SIARAN PERS LENGKAP Jadikan 2014 sebagai Pemilu Nasional [Untuk Memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR dan DPD Secara Serentak]
|
|
- Verawati Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SIARAN PERS LENGKAP Jadikan 2014 sebagai Nasional [Untuk Memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR dan DPD Secara Serentak] Menyambut Momentum Alih Generasi Selama ini pembahasan undang-undang politik, khususnya undang-undang pemilu, hanya terfokus pada isu keterwakilan politik. Topik bagaimana memilih wakil rakyat di DPR, DPD dan DPRD, serta bagaimana memilih presiden dan kepala daerah, mendominasi pembicaraan; sementara topik bagaimana agar wakil-wakil rakyat, presiden dan kepala daerah terpilih bisa bekerja efektif pada pascapemilu, diabaikan. Akibatnya undang-undang bidang politik tidak konprehensif, sehingga pejabat (legislatif maupun eksekutif) yang terpilih melalui pemilu demokratis, tak hanya gagal menjalankan misi pemerintahan, tetapi malah terlibat transaksi politik, mengambil kekayaan negara secara tidak sah. Semakin banyak anggota DPR dan DPRD serta kepala daerah yang terjerat kasus korupsi adalah bukti yang tidak bisa diingkari. Tentu saja, kecenderungan buruk tersebut akan berpengaruh terhadap pembangunan politik ke depan. Pertama, rakyat akan semakin tidak percaya dengan mekanisme demokrasi. Kedua, partai politik kian kehilangan peran pokoknya. Ketiga, pemerintahan akan terus terdelegetimasi oleh laku koruptif pejabatnya harus jadi momentum untuk mengembalikan arah demokratisasi ke jalur yang benar, yaitu dengan menempatkan isu efektivitas pemerintahan dalam pembahasan undang-undang bidang politik sejajar dengan isu keterwakilan politik. Apalagi 2014 merupakan wahana bagi tampilnya generasi baru, sehingga harapan rakyat yang dibebakan kepada mereka bisa terwujud. Meluasnya Politik Transaksional Perubahan UUD 1945 telah memperjelas sistem pemerintahan presidensial dengan mempertegas posisi dan fungsi eksekutif dan legislatif serta mengatur hubungan keduannya. Meskipun sudah menata bagaimana mengisi jabatan-jabatan eksekutif dan legislatif, namun konstitusi belum mengondisikan agar mereka bekerja efektif melayani rakyat. Konstitusi juga belum menjelaskan bagaimana kedaulatan rakyat dioperasionalisasikan sehingga rakyat dapat mengontrol perilaku pejabat negara.
2 Pada titik inilah undang-undang bidang politik harus mendesain dan mengatur agar sistem pemerintahan presidensial, yang para pejabatnya dipilih melalui pemilu demokratis, dapat bekerja efektif semata demi kesejahteraan rakyat. Salah satu kelemahan presidensialisme adalah terjadinya pemerintahan terpisah (divided governmnet), yakni ketika presiden tidak mendapat dukungan mayoritas parlemen, atau ketika presiden dari satu partai tetapi parlemen didominasi partai lain. Akibatnya pemerintahan tidak efektif karena setiap kebijakan yang diajukan presiden cenderung ditolak parlemen. Jika pun diterima, pengesahannya butuh waktu lama, yang disertai politik transaksional. Akibatnya kebijakan yang semula diniatkan untuk kesejahteraan rakyat tereduksi kepentingan elit politik. Jika transaksi politik tak terjadi, pemerintahan mandeg atau bahkan presiden digulingkan. Apa yang terjadi dengan pemerintahan Gus Dur, Megawati dan SBY menunjukkan semakin menguatnya gejala diveded government. Sistem pemerintahan presidensial yang diduplikasi pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota malah memperlihatkan gejala yang lebih buruk. Asal usul partai politik kepala daerah yang tidak jelas, konfigurasi koalisi yang beragam, jumlah partai politik di DPRD yang banyak, disertai moralitas elit politik yang rendah, menyebabkan pemerintahan daerah bekerja melupakan kepentingan publik dan berbalik melayani kepentingan elit politik. Menuju Presidensialisme Efektif Bagaimana menghentikan pemerintahan tidak efektif akibat divided government? Di sinilah pengaturan sistem pemilihan untuk 2014 dan pemilu sesudahnya, menjadi sangat penting, sebab desain dan pengaturan pemilu sesungguhnya mampu menghentikan atau setidaknya mengurangi gejala pemerintahan terpisah tersebut. Selama ini pemilu legislatif (memilih anggota DPR, DPD dan DPRD) diselenggarakan secara berurutan dengan pemilu presiden, sedang pemilu kada dibiarkan berserakan waktunya. Pembagian waktu penyelenggaraan pemilu seperti itu membuat pemilih bingung sehingga sulit untuk bersikap rasional; sementara bagi partai politik hal itu membuat mereka sibuk mengurusi konflik internal sebagai dampak dari penan pejabat publik yang berlangsung sepanjang tahun, sehingga konstituen tidak terurus. Bagi penyelenggara pemilu, pemilu legislatif merupakan pekerjaan unmanageable karena harus membagikan 700 juta surat suara dengan varian di seluruh penjuru tanah air; sementara total biaya pemilu kada sangat besar.
