BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sistem Biaya Tradisional. sistem tradisional, penulis mengutip pengertian mengenai sistem

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sistem Biaya Tradisional. sistem tradisional, penulis mengutip pengertian mengenai sistem"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Pengertian Sistem Biaya Tradisional Sebagai landasan dalam memperjelas pengertian mengenai sistem tradisional, penulis mengutip pengertian mengenai sistem tersebut. Supriyanto (1993:75) mendefinisikan Sistem Biaya Tradisional sebagai berikut : Sistem Biaya Tradisional adalah sistem kalkulasi biaya yang menghitung biaya overhead berdasarkan jumlah unit yang dihasilkan yang terukur dalam jam tenaga kerja langsung, jam mesin, atau rupiah tenaga kerja langsung. Sedangkan definisi Sistem Biaya Tradisional menurut R. Cooper & Robert S. Kaplan (1989:87) adalah : Traditional systems can measure accurately the resources that are consumed in propotion to the number of units produced or individual product. Dari kutipan-kutipan mengenai sistem biaya tradisional diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem ini masih relevan dan akurat pada kondisi pemakaian tenaga kerja langsung dan bahan baku langsung yang masih sangat dominan dalam proses produksi. Selain itu, sistem ini hanya akan dapat secara akurat mengukur biaya apabila 8

2 9 biaya yang dikonsumsi jumlahnya proporsional dengan volume produk yang diproduksi. Apabila tenaga kerja langsung dan bahan baku langsung tidak dipenuhi, maka perhitungan biaya produksi dengan menggunakan sistem biaya tradisional akan menjadi tidak akurat Kalkulasi Biaya Produk Tradisional Kalkulasi biaya produk tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk. Biaya-biaya seperti biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dapat dibebankan ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran pemacu yang akurat, dengan sistem biaya yang paling tradisional dirancang untuk memastikan hal ini dapat terjadi. Sedangkan untuk biaya overhead, pembebanannya bergantung kepada penelusuran pemacu dan alokasi. Dalam sistem biaya tradisional, hanya pemacu aktivitas tingkat unit yang digunakan untuk membebankan biaya kepada produk. Pemacu aktivitas tingkat unit (unit level activity drivers) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi. Penggunaan pemacu aktivitas berdasarkan unit untuk membebankan biaya overhead ke produk mengasumsikan bahwa overhead yang dikonsumsi produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit yang diproduksi. Pemacu aktivitas berdasarkan unit membebankan overhead kepada produk melalui

3 10 penggunaan tarif pabrik secara menyeluruh atau departemental. Contoh- contoh pemacu tingkat unit secara umum digunakan untuk membebankan overhead meliputi : a. Unit yang diproduksi b. Jam tenaga kerja langsung c. Biaya tenaga kerja langsung d. Jam mesin e. Bahan baku langsung Untuk mengilustrasikan bagaimana tarif overhead pabrik menyeluruh di hitung menurut sistem tradisional, penulis menyajikan Tabel 1.1. TABEL 1.1 Pembebanan BOP ke Produk Biaya Overhead Pabrik (BOP) alokasi Departemen alokasi alokasi Produk Sumber : Henry Simamora, Akuntansi Manajemen, 2002, Hal. 127 Untuk tarif overhead menyeluruh, biaya overhead pertamatama diakumulasikan dalam satu kelompok biaya secara menyeluruh (pembebanan biaya tahap pertama). Biaya overhead

4 11 dibebankan kepada kelompok hanya dengan menjumlahkan seluruh biaya overhead yang diharapkan terjadi selama setahun. Karena semua biaya overhead adalah untuk pabrik, pembebanan kepada kelompok dilakukan dengan sangat akurat. Pada tahap pertama ini, obyek biaya adalah pabrik dan penelusuran langsung digunakan untuk membebankan biaya kepada kelompok pabrik secara menyeluruh. Setelah biaya diakumulasikan pada kelompok ini, kemudian kita menghitung tarif overhead pabrik menyeluruh dengan satu pemacu (drivers) tingkat unit yang biasanya adalah jam tenaga kerja langsung. Produksi diasumsikan mengkonsumsi sumber daya overhead dengan proporsi jam kerja langsung yang digunakan. Oleh sebab itu, pada tahap kedua biaya overhead dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif overhead dengan total jam kerja langsung aktual yang digunakan setiap produk. Rumus : Tarif overhead yang ditetapkan = overhead yang dianggarkan aktivitas yang diharapkan Overhead yang dibebankan = Tarif overhead X output aktivitas aktual Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem biaya tradisional hanya menggunakan tarif overhead yang telah ditetapkan. Semua biaya overhead pabrik digabung ke dalam satu kelompok dan biaya-biaya tersebut dibebankan ke produk berdasarkan satu cost driver saja yang

