BAB II LANDASAN TEORI. tekanan darah diastolik 90 mmhg (Perki, 2015). melatarbelakanginya harus selalu ditentukan (Depkes, 2006).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. tekanan darah diastolik 90 mmhg (Perki, 2015). melatarbelakanginya harus selalu ditentukan (Depkes, 2006)."

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hipertensi Hipertensi adalah kondisi tekanan darah (TD) sistolik 140 mmhg dan tekanan darah diastolik 90 mmhg (Perki, 2015). a. Klasifikasi etiologis Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi yaitu dengan penyebab yang tidak diketahui (hipertensi esensial/primer atau idiopatik) dan diketahui (hipertensi sekunder). Sebagian besar kasus hipertensi diklasifikasikan sebagai esensial, tetapi kemungkinan penyebab yang melatarbelakanginya harus selalu ditentukan (Depkes, 2006). 1) Hipertensi esensial Hipertensi esensial atau hipertensi primer atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial. Penyebabnya multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lainlain. Disisi lain yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Yogiantoro, 2009). 6

2 7 2) Hipertensi sekunder Meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan dan lain-lain (Nafrialdi, 2007). b. Diagnosis hipertensi 1) Klasifikasi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan darah yang dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2 kali kunjungan atau lebih dengan menggunakan cuff yang melingkupi minimal 80% lengan atas pada pasien dengan posisi duduk dan telah beristirahat 5 menit. Klasifikasi hipertensi dijabarkan pada tabel ) Pengukuran pertama harus pada kedua sisi lengan untuk menghindarkan kelainan pembuluh darah perifer. 3) Pengukuran tekanan darah pada waktu berdiri diindikasikan pada pasien dengan risiko hipotensi postural (lanjut usia, pasien Diabetes Mellitus), dan lain-lain) (Yogiantoro, 2009).

3 8 Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013) Tekanan Darah Tekanan sistolik (mmhg) Optimal < 120 <80 Normal Prehipertensi Tekanan diastolik (mmhg) Hipertensi derajat Hipertensi derajat 2 Hipertensi derajat 3 Hipertensi terisolasi sistolik <90 c. Faktor Risiko Hipertensi 1) Penyakit kardiovaskular. 2) Merokok. 3) Obesitas (IMT>30). 4) Inaktivitas fisik. 5) Dislipidemia. 6) Diabetes mellitus (DM). 7) Mikroalbuminuria atau LFG<60 ml. 8) Usia (laki-laki>55 tahun, perempuan >65 tahun). 9) Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular dini (laki laki<55 tahun atau perempuan <65 tahun). 10) Kerusakan organ sasaran: a) Jantung: hipertrofi ventrikel kiri, angina atau riwayat infark miokard, riwayat revaskularisasi koroner, gagal jantung. b) Otak: stroke atau transient ischemic attack (TIA).

4 9 c) Penyakit ginjal kronik. d) Penyakit arteri perifer. e) Retinopati 11) Penyebab hipertensi yang telah diidentifikasi: sleep apnea, akibat obat atau berkaitan dengan obat, penyakit ginjal kronik, aldosteronisme primer, penyakit renovaskular, terapi steroid kronik dan sindroma cushing, feokromasitoma, koarktasi aorta, penyakit tiroid atau paratiroid (Yogiantoro, 2009). d. Tatalaksana Hipertensi 1) Tatalaksana Non Farmakologis Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi sebaiknya melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang dapat dapat terjadi dalam hal menurunkan tekanan darah dapat dilihat pada tabel 2.2. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi progresivitas prehipertensi menjadi hipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting untuk menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang mengalami obesitas atau kegemukan, mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah natrium, aktifitas fisik, dan mengurangi konsumsi alkohol. Modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat badan dan mengurangi konsumsi garam dalam diet dapat membebaskan pasien dari

5 10 penggunaan obat antihipertensi. Program diet yang mudah diterima adalah yang didesain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol (Depkes, 2006). Badan (BB) Adopsi pola makan DASH Diet rendah natrium Aktivitas fisik Mengurangi konsumsi alkohol normal (BMI : 18,5-24,9) Diet kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah lemak Mengurangi konsumsi natrium, tidak lebih dari 100 meq/l (2,4 g natrium atau 6 g NaCl) Regular aktifitas fisik aerobik seperti jalan kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu Limit minum alkohol tidak lebih dari 30 ml etanol per hari untuk laki-laki dan 15 ml untuk perempuan Tabel. 2.2 Modifikasi Gaya Hidup Untuk Mengontrol Hipertensi (Berdasarkan Rekomendasi Depkes, 2006) Modifikasi Rekomendasi Penurunan Tekanan Darah Penurunan Berat Mencapai berat badan 5-20 mmhg/10kgpenurunan BB 8-14 mmhg 2-8 mmhg 4-9 mmhg 2-4 mm Hg 2) Tatalaksana Farmakologis Dikenal 8 kelompok obat yang lazim digunakan untuk pengobatan hipertensi, yaitu diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker), α- receptor blocker, obat-obat SSP, vasodilator, penghambat enzim

6 11 pengkonversi angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor/ACE- Inhibitor), penghambat reseptor angiotensin (AT-II-Receptor Blocker/ARB), dan antagonis kalsium (Calcium Channel Blocker/CCB) (Tjay dan Rahardja, 2007). Algoritma tatalaksana Hipertensi berdasarkan Buku Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular menurut Perki (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia) pada tahun 2015 diuraikan melalui gambar 2.1 :

