KABUPATEN SLEMAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KABUPATEN SLEMAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013"

Transkripsi

1 KABUPATEN SLEMAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) Kabupaten Sleman Tahun 2013 merupakan dokumen kebijakan daerah yang menjadi petunjuk dan ketentuan umum, memuat kondisi ekonomi makro daerah, kebijakan pendapatan, belanja, pembiayaan dan strategi pencapaiannya, yang disepakati sebagai pedoman penyusunan RAPBD Tahun Anggaran KUA disusun dengan mengacu pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan dokumen rencana kerja tahunan daerah, disusun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun , telah ditetapkan visi yang ingin dicapai yaitu Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera lahir batin, berdaya saing dan berkeadilan gender pada tahun 2015 yang akan dicapai melalui misi: a. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan kualitas birokrasi dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat. b. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. c. Meningkatkan kemandirian ekonomi, pemberdayaan ekonomi rakyat dan penanggulangan kemiskinan. d. Memantapkan pengelolaan prasarana dan sarana, sumberdaya alam dan lingkungan hidup. e. Meningkatkan pemberdayaan dan peran perempuan di segala bidang. hal - 1

2 Untuk mencapai visi dan misi dimaksud Pemerintah Daerah menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang merupakan kebijakan tahunan sebagai penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dalam rangka melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Bertolak dari kemajuan yang telah dicapai, dan rencana capaian tahun 2013, ternyata kondisi yang ada masih menunjukkan permasalahan dan tantangan yang harus diatasi dalam pelaksanaan pembangunan tahun Permasalahan dan tantangan tahun 2013 antara lain: a. Belum pulihnya kondisi sarana prasarana dan sosial ekonomi masyarakat pasca bencana b. Tingginya angka kemiskinan dan masih banyaknya penduduk yang rentan terhadap berbagai permasalahan sosial c. Penciptaan kesempatan kerja yang belum sebanding dengan besarnya tingkat pertumbuhan angkatan kerja dan pencari kerja d. Struktur dan kondisi perekonomian makro daerah belum sepenuhnya mampu mendukung dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi e. Belum optimalnya pelayanan publik sebagai perwujudan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perwujudan good government f. Belum optimalnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana daerah serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup g. Kondisi keamanan dan ketertiban serta pengelolaan bencana alam belum optimal h. Partisipasi perempuan dalam pembangunan masih kurang. Dengan mempertimbangkan keberhasilan pembangunan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya serta permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi, maka prioritas pembangunan pada tahun 2013 adalah : 1. Peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk penciptaan lapangan kerja; 2. Penanggulangan kemiskinan; 3. Peningkatan tata kelola pemerintahan dan kualitas pelayanan publik; hal - 2

3 4. Menjaga kualitas kesehatan; 5. Menjaga kualitas pendidikan; 6. Peningkatan kualitas sarana prasarana publik; 7. Menjaga stabilitas ketahanan pangan; 8. Menjaga kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup; 9. Pengelolaan bencana dan percepatan pemulihan pasca bencana; 10. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban; 11. Peningkatan kesetaraan gender dalam pembangunan. Sebelas prioritas pembangunan Kabupaten Sleman tersebut merupakan upaya untuk mengarahkan program dan kegiatan kegiatan yang akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2013 dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan didalam RPJMD Tahun serta RKPD tahun 2013, yang selanjutnya diformulasikan kedalam Kebijakan Umum APBD. Kebijakan Umum APBD Kabupaten Sleman tahun anggaran 2013 merupakan dokumen yang memuat kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan, disusun dengan mengacu pada Peraturan Bupati Nomor 20 tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2013, kebijakan nasional dan regional, penjaringan aspirasi masyarakat baik yang dilakukan eksekutif maupun legislatif. 2. Tujuan a. Tersedianya dokumen kebijakan umum pembangunan tahunan agar berbagai kegiatan pembangunan terarah dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat b. Sebagai kerangka acuan dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang memuat prioritas program dan pagu maksimal anggaran SKPD. 3. Dasar Hukum Landasan penyusunan Kebijakan Umum APBD Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut: a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; hal - 3

4 b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; c. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; d. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; e. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; f. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; g. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; h. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 l. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. m. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun ; hal - 4

5 n. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah o. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman p. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman Tahun q. Peraturan Bupati Sleman Nomor 20 tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013 hal - 5

6 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 1. Perkembangan indikator ekonomi makro daerah tahun a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata per tahun 10,95% yaitu dari Rp9.972,193 milyar tahun 2007 menjadi sebesar ,600 milyar pada tahun PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK 2000) mengalami kenaikan rata-rata 4,82% per tahun yaitu dari Rp5.553,580 milyar pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp6.704,100 milyar pada tahun 2011, selengkapnya seperti pada tabel berikut. Tabel: 2.1a Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman Tahun (milyar rupiah) No PDRB * 1. ADHB 9.972, , , , , ADHK 5.553, , , , ,100 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman (PDRB menurut lapangan usaha tahun ). Keterangan: *) = angka sementara b. Struktur Perekonomian Daerah Struktur perekonomian daerah ada kecenderungan perubahan dari sektor primer beralih ke sektor sekunder dan tersier. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, pada tahun 2007, sektor primer 17,22%, sekunder 27,77%, dan Tersier 55,01%. Pada tahun 2008 sektor primer 17,43%, sekunder 27,40 % dan tersier sebesar 55,17%, pada tahun 2009 sektor primer 16,94%, sekunder 27,25% dan sektor tersier 55,79%. Tahun 2010 sektor primer 16,24%, sektor sekunder 27,28% dan sektor tersier 56,48%, dan proyeksi tahun 2011 sektor primer 15,96 %, sektor sekunder 29,05 % dan hal - 6

7 sektor tersier 60,18 %. Empat sektor pendukung utama perekonomian di Kabupaten Sleman adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor jasa-jasa; sektor pertanian dan sektor industri pengolahan, selengkapnya seperti pada tabel berikut. No Tabel: 2.1b.1 Struktur Perekonomian Kabupaten Sleman Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%) * 1. Primer 17,22 17,43 16,94 16,24 15,96 a. Pertanian 16,63 16,91 16,47 15,72 15,36 b. Pertambangan & Penggalian 0,59 0,52 0,47 0,52 0,60 2. Sekunder 27,77 27,40 27,25 27,28 29,05 a. Industri Pengolahan 16,04 15,49 15,11 14,91 15,85 b. Listrik, Gas & Air Bersih 0,90 0,90 0,92 0,92 0,96 c. Bangunan 10,83 11,01 11,22 11,45 12,24 3. Tersier 55,01 55,17 55,79 56,48 60,18 a. Perdag., Hotel & Rest. 21,69 21,87 22,29 22,54 23,95 b. Pengangkutan dan Komunikasi 5,80 5,81 5,92 6,04 6,44 c. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10,21 10,25 10,35 10,50 11,22 d. Jasa-jasa 17,31 17,24 17,23 17,41 18,57 Jumlah ,19 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman Keterangan: *) = angka sementara hal - 7

