PANDUAN PRAKTIS AGROFORESTRI TAHUN 2012 PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PRAKTIS AGROFORESTRI TAHUN 2012 PENGANTAR"

Transkripsi

1

2 PANDUAN PRAKTIS AGROFORESTRI PENGANTAR lih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah antara lain; (1) Penurunan kesuburan tanah, (2) Erosi, (3) Kepunahan flora dan fauna, (4) Banjir, (5) Kekeringan, (6) Perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna lahan sekaligus untuk mengatasi masalah pangan. Secara sederhana, agroforestri berarti menanam pepohonan dilahan pertanian, dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). TAHUN 2012 Dengan demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu-kewaktu, sehingga agroforestri merupakan pengetahuan yang dinamis. Sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia termasuk Kabupaten Aceh Tenggata maka dicoba menyususn Panduan Praktis Agrofirestri Berbasis Masyarakat yang diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat. Penulisan Bahan Berbasis Masyarakat ini didasarkan pada bahan-bahan yang sudah ada dan disesuaikan dengan kondisi agroforestri di Indonesia.

3 Sekilas Tentang Aceh Tenggara Secara tofografi, Aceh Tenggara dikelilingi oleh daerah perbukitan dan pegunungan. Kabupaten Aceh Tenggara berada di daerah pegunungan dengan ketinggian meter diatas permukaan laut, yakni bagian dari pegunungan Bukit Barisan. Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan daerah cagar alam nasional terbesar terdapat di kabupaten ini. Pada dasarnya wilayah Kabupaten Aceh Tenggara kaya akan potensi wisata alam, salah satu diantaranya adalah Sungai Alas yang sudah dikenal luas sebagai tempat olah raga Arung Sungai yang sangat menantang. Secara umum ditinjau dari potensi pengembangan ekonomi, wilayah ini termasuk Zona Pertanian. Potensi ekonomi daerah berhawa sejuk ini adalah kakao, kopi dan hasil hutan. Dalam bidang Pertambangan, Aceh Tenggara memiliki deposit bahan galian golongan-c yang sangat beragam dan potensial dalam jumlah cadangannya. Kabupaten ini terdiri atas 16 kecamatan yaitu Babul Makmur, Babul Rahmat, Babussalam, Badar, Bambel, Bukit Tusam, Darul Hasanah, Lawe Alas, Lawe Bulan, Lawe Sigala-Gala, Semadam, Tanoh Alas, Ketambe, Leuser, Lawe Sumur, Deleng Pokhkisen. Aceh Tenggara memiliki komposisi penduduk yang terdiri atas 11 etnis yang berbeda, yaitu Alas, Gayo, Batak, Pakpak, Singkil, Mandailing, Aceh, Karo, Padang, Jawa, dan Nias. Tak hanya itu, keberagaman keyakinan pun terlihat di daerah ini, terutama didominasi oleh Islam dan Kristen. Keunikan yang dimiliki oleh Aceh Tenggara tersebut membuat kehidupan setiap elemen masyarakatnya sangat berwarna dan bervariasi. Setiap unsur masyarakat yang berbeda kebudayaan saling berbaur dan saling mempengaruhi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Walaupun memiliki keanekaragaman dari segi etnis dan agama, tidak pernah terjadi konflik antarpenduduk yang diakibatkan oleh perbedaan tersebut. Inilah yang membuat wilayah perbukitan tersebut terkesan damai dan asri heterogen. Dalam buku Sanksi dan Denda Tindak Pidana Adat Alas (Dr. Thalib Akbar, M.Sc, 2004), disebutkan etnis Alas memiliki sejumlah marga. Ia mendirikan ada marga Bangko, Deski, Keling, Kepale Dese, Keruas, Pagan, dan Selian, yang kemudian hadir lagi marga Acih, Beruh, Gale, Kekaro, Mahe, Menalu, Mencawan, Munthe, Pase, Pelis, Pinim, Ramin, Ramud, Sambo, Sekedang, Sugihen, Sepayung, Sebayang, dan Tarigan. Tarian tradisional masyarakat Aceh Atas dasar etiologi kehadiran berbagai etnis di tanah Alas, jelaslah bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat hidup berdiri sendiri, begitu juga dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten ini. Semua pihak perlu terlibat baik secara langsung maupun tidak. Keberagaman suku dan keyakinan akan menjadikan keunikan tersendiri bagi masyarakat di sana dalam membangun daerahnya. Potensi Sumber Daya Alam Panorama yang menakjubkan di Kabupaten Aceh Tenggara menjadikan wilayah ini kaya sumber daya alam. Daerah ini dikelilingi oleh wilayah perbukitan dan pegunungan yang sangat indah. Ia merupakan zona inti dari Kawasan Ekosistem Gunung Leuser yang menjadi salah satu hutan paru-paru dunia. Kawasan ekosistem ini sangat dilindungi dan menjadi perhatian besar dunia internasional. Aceh Tenggara memiliki luasan hutan lindung yang cukup terjaga keasriannya dan menjadi sumber manfaat yang utama untuk kesinambungan ekosistem di sekitarnya. Hutan lindung ini menyimpan kandungan air yang besar, menyimpan berbagai kekayaan alam, baik flora, fauna, maupun batu-batuan langka. Kondisi hutan lindung sebagian besar masih terjaga dengan baik. Pemerintah Daerah Aceh Tenggara maupun pusat memiliki komitmen melindungi daerah hutan ini agar terhindar dari perambahan liar oleh oknum-oknum yang merusak hutan. Kawasan ekosistem ini dihuni oleh berbagai jenis flora fauna yang sangat langka. Beberapa spesies bahkan tidak terdapat di hutan lain di Indonesia. Jenis flora yang ada di kawasan hutan ini adalah bunga bangkai, anggrek liar, kantong semar, edelweis, raflesia acehensis, dan lain-lain. Untuk jenis fauna yang saat ini masih ada di antaranya orang utan, gajah, harimau sumatra, siamang, rusa, monyet, dan tapir. Selain potensi keindahan alam dan keanekaragaman hayati yang terdapat di kabupaten ini, Aceh Tenggara merupakan salah satu kabupaten yang memproduksi hasil pertanian melimpah dan diekspor ke luar daerah. Hasil pertanian yang melimpah tersebut terdiri atas kemiri, jagung, padi, sawit, coklat. Penduduk di daerah ini juga banyak membuka kolam ikan mas untuk dijual ke luar daerah.