3 Akibat lain dari pembagian waktu penyelenggaraan pemilu yang tidak koheren tersebut adalah terbentuknya pemerintahan tidak efektif pada pascapemilu. Hal ini terjadi karena: pertama, partai-partai politik tidak memiliki waktu untuk membentuk koalisi yang solid saat mengusung presiden; kedua, koalisi dibangun bukan berdasar platform politik melainkan semata penjatahan kursi sehingga rawan pengkhianatan, dan; ketiga, presiden terpilih tersandra oleh partai -partai politik yang selalu memainkan kartu dukungan di parlemen. Kondisi di daerah menjadi lebih parah, karena tiadanya kaitan antara kepala daerah terpilih dengan konfigurasi politik di DPRD, sehingga semua kebijakan ditetapkan berdasarkan transaksi politik. Dalam usaha menghindari kemungkinan terjadinya pemerintahan terpisah (divided governement), maka variabel waktu penyelenggaran pemilu menjadi faktor penting untuk dilakukan perubahan. Berdasar pengalaman negara-negara penganut presidensialisme, dapat disimpulkan, apabila pemilu legislatif dibarengkan waktu penyelenggaraannya dengan pemilu presiden maka presiden terpilih akan diikuti oleh dukungan mayoritas di parlemen, sebab keterpilihan presiden mampu menarik keterpilihan anggota legislatif. Artinya, jika presiden yang didukung Partai A atau Koalisi Partai A memenangi pemilihan presiden, maka kemungkinan besar hal itu akan diikuti oleh penguasaaan kursi mayoritas oleh Partai A atau Koalisi Partai A. Pengalaman yang telah diteorisasikan oleh para ahli pemilu tersebut bisa diterapkan di, dengan mengatur kembali jadwal pemilu. Pertama, pemilu memilih anggota DPR dan DPD dibarengkan waktu penyelenggaraannya dengan pemilu memilih presiden, sehingga menjadi pemilu nasional. Kedua, pemilu memilih anggota DPRD dan kepala daerah dibarengkan waktu penyelenggaraannya sehingga menjadi pemilu daerah. Ketiga, selang waktu pemilu nasional dengan pemilu daerah antara dua sampai tiga tahun, sehingga memberi kesempatan pemilih untuk mengevaluasi, menilai dan menghukum kinerja pemerintahan hasil satu pemilu melalui pemilu yang lain. Dengan demikian pemilu tidak hanya mendorong pemilih untuk bersikap rasional, tetapi juga mendorong partai politik untuk terus meningkatkan kinerjanya. Jika demikian, maka 2014 bisa ditetapkan sebagai pemilu nasional, sehingga menjadi Nasional 2014; sedang pemilu daerah diselenggarakan pada 2016 dan ditetapkan menjadi Daerah Adapun anggota DPRD hasil 2009 bisa diperpanjang masa kerjanya hingga Daerah 2016, sedangkan masa jabatan kepala daerah yang berakhirnya berbeda-beda secara bertahap bisa diatur untuk diserentakkan hingga Daerah Sejauh masa anggota legislatif atau pejabat eksekutif yang sedang bekerja tidak dikurangi, maka penataan kembali jadwal pemilu ini tidak bertentangan dengan UUD Dengan demikian
4 agenda politik lima tahunan bisa diprediksikan, sehingga tidak mengganggu aktivitas ekonomi dan kegiatan sosial budaya lainnya (lihat Lampiran 1). Mempertegas Basis Keterwakilan Meskipun isu keterwakilan politik selalu mendominasi pembahasan undang-undang bidang politik, namun masalah keterwakilan politik tidak pernah tuntas, sehingga berpotensi menimbulkan ledakan politik pada hari depan. Hal ini terjadi karena pembahasan isu keterwakilan politik tidak dikaitkan dengan bangunan kelembagaan perwakilan politik yang hendak diwujudkan pada masa mendatang. Pengisian anggota DPR