5 12 berhubungan dengan volume produksi. Cost Driver yang sering digunakan dalm sistem biaya tradisional adalah jam upah langsung dan unit produksi. Dalam pelaporan keuangan, informasi biaya produksi menurut akuntansi biaya tradisional diukur dengan menggunakan metode biaya penuh (full cost method) atau metode biaya variabel (variable cost method). Perbedaan pengukuran biaya produksi diantara kedua metode ini terletak pada pembebanan biaya produksi tidak langsung tetapnya. Dalam full costing method, perhitungan harga pokok produksinya mengikutsertakan biaya produksi tidak langsung tetapnya sebagai biaya dalam persediaan, sedangkan pada variabel costing method, biaya produsi tidak langsung tetapnya tidak dimasukkan ke dalam biaya periode yang harus dibebankan ke penjualan dan bukan sebagai harga pokok produksi yang harus dimasukkan dalam persediaan Kelebihan dan Kelemahan Sistem Biaya Tradisional Kelebihan sistem biaya tradisional 1. Mudah diterapkan Sistem biaya tradisional tidak banyak menggunakan pemacu (cost driver) dalam membebankan biaya overheadnya sehingga akan memudahkan manajer untuk melakukan perhitungan harga pokok produksi. 2. Mudah diaudit

6 13 Pemacu biaya yang tidak banyak akan memudahkan auditor untuk melakukan audit. Kelemahan sistem biaya tradisional 1. Tidak dapat melaporkan biaya produksi secara akurat karena sistem biaya produksi tidak dimodifikasi sejalan dengan perubahan proses produksi. 2. Mempunyai asumsi bahwa biaya produksi dikonsumsi secara proporsional oleh setiap unit yang diproduksi. 3. Pemakaian tarif tunggal dengan dasar penentuan harga pokok tingkat unit untuk harga pokok seluruh biaya produksi ke produk. 4. Ketidakmampuan untuk melaporkan biaya produksi yang akurat untuk organisasi yang memproduksi bauran produk yang berbeda baik volume, kompleksitas, dan umur produk Latar Belakang Timbulnya ABC Perusahaan harus meningkatkan kualitas produk serta efisiensi operasi produknya agar tetap dapat bersaing. Hal ini akan dapat tercapai apabila perusahaan berusaha meningkatkan produksi. Untuk dapat meningkatkan kemampuan produksi, manajemen perusahaan membutuhkan sistem biaya yang dapat memberikan informasi biaya yang akurat dan dapat merefleksikan sumber daya dari berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi. Model sistem biaya ini dibutuhkan supaya manajemen perusahaan mampu

7 14 mencapai dan mempertahankan keuntungan kompetitif melalui kemampuan produksinya. Sistem biaya tradisional yang diterapkan selama ini dianggap para ahli manajemen biaya gagal menyediakan informasi yang seperti disebutkan diatas. Kegagalan sistem biaya tradisional karena terlalu menaruh perhatian kepada biaya tenaga kerja langsung dengan mengesampingkan biaya overhead pabrik. Umumnya sistem biaya tradisional menentukan harga pokok berdasarkan komponen biaya tenaga kerja langsung, maupun jam kerja. Sistem biaya tradisional menciptakan pengukuran yang tidak akurat, yang mendorong perilaku tidak produktif. Untuk mengukur kinerja usaha, manajemen memakai tolok ukur seperti : penggunaan mesin atau efisiensi biaya tenaga kerja langsung. Disamping itu penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk menyebabkan proporsi biaya overhead meningkat dibandingkan dengan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sistem ABC timbul sebagai akibat kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu menggambarkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan suatu produk. Kebutuhan akan informasi tersebut di sebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : a. Persaingan yang bersifat global dan tajam