4 Potensi sumber wisata alam juga terdapat di sana, di antaranya yang terkenal adalah ketambe, yang menjadi pusat konservasi hutan lindung termasuk semua isi di dalamnya. Daerah ini dikenal sebagai paru-paru dunia dan memiliki pusat wisata untuk rafting, tracking yang sangat menantang. Di kabupaten ini pula terdapat dua daerah yang memiliki sumber air panas (hotspring) walaupun tidak terdapat gunung berapi. Dua daerah itu adalah Kecamatan Babul Rahmah tepatnya di Kampung Uning Sigugur dan Kecamatan Ketambe tepatnya di Kampung Lawe Ger-ger. Wisata air terjun itu dapat dijumpai di Kampung Lawe Dua, Kecamatan Bukit Tusam dan Lawe Sigala-gala. Kawasan wisata ini menawarkan keindahan alam yang sangat menakjubkan. Dapat pula dijumpai sungai yang masih asri dengan air terjunnya yang dikelilingi oleh perbukitan dan hutan yang sangat hijau dan indah. Ada beberapa aturan masyarakat adat dalam upaya penyelamatan sumber daya alam yang di kabupaten Aceh Tenggara. Dheleng (hutan) sebagai kekayaan imum/kepala mukim bersama rakyatnya di Tanah Alas adalah selebar wilayah kemukiman dengan panjang jauh ke dalam hutan 1/2 (setengah) hari perjalanan kaki atau hingga dhalan/pasakh mesosen, yang dimanfaatkan tidak merusak, agar aliran air sungai/pakhik jume tetap normal untuk pertanian/bersawah dan keperluan hidup rakyat. Pencuri hasil hutan dan perusakannya (menebang kayu, pengambil rotan, dan produk non kayu tanpa sepengetahuan MAA kampung setempat dan tanpa izin dari imum/kepala mukim) dikenakan sanksi adat menyerahkan seluruh hasil curiannya ke kampung tempat kejadian pelanggaran adat. Pelaku dikenakan denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp Rp ). Bagi pengebom, peracun, penyetrum, dan pemusnahan ikan jurung, ciih khemis, dan ciih situ dan jenis ikan lainnya di sepanjang sungai Lawe Alas, sungai-sungai kecil, dan irigasi desa, termasuk seluruh tali air di Tanah Alas dikenakan saksi adat ngateken kesalahen dan ikan tangkapan di luar ketentuan adat tersebut dikembalikan ke MAA setempat serta dikenakan denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp Rp ) bagi si pelaku. Seseorang yang mengambil ikan wilayah pinahan (lubuk larangan) dan sejenisnya tanpa izin masyarakat adat yang mengelola secara adat di Tanah Alas dikenakan saksi ngateken kesalahen dan ikan tangkapan tersebut dikembalikan ke MAA kampung setempat untuk diserahkan kepada pemiliknya serta dikenakan denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp Rp ). Orang yang mengambil, menangkap, atau memburu satwa liar dan sejenisnya tanpa izin MAA setempat, dikenakan saksi adat ngateken kesalahen dan hasil buruan/tangkapannya tersebut dikembalikan ke MAA setempat untuk diserahkan atau dikembalikan ke habitatnya bila masih hidup, dan dikenakan denda tiga puluh dua penengah hingga mbelin (Rp Rp ). DAFTAR ISI BAGIAN SATU: PENDAHULUAN 1.1 Mengapa Buku Panduan ini Disusun? 1.2 Bagaimana Cara Menggunakan Buku Panduan ini? 1.3 Apa Isi Buku Panduan ini? BAGIAN KEDUA: APA ITU AGROFORESTRI? BAGIAN KETIGA: MODEL-MODEL AGROFORESTRI 3.1 Model-model Agroforestri 3.2 Sistem Agroforestri Sederhana 3.3 Sistem Agroforestri Kompleks BAGIAN KEEMPAT: KLASIFIKASI AGROFORESTRI 4.1 Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya 4.2 Klasifikasi berdasarkan istilah teknis yang digunakan 4.3 Klasifikasi berdasarkan masa perkembangannya 4.4 Klasifikasi berdasarkan orientasi ekonomi 4.5 Klasifikasi berdasarkan sistem produksi BAGIAN KELIMA: ANALISA USAHA TANI DALAM AGROFORESTRI BAGIAN KEENAM: PRAKTEK AGROFORESTRI DI ACEH TENGGARA 6.1 Model Agroforestri di Aceh Tenggara 6.2 Merancang Kebun Agroforestri 6.3 Analisa Usaha Tani Kebun Agroforestri BAGIAN KETUJUH: AGROFORESTRI BERBASIS KAKAO Agroforestri Berbasis Kakao 7.2 Pengantar Budidaya Tanaman Kakao 7.3 Bagian-bagian Tanaman Kakao (morfologi) 7.4 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao 7.5 Persiapan Bahan Tanaman 7.6 Pemeliharaan Tanaman di Lapangan 7.7 Panen dan Pasca Panen

