BAB III MASALAH-MASALAH YANG MEMPENGARUHI RUGI-RUGI ENERGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III MASALAH-MASALAH YANG MEMPENGARUHI RUGI-RUGI ENERGI"

Transkripsi

1 BAB III MASALAH-MASALAH YANG MEMPENGARUHI RUGI-RUGI ENERGI 3.1 Umum Pada penyaluran tenaga listrik, selalu akan terjadi rugi-rugi energi listrik, hal ini disebabkan bahwa lokasi pemakai tidak sarna dengan lokasi pernbangkit. Rugi-rugi energi listrik yang terjadi tentunya dalarn batas-batas kewajaran yang sudah barang tentu untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan usaha-usaha yang rnemadai. Rugi-rugi energi listrik dari tahun ke tahun rnasih berada di atas terget yang ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha-usaha penanggulangan rugirugi energi listrik selama ini rnasih belurn rnencakup sernua permasalahan sehingga untuk rnenentukan usaha-usaha tersebut perlu diperhatikan semua rnasalah yang mempengaruhi rugi-rugi energi listrik tersebut. 3.2 Masalah Teknis Perusahaan Bila suatu jaringan dilalui oleh arus listrik, akan ada jatuh tegangan (rugirugi tegangan) dan rugi-rugi tenaga (rugi-rugi energi) dalam jaringan tesebut. Rugirugi tegangan rnenyebabkan tegangan yang diterirna oleh pernakai lebih rendah dari pada tegangan pada ujung pengirirnan, sedangkan rugi-rugi tenaga menirnbulkan panas pada komponen yang bersangkutan. Pada jaringan

2 subtransmisi ada dua macam pernbebanan batas, yakni pernbebanan yang dibatasi oleb besarnya rugl-rugl pembebanan yang dibatasi oleh persentase ruglrugl tegangan Keadaan Jaringan Listrik Keadaan jaringan distribusi perlu mengalami penyempurnaan terutama dari persyaratan teknis penyambungan, misalnya : 1. Sambungan pada SUTM dan SUTR yang kurang sempurna. 2. Penampang penghantar yang tidak sesuai dengan beban yang tersambung. 3. Radius jaringan. 4. Daerah bebas hantaran. 5. Beban induktif. 6. Beban tidak seimbang Sambungan pada Saluran Tegangan :Menengah (SUTM) dan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) yang Kurang Sempurna. Banyak dijumpai sambungan-sambungan baik pada SUTM maupun SUTR yang kurang sempurna saat diadakan pembangunan maupun pemeliharaan. Seperti pada wak"iu pemeliharaan / perbaikan tidak diperhatikan persyaratan teknis penyambungan misalnya 1. Penyambungan penghantar yang putus tidak menggunakan "joint sleeve" 31

3 tetapi dipuntir / di1ilit. 2. Jembatan antar konduktor pada persilangan I percabangan menggunakan konduktor yang penampangnya kecil, maka digunakan komduktor yang penampangnya minimal sama dan disambung dengan menggunakan paralel klem. Sambungan ("joint") penghantar harus mempunyai konduktivitas listrik yang baik serta kekuatan mekanis dan ketahanan ("durabilitas") yang tangguh Poros Kawat Baja Kelongsong Aluminium Kelongsong Baja A.C.S.R Gambar 3.1. Sambungan Kompresi untuk Alumuniun Conductor, Steel- Reinforced (ACSR) Penampang Penghantar tidak Sesuai dengan Beban yang Tersambung. Hal ini bisa terjadi karena penampang penghantar dari pada jaringan tidak sesual untuk melayani beban yang besar, sebab jaringan dengan penampang penghantar yang kecil tidak mampu memikul beban yang besar, sehingga akan teljadi rugi-rugi energi. Untuk itu penampang penghantar disesuaikan dengan 32

4 beban yang tersambung Radius Jaringan 1. Radius melebihi jaringan kekuatan tegangan daya yang menengah diijinkan. dan Hal tegangan terse but rendah terutama yang diakibatkan terlalu panjang Radius jaringan tegangan menengah dan tegangan rendah yang terlalu panjang melebihi kekuatan daya yang diijinkan. Hal terse but terutama diakibatkan oleh tingkat pembangunan suatu daerah yang terlalu pesat dan tidak diduga sebelumnya, sehingga beban yang bam berada di luar jangkauan jaringan yang sudah ada, untuk melayaninya diperlukan jaringan tambahan sehingga akibatnya radius jaringan melebihi ketentuan momen listrik yang diijinkan Daerah Bebas Hantaran Terbebasnya jalur hantaran dari kemungkinan kontak dengan benda lain adalah mutlak untuk mendapatkan perhatian, karena dengan terjadinya kontak dengan benda lain akan menyebabkan terjadi rugi-rugi energi yang diderita PLN. Di sisi lain para pelanggan akan menderita tegangan tidak normal yang kemudian diikuti pelayanan yang terhenti dengan lepasnya PMT ("circuit breaker"). Kemungkinan terjadinya kontak antara hantaran dengan benda-benda lain terutama dengan pohon-pohonan, maka untuk terjaminnya daerah bebas hantaran periu dilaksanakan sebagai berikut : 1. Pemangkasan pohon-pohon yang ada di sekitar jaringan dilaksanakan secara teratur. 2. Pengawasan terhadap pekerjaan bangunan atau bangunan lainnya agar tidak 33