8 No Tabel: 2.1b.2 Struktur Perekonomian Kabupaten Sleman Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%) * 1. Pertanian 13,36 14,22 13,61 13,02 12,74 2. Pertambangan & Penggalian 0,63 0,55 0,50 0,54 0,57 3. Industri Pengolahan 15,09 14,33 14,18 14,16 14,39 4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,25 1,23 1,28 1,28 1,27 5. Bangunan 12,17 12,45 12,71 12,82 12,73 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 21,98 22,12 22,82 22,76 22,87 7. Pengangkutan & Komunikasi 6,06 5,94 5,69 5,74 5,68 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 10,64 10,67 10,71 10,89 10,90 9. Jasa-jasa 18,83 18,51 18,50 18,80 18,85 Jumlah Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman Keterangan: *) = angka sementara c. PDRB Perkapita PDRB perkapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun meningkat rata-rata per tahun 9,71% yaitu dari Rp pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp pada tahun Sedangkan PDRB perkapita menurut harga konstan (ADHK 2000) meningkat rata-rata per tahun 3,64% yaitu dari Rp pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp pada tahun 2011, selengkapnya seperti pada tabel berikut. hal - 8

9 Tabel: 2.1c PDRB Perkapita Kabupaten Sleman Tahun (Dalam Rupiah) No PDRB * 1. ADHB ADHK Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. Keterangan: *) = angka sementara d. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5 tahun mengalami fluktuatif, hal ini dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 tumbuh 4,61%, pada tahun 2008 meningkat menjadi 5,13% seiring dengan adanya recovery penanganan pasca gempa, pada tahun 2009 menurun sebesar 0,65% menjadi 4,48% dikarenakan adanya krisis ekonomi dunia walaupun efeknya tidak sebesar seperti pada tahun Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi menjadi sebesar 4,49% dikarenakan adanya erupsi bencana Gunung Api Merapi yang melumpuhkan sebagian wilayah di Kecamatan Pakem, Turi, dan Cangkringan. Erupsi Merapi juga mempengaruhi kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran dan jasa-jasa karena banyaknya hotel di Kaliurang tutup dan menurunnya jumlah kunjungan wisatawan. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan pertumbuhan yang signifikan karena banyaknya material vulkanik yang dihasilkan dari erupsi Merapi. Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 5,19%. hal - 9

10 No Sektor Lapangan Usaha Tabel: 2.1d Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Pertumbuhan (%) * 1. Pertanian -0,13 6,94 1,75-0,31-2,26 2. Pertambangan 74,60-7,96-4,84 15,24 14,35 3. Industri 2,02 1,52 1,93 3,05 6,35 4. Listrik/gas/air 10,48 5,15 6,21 4,82 4,28 5. Konstruksi 8,42 6,86 6,51 6,59 6,95 6. Perdagangan 6,97 5,99 6,48 5,62 6,27 7. Angkutan 7,06 5,40 6,52 6,51 6,61 8. Keuangan 5,10 5,47 5,57 5,98 6,88 9. Jasa 3,81 4,70 4,44 5,58 6,64 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *) = angka sementara 4,61 5,13 4,48 4,49 5,19 e. Inflasi Tingkat inflasi di Kabupaten Sleman selama periode tahun mengalami fluktuasi (turun naik) yaitu dari 7,18% pada tahun 2007 naik menjadi 10,16% pada tahun 2008, kemudian turun lagi menjadi 4,03% pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 sebesar 7,46%. Tingkat inflasi tahun 2011 sebesar 3,19%, selengkapnya seperti pada tabel berikut. hal - 10

11 No Tabel: 2.1e Inflasi Kabupaten Sleman Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun Kelompok Pengeluaran Tingkat Inflasi (%) * 1 Bahan Makanan 11,39 10,30 4,25 22,02 1, Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 7,74 7,91 6,41 6,50 5,19 5,13 18,21 5,11 6,23 3,02 4 Sandang 6,03 9,18 3,26 5,71 5,63 5 Kesehatan 6,07 4,75 3,63 0,60 5,58 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 12,65 5,50 4,26 3,63 0,94 7 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 1,96 4,86-1,62 2,26 2,12 Umum 7,18 10,16 4,03 7,46 3,19 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *) = angka sementara Pada tahun 2007 inflasi tertinggi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 12,65%; terendah pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,96%. Pada tahun 2008 inflasi tertinggi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 18,21%; terendah pada kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 4,75%. Pada tahun 2009 inflasi tertinggi pada kelompok sandang sebesar 11,22%; dan pada tahun 2010 inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 22,02% dan terendah pada kelompok kesehatan sebesar 0,60%. Pada tahun 2011 inflasi tertinggi pada kelompok Sandang sebesar 5,63% dan terendah pada kelompok pendidikan, rekreasi, olah raga sebesar 0,94%. f. Indeks Gini Pemerataan hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah kemiskinan. Secara logika, jurang pemisah (gap) yang semakin lebar antara hal - 11

12 penduduk kaya dan miskin berarti kemiskinan semakin meluas dan sebaliknya. Dengan demikian orientasi pemerataan merupakan usaha untuk memerangi kemiskinan. Tolok ukur untuk menghitung tingkat pemerataan pendapatan antara lain dengan Indeks Gini atau Gini Ratio. Adapun kriteria kesenjangan/ketimpangan adalah G<0,30 berarti ketimpangan rendah, 0,30 G 0,50 berarti ketimpangan sedang, dan G>0,50 berarti ketimpangan tinggi. Indeks Gini di Kabupaten Sleman selama tahun menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan penduduk di Kabupaten Sleman adalah sedang, atau distribusi pendapatan di Kabupaten Sleman semakin merata. Apabila dikaitkan dengan angka pendapatan per kapita yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan angka indeks Gini yang semakin menurun mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Sleman semakin meningkat dan semakin banyak penduduk yang dapat menikmatinya. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1f berikut Tabel 2.1f Indeks Gini Tahun Kabupaten Sleman No Tahun Indeks Gini , , , , *) 0,30 Sumber: BPS Provinsi DIY *)Angka sementara g. Investasi Nilai investasi di Kabupaten Sleman tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 cukup berfluktuasi. Pada tahun 2007, jumlah PMA sebesar 36 unit usaha dengan nilai sebesar US$148,82juta, dan menyerap tenaga kerja sejumlah orang. PMDN berjumlah 36 buah senilai Rp , menyerap hal - 12