8 15 Adanya persaingan yang bersifat global dan tajam yang dihadapi perusahaan pabrikan, memaksa manajemen perusahaan mencari berbagai strategi baru dalam proses pembuatan produk yang menghasilkan biaya yang efektif dalam proses pembuatan produk, manajemen harus dapat menggunakan sistem pengelolaan biaya dalam rangka menghilangkan aktivitas-aktivitas bukan penambah nilai sehingga manajemen dapat mengendalikan dan memantau pengorbanan berbagai sumber daya dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan produk. Dengan demikian manajemen perusahaan mampu memberikan informasi biaya yang mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk, baik aktivitas-aktivitas penambah nilai maupun aktivitas-aktivitas bukan penambah nilai. b. Penggunaan teknologi maju dalam proses produksi Adanya penggunaan teknologi maju dalam hal pembuatan produk dapat menyebabkan proporsi biaya overhead dalam biaya produksi menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. c. Inovasi baru oleh manajemen perusahaan Adanya inovasi baru yang dilakukan oleh manajemen perusahaan mengakibatkan daur hidup produk menjadi lebih pendek. Informasi mengenai daur hidup menjadi sangat penting bagi

9 16 perusahaan karena hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen dalam pengelolaan keputusan. d. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengelolaan data Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengelolaan data memungkinkan dilakukannya pengelolaan berbagi macam informasi biaya yang sebelumnya tidak terbayangkan pada waktu menggunakan sistem manual. Dengan bantuan informasi berteknologi, berbagai cara penetuan harga pokok yang kasar pada waktu yang digunakan sistem manual dapat digantikan dengan penetuan harga pokok yang lebih akurat Definisi Sistem ABC Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Sistem ABC, penulis kutipkan beberapa definisi mengenai sistem ABC. Menurut L.M. Samryn (2002: 133) mendefinisikan : ABC merupakan suatu sistem yang berfokus pada aktivitas sebagai objek biayanya dan menggunakan cost driver bagi obyek pembiayaan selain aktivitas Sedangkan Hongren, Foster & Datar (1997:135) memberi definisi : ABC focuses on activities as activities as the fundamental cost objects. It uses the cost of these activities as the basis for assigning cost to other cost object such as product, service, or customers. Mereka menjelaskan bahwa Sistem ABC memfokuskan kepada aktivitas-aktivitas dimana aktivitas merupakan fundamen dari objek

10 17 biaya dan kemudian menggunakan biaya dari aktivitas-aktivitas tersebut sebagai dasar untuk membebankan biaya ke obyek lainnya, seperti produk, jasa, dan pelanggan. bahwa : Di lain pihak, Kaplan dan Atkinson (1998:97) menyatakan ABC developed to provide more accured ways of assigning the cost of indirect and support resources to activities, bussiness, processes, service, and customers. The goal of ABC is not allocate common cost to product. The goal is measure and then price out all resources use for acivities that support the production and delivery of products and services to customers. Kaplan dan Atkinson menyatakan bahwa ABC dikembangkan untuk menetapkan biaya yang lebih akurat dari sumber daya tidak langsung dan pendukung yang digunakan untuk aktivitas, proses produksi, produk, jasa, dan pelanggan. Tujuan akhir dari ABC bukan untuk mengalokasikan seluruh biaya ke produk tetapi untuk mengukur dan menilai kembali semua sumber daya yang digunakan oleh aktivitas untuk mendukung produksi dan pendistribusian produk dan jasa ke pelanggan. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ABC merupakan suatu metode baru mengenai sistem pembebanan biaya yang dikembangkan untuk mengantisipasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sistem akuntansi biaya tradisional. Yang menjadi

11 18 perhatian sistem ABC adalah aktivitas- aktivitas perusahaan dengan penelusuran biaya untuk menghitung harga pokok produksi, aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan produk atau pelanggan yang mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian sistem ABC memudahkan perhitungan harga pokok biaya yang akurat sehingga mengurangi distorsi pada sistem biaya tradisional dan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan pihak manajemen mengurangi distorsi pada sistem biaya tradisional dan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan pihak manajemen Kalkulasi Biaya Produk Berdasarkan Aktivitas Kalkulasi biaya produk berdasarkan aktivitas diawali dengan penelusuran biaya aktivitas dan kemudian ke produk. Seperti halnya kalkulasi biaya produk menurut sistem tradisional, ABC merupakan proses dua tahap. Pada tahap pertama, ABC menulusuri biaya overhead ke aktivitas bukan ke unit organisasi sedangkan pada tahap kedua, baik sistem ABC maupun tradisional sama-sama membebankan biaya produk. Namun, sistem ABC menekankan pada penelusuran langsung dan penelusuran pemacu (menekankan hubungan sebab-akibat) sedangkan sistem biaya tradisional cenderung intensif pembebanan (sangat mengabaikan hubungan sebab-akibat). Oleh sebab itu, perbedaan utama dari perhitungan antara dua metode tersebut adalah sifat dan jumlah pemacu biaya yang