5 PENDAHULUAN Mengapa Panduan ini Disusun? Bagaimana cara Menggunakan Panduan ini? Apa Isi Panduan ini? 1.1 Mengapa Panduan ini Disusun? Sebagian besar masyarakat Aceh Tenggara berada di wilayah Dataran Tinggi dan menggantungkan hidupnya dari sistem agroforestri yang dalam bahasa sehari-hari disebut oleh masyarakat sebagai pertanian campuran. Pola usaha tani yang seperti ini disebut dengan Sistem Agroforestri. Pola agroforestri ini sangat sesuai dengan lahan mereka yang landai sampai berbukit. Pendekatan model agroforestri ini sangat tepat dengan kondisi lahan kering mereka yang diusahakan sepanjang musim. Pada musim hujan petani tetap menekankan terhadap tanaman pangan walaupun secara jumlah makin sedikit. Jika ibu-ibu ditanya mereka lebih mengutamakan tanaman pangan kemudian tanaman semusim. Secara umum kaum ibu dan bapak mendukung sistem agroforestri. BAGIAN SATU Di Aceh Tenggara, masih banyak masyarakat mengembangkan tanaman tradisional secara turun temurun dan tidak diperbaharui. Masalah yang timbul adalah hasil produksi persatuan luas cenderung menurun. Sebahagian masyarakat melakukan inovasi dengan menanam tanaman yang nilai ekonominya tinggi disela-sela tanaman tradisional mereka seperti kakao, kopi dan tanaman lainnya. Namun masyarakat belum merawat tanaman secara baik. Perlakuan tanaman yang diintroduksi dibuat sama dengan tanaman tradisinal yang ada sehingga hasil yang diharapkan tidak tercapai. Sebagai pendamping masyarakat untuk menjawab kebutuhan maka disusun panduan praktis agroforestri berbasis masyarakat yang berisi tentang agroforestri secara umum dan praktek agroforestri di Aceh Tenggara. Panduan praktis agroforestri ini merupakan edisi pertama yang disusun untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan petani, pendamping masyarakat dan pekerja pembangunan dalam pengembangan agroforestri. Bahan panduan praktis ini disusun berdasarkan analisis kebutuhan sesuai keadaan wilayah Aceh Tenggara yang diperkirakan sudah mampu untuk memenuhi apa yang diharapkan oleh pendamping dalam menjalankan proses belajar seputar agroforestri dan prakteknya di Aceh Tenggara. 1

6 Topik-topik yang disusun mulai dari; Apa itu agroforestri, model-model agroforestri, klasifikasi agroforestri, analisa ekonomi dalam agroforestri, praktek agroforestri di Aceh tenggara, agroforestri berbasis kakao. Panduan praktis agroforestri ini ditampilkan dalam bentuk yang sederhana dan diharapkan akan terus dikoreksi dan disempurnakan serta dilengkapi dengan berbagai ilustrasi yang menarik. 1.2 Bagaimana Cara menggunakan Panduan ini? Cara menggunakan Buku ini sangat tergantung pada kebutuhan kita. Topik atau materi apa yang dibutuhkan di sesuaikan dengan kondisi serta permasalahan yang perlu dipecahkan di masyarakat petani. Setelah topik atau materi yang dibutuhkan dipilih, kuasailah isi dan bahasan secara baik. Kuasailah langkah-langkah secara berturut-turut dengan benar dari topik tersebut. Agar dalam proses belajar dinamis, peserta akan lebih aktif dan partisipatif, maka pemandu harus mempunyai kepercayaan diri yang baik. Pandai-pandailah untuk menguasai kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam bahan diskusi sesuai dengan materi atau topiknya. Tujuan kita menguasai cara penggunaan buku panduan ini untuk pengembangan proses belajar agroforestri secara benar kepada peserta sehingga setiap petani menjadi berinisiatif untuk mengembangkan, menyebarkan teknologi pertanian yang berbasis kepada agroforestri dan melembagakan agroforestri di masyarakat pedesaan. Kita sebagai pendamping masyarakat dan juga petani agroforestri sangat memahami permasalahan di lapangan. Proses belajar agroforestri ini akan sangat hidup jika kita semua sudah akrab. Semua peserta akan selalu berhubungan karena kita hidup berdampingan. Para pendamping dan petani yang sudah berpengalaman merupakan modal dasar untuk meningkatkan kepercayaan kita. Selanjutnya kita semua akan menentukan langkah-langkah selanjutnya. Buku panduan yang berisi langkah-langkah kerja dalam proses belajar, diharapkan tidak akan menghambat proses belajar yang berjalan. Kita sebagai pemandu agroforestri bukan mengajar atau menggurui, tetapi bagaimana kita berperan sebagai pembangkit suasana (sebagai motivator dan dinamisator), sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik. Semua peserta harus dapat aktif untuk melibatkan diri dalam proses belajar. Pemandu adalah sebagai motor penggerak. Kita semua sangat berperan dalam mewujudkan pengembangan, penyebarluasan serta pelembagaan agroforestri di wilayah kita Apa isi Buku Panduan ini? 1. Bagian Pertama, berisikan Pendahuluan. Bagian ini dibagi dalam tiga sub bagian, yaitu : Mengapa Buku Panduan ini Disusun? Bagaimana Cara Menggunakan Buku Panduan ini? Apa Isi Buku Panduan ini? 2. Bagian kedua berisikan tentang Apa itu Agroforestri. 3. Bagian ketiga, berisikan tentang Model-model Agroforestri. Bagian ini dibagi dalam tiga sub bagian, yaitu : Model-model Agroforestri Sistem Agroforestri Sederhana Sistem Agroforestri Kompleks 4. Bagian keempat, berisikan tentang Klasifikasi Agroforestri. Bagian ini dibagi dalam lima sub bagian, yaitu : Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya Klasifikasi berdasarkan istilah teknis yang digunakan Klasifikasi berdasarkan masa perkembangannya Klasifikasi berdasarkan orientasi ekonomi Klasifikasi berdasarkan sistem produksi 5. Bagian kelima, Analisa Ekonomi dalam Agroforestri 6. Bagian keenam, berisi tentang Praktek Agroforestri di Aceh Tenggara Model Agroforestri di Aceh Tenggara Merancang Kebun Agroforestri Analisa Usaha Tani Kebun Agroforestri 7. Bagian ketujuh, berisi tentang Agroforestri Berbasis Kakao Agroforestri Berbasis Kakao Pengantar Budidaya Tanaman Kakao Bagian-bagian Tanaman Kakao (morfologi) Syarat Tumbuh Tanaman Kakao Persiapan Bahan Tanaman Pemeliharaan Tanaman di Lapangan Panen dan Pasca Panen 3