13 tenaga kerja sebanyak orang. Untuk usaha Non PMA/PMDN berjumlah buah, senilai Rp , mampu menyerap tenaga kerja sebanyak orang. Pada tahun 2011, jumlah PMA adalah 41 buah dengan nilai investasi sebesar US$ 185,18juta, dan menyerap tenaga kerja sebanyak orang. Jumlah PMDN tercatat sebanyak 32 buah, dengan nilai investasi sebesar Rp dan mampu menyerap tenaga kerja sejumlahg orang. Untuk usaha non PMA/PMDN tercata sejumlah buah dengan total investasi senilai Rp , dan menyerap tenaga kerja sejumlah orang. Secara sistematis, nilai investasi di Kabupaten Sleman tahun bisa dilihat pada tabel di bawah No Tabel 2.1g Jumlah Unit Usaha, Nilai Investasi, dan Tenaga Kerja Tahun Uraian 1. Jumlah Unit Usaha TAHUN a. PMA b. PMDN c. Non PMA/PMDN , Nilai Investasi a. PMA (juta US$) 148, , , , ,185 b. PMDN (juta Rp) c. Non PMA/PMDN (jutarp) Tenaga Kerja (org) a. PMA b. PMDN c. Non PMA/PMDN Sumber: Kantor KP3M, Kabupaten Sleman. h. Ketenagakerjaan Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Sleman dari tahun 2007 hingga tahun 2011 berfluktuasi. Dari jumlah orang di tahun 2007 naik menjadi orang pada tahun 2010, di tahun 2011 meningkat menjadi hal - 13

14 orang. Jumlah Penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja, dan rasio penduduk yang bekerja juga berfluktuasi dari waktu ke waktu. Secara lengkap perkembangan ketenagakerjaan di Kabupaten Sleman bisa dilihat pada tabel berikut; Tabel 2.1h1 Perkembangan Ketenagakerjaan Tahun Kabupaten Sleman No. Uraian Angkatan Kerja Penduduk yang Bekerja Penduduk yang Tidak Bekerja Rasio Penduduk yang Bekerja 0,92 0,94 0,93 0,93 0,95 Sumber: BPS Kabupaten Sleman, 2010 Masalah pembangunan yang harus diatasi setiap daerah adalah jumlah pengangguran dan ketersediaan lapangan kerja. Hal ini sangat terkait dengan kondisi kualitas sumber daya manusia. Pelaksanaan urusan ketenagakerjaan diarahkan sebagai upaya pengurangan pengangguran dan melindungi tenaga kerja maupun perusahaan. Capaian pelaksanaan urusan ketenagakerjaan tahun 2007 hingga 2011 terlihat dari capaian indikator (1) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara banyaknya Angkatan Kerja dengan banyaknya Penduduk Usia Kerja, (2) Pencari kerja yang ditempatkan adalah angka dari jumlah tenaga kerja yang ditempatkan baik melalui AKAL, AKAD maupun AKAN dari jumlah tenaga kerja yang terdaftar (AK1), (3) Pengangguran, yang merupakan indikator bahwa terjadi kesenjangan antara pertambahan kesempatan kerja dengan pertambahan angkatan kerja, (4) Penerapan keselamatan dan perlindungan K3, dan (5) Angka perselisihan pengusaha pekerja. Perkembangan capaian indikator ketenagakerjaan dari tahun secara jelasnya dapat diamati pada tabel berikut : hal - 14

15 Tabel 2.1h.2 Indikator Ketenagakerjaan Tahun Kabupaten Sleman NO Indikator Tahun Tingkat partisipasi angkatan kerja (%) 66,94 68,43 66,72 67,15 68,75 2 Pencari kerja yang ditempatkan (%) 46,97 34, ,30 85,92 3 Tingkat pengangguran terbuka (%) 7,75 6,82 7,40 7,17 5,25 4 Keselamatan dan perlindungan/ K3 (%) 93,04 93,05 96,65 91, Angka perselisihan pengusaha pekerja (%) 2,78 3,53 4,35 3,05 2,71 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Dinas Nakersos Kab. Sleman 2010 Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa penerapan keselamatan dan perlindungan K3 dari tahun mengalami kenaikan, tapi di tahun 2010 prosentasenya menurun. 2. Rencana dan target ekonomi makro pada tahun 2013 a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Proyeksi PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) tahun 2012 sebesar Rp.16,878 trilyun, meningkat menjadi sebesar Rp.18,291 trilyun pada tahun Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2000 sebesar Rp.7,052 trilyun pada tahun 2012, meningkat menjadi Rp.7,422 trilyun pada tahun Tabel: 2.2a Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman Tahun dan proyeksi 2012 dan 2013 (Jutaan Rupiah) No PDRB Proyeksi 2012*) 2013* *) 1. ADHB ADHK Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman (PDRB menurut lapangan usaha tahun ). Keterangan: *) angka sementara **) angka proyeksi. hal - 15

16 b. Struktur Perekonomian Daerah Struktur perekonomian daerah cenderung berubah dari sektor primer beralih ke sektor sekunder dan tersier. Pada tahun 2012 kontribusi sektor primer sebesar 13,56% berkurang menjadi 13,42% pada tahun Sektor sekunder meningkat dari 28,64% pada tahun 2012 menjadi 29,05% pada tahun Sektor tersier berkurang dari 57,79% menjadi 57,51%. No Kelompok Sektor Tabel: 2.2b Struktur Perekonomian Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Berlaku Tahun , proyeksi 2012 dan 2013 Kontribusi Terhadap PDRB (%) *) 2013**) 1. Primer 17,43 14,11 13,56 13,31 13,56 13,42 a. Pertanian 16,91 13,61 13,02 12,74 12,99 12,84 b. Pertambangan & Penggalian 0,52 0,50 0,54 0,57 0,57 0,58 2. Sekunder 27,40 28,17 28,26 28,39 28,64 29,05 a. Industri Pengolahan 15,49 14,18 14,16 14,39 14,41 14,55 b. Listrik, Gas & Air Bersih 0,90 1,28 1,28 1,27 1,25 1,24 c. Bangunan 11,01 12,71 12,82 12,73 12,98 13,26 3. Tersier 55,17 57,72 58,19 58,30 57,79 57,51 a. Perdag., Hotel & Rest. 21,87 22,82 22,76 22,87 22,50 22,41 b. Pengangkutan dan Komunikasi c. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,81 5,69 5,74 5,68 5,59 5,47 10,25 10,71 10,89 10,90 10,82 10,79 d. Jasa-jasa 17,24 18,50 18,80 18,85 18,88 18,84 Jumlah 100,00 100,00 100,00 105,19 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman (PDRB menurut lapangan usaha tahun ). Keterangan: *) = angka sementara **)= angka proyeksi c. PDRB Perkapita PDRB perkapita ADHB pada tahun 2012 sebesar Rp menjadi Rp pada tahun Sedangkan PDRB ADHK tahun 2000 hal - 16

17 sebesar Rp pada tahun 2012 menjadi Rp pada tahun Tabel: 2.2c PDRB Perkapita Kabupaten Sleman Tahun , proyeksi 2012 dan 2013 No PDRB *) 2013**) 1. ADHB ADHK Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *)=angka sementara * *) =angka proyeksi. d. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 sebesar 5,20% dan diprediksi menjadi sebesar 5,24% pada tahun Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 dicapai oleh sektor bangunan sebesar 6,91%, sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan sebesar 6,90%, sektor jasa-jasa sebesar 6,79%, dan perdagangan, hotel & restoran sebesar 6,29%. Sedangkan pada tahun 2013 diprediksi sektor bangunan sebesar 6,95%, sektor jasa-jasa sebesar 6.62%, sektor perdagangan 6,41%, dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan sebesar 6,05%. hal - 17

