PENGGUNAAN MEDIA PANGGUNG BONEKA DALAM PENDIDIKAN PERSONAL HYGIENE CUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DI AIR MENGALIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN MEDIA PANGGUNG BONEKA DALAM PENDIDIKAN PERSONAL HYGIENE CUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DI AIR MENGALIR"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN MEDIA PANGGUNG BONEKA DALAM PENDIDIKAN PERSONAL HYGIENE CUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DI AIR MENGALIR Riris Diana Rachmayanti Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya ABSTRACT Washing hand with soap and flow water is the most easy and most affordable to prevent disease transmission. Washing hand with soap should accustomed since early, because they are more vulnerable to disease activity with a higher play, especially to children because they are more susceptible towards disease with activity plays higher. Therefore, the pads of this research would like to know the media puppet stage effectiveness used to provided education in personal (washing hand with soap). This experiment done to analyze effective puppet that used as media in give information about washing hand with seen increase knowledge and skill about washing hand with soap in subject or group that given different treatment. This experiment done at elementary school Muhammadiyah 18 Mulyorejo Tengah with 1 st grade class. First class is fruits that given treatment shaped lecture elucidation, while second class vegetables that is given treatment shaped elucidation with puppet. Experiment that used is quasi experimental. From the research result there were differences in knowledge and skill before and after treatment both of them. There was increasing knowledge and skill with result for knowledge and skill wilcoxon singed rank test p= 0,000 and wilcoxon mannwhitney p=0,000. Fruits class increase skill 75,9% and increase knowledge 86,2% while the class vegetables increase skill 76,7% and increase knowledge 56,6%. Based on the research result on it after puppet stage less effective. Many factors make it ineffective can be from targets or puppet stage. Keywords: washing hand, soap, puppet stage ABSTRAK Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir merupakan cara paling mudah dan terjangkau untuk mencegah penularan penyakit. Mencuci tangan dengan sabun harus dibiasakan sejak dini, terutama kepada anak-anak karena mereka lebih rentan terhadap penyakit. Penelitian ini ingin mengetahui efektivitas media panggung boneka yang digunakan untuk memberikan pendidikan personal hygiene (mencuci tangan dengan sabun). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keefektifan panggung boneka yang digunakan sebagai media dalam memberikan informasi mengenai cuci tangan dengan melihat peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang mencuci tangan dengan sabun dalam subjek atau kelompok yang diberi perlakuan yang berbeda. Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah 18 Mulyorejo Tengah pada murid kelas 1. Kelas pertama disebut kelas buah yang diberi perlakuan berbentuk penyuluhan dengan ceramah, sedangkan kelas kedua disebut kelas sayuran yang diberi perlakuan berbentuk penyuluhan dengan boneka. Percobaan yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Dari hasil penelitian ada perbedaan pengetahuan dan keterampilan sebelum dan sesudah perlakuan keduanya. Ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan dengan hasil wilcoxon singed rank test uji p = 0,000 dan wilcoxon mann whitney-p = 0,000. Kelas buah memiliki peningkatan ketrampilan 75,9% dan peningkatan pengetahuan 86,2%, sementara kelas sayuran memiliki peningkatan ketrampilan 76,7% dan peningkatan pengetahuan 56,6%. Berdasarkan hasil penelitian media panggung boneka kurang efektif. Banyak faktor yang membuatnya tidak efektif, dapat dari sasaran atau penampilan boneka. Kata kunci: mencuci tangan, sabun, panggung boneka PENDAHULUAN Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut (Mantra, 2003). 1

2 Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Mei 2013: 1-9 Penyakit infeksi yang disebabkan oleh adanya bakteri sering menyerang anak-anak terutama mereka yang status gizi dan kesehatannya rendah. Infeksi bakterial pada saluran pencernaan masih merupakan masalah kesehatan di berbagai negara, terutama di negara berkembang. Setiap tahun, angka kematian pada anak balita akibat diare di dunia mencapai 2,5 juta jiwa. Salah satu penyakit diare adalah penyakit diare akut yang banyak diderita oleh anak-anak. Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia (Kandun, 2003). Data dari Subdit Diare, Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung Depkes RI tahun 2003, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi dan nomor lima pada semua umur. Banyak riset mengungkapkan bahwa resiko penularan penyakit bisa dikurangi dengan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta perilaku hygiene seperti cuci tangan pakai sabun pada waktu penting. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaidina dengan judul Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan dan Kecacingan pada Murid SD di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan memakai air dan sabun sebelum makan terbukti berhubungan bermakna dengan kejadian kecacingan (OR=2,35, 95% CI=1,40-3,94), variabel lain yang berhubungan bermakna adalah perilaku buang air besar (BAB) tidak di jamban dengan nilai (OR=2,64, 95% CI=1,46-4,77) dan perilaku jajan bukan di warung sekolah (OR=1,96, 95% CI=1,06-3,65). Cuci tangan pakai sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah berjangkitnya penyakit seperti diare, tifus, dan bahkan flu burung. Cuci tangan ternyata merupakan sebuah kunci penting dalam pencegahan penularan penyakit. Banyak sekali penyakit menular yang terjadi karena masalah perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah, salah satunya dalam hal mencuci tangan. Sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa perilaku mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan tingkat kejadian dan penularan berbagai macam penyakit menular. Dengan mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Oleh karenanya, mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan telur cacing yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan. Dari berbagai riset, risiko penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku hygiene, seperti cuci tangan pakai sabun pada waktu penting. Menurut penelitian Fewtrell dan Kaufmann (2005), perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif dibandingkan dengan hasil intervensi kesehatan dengan cara lainnya dalam mengurangi risiko penularan berbagai penyakit termasuk flu burung, kecacingan, influenza, hepatitis A, demam tifoid, dan diare terutama pada bayi dan balita. Maka perlu adanya pendidikan serta pembelajaran kesehatan untuk membiasakan diri menerapkan personal hygiene (cuci tangan memakai sabun). Hal tersebut tidak mudah namun apabila