5 melewati daerah bebas hantaran. Maka untuk itu perlu koordinasi dengan pemda setempat sebagai bahan pertimbangan dalam mengeluarkan surat ijin mendirikan bangunan. Gambar 3.2 Daerah Bebas Hantaran Saluran Udara Tegangan Menengah Pada gambar 3.2. ditunjukkan bahwa jarak antara cabang-cabang pohon yang telah dipangkas dengan hantaran sebesar 2 meter, dengan tiang distribusi sebesar 3,5 meter, dan kawat netral sebesar 1 meter Beban Induktif 34

6 Sejalan dengan perkembangan pemanfaatan jasa listrik di bidang usaha dan industri yang semakin banyak menggunakan peralatan-peralatan listrik untuk mengkonversikan energi listrik menjadi energi mekanik atau untuk keperluan lainnya yang mengakibatkan faktor kerja (cos θ) yang dirasakan oleh PLN sebagai tambahan rugi-rugi energi pada jaringan. Sebagai usaha untuk mengatasi hal tersebut, terutama konsumen besar agar menggunakan I memasang kvarh meter (alat untuk mengukur daya reaktif yang dibangkitkan oleh kapasitor) dengan maksud agar konsumen berusaha memperbaiki faktor kerja dari perlatan-peralatan yang dipakai. Pada saat ini sebagian pelanggan berdasarkan kontrak penyambungannya telah dilengkapi kvarh meter, dan yang paling tepat untuk mengurangi rugi-rugi energi adalah dengan pemasangan kapasitor Beban Tidak Seimbang Akibat dari beban yang tidak seimbang pada transformator memang secara langsung tidak dapat kita lihat, akan tetapi apabila ketidakseimbangan beban pada transformator ini kita pandang sebagai ketidaknormalan maka akan menimbulkan rugi-rugi energi. Secara teknik ketidakseimbangan beban pada transformator akan berakibat sebagai berikut : 1. Pada transformator akan timbul panas yang tidak normal akibat adanya arus sirkulasi. 35

7 2. Transtormator akan menjadi tidak efisien dalam pelayanan tenaga listrik. 3. Transformator akan menjadi tidak dapat melayani beban nominal. 4. Akan timbul arus pada netral transformator, sehingga akan timbul rugi-rugi energi pada netra SistemPenyambungan Pelayanan Petumbuhan ekonomi yang baik, pembangunan peru mahan yang tepat dan tersebar baik di kota maupun di desa menyebabkan PLN berkewajiban untuk menyediakan sarana listrik yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Keterangan : Gambar 3.3. Sambungan Pelayanan ke Konsumen JTR = STR + SP SP SR = SLP + SMP + APP = SLP +SMP Dengan JTR : J aringan Tegangan Rendah 36

8 STR SP SLP : Saluran Tegangan Rendah : Sambungan Pelayanan : Sambuangn Luar Pelayanan SMP : Sambungan Masuk Pelayanan APP : Alat Pengukur dan Pembatas SR : Sambungan Rumah Tertib Administrasi Manajemen Tertib adminstrasi manajemen meliputi : 1. Pemasangan kwh meter terlambat untuk sambungan baru. 2. Terlambat penggantian I pemasangan kembali kwh meter yang diangkat karena gangguan atau kasus Operasi Penanggulangan Aliran Listrik. 3. Keterlambatan manajemen dari bidang pengusahaan ke bidang teknik atau sebaliknya. 4. Sambungan peneranganjalan umum. 5. Catat meter Pemasangan kwh meter Terlambat untuk Sambungan Baru Sebagai akhir suatu rangkaian proses penyambungan aliran listrik pada pelanggan adalah terpasangnya kwh meter pelanggan, dengan demikian pemakaian aliran listrik oleh pelanggan yang bersangkutan sudah mulai dapat dimonitor / dicatat. Tetapi ada kalanya pemasangan kwh meter pada saat yang 37

