membantu tugas-tugas dibidang pemungutan pajak bumi dan bangunan; 5. membantu... 16

17 5. membantu Wali Nagari dalam membuat Rancangan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari dibidang Pemerintahan; 6. membantu Wali Nagari dalam membuat laporan keterangan pertanggungjawaban Wali Nagari kepada BPRN dan laporan pertanggungjawaban Wali Nagari kepada Bupati. b. Kepala Urusan Pembangunan mempunyai fungsi : 1. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang pembangunan; 2. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang pembangunan; 3. melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan dan pelaksanaan pembangunan; 4. membantu pembinaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta menjaga dan memeilihara sarana dan prasarana fisik dilingkungan Nagari; 5. melakukan administrasi pembangunan di Nagari; 6. membantu, membina dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka persiapan musyawarah di Nagari; 7. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang pembangunan. c. Kepala Urusan Perekonomian mempunyai fungsi : 1. mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data dibidang perekonomian; 2. melakukan kegiatan pembinaan terhadap perekonomian, pengusaha ekonomi lemah dan kegiatan perekonomian lainnya dalam rangka meningkatkan kehidupan perekonomian masyarakat; 3. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang perekonomian; 4. membantu pembinaan dalam melakukan kegiatan dibidang pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan; 5. melakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya masyarakat dalam meningkatkan perekonomian; 6. melakukan administrasi perekonomian di Nagari; 7. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang perekonomian. d. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat mempunyai fungsi : 1. melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang kesejahteraan rakyat; 2. melakukan pembinaan dalam bidang keagamaan, kesehatan, keluarga berencana dan pendidikan masyarakat; 3. membantu mengumpulkan dan menyalurkan dana/ bantuan terhadap korban bencana alam dan bencana lainnya; 4. membantu pelaksanaan pembinaan kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). karang taruna, pramuka dan organisasi kemasyarakatan lainnya; 5. membina kegiatan pengumpulan zakat, infak dan shadaqah; 6. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan dibidang kesejahteraan rakyat. e. Kepala... 17

18 e. Kepala Urusan Umum dan Keuangan mempunyai fungsi : 1. mengumpulkan, mencatat surat masuk dan keluar; 2. menyiapkan dan mengatur acara rapat, pelantikan, diskusi yang dilakukan oleh Pemerintah Nagari; 3. membantu Sekretaris Nagari dalam bidang tugasnya, dibidang penyediaan alat perlengkapan kantor dan perabot Nagari; 4. membantu Sekretaris Nagari dalam melayani tamu baik yang datang dari atas maupun dari masyarakat; 5. membantu Sekretaris Nagari mengumpulkan data untuk monografi Nagari; 6. membantu Sekretaris Nagari membuat catatan harian Wali Nagari; 7. mengumpulkan bahan penyusunan, perubahan dan perhitungan APB Nagari; 8. mengelola dan melaksanakan administrasi keuangan Nagari. (3) Dalam hal pengangkatan Perangkat Nagari, Wali Nagari dapat membentuk Tim pertimbangan Nagari. Pasal 18 (3) Kepala Jorong bertugas membantu Wali Nagari dalam penyelenggaraan tugas Pemerintahan, Pembangunan, dan Sosial Kemasyarakatan. (4) Pelaksanaan tugas Kepala Jorong sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Jorong mempunyai fungsi : a. melaksanakan kegiatan Pemerintahan, Pembangunan dan Pembinaan Sosial Kemasyarakatan diwilayah kerjanya; b. melaksanakan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari diwilayah kerjanya; c. melaksanakan kebijakan Wali Nagari diwilayah kerjanya. Pasal 19 Perangkat Nagari dilarang : a. menjadi pengurus partai politik; b. merangkap jabatan sebagai ketua atau anggota BPRN dan pengurus KAN; c. terlibat dalam kampanye pemilhan umum, pemilihan Presdien dan pemilihan Kepala Daerah; d. merugikan kepentingan umum, meresahkan kelompok masyarakat dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat; e. melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang barang atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan dalam melaksanakan tugas dan wewenang. Pasal... 18