7 Apa itu Agroforestri? Pengertian Agroforestri Agroforestri atau agroforest adalah suatu bentuk pengelolaan sumberdaya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian. Dalam Bahasa Indonesia, kata agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Sistem Agroforestri Hutan agroforestri telah menarik perhatian dan mendorong minat pendamping masyarakat, karena agroforestri diharapkan menjadi teknologi pertanian berkelanjutan. Agroforestri dipandang sebagai teknologi pertanian yang sesuai di Indonesia termasuk di Kabupaten Aceh Tenggara. Agroforestri memajukan manajemen dan penanaman pohon bersama-sama dengan pertanian tanaman dan ternak. BAGIAN DUA Evolusi Hutan Pertanian Hutan agroforestri telah berlangsung berabad-abad sebagai jawaban manusia terhadap perkembangan kebutuhan komunitas. Model sistem agroforestri sekarang berasal dari pengetahuan masyarakat adat yang memenuhi kebutuhan hidupnya dari sistem pertanian yang beragam, yakni: kombinasi pangan, ternak, makanan ternak, dan kayu api. Dibeberapa wilayah di Indonesia dimana masih ada masyarakat yang tinggal di hutan-hutan, perluasan penggunaan hutan masih berlangsung, yakni pertanian berpindah, mengumpulkan hasil hutan dan pangan. Di daerah pertanian dataran tinggi, pohon-pohon ditanam, terasering sawah dibuat, pagar tanaman dibuat yang semuanya dilakukan untuk memudahkan memenuhi kebutuhan pokoknya dan untuk memperoleh uang tunai. Tanaman singkong, pisang dan kopi 5

8 Ciri-ciri Agroforestri Terdapat lebih dari dua jenis tumbuhan (tumbuhan atau binatang), salah satu setidaknya merupakan jenis kayu tahunan Mempunyai dua atau lebih hasil (secara ekologis, ekonomis, apa lagi) Siklusnya lebih dari satu tahun Ekologinya rumit baik secara struktur dan fungsi Terlihat hubungan yang penting (positif atau negatif) antar komponen dari sistem kayu-kayuan dan non kayu-kayuan, secara ekonomis atau ekologis. Tujuan: Peserta akan mampu memahami arti dan ciri agroforestri yang sesuai dengan kondisi lokal Alat/Bahan: Kertas plano, spidol, isolasi Langkah-langkah: Pemandu mengantarkan pemikiran kepada semua peserta pengertian agroforestri dan ciri-ciri agroforestri yang dikaitkan dengan kondisi lokal. Pemandu memberi kesempatan untuk mempertanyakan dan mempertajam tentang arti dan ciri-ciri agroforestri untuk memperkuat pemahaman. Pemandu membagi peserta yang ada dalam 5 kelompok kecil. Pemandu memberi bahan pertanyaan yang akan didiskusikan pada masingmasing kelompok kecil yang ada dan menuliskan pada kertas plano. Setelah usai masing-masing wakil kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan didepan, dan pada akhir sessi pemandu menyimpulkan bersama tentang pemahaman arti dan ciri-ciri agroforestri. BAGIAN TIGA Bahan Diskusi Apa yang dimaksud dengan agroforestri? Apa perbedaan agroforestri dengan perkebunan? Jelaskan secara rinci. Bagaimana saudara menentukan tanaman untuk membentuk agroforestri Bagaimana pula ternak yang ada dijadikan sebagai salah satu komponen agroforestri? Beri penjelasan. Apa kesimpulan dari kegiatan ini? 11 6

9 MODEL-MODEL AGROFORESTRI 1.1 Model-model Agroforestri Model-model agroforestri bervariasi mulai dari agroforestri sederhana berupa kombinasi penanaman sejenis pohon dengan satu-dua jenis komoditas pertanian, hingga ke agroforestri kompleks yang memadukan pengelolaan banyak spesies pohon dengan aneka jenis tanaman pertanian, dan bahkan juga dengan ternak atau perikanan. Dalam bentuk yang dikenal umum, agroforestri ini mencakup rupa-rupa kebun campuran, tegalan berpohon, ladang, lahan bera (belukar), kebun pekarangan, hingga hutan-hutan tanaman rakyat yang lebih kaya jenis seperti yang dikenal dalam rupa talun di Jawa Barat, repong di Lampung Barat, parak di Sumatera Barat, tembawang (tiwmawakng) di Kalimantan Barat, simpung (simpukng) di Kalimantan Timur, dan lain-lain bentuk di berbagai daerah di Indonesia. Aneka bentuk agroforestri ini sebetulnya mencerminkan strategi pengelolaan sumberdaya oleh petani, tidak seperti halnya perkebunan-perkebunan besar yang dikelola perusahaan, kebanyakan kebun atau hutan rakyat tidak dikelola hanya untuk menghasilkan satu komoditas atau produk. Petani umumnya mengharap kebun atau ladangnya dapat menghasilkan tanaman pangan utama (misalnya padi atau jagung), atau tanaman yang bernilai ekonomi tinggi (seperti kopi, cengkeh, kakao, karet dll.), ditambah dengan produk-produk lain yang sifatnya subsisten seperti kayu bakar, tanaman rempah dan obat, pakan ternak, aneka hasil lainnya. Variasi unsur-unsur dalam agroforetri itu kurang lebih dapat disederhanakan, sebagai berikut: Perpaduan antara tanaman keras (jangka panjang: pohon-pohonan) dengan tanaman semusim (pertanian jangka pendek). Perpaduan tanaman utama (sumber pangan, komoditas ekonomi) dengan tanaman sampingan. Perpaduan tanaman penghasil utama dengan tanaman pendukung (misalnya kopi atau kakao, dengan pohon-pohon peneduhnya). Perpaduan tanaman dengan musim atau umur panen berbeda-beda: padi ladang, mentimun, kopi, damar, durian. Perpaduan pengelolaan pohon-pohonan dengan perikanan (tambak, balong, embung), dikenal juga dengan istilah silvofishery. Perpaduan dengan pemeliharaan ternak (silvopasture) atau pemeliharaan lebah: hutan sebagai penghasil pakan ternak atau lebah, seperti di Sumbawa. Tujuan: Peserta akan mampu memahami model-model agroforestri yang sesuai dengan kondisi lokal Alat/Bahan: Kertas plano, spidol, isolasi Langkah-langkah: Pemandu mengantarkan pemikiran kepada semua peserta model-model agroforestri yang dikaitkan dengan kondisi lokal. Pemandu memberi kesempatan untuk mempertanyakan dan mempertajam tentang model-model agroforestri untuk memperkuat pemahaman Pemandu membagi peserta yang ada dalam 5 kelompok kecil. Pemandu memberi bahan pertanyaan yang akan didiskusikan pada masingmasing kelompok kecil yang ada dan menuliskan pada kertas plano. Setelah usai masing-masing wakil kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil diskusi, dan pada akhir sesi pemandu menyimpulkan bersama tentang model-model agroforestri yang ada disekeliling kita Bahan Diskusi Apa saja model-model agroforestri yang pernah anda jumpai? Apa perbedaan model-model agroforestri di tempat saudara dan di tempat lain? Jelaskan secara rinci. Sebutkan variasi model agroforestri yang anda ketahui! Apa kesimpulan dari kegiatan ini? 1.2 Agroforestri Sederhana Menurut De Foresta dan Michon (1997), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks (secara skematis disajikan pada bagan sistem agroforestri). Agroforestri sederhana, tanaman kakao dan jagung 8 9