yang menggunakan sistem pemilu proporsional, sedari awal menyalahi prinsip-prinsip proporsionalitas akibat ketimpangan jumlah penduduk antara Jawa dan Luar Jawa. Alokasi kursi DPR setiap provinsi tindak mencerminkan prinsip opovov (one person, one vote, one value ), sehingga nalai kursi di Jawa lebih mahal daripada nilai kursi di Luar Jawa. Ketidakadilan politik bagi penduduk Jawa berpotensi meledak setiap waktu bila tidak segera dituntaskan. Hal itu terjadi akibat perancang undang-undang hanya melihat DPR sebagai satusatunya lembaga perwakilan politik, sehingga memaksakan DPR dapat menampung semua jenis keterwakilan politik. Padahal selain DPR, terdapat DPD yang dapat menyelesaikan masalah ini. Memang DPD tidak memiliki kewenangan setara dengan DPR, namun apabila desain keterwakilan politik secara konsisten menempatkan DPR sebagai lembawa yang mewakili orang atau penduduk, sedang DPD sebagai lembaga yang mewakili ruang atau daerah, masalah keterwakilan politik bisa tuntas. Jika DPR diposisikan mewakili penduduk, alokasi kursinya ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk, sehingga 60% penduduk di Jawa memiliki 60% wakilnya di DPR. Sedang DPD yang diposisikan mewakili daerah, alokasi kursinya benar-benar dipukul rata setiap provinsi, sehingga 85% provinsi Luar Jawa akan memiliki 85% wakilnya di DPD. Dengan demikian dominasi wakil Jawa di DPR akan diimbangi oleh dominasi wakil Luar Jawa di DPD. Masalahnya adalah bagaimana meningkatkan kewenangan DPD agar setara dengan DPR. Dengan kata lain, ke depan, perubahan konstitusi merupakan keniscayaan untuk menuntaskan masalah basis keterwakilan politik. Kejelasan basis keterwakilan politik DPR dan DPD akan memudahkan sifat hubungan wakil rakyat dengan rakyat yang diwakilinya. Dalam hal ini DPR merupakan lembaga bersifat delegasi, sehingga dalam pengambilan keputusan anggota DPR harus berkonsultasi dengan rakyat yang diwakilinya; sedangkan DPD
5 merupakan lembaga yang bersifat mandatori, sehingga dalam mebuat keputusan anggota DPD dalam posisi independen, tidak harus berkonsultasi dengan rakyat yang diwakilinya. Sifat hubungan perwakilan yang demikian itu, juga mempertegas fungsi masingmasing lembaga: DPR lebih mengutamakan kepentingan penduduk atau konstituen, sedangkan DPD lebih mengutamankan kepentingan nasional. Dengan demikian penegasan posisi, fungsi dan sifat hubungan DPR dan DPR dengan rakyat yang diwakilinya, maka sejalan dengan konstitusi di mana DPR dipilih melalui sistem pemilu proprosional, sedangkan DPD dipilih melalui sistem pemilu mayoritarian. Membangun Multipartai Sederhana Banyaknya partai politik sering kali dirisaukan karena hal itu dianggap sebagai penyebab instabilatas politik. Namun yang jadi masalah dalam sistem politik, bukanlah jumlah partai politik yang ada di masyarakat, melainkan jumlah partai yang mengikuti pemilu dan jumlah partai yang ada di parlemen. Jumlah partai politik peserta pemilu yang terlalu banyak, tidak saja membuat biaya pemilu membengkak, tetapi juga membingungkan pemilih; sementara jumlah partai politik di parlemen yang terlalu banyak, tidak saja membuat parlemen selalu gaduh, tetapi juga membuat pemerinthan tidak efektif. Pada titik inilah penyederhanaan partai politik peserta pemilu dan penyederhanaan partai politik di parlemen menjadi keniscayaan. Penyederhanaan partai politik peserta pemilu