7 12 Tekanan Darah 140/90, dewasa >18 tahun (Usia >80 tahun, TD 150/90 atau 140/90 dengan resiko tinggi (DM, Penyakit ginjal) Perubahan Gaya Hidup (Turunkan berat badan, diet rendah garam dan alkohol, berhenti merokok) Terapi Medikamentosa (Pertimbangkan untuk tunda pada derajat 1 tanpa risiko penyakit kardiovaskular) Mulai Terapi Medikamentosa (Pada Semua Pasien) Derajat 1 Derajat 2 Kasus Khusus : Usia <60 tahun ( /90-99) (semua pasien, TD 160/ 100) Usia 60 tahun Mulai dengan 2 obat Penyakit ginjal Diabetes Penyakit Koroner Riwayat stroke Gagal jantung ACE-i atau ARB Bila perlu, tambahkan CCB atau Tiazid Bila perlu CCB + Tiazid + ACE-i (atau ARB) CCB atau Tiazid Bila perlu, tambahkan ACE-i atau ARB Bila perlu CCB + Tiazid + ACE-i (atau ARB) CCB atau Tiazid + ACE-i atau ARB Bila perlu, CCB + Tiazid + ACE-i (atau ARB) Bila perlu tambahkan obat lain, misal Spironolakton, atau golongan β-blocker Bila perlu rujuk ke dokter spesialis Gambar 2.1 Skema Algoritma Tatalaksana Hipertensi (Perki, 2015)

8 13 2. Fungsi Ginjal a. Fungsi Ginjal Fungsi ginjal yang terpenting adalah membuang bahan-bahan sisa-sisa metabolisme dalam tubuh seperti obat-obatan, hormon, dan metabolit lain. Fungsi kedua adalah mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh. Ginjal melakukan fungsinya yang paling penting dengan menyaring plasma dan memindahkan zat filtrat dengan kecepatan yang bervariasi, dan akhirnya ginjal membuang zat yang tidak diinginkan dari filtrat dengan mengekskresikannya dalam urin. Ginjal tidak hanya menjalankan fungsinya dalam pengaturan ekskresi ginjal, tetapi juga menjalankan fungsi multipel, antara lain : 1) Pembentukan renin dan eritropoietin. 2) Metabolisme vitamin D. 3) Degradasi insulin dan pembentukan prostaglandin yang merupakan vasodilator potensial (Guyton dan Hall, 2012). b. Pembentukan Urin Fungsi ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah. Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh. Ginjal merupakan organ terpenting pada pengaturan homeostasis, yakni keseimbangan dinamis antara cairan intra dan ekstrasel. Hal ini tergantung dari jumlah ion Na +, yang untuk sebagian besar terdapat di luar sel di cairan antarsel dan di plasma darah (Tjay dan Rahardja, 2007). Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula bowman. Kebanyakan zat dalam plasma difiltrasi secara bebas ketika cairan yang telah difiltrasi ini

9 14 meninggalkan kapsula bowman dan mengalir melewati tubulus, cairan diubah oleh reabsorbsi air dan zat terlarut yang spesifik yang kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zat-zat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus (Guyton dan Hall, 2012). Di glomerulus, dinding glomerulus bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam-garam, dan glukosa (Tjay dan Rahardja, 2007). Filtrat glomeruler yang masuk kapsula bowman umumnya mempunyai susunan sama dengan plasma darah, kecuali dengan bobot molekul 6700 atau lebih tidak bisa melewati membran penyaring. Ultrafiltrasi yang diperoleh dari hasil filtrasi akan ditampung dalam wadah yang disebut tubulus. Tubulus ini terdiri dari bagian proksimal dan distal. Disini terjadi penarikan air kembali secara aktif air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na +. Zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli (Tjay dan Rahardja, 2007). Akhirnya, filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (duktus koligentes), dimana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun di sini sebagai urin (Tjay dan Rahardja, 2007). c. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Keseimbangan cairan tubuh sangat dipengaruhi oleh keseimbangan osmolalitas cairan ekstrasel dan intrasel. Keseimbangan osmolalitas cairan ektrasel dan intrasel hampir sepenuhnya dipengaruhi oleh konsentrasi natrium dan kalium ektrasel. Semakin banyak ion natrium dan sedikit kalium dalam sel, maka semakin sedikit cairan yang akan keluar dalam urin melalui

10 15 mekanisme umpan balik tubuh. Mekanisme umpan balik tubuh dalam mengatur keseimbangan cairan tubuh, antara lain : 1) Semakin banyak ion natrium maka osmolalitas tubuh meningkat, tubuh menyeimbangkannya dengan cara merangsang osmoreseptor yang terletak dalam nukleus supraoptikus hipotalamus. 2) Eksitasi nukleus supraoptik akan menyebabkan pelepasan hormon antiduretik, dimana hormon antidiuretik akan meningkatkan permeabilitas duktus kolagen sehingga eksresi urin menurun. Selain hormon antidiuretik, aldosteron juga mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara meningkatkan reabsorbsi natrium oleh tubulus, selain itu aldosteron juga menyebabkan peningkatan sekresi kalium melalui tubulus. Sehingga ekskresi urin juga meningkat (Guyton dan Hall, 2012). 3. Mekanisme Diuresis a. Proses Miksi Miksi atau urinisasi merupakan proses pengosongan kandung kemih. Setelah dibentuk oleh ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Aliran ini dipengaruhi oleh gaya tarik bumi, selain itu juga kontraksi peristaltik otot polos dalam dinding ureter. Karena urin secara terus menerus dibentuk oleh ginjal, kandung kemih harus memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup (Sherwood, 2012). Selama miksi, proses yang terjadi berupa : 1) Refleks detrusor meregang, mencetuskan refleks kontraksi dari otototot tersebut sehingga timbul keinginan untuk miksi.