9 dibutuhkan tidak tersedia, hal ini karena : 1. Informasi berupa sisa persediaan gudang tidak tepat. 2. Kurangnya koordinasi antara unsur / fungsi pelaksanaan pemasangan sambungan rumah dengan unsur I fungsi APP. 3. Fungsi pemasangan APP kurang mampu mengimbangi pelaksanaan pemasangan sambungan rumah dilaksanakan oleh pihak ketiga sedangkan pemasangan APP dilaksanakan oleh PLN untuk memenuhi kontrak waktu penyambungan, sedangkan syarat-syarat teknis dan administrasi sudah dipenuhi oleh pelanggan yang bersangkutan. Ada kalanya pelanggan yang bersangkutan aliran listriknya terpaksa dinyalakan walaupun belum terpasang kwh meter, sehingga pemakaian aliran listrik dari saat menyala sampai terpasang kwh meter tidak tercatat dan tentu saja ha1 tersebut merupakan kerugian bagi PLN Terlambat Penggantian I Pemasangan Kembali kwh meter yang Diangkat karena Gangguan atau Kasus Operasi Penanggulangan Aliran Listrik. Da1am memberikan pe!ayanan kepada pelanggan, PLN berusaha semaksimal mungkin untuk memperhatikan keluhan-keluhan atau gangguangangguan yang terjadi pada instalasi mi1ik PLN misalnya kwh meter pada rumah pelanggan. Keluhan konsumen menengenai kwh meter umumnya berupa putaran piringan 38

10 yang tidak normal I terlalu cepat atau macet sarna sekali. Dalam kejadian seperti diatas, kwh meter diangkat I dibongkar serta dibawa ke PLN untuk diidentifikasi gangguannya. Selama kwh meter diangkat, rumah pelanggan tetap dilayani aliran listriknya walaupun tanpa kwh meter, sehingga pemakaian listrik tidak tercatat Keterlambatan Manajemen dari Bidang Pengusahaan ke Bidang Teknik atau Sebaliknya Terlambatnya "up-dating" data dari bagian teknik ke bagian Tata Usaha Langganan (TUL) yang dapat mengakibatkan terlambatnya penyelesaian pencatatan data listrik sehingga rekening belum dapat diterbitkan. Selain itu tidak beresnya kwh meter terpasang yang harus dipertimbangkan sehingga kemungkinan tidak akuratnya penunjukkan "stand meter" Sambungan Penerangan Jalan Umum Kerugian energi pada penerangan jalan umum dapat tmjadi karena disebabkan antara lain: 1. Kurangnya koordinasi pada pemasangan penerangan jalan umum antara pemerintah daerah dengan PLN sehingga sulit mengikuti perkembangan jumlah titik lampu dari waktu ke waktu. Dimana penentuan energi terpakai penerangan jalan umum tidak dengan kwh meter tetapi dihitung atas dasar jumlah VA dari lampu dikalikan 0, Tidak berfungsinya peralatan pemutus otomatis (saklar waktu, photo 39

11 cell) karena kurangnya pemeliharaan sehingga lampu jalan menyala pada siang hari Catat Meter Kita menyadari bahwa hash meter adalah sangat menentukan omset penjualan energi yang menghasilkan pendapatan perusahaan, oleh karena itu fungsi pencatatan meter haruslah mendapat perhatian yang serius. Tidak tertibnya peneatatan meter akan menimbulkan rugi-rugi energi yang tidak diharapkan, tidak tertibnya yang dimaksud antara lain : 1. Pembacaan kwh meter yang tergesa-gesa karena mengejar target, mengakibatkan a. Kesalahan pembacaan stand meter b. Kesalahan penulisan c. Penulisan yang kurang jelas 2. Adanya pembaeaan yang ditafsir 3. Kekeliruan pada pembuatan daftar pencatatan meter (DPM) Alat Pengukur dan Pembatas Seperti kita ketahui bahwa rupiah pendapatan dan penjualan energl ditentukan dari hasil peneatatan meter disamping tergantung dari pelaksanaan pencatatan itu sendiri seperti telah diterangkan pada bagian catat meter di atas, juga keadaan alat pengukur dan pembatas merupakan hal yang sangat penting, 40

12 mengingat data besaran yang ditunjukkan merupakan satu-satunya dokumen dari besaran yang ditunjukkan merupakan satu-satunya dokumen dari besaran penggunaan / pemakaian energi listrik oleh pelanggan, sehingga keadaan alat pengukur dan pembatas harus benar-benar selalu dalam kondisi sempurna, karena ketidaksempurnaan atau kelainan alat pengukur dan pembatas tersebut dapat menimbulkan kerugian energi yang sang at berarti, walaupun semua persyaratan penyambungan ke langganan lainnya baik dan benar. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah : 1. Pengawatan 2. Cara I kondisi peneraan 3. Pemasangan kwh meter 4. Merek kwh meter 5. Umur kwh meter Pengawatan Salah satu contoh dalam alat pengukur dan pembatas adalah pada waktu pekerjaan pengawatan, sehingga menimbulkan kerugian baik pada pihak PLN maupun pihak konsumen, yaitu dengan tidak bekerjanya alat pengukur dan pembatas secara benar. Kesalahan-kesalahan tersebut diatas dapat disebabkan karena: 1. Terjadinya lose kontak pada terminal kwh meter, sehingga arus listrik yang mengalir tidak terukur dengan benar. 41

