PRODUKTIVITAS ITIK ALABIO DAN MOJOSARI SELAMA 40 MINGGU DARI UMUR MINGGU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKTIVITAS ITIK ALABIO DAN MOJOSARI SELAMA 40 MINGGU DARI UMUR MINGGU"

Transkripsi

1 PRODUKTIVITAS ITIK ALABIO DAN MOJOSARI SELAMA 40 MINGGU DARI UMUR MINGGU (Productivity of Alabio and Mojosari Ducks for 40 Weeks from weeks of Age) MAIJON PURBA 1, L.H. PRASETYO 1, PENI S. HARDJOSWORO 2 dan RITA D. EKASTUTI 3 1 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 3 Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRACT A study was conducted in Balitnak Ciawi to study the dynamics of egg production of Alabio and Mojosari for 40 weeks. Each breed consists of 40 female ducks, chosen by randomization and placed on individual cages. The average age of the ducks was 20 to 22 weeks respectively for Alabio and Mojosari. Commercial feed was given based on the standard of Balai Penelitian Ternak with protein dan EM composition of 18% and 2700 kcal/kg. Feed was given 140 g/head/day, and water were given ad libitum. The traits observed were: age of the first laying, body weight at first laying, weight of first egg and egg production (duck day production). The results showed that the average age of first laying of Alabio and Mojosari ducks were 142,12 and 151,85 days respectively. The average body weight at first laying and weight of first egg for both ducks were not different (P>0.05). The average body weight at first laying of Alabio and Mojosari were 1621,75 and 1610,75 g/head, and the average weight of first egg were 50,54 and 52,45 g respectively. During 40 weeks, the average egg production of Alabio and Mojosari ducks were not different (P>0.05) except egg production on week-2, 10, 19 and 20 which were different (P<0.05), the average egg production of Alabio was higher than Mojosari ducks. The range of egg production of Alabio and Mojosari ducks before molting were 2,98 6,00 and 2,95 5,53 eggs/head/weeks for 22 weeks. During molting for 11 weeks, the egg production of Alabio was lower (1,57-2,75 eggs/head/week) than Mojosari ducks (2,13-3,40 eggs/head/week). Egg production of Alabio and Mojosari ducks after molting for 7 weeks were 3,33-4,90 and 3,68-4,54 eggs/head/week respectively. Key words: Egg production, molting, Alabio and Mojosari ducks ABSTRAK Suatu penelitian telah dilakukan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) untuk mengetahui dinamika produksi telur selama 40 minggu pada itik Alabio dan Mojosari. Sebanyak 40 ekor itik Alabio dan 40 ekor Mojosari dipilih secara acak lalu dipelihara dalam kandang individu. Rata-rata umur kedua jenis itik adalah sekitar minggu. Pakan yang diberikan selama penelitian adalah pakan komersial yang disusun berdasarkan standar Balai Penelitian Ternak dengan kandungan Protein 18% dan EM 2700 kkal/kg. Pakan diberikan sekali dalam sehari dengan rata-rata 140 g/ekor/hari, air minum diberikan ad libitum. Parameter yang diukur adalah umur pertama bertelur, bobot badan pertama bertelur, bobot telur pertama dan produksi telur (duck day production). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur pertama bertelur itik Alabio dan Mojosari masing-masing dicapai selama 142,12 dan 151,85 hari. Berdasarkan hasil analisis statistik umur pertama bertelur kedua jenis itik berbeda nyata (P<0,05), rataan umur pertama bertelur itik Alabio lebih awal dibandingkan dengan Mojosari. Rataan bobot badan pertama bertelur dan bobot telur pertama kedua jenis itik tidak berbeda nyata (P>0,05). Rataan bobot badan pertama bertelur itik Alabio dan Mojosari masing-masing 1621,75 dan 1610,75 g/ekor, sedangkan bobot telur pertama kedua jenis itik masing-masing 50,54 dan 52,45 g/ekor. Selama masa produksi 40 minggu, rataan produksi telur yang dicapai itik Alabio dan Mojosari berdasarkan analisis statistik tidak berbeda nyata (P>0.05) kecuali pada minggu ke-2, 10, 19 dan 20 berbeda nyata (P<0,05). Rataan produksi telur itik Alabio pada minggu-minggu tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan itik Mojosari. Kisaran produksi telur itik Alabio dan Mojosari sebelum rontok bulu adalah 2,98-6,00 dan 2,95-5,53 butir/ekor/minggu selama 22 minggu. Kisaran produksi telur saat rontok bulu selama 11 minggu pada itik Alabio dan Mojosari adalah (1,57 2,75 dan 2,13 3,40 butir/ekor/minggu), 639