dilakukan dengan menerapkan model liga partai partai. Dalam model ini partai politik bisa dibedakan atas tiga jenis: pertama, partai politik lingkup nasional yang menjadi peserta pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/kota; kedua, partai politik lingkup provinsi yang menjadi peserta pemilu anggota DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota, dan; ketiga, partai politik lingkup kabupaten/kota yang menjadi peserta pemilu anggota DPRD kabupaten/kota. Semua partai politik harus bergerak dari bawah dan diperbolehkan mengikuti pemilu anggota DPRD kabupaten/kota. Selanjutnya, partai politik yang memiliki kursi sedikitnya di 2/3 DPRD kabupaten/kota bisa mengikuti pemilu anggota DPRD provinsi pada pemilu berikutnya, dan partai politik yang memiliki sedikitnya di 2/3 DPR provinsi bisa mengikuti pemilu anggota DPR pada pemilu berikutnya. Model liga partai politik ini mendorong terjadinya kompetisi yang sehat dan memaksa partai politik untuk bergerak di akar rumput. Dengan model ini pula pembentukan partai politik tidak lagi menjadi arena petualangan politik bagi elit Jakarta yang mengandalkan modal uang semata.
6 Sementara itu, untuk menyederhanakan jumlah partai politik di parlemen, penerapan parlementary treshold 2,5% tidak hanya berlaku pada pemilu anggota DPR, tetapi juga pemilu anggota DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Dengan demikian penyederhanaan partai politik yang terjadi di DPR atas hasil 2009, kelak akan diikuti oleh DPRD provinsi dan kabupaten/kota. Selanjutnya langkah penyederhanaan partai politik di parlemen dilakukan dengan memperkecil jumlah kursi di setiap daerah pemilihan (districk magnitute), dari 3-10 kursi untuk DPR dan 3-12 kursi untuk DPRD, menjadi 3-6 kursi untuk DPR dan DPRD. Langklah ini, tidak saja memudahkan pemilih untuk mengenali - yang ditawarkan partai politik, tetapi juga untuk memudahkan para untuk kampanye sekaligus menjaga hubungan dengan konstituen. Selain itu, formula perolehan kursi partai politik juga perlu diubah dengan menegaskan hanya partai politik yang meraih suara sama atau lebih dengan BPP saja yang berhak mendapatkan kursi. Dengan demikian langkah untuk menyederhankan partai politik peserta pemilu dan menyederhankan partai politik di parlemen dilakukan melalui: pertama, penerapan model liga partai politik ; kedua, penerapan ketentuan perlementary treshold 2,5% untuk semua tingaktan pemilu DPR dan DPD; ketiga, pengecilan jumlah kursi di daerah pemilihan, dan; keempat, pengubahan formula perolehan kursi (lihat Lampiran 2). Keempat langkah tersebut jika dikombinasikan dengan penjadwalan kembali pemilu menjadi pemilu nasional (memilih DPR, DPD dan presiden) dan pemilu daerah (memilih DPRD dan kepala daerah), merupakan langkah strategis untuk mengefektifkan pemerintahan hasil pemilu demokratis. Dengan demikian demokratisasi kembali ke jalur yang benar, di mana rakyat berdaulat untuk memilih pemimpinnya dan mendapatkan manfaat kesejahteraan atas kebijakan yang ditempuh oleh pemerintahan hasil bentukan pemilu demokratis. Tim Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan 1. Daniel Dhakidae (Dewan Eksekutif Kemitraan) 2. Valina Singka Subekti (Dewan Eksekutif Kemitraan) 3. Wicaksono Sarosa (Direktur Eksekutif Kemitraan) 4. Ramlan Surbakti (Penasehat Senior Kemitraan) 5. Utama Sandjaja (Kepala Unit Pemerintahan Demokratis) 6. Didik Supriyanto (Tim Ahli Kemitraan) 7. Hasyim Asy ari (Tim Ahli Kemitraan)