11 16 2) Relaksasi otot puborectalis sehingga kandung kemih akan turun sedikit sehingga penghambatan uvula menurun dan segmen bagian pertama uretra melebar. 3) Relaksasi otot sfingter uretra eksterna memungkinkan kandung kemih untuk mengosongkan isinya dan dapat dibantu dengan tindakan valsava. 4) Pada akhir proses miksi, kontraksi kuat dari otot sfingter uretra eksterna dan dasar panggul akan mengeluarkan sisa urin dalam uretra, setelah itu otot detrusor relaksasi kembali untuk pengisian urin selanjutnya (Guyton dan Hall, 2012). Reflek berkemih adalah refleks medulla spinalis yang seluruhya bersifat autonomik, tetapi dapat dihambat atau dirangsang di otak. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan ketika refleks berkemih muncul, yaitu dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapat waktu yang baik untuk berkemih. Jika sudah tiba saat berkemih, pusat cortical dapat merangsang pusat berkemih sacral untuk membantu mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu yang bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi. Jumlah urin yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1200 sampai 1500 ml per hari atau ml per sekali berkemih (Guyton dan Hall, 2012). b. Faktor yang Mempengaruhi Diuresis Diuresis dapat terjadi apabila terdapat gangguan pada faktor-faktor berikut :

12 17 1) Hormon a) ADH (Anti Diuretik Hormon) Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan. b) Aldosteron Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem renin-angiotensin. c) Prostaglandin Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal. d) Glukokortikoid Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium. e) Renin Ginjal menghasilkan renin, yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis. Sel aparatus juktaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin

13 18 mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II, dan ini efeknya menaikkan tekanan darah. f) Insulin Jika hormon insulin jumlahnya sedikit, misalnya pada penderita diabetes melitus, maka kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Hal ini akan mengganggu proses penyerapan kembali air sehingga orang tersebut akan lebih banyak mengeluarkan urin. Proses produksi urin akan terganggu bila seseorang menderita salah satu penyakit akibat kelainan fungsi ginjal. Penyakit kelainan ginjal yang sering terjadi pada manusia antara lain: nefritis, diabetes melitus (kencing manis), diabetes insipidus, albuminuria, dan batu ginjal. 2) Jumlah air yang diminum Semakin banyak volume air yang diminum, maka urin yang dihasilkan juga semakin banyak. Disarankan agar setiap individu minum air putih sebanyak 6 gelas per hari. Konsumsi air putih bisa membersihkan racun-racun tubuh yang masuk ke dalam ginjal dan memberi manfaat menjaga kelembaban pada kulit. 3) Saraf ginjal Rangsangan pada saraf ginjal akan mengakibatkan penyempitan duktus eferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang dan mengakibatkan proses filtrasi kurang efektif. Kondisi demikian mengakibatkan volume urin yang dihasilkan jumlahnya sedikit. Begitu juga sebaliknya.

14 19 4) Zat-Zat Diuretik Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi zat diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin bertambah. a) Ion kalium Ion kalium berfungsi sebagai diuretik melalui mekanisme penghambatan reabsorbsi ion natrium, sehingga pengeluaran natrium cairan meningkat, hal tersebut dapat membantu menurunkan tekanan darah (Price, 2006; Kwon et al., 2010). b) Flavonoid Flavonoid menyebabkan peningkatan ekskresi elektrolit, seperti ion Na + dan Cl - bersama urin. Natriuresis yang terjadi akan menimbulkan diuresis yang sebagian besar timbul secara sekunder akibat penghambatan terhadap reabsorbsi ion Na + tubulus. Ion Na + yang tersisa di tubulus bekerja secara osmotik menurunkan reabsorbsi air (Chodera et al., 1991; Guyton dan Hall, 2012). 5) Suhu Internal atau Eksternal Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan mengurangi volume urin. 6) Konsentrasi Darah Jika individu tidak minum air selama satu hari, maka konsentrasi air dalam darah rendah. Reabsorpsi air di ginjal mengingkat, volume urin menurun.

15 20 7) Emosi Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin (Frandson, 2003; Sherwood, 2012). 4. Obat Diuretik a. Definisi Diuretika adalah obat yang berfungsi untuk meluruhkan air seni atau obat yang berfungsi meningkatkan pembuangan air seni oleh ginjal terutama melalui penurunan reabsorbsi tubular ion natrium dan air dalam tubulus ginjal yang secara osmotik (Permadi, 2006). Istilah diuresis memiliki dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air (Nafrialdi, 2007). b. Mekanisme Kerja Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorbsi natrium sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga di tempat lain, yakni di : 1) Tubuli Proksimal Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorbsi secara aktif untuk lebih kurang 70% antara lain ion Na + dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorbsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotik (manitol, sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi reabsorbsi air dan juga natrium (Nafrialdi, 2007). 2) Lengkung Henle Di bagian lengkung henle pars ascenden, lebih kurang 25% dari semua ion dalam filtrat yang telah direabsorbsi secara aktif, kemudian dilanjutkan