2 sedangkan setelah rontok bulu selama produksi 7 minggu adalah antara (3,33 4,90 dan 3,68 4,54 butir/ekor/minggu). Kisaran produksi telur itik Alabio selama masa rontok bulu lebih rendah dibandingkan dengan itik Mojosari. Kata kunci: Produksi telur, rontok bulu, Alabio dan Mojosari PENDAHULUAN Kebutuhan masyarakat terhadap telur sebagai salah satu bahan konsumsi sehari-hari cenderung semakin meningkat. DITJEN BINA PRODUKSI PETERNAKAN (2001) melaporkan bahwa jumlah konsumsi masyarakat terhadap telur di Indonesia mengalami peningkatan, tahun 1999 sebesar 2,82 kg/kapita/tahun, sedangkan pada tahun 2000 meningkat menjadi 3,48 kg/kapita/tahun (naik sebesar 23,40%). Peningkatan tersebut dimungkinkan karena telur adalah merupakan sumber makanan yang mengandung gizi tinggi dan harganya relatif terjangkau dari berbagai lapisan masyarakat. Diantara berbagai jenis itik yang ada di Indonesia, itik Alabio dan Mojosari merupakan dua jenis itik lokal yang potensial untuk dipelihara maupun dikembangkan sebagai penghasil telur guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Walaupun itik Alabio berasal dari daerah Amuntai, Kalimantan Selatan dan itik Mojosari berasal dari daerah Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, akan tetapi, kedua jenis itik tersebut memiliki daya adaptasi yang baik bahkan dapat hidup dan berkembang biak di luar daerah asalnya. Itik lokal yang ada di Indonesia menurut HARDJOSWORO (1995), adalah jenis itik yang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan karena itik lokal tersebut sudah mengalami seleksi secara alami. Keberhasilan itik lokal sebagai ternak pendatang yang mampu beradaptasi dengan baik dengan lingkungan di Indonesia, membuat ternak tersebut dapat hidup dan berkembang biak dimana saja (HARDJOSWORO et al., 2002). ROSE (1997) menyatakan bahwa kelebihan ternak itik bila dibandingkan dengan hewan unggas lainnya adalah memiliki daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan, tahan terhadap penyakit dan dapat hidup, berkembang biak meskipun dalam kondisi ketersediaan pakan yang terbatas. Rontok bulu adalah salah satu keadaan biologis yang selalu dapat terjadi pada setiap spesies unggas. Pengaruh rontok bulu terhadap hewan unggas misalnya itik sangat berhubungan terhadap jumlah produksi telur yang dihasilkan. Rontok bulu pada hewan unggas menurut PALMER (1972) maupun PAYNE (1972) adalah suatu kejadian alami pada hewan unggas, bahkan menurut PALMER (1972) rontok bulu pada hewan unggas adalah sangat penting, karena melalui rontok bulu terjadi regenerasi pergantian bulu lama dengan tumbuhnya bulu-bulu baru. ETCHES (1996) maupun BEYER (1998) juga menyatakan bahwa rontok bulu pada hewan unggas, selain regenerasi pergantian bulu maupun jaringan reproduksi (ovarium dan oviduk) juga merupakan periode istirahat bertelur. Selama periode rontok bulu pada itik produksi telur menjadi menurun bahkan berhenti bertelur. Rontok bulu pada itik petelur yang berkualitas baik umumnya terjadi setelah menjalani periode bertelur selama 1 tahun dan dalam jangka waktu rontok bulu yang singkat. Menurut NORTH dan BELL (1990), ternak unggas petelur yang baik memiliki masa produksi yang lama dan masa rontok bulu yang singkat. Sebaliknya, apabila itik petelur yang dipelihara berkualitas rendah, kejadian rontok bulu lebih awal dan dalam jangka waktu yang lama. Ketersediaan bibit itik lokal yang bermutu baik hingga saat ini masih sulit didapatkan sehingga upaya-upaya pembentukan sentra pembibitan itik yang digunakan sebagai usaha budidaya itik baik secara tradisional dan komersial sangat dibutuhkan. Keragaman dalam produktivitas itik lokal hingga saat ini juga masih sangat tinggi, karena itik yang memiliki kemampuan berproduksi tinggi dengan yang rendah di tangan peternak mendapat kesempatan yang sama (HARDJOSWORO, et al. 2002). Pendekatan secara genetis melalui seleksi induk terhadap aspek prouktivitas pada ternak itik merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk memperbaiki mutu genetik itik petelur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan produktivitas 640

3 itik Alabio dan Mojosari selama 40 minggu dari umur minggu. MATERI DAN METODE Kegiatan penelitian ini berlangsung selama 10 bulan dari bulan Nopember 2002-Agustus 2003, Balai Penelitian Ternak. Materi yang digunakan adalah dua jenis itik betina lokal yakni itik Alabio dan Mojosari hasil penetasan Balai Penelitian Ternak. Masing-masing jenis terdiri atas 40 ekor berumur antara minggu. Kedua jenis itik dipelihara di dalam kandang individu (battery) berbentuk single deck terbuat dari bahan kawat dengan ukuran: panjang 40 cm, lebar 35 cm, tinggi depan 55 cm dan tinggi belakang 50 cm. Peralatan kandang yang digunakan adalah tempat pakan, tempat minum, lampu penerangan. Untuk membantu mempermudah pengamatan, seluruh itik yang diamati diberi nomor sayap (wing band). Pakan diberikan sekali dalam sehari (pagi) setelah kandang dibersihkan dari kotoran, dan air minum diberikan ad libitum. Ransum yang diberikan adalah ransum itik petelur sesuai standar Balai Penelitian Ternak dengan kadar protein 18% dan EM 2700 Kkal/kg. Komposisi ransum itik petelur untuk 100 kg bahan pakan (Tabel 1). Jumlah ransum yang diberikan kepada kedua jenis itik selama penelitian berlangsung sebanyak 140 g/ekor/hari. Tabel 1. Bahan komposisi ransum ternak itik untuk 100 kg bahan pakan Bahan pakan Jumlah (kg) Dikalsium fosfat 1,00 Tepung ikan 8,50 Kalsium karbonat 6,00 Jagung giling 30,20 Garam halus 0,20 Minyak sayur 4,00 Premix-A 0,60 Polar 17,00 Bungkil kedelai 14,45 Dedak 18,00 Metionin 0,05 Jumlah 100,00 Kandungan protein: 18% Energi Metabolis (EM): 2700 Kkal/kg Sumber: BALAI PENELITIAN TERNAK, Bogor Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap satu arah dengan membandingkan kedua jenis itik. Peubah yang diamati selama penelitian berlangsung adalah produksi telur (duck day production). Produksi telur dihitung berdasarkan jumlah rata-rata telur dalam mingguan. Untuk mendukung peubah produksi telur juga dilakukan perhitungan terhadap umur pertama bertelur, bobot badan pertama bertelur, dan bobot telur pertama. Umur pertama bertelur dihitung dari tanggal menetas sampai tanggal pertama kali bertelur. Bobot badan pertama bertelur diperoleh melalui penimbangan pada saat itik tersebut mulai pertama bertelur. Bobot telur pertama diperoleh dengan cara menimbang masing-masing telur yang dihasilkan saat pertama kali kedua jenis itik bertelur. Produksi telur, umur pertama bertelur, bobot badan pertama bertelur dan bobot telur pertama dianalisis dengan prosedur Analysis of Variance (ANOVA) satu arah dan bila terdapat perbedaan antar jenis dilanjutkan dengan uji Duncan dengan bantuan program Statistical Analysis System (SAS, 1997). HASIL DAN PEMBAHASAN Umur pertama bertelur, bobot badan pertama bertelur dan bobot telur pertama Umur pertama bertelur atau umur masak kelamin, bobot badan pertama bertelur dan bobot telur pertama itik Alabio dan Mojosari (Tabel 2). Rataan umur pertama bertelur itik Alabio 144,13 ± 7,51 hari sedangkan itik Mojosari 151,85 ± 13,60 hari. Berdasarkan hasil analisis statistik, rata-rata umur pertama bertelur itik Alabio dan Mojosari berbeda nyata (P<0.05). Rataan umur pertama bertelur itik Alabio lebih awal dibandingkan dengan itik Mojosari. Rataan umur pertama bertelur hasil pengamatan lebih awal bila dibandingkan dengan hasil penelitian PRASETYO dan SUSANTI (2000) yang melaporkan bahwa rataan umur pertama bertelur itik Alabio dan Mojosari masing-masing 24,27 minggu (169,84 hari) dan 24,53 minggu (171,71 hari). 641