3 Riris D.R., Penggunaan Media Panggung Boneka... pendidikan dan pembelajaran mengenai kesehatan diberikan secara dini pada anak maka akan lebih mudah diterima jika dibandingkan pada orang dewasa. Perilaku sehat bagi anak merupakan modal utama menuju ke arah hidup sehat di masa mendatang sehingga perilaku sehat dan pola hidup sehat perlu terus dibina dan dikembangkan secara dini dan secara luas. Belum optimalnya kesehatan pada anak terutama masalah kesehatan diri disebabkan oleh karena kurangnya peran orang tua dalam memberikan informasi serta pendidikan kesehatan kepada mereka. Pada dasarnya segala sesuatu perlu dibiasakan sedini mungkin sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan dan rutinitas yang secara sadar maupun tidak hal tersebut dilakukan tanpa disuruh ataupun diperintah orang lain tapi keinginan dan motivasi tersebut muncul dari dirinya sendiri. Dalam memberikan pembelajaran perlu adanya media yang dapat dijadikan sarana guna mempermudah penyampaian materi. Berdasarkan penelitian tentang puppets dengan sebutan penelitian timescale tahun mengemukakan bahwa menggunakan orangan (boneka) ternyata memiliki dampak positif pada pelajaran sains. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yaitu meningkatkan keterlibatan anakanak dan motivasi, memberikan dorongan untuk fokus bicara dan penyelidikan dalam sains, meningkatkan keyakinan segan dari anak-anak, termasuk beberapa anakanak dengan pendidikan kebutuhan khusus, mendapatkan anak-anak mereka untuk berbagi ide dan mereka mengungkapkan adanya kesalahpahaman, menantang anak-anak dan adanya kesalahpahaman ide kreatif dalam cara, memberikan peluang pada guru untuk mengambil peran yang berbeda, mendukung manajemen kelas efektif, menciptakan konteks untuk 3 penggunaan kosa kata ilmiah. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang media panggung boneka dalam memberikan informasi tentang cuci tangan menggunakan sabun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektifitas media panggung boneka dalam memberikan pendidikan cuci tangan menggunakan sabun di air mengalir dan meningkatkan pengetahuan tentang cuci tangan menggunakan sabun di SD Muhammadiyah 18 Surabaya. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilaksanakan adalah dengan penelitian eksperimental. Jenis eksperimental yang digunakan adalah eksperimental kuasi. Perlakuan ada 2 macam yaitu panggung boneka dan ceramah. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 1 SD Muhammadiyah 18 yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas 1 Vegetables dengan jumlah 31 siswa dan kelas 1 Fruits dengan jumlah 30 siswa. Lokasi pengambilan data dilaksanakan di dilaksanakan di SD Muhammadiyah 18 di Mulyorejo Tengah Surabaya. Untuk melihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan dengan menggunakan Wilcoxon singed-rank test dan untuk melihat adanya perbedaan pada penggunaan media yang digunakan antara panggung boneka dan ceramah dengan menggunakan Wilcoxon mean whithney HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Kelas Laki-laki Perempuan Fruits Vegetables 17 13