18 No Lapangan Usaha Tabel: 2.2d Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun , proyeksi 2012 dan 2013 Pertumbuhan (%) *) 2013**) 1. Pertanian 6,94 1,75-0,31-2,26-0,77 0,02 2. Pertambangan -7,96-4,84 15,24 14,35 3,93 3,17 3. Industri Pengolahan 1,52 1,93 3,05 6,35 5,34 5,23 4. Listrik, Gas, dan Air 5,15 6,21 4,82 4,28 4,10 4,12 5. Bangunan 6,86 6,51 6,59 6,95 6,91 6,95 6. Perdagangan, Htl & Rest 5,99 6,48 5,62 6,27 6,29 6,41 7. Pengangkutan 5,40 6,52 6,51 6,61 4,49 4,19 8. Keuangan 5,47 5,57 5,98 6,88 6,90 6,05 9. Jasa 4,70 4,44 5,58 6,64 6,79 6,62 PDRB 5,13 4,48 4,49 5,19 5,20 5,24 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *)= angka sementara *) = angka proyeksi e. Inflasi Tingkat inflasi di Kabupaten Sleman pada tahun 2011 sebesar 3,19% Perkiraan pada tahun 2012 sebesar 2,83% dan pada tahun 2013 sebesar 1,67%%. f. Investasi Besaran nilai investasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan dinamika perekonomian daerah. Di samping untuk mendorong perekonomian daerah, peningkatan investasi juga diharapkan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja. Nilai investasi pada tahun 2012 diprediksikan tumbuh sebesar 4,22% atau senilai Rp ,00 dan tahun 2013 tumbuh sebesar 4,27% atau senilai Rp ,00. Kebutuhan investasi tersebut dibiayai oleh pemerintah pusat, daerah dan masyarakat. hal - 18

19 g. Ketenagakerjaan Perkiraan jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2012 sebesar 6,99% dan tahun 2013 diprediksikan sebesar 6,80%,. hal - 19

20 BAB III ASUMSI ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 1. Inflasi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, disertai tingkat perkembangan harga (inflasi) juga tinggi akan berdampak terhadap menurunnya daya beli masyarakat, sementara dalam dimensi makro inflasi yang tinggi juga dapat mengurangi daya saing atas produk barang dan jasa. Laju inflasi tahun 2012 diperkirakan sebesar 2,83%, dan pada tahun 2013 sebesar 1,67%. Keterlibatan langsung pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan sangat diperlukan guna menjaga stabilitas harga. 2. Pertumbuhan ekonomi Diharapkan kegiatan perekonomian Kabupaten Sleman pada tahun 2013 mulai dapat pulih kembali walaupun masih dirasakan akibat dampak krisis perekonomian global sehingga pertumbuhan dari masing masing sektor dapat memberikan kontribusi yang lebih terhadap PDRB. Prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 5,20%, dan tahun 2013 sebesar 5,24% dapat tercapai jika tidak ada kenaikan tarif dasar listrik atau stabilitas harga barang dan jasa terjaga. 3. Jumlah pengangguran terbuka Diharapkan jumlah pengangguran terbuka menurun 6,99% pada tahun 2012 menjadi 6,80% pada tahun Kondisi ini tercapai apabila didukung oleh iklim investasi yang kondusif. hal - 20

21 4. Jumlah penduduk miskin Diharapkan jumlah KK miskin menurun pada tahun 2012 dan tahun Target RPJMD tahun , jumlah KK miskin berkurang 1% setiap tahun. Jumlah KK miskin tahun 2011 sebesar KK (16,57%). Hal ini dapat dicapai apabila kondisi perekonomian daerah kondusif. 5. Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Bencana alam Kejadian luar biasa dan bencana alam merupakan kejadian yang tidak kita inginkan bersama, namun berdasarkan pengalaman sebagian wilayah kecamatan di Kabupaten Sleman mempunyai potensi wilayah endemi demam berdarah dan mempunyai potensi bencana alam yang disebabkan oleh aktifnya gunung merapi, bencana angin puting beliung dan gempa, serta serangan hama pada wilayah pertanian. Pelaksanaan APBD 2012 diharapkan dapat dilaksanakan tepat waktu sehingga penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta antisipasi terhadap kejadian luar biasa dan penanggulangan bencana dapat dilaksanakan. 6. Keamanan dan ketentraman Stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat di Kabupaten Sleman akan tercapai apabila ada kerjasama antara pemerintah daerah, masyarakat dan aparatur pemerintah. hal - 21

22 BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN DAERAH 1. Kebijakan Umum Pendapatan Daerah Sejalan dengan kebutuhan pendanaan pembangunan daerah yang terus meningkat, kebijakan umum pendapatan daerah diarahkan untuk mendorong peningkatan pendapatan daerah melalui mobilisasi pendapatan asli daerah dan penerimaan daerah lainnya. Kebijakan umum pendapatan daerah tahun , adalah sebagai berikut: a. Menyesuaian struktur pendapatan dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah sehingga target penerimaan minimal dapat terpenuhi sesuai dengan target yang ditetapkan dan tepat waktu. b. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki, sehingga diharapkan mampu memberikan dukungan yang optimal dalam menunjang kebutuhan dana yang diperlukan dengan mengupayakan penggalian potensi sumber-sumber pendapatan daerah secara optinal berdasarkan kewenangan dan potensi yang dimiliki dengan memperhatikan pentingnya pelayanan dan kemampuan masyarakat. c. Peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan sesuai kewenangan dan potensi yang ada dengan memperhatikan aspek keadilan, kepentingan umum dan kemampuan masyarakat serta efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah dalam bidang pendapatan daerah yang ditujukan kepada: 1) Pemanfaatan pendapatan asli daerah secara proporsional pada program prioritas dan kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. 2) Peningkatan upaya optimalisasi penerimaan daerah melalui pendekatan pelayanan kepada wajib pajak dan peningkatan kerjasama dengan melibatkan organisasi masyarakat atau organisasi non pemerintah. hal - 22