4 Tabel 2. Rata-rata umur pertama bertelur, bobot badan pertama bertelur dan bobot telur pertama itik Alabio dan Mojosari Parameter Umur pertama bertelur (hari) Bobot badan pertama bertelur (g) Bobot telur pertama (g) Jenis Alabio ± Std 144,13 ± 7,51 a 1621,75 ± 91,23 a 50,53 ± 5,43 a Mojosari ± Std 151,85 ± 13,60 b 1610,75 ± 119,92 a 52,44 ± 8,82 a Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Superskrip sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata (P>0,05) Std = Standard deviasi Bobot badan pertama bertelur itik Alabio dan Mojosari masing-masing 1621,75 dan 1610,75 g/ekor. Berdasarkan hasil analisis statistik, bobot badan pertama bertelur kedua jenis itik tidak berbeda nyata (P>0,05). Rataan bobot badan pertama bertelur itik Mojosari hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian PRASETYO dan SUSANTI (2000) yaitu sebesar 1616 g/ekor, akan tetapi rataan bobot badan pertama bertelur itik Alabio yang dilaporkan PRASETYO dan SUSANTI (2000) lebih tinggi yaitu sebesar 1906 g/ekor bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan. Rataan bobot telur pertama kedua jenis itik secara statistik juga tidak berbeda nyata (P>0,05). Rata-rata bobot telur pertama itik Alabio dan Mojosari masing-masing 50,53 dan 52,44 g/ekor. PURBA et al. (2002) juga melaporkan bahwa rataan bobot telur pertama itik Alabio dan Mojosari yang dipelihara dengan sistem kandang battery dan litter masing-masing 57,62 dan 59,42 g/ekor, dan secara statistik juga tidak berbeda nyata (P>0,05). PRASETYO dan SUSANTI (2000) melaporkan bahwa rataan bobot telur pertama itik Alabio dan Mojosari berbeda nyata (P<0,05). Dilaporkan bahwa rataan bobot telur pertama kedua jenis itik yang diamati masing-masing 56,39 dan 53,69 g/ekor. Bobot telur tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini. Perbedaan tersebut diduga adalah pengaruh kandungan protein dan EM yang berbeda. Kandungan protein yang diberikan dalam penelitian PRASETYO dan SUSANTI (2000) adalah 20% dan EM 3000 kkal/kg, sedangkan dalam penelitian ini kandungan protein sebesar 18% dan EM 2700 kkal/kg. Produksi telur Rata-rata produksi telur itik Alabio dan Mojosari selama 40 minggu disajikan dalam Gambar 1. Rataan produksi telur itik Alabio dan Mojosari masing-masing sebesar 4 butir/ekor/minggu (56,78%) dan 3,77 butir/ekor/minggu (53,41%). Rataan produksi telur kedua jenis itik selama pengamatan berlangsung tidak jauh berbeda, bahkan secara statistik tidak berbeda nyata (P>0.05) kecuali produksi telur pada minggu ke-2, 10, 19 dan 20 berbeda nyata (P<0.05). Rataan produksi telur itik Alabio pada minggu-minggu tersebut adalah 6,00 ± 1,36; 5,10 ± 2,66; 4,67 ± 2,70 dan 2,45 ± 2,95 butir/ekor, sedangkan itik Mojosari 5,03 ± 2,32 butir/ekor; 3,16 ± 2,90 butir/ekor; 3,21 ± 2,94 dan 3,30 ± 3,00 butir ekor. Rataan produksi telur itik Alabio pada minggu-minggu tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan itik Mojosari. Perbedaan tersebut diduga adalah sebagai faktor genetik dan lingkungan. Rataan produksi telur itik Alabio yang diamati lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian ROHAENI dan SETIOKO (2002) maupun SETIOKO dan ROHAENI (2002). ROHAENI dan SETIOKO (2002) melaporkan bahwa rataan produksi telur itik Alabio selama 10 bulan produksi yang dibagi dalam 3 kelompok (kelompok A, B dan C) masingmasing sebesar 58,92; 61,96 dan 64,63%. Selanjutnya, hasil penelitian SETIOKO dan ROHAENI (2002) melaporkan rataan produksi 642