19 Pasal 20 (1) Perangkat Nagari lainnya berhenti atau diberhentikan oleh Wali Nagari karena : a. meninggal dunia; b. mengajukan permohonan berhenti atas permintaan sendiri; c. melakukan perbuatan yang bertentanggan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Nagari; d. tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai Perangkat Nagari. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Nagari lainnya dan Tim Pertimbangan Nagari diatur dalam Peraturan Bupati. Paragraf 4 Bendahara Nagari Pasal 21 (1) Untuk melaksanakan administrasi keuangan Nagari pada masing-masing Nagari diangkat Bendahara Nagari. (2) Bendahara Nagari tidak boleh merangkap sebagai Perangkat Nagari. (3) Dalam melaksanakan tugasnya Bendahara Nagari bertanggungjawab kepada Wali Nagari melalui Sekretaris Nagari. (4) Bendahara Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Wali Nagari. Paragraf 5 Kedudukan Keuangan Wali Nagari Dan Perangkat Nagari Pasal 22 Wali Nagari dan Perangkat Nagari berhak mendapatkan penghasilan tetap setiap bulan dan atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan Nagari yang disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Pasal 23 (1) Penghasilan tetap setiap bulannya yang diterima Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diberikan dengan ketentuan paling sedikit sama dengan upah minimum regional Daerah Kabupaten. (2) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dapat berupa : a. tunjangan kesehatan; b. tunjangan kecelakaan; c. tunjangan... 19

20 c. tunjangan kematian; d. tunjangan pengabdian; e. tunjangan khusus lainnya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghasilan tetap dan tunjangan lainnya yang dapat diterima Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Keputusan Bupati sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah. Pasal 24 (1) Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari atau Perangkat Nagari dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Wali Nagari atau Perangkat Nagari tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri. (2) Gaji dan penghasilan lainnya yang berhak diterima oleh Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap dibayarkan oleh instansi induknya. (3) Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari dan atau Perangkat Nagari berhak mendapat kenaikan pangkat dan gaji berkala sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. (4) Pegawai Negeri yang telah selesai melaksanakan tugasnya sebagai Wali Nagari dan atau Perangkat Nagari dikembalikan ke instansi induknya. Bagian Ketiga BPRN Paragraf 1 Kedudukan, Pembentukan dan Masa Keanggotaan BPRN Pasal 25 BPRN berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Nagari. Pasal 26 (1) Anggota BPRN adalah wakil dari lembaga unsur masyarakat yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat pada setiap unsur. (2) Anggota BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang dan Pemuda. (3) Jumlah anggota BPRN paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang dengan ketentuan jumlah seluruhnya termasuk pimpinan harus berjumlah ganjil dengan ketentuan: a. jumlah... 20

21 a. jumlah penduduk sampai dengan jiwa, jumlah anggota BPRN 7 (tujuh) orang; b. jumlah penduduk lebih dari s/d jiwa, jumlah anggota BPRN 9 (sembilan) orang; c. jumlah penduduk lebih dari jiwa, jumlah anggota BPRN 11 (sebelas) orang; d. untuk melaksanakan proses pencalonan dan penetapan anggota BPRN periode berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa pengabdian BPRN. (4) Perbandingan jumlah wakil masing unsur dalam BPRN dan tata cara pencalonan anggota BPRN diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 27 (1) Anggota BPRN adalah anak Nagari dan atau rakyat Nagari yang bersangkutan yang sanggup menjalankan tugas-tugas BPRN dengan syarat-syarat sebagai berikut : a. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata ala; b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; c. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; d. berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau sederajat; e. berumur sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun; f. sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan dokter pemerintah; g. berkelakuan baik; h. tidak sedang menjalani hukuman; i. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; j. mengenal sosial budaya dan adat istiadat Nagari yang bersangkutan; k. mengenal Nagarinya dan dikenal oleh masyarakat Nagari yang bersangkutan; l. bersedia untuk menjadi anggota BPRN ; m. berdomisili di Nagari yang bersangkutan; n. syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh Nagari yang bersangkutan. (2) Keanggotaan dalam BPRN dikukuhkan secara administratif dengan Keputusan Bupati. Pasal 28 (1) Anggota BPRN sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/ janji secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Ketua... 21