13 2. Pengawatan yang keliru / salah sehingga polaritas arus dan tegangan tidak benar, akibamya putaran kwh meter tidak sesuai dengan yang diharapkan, antara lain : putaran piringan kwh meter terbalik, perputaran terlambat (lebih kecil dari putaran yang sebenamya) Cara / Kondisi Peneraan Faktor peneraan kwh meter juga sangat mempengaruhi tingkat penjualan kwh yang ingin kita capai. Kesalahan yang teijadi akibat peneraan kwh meter akan menyebabkan kerugian kwh yang akan dipikul oleh perusahaan maupun pihak konsumen, namun demikian kecenderungan justru teijadi kerugian dipikul pleh pihak perusahaan Pemasangan kwh meter Di dalam pelaksanaan kwh meter pada pelanggan telah pula diatur standar PLN guna memberikan keandalan maupun mempersempit ruang gerak konsumen dalam melakukan usaha-usaha pencurian aliran listrik, yaitu : 1. Pemasangan kwh meter diluar bangunan 2. Urutan pengawatan dalam kwh meter Merek kwh meter Dengan semakin pesatnya perkembangan konsumen PLN saat ini, mengakibatkan muncul berbagai macam merek kwh meter yang beredar dan 42

14 dipergunakan oleh PLN. Peranan PLN dalam hal ini harus betul-betul selektif dalam memilih dan mempergunakan merk kwh meter yang dapat memberikan jaminan akan presesi tidaknya "performance" dari kwh meter tersebut. Temyata di sini mutu dan kwh meter juga menentukan tingkat pertumbuhan dan rugi-rugi energi yang dialami oleh PLN. Oleh karena itu seyogyanya PLN memperhatikan hal-hal tersebut, sehingga rugi-rugi energi yang diakibatkan oleh mutu kwh meter dikurangi Umur kwh meter Seperti halnya peralatan-peralatan lainnya, k\vh meter juga mempunyai batas umur yang harus kita perhatikan, sebab semakin berkurang "performance" yang sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap ketelitiannya. Saat ini masih banyak dijumpai di lapangan bahwa pemasangan kwh meter pada pelanggan telah mencapai umur lebih dari 5 tahun bahkan lebih dari 10 tahun. Sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan bahwa kwh meter 3 phase yang telah berumur lebih dari 5 tahun harus diperiksa ulang, begitu pula kwh meter 1 phase yang berumur lebih dari 10 tahun. Bila hal tersebut tidak mendapatkan perhatian pihak perusahaan, tentu akan menimbulkan dampak pula terhadap rugi-rugi energi yang kita alami. 3.3 Masalah Non Teknis Perusahaan Dalam masalah ini penulis men cob a untuk mengungkapkan masalah- 43

15 masalah yang timbul karena faktor non teknis perusahaan sebagai penyebab timbulnya rugi-rugi energi yang diderita perusahaan saat ini Menyadari akan semakin meningkatnya perkembangan perusahaan, baik di sektor pembangkit, jaringan, maupun pelanggan tentunya akan semakin bertambah kompleknya masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Peningkatan tersebut sudah barang tentu menuntut kita harus dapat meningkatkan adminsitrasi manajemen maupun meningkatkan pelayanan kepada konsumen guna mengimbangi pesatnya laju perkembangan perusahaan yang kita alami. Seperti diketahui dalam proses penyaluran energi listrik dari suatu tempat ke tempat lain pada umumnya akan terjadi rugi-rugi energi, dimana rugi-rugi tersebut teijadi karena adanya faktor non teknis perusahaan yang sampai saat ini masih menjadi kendala bagi perusahaan. Dalam masalah ini penulis mencoba membahas tentang : 1. Masalah pencurian aliran listrik. 2. Sumber kerugian pada tat a usaha langganan. 3. Mutu material Masalah Pencurian Aliran Listrik. Yang dimaksud dengan pencurian aliran listrik ialah pemakaian tenaga listrik secara tidak sah oleh konsumen sehingga menimbulkan rugi-rugi energi. Kasus-kasus pencurian aliran listrik yang terjadi saat ini cukup banyak yang juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan angka rugi-rugi energi yang 44