5 Produksi Telur (butir) Minggu Alabio Mojosari Gambar 1. Dinamika produksi telur itik Alabio dan Mojosari selama 40 minggu telur itik Alabio selama 12 bulan produksi yang juga dibagi dalam 3 kelompok (kelompok A, B dan C) dengan jumlah kandungan protein dan energi dari ketiga kelompok tersebut 18,89% dan 2250 kkal/kg; 18,93% dan 2250 kkal/kg; 19,17% dan 2250 kkal/kg, masingmasing sebesar 66,86%; 60,07% dan 48,09%. Perbedaan rataan produksi telur tersebut diduga adalah pengaruh lokasi dan sistem kandang yang berbeda maupun bahan pakan serta kandungan protein dan energi yang diberikan juga berbeda. Rataan produksi telur itik Mojosari selama produksi 12 minggu pengamatan adalah sebesar 4,58 butir/ekor (65,39%) lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian ANDAYANI et al. (2001) yang melaporkan bahwa rataan produksi telur itik Mojosari selama 12 minggu sebesar 62,44%. Puncak produksi itik Alabio dicapai pada minggu ke-2 yaitu rata-rata 6 butir/ekor sedangkan itik Mojosari dicapai pada minggu ke-1 rata-rata 5,53 butir/ekor. Kisaran produksi telur itik Alabio dan Mojosari sebelum periode rontok bulu selama periode 22 minggu yaitu dari produksi telur minggu ke-1 hingga minggu ke-22 masing-masing adalah (2,98 6,00 butir/ekor) dan (2,95 5,53) butir/ekor. Walaupun rataan produksi telur kedua jenis itik yang diamati selama periode sebelum rontok bulu tidak berbeda nyata (P>0,05), namun bila dilihat pada Gambar 1 tampak bahwa jumlah produksi telur itik Alabio sebelum rontok bulu lebih baik dibandingkan dengan itik Mojosari. Penurunan produksi telur dari kedua jenis itik yang diamati terjadi pada produksi telur minggu ke Kisaran produksi telur itik Alabio selama masa rontok bulu adalah 1,58 ± 2,81 sampai dengan 2,45 ± 2,95 butir/ekor, sedangkan itik Mojosari antara 2,08 ± 2,82 sampai dengan 3,38 butir/ekor. Kisaran produksi telur itik Mojosari selama masa rontok bulu tampak lebih tinggi dibandingkan dengan itik Alabio. Kisaran produksi telur itik Alabio dan Mojosari periode setelah rontok bulu masingmasing sebesar 3,33 4,90 butir/ekor dan 3,30 4,54 butir/ekor. Rataan produksi telur periode setelah rontok bulu pada itik Alabio tampak kembali mendekati normal yaitu pada produksi minggu ke-36 sebesar 4,80 ± 2,96 butir/ekor, sedangkan itik Mojosari dicapai pada produksi minggu ke-34 sebesar 4,54 ± 2,18 butir/ekor dan merupakan puncak produksi telur pada itik Mojosari periode setelah rontok bulu. Puncak produksi telur setelah periode rontok bulu pada itik Alabio yaitu pada minggu ke-40 sebesar 4,90 ± 1,74 butir/ekor. Puncak produksi telur yang dicapai kedua jenis itik setelah periode rontok bulu tampaknya tidak dapat menyamai puncak produksi yang dicapai sebelum periode rontok bulu. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kedua jenis itik untuk menghasilkan produksi telur sebelum masa rontok bulu lebih tinggi dibandingkan dengan 643

6 produksi telur sesudah rontok bulu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat DAMME dan PIRCHNER (1984) mengemukakan bahwa puncak maupun persentase produksi telur ayam yang mengalami rontok bulu tidak dapat menyamai produksi telur sebelum periode rontok bulu. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Umur masak kelamin (pertama bertelur) itik Alabio lebih awal bila dibandingkan dengan itik Mojosari, akan tetapi bobot badan pertama bertelur maupun bobot telur pertama kedua jenis itik hampir sama. 2. Produksi telur itik Alabio dan Mojosari selama 40 minggu hampir sama yaitu masing-masing sejumlah 4 butir/ekor/ minggu dan 3,77 butir/ekor minggu. 3. Produksi telur dari kedua jenis itik mengalami penurunan selama periode rontok bulu. Kisaran produksi telur itik Alabio selama periode rontok bulu lebih rendah bila dibandingkan dengan itik Mojosari. DAFTAR PUSTAKA ANDAYANI, D., M. YANIS dan B. BAKRIE Perbandingan produktivitas itik Mojosari dan itik lokal pada pemeliharaan secara intensif di DKI Jakarta. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm BEYER, R.S Molting and other causes of feather loss in small poultry flocks. Kansas State University Agricultural Experiment Station and Cooperative Extension Service. DAMME, K. and F. PIRCHNER Genetic differences of feather-loss in layers and effects on production traits. Archiv. Fur. Geflugelk. 48(6): DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN Buku Statistik Peternakan. hlm & 127. ETCHES, R.J Reproduction In Poultry. Departement of Animal Science and Poultry Science University of Guelph. Guelph Ontario Canada N1G 2W1. Cab International. hlm HARDJOSWORO, P.S Peluang pemanfaatan potensi genetik dan prospek pengembangan unggas lokal. Pros. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. hlm HARDJOSWORO, P.S., A.R. SETIOKO, P.P. KETAREN, L.H. PRASETYO, A.P. SINURAT dan RUKMIASIH Perkembangan teknologi peternakan unggas air di Indonesia. Pros. Lokakarya Unggas Air. Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Usaha Baru. Fakultas Peternakan IPB Bogor-Balai Penelitian Ternak. hlm NORTH, M.O. and DONALD. D. BELL., Commercial Chicken Production Manual. Forth Edition. An Avi Book Published by Van Nostrand Reinhold, New York. PALMER, R. S Patterns of molting. Avian Biology. Vol. II. Edit. DONALD, S. FARNER, JAMES R. KING and KENNETH C. PARKES. (Eds.). Academic Press New York San Francisco London. hlm PAYNE, R.B Mechanisms and control of molt. Avian Biology. Vol. II. DONALD, S. FARNER, JAMES R. KING and KENNETH C. PARKES. (Eds.). Academic Press New York San Francisco London. hlm.: PRASETYO, L.H., Y.C. RAHARDJO, T. SUSANTI dan W.K. SEJATI Persilangan timbal balik antara itik Mojosari dan Tegal: II. Produksi dan kualitas telur. Kumpulan hasil-hasil penelitian peternakan APBN T.A. 1996/1997. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. hlm PRASETYO, L.H. dan T. SUSANTI Persilangan timbal balik antara itik Alabio dan Mojosari: Periode awal bertelur. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 5(4): PURBA, M., L.H. PRASETYO dan BRAM BRAHMANTYO Produktivitas dua bangsa itik lokal: Alabio dan Mojosari pada system kandang battery dan litter. Pros. Lokakarya Unggas Air. Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Usaha Baru. Fakultas Peternakan IPB Bogor-Balai Penelitian Ternak. hlm ROHAENI. E. S. dan A. R. SETIOKO Keragaan produksi telur pada sentra pengembangan agribisnis komoditas unggulan (SPAKU) itik 644