23 3) Optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah sesuai potensi dan kewenangan yang didukung sumber daya aparat pengelolan pendapatan daerah serta kemampuan masyarakat dengan pendekatan kemitraan, koordinasi, pengawasan dan penegakan hukum. 4) Pengelolaan dan pemanfaatan aset daerah yang potensial. Pendapatan daerah pada tahun 2013 direncanakan sebesar Rp ,00. meningkat sebesar Rp ,29, dari tahun 2012 sebesar Rp ,71, dengan perincian sebagai berikut: 1). Pendapatan Asli Daerah meningkat sebesar Rp ,29 dari Rp ,71 menjadi Rp ,00 terdiri dari: a) Pajak Daerah meningkat sebesar Rp ,00 dari Rp ,00 menjadi Rp ,00.. Peningkatan pajak daerah berasal dari PBB yang sudah didaerahkan sebesar Rp 40 milyar. b) Retribusi Daerah turun Rp ,00dari Rp ,00 menjadi Rp ,00. Penurunan retribusi dikarenakan pendaptan RSUD dan Puskesmas beralih dari pos retribusi ke pos lain-lain PAD. c) Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan meningkat sebesar Rp ,29 dari Rp ,71 menjadi Rp d) Lain-lain pendapatan asli daerah meningkat sebesar Rp ,00 dari Rp ,00 menjadi Rp ,00.. Kenaikan tersebut terutama berasal dari pendapatan BLUD RSUD Sleman, RSUD Prambanan, Puskesmas, dan Labkes. 2). Dana Perimbangan berkurang sebesar Rp ,00 dari Rp ,00 menjadi Rp ,000 terdiri dari : a) Dana Bagi Hasil Pajak/ bagi Hasil Bukan Pajak berkurang Rp ,00 karena pengalihan PBB ke pos pajak daerah. b) Dana Alokasi Umum tetap, yaitu sebesar Rp hal - 23

24 c) Dana Alokasi Khusus, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun 2013, DAK dianggarkan setelah ada peraturan Menteri Keuangan tentang Alokasi DAK, sehingga pada penyusunan KUA PPAS tahun 2013, alokasi DAK belum dianggarkan. 3). Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah meningkat sebesar Rp ,00 dari Rp ,00 menjadi Rp ,00 terdiri dari : a) Hibah berkurang sebesar Rp ,00 dari Rp ,00 menjadi Rp ,00. b) Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak dari Propinsi berkurang sebesar Rp ,00 dari Rp ,00 menjadi Rp ,00. c) Bantuan Keuangan Propinsi berkurang sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00 dari Rp ,00. Bantuan keuangan dari propinsi yang dianggarkan baru sebatas untuk pemberdayaan masyarakat, sebesar Rp ,00, sedangkan untuk alokasi yang lain menunggu alokasi anggaran dari APBD propinsi tahun d) Dana Tunjangan Pendidikan (Sertifikasi dan insentif) meningkat sebesar Rp ,00, dari Rp ,00 menjadi Rp , Kebijakan umum belanja daerah Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan maka kebijakan pendanaan pembangunan dituntut lebih transparan, akuntabel, dan berorientasi pada kinerja. Pendanaan digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. hal - 24

25 Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap SKPD harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Anggaran Belanja Daerah pada tahun 2013 diperkirakan mencapai Rp ,23, meningkat sebesar Rp ,85 dibanding tahun 2012 sebesar Rp ,38. Anggaran tersebut digunakan untuk belanja tidak langsung sebesar Rp ,23 dan belanja langsung sebesar Rp ,00 sehingga pada Tahun Anggaran 2013 terjadi defisit sebesar Rp ,23 atau sebesar 4,95% dari pendapatan. Anggaran belanja tidak langsung tersebut dipergunakan untuk membiayai gaji dan tunjangan pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tak terduga. Anggaran belanja langsung dipergunakan untuk membiayai program dan kegiatan masing masing SKPD sesuai dengan fungsi dan urusan Pemerintah Daerah yang harus dilaksanakan. a. Kebijakan belanja tidak langsung Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung dianggarkan untuk membiayai gaji dan tunjangan pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tak terduga 1). Belanja Pegawai - Penganggaran belanja pegawai yang meliputi gaji dan tunjangan jabatan dan tunjangan lainnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. hal - 25

26 - Perencanaan belanja pegawai memperhitungkan accres gaji 0,9% yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan penambahan jumlah pegawai. - Pemberian tambahan penghasilan kepada pegawai berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah - Belanja pegawai meningkat sebesar Rp ,16 dari Rp ,64 pada tahun 2012 menjadi Rp ,80 pada tahun ). Bunga Penganggaran belanja bunga digunakan untuk pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 3). Subsidi Penganggaran subsidi digunakan untuk bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat. 4). Hibah Penganggaran pemberian hibah dalam bentuk uang, barang/ atau jasa kepada masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, secara spesifik dan selektif dengan mempertimbangkan kemampuan daerah. Belanja hibah mengalami penurunan sebesar Rp ,00 dari Rp ,00 pada tahun 2012 menjadi Rp ,00 pada tahun ). Bantuan Sosial Penganggaran pemberian bantuan sosial diperuntukkan kepada kelompok anggota masyarakat secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan penggunaannya. hal - 26

27 Bantuan sosial mengalami penurunan sebesar Rp ,22 dari Rp ,00 pada tahun 2012 menjadi Rp ,00 pada tahun ). Bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Penganggaran bagi hasil digunakan untuk dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan propinsi kepada Pemerintah Kabupaten atau pendapatan Kabupaten kepada pemerintah desa. Dana Bagi Hasil kepada pemerintah desa tahun 2013 meningkat sebesar Rp ,67 dari Rp ,32 di tahun 2012 menjadi Rp ,99. Hal tersebut dikarenakan karena adanya kenaikan pajak daerah. 7). Bantuan Keuangan Belanja bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah Kabupaten kepada pemerintah desa. Bantuan yang bersifat umum diberikan dalam rangka peningkatan kemampuan keuangan bagi desa penerima bantuan keuangan, Bantuan Keuangan yang bersifat khusus dapat dianggarkan dalam rangka untuk membantu capaian program/kegiatan prioritas yang dilaksanakan sesuai urusan yang menjadi kewenangan atau dalam rangka akselerasi pembangunan desa. Bantuan keuangan tahun 2013 meningkat sebesar Rp ,00 dari Rp di tahun 2012, menjadi Rp ,00. Kenaikan ini disebabkan karena adanya kenaikan Tunjangan Penghasilan Aparat Pemerintah Desa (TPAPD) dan kenaikan Tunjangan BPD sebesar Rp ,00/orang/bulan, dan kenaikan tunjangan pejabat RT/RW sebesar Rp ,00/orang/tahun dari Rp ,00/orang/tahun menjadi Rp ,00/orang/tahun. Di tahun 2013 juga ada pengalihan dana bantuan keuangan kepada pemerintah kabupaten sebesar Rp ,00 yang digunakan untuk pembayaran sharing TPA Piyungan sebesar Rp ,00, hal - 27