22 (2) Ketua atau Wakil Ketua BPRN memandu mengucapkan sumpah/ janji anggota yang belum bersumpah/ berjanji sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Tata cara pengucapan sumpah/ janji diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Bunyi sumpah/ janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : Demi Allah saya bersumpah : Bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota BPRN dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya; Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara; dan Bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang- Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala Peraturan Perundangundangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Nagari, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; Bahwa saya akan mengamalkan dan memegang teguh Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah. Alat kelengkapan BPRN terdiri dari : a. pimpinan; b. komisi; c. alat kelengkapan lainnya. Pasal 29 Pasal 30 (1) Pimpinan BPRN terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua dan 1 (satu) orang Sekretaris. (2) Pimpinan BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh BPRN secara langsung dalam rapat BPRN yang diadakan secara khusus. (3) Rapat pemilihan Pimpinan BPRN untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai alat kelengkapan BPRN diatur dalam Peraturan Bupati. Pasal... 22

23 Pasal 31 Masa keanggotoan BPRN adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak pengucapan sumpah dan berakhir bersama-sama pada saat anggota BPRN yang baru mengucapkan sumpah. Pasal 32 (1) Anggota BPRN berhenti karena : a. meninggal dunia; b. permintaan sendiri secara tertulis kepada Pimpinan BPRN; c. diberhentikan. (2) Anggota BPRRN diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena : a. berakhir masa jabatannya dan telah diambil sumpah anggota yang baru; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1); d. terbukti melanggar sumpah sebagai anggota BPRN; e. merangkap jabatan sebagai Wali Nagari, Perangkat Nagari dan Pengurus KAN; f. melanggar tata tertib BPRN. (3) Anggota BPRN yang berhenti antar waktu sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon yang diusulkan unsur dari mana anggota itu berasal. (4) Anggota BPRN pengganti antar waktu melanjutkan masa kerja anggota yang digantikannya. (5) Pemberhentian anggota BPRN diresmikan secara administratif dengan Keputusan Bupati. (6) Pemberhentian anggota BPRN karena tidak memenuhi syarat lagi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (7) Apabila yang berhenti adalah Pimpinan BPRN, maka untuk penggantian Pimpinan BPRN yang berhenti dipilih berdasarkan hasil rapat paripurna BPRN. Pasal 33 (1) Tindakan Penyidikan terhadap anggota BPRN dilaksanakan atas persetujuan tertulis dari Bupati kecuali yang bersangkutan tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan. (2) Dalam... 23

24 (2) Dalam hal anggota BPRN tertangkap tangan melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka selambat-lambatnya dalam waktu 2 kali 24 jam diberitahukan secara tetulis kepada Bupati oleh pihak penyidik. (3) Anggota BPRN diduga melakukan pelanggaran adat maka KAN dapat memanggil anggota BPRN untuk disidangkan dalam KAN tanpa melalui persetujuan lisan atau tertulis dari Bupati. (4) Anggota BPRN melakukan pelanggaran berkaitan dengan adat salingka Nagari, maka Anggota BPRN tersebut diberhentikan oleh BPRN setelah adanya rekomendasi dari KAN dan diusulkan kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan. Paragraf 2 Fungsi, Wewenang, Hak dan Kewajiban BPRN Pasal 34 BPRN mempunyai fungsi sebagai berikut: a. menetapkan Peraturan Nagari bersama Pemerintah Nagari; b. menetapkan APB Nagari bersama Pemerintah Nagari; c. pengawasan. Pasal 35 BPRN mempunyai wewenang sebagai berikut: a. membahas rancangan Peraturan Nagari bersama Wali Nagari; b. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Wali Nagari; c. membentuk panitia pemilihan Wali Nagari; d. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; e. melaksanakan pengawasan terhadap : 1. pelaksanaan Peraturan Nagari dan Peraturan Wali Nagari; 2. pelaksanaan APB Nagari; 3. kebijakan Pemerintahan Nagari; 4. pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Nagari; 5. pengelolaan aset Nagari. Pasal 36 (1) BPRN mempunyai hak sebagai berikut: a. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban dan keterangan lainnya kepada Pemerintah Nagari; b. mengadakan penyelidikan; c. mengadakan perubahan atas rancangan Peraturan Nagari; d. menyatakan pendapat; e. mengajukan rancangan Peraturan Nagari; f. menetapkan peraturan tata tertib BPRN. (2) Pelaksanaan... 24