7 Alabio di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Pros. Lokakarya Unggas Air. Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Usaha Baru. Fakultas Peternakan IPB Bogor-Balai Penelitian Ternak. hlm ROSE, S.P Principles of Poultry Science. Cab International. SAS SAS/STAT Guide for Personal Computers. Ver:6.12 Edit. SAS Institute Inc. Cary, NC. SETIOKO. A.R. dan E.S. ROHAENI Pemberian bahan pakan lokal terhadap produktivitas itik Alabio. Pros. Lokakarya Unggas Air. Pengembangan Agribisnis Unggas Air sebagai Peluang Usaha Baru. Fakultas Peternakan IPB Bogor-Balai Penelitian Ternak. hlm DISKUSI Pertanyaan: Mengapa produksi minggu ke 2, 10, 19, 20 berbeda? Jawaban: Dari 40 minggu yang diamati pada minggu tersebut secara statistik berbeda nyata, akan dikonsultasikan kembali dengan DR. HARDI. Produksi telur di daerah Banjarwangi lebih rendah karena pakannya beli (SDA nya kurang baik untuk dijadikan pakan). Produksi telur itik Alabio dan Mojosari selama 40 minggu tidak berbeda nyata (p<0,05) kecuali pada minggu ke-2, minggu ke 10, minggu ke-14 dan minggu ke-20. Produksi itik Alabio pada minggu-minggu tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan itik Mojosari, hal tersebut diduga pengaruh faktor lingkungan. 645

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN PRODUKTIVITAS DUA BANGSA ITIK LOKAL: ALABIO DAN MOJOSARI PADA SISTEM KANDANG BATTERY DAN LITTER (PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) Maijon

Lebih terperinci

KUALITAS TELUR ITIK ALABIO DAN MOJOSARI PADA GENERASI PERTAMA POPULASI SELEKSI

KUALITAS TELUR ITIK ALABIO DAN MOJOSARI PADA GENERASI PERTAMA POPULASI SELEKSI KUALITAS TELUR ITIK ALABIO DAN MOJOSARI PADA GENERASI PERTAMA POPULASI SELEKSI (The Eggs Quality of Alabio and Mojosari Ducks on First Generation on Population Selected) MAIJON PURBA, L.H. PRASETYO dan

Lebih terperinci

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting Egg Production Performance of talang Benih Ducks on Second Production Period After Force Moulting. Kususiyah,

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO (Breeding Program of Ma Ducks in Bptu Pelaihari: Selection of Alabio Parent Stocks) A.R. SETIOKO

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama KETAREN dan PRASETYO: Pengaruh pemberian pakan terbatas terhadap produktivitas itik silang Mojosari X Alabio (MA) Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004 PENGARUH PROTEIN RANSUM PADA FASE PRODUKSI TELUR II (UMUR 52 64 MINGGU) TERHADAP KUALITAS TELUR TETAS DAN PERTUMBUHAN ANAK ITIK TEGAL SAMPAI UMUR SATU MINGGU (Effects of Protein Ratio a Phase II of Eggs

Lebih terperinci

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif Performance of Male and Female Talang Benih Duck Growth Reared Intensively Kususiyah dan Desia Kaharuddin Jurusan

Lebih terperinci

Pola Rontok Bulu Itik Betina Alabio dan Mojosari serta Hubungannya dengan Kadar Lemak Darah (Trigliserida), Produksi dan Kualitas Telur

Pola Rontok Bulu Itik Betina Alabio dan Mojosari serta Hubungannya dengan Kadar Lemak Darah (Trigliserida), Produksi dan Kualitas Telur PURBA et al.: Pola rontok bulu itik betina Alabio dan Mojosari serta hubungannya dengan kadar lemak darah (trigliserida) Pola Rontok Bulu Itik Betina Alabio dan Mojosari serta Hubungannya dengan Kadar

Lebih terperinci

INTERAKSI ANTARA BANGSA ITIK DAN KUALITAS RANSUM PADA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR ITIK LOKAL

INTERAKSI ANTARA BANGSA ITIK DAN KUALITAS RANSUM PADA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR ITIK LOKAL Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 25 INTERAKSI ANTARA BANGSA ITIK DAN KUALITAS RANSUM PADA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR ITIK LOKAL (Interaction between genotypes and quality of diets on

Lebih terperinci

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN (PHISICAL CHARACTERISTICS OF MANDALUNG HATCHING EGGS AND THE MALE AND FEMALE RATIO OF THEIR DUCKLING) Yarwin

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING (The Growth of Starter and Grower of Alabio and Peking Reciprocal Crossbreed Ducks) TRIANA SUSANTI 1, S. SOPIYANA 1, L.H.

Lebih terperinci

Pengaruh Genotipa dan Kadar Aflatoksin dalam Ransum pada Karakteristik Awal Bertelur Itik Lokal

Pengaruh Genotipa dan Kadar Aflatoksin dalam Ransum pada Karakteristik Awal Bertelur Itik Lokal Pengaruh Genotipa dan Kadar Aflatoksin dalam pada Karakteristik Awal Bertelur Itik Lokal L. HARDI PRASETYO dan T. SUSANTI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 (Diterima dwan redaksi 23 Juli

Lebih terperinci

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 29-34 ISSN 2303 1093 Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging Rukmiasih 1, P.R.

Lebih terperinci

PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN

PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN (Egg Production of MA Duck and on BPTU Pelaihari South Kalimantan) T. SUSANTI 1, A.R. SETIOKO 1, L.H. PRASETYO 1 dan SUPRIYADI 2 1 Balai Penelitian

Lebih terperinci

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL Seminar Nasional Peternakan dan Peteriner 1999 TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL ME. TOGATOROP, Y.C. RAHARDJO, dan BROTO WIBOWO Balai Penelitian Terrtak, P.O. Box 221,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH (Feasibility Analysis of Alabio Duck Farm with Lanting System at Hulu Sungai Tengah) ENI SITI ROHAENI Balai Pengkajian

Lebih terperinci

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA (VILLAGE BREEDING PROGRAM FOR TEGAL DUCKS IN IMPROVING EGG PRODUCTION FIRST AND SECOND

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO (Genetic Parameter Estimates of Egg Production Characteristics in Alabio Ducks) T. SUSANTI dan L.H. PRASETYO 1 Balai Penelitian Ternak,

Lebih terperinci

PENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) ABSTRACT ABSTAAK

PENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) ABSTRACT ABSTAAK PENGARUH BANGSA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI TERHADAP PERFORMAN REPRODUKSI (REPRODUCTIVE PERFORMANCE OF ALABIO AND MOJOSARI DUCKS) Bram Brahmantiyo dan L. Hardi Prasetyo Balai Penelitian Ternak, Ciawi, PO.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ITIK BALI SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH TERNAK (GROWTH CHARACTERISTICS OF BALI DUCK AS A SOURCE OF GERMPLASM) ABSTRACT