12 19 digunakan. Sistem ABC menggunakan pemacu lebih banyak jika dibandingkan sistem tradisional. TABEL 1.2 Kalkulasi Biaya Berdasarkan Aktivitas (Sistem ABC) Resources Antribusi Secara Langsung Aktivitas Tahap pertama Unit- Based Driver Non Unit-Based Driver Produk Tahap kedua Sumber : Akuntansi Manajemen, Henry Simamora, 2002, hal 127 Dua asumsi penting yang menjadi dasar sistem ABC adalah 1. Aktivitas menyebabkan timbulnya biaya. 2. Objek biaya mengkonsumsikan atau menyebabkan timbulnya permintaan atas aktivitas-aktivitas tersebut. Sistem biaya berdasarkan aktivitas (Sistem ABC) adalah sistem biaya terdiri dari dua prosedur, yaitu: 1. Prosedur tahap pertama Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut : a. Penggolongan atau pengidentifikasian aktivitas.

13 20 b. Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas. c. Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang homogen. d. Penentuan tarif kelompok (pool rate). Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama system ABC adalah penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola. Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan kelompok aktivitas. Setelah itu langkah ketiga penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen. Kelompok biaya homogen (Homogeneous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang berhubungan secara logis dengan tugas- tugas yang dilaksanakan dan biayabiaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Jika kelompok biaya yang homogen telah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah penentuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dengan dasar pengukuran aktivitas kelompok tertentu.

14 21 Rumus : Tarif kelompok = Tarif biaya overhead untuk aktivitas tertentu Dasar pengukuran aktivitas kelompok tertentu 2. Prosedur tahap kedua Biaya overhead ini dibebankan pada berbagai produk dengan menggunakan tarif setiap kelompok biaya. Pembebanan overhead pada setiap jenis produk ditentukan dari setiap kelompok dari setiap produk dengan perhitungan Overhead sebagai berikut: yang dibebankan = Tarif kelompok X Unit cost driver yang digunakan Syarat-syarat pemanfaatan harga pokok produksi berbasis aktivitas menjadi optimal adalah 1. Diversitas produk oleh perusahaan termasuk tinggi Perusahaan memproduksi berbagai macam produk atau lini yang diproses dengan menggunakan beberapa fasilitas yang sama sehingga timbul masalah untuk menentukan atau membebankan sumber daya yang dikonsumsi ke masingmasing produk. 2. Perusahaan menghadapi persaingan yang ketat

15 22 Dalam persaingan untuk memperbesar pangsa pasar maka informasi tentang harga pokok yang akurat akan mendukung berbagai macam pengambilan keputusan. 3. Biaya pengukuran dapat dikatakan rendah. Biaya perencanaan dan pengoperasian sistem harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh dimasa yang akan datang. Menurut Amin Wijaya tunggal (1992: 49), pemacu biaya (cost driver) dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama, yaitu : 1. Pemacu biaya yang berhubungan dengan volume produksi. Variabilitas biaya-biaya manufaktur dianggap dapat diterangkan dengan besarnya jam tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan baku. 2. Pemacu biaya yang tidak berhubungan dengan volume produksi. Pemacu biaya ini dianggap memacu sejumlah biaya manufaktur karena terdapatnya diversitas dan kompleksitas produk. Di dalam akuntansi aktivitas, pemacu biaya jenis kedua memperoleh perhatian yang besar karena pemacu