7 LAMPIRAN 1 AGENDA POLITIK NASIONAL LIMA TAHUNAN AKTOR TAHUN I TAHUN II TAHUN III TAHUN IV TAHUN V Nasional Daerah Partai Politik Penan Kampanye Persiapan Daerah Penan Kampanye Konsolidasi internal: kongres, munas dll Persiapan Nasional, Penjajagan koalisi KPU/KPUD Pelaksanaan tahapan Sengketa hasil pemilu Pelantikan Perencanaan Persiapan Daerah Pelaksanaan tahapan, Sengketa hasil pemilu, Pelantikan Rekrutmen Perencanaan Persiapan Nasional Pemilih Pengumuman DPT Pendaftaran Pengumuman DPT Pendaftaran
8 LAMPIRAN 2 KERANGKA SISTEM PEMILU VARIBEL P E M I L U N A S I O N A L P E M I L U D A E R A H Variabel Teknis DPR DPD Presiden DPRD Kada Peserta Partai politik Perseorangan Pasangan Partai politik Pasangan Ambang batas peserta pemilu Model liga partai politik: lingkup nasional, lingkup provinsi dan lingkup kab/kota Dukungan minimal 1% jumlah penduduk Dukungan minimal 30% kursi partai politik di DPR Model liga partai politik: lingkup provinsi dan lingkup kab/kota Dukungan minimal 30% kursi partai politik di DPRD; Dukungan minimal 3% penduduk Ambang batas masuk perlemen 2,5% suara nasional 2,5 % suara provinsi dan kabupaten/ kota Waktu penyelenggaraan DPD dan presiden DPR dan presiden DPR dan DPD kada DPRD Daerah pemilihan 3 6 kursi 4 kursi setiap provinsi Nasional 3 6 kursi Provinsi dan kab/kota Metode penan Daftar Calon secara zigzag diajukan partai politik Calon mengajukan diri sendiri Calon diajukan partai politik Daftar Calon secara zigzag diajukan partai politik Calon diajukan partai politik & mengajukan diri sendiri Metode pemberian suara Memilih satu Memilih paling banyak empat Memilih satu Memilih satu Memilih satu Formula perolehan Partai yang memperoleh suara sama Partai yang memperoleh suara sama atau
9 kursi atau lebih dengan BPP lebih dengan BPP Formula terpilih Suara terbanyak Empat peraih suara terbanyak Pasal 6A ayat (3) dan (4) UUD 1945 Suara terbanyak Suara terbanyak
PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH
Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan
Lebih terperinciPEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH
Policy Brief [04] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Sukses-tidaknya pemilu bisa dilihat dari sisi proses dan hasil. Proses pemilu dapat dikatakan
Lebih terperinciPemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris
Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia Oleh Syamsuddin Haris Apa Masalah Pemilu-pemilu Kita? (1) Pemilu-pemilu (dan Pilkada) semakin bebas, demokratis, dan bahkan langsung,
Lebih terperinciPembaruan Parpol Lewat UU
Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan
Lebih terperinciPimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,
PANDANGAN FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR RI TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan Oleh : Pastor
Lebih terperinciURGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016
URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016 Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Hukum Pemilu (RUU Kitab
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XI/2013 Parlementary Threshold, Presidential Threshold, Hak dan Kewenangan Partai Politik, serta Keberadaan Lembaga Fraksi di DPR I. PEMOHON Saurip Kadi II. III.