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ITIK BALI SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH TERNAK (GROWTH CHARACTERISTICS OF BALI DUCK AS A SOURCE OF GERMPLASM) ABSTRACT KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ITIK BALI SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH TERNAK (GROWTH CHARACTERISTICS OF BALI DUCK AS A SOURCE OF GERMPLASM) Triana Susanti, L.Hardi Prasetyo dan Brant Brahmantiyo Balai Penelitian

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian Penelitian menggunakan 30 ekor Itik Rambon dengan jumlah ternak yang hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor

Lebih terperinci

KERAGAAN PRODUKSI TELUR PADA SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) ITIK ALABIO DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, KALIMANTAN SELATAN

KERAGAAN PRODUKSI TELUR PADA SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) ITIK ALABIO DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, KALIMANTAN SELATAN KERAGAAN PRODUKSI TELUR PADA SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN (SPAKU) ITIK ALABIO DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, KALIMANTAN SELATAN (PRODUCTIYIY OF ALABIO DUCKS AT AGRIBUSINESS DEVELOPMENT

Lebih terperinci

PERFORMA PRODUKSI ITIK BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

PERFORMA PRODUKSI ITIK BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN PERFORMA PRODUKSI ITIK BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN (Performance of Duck Based on Small, Big and Mix Groups of Birth Weight) KOMARUDIN 1, RUKIMASIH 2 dan P.S. HARDJOSWORO

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Heterosis Persilangan Itik Tegal dan Mojosari pada Kondisi Sub-Optimal

Heterosis Persilangan Itik Tegal dan Mojosari pada Kondisi Sub-Optimal Heterosis Persilangan Itik Tegal dan Mojosari pada Kondisi Sub-Optimal L. HARDI PRASETYO Balai Penelitian Ternak, PO. Box 221, Bogor 16002 (Diterima dewan redaksi 18 Desember 2006) ABSTRACT PRASETYO, L.H.

Lebih terperinci

PELUANG DAN POTENSI USAHA TERNAK ITIK DI LAHAN LEBAK ABSTRAK

PELUANG DAN POTENSI USAHA TERNAK ITIK DI LAHAN LEBAK ABSTRAK PELUANG DAN POTENSI USAHA TERNAK ITIK DI LAHAN LEBAK Eni Siti Rohaeni 1 dan Yanti Rina 2 1. BPTP Kalimantan Selatan 2. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Ternak itik merupakan salah

Lebih terperinci

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN PERGANTIAN BULU PADA ITIK BETINA LOKAL PERIODE INDUKAN SKRIPSI NOVI GIANTI LOKOLLO

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN PERGANTIAN BULU PADA ITIK BETINA LOKAL PERIODE INDUKAN SKRIPSI NOVI GIANTI LOKOLLO PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN PERGANTIAN BULU PADA ITIK BETINA LOKAL PERIODE INDUKAN SKRIPSI NOVI GIANTI LOKOLLO DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase PERFORMA PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica) PETELUR BETINA SILANGAN WARNA BULU COKLAT DAN HITAM DI PUSAT PEMBIBITAN PUYUH UNIVERSITAS PADJADJARAN GROWTH PERFORMANCE (Coturnix coturnix japonica)

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas Terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari x Alabio (MA): 2. Masa Bertelur Fase Kedua Umur Minggu

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas Terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari x Alabio (MA): 2. Masa Bertelur Fase Kedua Umur Minggu KETAREN dan PRASETYO: Pengaruh pemberian pakan terbatas terhadap produktivitas itik silang Mojosari x Alabio Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas Terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari x Alabio (MA):

Lebih terperinci

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur. 23 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan terhadap sifat rontok bulu dan produksi telur dilakukan sejak itik memasuki periode bertelur, yaitu pada bulan Januari 2011 sampai Januari 2012.

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik 21 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik Rambon Jantan dan 20 ekor Itik Cihateup Betina, 4 ekor

Lebih terperinci

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias Studi Penggunaan Talas (Colocasia esculenta) dalam Ransum terhadap Produksi Telur Itik Talang Benih The Use of Taro (Colocasia esculenta) in Feed on Egg Production of Talang Benih Duck Kususiyah, Urip

Lebih terperinci

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO I G.M. BUDIARSANA Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221 Bogor 16002 ABSTRAK Analisis feasibilitas merupakan metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

PERSILANGAN TIMBAL BALIK ANTARA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI : PERIODE AWAL BERTELUR

PERSILANGAN TIMBAL BALIK ANTARA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI : PERIODE AWAL BERTELUR PERSILANGAN TIMBAL BALIK ANTARA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI : PERIODE AWAL BERTELUR L.H. PRASETYO dan T. SUSANTI Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002, Indonesia (Diterima dewan redaksi ABSTRACT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan itik Cihateup yang terjadi akibat perubahan bentuk dan komposisi tubuh dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA (Restricted Feeding and Its Implication on the Performance of Medium Type Layers at Second

Lebih terperinci

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD Pinky R. P 1), E. Sudjarwo 2), and Achmanu 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF HETI RESNAWATI dan IDA A.K. BINTANG Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor ABSTRAK Pengembangan ternak ayam lokal sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Morfologi, korelasi, performans reproduksi, itik Tegal, seleksi ABSTRACT

ABSTRAK. Kata kunci: Morfologi, korelasi, performans reproduksi, itik Tegal, seleksi ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PERFORMANS REPRODUKSI ITIK TEGAL SEBAGAI DASAR SELEKSI [Relationship Between Morphology Characteristics and Reproduction Performance of "Tegal" Duck as Based

Lebih terperinci

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Pengaruh Penggunaan Talas (Colocasia esculenta) Terhadap Kualitas Telur Itik Talang Benih The Effect of Taro (Colocasia esculenta) in Feed on Talang Benih Duck Egg Quality Kususiyah, Urip Santoso, dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Tampubolon, Bintang, P.P. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : ktgmusical@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO

PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO 1 PEMANFAATAN BEKICOT SAWAH (TUTUT) SEBAGAI SUPLEMENTASI PAKAN ITIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS ITIK PETELUR DI DESA SIMOREJO-BOJONEGORO Nonok Supartini dan Hariadi Darmawan Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (Ma): 1. Masa Bertelur Fase Pertama Umur Minggu