4 Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Mei 2013: 1-9 Tabel 2. Distribusi Berdasarkan Umur Umur Frekuensi (%) 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun ,8 59,3 8,5 3,4 Secara umum kondisi lingkungan sekolah di SD Muhammadiyah dapat dikatakan cukup bagus dan baik dengan fasilitas air bersih, dengan 5 buah kran air, terdapat 3 buah kamar mandi 2 kamar mandi untuk putri dan 1 buah kamar mandi untuk putra dengan kondisi kamar mandi yang cukup bersih, penerangan, ventilasi yang baik keadaan lantai yang tidak licin dan ventilasi yang cukup. apakah orang tua mengajari cara mencuci tangan? ya = 56 tidak = 3 Gambar 1. Diagram Peran Orang Tua Dalam Mengajarkan Cara Mencuci Tangan apakah orang tua menyuruh mencuci tangan? ya= 54 tidak= 5 Gambar 2. Diagram Perintah Orang Tua Untuk Mencuci Tangan Gambar 3. Diagram Sumber Informasi Tentang Cuci Tangan Berdasarkan uraian dari setiap diagram diatas maka dapat diketahui bahwa keberadaan orang tua yang paling besar namun keberadaan media juga sebagai faktor pendorong (reinforcing factor) sedangkan faktor pendukung (enabiling factor) dalam hal ini adalah sarana yang dimiliki oleh sekolah untuk melakukan cuci tangan. Tabel 3. Peningkatan Keterampilan Kelas Fruits dan Kelas Vegetables Kategori Fruits Vegetables Frekuensi (%) Frekuensi (%) Meningkat 22 75, ,7 Menurun 7 24,1 6 20,0 Tetap ,3 Berdasarkan tabel 3 mengenai keterampilan mencuci tangan di kedua kelas tersebut peningkatan lebih besar terjadi pada kelas vegetables sebesar 76,7% dan di kelas fruits 75,9%. Namun perbedaanya tidak begitu besar. Padahal pada kelas fruits hanya menggunakan ceramah sedangkan pada vegetables menggunakan panggung boneka.

5 Riris D.R., Penggunaan Media Panggung Boneka... Tabel 4 Hasil Pre-Test dan Post-Test Pengetahuan Kelas Fruits Kategori Pre-Test Post-Test Frekuensi (%) Frekuensi (%) Sangat 2 6, ,2 baik ( 80) Baik ( , ,8 60) Sedang 6 20,9 0 0 (59-40) Kurang 2 6,8 0 0 (<40) Tabel 5 Hasil Pre-Test dan Post-Test Pengetahuan Kelas Vegetables Kategori Pre-Test Post-Test Frekuensi (%) Frekuensi (%) Sangat 5 16, ,3 baik ( 80) Baik ( , ,3 60) Sedang ,7 (59-40) Kurang ,7 (<40) Tabel 6 Peningkatan Pengetahuan Kelas Fruits dan Kelas Vegetables Kategori Fruits Vegetables Frekuensi (%) Frekuensi (%) Meningkat 25 86, ,7 Menurun 1 3, Tetap 3 10, ,3 Berdasarkan tabel 6 pengetahuan diatas dapat diketahui bahwa pada kelas vegetables peningkatan pengetahuannya lebih kecil yaitu 56,7% jika dibandingkan dengan kelas fruits yang peningkatannya sebesar 86,2%. Maka disini media panggung boneka yang digunakan kurang berpengaruh terhadap pengetahuan atau informasi yang disampaikan didalamnya. Selain itu karakteristik dari siswa kelas vegetables yang cenderung lebih aktif dari kelas fruits. PEMBAHASAN Hasil perhitungan statistik perbedaan media yang digunakan dalam memberikan informasi mengenai cuci tangan menggunakan sabun, nilai p = 0,000 < α = 0,05. Maka H0 ditolak artinya ada perbedaaan antara kelompok yang diberi media panggung boneka dan tidak diberi panggung boneka. Perbedaan tersebut sudah dijelaskan sebelumnya. Yaitu pada keterampilan di kelas Fruits sebesar 75,9% sedangkan Pada kelas Vegetables keterampilan sebesar 76,7%. Meskipun perbedaan antara kedua kelompok tersebut tidak terlalu besar. Sedangkan pada pengetahuan pada kelas Fruits peningkatan pengetahuan terjadi sebesar 79,3%, sedangkan pada subyek di kelas Vegetables yang diberilan perlakuan berupa panggung boneka sebesar 56,6% De Porter (2000) mengatakan dari kutipan yang berasal dari Dr Vernon A Magnesen, berpendapat bahwa 10% kita belajar dari apa yang kita baca, 20% kita belajar dari apa yang kita dengar, 30% kita belajar dari apa yang kita lihat, 50% kita belajar dari apa yang kita lihat dan kita dengar, 70% kita belajar dari apa yang kita katakan, dan 90% kita belajar dari apa yang kita katakan dan kita lakukan. Terdapat piramida perkembangan media pendidikan yang dinamakan kerucut pengalaman Edgar Dale (1969). Pada panggung boneka sistem pembelajaran dengan melihat dan mendengar hal ini lebih efektif dari sekedar melihat saja atau mendengar saja, seperti halnya pada ceramah. Maka dapat disimpulkan bahwa panggung boneka lebih efektif jika dibandingkan dengan ceramah karena pada penggunaan media panggung boneka ada beberapa tahapan yang ada pada piramida tersebut yang panggung boneka merupakan simbol visual dan visual yang kemudian anak-anak ikut terlibat didalamnya mendemonstrasikan dan berpartisipasi didalamnya mereka 5