16 23 biaya tersebut dapat digunakan untuk menerangkan sebabakibat timbulnya biaya. Dalam pemilihan pemacu biaya, faktor utama yang harus diperhatikan menurut Amin Wijaya Tunggal (1992: 43), adalah: 1. Biaya Pengukuran Dalam sistem ABC, sejumlah besar cost driver dapat dipilih dan digunakan. Jika kemungkinan sangat penting untuk memilih cost driver yang menggunakan informasi yang siap sedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada sebelumnya berarti harus dihasilkan, dan akibatnya akan meningkatkan biaya sistem informasi perusahaan. Kelompok biaya yang homogen dapat menawarkan sejumlah kemungkinan cost driver. 2. Pengukuran tidak langsung dan tingkat korelasi Pada struktur informasi yang ada sebelumnya dapat digunakan dengan cara lain untuk menentukan biaya dalam memperoleh kuantitas pemacu biaya. Kadang-kadang dimungkinkan untuk pemacu biaya yang secara langsung mengukur penggunaan suatu aktivitas dengan suatu pemacu biaya secara tidak langsung mengukur penggunaan itu Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah Dalam Supriyono (2002: ), Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas yang diperlukan yang dilaksanakan dengan

17 24 efisiensi sempurna. Sedangkan aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas-aktivitas yang tidak perlu atau aktivitas-aktivitas yang perlu namun tidak efisien dan dapat diperbaiki. Dalam biaya bernilai tambah hanya mencakup biaya yang seharusnya terjadi dalam memproduksi suatu produk. Standar biaya bernilai tambah dapat digunakan untuk mengeliminasi secara lengkap aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah sehingga idealnya, biaya bernilai tambah menjadi nol Identifikasi Aktivitas dan Klasifikasi Identifikasi aktivitas merupakan salah satu bagian dari proses penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas. Product Driver Activities terdiri dari : 1. Unit level activities Adalah aktivitas yang terjadi setiap kali sebuah unit produk dibuat. Jenis aktivitas ini muncul akibat jumlah volume produksi yang melalui sebuah fasilitas produksi. Unit level activities dilakukan setiap sebuah unit produksi. Sebagai contoh, anggaplah sebuah unit mesin dilumasi dengan oli setiap 10 jam operasional yang terus menerus. Walaupun biaya lubrikasi tersebut tidak dikeluarkan setiap kali sebuah produk dibuat, namun pola perilaku biaya tadi sangat terkait erat dengan tingkat produksi sehingga biaya lubrikasi tersebut dapat diperlakukan sebagai unit

18 25 level cost meskipun tidak memenuhi kriteria ketat dalam unit level activities. 2. Batch Level Activities Adalah aktivitas yang berhubungan dengan produksi kelompok/gugus produk. Jenis aktivitas ini mencakup tugas-tugas seperti penempatan pesanan pembelian, penyiapan perlengkapan produksi, pengiriman produk kepada pelanggan, dan penerimaan bahan baku. Biaya pada tingkat gugus (batch) dihasilkan menurut jumlah gugus produk yang diproses ketimbang berdasarkan unit yang dijual, atau ukuran volume lainnya. 3. Produk Sustaining Activities Adalah aktivitas yang berhubungan dengan produk tetentu yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mendukung produksi dan penjualan masing-masing produk. Semakin banyak produk dan lini produk. Semakin banyak produk dan lini produk, maka semakin tinggi biaya aktivitas tingkat produk. Aktivitas ini berkaitan dengan suatu produk tetapi dengan produk lainnya. Contoh, melakukan inspeksi mutu merupakan aktivitas tingkat produk karena beberapa produk membutuhkan inspeksi, sedangkan produk lainnya tidak membutuhkannya, contoh lainnya aktivitas tingkat produk. 4. Facility Sustaining Activities

19 26 Adalah aktivitas penunjang fasilitas yang biasanya digabung ke dalam sebuah pusat aktivitas tunggal karena aktivitas ini berkaitan dengan keseluruhan produksi dan tidak dengan gugus spesifik tertentu ataupun lini produk tertentu yang diproduksi. Biaya tingkat fasilitas meliputi unsur-unsur seperti manajemen pabrik, pabrik, asuransi, pajak bumi dan bangunan, dan fasilitas rekreasional karyawan. TABEL 1.3 Aktivitas BOP Berdasarkan Kelompok Aktivitas (activities) Unit Level Activities Batch Level Activities Kumpulan Aktivitas (activitiy centers) Mesin Tenaga Kerja Bahan Baku Order pembelian Order produksi Setup mesin Pemacu biaya (cost driver) Jam kerja mesin Jam tenaga kerja Biaya bahan baku Jumlah order pembelian Jumlah bahan yang diterima Jumlah setup Penanganan bahan Jumlah jam penanganan Pengawasan mutu Jumlah jam pengawasan Pengujian produk Jumlah jam pengujian Product Sustaining Desain produk Jumlah jam desain Activities Pelatihan pegawai Jumlah jam pelatihan Facility Sustaining Aktivitas produk Jam tenaga kerja Activities Sumber : Akuntansi Manajemen, Henry Simamora, 2002, hal. 132