28 sharing IPAL Sewon sebesar Rp ,00 dan fasilitasi pengembangan usaha bagi transmigran pasca penempatan sebesar Rp ,00. 8). Belanja tidak terduga Penganggaran belanja tidak terduga dipergunakan untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang (penanggulangan bencana alam, bencana sosial). Belanja tidak terduga meningkat sebesar Rp ,44 dari Rp pada tahun 2012 menjadi Rp ,44 pada tahun b. Kebijakan belanja Langsung Kebijakan belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung dianggarkan untuk belanja pegawai dalam bentuk honorarium/upah kerja, belanja barang dan jasa dan belanja modal. c. Kebijakan berdasarkan urusan wajib 1). Urusan Wajib Pendidikan (1) Mempertahankan Wajar Pendidikan dasar 9 tahun dan rintisan wajib belajar 12 tahun; (2) Meningkatkan akses layanan pendidikan di semua jenjang pendidikan baik jalur formal dan non formal (3) Meningkatkan mutu lulusan dan relevansi pendidikan dengan dunia kerja (4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sarana prasarana, proses belajar mengajar dan manajemen sekolah hal - 28

29 (5) Meningkatkan peran dan sinergitas penyelenggaraan pendidikan dengan masyarakat dan lembaga Perguruan Tinggi (6) Mengembangkan sekolah sebagai pusat nilai-nilai moral dan budaya : (1) Program Pendidikan Anak Usia Dini; (2) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; (3) Program Pendidikan Menengah; (4) Program Peningkatan Kualitas Pendidikan Non Formal; (5) Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (6) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan; (7) Program Pengembangan Kreativitas Siswa dan Guru. 2). Urusan Wajib Kesehatan (1) Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesehatan (2) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat berperilaku hidup bersih dan sehat (3) Menjaga ketersediaan obat dan pengawasan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah (4) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi seluruh warga masyarakat (5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kesehatan (6) Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam kepesertaan jaminan kesehatan (1) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan; (2) Program Upaya Kesehatan Masyarakat; hal - 29

30 (3) Program Pengawasan Obat dan Makanan; (4) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat; (5) Program Perbaikan Gizi Masyarakat; (6) Program Pengembangan Lingkungan Sehat; (7) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular; (8) Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan; (9) Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin; (10) Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya; (11) Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata; (12) Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata; (13) Program Kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan; (14) Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia; (15) Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan. (16) Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita (17) Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak (18) Program pendukung pelayanan kesehatan (19) Program peningkatan pelayanan kesehatan 3). Urusan Wajib Pekerjaan Umum (1) Menjaga dan meningkatkan kualitas jalan dan jembatan, sesuai perkembangan wilayah dan tata ruang dengan melibatkan peran serta masyarakat; (2) Menjaga dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana irigasi dengan melibatkan peran serta masyarakat; hal - 30

31 (3) Menjaga dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penanggulangan bencana alam melalui peran serta masyarakat untuk mengurangi resiko bencana; (4) Meningkatkan prasarana dan sarana pemerintah untuk meningkatkan pelayanan masyarakat. (1) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan; (2) Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong; (3) Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan; (4) Program Pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan; (5) Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan; (6) Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya; (7) Program penyediaan dan pengolahan air baku; (8) Program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya air lainnya; (9) Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah; (10) Program pembangunan infrastruktur perdesaaan; (11) Program Pembangunan dan Rehabilitasi Gedung Pemerintah. (12) Program pembangunan talud/bronjong (13) Program rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong (14) Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh 4). Urusan Wajib Perumahan (1) Menjaga dan meningkatkan kualitas prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman melalui peran serta masyarakat; hal - 31

32 (2) Meningkatkan upaya rehabilitasi rumah tidak layak huni bagi masyarakat miskin; (3) Meningkatkan fasilitasi rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. (1) Program Pengembangan Perumahan; (2) Program Lingkungan Sehat Perumahan; (3) Program Pemberdayaan komunitas Perumahan; (4) Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran; (5) Program pengelolaan areal pemakaman. 5). Urusan Wajib Penataan Ruang (1) Meningkatkan cakupan dan kualitas perencanaan tata ruang dengan melibatkan peran serta masyarakat; (2) Meningkatkan pengendalian tata ruang dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk menjaga pelestarian fungsi lingkungan; (1) Program Perencanaan Tata Ruang; (2) Program Pemanfaatan Ruang; dan (3) Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang. 6). Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan (1) Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan melalui peningkatan partisipasi masyarakat; (2) Meningkatkan fungsi dokumen perencanaan sebagai acuan pelaksanaan pembangunan; hal - 32

33 (3) Mengoptimalkan pemanfaatan hasil-hasil penelitian untuk perencanaan pembangunan. (4) Meningkatkan kualitas pengendalian perencanaan pembangunan untuk mengefektifkan siklus pembangunan. (1) Program Pengembangan data/informasi; (2) Program Kerjasama Pembangunan; (3) Program Pengembangan Wilayah Perbatasan; (4) Program perencanaan pembangunan daerah; (5) Program perencanaan pembangunan ekonomi; (6) Program perencanaan sosial budaya (7) Program perencanaan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh. (8) Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah. (9) Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam. (10) Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.. 7). Urusan Wajib Perhubungan a. Kebijakan Umum (1) Menjaga dan meningkatkan sarana dan prasarana perhubungan dengan melibatkan peran serta masyarakat; (2) Meningkatkan manajemen lalu lintas (3) Meningkatkan tertib berlalu lintas untuk mengurangi tingkat kecelakaan. b. Program Pembangunan (1) Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ; (2) Program peningkatan pelayanan angkutan; (3) Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan; hal - 33

34 (4) Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas; (5) Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor. (6) Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan 8). Urusan Wajib Lingkungan Hidup (1) Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup secara berkelanjutan melalui peran serta masyarakat; (2) Menjaga kuantitas dan kualitas sumberdaya alam secara berkelanjutan melalui rehabilitasi, konservasi dan peran serta masyarakat; (3) Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan. (1) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan; (2) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup; (3) Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam; (4) Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; (5) Program Peningkatan Pengendalian Polusi; dan pencemaran (6) Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH). (7) Program rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam. 9). Urusan Wajib Pertanahan (1) Meningkatkan pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang; (2) Meningkatkan pengendalian pemanfaatan dan penggunaan tanah untuk mengurangi alih fungsi lahan pertanian; hal - 34

35 (3) Meningkatkan tertib administrasi pertanahan untuk menjamin kepastian hukum. (1) Program Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah; (2) Program Penyelesaian konflik-konflik pertanahan; (3) Program Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan. 10). Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan Sipil (1) Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan; (2) Meningkatkan kualitas pengelolaan dokumen, data dan informasi kependudukan; (3) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mewujudkan tertib administrasi kependudukan Program Penataan Administrasi Kependudukan. 11). Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan (1) Meningkatkan peran perempuan dalam segala aspek pembangunan melalui peningkatan akses ekonomi, sosial, dan budaya (2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya perempuan dalam pembangunan (3) Meningkatkan kualitas perlindungan dan pelayanan terhadap perempuan dan anak (1) Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas Anak dan Perempuan; hal - 35

36 (2) Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak; (3) Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan; (4) Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan. 12). Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (1) Mengendalikan pertumbuhan penduduk untuk mewujudkan keluarga kecil yang sejahtera; (2) Meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga dalam upaya mewujudkan keluarga sejahtera; (3) Meningkatkan jaringan pelayanan dan partisipasi masyarakat dalam program Keluarga Berencana. (1) Program Keluarga Berencana; (2) Program Kesehatan Reproduksi Remaja; (3) Program pelayanan kontrasepsi; (4) Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang mandiri; (5) Program promosi kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kelompok kegiatan di masyarakat; (6) Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR; (7) Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/ AIDS; (8) Program penyiapan tenaga pendamping kelompok bina keluarga; (9) Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU. hal - 36