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (Ma): 1. Masa Bertelur Fase Pertama Umur Minggu Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (Ma): 1. Masa Bertelur Fase Pertama Umur 20-43 Minggu PIUS P. KETAREN dan L. H. PRASETYO Balai Penelitian Ternak,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TERBATAS TERHADAP PENAMPILAN ITIK SILANG MOJOSARI X ALABIO (MA) UMUR 8 MINGGU

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TERBATAS TERHADAP PENAMPILAN ITIK SILANG MOJOSARI X ALABIO (MA) UMUR 8 MINGGU PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TERBATAS TERHADAP PENAMPILAN ITIK SILANG MOJOSARI X ALABIO (MA) UMUR 8 MINGGU (THE EFFECT OF RESTRICTED FEEDING ON PERFORMANCE OF MOJOSARI X ALABIO (MA) CROSSBRED DUCK AT 8 WEEKS

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PEMELIHARAAN DAN MUTU PAKANUNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TELUR TERNAK ITIK LOKAL DI KABUPATEN MERAUKE, PAPUA

PERBAIKAN SISTEM PEMELIHARAAN DAN MUTU PAKANUNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TELUR TERNAK ITIK LOKAL DI KABUPATEN MERAUKE, PAPUA PERBAIKAN SISTEM PEMELIHARAAN DAN MUTU PAKANUNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TELUR TERNAK ITIK LOKAL DI KABUPATEN MERAUKE, PAPUA Usman, B. M. W. Tiro, dan Afrizal Malik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2 SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998 PEMBIBITAN ITIK ALABIO DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH (HST) KALIMANTAN SELATAN ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2 1 Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 75 85 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas

Lebih terperinci

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Abdul Azis, Anie Insulistyowati, Pudji Rahaju dan Afriani 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS ITIK MOJOSARI DAN ITIK LOKAL PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF DI DKI JAKARTA

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS ITIK MOJOSARI DAN ITIK LOKAL PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF DI DKI JAKARTA PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS ITIK MOJOSARI DAN ITIK LOKAL PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF DI DKI JAKARTA (Comparison on Productivity of Mojosari and Local Ducks Reared under An Intensive System in DKI

Lebih terperinci

KELENTURAN FENOTIPIK SIFAT-SIFAT REPRODUKSI ITIK MOJOSARI, TEGAL, DAN PERSILANGAN TEGAL-MOJOSARI SEBAGAI RESPON TERHADAP AFLATOKSIN DALAM RANSUM

KELENTURAN FENOTIPIK SIFAT-SIFAT REPRODUKSI ITIK MOJOSARI, TEGAL, DAN PERSILANGAN TEGAL-MOJOSARI SEBAGAI RESPON TERHADAP AFLATOKSIN DALAM RANSUM KELENTURAN FENOTIPIK SIFAT-SIFAT REPRODUKSI ITIK MOJOSARI, TEGAL, DAN PERSILANGAN TEGAL-MOJOSARI SEBAGAI RESPON TERHADAP AFLATOKSIN DALAM RANSUM M. DEWANTARI Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak,

Lebih terperinci

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD Danang A. Y 1), E. Sudjarwo 2), and Achmanu 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya

Lebih terperinci

SELEKSI AWAL BIBIT INDUK ITIK LOKAL

SELEKSI AWAL BIBIT INDUK ITIK LOKAL Laporan Bagian Proyek Rekayasa Teknologi PeternakanARMP-11 Th. 199912000 Kata kunci : Seleksi, produksi telur, itik lokal. SELEKSI AWAL BIBIT INDUK ITIK LOKAL L. HARDY PRASETYo dantriana SUSANTI Balai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI AGUS SUPARYANTO Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Itik Peking x Alabio

Lebih terperinci

Keterkaitan Kejadian dan Lamanya Rontok Bulu terhadap Produksi Telur Itik Hasil Persilangan Peking dengan Alabio

Keterkaitan Kejadian dan Lamanya Rontok Bulu terhadap Produksi Telur Itik Hasil Persilangan Peking dengan Alabio JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 112-119 Keterkaitan Kejadian dan Lamanya Rontok Bulu terhadap Produksi Telur Itik Hasil Persilangan Peking dengan Alabio TRIANA SUSANTI 1, R.R. NOOR 2, P.S. HARDJOSWORO 2 dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN IKAN PIRIK (LEIOGNATHIDAE) KERING DAN SEGAR TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

PENGARUH PENGGUNAAN IKAN PIRIK (LEIOGNATHIDAE) KERING DAN SEGAR TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL PADA PEMELIHARAAN INTENSIF PENGARUH PENGGUNAAN IKAN PIRIK (LEIOGNATHIDAE) KERING DAN SEGAR TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL PADA PEMELIHARAAN INTENSIF (The Effect of Dried and Fresh Pirik Fish (Leiognathidae) Feeding on Egg Production

Lebih terperinci

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vo.1, No.1, April 2005 Performans Ayam Broiler yang Diberi Berbagai Tingkat Protein Hewani Dalam Ransum (Performance of Broiler Applied by Various Levels of Animal Protein

Lebih terperinci

Bibit niaga (final stock) itik Alabio dara

Bibit niaga (final stock) itik Alabio dara Standar Nasional Indonesia Bibit niaga (final stock) itik Alabio dara ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1

Lebih terperinci

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda Standar Nasional Indonesia Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...i Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah

Lebih terperinci

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2)

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2) PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2) BENNY GUNAWAN dan TIKE SARTIKA Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002, Indonesia (Diterima dewan redaksi 21

Lebih terperinci

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000 OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR HETI RESNAWATI', A.G. NATAAMIJAYA', UKA KUSNADO, HELMY HAMID 2, SOFYAN iskandar

Lebih terperinci

Model Regresi Pertumbuhan Dua Generasi Populasi Terseleksi Itik Alabio

Model Regresi Pertumbuhan Dua Generasi Populasi Terseleksi Itik Alabio Model Regresi Pertumbuhan Dua Generasi Populasi Terseleksi Itik Alabio TRIANA SUSANTI dan L. HARDI PRASETYO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 E-mail: Triana_susie@yahoo.com (Diterima dewan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ITIK TEGAL DI DAERAH SENTRA PENGEMBANGAN PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