16 dialami cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka rugi-rugi energi di negara lain. Kalau semula diperkirakan bahwa penyebab rugi-rugi energi di jaringan adalah kekurangan konsumen saja, temyata terdapat penyebab lain yaitu akibat kurang pengawasan dan tindakan indisipliner pegawai / petugas PLN. Dengan demikian usaha-usaha untuk menurunkan rugi-rugi energi tidak hanya dipandang dari segi teknisnya saja, melainkan juga harus kita tinjau dari faktor sosial yang berlangsung Sumber Kerugian pada Tata Usaha Langganan. Sumber kerugian pada tata usaha langganan dapat disebabkan oleh : 1. Juru catat meter 2. Kesalahan dalam pembuatan rekening 3. Waktu pencatatan kwh meter Juru Catat Meter Orang yang mencatat meter ini dapat mempunyai sifat yang tidak baik seperti angka meter menjadi salah, karena catat bahkan juga mencatatnya sudah betul tetapi menghitungnya (selisih) salah, yang berarti juru catat tidak cermat atau ceroboh. Tetapi dapat juga tidak dilihat, tetapi ditulis di buku atau daftar dengan cara mernperkirakannya. Ini sudah masuk itikad tidak baik karena angka dikarang, dari jauh mungkin karena malas dan di sisi lain tidak rnernperoleh 45

17 keuntungan finansial, dan di sisi lain mengubah angka kwh meter (dikecilkan) karena bekerja sarna dengan pelanggan, mungkin juru catat mendapat keuntungan finansial Kesalahan dalam Pembuatan Rekening Sudah ada kemajuan dengan kemputer kita dapat mendeteksi kelainankelainan yang mungkin terjadi. Rekening dapat juga salah karena infermasi mengenai faktor meter keliru diberikan. Perlu diperhatikan masalah pengecekan ulang "recheck" Waktu Penc.atatall kwh meter Dengan menggunakan kwh bulanan, maka baik buruknya nilai rugi-rugi dipengaruhi eleh disiplin tidaknya juru catat yang seharusnya dicatat pada tanggal yang sudah ditetapkan. Bila pencatatan dilakukan sekian hari setelah tanggal yang dijadwalkan, rugi-rugi akan menjadi lebih baik. Tetapi pencatatan dilakukan sebelum tanggal yang dijadwalkan, maka rugi-rugi menjadi lebih jelek (buruk) Mutu Material. Keberhasilan dari suatu pekerjaan tidak terlepas dari mutu material yang dipasang, dimana mutu material yang baik akan menjadi keandalan suatu sistem. Di dalam memulai suatu pekerjaan biasanya memang dibuat ketentuanketentuan I spesifikasi teknik mengenai jenis serta mutu peralatan yang dipasang, namun 46

18 sering dijumpai adanya penyimpangan-penyimpangan akibat kurangnya pengawasan maupun penguasaan pegngetahuan terhadap mutu material eleh petugas I pengawas. Hal tersebut tentu saja akan menimbulkan kerugian pada perusahaan karena mutu material yang dipasang tidak sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan, disamping itu mutu material yang jelek akan membawa dampak negatif terhadap keandalan sistem. Oleh karena itu para pengawas PLN dituntut untuk mampu menilai dengan baik apakah setiap material yang akan digunakan sudah memenuhi syarat-syarat kelayakan, dengan melaksanakan pemeriksaan terhadap: a. Merk yang telah mendapat sertifikat. b. Rating "capacity" material, ampere, "'voltage" sesuai dengan "name plat". c. Keadaan fisik / kondisi material. d. Bahan yang digunakan. e. Pengukuran tahanan isolasi dan peneraan. 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Analisa teknis pencurian energi listrik pada kwh Meter 1 Phasa dilakukan dalam rangka penertiban pemakaian tenaga listrik oleh PT.PLN (Persero) terhadap konsumen. Pemakaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan menggunakan KWh-meter analog 3 fasa dan KWh-meter digital 3 fasa. Perbandingan yang dilihat

Lebih terperinci

P2TL (PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK)

P2TL (PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK) P2TL (PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK) Anggota Kelompok : Hasbulah Hendra Alam Ariwibowo M. Mandala Putra Wily Silviyanty Kelas : 5 ELC PT. PLN RAYON KENTEN Sampai Oktober 2013: - Memiliki 110.630

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r. Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi (R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan papan. Hampir seluruh peralatan-peralatan yang digunakan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. dan papan. Hampir seluruh peralatan-peralatan yang digunakan untuk membantu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari energi listrik, energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok disamping sandang, pangan, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar MCB MCB (Miniature Circuit Breaker) atau pemutus tenaga berfungsi untuk memutuskan suatu rangkaian apabila ada arus yamg mengalir dalam rangkaian atau beban listrik

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

BAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI

BAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI BAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI Pada bab ini akan dibahas peran sistem AMR dalam upaya penurunan susut / losses distribusi. Perlu kita ketahui manfaat yang dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) 3.1 Alat Ukur Listrik Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan lain sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI 4.1 UMUM Proses distribusi adalah kegiatan penyaluran dan membagi energi listrik dari pembangkit ke tingkat konsumen. Jika proses distribusi buruk