10 Bila pohon telah dewasa, terjadi naungan dari pohon, sehingga tidak ada lagi pemaduan dengan tanaman semusim. Jenis pohon yang ditanam adalah yang menghasilkan kayu bahan bangunan (timber) saja, sehingga akhirnya terjadi perubahan pola tanam dari sistem tumpangsari menjadi perkebunan jati monokultur. Sistem Penggunaan Lahan Hutan Buatan Hutan Alami Agroforestry Agroforestry Sederhana (Minimal 2 jenis tanaman) Pertanian Perkebunan Hutan Tanaman Industri Agroforestry Kompleks (multistrata, pekarangan, agroforest) Sistem sederhana tersebut sering menjadi penciri umum pada pertanian komersial (Siregar, 1990). Bentuk agroforestri sederhana ini juga bisa dijumpai pada sistem pertanian tradisional. Pada daerah yang kurang padat penduduknya, bentuk ini timbul sebagai salah satu upaya petani dalam mengintensifkan penggunaan lahan karena adanya kendala alam, misalnya tanah rawa. Sebagai contoh, kelapa ditanam secara tumpangsari dengan padi sawah di tanah rawa di pantai Sumatera. Perpaduan pohon dengan tanaman semusim ini juga banyak ditemui di daerah berpenduduk padat, seperti pohon-pohon randu yang ditanam pada pematangpematang sawah di daerah Pandaan (Pasuruan, Jawa Timur), kelapa atau siwalan dengan tembakau di Sumenep, Madura. Contoh lain, tanah-tanah yang dangkal dan berbatu seperti di Malang Selatan ditanami jagung dan ubikayu di antara gamal atau kelorwono (Gliricidia sepium). Bagan sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri Seperti yang dicerminkan oleh namanya, agroforestri sederhana terdiri dari sejumlah kecil unsur penyusun sistem: satu atau dua jenis pohon bercampur dengan satu atau beberapa jenis tanaman pertanian. Sistem Agroforestri Sederhana Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Jenis-jenis pohon yang ditanam sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi (kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao, nangka, melinjo, petai, jati, mahoni) atau bernilai ekonomi rendah (dadap, lamtoro, kaliandra). Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan (padi gogo, jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubikayu), sayuran, rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya. Bentuk agroforestri sederhana yang paling banyak dijumpai di Aceh Tenggara adalah tumpangsari/ tanaman campuran. Contoh yang dilakukan oleh PT. Perhutani adalah sebagai berikut; Petani diberi ijin menanam tanaman pangan di antara pohon-pohon jati muda dan hasilnya untuk petani, sedangkan semua pohon jati tetap menjadi milik PT Perhutani. 10 Contoh Agroforestri Sederhana Campuran jati dengan tanaman semusim seperti ubi kayu dan lain-lain Contoh ini banyak di jumpai di Desa Kedungkeris, Nglipar, Gunung Kidul. Pola-pola sederhana ini kerap dipraktekkan petani untuk mengoptimalkan hasil, terutama di wilayahwilayah padat penduduk. Pohon-pohon turi, randu, atau jati kerap ditanam pada pematang atau sebagai pembatas petak-petak sawah atau tegalan, di mana tanaman semusim ditanam. Turi membantu menyuburkan tanah dan bunganya dimanfaatkan sebagai sayuran; randu menghasilkan buah kapuk; dan dari jati diharapkan kayunya yang mahal harganya. Bentuk lain adalah pertanaman jeruk atau mangga, yang ditanam pada gundukan-gundukan tanah di tengah sawah. Pada sisi yang lain, pola yang mirip dimanfaatkan dalam membangun hutan. Pola tumpangsari dalam menanam hutan jati atau hutan pinus di Jawa, adalah satu bentuk agroforestri sederhana. Dalam tumpangsari, petani pesanggem dibolehkan memelihara padi ladang, jagung, ketela pohon dan lain-lain di sela-sela larikan tanaman pokok kehutanan (jati, pinus, dll.) yang baru ditanam. Biasanya pada tahun ketiga atau keempat, setelah tanaman hutannya merimbun dan menaungi tanah, kontrak tumpangsari ini berakhir. Ilmu agroforestri klasik (classic agroforestry) banyak berkutat dengan model-model agroforestri sederhana ini. 11