16 21 dengan proses reabsorbsi secara pasif ion Na + dan ion K +, tanpa air, sehingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika yang mekanisme kerjanya di lengkung henle, seperti furosemide, bumetamide, dan etakrinat, menyebabkan peningkatan pengeluaran K + dan air (Nafrialdi, 2007). 3) Tubuli Distal Di bagian pertama segmen ini, Na + direabsorbsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan hipotonis. Di bagian kedua segmen ini, ion Na + ditukarkan dengan ion K + dan NH4 - dan proses ini dikendalikan oleh hormon aldosteron. Diuretik seperti tiazid, antagonis aldosteron, klortaloidon, dan zat penghemat kalium (amilorida, triamteren) di sini bekerja dengan cara menghambat penyerapankembali Na + dan penambahan K + dengan jalan antagonisme kompetitif atau secara langsung (Nafrialdi, 2007). 4) Saluran Pengumpul (Tubulus Kolektivus) Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari hipofise bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi permeabilitan bagi air dari sel-sel saluran ini (Tjay dan Rahardja, 2007). c. Indikasi Diuretik sangat berguna untuk mengatasi edema yang disebabkan penyakit jantung, sirosis hati, dan penyakit ginjal tertentu. Tetapi dibalik keuntungan pemberian diuretik, harus diingat bahwa pengeluaran sejumlah besar cairan tubuh yang diikuti oleh keluarnya garam, dapat menimbulkan gangguan keseimbangan ph dan elektrolit. Oleh karena itu perlu dimonitor dengan cermat jumlah makanan atau minuman yang masuk, jumlah air kemih, berat badan setiap hari, tekanan darah, dan pemeriksaan laboratorium. Selain itu, perlu dianjurkan kepada

17 22 penderita untuk meningkatkan asupan buah-buahan yang kaya ion kalium agar dapat menggantikan ion kalium yang hilang (Nafrialdi, 2007). d. Pengobatan Untuk Hipertensi Penggunaan diuretik untuk hipertensi dilakukan sebagai pengobatan langkah pertama. Dapat digunakan sebagai obat tunggal atau kombinasi dengan anti hipertensi lain. Penambahan diuretik pada obat lain diharapkan dapat menghasilkan efek yang optimal. Mekanisme kerja diuretik menghambat reabsorbsi natrium dan klorida, sehingga volume plasma dan cairan ekstrasel akan berkurang, akibatnya curah jantung akan menurun. Pada pemakaian jangka lama, volume plasma akan kembali menuju normal dan bersamaan dengan ini resistensi perifer akan turun. Penurunan resistensi ini terjadi karena penurunan kadar natrium dan berkurangnya air dari dinding pembuluh darah dan juga disebabkan oleh berkurangnya kalsium intrasel. Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, serta tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Obat-obat diuretik yang digunakan dalam terapi hipertensi yaitu : diuretik golongan tiazid, diuretik kuat, dan diuretik hemat kalium (Purwanto, 2008). 5. Hidroklorotiazid Hidroklorotiazid adalah senyawa sulfamoyl yang diturunkan dari klortiazid (Tjay dan Rahardja, 2007). Efek farmakodinamik tiazid yang utama ialah meningkatkan ekresi natrium, klorida, dan sejumlah air. Efek natriuresis dan

18 23 kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan edema akibat payah jantung ringan sampai sedang (Nafrialdi, 2007). Daya hipotensifnya lebih kuat (pada jangka panjang), maka banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang (Tjay dan Rahardja, 2007). Diuretik tiazid dikenal menghambat transpor NaCl secara bebas terhadap efeknya pada aktivitas karbonik anhidrase dan yang bekerja pada tubulus kontortus distal (Katzung, 2005). a. Farmakodinamik Efek farmakodinamik dari tiazid adalah meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air (Anderson et al., 2002). Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsobsi natrium dan klorida pada tubulus kontortus distal pars konvulata. Hidroklortiazid juga meningkatkan ekskresi ion K +, ion bikarbonat, Mg 2+, phospor, dan iodida., sedangkan ekskresi Ca 2+ menurun (Anderson et al., 2002). Karena eksresi ion kalium bertambah maka hal ini bisa menyebabkan hipokalemi, tetapi hal ini dapat dicegah dengan pemberian kalium klorida atau kombinasi dengan diuretika hemat kalium (Nafrialdi, 2007). Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga terjadi vasodilatasi. Pada penderita diabetes insipidus tiazid memiliki efek berlawanan sehingga dapat mengurangi diuresis, tetapi mekanisme yang mendasarinya belum diketahui secara pasti (Nafrialdi, 2007). b. Farmakokinetik Tiazid diabsorbsi dengan baik dan cepat dari dalam usus dan diekskresi baik melalui filtrasi glomerulus maupun sekresi aktif dalam tubulus proksimal.