20 Mengimplementasikan Sistem ABC Agar sistem ABC berhasil, perusahaan harus merangkul sistem ini dan menggunakannya sebagai basis bagi semua keputusan manajemen. Sistem yang berhasil tergantung pada empat faktor kunci sebagai berikut : 1. Sistem tersebut harus didukung penuh oleh manajemen pucak. Dukungan manajemen pucak adalah kritikal. Sistem ABC merubah pandangan perusahaan terhadap usahanya. Dalam organisasi, terdapat pemenang dan pihak yang kalah. Pihak yang kalah tampaknya akan tidak menerima sistem tersebut apabila manajemen senior tidak meyakinkannya. 2. Metode ABC dapat dimengerti (understandable) dan dijelaskan (explainable) Agar sistem ABC dapat berhasil, karyawan perusahaan harus mampu memahami yang ditimbulkannya. Sistem ABC harus dapat menyajikan bagaimana aktivitas perusahaan mengkonsumsi sumber daya dan bagaimana produk dan pelanggannya menimbulkan aktivitas tersebut. 3. Sistem tersebut dapat dicapai (accessible) Sistem ABC harus dapat dicapai oleh semua pemakai potensial. Semua pemakai potensial sistem ABC harus mempunyai akses yang tepat waktu, yang menyenangkan terhadap sistem biaya. Ini adalah satu alasan penting suatu sistem biaya yang terintegrasi

21 28 adalah superior terhadap sistem secara tersendiri. Sistem biaya yang terintegrasi dapat diakses dari setiap terminal sistem informasi dalam perusahaan. Sistem yang tidak terintegrasi telah memenuhi ketersediaan ini. Membatasi akses ke sistem juga menimbulkan ketidakpercayaan. Pemakai secara alamiah skeptis terhadap sistem baru. Banyak pemakai hanya merasa senang dengan suatu sistem setelah melakukan percobaan atau eksperimen. 4. Adanya rasa memiliki sistem Orang-orang yang akan melakukan implementasi harus mempunyai rasa memiliki sistem tersebut. Jika tidak, maka sistem baru tersebut akan berhenti atau menghilang Kelebihan dan Kelemahan ABC System Kelebihan sistem ABC 1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan manajemen sehubungan dengan informasi harga pokok produksi yang lebih informatif dan akurat yang dihasilkan oleh sistem ABC. 2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan yang terus menerus terhadap aktivitas perusahaan untuk mengurangi biayabiaya overhead. 3. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya-biaya relevan guna pengambilan keputusan yang lebih luas lagi. Kelemahan Sistem ABC

22 29 1. Penggunaan sistem biaya (multiple cost driver) menyebabkan sistem lebih komplek dan mahal untuk diadministrasikan. 2. Sistem ABC membutuhkan data yang lebih banyak dibandingkan dengan biaya tradisional Perbandingan Sistem ABC dengan Sistem Tradisional Perbandingan sistem ABC dengan tradisional dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sistem ABC memfokuskan pada aktivitas dalam menentukan biaya produksi karena asumsi bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya sedangkan sistem biaya tradisional memfokuskan pada produk karena asumsi bahwa produk atau volumelah yang menyebabkan biaya. 2. Sistem ABC membagi biaya produksi berdasarkan kategori : jumlah unit, batch, produk dan fasilitas penunjang, sedangkan sistem tradisional membagi konsumsi biaya berdasarkan jumlah unit atau volume. 3. Sistem ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menentukabn berapa besar konsumsi biaya produksi produk individual sedangkan biaya tradisional menggunakan satu atau dua basis penentuan secara arbiter yang non representif. 4. Sistem ABC memberikan fasilitas bagaimana mengurangi biaya produksi yang jauh lebih tepat dibandingkan dengan sistem