6 Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Mei 2013: 1-9 mengobservasi langsung kegiatan pada panggung boneka dan pada akhirnya melaksanakan pengalaman langsung dengan melakukan ketrampilan mencuci tangan dengan sabun. Pada anak-anak tahapan-tahapan tersebut tidak bisa langsung namun bertahap yang dimulai dengan rangsangan awal berupa panggung boneka yang di dalamnya mengandung simbol visual dan non visual. Menurut Nur aini (2008), ada beberapa tahapan dalam bermain pada anak Tahap Kedua (anak usia 2 sampai 6 atau 7 tahun), Pada tahap ini anak mulai berpikir simbolik dan mampu berbicara untuk memahami lingkungannya. Cara berpikirnya masih berpusat pada diri sendiri dan anak masih belum mampu menerapkan hukum-hukum logika terhadap pengalamannya dan pikirannya. Daya imajinasi anak berkembang pada tahap ini. Jadi jangan khawatir bila pada tahap ini anak mempunyai teman imajinasi yang diajaknya bermain, bercerita, dan tertawa bersama. Bila imajinasi anak bertambah, secara bertahap cara berpikir anak tidak lagi berpusat pada diri sendiri sehingga sosialisasi dapat dikembangkan. Melalui bermain, anakanak melatih diri sendiri untuk lebih menguasai gerakan motorik kasar dan halus, atau melakukan kegiatan berpikir seperti klasifikasi. Tata cara hidup di masyarakat seperti disiplin dan aturanaturan sudah mulai dikenalnya. Dengan menggunakan media panggung boneka maka anak akan ikut bermain didalammya artinya panggung boneka juga merupakan sarana untuk bermain dan mendapatkan hiburan. Media panggung boneka sebagai hiburan dan pembelajaran, namun dalam hasil penelitian ini yang paling dominan adalah sebagai hiburan jadi siswa kurang memahami informasi yang diberikan melalui panggung boneka. Menurut Rakhmat (2005), gerakan sangatlah penting bagi pembelajaran. Karena gerakan mampu membangkitkan dan mengaktifkan kapasitas mental. Gerakan menyatukan dan menarik informasi-informasi baru kedalam jaringan neuron. Gerakan sangat vital bagi semua tindakan untuk pembelajaran, pemahaman, dan untuk diri kita sendiri. Setiap gerakan yang dilakukan merupakan suatu kejadian sensoris-motorik, yang berkaitan dengan pemahaman terhadap dunia fisik, dunia tempat semua pembelajaran. Setiap kali kita bergerak dalam cara yang teratur dan halus, otak akan diaktifkan secara penuh dan integrasi terjadi, pintu kepada pembelajaran terbuka secara alami. Huward Gardner, Jean Ayres, Rudolph Steiner, Neil Kephardt dan para pembaharu ternama lainnya di dunia pendidikan telah menekankan pentingnya gerakan dalam proses pembelajaran (Rakhmat, 2005). Untuk anak yang aktif dalam pembelajaran perlu sekali memberikan dalam bentuk gerakan yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga akan sangat tidak efektif karena keadaan yang diam dan monoton tidak bisa dilakukan oleh anak yang aktif. Sehingga penelitian dengan media panggung boneka tidak efektif untuk anak-anak yang aktif seperti siswa-siswi di kelas vegetables namun jika media panggung boneka ini diterapkan di kelas fruits atau pada kelompok anak yang normal artinya tidak aktif maka hasil yang diperoleh akan sangat berbeda. Kemungkinan besar hasil yang diperoleh akan lebih bagus dan lebih efektif menggunakan media panggung boneka dalam memberikan informasi seperti halnya penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa memberikan pembelajaran dengan media orangan atau panggung boneka bisa meningkatkan pengetahuannya. Selain lokasi penelitian yang dilakukan dikota dengan subyek anak-