25 (2) Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan tata tertib BPRN. Pasal 37 (1) BPRN mempunyai hak sebagai berikut : a. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban dan keterangan lainnya kepada Pemerintah Nagari; b. menyatakan pendapat. (2) Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Tata Tertib BPRN. Pasal 38 BPRN berkewajiban sebagai berikut : a. membuat dan menyusun tata tertib BPRN; b. membahas setiap rancangan Peraturan Nagari yang diajukan oleh Pemerintah Nagari; c. melaksanakan rapat-rapat baik secara berkala maupun secara insidentil sesuai dengan tata tertib BPRN; d. meminta pertimbangan dan masukan kepada KAN sebelum penyusunan dan pembahasan Peraturan Nagari dilakukan; e. memproses pemilihan Wali Nagari; f. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Nagari; g. menampung dan menyalurkan aspirasi. Pasal 39 Anggota BPRN mempunyai kewajiban sebagai berikut: a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala Peraturan Perundangundangan; b. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. menyerap, menampung, menghimpun, dan menidaklanjuti aspirasi masyarakat; d. mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; e. mengamalkan dan memegang teguh adat basandi syarak, syara basandi kitabullah; f. mengamalkan dan menjaga nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat minangkabau salingka nagari ; dan g. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan. Pasal... 25

26 Pasal 40 (1) Pimpinan dan Anggota BPRN tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Wali Nagari dan Perangkat Nagari serta pengurus KAN. (2) Pimpinan dan Anggota BPRN dilarang : a. sebagai pelaksana kegiatan pembangunan yang dibiayai dengan APB Nagari; b. merugikan kepentingan umum, meresahkan masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; c. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; d. menyalahgunakan wewenang; e. melanggar sumpah jabatan; f. melanggar nilai-nilai agama, sosial budaya dan adat salingka Nagari. Paragraf 3 Rapat BPRN Pasal 41 (1) Rapat BPRN dipimpin oleh Pimpinan BPRN. (2) Rapat BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1 / 2 (satu perdua) dari jumlah anggota BPRN, dan keputusan ditetapkan berdasarkan musyawarah mufakat atau suara terbanyak. (3) Dalam hal tertentu rapat BPRN dinyatakan sah apabila dihadiri sekurangkurangnya 2 / 3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPRN, dan keputusan ditetapkan dengan musyawarah mufakat atau persetujuan sekurang-kurangnya 1 / 2 (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah BPRN yang hadir. (4) Hasil rapat BPRN ditetapkan dengan keputusan BPRN dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPRN. Pasal 42 (1) Anggota BPRN tidak dapat dituntut dimuka pengadilan karena pernyataan atau pendapat yang dikemukakan dalam rapat BPRN baik terbuka maupun tertutup yang diajukan secara lisan atau tertulis, kecuali jika yang bersangkutan mengumumkan apa yang disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal-hal yang dimaksud oleh ketentuan mengenai pengumuman rahasia Negara. (2) Anggota BPRN tidak dapat diganti antar waktu karena pernyataan dan atau pendapat yang dikemukakannya dalam rapat BPRN kecuali penghinaan terhadap adat dan syara. Paragraf... 26

27 Paragraf 4 Kedudukan Keuangan BPRN Pasal 43 (1) Pimpinan dan Anggota BPRN menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan Nagari. (2) Tunjangan pimpinan dan Anggota BPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam APB Nagari. Pasal 44 (1) Untuk keperluan kegiatan BPRN disediakan biaya operasional sesuai dengan kemampuan keuangan Nagari yang dikelola oleh Sekretaris BPRN. (2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap tahunnya dalam APB Nagari yang bersumber dari pendapatan Nagari berupa : a. alokasi dana nagari yang diatur sesuai dengan pedoman umum yang ditetapkan oleh Bupati; b. pendapatan asli nagari sebesar paling banyak 20 % (dua puluh persen), yang pengalokasiannya ditetapkan dengan Peraturan Nagari. Paragraf 5 Tata Tertib BPRN Pasal 45 (1) Anggota BPRN secara musyawarah mufakat menetapkan tata tertib BPRN. (2) Pedoman penyusunan tata tertib BPRN diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bagian Keempat Pemilihan Wali Nagari Paragraf 1 Umum Pasal 46 (1) BPRN memberitahukan kepada Wali Nagari mengenai akan berakhirnya masa jabatan Wali Nagari secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan. (2) BPRN memproses pemilihan Wali Nagari 4 (empat) bulan sebelum berakhir masa jabatan Wali Nagari. Paragraf... 27