37 13). Urusan Wajib Sosial (1) Meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan keluarga miskin; (2) Meningkatkan jejaring dan pembinaan organisasi sosial masyarakat dalam kepedulian kesejahteraan sosial; (3) Meningkatkan pembinaan PMKS melalui pemberdayaan dan peran aktif masyarakat dalam pendampingan; (4) Meningkatkan pencegahan penyalahgunaan napza melalui kesadaran dan partisipasi masyarakat. (1) Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya; (2) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial; (3) Program pembinaan anak terlantar; (4) Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma; (5) Program pembinaan panti asuhan/ panti jompo; (6) Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya); (7) Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial; dan (8) Program Penanggulangan Kemiskinan. 14). Urusan Wajib Tenaga Kerja (1) Meningkatkan kesempatan kerja dengan menciptakan dan memperluas lapangan kerja melalui peran serta masyarakat dan swasta; (2) Meningkatkan daya saing, perlindungan tenaga kerja dan keserasian hubungan industrial. hal - 37

38 (1) Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja; (2) Program Peningkatan Kesempatan Kerja; (3) Program Perlindungan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan. 15). Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (1) Meningkatkan akses modal, kualitas SDM, kelembagaan koperasi dan kesejahteraan anggota; (2) Mengembangkan UMKM melalui peningkatan manajemen usaha, akses modal, inovasi produk, kualitas hasil produk, dan pemasaran hasil produk UMKM. (1) Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif; (2) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah; (3) Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah; (4) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. 16). Urusan Wajib Penanaman Modal Daerah (1) Meningkatkan minat investasi melalui promosi; (2) Optimalisasi sistem dan prosedur pelayanan perizinan investasi; (3) Meningkatkan jejaring investasi di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional. (1) Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi; (2) Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi; hal - 38

ALOKASI APBD KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2013

ALOKASI APBD KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2013 ALOKASI APBD KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2013 1. Pendapatan Daerah Kebijakan umum pendapatan daerah tahun 2013, adalah sebagai berikut: a. Menyesuaian struktur pendapatan dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Menurunnya angka 1 Angka Kemiskinan (%) 10-10,22 kemiskinan 2 Pendapatan per kapita

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL EVALUASI KESELARASAN PROGRAM DALAM DOKUMEN PERENCANAAN TAHUN ANGGARAN 2016

REKAPITULASI HASIL EVALUASI KESELARASAN PROGRAM DALAM DOKUMEN PERENCANAAN TAHUN ANGGARAN 2016 REKAPITULASI HASIL EVALUASI PROGRAM PERENCANAAN TAHUN ANGGARAN 2016 KETERSEDIAAN RPJMD RKPD 1 01 15 Program Pendidikan Anak Usia Dini 1 1 1 1 1 1 1 1 01 16 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan

Lebih terperinci

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Visi Kabupaten Sleman adalah Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, mandiri, berbudaya dan terintegrasinya sistem e-government menuju smart

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Berdasarkan strategi pembangunan daerah yang telah ditetapkan, dirumuskan kebijakan umum dan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan, disertai

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI DAN PROGRAM TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI DAN PROGRAM TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I.5. : PERATURAN DAERAH BANYUWANGI NOMOR : 04 Tahun 2015 TANGGAL : 22 JULI 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012

REKAPITULASI ANGGARAN DAN REALISASI BERDASARKAN MISI PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG TAHUN 2012 Misi 1 163 358,829,768,129 302,555,469,461 84.32% Urusan Pendidikan 79 233,617,961,655 200,628,537,308 85.88% 1 Program Pendidikan Anak Usia Dini 5 1,300,000,000 1,275,743,850 98.13% 2 Program Wajib Belajar

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN Upaya untuk mewujudkan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan dari setiap misi daerah Kabupaten Sumba Barat

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

BAB 10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

BAB 10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN BAB 10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1 PEDOMAN TRANSISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Demak Tahun 2011-2016 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH A. KEBIJAKAN UMUM Pembangunan Daerah harus didasarkan pada sasaran tertentu yang hendak dicapai; untuk itu, kebijakan yang dibuat dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR PRIORITAS DAERAH DAN SASARAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2015

DAFTAR PRIORITAS DAERAH DAN SASARAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2015 DAFTAR PRIORITAS DAERAH DAN SASARAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2015 No Prioritas Daerah Sasaran Program SKPD 1 Peningkatan Mutu Pendidikan - Meningkatnya pemerataan dan kualitas pendidikan anak usia sekolah

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam menjabarkan dan mengimplementasikan Visi dan Misi Pembangunan Kota Banjar Tahun 2014-2018 ke dalam pilihan program prioritas di masing-masing

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai penunjuk arah pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka panjang. Kebijakan

Lebih terperinci

Dinas Kesehatan balita 4 Program Perencanaan Penanggulangan

Dinas Kesehatan balita 4 Program Perencanaan Penanggulangan 1 Menanggulangi kemiskinan secara 1 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan terpadu dan berkelanjutan Sembilan Tahun 2 Program pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin, RSUD Dr. Soeroto 3 Program

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN 3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/ kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar Indikator Kinerja

SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar Indikator Kinerja NO NAMA SKPD HALAMAN 1 SKPD : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar 2 2 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Denpasar 3 3 SKPD : RSUD Wangaya Kota Denpasar 4 4 SKPD : Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1. INDIKASI DAN PROGRAM PRIORITAS Program prioritas perlu ditetapkan untuk mengarahkan pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1. KEBIJAKAN UMUM Kebijakan umum adalah arah/tindakan yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kebijakan pada

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1. KEBIJAKAN UMUM Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan adanya pembagian/klasifikasi urusan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana program dan kegiatan Prioritas Dearah Tahun 2013 yang dituangkan dalam Bab V, adalah merupakan formulasi dari rangkaian pembahasan substansi

Lebih terperinci

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Perumusan Kebutuhan Pendanaan dalam perencanaan jangka menengah ini berlandaskan kaidah Budget follows Program. Selaras dengan penganggaran

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. 1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan;

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH. 1. Menanggulangi kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan; BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH VII.1 Program Pembangunan Daerah Berdasarkan visi, misi serta tujuan yang telah ditetapkan, maka upaya pencapaiannya dijabarkan secara sistematik melalui

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA WALIKOTA SALATIGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA WALIKOTA SALATIGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA WALIKOTA SALATIGA TAHUN 2017 TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA WALIKOTA SALATIGA TAHUN 2017 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA WALIKOTA SALATIGA TAHUN 2017 WALIKOTA SALATIGA PERJANJIAN