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro ISSN

Jurnal Teknik Elektro ISSN STUDI ANALISIS PERBANDINGAN RUGI DAYA PADA TITIK SAMBUNG PIERCHING CONNECTOR DENGAN LINE TAP CONNECTOR PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH 220 V DI PT. PLN (PERSERO) RAYON LAMONGAN Ulul Ilmi *), Arief Budi Laksono

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Rita Prasetyowati Jurusan Pendidikan Fisika-FMIPA UNY ABSTRAK Masyarakat luas mengenal alat penghemat listrik sebagai alat yang dapat menghemat

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S. SOAL DAN PEMBAHASAN SEKOLAH : SMK Negeri Nusawungu MAPEL : MIPLBS KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik Oleh : Siswanta, S.Pd 1. Syarat-syarat instalasi listrik adalah...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber energi untuk memperoleh kerja yang berguna adalah kunci dari kemajuan industri yang penting untuk peningkatan taraf hidup yang berkesinambungan bagi

Lebih terperinci

SOP PEMELIHARAAN APP PENGUKURAN TDK LANGSUNG

SOP PEMELIHARAAN APP PENGUKURAN TDK LANGSUNG PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JABAR & BANTEN SOP PEMELIHARAAN APP PENGUKURAN TDK LANGSUNG Kode SOP : APP - 1 Halaman 1 / 5 PETUGAS : 1. Pengawas - orang 2. Pelaksana 2 orang KOORDINASI : 1. Supervisor Penyambungan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI NOMOR 20012/44/600.4/2003 TENTANG

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI 1 BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban), merupakan hal penting untuk

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat melakukan pemasangan KWH meter 2. Mahasiswa dapat melakukan penyambungan kabel twist dari tiang listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Jaringan tegangan rendah, Rugi rugi energi, Konektor Tap, Konektor Pres.

ABSTRAK. Kata Kunci : Jaringan tegangan rendah, Rugi rugi energi, Konektor Tap, Konektor Pres. ABSTRAK Rugi rugi energi adalah suatu kondisi atau keadaan dimana jumlah energi yang disalurkan tidak sama dengan energi yang diterima. Rugi energi merupakan salah satu parameter kualitas jaringan listrik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Nama kelompok 1 : Ridho ilham 2016330024 Romi eprisal 2015330008 Yuri ramado 2015330005 Rawindra 2015330007 A. KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Sistem penyaluran tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk listrik untuk di salurkan kepelanggannya. Namun Perusahaan ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk listrik untuk di salurkan kepelanggannya. Namun Perusahaan ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini Perusahaan Listrik Negara atau biasa disingkat dengan PLN merupakan salah satu perusahaan yang sangat berpengaruh di Indonesia. Perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB III PENANGANAN KOMPLAIN DI PT PLN (PERSERO) RAYON GOMBONG Analisis Penanganan Komplain di PT PLN (Persero) Rayon Gombong

BAB III PENANGANAN KOMPLAIN DI PT PLN (PERSERO) RAYON GOMBONG Analisis Penanganan Komplain di PT PLN (Persero) Rayon Gombong BAB III PENANGANAN KOMPLAIN DI PT PLN (PERSERO) RAYON GOMBONG 3.1. Analisis Penanganan Komplain di PT PLN (Persero) Rayon Gombong Pengumpulan data mengenai upaya penanganan komplain PT. PLN Rayon Gombong

Lebih terperinci

Alat Penghemat Listrik, Optimasi Daya, Bukan Menghemat Monday, 12 March 2007

Alat Penghemat Listrik, Optimasi Daya, Bukan Menghemat Monday, 12 March 2007 Alat Penghemat Listrik, Optimasi Daya, Bukan Menghemat Monday, 12 March 2007 Semakin beratnya beban atau biaya hidup akibat naiknya harga sejumlah komponen pokok, nyatanya mampu membuka celah bisnis yang

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI

DAFTAR STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI DAFTAR STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI LEVEL 1 Kode Unit : DIS.OPS.005(1).B... 5 Judul Unit : Mengganti fuse pada peralatan hubung bagi (PHB-TR).

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PT. PLN (Persero) adalah mulai

A. Latar Belakang. di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PT. PLN (Persero) adalah mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan penyedia listrik untuk umum di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PT. PLN (Persero) adalah mulai terjadinya krisis energi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI

DAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI DAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI LEVEL 1 Kode Unit : DIS.OPS.005(1).B... 5 Judul Unit : Mengganti fuse pada peralatan hubung bagi (PHB-TR).