7 Riris D.R., Penggunaan Media Panggung Boneka... anak kota sangat berpengaruh hal tersebut dikarenakan anak-anak kota lebih meyukai hal-hal yang berhubungan dengan teknologi modern (bermain PS, computer, Nintendo,dan lain sebagainya) dalam keseharian mereka teknologi sudah menjadi hal yang biasa hal tersebut akan sangat berbeda dengan anak-anak desa yang masih kurang berpengetahuan terhadap teknologi modern. Sehingga dengan karakter anak kota yang menyukai teknologi maka penggunaan media panggung boneka yang masih bersifat tradisional kurang menarik bagi mereka. Macam panggung boneka juga sangat beragam artinya penampilan dalam mengemas panggung boneka itu sendiri. Pada penelitian ini panggung boneka yang digunakan masih bersifat tradisional disesuaikan dengan kemampuan peneliti. Sehingga berpengaruh terhadap hasil penelitian yang kurang sesuai. Karena tampilan panggung boneka sangat berpengaruh disini. Panggung boneka dengan tampilan beragam banyak bermunculan panggung boneka yang tampilannya lebih bagus dan lebih modern seperti si unyil, jalan sesame, star kidz, dan laen sebagainya. Notoadmodjo (2005) mengatakan Green menganalisis perilaku manusia yang dimulai dari tingkat kesehatan. Kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes). Perilaku tersebut ditentukan oleh 3 faktor yaitu Faktor-faktor predisposising (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisikan perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan lain sebagainya. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana 7 yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan lainnya. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya Dari hasil penelitian dengan menggunakan angket yang telah dilakukan untuk menggetahui faktor yang mempengaruhi dalam mencuci tangan Berdasarkan dari diagram 1 tentang peran orang tua dalam mengajarkan cara cuci tangan diketahui bahwa sebesar 94,9% orang tua mereka mengajarkan cara mencuci tangan sedangkan sebanyak sebesar 5,1% mengatakan bahwa orang tua mereka tidak mengajarkan cara mencuci tangan. Berdasarkan diagram 2 tentang orang tua perintah orang tua untuk melakukan cuci tangan diatas maka dapat diketahui bahwa atau sebesar 91,5% orang tua mereka menyuruh anaknya untuk mencuci tangan sebesar 8.5% orang tua mereka tidak meyuruh anaknya untuk mencuci tangan. Berdasarkan diagram 3 tentang sumber informasi yang didapatkan oleh anak-anak mengenai cuci tangan dapat diketahui bahwa sebesar 47,5% mendapat informasi dari orang tua, sebesar 16,9% mendapat informasi dari televisi, sedangkan sebesar 6,8% mendapat informasi dari sekolah, jumlah ini sama dengan siswa yang mendapat informasi dari majalah, dan sebesar 22% mendapatkan informasi dari lain-lain disini bahwa informasi didapatkan tidak hanya dari satu sumber saja tapi dari beberapa sumber.

8 Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Mei 2013: 1-9 Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa faktor pendorong (factor reinforcing) adalah orangtua namun keberadaan media juga termasuk memberikan kontribusi dalam memberikan informasi mengenai personal hygine cuci tangan menggunakan sabun. Namun tetap yang paling penting adalah orang tua. Menurut Santrock W (2003), Masa pertengahan dan akhir anak adalah masa perkembangan yang berlangsung dari kira-kira usia 6 sampai 11 tahun. Kadang-kadang masa ini disebut masa sekolah dasar. Anak menguasai ketrampilan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung, dan mereka secara formal juga dikenalkan dengan dunia yang lebih luas dengan budaya. Prestasi menjadi hal yang utama dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat. Dan masih tergantung dengan orang tua. Notoadmodjo (2005), Faktorfaktor Pendukung (enabiling factors), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan lainnya. Faktor pendukung disini adalah sumber daya yang dimiliki oleh pihak sekolah seperti yang telah diuraikan di atas bahwa SD Muhammadiyah memiliki 5 buah kran air dan yang paling penting adalah adanya air bersih, namun pada sekolah tidak disediakan sabun sebagai fasilitas. Fasilitas inilah yang merupakan faktor pendukung yang penting dalam melakukan cuci tangan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan sekolah SD Muhammadiyah 18 Mulyorejo Tengah dalam kategori cukup dengan nilai 70,45%. Faktor yang mampu meningkatkan pengetahuan dan perilaku untuk mencuci tangan atau faktor pendorong (factor reinforcing) adalah orang tua namun keberadaan media juga tidak dapat dipisahkan meskipun hasilnya tidak sebesar orang tua. Sesuai dengan hasil yang diperoleh melalui angket yang telah dilakukan dalam penelitian ini 94,9% orang tua siswa mengajarkan cara mencuci tangan, sebesar 91,5% orang tua mereka menyuruh anaknya untuk mencuci tangan, sedangkan untuk sumber informasi sebesar 47,5% mendapat informasi dari orang tua, sebesar 22% mendapatkan informasi dari lain-lain disini bahwa informasi didapatkan tidak hanya dari satu sumber saja tapi dari beberapa sumber antara lain dari guru disekolah, majalah, televisi. Faktor pendukung (enabling factors) dalam hal ini adalah fasilitas atau sarana yang dimiliki oleh sekolah yaitu air bersih dan kran menentukan pula dalam melakukan cuci tangan. Terjadi perbedaan keterampilan pada kedua kelompok yang diberi intervensi berupa panggung boneka pada kelas vegetables lebih tinggi nilainya yaitu sebesar sebesar 76,7% sedangkan pada kelas fruits yang hanya diberikan penyuluhan berupa penyuluhan biasa tanpa media apapun peningkatan yang terjadi sebesar 75,9%. Ada perbedaan namun perbedaan tersebut tidak begitu besar dan tidak begitu signifikan. Pada pengetahuan juga terjadi perbedaan antara kelas fruits yang diberi penyuluhan biasa tanpa media dan antara kelas vegetables yang diberikan penyuluhan dengan media panggung boneka. Pada kelas fruits peningkatan pengetahuan sebesar 86,2%, dan pada kelas vegetables sebesar 56,6%. Perbedaan tersebut sangat signifikan terhadap efektifitas media yang digunakan. Hal ini sangat tidak sesuai dengan penelitian