11 Tujuan : Peserta akan mampu memahami agroforestri sederhana yang sesuai dengan kondisi lokal Alat/Bahan : Kertas plano, spidol, isolasi, foto agroforestri sederhana Langkah-langkah : Pemandu mengantarkan pemikiran kepada semua peserta tentang agroforestri sederhana yang dikaitkan dengan kondisi lokal. Pemandu memberi kesempatan untuk mempertanyakan dan mempertajam tentang agroforestri sederhana untuk memperkuat pemahaman. Pemandu membagi peserta yang ada dalam 5 kelompok kecil. Pemandu memberi bahan pertanyaan yang akan didiskusikan pada masingmasing kelompok kecil yang ada dan menuliskan pada kertas plano. Setelah usai masing-masing wakil kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan didepan, dan pada akhir sesi pemandu menyimpulkan bersama tentang agroforestri sederhana yang ada disekeliling kita Bahan Diskusi Apa yang dimaksud dengan agroforestri sederhana? Sebutkan contoh-contoh agroforestri sederhana yang pernah anda jumpai? Sebutkan contoh-contoh agroforestri sederhana yang ada di daerah anda? Apa perbedaan agroforestri sederhana dan agroforestri kompleks? Jelaskan secara rinci. Apa kesimpulan dari kegiatan ini? 1.3 Agroforestri Kompleks Agroforestri kompleks (complex agroforestry systems) disebut juga wanatani sejati. Agroforestri kompleks atau wanatani sejati merupakan perpaduan rumit pelbagai unsur agroforestri di atas, yang pada gilirannya juga memberikan aneka hasil atau manfaat pada rentang waktu dan interaksi yang tidak terbatas. Pada akhirnya, agroforestri ini memiliki struktur dan dinamika ekosistem yang mirip dengan hutan alam, dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang relatif tinggi. Agroforestri kompleks merupakan perkembangan lanjut dari agroforestri sederhana, meski kebanyakan pola agroforestri sederhana yang telah mantap tidak selalu bertumbuh terus menjadi sistem yang lebih rumit. Selain ditentukan oleh kepadatan penduduk dan sebagai konsekuensinya terkait keterbatasan lahan. 12 Sistem agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis pepohonan (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem yang menyerupai hutan. Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai agroforest (ICRAF, 1996). Berdasarkan jaraknya terhadap tempat tinggal, sistem agroforestri kompleks ini dibedakan menjadi dua, yaitu kebun atau pekarangan berbasis pohon (home garden) yang letaknya di sekitar tempat tinggal dan agroforest, yang biasanya disebut hutan yang letaknya jauh dari tempat tinggal (De Foresta, 2000). Contohnya hutan damar di daerah Krui, Lampung Barat atau hutan karet di Jambi. Tidak berkembangnya agroforestri sederhana menjadi agroforestri kompleks kemungkinan besar juga ditentukan oleh iklim dan kondisi tanah setempat. Budaya agroforestri kompleks sejauh ini berkembang di daerah-daerah yang semula merupakan hutan hujan tropika yang memiliki struktur mirip dengan agroforestri kompleks. Agroforestri kompleks berawal dari ladang yang diperkaya. Sistem perladangan biasanya dimulai dengan membuka hutan primer atau hutan sekunder, menebangi dan membakar kayu-kayunya, dan menanaminya dengan tanaman pangan atau sayurmayur selama satu atau dua daur. Setelah itu ladang diperkaya dengan tanaman keras seperti kopi atau kakao, atau rotan, yang hasilnya dapat dipanen antara tahun ke-3 sampai ke-15; atau dibiarkan meliar sebagai lahan bera dan kemudian menjadi hutan belukar kembali. Kelak, hutan belukar akan dibuka kembali sebagai ladang apabila dirasa kesuburan tanahnya telah dapat dipulihkan. Contoh agroforestri kompleks 13

12 Dalam kasus agroforestri kompleks, ladang yang telah diperkaya tidak kemudian dibiarkan meliar menjadi belukar, melainkan diperkaya lebih lanjut dengan jenisjenis pohon yang menghasilkan. Seperti misalnya pohon-pohon penghasil buah (durian, duku, cempedak, petai, dll.), getah (damar matakucing, karet, kemenyan, rambung), kayu-kayuan atau kayu bakar, dan lain-lain. Setelah berselang belasan tahun, ladang ini telah berubah menjadi hutan buatan yang menghasilkan aneka jenis produk, yang mampu bertahan hingga berpuluh-puluh tahun ke depan. Tujuan: Peserta akan mampu memahami agroforestri kompleks yang sesuai dengan kondisi lokal Alat/Bahan : Kertas plano, spidol, isolasi, foto agroforestri kompleks Terbentuknya agroforestri kompleks Pekarangan Pekarangan atau kebun adalah sistem bercocok-tanam berbasis pohon yang paling terkenal di Indonesia selama berabad-abad. Kebun yang umum dijumpai di Jawa Barat adalah sistem pekarangan, yang diawali dengan penebangan dan pembakaran hutan atau semak belukar yang kemudian ditanami dengan tanaman semusim selama beberapa tahun (fase kebun). Pada fase kedua, pohon buah-buahan (durian, rambutan, pepaya, pisang) ditanam secara tumpangsari dengan tanaman semusim (fase kebun campuran). Pada fase ketiga, beberapa tanaman asal hutan yang bermanfaat dibiarkan tumbuh sehingga terbentuk pola kombinasi tanaman asli setempat misalnya bambu, pepohonan penghasil kayu lainnya dengan pohon buah-buahan (fase talun). Pada fase ini tanaman semusim yang tumbuh di bawahnya amat terbatas karena banyaknya naungan. Fase perpaduan berbagai jenis pohon ini sering disebut dengan fase talun. Dengan demikian pembentukan talun memiliki tiga fase yaitu kebun, kebun campuran dan talun. Langkah-langkah : Pemandu mengantarkan pemikiran kepada semua peserta tentang agroforestri kompleks yang dikaitkan dengan kondisi lokal. Pemandu memberi kesempatan untuk mempertanyakan dan mempertajam tentang agroforestri kompleks untuk memperkuat pemahaman. Pemandu membagi peserta yang ada dalam 5 kelompok kecil. Pemandu memberi bahan pertanyaan yang akan didiskusikan pada masingmasing kelompok kecil yang ada dan menuliskan pada kertas plano. Setelah usai masing-masing wakil kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan didepan, dan pada akhir sesi pemandu menyimpulkan bersama tentang agroforestri kompleks yang ada disekeliling kita Bahan Diskusi Apa yang dimaksud dengan agroforestri kompleks? Sebutkan contoh-contoh agroforestri kompleks yang pernah anda jumpai? Sebutkan contoh-contoh agroforestri kompleks yang ada di daerah anda? Apa yang mempengaruhi tidak berlanjutnya agroforestri sederhana menjadi agroforestri kompleks? Apa perbedaan agroforestri kompleks dan agroforestri sederhana? Jelaskan secara rinci. Apa kesimpulan dari kegiatan ini? Perkembangan sistem kebun talun (de Foresta et al., 2000)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Dalam UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat merupakan jenis hutan yang dikelompokkan ke dalam hutan hak. Hutan hak merupakan hutan yang berada di