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)
Lebih terperinciDemokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat
PANDANGAN FRAKSI FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DALAM PEMBICARAAN TINGKAT II (PENGAMBILAN KEPUTUSAN) PADA RAPAT
Lebih terperinciADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU
ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik
Lebih terperinciKODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU
SEMINAR KODIFIKASI UNDANG-UNDANG NASKAH AKADEMIK RENCANGAN UNDANG-UNDANG JAKARTA, 18 MEI 2016 Anggota DPR, DPD, DPRD PERUBAHAN UUD 1945 Presiden dan Wakil Presiden PEMILIHAN Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia Indonesia sebagai negara yang berdasarkan atas kedaulatan rakyat sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat
Lebih terperinciUSULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1
USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi I. PEMOHON Habel Rumbiak, S.H., Sp.N, selanjutnya disebut
Lebih terperinciDibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperinciPEMANDANGAN UMUM FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR/DPRD DAN DPD
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR/DPRD DAN DPD Disampaikan oleh juru bicara FKB DPR RI : Dra. Bariyah Fayumi, Lc Anggota
Lebih terperinciRechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut.
BATAS PENCALONAN PRESIDEN DALAM UU NO. 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah Diterima: 2 Oktober 2017, Disetujui: 24 Oktober 2017 RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu yang disetujui
Lebih terperinciMEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum
MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan
Lebih terperinciRingkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:
Ringkasan Putusan Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 130/PUU-VI/2008 tanggal 30 Desember 2009 atas Undang-undang 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Lebih terperinciSekretariat Bersama Kodifikasi Undang-Undang Pemilu. Ringkasan KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU
Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-Undang Pemilu Ringkasan KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU RINGKASAN KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU Latar Belakang: Sejak Perubahan UUD 1945, Indonesia telah menyelenggarakan
Lebih terperinciDAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH
DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH No Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Umum 1 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2012. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Tetap (DPT)
Lebih terperinciAntara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004
Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004 Paparan untuk Sidang Para Uskup Konferensi Waligereja Indonesia Jakarta, 4 November 2003 Yanuar Nugroho yanuar-n@unisosdem.org n@unisosdem.org
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,
Lebih terperinciPenanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi
NAMA PPID SKPK/UNIT KERJA FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Rahmad Sadli, SE, MM : Komisi Independen Pemilihan Kota Banda Aceh No Nama informasi/dokumentasi Ringkasan Isi Informasi
Lebih terperinciCara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3)
Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (3) Oleh MIFTAKHUL HUDA* Sebelumnya telah dikemukakan Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (1) untuk Pemilu
Lebih terperinciDESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF
DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF Susilo Imam Santosa I Ketut Suardita Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Constitutionally Indonesia adopted a presidential
Lebih terperinciPENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SELASA, 10 JULI 2007
PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SELASA, 10 JULI 2007 PANDANGAN DAN PENDAPAT FRAKSI-FRAKSI TERHADAP PANDANGAN DAN
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBERIAN SUMBANGAN DANA KAMPANYE PEMILU SAHABUDDIN/D ABSTRAK
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBERIAN SUMBANGAN DANA KAMPANYE PEMILU SAHABUDDIN/D 101 10 132 ABSTRAK Tujuan penulisan ini adalah untuk menjaga kemandirian partai politik, calon anggota Legislatif
Lebih terperinciKODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU. Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu
KODIFIKASI UNDANG-UNDANG Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu TAHAP KE-1 KAJIAN DAN SIMULASI SISTEMATIKA KODIFIKASI TAHAP KE-2 Jun-Des 2014 Jun 2015 April 2016 KAJIAN DAN SIMULASI MATERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwakilan. Partai politik melalui anggota-anggotanya yang duduk di lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem politik Indonesia apalagi dalam proses pelaksanaan demokrasi khususnya demokrasi perwakilan. Partai
Lebih terperinciHubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI
Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara tegas dalam
Lebih terperinciNaskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciPeningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin
Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut
Lebih terperinciRINGKASAN PUTUSAN.
RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22-24/PUU-VI/2008 tanggal 23 Desember 2008 atas Pengujian Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum
Lebih terperinci-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 29) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB II PELAKSANA PENGAWASAN
- 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun
Lebih terperinciBADAN EKSEKUTIF OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 (IK-1,3,4,5)
BADAN EKSEKUTIF OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 (IK-1,3,4,5) Pemerintah Dan Pemerintahan Pemerintah (Government) secara etimologis berasal dari bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbincangan yang hangat, sebab dalam Undang-Undang ini mengatur sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakanng Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum menjadi perbincangan yang hangat, sebab dalam Undang-Undang ini mengatur sistem Pemilihan Umum Indonesia yang
Lebih terperinciCara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (1)
Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (1) Oleh MIFTAKHUL HUDA* Lebih mudah cara menghitung perolehan kursi bagi partai politik (parpol) peserta pemilu 2014 dan penetapan calon
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan I. PEMOHON 1. Syamsul Bachri Marasabessy 2. Yoyo Effendi II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam kesempatan ini sebelum melakukan perbandingan antara kedua sistem dalam Pemilu DPR, DPD dan DPRD di 2009 dan 2014, terlebih dahulu yang dibahas adalah apa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres
Lebih terperinciSEMINAR KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH GEDUNG PP MUHAMADIYAH. Jl. Menteng Raya No.
SEMINAR KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH GEDUNG PP MUHAMADIYAH Jl. Menteng Raya No. 62 Jakarta Pusat 18 Mei 2016 Pukul 09.00 WIB Titi Anggraini Seminar ini merupakan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan
Lebih terperinciBAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu
7 BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu Utara Untuk melaksanakan tuntutan agenda reformasi Tahun 1998 di bidang politik,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sistem-sistem yang diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilu di kedua Pemilu itu
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pembahasan dalam bab sebelumnya (Bab IV) telah diuraikan beberapa ketentuan pokok dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD 2009 dan 2014
Lebih terperinciSindikasi Pemilu dan Demokrasi Jl. Proklamasi No. 65, Jakarta Pusat
Sindikasi Pemilu dan Demokrasi Jl. Proklamasi No. 65, Jakarta Pusat info.spdindonesia@gmail.com +621 3906072 www.spd-indonesia.com Pandangan Kritis Sindikasi Pemilu dan Demokrasi SPD Terhadap Revisi Undang-undang
Lebih terperinciAPA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004?
APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004? Hak Pemilih T: Apa yang menjadi Hak Anda sebagai Pemilih? J: Hak untuk terdaftar sebagai pemilih bila telah memenuhi semua syarat sebagai pemilih. Hak untuk memberikan suara
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciPEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL
PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL SUMONO, SH Abstrak Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden merupakan perwujudan demokrasi dalam sistem presidensiil. Namun sistem presidensiil
Lebih terperinciSindikasi Pemilu dan Demokrasi Jl. Proklamasi No. 65, Jakarta Pusat
Sindikasi Pemilu dan Demokrasi Jl. Proklamasi No. 65, Jakarta Pusat Info.spdindonesia@gmail.com +621 3906072 www.spd-indonesia.com Pandangan SPD terhadap RUU Penyelenggaraan Pemilu Pilihan Sistem Pemilu;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah
Lebih terperinciURGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG
1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN DAERAH PEMILIHAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD
Lebih terperinciKonstitusionalitas dan Problematika Alokasi Kursi DPR RI Pemilu Indonesia
Konstitusionalitas dan Problematika Alokasi Kursi DPR RI Pemilu Indonesia Sindikasi Pemilu dan Demokrasi SPD Diskusi Media, 18 September 2016 Bakoel Koffie Cikini Pengantar Pembahasan RUU Penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata Pemerintahan antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 51/PUU-XIII/2015 Pembentukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015, Pengusungan Pasangan Calon oleh Partai Politik, Sanksi Pidana Penyalahgunaan Jabatan dalam Penyelenggaraan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka I. PEMOHON Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), dalam hal ini diwakili oleh Drs. H. Muhaimin Iskandar,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga
BAB V KESIMPULAN Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga berdiri PDI-P, bisa dilihat dari dua aspek, yakni: antar unsur penyokong fusi dan hubungan profesional PDI dengan
Lebih terperinci1. Sistem Pemilu Anggota legislatif dengan sistem proporsional terbuka (vide Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun 2008) tidak konsisten dengan penetapan
POKOK-POKOK PENJELASAN KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM PADA RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM (RDPU) DENGAN BADAN LEGISLASI DPR-RI UNTUK PENYAMPAIAN MASUKAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO 10 TAHUN 2008 TENTANG
Lebih terperinciPerolehan Suara Menjadi Kursi
Cara Penghitungan Perolehan Suara Menjadi Kursi DPR dan DPRD Pemilu 2014 Cara Penghitungan Perolehan Suara Menjadi Kursi DPR dan DPRD Pemilu 2014 Indonesian Parliamentary Center (IPC) 2014 Cara Penghitungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi
Lebih terperinciPEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS
PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,
Lebih terperinciPERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019
RANCANGAN KONSULTASI DPR RI PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan
BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Lebih terperinciRINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9
RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 51,52,59/PUU-VI/2009 tanggal 18 Februari 2009 atas Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, dengan hormat dilaporkan
Lebih terperinciLEMBAR FAKTA SEJUMLAH FAKTA TENTANG PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG. MITOS 1 Biaya Penyelenggaraan Pemilukada Langsung Mahal dan Boros Anggaran.