19 24 Mula kerja hidroklortiazid terjadi dalam 2 jam setelah pemberian secara oral, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 4-6 jam, dengan masa kerja 6-12 jam. Hidroklorotiazid hampir tidak dimetabolisme oleh tubuh. Kurang lebih 95% dari hidroklorotiazid yang masuk dalam tubuh manusia diekskresikan dalam bentuk asalnya (Anderson et al., 2002). Hidroklorotiazid didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri, tetapi obat ini hanya ditimbun dalam jaringan ginjal saja (Nafrialdi, 2007). c. Indikasi Tiazid digunakan untuk hipertensi, gagal jantung kongestif, nefrolithiasis yang disebabkan hiperkalsuria idiopatik, dan diabetes insipidus nefrogen. Pemberian tiazid pada penderita gagal jantung dan hipertensi yang disertai gangguan fungsi ginjal harus hati-hati karena dapat memperberat gangguan fungsi ginjal akibat penurunan kecepatan filtrasi glomerulus dan hilangnya natrium (Katzung, 2005). d. Toksikasi 1) Alkalosis Metabolik Hipokalemia Tiazid dapat meningkatkan ekskresi dari ion kalium, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan hipokalemia. 2) Toleransi Gangguan Karbohidrat Dapat terjadi hiperglikemia baik pada pasien diabetes atau bahkan pada uji toleransi glukosa tidak normal ringan. Efek tersebut berkaitan dengan hambatan rilis insulin pankreatik dan penurunan penggunaan glukosa oleh jaringan.

20 25 3) Hiperlipidemia Tiazid dapat menyebabkan peningkatan 5-15% kolesterol serum dan menurunkan lipoprotein dengan kepadatan rendah Low Density Lipoprotein (LDL). 4) Hiponatremia Disebabkan karena kombinasi peningkatan Anti Diuretik Hormon (ADH) yang menginduksi hipovolemia, penurunan kapasitas pelarutan ginjal dan menyebabkan haus. 5) Reaksi Alergi Tiazid adalah sulfonamid dan mempunyai reaktivitas silang dengan anggota lain dari kelompoknya. 6) Toksisitas Lain Kelemahan, kelelahan, dan parestesia dapat menyerupai penghambat karbon anhidrase lain (Katzung, 2005). e. Kontraindikasi Penggunaan hidroklorotiazid ini tidak dianjurkan bagi orang yang hamil, menyusui (laktasi), gagal ginjal, dan anuria karena dapat menyebabkan gangguan yang tidak diharapkan (Anderson et al., 2002). f. Dosis Hidroklorotiazid tersedia dalam sediaan tablet 25 dan 50 mg. Dosis yang biasa digunakan untuk hipertensi adalah 12,5 25 mg per hari dan CHF (Congestive Heart Failure) mg per hari (Nafrialdi, 2007). Dosis yang dianjurkan untuk diuretik adalah 25 mg per hari (Katzung, 2005).

21 26 6. Belimbing Wuluh a. Morfologi Tanaman Belimbing wuluh dikenal dengan nama yang berbeda di tiap-tiap daerah. Di Aceh belimbing wuluh dikenal sebagai limeng, balimbing, blimbing, blimbing wuluh merupakan sebutan belimbing wuluh di daerah Jawa. Di Sunda, belimbing wuluh dikenal dengan sebutan balingbing, calingcing, caling-cing wulet. Bhalingbing bulu di Madura, blingbing buloh di Bali, calene di Bugis, dan malibi di Halmahera (Yuniarti, 2008). Belimbing wuluh merupakan salah satu spesies dalam keluarga belimbing (Averrhoa). Diperkirakan tanaman ini berasal dari Amerika tropik. Tanaman ini tumbuh baik di daerah asalnya sedangkan di Indonesia banyak dipelihara di pekarangan dan kadang-kadang tumbuh secara liar di ladang atau tepi hutan (Thomas, 2007). Gambar 2.2 Morfologi tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Tanaman ini mempunyai bentuk pohon kecil, tingginya mencapai 5-10 meter dengan batang yang tidak begitu besar (Gunawan et al., 2001). Biasanya, tanaman ini hidup pada ketinggian 5 sampai 500 meter di atas permukaan laut (Wijayakesuma, 2006). Belimbing wuluh mempunyai batang kasar berbenjol-

22 27 benjol, percabangan sedikit yang cenderung mengarah ke atas (Gunawan et al., 2001). Daun tanaman ini berupa daun majemuk menyirip, jumlahnya ganjil dengan pasang anak daun. Pucuk daunnya berwarna cokelat muda. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai lonjong, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya hijau dan permukaan bawah berwarna hijau muda. Perbungaan berupa malai, berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang besar, bunga kecil-kecil berbentuk bintang warnanya ungu kemerahan (Gunawan et al., 2001). Buahnya berbentuk lonjong bersegi hingga seperti torpedo, panjangnya 4-6,5 cm. Warna buah ketika muda hijau, dengan sisa kelopak bunga menempel pada ujungnya. Apabila buah sudah masak, maka buah berwarnya kuning atau kuning pucat. Daging buahnya berair banyak dan rasanya asam segar. Bijinya berbentuk elips, umumnya 2-3 ruang tanpa selaput biji, ukuran panjang 6-7 mm (Gunawan et al., 2001). Terdapat dua varietas dari tumbuhan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) yaitu yang menghasilkan buah berwarna hijau dan kuning muda atau sering pula dianggap berwarna putih (Thomas, 2007). b. Klasifikasi Tanaman Divisio Sub-divisio Classis Subkelas Ordo Familia : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Rosidae : Graniales : Oxalidaceae