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM DAN KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 INDIKASI DAN RENCANA PROGRAM UNTUK MEWUJUDKAN MISI SATU Dalam upaya mewujudkan Misi satu: Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 - PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KaT A BLITAR KOTABUTAR PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan akuntabel serta berorientasi pada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Jalan RE. Martadinata N0.1 Bangkalan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Jalan RE. Martadinata N0.1 Bangkalan PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Jalan RE. Martadinata N0.1 Bangkalan DAFTAR INFORMASI PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2017 URUSAN WAJIB PELAYANAN DASAR PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB V I I I 1 BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada bab ini diuraikan hubungan urusan pemerintah dengan Perangkat Daerah terkait beserta program yang menjadi tanggungjawab

Lebih terperinci

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , , Anggaran (Sebelum 21 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana Dan 4.654.875.000,00 18.759.324.259,00 15.731.681.490,00 83,86 Prasarana Rumah Sakit 22 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rumah 39.808.727.000,00

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN A. Indikasi Rencana Program Prioritas RPJMD Kabupaten Pati tahun 2012 2017 merupakan penjabaran dari RPJPD Kabupaten Pati Tahun

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2005-2010 menetapkan visi yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai, yaitu TERWUJUDNYA

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a Jabatan :

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan visi yang merupakan cita-cita yang ingin

Lebih terperinci

Tabel 3.1. Matrik Prioritas Pembangunan Kota Tahun 2008

Tabel 3.1. Matrik Prioritas Pembangunan Kota Tahun 2008 Tabel 3.1. Matrik Prioritas Pembangunan Kota Tahun 2008 NO. PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA SASARAN 1. Percepatan Pembangunan Wilayah Lingkar Luar dan Penanggulangan Kemiskinan - Terwujudnya keseimbangan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2014 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2015-2016 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB I RENCANA KERJA TAHUN 2016

BAB I RENCANA KERJA TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I RENCANA KERJA TAHUN 2016 1. TUJUAN DAN

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Perekonomian suatu daerah merupakan bagian integral dari sistem perekonomian nasional dan regional, yang saling berpengaruh antara

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011 Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan tahun 2009, maka disusunlah prioritas pembangunan Kota Banda Aceh yang sesuai dengan kedudukan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Pemerintah Daerah Provinsi Bali BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan serta pencapaian target-target pembangunan pada tahun 2016, maka disusun berbagai program prioritas yang

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada tanggal 30 Desember 2013 Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2013 tentang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Lampiran PK NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (1) (2) (3) (4) 1. 2. 3. Terwujudnya masyarakat yang toleran, rukun dan damai

Lebih terperinci

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Perumusan Kebutuhan Pendanaan dalam perencanaan jangka menengah ini berlandaskan kaidah Budget follows Program. Selaras dengan penganggaran

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMK Aceh Tamiang Tahun 2013-2017, baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada tanggal 29 Desember 2016 Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Komplek Perkantoran Jl.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Komplek Perkantoran Jl. BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Komplek Perkantoran Jl. Serasan Seandanan mor Telp/faks : (07) 90770 Kode Pos e-mail : okusbapeda@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2014

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2014 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2014 A. KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam rangka menyelesaikan permasalahan pembangunan di Kabupaten Pekalongan dan sejalan dengan upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

(19) Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah; (20) Peningkatan pelayanan kedinasan Bupati/Wakil Bupati; (21) Pengembangan budaya baca d

(19) Peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah; (20) Peningkatan pelayanan kedinasan Bupati/Wakil Bupati; (21) Pengembangan budaya baca d BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Berdasarkan isu-isu strategis, visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih, serta kebijakan umum pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar maka dirumuskan agenda,

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Untuk mewujudkan misi pembangunan daerah Kabupaten Sintang yang selaras dengan strategi kebijakan, maka dibutuhkan adanya kebijakan umum dan program

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajeman pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Jabatan :

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.396.506.021 27.495.554.957 7.892.014.873 639.818.161 102.423.894.012 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.384.518.779

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Sasaran Indikator Kinerja Utama Satuan TARGET PROGRAM PEMBANGUNAN ANGGARAN Meningkatnya Ketahanan Ekonomi Keluarga Terwujudnya

Lebih terperinci

Tabel 7.3 CAPAIAN KINERJA PROGRAM INDIKATOR

Tabel 7.3 CAPAIAN KINERJA PROGRAM INDIKATOR Tabel 7.3 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi 3 RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 Misi 3 : Meningkakan penguatan sistem ekonomi kerakyatan, aksesibilitas dan kemampuan ekonomi rakyat, penanggulangan

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan umum bertujuan menggambarkan keterkaitan antar bidang urusan pemerintahan daerah dengan rumusan indikator kinerja sasaran, dan berfungsi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

REKAPITULASI REALISASI PER PROGRAM BELANJA LANGSUNG APBD KABUPATEN JEMBRANA TAHUN ANGGARAN 2014

REKAPITULASI REALISASI PER PROGRAM BELANJA LANGSUNG APBD KABUPATEN JEMBRANA TAHUN ANGGARAN 2014 REKAPITULASI REALISASI PER PROGRAM BELANJA LANGSUNG APBD KABUPATEN JEMBRANA TAHUN ANGGARAN 2014 BULAN : NOPEMBER 2014 NO 1 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA OLAHRAGA, PARIWISATA DAN 46.877.699.625,00 82,74 20.845.634.092,00

Lebih terperinci

DAFTAR PROGRAM (KEGIATAN) SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2014

DAFTAR PROGRAM (KEGIATAN) SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2014 DAFTAR PROGRAM (KEGIATAN) SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2014 NO SATUAN KERJA KODE REKENING PROGRAM PAGU ANGGARAN 1 DISDIKPORA 1.1.1 101.1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, pada tanggal 9 Januari 2012 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Anggaran

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 70.623.211.429 31.273.319.583 8.012.737.962 316.844.352 110.226.113.326 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 70.609.451.524

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA RENCANA KINERJA TAHUNAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA Sasaran Strategis 1. Terwujudnya peningkatan sosial keagamaan 2. Terwujudnya peningkatan pengamalan nilai-nilai religius dalam masyarakat 3. Meningkatnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Dasar Hukum III. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Gambaran Umum Demografis 3. Kondisi Ekonomi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi merupakan usaha-usaha untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Adapun strategi pencapaian tujuan dan sasaran Pemerintah Kabupaten Lamongan diwujudkan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA KERJA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA KERJA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA KERJA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana program dan kegiatan prioritas merupakan uraian rinci yang menjelaskan nama program, nama kegiatan, indikator keluaran (output) kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 (PERUBAHAN) No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 (PERUBAHAN) No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 (PERUBAHAN) VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015 MISI 1 : TUJUAN

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN MALANG KABUPATEN : MALANG TAHUN : 2015 MISI 1 : Mewujudkan Pemahaman & Pengamalan Nilai-nilai Agama, Adat-istiadat dan Budaya Tujuan : Terwujudnya Masyarakat yang

Lebih terperinci