9 Riris D.R., Penggunaan Media Panggung Boneka... sebelumnya yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan media orangan (panggung boneka) dapat meningkatkan pengetahuan dan memudahkan dalam belajar. Karakteristik siswa-siswi di kelas vegetables yang aktif merupakan faktor yang menentukan ketidakefektifan panggung boneka yang diterapkan dalam pendidikan personal hygiene mencuci tangan dengan sabun. Karena dengan karakter anak yang aktif media panggung boneka tidak sesuai dengan anak-anak tersebut. Selain itu media panggung boneka dalam penelitian ini lebih cenderung pada hiburan. Dan tampilan panggung boneka yang diberikan masih tradisional sehingga mempengaruhi hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA Dale, Edgar Audiovisual Method in Teaching. New York: Dyden Press Depkes RI Pengendalian Penyakit Menular Langsung. Jakarta: Depkes RI DePorter, Bobi, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie Quantum Teaching. Needam Heights: Allyn and Bacon Fewtrell dan Kaufmann Pencegahan Cacingan. ion/index.php/t html (Sitasi 13 Maret 2009) Kandun, NI Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI hal 29 Mantra, Ida Bagus Pengantar Studi Demografi. Jakarta: Nur Cahaya Notoadmodjo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta Nur aini, Farida Edu Games For Childs Penduan Permainan Alami Yang Mencerdaskan Anak. Surakarta: AfraPublishing. Rakhmat, Jalaludin Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak. Bandung: MLC. Santrock W. John Edisi ke Enam Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Airlangga. Santrock W. John Edisi ke Kelima Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Airlangga. Zaidina, Umar Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan dan Kecacingan pada Murid SD di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. Dalam: KESMAS-Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Volume 2. Jakarta: FKM UI. hal

Riris Diana Rachmayanti Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Riris Diana Rachmayanti Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga 1 Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun di Air Mengalir (Studi Pada Siswa Kelas 1 SD ) Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD JURNAL PENELITIAN Oleh : 1. Anik Enikmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep 2. Fatihah Hidayatul Aslamah, Amd.Kep SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang

Lebih terperinci

Keywords: hand washing demonstration, elementary school students, the incidence of illness.

Keywords: hand washing demonstration, elementary school students, the incidence of illness. Effectiveness of Hand Washing Demonstration on The Incidence of Illness in Student in Tlogo Gugus Imbas 3 Elementary School Arga Kafi Perdana Kusuma 1, Ekorini Listiowati 2 1 Medico UMY, 2 Part of Health

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER Afif Hamdalah Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut juga sebagai

Lebih terperinci

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

Universitas Sam Ratulangi Manado   Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017 Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017 Perbandingan efektivitas dental health education metode ceramah dan metode permainan terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak

Lebih terperinci

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012 Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 212 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Kecacingan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa Madrasah Ibtidaiyah An Nur Kelurahan Pedurungan Kidul

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: RAHMAWATI 201210201187 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PERBEDAAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN DEMONSTRASI PADA ANAK KELAS V SD DI SDN PAGU I KECAMATAN PAGU

PERBEDAAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN DEMONSTRASI PADA ANAK KELAS V SD DI SDN PAGU I KECAMATAN PAGU PERBEDAAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN DEMONSTRASI PADA ANAK KELAS V SD DI SDN PAGU I KECAMATAN PAGU DIFFERENCE OF HANDWASHING BEFORE AND AFTER THE DEMONSTRATION GIVEN IN CHILDREN

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD DARUNNAJAH TAMANSARI WULUHAN JEMBER

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD DARUNNAJAH TAMANSARI WULUHAN JEMBER EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD DARUNNAJAH TAMANSARI WULUHAN JEMBER RINDAFIT NIM. 1212010036 Subject dan Kata Kunci: Anak Prasekolah, Pendidikan

Lebih terperinci

*Mulyo Aji Sulistyo,**Imam Fathoni,***Leo Yosdimyati R

*Mulyo Aji Sulistyo,**Imam Fathoni,***Leo Yosdimyati R 7 THE INFLUENCE OF PERSONAL HYGIENE ELUCIDATION TO THE HAND WASHING BEHAVIOR OF SCHOOL AGED CHILDREN (STUDY AT BANJARDOWO 2 STATE ELEMENTARY SCHOOL KABUPATEN JOMBANG) *Mulyo Aji Sulistyo,**Imam Fathoni,***Leo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi kesehatan merupakan pilar dalam penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit (Notoatmodjo et al., 2012). Target dari promosi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA SDN BATUAH I DAN BATUAH III PAGATAN