Lebih terperinci

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Agroforestri: ilmu baru, teknik lama. Penanaman berbagai jenis. pohon dengan atau tanpa tanaman semusim (setahun) pada sebidang

BAB I. PENDAHULUAN. Agroforestri: ilmu baru, teknik lama. Penanaman berbagai jenis. pohon dengan atau tanpa tanaman semusim (setahun) pada sebidang BAB I. PENDAHULUAN Deskripsi Singkat Pokok Bahasan : Pengantar Agroforestri Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan Tujuan : Agar Praja mampu menjelaskan definisi, ruang lingkup, tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya pemanfaatan sumber daya alam khususnya hutan, disamping intensitas teknologi yang digunakan. Kehutanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memanfaatkan hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan kayu bangunan, hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hutan merupakan bagian penting di negara Indonesia. Menurut angka resmi luas kawasan hutan di Indonesia adalah sekitar 120 juta hektar yang tersebar pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Definisi agroforestri

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Definisi agroforestri II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri 2.1.1 Definisi agroforestri Dalam Bahasa Indonesia, kata agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah PENDAHULUAN Latar Belakang Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Sistem agroforestri memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem pertanian monokultur. Adanya beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967, arti hutan dirumuskan sebagai Suatu lapangan tetumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau TINJAUAN PUSTAKA Agroforestri Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang merupakan kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau peternakan dengan tanaman kehutanan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Hairiah, dkk (2003) mendefinisikan agroforestri merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan kehutanan yang mencoba menggabungkan unsur tanaman dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan

TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan 21 TINJAUAN PUSTAKA Indonesia merupakan negara yang penting dalam konteks perubahan iklim dunia karena memiliki luas hutan tropis terbesar setelah Brasil. Namun kanyataannya saat ini degradasi hutan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sistem pemanfaatan lahan yang optimal dalam menghasilkan produk dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri. Agroforestri menurut

Lebih terperinci

SMP NEGERI 3 MENGGALA

SMP NEGERI 3 MENGGALA SMP NEGERI 3 MENGGALA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. Untuk Kalangan Sendiri

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang mampu dan dapat diperbaharui. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang besar peranannya dalam berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agroforestry 2.1.1. Definisi Agroforestry Agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan,

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah Pemberian pupuk inorganik saja memang tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik akibat erosi. Tetapi jika dikelola dengan baik, usaha ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sehingga permukaan

Lebih terperinci

Apa itu Agroforestri?

Apa itu Agroforestri? Apa itu Agroforestri? Apa itu Agroforestri? Apa itu Agroforestri? @ 2012 Penyusun: 1. Ujang S. Irawan, Operation Wallacea Trust, 2. Fransiskus Harum, consultant of Royal Danish Embassy in Jakarta DANIDA,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry TINJAUAN PUSTAKA Pengertian hutan kemasyarakatan Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry memiliki beberapa pengertian, yaitu : 1. Hutan kemasyarakatan menurut keputusan menteri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia: Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Khusus di Propinsi Lampung, pembukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri dan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang PENDAHULUAN Hutan Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41/1999 hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan daerah tropik berkaitan erat dengan pembukaan hutan dan lahan yang menyebabkan erosi, kepunahan flora dan fauna serta terjadinya perluasan lahan kritis.

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunitas biologi yang didominanasi oleh pohon-pohonan tanaman keras

TINJAUAN PUSTAKA. komunitas biologi yang didominanasi oleh pohon-pohonan tanaman keras 5 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan dan Kehutanan Secara sederhana, ahli kehutanan mengartikan hutan sebagai suatu komunitas biologi yang didominanasi oleh pohon-pohonan tanaman keras (Arief,2001). Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya (UU RI No.41

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Agroforestri di Lokasi Penelitian Lahan agroforestri di Desa Bangunjaya pada umumnya didominasi dengan jenis tanaman buah, yaitu: Durian (Durio zibethinus),

Lebih terperinci

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang dibebani hak milik (Departeman Kehutanan dan Perkebunan, 1999).

Lebih terperinci

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN ST01-L BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA SENSUS PERTANIAN 01 PENCACAHAN LENGKAP RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN RAHASIA I. KETERANGAN UMUM RUMAH TANGGA 101. Provinsi Kab/Kota Kecamatan Desa/Kel. No.

Lebih terperinci

Kegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam

Kegiatan Ekonomi. Berdasarkan Potensi Alam Bab 7 Kegiatan Ekonomi Berdasarkan Potensi Alam Bab ini akan membahas tentang kegiatan ekonomi yang didasarkan pada potensi alam. Pelajarilah dengan saksama agar kamu dapat mengenal aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan ekosistem alami yang sangat kompleks dan juga merupakan salah satu gudang plasma nutfah tumbuhan karena memiliki berbagai spesies tumbuhan. Selain itu,

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ... itj). tt'ii;,i)ifir.l flni:l l,*:rr:tililiiii; i:.l'11, l,.,it: I lrl : SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI DAFTAR SINGKATAN viii tx xt xii... xviii BAB

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat, maupun

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

Dian Lazuardi Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru

Dian Lazuardi Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru Dian Lazuardi Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru Seminar Nasional Agroforestry, Bandung, 19 Nvember 2015 Perladangan berpindah, swidden agriculture, perladangan bergilir, dan perladangan gilir balik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis, yang tidak saja mengandung kekayaan hayati flora yang beranekaragam, tetapi juga termasuk ekosistem terkaya

Lebih terperinci

Oleh : Sri Wilarso Budi R

Oleh : Sri Wilarso Budi R Annex 2. The Training Modules 1 MODULE PELATIHAN RESTORASI, AGROFORESTRY DAN REHABILITASI HUTAN Oleh : Sri Wilarso Budi R ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel 19850. Ada banyak pengertian dan batasan agroforestri.