28 Paragraf 2 Pencalonan Wali Nagari Pasal 47 (1) Untuk pemilihan Wali Nagari dibentuk panitia pemilihan oleh BPRN dan panitia pengawas pemilihan Wali Nagari oleh Bupati. (2) Panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) keanggotaannya terdiri dari unsur KAN, BPRN dan Pemerintah Kabupaten. (3) Keanggotaan panitia pemilihan dan panitia pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan berasal dari pengurus partai politik. (4) Panitia pemilihan dan panitia pengawasan dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh sekretariat. (5) Sekretariat panitia pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan keputusan BPRN. (6) Sekretariat panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan keputusan Bupati. Pasal 48 (1) Panitia pemilihan Wali Nagari mempunyai tugas sebagai berikut: a. melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon Wali Nagari sesuai dengan persyaratan yang ditentukan; b. melakukan pendaftaran pemilih untuk selanjutnya disyahkan oleh ketua panitia pemilihan; c. melakukan pemeriksaan berkas administrasi bakal calon Wali Nagari; d. melakukan kegiatan tekhnis pemilihan bakal calon Wali Nagari; e. menetapkan KPPS dan TPS; dan f. menetapkan calon Wali Nagari yang berhak dipilih. (2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf f panitia pemilihan Wali Nagari menetapkan tata tertib penjaringan bakal calon Wali Nagari dan penyaringan calon Wali Nagari dengan keputusan panitia pemilihan Wali Nagari. (3) Jumlah anggota KPPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e sebanyak 5 (lima) orang. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai panitia pemilihan dan panitia pengawasan diatur dengan Peraturan Bupati. Paragraf... 28

29 Paragraf 3 Penjaringan, Penyaringan dan Penetapan Bakal Calon Pasal 49 Penjaringan bakal calon Wali Nagari dilaksanakan dengan ketentuan dan tata cara sebagai berikut : a. yang dapat dicalonkan sebagai Wali Nagari adalah anak Nagari warga Negara Republik Indonesia; b. bakal calon Wali Nagari diusulkan oleh lembaga unsur Niniak Mamak, Alim Ulama, Cerdik Pandai, Bundo Kanduang dan Pemuda; c. lembaga unsur sebagaimana dimaksud pada huruf b mengusulkan 1 (satu) orang bakal calon; d. dalam pengusulan bakal calon sebagaimana dimaksud pada huruf b, bakal calon sekaligus melampirkan persyaratan masing-masing dalam rangkap 3 (tiga) sebagai berikut : 1. bertaqwa kepada Allah Subhanahuwata ala; 2. memahami dan mengamalkan nilai adat dan syara dalam Nagari 3. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; 4. tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G.30SPKI dan atau kegiatan organisasi terlarang lainnya; 5. berijazah paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau sederajat; 6. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 62 (enam puluh dua ) tahun; 7. sehat jasmani dan rohani; 8. nyata-nyata tidak terganggu jiwa atau ingatannya; 9. berkelakuan baik; 10. tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 (lima) tahun atau lebih; 11. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; 12. mengenal Nagarinya dan dikenal oleh masyarakat Nagari setempat; 13. bersedia dicalonkan menjadi Wali Nagari; 14. terdaftar sebagai penduduk Nagari dan bertempat tinggal di Nagari yang bersangkutan minimal 2 (dua) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus kecuali anak Nagari yang berdomisili di luar Nagari; 15. tidak pernah dihukum menurut sepanjang adat karena melakukan pelanggaran adat dan syara ; 16. belum pernah menjabat sebagai Wali Nagari paling lama 10 (sepuluh) tahun atau 2 (dua) kali masa jabatan; 17. tidak pernah melanggar adat dan syara yang dibuktikan dengan surat keterangan dari KAN; 18. tidak pernah sebagai pengurus partai politik paling singkat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal pencalonan; 19. syarat lain yang ditetapkan oleh BPRN sepanjang tidak bertentangan dengan adat salingka nagari dan Peraturan Perundang-undangan. e. Bakal... 29