23 28 Genus Spesies : Averrhoa : Averrhoa bilimbi (Roy et al., 2011) c. Manfaat Belimbing Wuluh Belimbing wuluh telah lama digunakan sebagai tanaman obat tradisional. Buahnya dapat digunakan sebagai penhilang rasa nyeri (analgetik), memperbanyak pengeluaran empedu, antiradang, peluruh kencing, dan sebagai penyegar kulit (Wijayakesuma, 2006). Kandungan senyawa yang terdapat pada belimbing wuluh diantaranya adalah saponin, tanin, flavonoid, glukosida, asam formiat, asam sitrat, dan beberapa mineral terutama kalsium dan kalium (Hariana, 2012). Daunnya dapat digunakan sebagai antipiretik, kulit gatal akibat kuman, bengkak karena jerawat, dan dapat menurunkan kadar gula darah. Bunganya menyembuhkan batuk, sedangkan buahnya banyak dikonsumsi masyarakat sebagai manisan atau campuran sayur sekaligus berkhasiat untuk mengobati batuk, dan beri-beri (Wijayakesuma, 2006). Tanaman tersebut memiliki senyawa yang berperan sebagai antibakteri, antidiabetik, antihiperlipidemia, dan dalam pengobatan post-partum (Roy et al., 2011). d. Kandungan Kimia Belimbing wuluh bersifat asam, dengan ph 4,47. Buah belimbing wuluh kaya akan berbagai macam vitamin, terutama vitamin C, protein, serat, mineral, dan air (Roy et al., 2011). Zat-zat yang terkandung dalam 100 gram belimbing wuluh antara lain protein riboflavin (vitamin B2), Thiamin (vitamin B1), Niasin (vitamin B3), asam askorbat (vitamin C), karoten, vitamin A, fosfor, kalsium, zat

24 29 besi, dan protein yang disajikan dalam tabel 2.3. Unsur pokok kimia yang terdapat pada buah belimbing wuluh antara lain asam amino, asam sitrus, cyanidin-o-h-dgluconide, gugus fenolik, ion potasium, gula, dan vitamin A (Roy et al., 2011). Tabel 2.3. Kandungan Kimia Belimbing Wuluh (Roy et al., 2011; Hariana, 2012) Zat yang di kandung Riboflavin (Vitamin B2) Thiamin (Vitamin B1) Niasin (Vitamin B3) Asam askorbat (Vitamin C) Karoten Vitamin A Fosfor Kalsium Zat Besi Protein Kalium Flavonoid Tanin Saponin Jumlah 0,026 mg 0,010 mg 0,302 mg 15,6 mg 0,035 mg 0,036 mg 11,1 mg 3,4 mg 1 mg 0,61 g Belum diketahui Belum diketahui Belum diketahui Belum diketahui e. Peran Flavonoid dan Kalium Terhadap Diuresis Salah satu kandungan bahan kimia dalam belimbing wuluh adalah flavonoid (Hariana, 2002). Flavonoid terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi dan terdapat pada hampir setiap bagian tumbuhan, yaitu akar, batang, daun, bunga, tepung sari, buah, biji, kayu, kulit kayu. Senyawa flavonoid menunjukkan aktivitas yang

25 30 bermacam-macam diantaranya mempunyai aktivitas sebagai diuretik, antivirus, antihistamin, antihipertensi, dan bakteriostatik (Harborne, 1996). Flavonoid menyebabkan peningkatan ekskresi elektrolit, seperti ion Na + dan Cl - bersama urin (Chodera et al., 1991). Natriuresis yang terjadi akan menimbulkan diuresis yang sebagian besar timbul secara sekunder akibat penghambatan terhadap reabsorbsi ion Na + tubulus. Ion Na + yang tersisa di tubulus bekerja secara osmotik menurunkan reabsorbsi air (Guyton dan Hall, 2012). Flavonoid berguna untuk menghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme), sehingga dari angiotensin I tidak dapat diubah menjadi angiontensin II yang berfungsi untuk menaikan aktivitas sistem saraf simpatis, vasokonstriksi otot polos vaskular dan meningkatkan retensi air dan natrium (Price, 2006; Kwon et al., 2010). Selain flavonoid, ion kalium yang terkandung dalam belimbing wuluh juga berfungsi sebagai diuretik melalui mekanisme penghambatan reabsorbsi ion natrium, sehingga pengeluaran natrium cairan meningkat, hal tersebut dapat membantu menurunkan tekanan darah. Kalium juga berguna untuk menghambat renin, sehingga dalam sistem RAA (Renin-Angiotensin-Aldosteron), angiotensinogen tidak dapat diubah menjadi angiotensin I. Kalium bekerja dengan menurunkan resistensi pembuluh darah perifer yang secara langsung dapat melebarkan arteri, peningkatan pengeluaran air dan natrium dari tubuh, penekanan sekresi renin angiotensin, dan stimulasi dari aktivitas pompa natrium-kalium. Hal tersebut menyebabkan volume intravaskular meningkat sehingga sekresi renin menurun. Dengan demikian, kombinasi antara kalium dan flavonoid dapat menyebabkan penurunan tekanan darah (Price, 2006; Kwon et al., 2010; Guyton dan Hall, 2012).