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA CARA PERAWATAN DAN PENGAMANAN SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) DAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) DI PT PLN (PERSERO) APP CAWANG Disusun Oleh : Mochamad Matiji (14411528) JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Kinerja Distribusi PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang Secara umum kinerja distribusi di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang mengalami penurunan yang baik

Lebih terperinci

Mematuhi aturan serta prosedur yang diguna-kan dalam merencana-kan dan menyiapkan pemasangan

Mematuhi aturan serta prosedur yang diguna-kan dalam merencana-kan dan menyiapkan pemasangan DESKRIPSI PEMELAJARAN KOMPETENSI KODE DURASI PEMELAJARAN : Memasang APP Fasa Tunggal : DIS.KON.001(2).A : 20 Jam @ 45 menit LEVEL KOMPETENSI KUNCI A B C D E F G 1 2 1 1 1 1 1 KONDISI KINERJA Dalam Melaksanakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 17-26 PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Di PT PLN (PERSERO) AREA BANGKA Lisma [1], Yusro Hakimah [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

REKONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) UNTUK MEMPERBAIKI DROP TEGANGAN DI DAERAH BANJAR TULANGNYUH KLUNGKUNG

REKONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR) UNTUK MEMPERBAIKI DROP TEGANGAN DI DAERAH BANJAR TULANGNYUH KLUNGKUNG REKONFIGURASI JARINGAN TEGANGAN RENDAH (JTR UNTUK MEMPERBAIKI DROP TEGANGAN DI DAERAH BANJAR TULANGNYUH KLUNGKUNG Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali,

Lebih terperinci

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya Analisis Pemasangan Kapasitior Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono@uny.ac.id Analisis Pemasangan Kapasitor

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL Handoyo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik : Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR

MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Managemen Pemeliharaan dan Perbaikan Tenaga Listrik pada semester VI Program Studi D3

Lebih terperinci

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH 216 217 Pekerjaan instalasi listrik yang telah selesai dikerjakan dan akan dioperasikan, tidak serta merta langsung boleh dioperasikan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisa ketidakseimbangan beban pada jaringan distribusi sekunder dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisa ketidakseimbangan beban pada jaringan distribusi sekunder dan 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam proses penelitian ini penulis melakukan penelitian kuantitatif yang menganalisa ketidakseimbangan beban pada jaringan distribusi sekunder dan

Lebih terperinci

Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya

Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya PERINGATAN!! Apakah anda sudah tau peralatan instalasi listrik rumah tangga beserta fungsinya masing masing? AWASS... BAHAYA bila anda belum tau.

Lebih terperinci

BAB IV PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK ( P2TL )

BAB IV PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK ( P2TL ) BAB IV PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK ( P2TL ) 4.1 Pengertian P2TL Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik selanjutnya disingkat P2TL adalah pemeriksaan oleh PLN terhadap Instalasi PLN dan Instalasi Pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di seluruh Indonesia. Melalui mutu pelayanan dan keamanan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di seluruh Indonesia. Melalui mutu pelayanan dan keamanan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara yang memiliki peranan penting dalam pembangunan negara khususnya dibidang energi

Lebih terperinci

Jurnal Elektum Vol. 14 No. 1 ISSN : DOI: https://doi.org/ /elektum e-issn :

Jurnal Elektum Vol. 14 No. 1 ISSN : DOI: https://doi.org/ /elektum e-issn : DOI: https://doi.org/10.2485/elektum.14.1.1-8 e-issn : 2550-0678 STUDI VERIFIKASI SISTEM KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN ADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN ALAT HB SR (ERALATAN HUBUNG BAGI SAMBUNGAN RUMAH)

Lebih terperinci

LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA

LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA PENDAHULUAN Kamu telah mengetahui dan memahami bahwa manusia pada saat ini dan saat yang akan datang selalu membutuhkan listrik, baik di rumah, di kantor, di pabrik, di sekolah,

Lebih terperinci

BAB IV PEMANFAATAN PEMASANGAN AUTOMATIC METER READING (AMR) UPAYA MENEKAN SUSUT ENERGI DI PT PLN (PERSERO) AREA CIKUPA

BAB IV PEMANFAATAN PEMASANGAN AUTOMATIC METER READING (AMR) UPAYA MENEKAN SUSUT ENERGI DI PT PLN (PERSERO) AREA CIKUPA BAB IV PEMANFAATAN PEMASANGAN AUTOMATIC METER READING (AMR) UPAYA MENEKAN SUSUT ENERGI DI PT PLN (PERSERO) AREA CIKUPA 4.1 Kondisi Pelanggan Di PT PLN (Persero) Area Cikupa Cikupa adalah kawasan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB X ENERGI DAN DAYA LISTRIK

BAB X ENERGI DAN DAYA LISTRIK 14 BAB X ENERGI DAN DAYA LISTRIK 1. Bagaimana cara PLN mengitung besarnya tagihan rekening listrik?. Apa perbedaan energi dan daya listrik? 3. Apa yang akan terjadi, jika suatu peralatan listrik dipasang