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA SDN BATUAH I DAN BATUAH III PAGATAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA SDN BATUAH I DAN BATUAH III PAGATAN 1 Ratna Setyaningrum, 2 Achmad Rofi i, dan 3 Annisa Setyanti 1, 2 Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali sehari dan berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan

Lebih terperinci

Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan

Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,

Lebih terperinci

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian intergral dari pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal antara fisik, mental, dan sosial yang dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana di maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011. Rika Prastiwi Maulani,2012. Pembimbing I : Dani, dr., M.kes Pembimbing II

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, di mana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuci tangan memakai sabun (CTPS) merupakan cara yang sangat efektif untuk membatasi transmisi berbagai penyakit pada anak, termasuk diare dan infeksi pernapasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit yang dialami siswa dimana merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENCUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SDN 01 GONILAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENCUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SDN 01 GONILAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENCUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SDN 01 GONILAN Mega Hadiatma* Siti Arifah** Abstract The wrong behavior of hand-washing

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah. Cuci tangan pakai sabun mampu untuk mengurangi angka diare sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mempertahankan kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang tua, namun demikian sekolah-sekolah umum dan departemen kesehatan telah berkontribusi dalam upaya peningkatan

Lebih terperinci

Dyna Apriany Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Jawa Barat

Dyna Apriany Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Jawa Barat PERBEDAAN PERILAKU MENCUCI TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Dyna Apriany Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Jawa Barat ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Menurut UU Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumen rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya sebuah rumah sakit tidak hanya dari jenis dan macam penyakit yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI DISUSUN OLEH : ARUM TRI HIRASIANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan tempat yang strategis dalam kehidupan anak, maka sekolah dapat difungsikan secara tepat sebagai salah satu institusi yang dapat membantu dan berperan

Lebih terperinci

PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PEMULUNG DI TPA KEDAUNG WETAN TANGERANG

PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PEMULUNG DI TPA KEDAUNG WETAN TANGERANG PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PEMULUNG DI TPA KEDAUNG WETAN TANGERANG Intan Silviana Mustikawati 1 1 Fikes Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510 intansilviana@esaunggul.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005) menggunakan model holistik

Lebih terperinci

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DI PEMUKIMAN NELAYAN KENAGARIAN AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2011 Skripsi Diajukan ke Program Studi

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*) EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Menurut Mikail (2011, dalam

Lebih terperinci

(Kajian Pada SD Negeri Minomartani 1 Yogyakarta) Satya Bagus Pradita 1, Alfini Octavia 2. Abstract

(Kajian Pada SD Negeri Minomartani 1 Yogyakarta) Satya Bagus Pradita 1, Alfini Octavia 2. Abstract THE INFLUENCE OF ORAL HEALTH EDUCATION WITH POWER POINT MEDIA TOWARDS LEVEL OF ORAL HEALTH KNOWLEDGE IN 7-8 YEARS OLD CHILDREN (Study in Minomartani 1 Elementary School Yogyakarta) PENGARUH PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan yang besar dihampir semua negara

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : YESI FEBRIYANI J 201110201138

Lebih terperinci

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII (The Effect Of Health Education To The Student Knowledge Level Of First Aid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi (Kemenkes

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGETAHUAN PEMANTAUAN JENTIK SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN (Studi Pada Siswa Kelas V SDN Karsamenak Kota Tasikmalaya Tahun 2017)

PERBEDAAN PENGETAHUAN PEMANTAUAN JENTIK SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN (Studi Pada Siswa Kelas V SDN Karsamenak Kota Tasikmalaya Tahun 2017) PERBEDAAN PENGETAHUAN PEMANTAUAN JENTIK SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN (Studi Pada Siswa Kelas V SDN Karsamenak Kota Tasikmalaya Tahun 2017) Ilham Nasrulloh 134101112 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Desy Apriani Sari, Pembimbing: drg. Donny P. SKM

ABSTRAK. Desy Apriani Sari, Pembimbing: drg. Donny P. SKM ABSTRAK Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penyakit Cacingan Pada Anak Kelas 3 SDN Cibogo Kecamatan Sarijadi Dan Hubungannya Dengan Kadar Hemoglobin (Hb) Desy Apriani Sari, 2006. Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengambilan data sekunder dari rekam medis di RS KIA Rachmi Yogyakarta 2015. Pengambilan sampel data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013 Zuraidah, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN Arifal Aris Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.......ABSTRAK....