30 e. Bakal calon Wali Nagari yang berasal dari Pegawai Negeri, selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf c harus mendapat/ melampirkan izin tertulis dari atasannya yang berwenang; f. Bakal calon Wali Nagari yang berasal dari anggota BPRN, harus mengundurkan diri dari anggota BPRN dengan melampirkan surat pernyataan pengunduran diri; g. Bakal calon Wali Nagari yang berasal dari Wali Nagari aktif, selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf c dinonaktifkan oleh Bupati sejak ditetapkan menjadi calon Wali Nagari yang berhak dipilih sampai terpilihnya Wali Nagari; h. Selama Wali Nagari non aktif pelaksanaan tugas dijabat oleh Sekretaris Nagari; i. Apabila Sekretaris Nagari juga mencalonkan diri, maka Camat atas nama Bupati menunjuk pelaksana tugas Wali Nagari; j. Apabila bakal calon Wali Nagari yang sedang menjabat pengurus KAN harus non aktif dari jabatannya sebagai pengurus KAN; k. Bakal calon Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada huruf g yang LKPJ akhir masa jabatannya tidak memenuhi persyaratan menurut Bupati tidak dapat dicalonkan sebagai Wali Nagari berikutnya. Pasal 50 (1) Bagi bakal calon Wali Nagari yang dinyatakan telah memenuhi persyaratan penjaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, panitia pemilihan menetapkan menjadi bakal calon Wali Nagari untuk dilakukan penyaringan dengan keputusan panitia pemilihan. (2) Penyaringan bakal calon Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh panitia pemilihan dengan meneliti persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 huruf d. (3) Bagi bakal calon Wali Nagari yang berkedudukan sebagai pengurus partai peserta pemilu pada semua tingkat kepengurusan harus berhenti menjadi pengurus partai, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus partai yang bersangkutan. (4) Bagi Wali Nagari yang terpilih atau diangkat menjadi Wali Nagari harus bertempat tinggal di Nagari yang bersangkutan. (5) Pegawai Negeri yang dipilih atau diangkat menjadi Wali Nagari dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Wali Nagari tanpa kehilangan hak dan statusnya sebagai Pegawai Negeri. Pasal 51 (1) Bakal calon Wali Nagari yang memenuhi persyaratan dan dinyatakan lolos penyaringan ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih oleh panitia pemilihan dalam rapat panitia pemilihan dan disyahkan oleh BPRN dalam rapat paripurna. (2) Calon... 30

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TENGAH

BUPATI LOMBOK TENGAH BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2006 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TENGAH, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS Menimbang : a. bahwa untuk menunjang program demokratisasi di tingkat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : D NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 2006 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG 11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANA TORAJA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN :

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 729 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang Mengingat : : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Pasal 65 ayat (2)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 ayat (1)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI MUSI RAWAS, : bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOJO UNA-UNA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2007 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2007 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2007 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H

P E R A T U R A N D A E R A H P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 WALIKOTA PRABUMULIH, PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pasal 200 ayat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa desa memiliki

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO p PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI M0JOKERTO Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (1), Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAY KANAN,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR No. : 7, 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang :

Lebih terperinci

T E N T A N G PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

T E N T A N G PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOLOK SELATAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk memenuhi maksud pada Pasal 42 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa Pemerintahan demokrasi memerlukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang: a. bahwa Badan Permusyaratan Desa merupakan perwujudan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS, Menimbang : a. bahwa untuk terselenggaranya urusan pemerintahan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN NOMOR: 05 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG PARIAMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN NOMOR: 05 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG PARIAMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN NOMOR: 05 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG PARIAMAN Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 11 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ASAHAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H

P E R A T U R A N D A E R A H P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 42 Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR: 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan Otonomi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 209 dan

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk memenuhi maksud pada Pasal 42 ayat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : bahwa sebagai wujud pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pelaksanaan Pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2 BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN BUPATI KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI CIREBON Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 8 TAHUN 2006 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Desa sebagai

Lebih terperinci

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2001

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. BUPATI FLORES TIMUR, bahwa untuk menjamin pelaksanaan pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT,

Lebih terperinci

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ~ 1 ~ SALINAN BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULANG BAWANG BARAT Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa sebagai Pelaksanaan Pasal 42 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUOL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : WALIKOTA BANJAR, a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 03 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 03 TAHUN 2007 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI KUTAI TIMUR,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006 [PEMERINTAH KABUPATEN BIMA] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006 Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa [2006] [JL. SOEKARNO-HATTA RABA-BIMA]

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 2 TAHUN 2007 Menimbang : TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SALINAN NN BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BENGKULU TENGAH

BUPATI BENGKULU TENGAH \ K BUPATI BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2008 DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 ayat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai perwujudan demokrasi dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa sebagai kesatuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006 [2006] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006 Badan Permusyawaratan Desa Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda. Bima PEMERINTAH KABUPATEN BIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7

Lebih terperinci