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serta membatasi daya yang digunakan sesuai daya kontraknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serta membatasi daya yang digunakan sesuai daya kontraknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Pembatas dan Pengukuran (APP) Alat Pembatas dan Pengukuran (APP) adalah suatu peralatan yang dipasang pada pelanggan untuk mengetahui/mengukur pemakaian energi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang berhasil dikumpulkan sejauh yang diketahui, penelitian tetang rugi energi pada jaringan tegangan rendah (JTR) dengan penggatian jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menonjol adalah dalam bidang teknologi elektronika. Sebelum adanya listrik

BAB I PENDAHULUAN. yang menonjol adalah dalam bidang teknologi elektronika. Sebelum adanya listrik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN. Pada Pelanggan Penyalahgunaan Energi Listrik. Berikut hasil pemeriksaan instalasi sambungan tenaga listrik PLN oleh tim

BAB IV ANALISA PEMBAHASAN. Pada Pelanggan Penyalahgunaan Energi Listrik. Berikut hasil pemeriksaan instalasi sambungan tenaga listrik PLN oleh tim BAB IV ANALISA PEMBAHASAN 4.1 Data Pelanggan Penyalahgunaan Dan Perhitungan Biaya Iuran Listrik Pada Pelanggan Penyalahgunaan Energi Listrik Berikut hasil pemeriksaan instalasi sambungan tenaga listrik

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal coulomb. 50 coulomb. 180 coulomb.

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal coulomb. 50 coulomb. 180 coulomb. SMP kelas 9 - FISIKA BAB 2. RANGKAIAN LISTRIK DAN SUMBER ENERGI LISTRIKLatihan Soal 2.1 1. Sebuah kawat penghantar mengalir arus listrik sebesar 500 m Besar muatan listrik yang melalui kawat itu selama

Lebih terperinci

Instalasi Listrik MODUL III. 3.1 Umum

Instalasi Listrik MODUL III. 3.1 Umum MODUL III Instalasi Listrik 3.1 Umum Instalasi listrik system distribusi terdapat dimana mana, baik pada system pembangkitan maupun pada system penyaluran (transmisi/distribusi) dalam bentuk instalasi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN POHON PADA RUANG BEBAS SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM), SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI

Lebih terperinci

BAB 3 PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN

BAB 3 PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN BAB 3 PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN 3.1 Pengujian Pengujian dilakukan di Laboratorium Tegangan Tinggi dan Pengukuran Listrik (TTPL) Fakultas Teknik dengan rangkaian pengujian sebagai berikut : Gambar

Lebih terperinci

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA Lembar Informasi Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1978, pasal 1 butir 5 tentang instalasi listrik, menyatakan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 0 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI Erhaneli (1), Aldi Riski () (1) Dosen Jurusan Teknik Elektro () Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Makalah Seminar Kerja Praktek PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Rieza Dwi Baskara. 1, Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang merupakan salah satu program kerja PT PLN untuk mengurangi

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI Bab V JARINGAN DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI Pengertian: bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa jaringan penghantar yang menghubungkan antara gardu induk pusat beban dengan pelanggan. Fungsi: mendistribusikan

Lebih terperinci

PT.PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)

PT.PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) PT.PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) PELAYANAN Pasal 1 (Ketentuan Umum) 1. Listrik Prabayar (LPB) adalah Produk layanan pemakaian tenaga listrik yang menggunakan meter elektronik prabayar dengan cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada penyaluran energi listrik dari tingkat pembangkit sampai tingkat beban, seringkali terdapat gangguan-gangguan yang bisa berupa ketidakseimbangan tegangan pada

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK Beban tidak seimbang pada jaringan distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Flow Chart Pengujian Deskripsi sistem rancang rangkaian untuk pengujian transformator ini digambarkan dalam flowchart sebagai berikut : Mulai Peralatan Uji Merakit Peralatan

Lebih terperinci

BAB II BUSUR API LISTRIK

BAB II BUSUR API LISTRIK BAB II BUSUR API LISTRIK II.1 Definisi Busur Api Listrik Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. P 1 P 2. Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus S 2 S 1. Alat Uji Arus 220 V

BAB IV PEMBAHASAN.  P 1 P 2. Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus S 2 S 1. Alat Uji Arus 220 V BAB IV PEMBAHASAN Sebelum melakukan pemasangan CT TR terdapat langkah langkah yang wajib apakah CT yang kita pasang baik di gunakan atau tidak berikut tahapan sebelum melakukan pemasanga CT TR 4.1 Pengujian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Implementasi Pemeriksaan Rutin

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Implementasi Pemeriksaan Rutin BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan rutin yang dilakukan pada pembahasan ini, dikhususkan mengenai jumper pada saluran udara tegangan menengah. Cara yang paling efektif untuk

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh : MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM

Lebih terperinci