23 30 biaya tradisional. Contohnya : apabila sistem biaya tradisional menggunakan jam tenaga kerja langsung sebagai dasar penentuan, maka usaha untuk mengurangi biaya produksi biasanya terfokus pada bagaimana mengurangi pemakaian tenaga kerja padahal biaya produksi terjadi tidak hanya tergantung pada pemakaian tenaga kerja saja melainkan juga adanya aktivitas- aktivitas lain. Sistem ABC lebih diterapkan dalam masalah diatas karena lebih baik menggunakan dasar pembebanan pengendalian aktivitas. 5. Sistem ABC memberikan informasi biaya produksi yang lebih tepat dibandingkan sistem biaya tradisional sehingga sistem ABC lebih tepat digunakan oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsi perencanaan dan Pengendalian biaya. 6. Sistem ABC mampu memberikan informasi mengenai skala ekonomi (economics of scale) produk individual yang lebih tepat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Sistem biaya tradisional yang biasanya melaporkan biaya produksi per unit yang sama besar, baik untuk produk yang volumenya tinggi maupun rendah. Hal tersebut bertolak belakang dengan harapan manajemen mengenai teori skala ekonomi (produk yang diproduksi per unit lebih rendah dibandingkan dengan produk yang diproduksi dengan volume rendah). Untuk memperjelas

24 31 perbandingan sistem ABC dengan sistem tradisional maka penulis menyajikan perbedaan tersbut dalam bentuk tabel 1.4. TABEL 1.4 Perbandingan Sistem ABC dengan Sistem Biaya Tradisional Perbedaan Sistem ABC Sistem Biaya Tradisional 1. Penekanan 2. Asumsi penyebab timbulnya biaya. 3. Dasar pembebanan biaya 4. Jumlah cost driver yang digunakan 5. Sebagai alat perencanaan/pengendalian biaya 6. Informasi biaya produksi 7. Harapan mengenai skala ekonomis Aktivitas Aktivitas Aktivitas produksi yang berhubungan dengan : a. Unit level b. Batch level c. Product level d. facility level Multiple cost driver Efektif Lebih tepat dan dapat diandalkan Dapat dipenuhi Produk Produk Pemacu yang berhubungan dengan unit atau volume Single cost driver Tidak efektif Kurang tepat dan tidak dapat diandalkan Tidak dapat dipenuhi

25 32 Sumber : Hansen and Mowen Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Manajemen Biaya, 1992, hal Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuningsih (2003) adalah tentang analisis penerapan sistem ABC untuk menentukan harga pokok produk serta pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan pada PT. Atlantis Antique dengan menggunakan data harga pokok produksi periode , variabel-variabel yang digunakan adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik. Hasil analisisnya adalah menggunakan sistem ABC, harga pokok produksinya tercatat lebih rendah dibanding menggunakan sistem tradisional yaitu pada periode 2000 sebesar 4,96% (produk Piliko FC), 10,32% (produk Geza FC),periode 2001 sebesar 5,20% (produk Piliko FC), 10,58% (produk Geza FC) dan untuk periode 2002 sebesar 4,71% (produk Piliko FC),11,65% (produk Geza FC) Kerangka Pemikiran Sistem penentuan harga pokok yang banyak dipakai untuk perusahaan umumnya menggunakan biaya produksi ke unit produk individual dan menggunakan satu dasar penentuan harga pokok ke unit produk individual dengan menggunakan satu dasar harga pokok tertentu, misalnya jam kerja langsung. Tindakan ini mengandung kelemahan karena adanya biaya

26 33 produksi yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan unit produk secara individual sehingga terjadi distorsi harga pokok atau biaya produksi. Dengan menggunakan sistem ABC, perusahaan dapat menghemat biaya produknya karena sistem ABC membebankan biaya overhead pabrik berdasarkan aktivitas produksi biaya barang tersebut. Sistem ABC alternatif sistem pembebanan biaya mencoba menghubungkan biaya produksi ke produk melalui aktivitas. Biaya-biaya yang timbul dibebankan menurut hubungan sebab akibat yang berupa aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk atau objek lain. Disamping menghasilkan perhitungan harga pokok atau biaya produksi secara lebih akurat, sistem ini juga memungkinkan manajemen mengendalikan biaya melalui pembebanan aktivitas. GAMBAR 1 KERANGKA PEMIKIRAN Sistem Tradisional Departemen HPP Sistem ABC Aktivitas Hasil gross profit yang diperbandingkan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu prakarsa bisnis yang didasarkan pada keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan diantara pasar nasional