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA 1 OLEH : Kelompok V Muslim Rozaki (A 231 10 034) Melsian (A 231 10 090) Ni Luh Ari Yani (A 231 10 112) Rinanda Mutiaratih (A 231 11 006) Ismi Fisahri Ramadhani (A 231

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah 35.376,50 km 2 yang terdiri dari areal pemukiman, areal pertanian, perkebunan dan areal hutan yang

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D

Lebih terperinci

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP Pengertian Konservasi Konservasi sumber daya alam adalah penghematan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah yang menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah yang menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah yang menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari 16 kecamatan; yaitu Kecamatan Lawe Alas, Kecamatan Lawe Sigala-gala, kecamatan Babusalam Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batu Bara Kegiatan penambangan merupakan proses ekstraksi bahan mineral yang bernilai ekonomis dari lapisan bumi demi memenuhi kebutuhan manusia (Gregory, 1983 disitasi

Lebih terperinci

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN. MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN Dosen pada Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

BAGIAN EMPAT KLASIFIKASI AGROFORESTRI. Panduan Praktis Agroforestri

BAGIAN EMPAT KLASIFIKASI AGROFORESTRI. Panduan Praktis Agroforestri KLASIFIKASI AGROFORESTRI Sebagaimana telah diuraikan pada bahan terdahulu, agroforestri atau sering disebut dengan wanatani hanyalah sebuah istilah kolektif dari berbagai pemanfaatan lahan terpadu (kehutanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat bermanfaat bagi manusia. Hutan merupakan ekosistem yang menjadi penyangga kehidupan manusia yang harus dilindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan agroforestri. Sistem agroforestri yang banyak berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan agroforestri. Sistem agroforestri yang banyak berkembang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan lahan kering pada tanah milik di Desa Wukirsari umumnya dikelola dengan agroforestri. Sistem agroforestri yang banyak berkembang pada lahan yang sempit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.

PENDAHULUAN. berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan,yaitu berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan tersebut boleh dirasakan

Lebih terperinci

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAGIAN LIMA. Analisa Ekonomi dalam Agroforestri. Panduan Praktis Agroforestri

BAGIAN LIMA. Analisa Ekonomi dalam Agroforestri. Panduan Praktis Agroforestri Analisa Ekonomi dalam Agroforestri Perspektif Ekonomi dalam Agroforestri Perhatian utama ilmu ekonomi adalah peng-alokasian sumberdaya yang terbatas. Dalam hal ini masalah yang digeluti terutama menyangkut

Lebih terperinci

SISTEM AGROFORESTRI DI INDONESIA

SISTEM AGROFORESTRI DI INDONESIA Bahan Ajar 1 SISTEM AGROFORESTRI DI INDONESIA Kurniatun Hairiah, Widianto dan Sunaryo TUJUAN Mengenal bentuk-bentuk agroforestri yang ada di Indonesia Memahami evolusi dan proses-proses yang terjadi dalam

Lebih terperinci

TOPIK : SEJARAH PERTANIAN APAKAH PERTANIAN ITU?

TOPIK : SEJARAH PERTANIAN APAKAH PERTANIAN ITU? TOPIK : SEJARAH PERTANIAN APAKAH PERTANIAN ITU? 1. ASAL MULA PERTANIAN Pertanian berawal dari kegiatan bercocok tanam biji Peternakan berawal dari memelihara hewan buruan Pertanian berpindah muncul pd

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TALAU, NTT Oleh Dian Wahyu Wulandari,

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TALAU, NTT Oleh Dian Wahyu Wulandari, DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TALAU, NTT Oleh Dian Wahyu Wulandari, 0606071336 DAS Talau memiliki luas sekitar 720 km 2, terletak di Indonesia dan Timor Leste. Daerah hulu DAS ini terletak di Indonesia dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang No. 5, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan

Lebih terperinci

FUNGSI KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM SECARA BIJAK* Oleh : IMRAN SL TOBING**

FUNGSI KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM SECARA BIJAK* Oleh : IMRAN SL TOBING** FUNGSI KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM SECARA BIJAK* Pendahuluan Oleh : IMRAN SL TOBING** Ujung Kulon merupakan kebanggaan kita; tidak hanya kebanggaan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

INOVASI SISTEM AGROFORESTRY DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KARET ALAM

INOVASI SISTEM AGROFORESTRY DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KARET ALAM INOVASI SISTEM AGROFORESTRY DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KARET ALAM 1 Wilda Sukmawati, 2 Yandra Arkeman, 3 Syamsul Maarif 1 Dosen STMI Jakarta, 2 Dosen TIP IPB, 3 Guru Besar Pascasarjana TIP-IPB ABSTRAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Rakyat dan Agroforestry. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Rakyat dan Agroforestry. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan TINJAUAN PUSTAKA Hutan Rakyat dan Agroforestry Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat, maupun lahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri dari pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Pulosari Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun, kondisi tutupan lahan Gunung Pulosari terdiri dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN??? PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN??? (Studi kasus di kawasan TN Alas Purwo) Oleh : Bagyo Kristiono, SP. /Polhut Pelaksana Lanjutan A. PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat)

Lebih terperinci

QANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA QANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA IMUEM MUKIM PALOH, Menimbang: a. Bahwa hutan adat mukim

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat hutan pegunungan sangat rentan terhadap gangguan, terutama yang berasal dari kegiatan pengelolaan yang dilakukan manusia seperti pengambilan hasil hutan berupa

Lebih terperinci