26 31 B. Kerangka Pemikiran Hipertensi Tatalaksana Non Farmakologi Alternatif Farmakologi Modifikasi Diet dan Gaya Hidup dengan DASH Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh Flavonoid dan Kalium Salah satu lini pertama : Hidroklorotiazid Tikus Putih Model Hipertensi Tikus Putih Model Hipertensi Faktor lain : keadaan ginjal tikus, stres, tingkat kepekaan terhadap perlakuan Peningkatan ekskresi natrium dan klorida Perbandingan Efek Diuresis Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran

27 32 Keterangan : : Faktor/Variabel yang diamati : Faktor/Variabel yang tidak diamati : Faktor/Variabel yang diamati (tahap selanjutnya, mengandung, menyebabkan/mempengaruhi) : Faktor/Variabel yang tidak diamati (tahap selanjutnya, mengandung, menyebabkan/mempengaruhi) C. Hipotesis Penelitian 1. Ekstrak etanol daun belimbing wuluh mempunyai efek diuresis dan efek antihipertensi pada tikus putih jantan model hipertensi. 2. Efek diuresis dan efek antihipertensi ekstrak tersebut lebih kuat jika dibandingkan dengan hidroklorotiazid dosis terapi pada tikus putih jantan model hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi saat ini telah menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat. 3 TINJAUAN PUSTAKA Alpukat Tanaman alpukat berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18, namun secara resmi antara tahun 1920-1930 (Anonim 2009). Kata

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hewan uji yang diinduksi

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hewan uji yang diinduksi BAB V PEMBAHASAN A. Uji Tekanan Darah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada hewan uji yang diinduksi larutan NaCl 8%, didapatkan hasil berupa penurunan rerata tekanan darah sebelum dan sesudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan sangat serius saat ini. Hipertensi disebut juga sebagai the silent killer. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut JNC 7 adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan manusia di seluruh dunia saat ini ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain, demografi penuaan, urbanisasi yang cepat, dan gaya hidup tidak sehat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer, karena termasuk penyakit yang mematikan tersering tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan

Lebih terperinci

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi menurut kriteria JNC VII (The Seventh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure), 2003, didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah kepada dinding pembuluh darah yang dipengaruhi oleh volume darah, kelenturan dinding, dan diameter pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Data Hasil Penelitian Uji perbandingan antara keempat kelompok sebelum perlakuan menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok kontrol adalah

Lebih terperinci

DIURETIK & ANTI DIURETIK. Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

DIURETIK & ANTI DIURETIK. Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara DIURETIK & ANTI DIURETIK Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara DIURETIK VOLUME URINE ANTI DIURETIK DIURETIK OSMOTIK PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE DIURETIK DIURETIK

Lebih terperinci

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat yang terutama tinggal di kota-kota besar cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat, karena sering mengonsumsi makanan siap saji, hal ini meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorpsi natrium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri atas volume urin, persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium urin. Selanjutnya, hasil penelitian disajikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin 3 TINJAUAN PUSTAKA Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin Ginjal merupakan salah satu organ yang penting bagi makhluk hidup. Ginjal memiliki berbagai fungsi seperti pengaturan keseimbangan air dan

Lebih terperinci

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke

Lebih terperinci

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi atau disebut juga tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Tekanan darah pasien

Lebih terperinci

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja FARMAKOLOGI Pengertian Diuretik Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Diuretika adalah Zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih melalui kerja langsung terhadap ginjal.

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan dengan tekanan sistolik di atas 140 mm Hg atau diastolik di atas 90 mm Hg (JNC VII). Hipertensi sampai saat ini masih merupakan masalah besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada makhluk hidup multiseluler. Zatzat yang tidak digunakan oleh tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk urin oleh ginjal. Pada seorang

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diuretik merupakan zat yang dapat meningkatkan pengeluaran urin. Mekanisme kerja diuretik dengan meningkatkan laju ekskresi urin dan laju ekskresi Na + yang

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Tanaman Kentang 1. Kandungan Kimia Kandungan kimia pada satu buah kentang mentah termasuk kulitnya dengan berat 213 gram mengandung kalium 897 mg, fosfor 121 mg,

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

Struktur bagian dalam ginjal

Struktur bagian dalam ginjal Sitem perkemihan Sistem perkemihan Terdiri atas: dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan uretra Fungsi ginjal pembentukan urine Yang lain berfungsi sebagai pembuangan urine Fungsi lain ginjal: Pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum melanda dunia. Hipertensi merupakan tantangan kesehatan masyarakat, karena dapat mempengaruhi resiko penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi hipertensi Hipertensi adalah salah satu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Kebanyakan pasien hipertensi etiologi patofisiologinya tidak diketahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Lataar Belakang Masalah Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau diastolik sedikitnya 90 mmhg. Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi telah menjadi penyebab kematian yang utama dari 57,356 penduduk Amerika, atau lebih dari 300,000 dari 2.4 milyar total penduduk dunia pada tahun 2005. Selebihnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah, bergantung pada volume darah dan distensibilitas dinding pembuluh darah (Sherwood,

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Pasien Hipertensi di Puskesmas Kraton dan Yogyakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antihipertensi yang dapat mempengaruhi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir

Lebih terperinci

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menjelaskan proses pembentukan

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Indikator Pencapaian: MATERI IX SISTEM EKSKRESI Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan Materi Mahluk hidup dalam hidupnya melakukan metabolisme. Metabolisme ini selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya hampir

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Ekskresi Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Pengertian & Fungsi Proses Ekskresi Penegrtian : Proses pengeluaran zat-zat sisa hasil

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Farida Rahmawati, Anita Agustina INTISARI Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI.

SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI. SOAL SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL ILMU PENYAKIT DALAM FK UNILA, SEMESTER GANJIL. MATA KULIAH : HIPERTENSI, GAGAL GINJAL DAN GERIATRI. Pilihlah satu jawaban yang benar : 1. Seorang wanita dengan umur 70 tahun,

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperurisemia merupakan keadaan meningkatnya kadar asam urat dalam darah di atas normal ( 7,0 mg/dl) (Hidayat 2009). Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan

Lebih terperinci

OBAT ANTI HIPERTENSI

OBAT ANTI HIPERTENSI OBAT ANTI HIPERTENSI Obat antihipertensi Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler yang terbanyak 24% penduduk AS memiliki hipertensi Hipertensi yang berlanjut akan merusak pembuluh darah di ginjal, jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritik A.1. Hipertensi a. Definisi : Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah 140 mmhg (tekanan sistolik) dan atau 90 mmhg (tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang paling sering terjadi baik pada negara maju maupun negara berkembang. Menurut klasifikasi JNC VII

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Hipertensi a. Definisi Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri secara persisten, yang merupakan faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK). Penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Hipertensi 1. Definisi Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi 140/90 mmhg pada pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini berkaitan dengan pola makan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik di atas 140 mmhg atau lebih, atau diastolik di atas 90 mmhg atau lebih, atau sedang dalam pengobatan antihipertensi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah merupakan salah satu tanda vital kehidupan manusia. Tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik yaitu tekanan dalam arteri saat jantung berdenyut (ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Hipertensi Hipertensi didefinisikan sebagai suatu keadaan ketika tekanan di pembuluh darah meningkat secara kronis. Seseorang disebut sebagai penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) 1. Kandungan kimia kacang panjang (Vigna sinensis L.) Kacang panjang (Vigna sinensis L.) mengandung flavonol, glikosida flavonol, dan antosianidin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmhg atau atau diastolik 90 mmhg, atau sedang dalam pengobatan anti hipertensi (JNC VII, 2003). Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Fungsi homeostatik ginjal Proses penyaringan (filtrasi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berenuk (Crescentia cujete L). a. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionata Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 20 responden pada kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata

Lebih terperinci

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh MONITORING EFEKTIVITAS TERAPI DAN EFEK-EFEK TIDAK DIINGINKAN DARI PENGGUNAAN DIURETIK DAN KOMBINASINYA PADA PASIEN HIPERTENSI POLIKLINIK KHUSUS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh YUANITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat obat ini adalah

Lebih terperinci

EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN GANDARUSA(Justicia gendarussa Burm. F ) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI

EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN GANDARUSA(Justicia gendarussa Burm. F ) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN GANDARUSA(Justicia gendarussa Burm. F ) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI Oleh : FITRI YULIANI K 100040229 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi secara paralel, transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengubah pola penyebaran penyakit dari penyakit

Lebih terperinci

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) PENDAHULUAN Mengenai pencegahan ini ada sedikit perbedaan mengenai definisi pencegahan yang tidak terlalu mengganggu. Dalam konsensus yang mengacu ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis paling sering terjadi di negara industri dan berkembang. Klasifikasi menurut JNC VII (the Seventh US

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah salah satu penyakit pembunuh diam-diam (silent killer)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah salah satu penyakit pembunuh diam-diam (silent killer) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit pembunuh diam-diam (silent killer) yang dikenal sebagai penyakit kardiovaskular. Meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Proporsi kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi dikenal luas sebagai penyakit kardiovaskular, merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemukan di masyarakat modern

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Remaja 1 Definisi Remaja Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan jaman dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat. Banyak masyarakat saat ini sering melakukan pola hidup yang kurang baik

Lebih terperinci

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad

HIPERTENSI OLEH : ANITA AMIR C RIZKI AMALIAH RIFAI C PEMBIMBING : Dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad KEDOKTERAN KELUARGA SISTEM ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN HIPERTENSI LAPORAN KASUS FEBRUARI 2008 OLEH : ANITA AMIR C111 03 172 RIZKI AMALIAH RIFAI C111 03 210 PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Masyarakat terutama yang tinggal di kota-kota besar cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat karena sering mengkonsumsi makanan siap saji, hal ini meningkatkan

Lebih terperinci

Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014

Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Tinjauan Tanaman Sukun Sukun termasuk dalam genus Artocarpus famili (moraceae) yang terdiri atas 50 spesies tanaman berkayu, yang hanya tumbuh di daerah panas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup seperti merokok, inaktivitas fisik, stres psikososial, dan pola makan siap saji membawa konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah yang sering dijumpai baik pada negara maju maupun negara berkembang dan menjadi salah satu penyebab kematian paling sering di dunia. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler

BAB II TINJAUAN TEORITIS. antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Hipertensi Tekanan darah (Blood Pressure = BP) adalah perkalian antara curah jantung (Cardiac Output = CO) dan tekanan vaskuler perifer (Pheripheral Vascular Resistance

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L.) adalah salah satu dari tumbuhan yang paling banyak manfaatnya di dunia, khususnya di daerah tropis seperti di Indonesia. Selain mudah ditemukan,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2 1. Fungsi sistem ekskresi adalah... Membuang zat sisa pencernaan Mengeluarkan enzim dan hormon Membuang zat sisa metabolisme tubuh Mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabetes melitus (DM) tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan

BAB I PENDAHULUAN. diabetes melitus (DM) tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) atau yang biasa disebut kencing manis adalah suatu group penyakit metabolik yang dikarakteristikan dengan adanya kondisi hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab

Lebih terperinci