LEMBAR FAKTA SEJUMLAH FAKTA TENTANG PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG MITOS 1 Biaya Penyelenggaraan Pemilukada Langsung Mahal dan Boros Anggaran. Faktanya:Pemilukada Langsung yang Demokratis Bisa Murah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat
Lebih terperinciRingkasan Putusan.
Ringkasan Putusan Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 110,111,112,113/PUU-VII/2009 tanggal 7 Agustus 2009 atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XV/2017 Mekanisme Pengangkatan Wakil Kepala Daerah yang Berhenti Karena Naiknya Wakil Kepala Daerah Menggantikan Kepala Daerah I. PEMOHON Dr. Ahars Sulaiman, S.H.,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM
Surakarta, 26 Agustus 2017 KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM Disampaikan oleh: Dr. Drs. Bahtiar, M.Si. DIREKTUR POLITIK DALAM NEGERI DIREKTORAT
Lebih terperinciPASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *
PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 10 September 2015; disetujui: 16 September 2015 Pasangan Calon Tunggal Dalam Pilkada Pelaksanaan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2004 PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2003 PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa keberadaan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 Ambang Batas Pencalonan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Presidential Threshold) I. PEMOHON Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc dan Ir.
Lebih terperinciBAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016
BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016 NO. ISU STRATEGIS URAIAN PERMASALAHAN USULAN KPU 1. Penyelenggara - KPU dalam relasi dengan lembaga lain terkesan ditempatkan sebagai subordinat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satunya perubahan itu terkait dengan pengisian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciBAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH
BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH A. KONDISI UMUM Keberhasilan menempatkan proses pembangunan kelembagaan politik demokrasi pada jalur dan arah yang benar selama tahun 2004 dan 2005
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019
RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019 NO. ISU STRATEGIS PENGATURAN PKPU 1. Tahapan Penyelenggaraan perencanaan program & anggaran serta penyusunan
Lebih terperinciH. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI
H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI Ceramah Disampaikan pada Forum Konsolidasi Pimpinan Pemerintah Daerah Bupati, Walikota, dan Ketua DPRD kabupaten/kota Angkatan III 2010 di Lembaga Ketahanan Nasional(Lemhannas-RI).
Lebih terperinciPENGKODIFIKASIAN UNDANG-UNDANG PEMILU
Policy Brief [01] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Dalam rangka menyelenggarakan pemilu legislatif, pemilu presiden, dan pilkada, dalam 15
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON Partai Serikat Rakyat Independen (Partai SRI), dalam hal ini diwakili
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 Presidential Threshold 20% I. PEMOHON 1. Mas Soeroso, SE. (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Wahyu Naga Pratala, SE. (selanjutnya disebut sebagai
Lebih terperinciJelang Agenda Prolegnas 2016 Kemitraan Serahkan Naskah Akademik dan Draft RUU Kitab Hukum Pemilu
SIARAN PERS Jelang Agenda Prolegnas 2016 Kemitraan Serahkan Naskah Akademik dan Draft RUU Kitab Hukum Pemilu Kantor Kemitraan Jakarta, 29 September 2015 [Jakarta, 29 September 2015] Pelaksanaan Pemilu
Lebih terperinciSEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU
SEKILAS PEMILU 2004 Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH I. UMUM Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Pasal 1 Ayat 2 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. mana semua warga negara memiliki hak, kewajiban, kedudukan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. 1 Karena konsepsi demokrasilah yang
Lebih terperinci