Lebih terperinci

Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang

Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang Nia Kurniatillah* Abstrak Penanaman nilai-nilai PHBS salah satunya Perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA Kasman, Noorhidayah, Kasuma Bakti Persada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin kasman.ph@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh: Aulia Ihsani

Oleh: Aulia Ihsani Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025

Lebih terperinci

Manuskrip. Oleh : Icha Puspitalia Wilanda NIM : G2A PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Manuskrip. Oleh : Icha Puspitalia Wilanda NIM : G2A PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN MENCUCI TANGAN TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK MENCUCI TANGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SDN METESEH SEMARANG Manuskrip Oleh : Icha Puspitalia Wilanda NIM : G2A009053

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Ahli Madya Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh:

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Ahli Madya Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh: PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU BALITA USIA 6-24 BULAN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN MP-ASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POSTER DI POSYANDU KENANGA V KELURAHAN SEMANGGI SURAKARTA Disusun sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan yang ibu peroleh dapat menentukan peran sakit maupun peran sehat bagi anaknya. Banyak ibu yang belum mengerti serta memahami tentang kesehatan anaknya, termasuk

Lebih terperinci

Pengaruh Frekuensi Penyuluhan di UKGS pada Anak SD terhadap Derajat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pengaruh Frekuensi Penyuluhan di UKGS pada Anak SD terhadap Derajat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Fitri Handayani, Atiek Driana Rahmawati, Pengaruh Frekuensi Penyuluhan... Pengaruh Frekuensi Penyuluhan di UKGS pada Anak SD terhadap Derajat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut The Influence of Counseling

Lebih terperinci

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003): 2.3 macam-macam perilaku kesehatan Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Eka Fermantika 1), Mukhni 2), Suherman 3) 1) FMIPA UNP, email: Eka_Fermantika@ymail.com 2,3)

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR Nur Alam Fajar * dan Misnaniarti ** ABSTRAK Penyakit menular seperti diare dan ISPA (Infeksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita ABSTRAK GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADAPENDERITA DIARE DI DESA KINTAMANI KABUPATEN BANGLI BALI TAHUN 2015 Steven Awyono Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Diare masih merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu untuk melangsungkan kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Upaya

Lebih terperinci

Universitas Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

Universitas Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia Tersedia online pada: http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/jnki JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Pendidikan Kesehatan dengan Media Slide Efektif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR

Lebih terperinci

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KARTU PUTAR DALAM PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN MENCUCI TANGAN MEMAKAI SABUN PADA SISWA SD TEGALREJO 2 KOTA YOGYAKARTA

PENGGUNAAN MEDIA KARTU PUTAR DALAM PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN MENCUCI TANGAN MEMAKAI SABUN PADA SISWA SD TEGALREJO 2 KOTA YOGYAKARTA PENGGUNAAN MEDIA KARTU PUTAR DALAM PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN MENCUCI TANGAN MEMAKAI SABUN PADA SISWA SD TEGALREJO 2 KOTA YOGYAKARTA Ikfina Agustina*, Siti Hani Istiqomah**, M. Mirza Fauzie**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL TENTANG MENSTRUASI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

Cici Wijayanti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Faculty of Educational Science and Teacher s Training Siliwangi University ABSTRACT

Cici Wijayanti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Faculty of Educational Science and Teacher s Training Siliwangi University ABSTRACT The Application of Cooperative Learning Model Type of Group Project on Enviroment Pollution Concept (Experiment Study at 10 th Grade Students of Madrasah Aliyah Public School Tasikmalaya 2012/2013) Cici

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS DEMONSTRASI DAN BERNYANYI LAGU CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PGRI 38 SEMARANG

EFEKTIVITAS DEMONSTRASI DAN BERNYANYI LAGU CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PGRI 38 SEMARANG EFEKTIVITAS DEMONSTRASI DAN BERNYANYI LAGU CUCI TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PGRI 38 SEMARANG Ferina Fadhmasari *), Sri Hartini **), Rahayu Astuti***) *) Alumni Program

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Kemampuan dalam pengambilan keputusan karir, Pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Kemampuan dalam pengambilan keputusan karir, Pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas pelatihan perencanaan karir pendekatan trait-factor dalam meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dalam memilih jurusan Perguruan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BENDA ASLI PADA CERAMAH UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONDISI LINGKUNGAN DI SDN KLODANGAN DAN SDN BERBAH I, SLEMAN

PENGGUNAAN BENDA ASLI PADA CERAMAH UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONDISI LINGKUNGAN DI SDN KLODANGAN DAN SDN BERBAH I, SLEMAN PENGGUNAAN BENDA ASLI PADA CERAMAH UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONDISI LINGKUNGAN DI SDN KLODANGAN DAN SDN BERBAH I, SLEMAN Dewi Arfiyanti*, Lucky Herawati**, Lilik Hendrarini** * JKL Poltekkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, intelektualitas, dan produktivitas yang tinggi. Ketiga hal ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, intelektualitas, dan produktivitas yang tinggi. Ketiga hal ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, intelektualitas, dan produktivitas yang tinggi. Ketiga hal ini sangat dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Ns.M.Mursid,S.Kep Ns.Maslichah,S.Kep Dosen Program Studi

Lebih terperinci

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) BAGIAN ATAS PADA BALITA DI DESA NGRUNDUL KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan suatu keadaan yang terbebas dari kotoran, termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu menjadi polemik yang berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin

Lebih terperinci