PRODUKTIVITAS ITIK TEGAL DI DAERAH SENTRA PENGEMBANGAN PADA PEMELIHARAAN INTENSIF PRODUKTIVITAS ITIK TEGAL DI DAERAH SENTRA PENGEMBANGAN PADA PEMELIHARAAN INTENSIF SUBIHARTA, D. M. YUWONO, A. HERMAWAN dan HARTONO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek Kotak

Lebih terperinci

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari dara

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari dara Standar Nasional Indonesia Bibit niaga (final stock) itik Mojosari dara ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi

Lebih terperinci

Performa Produksi Telur Turunan Pertama (F1) Persilangan Ayam Arab dan Ayam Kampung yang Diberi Ransum dengan Level Protein Berbeda

Performa Produksi Telur Turunan Pertama (F1) Persilangan Ayam Arab dan Ayam Kampung yang Diberi Ransum dengan Level Protein Berbeda 18 Performa Produksi Telur Turunan Pertama (F1) Persilangan Ayam Arab dan Ayam Kampung yang Diberi Ransum dengan Level Protein Berbeda Husmaini dan Sabrina Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang

Lebih terperinci

KERAGAAN PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL DITINGKAT PETERNAK DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM MENDUKUNG KECUKUPAN PANGAN HEWANI

KERAGAAN PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL DITINGKAT PETERNAK DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM MENDUKUNG KECUKUPAN PANGAN HEWANI KERAGAAN PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL DITINGKAT PETERNAK DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM MENDUKUNG KECUKUPAN PANGAN HEWANI Subiharta, Dian Mahrso Yuwono dan Agus Hermawan Balai engkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri SNI 7557:2009 Standar Nasional Indonesia Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional SNI 7557:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii

Lebih terperinci

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim POTENSI LIMBAH SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN ALTERNATIF PADA AYAM NUNUKAN PERIODE PRODUKSI IMAM SULISTIYONO dan NUR RIZQI BARIROH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur JI. Pangeran M.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di Kandang Digesti Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, dan di Laboratorium Teknologi dan Rekayasa Pangan,

Lebih terperinci

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda Standar Nasional Indonesia Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak yang Iebih besar. Selain itu jumlah bagian dagingnya lebih banyak d

Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak yang Iebih besar. Selain itu jumlah bagian dagingnya lebih banyak d Lokakatya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak PEMELIHARAAN TERPADU TIKTOK DENGAN PADI SAWAH DI WILAYAH DKI JAKARTA D. ANDAYANI, U. SENTE dan B. BAKRIE Balai Pengkajian

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi

Lebih terperinci

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

Sudjatinah, H.T. Astuti dan S. S. Maryuni Fakultas Peternakan Universitas Semarang, Semarang ABSTRAK

Sudjatinah, H.T. Astuti dan S. S. Maryuni Fakultas Peternakan Universitas Semarang, Semarang ABSTRAK RESPON PRODUKSI TELUR AKIBAT PENERAPAN PROGAM RONTOK BULU PAKSA PADA AYAM PETELUR AFKIR (Egg Production Response to the Application of the Force Molting Progam in Layer during Post Production Phase) Sudjatinah,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi Pakan Konsumsi pakan puyuh adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh puyuh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat energi dan palabilitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelompok Ternak Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 2000 PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM

Lebih terperinci

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri Standar Nasional Indonesia Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian Penggunaan Lumpur Sawit Fermentasi dengan Neurospora sp dan Suplementasi Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus) terhadap Performa Ayam Ras Petelur di Desa Srikaton Utilization of Palm Oil Sludge Fermented

Lebih terperinci

Bibit niaga (final stock) itik Alabio meri umur sehari

Bibit niaga (final stock) itik Alabio meri umur sehari Standar Nasional Indonesia Bibit niaga (final stock) itik Alabio meri umur sehari ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05% 18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh yang berumur 5 minggu dengan bobot badan rata-rata 89.85 gram dan koefisien

Lebih terperinci

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) The Effect of Continued Substitution of Tofu on Basal Feed (BR-2) on The

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower. Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 77-81 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower Dede Risnajati Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung

Lebih terperinci

Performa, Persentase Karkas dan Nilai Heterosis Itik Alabio, Cihateup dan Hasil Persilangannya pada Umur Delapan Minggu

Performa, Persentase Karkas dan Nilai Heterosis Itik Alabio, Cihateup dan Hasil Persilangannya pada Umur Delapan Minggu JITV Vol. 16 No. 2 Th. 2011: 90-97 Performa, Persentase Karkas dan Nilai Heterosis Itik Alabio, Cihateup dan Hasil Persilangannya pada Umur Delapan Minggu P.R. MATITAPUTTY 1, R.R. NOOR 2, P.S. HARDJOSWORO

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): , November 2016

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(4): , November 2016 PENGARUH RANSUM DENGAN KADAR PROTEIN KASAR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ITIK BETINA MOJOSARI Rations Effect With Different Crude Protein Levels On The Growth Of Mojosari Duck Female Muhammad Riswandha

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica) Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 23 32 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian evaluasi pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan yang berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember

Lebih terperinci

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari meri umur sehari

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari meri umur sehari Standar Nasional Indonesia Bibit niaga (final stock) itik Mojosari meri umur sehari Penerima dari RSNI ini diminta untuk menginformasikan adanya hak paten dalam dokumen ini, bila diketahui, serta memberikan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN DEDAK DAN SAGU FERMENTASI TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

PENGARUH PENGGUNAAN DEDAK DAN SAGU FERMENTASI TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO PENGARUH PENGGUNAAN DEDAK DAN SAGU FERMENTASI TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO (The Effect of Fermented Bran and Sago Application in the Duck Feed Nation on the Egg Production of Alabio) ENI SITI ROHAENI

Lebih terperinci

RINGKASAN. sifat dengan itik Tegal, itik Mojosari, dan itik Alabio. Di daerah asalnya, itik

RINGKASAN. sifat dengan itik Tegal, itik Mojosari, dan itik Alabio. Di daerah asalnya, itik 40 RINGKASAN Salah satu jenis itik yang banyak dibudidayakan di daerah Jawa Barat yaitu itik Rambon. Itik jenis ini berasal dari wilayah Cirebon, memiliki kemiripan sifat dengan itik Tegal, itik Mojosari,

Lebih terperinci