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Activity-Based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsepkonsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi PENENTUAN HARGA POKOK BERDASARKAN AKTIVITAS ( ACTIVITY BASED COSTING) Pendahuluan Keterbatasan penentuan harga pokok konvensional terletak pada pembebanan overhead. Dalam system biaya tradisional ada dua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Definisi Biaya Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional II.1.1. Pengertian Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Sistem akuntasi tradisional dalam melakukan pembebanan biaya overhead pabrik menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi. Untuk mendefinisikan biaya secara jelas, penulis akan memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Biaya 1. Pengertian Biaya Konsep dan istilah biaya telah dikembangkan selaras dengan kebutuhan para akuntan, ekonom, dan insinyur. Para akuntan telah mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kos adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau di masa depan bagi organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi, baik untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Perkembangan teknologi yang semakin pesat, mengakibatkan perubahan pola persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENDAHULUAN Activity-based costing (ABC) membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas. Sistem ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus utama dalam pelaporan keuangan adalah informasi mengenai biaya. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

STIE Putra Perdana Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia

STIE Putra Perdana Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia Analisa Perbandingan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Dengan Sistem Based Costing Dalam Pengalokasian Biaya Overhead Pabrik Pada PT PP Farid Addy Sumantri, SE.,MM.,M.Si.,Ak. (Dosen Tetap PPI) Abstraksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif (Descriptive Research) karena pembahasannya disusun secara sistematis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.PENGERTIAN BIAYA Biaya memiliki berbagai macam arti tergantung pada tingkat kegunaanya. Biaya diartikan sebagai nilai yang harus kita keluarkan untuk mendapatkan suatu barang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang semakin pesat, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan yang terjadi dalam dunia usaha. Hal tersebut juga mengakibatkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga Pokok Produk 1. Pengertian Harga Pokok Produk Tujuan akuntansi biaya adalah untuk menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen guna membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing -1- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing perusahaan adalah penentuan harga jual produk yang ditawarkan. Perusahaan yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan 9 BAB II LANDASAN TEORI II.1. SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan dalam mengelola biaya produksi suatu produk. Teknologi yang bermunculan

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) A. Pengertian Activity Based Costing ( ABC ) Sebelum mengetahui apa itu yang dimaksud dengan Activity Based Costing (ABC), telebih dahulu

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta ) PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia pada dasarnya telah memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono (2002:253) menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber sumber ekonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Sistem Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya marupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai kegiatan tertentu yang sangat kompleks. Pertumbuhan suatu badan usaha biasanya tidak lepas dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus mendapat perhatian dalam menentukan biaya produksi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi

Lebih terperinci

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Biaya per unit: arti penting dan cara menghitung (contd.) UNIT COST: Definition

Lebih terperinci

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten) Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Tradisional Pada PT. XYZ Perhitungan harga pokok produksi dalam perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur masalah

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB Akuntansi Biaya Modul ke: Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management Fakultas FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Content Activity Based

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK ABSTRAK Vivi Parita Sari email: vivi.paritasari@yahoo.com Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Pokok Produksi 2.1.1 Pengertian harga pokok produksi Harga pokok produksi adalah harga pokok produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode

Lebih terperinci

Hubungan Activity-based costing (ABC) dengan Theory Of Contraint (TOC) Rochmad Bayu Utomo, S.E., M.Si., Ak., CA.

Hubungan Activity-based costing (ABC) dengan Theory Of Contraint (TOC) Rochmad Bayu Utomo, S.E., M.Si., Ak., CA. Hubungan Activity-based costing (ABC) dengan Theory Of Contraint (TOC) Rochmad Bayu Utomo, S.E., M.Si., Ak., CA. Apa itu ABC? ABC bukan sebuah merk dagang sebuah sirup lohh... Menurut Lisa Lawrentiis.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2011:8) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Biaya Para ahli memberikan definisi biaya, diantaranya sebagai berikut : 1. Menurut Mulyadi Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM Nugroho Noto Susanto, Mochammad Chaeron, Sutrisno Jurusan Teknik Industri, FTI Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan pengertian metode alokasi berbasis aktivitas (ABC) Mengalokasikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2014:8) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kos 2.1.1 Pengertian Kos Pengelolaan suatu badan usaha, baik yang bergerak dalam bidang perdagangan, jasa maupun manufaktur (pabrikan) memerlukan manajemen yang dapat melaksanakan

Lebih terperinci

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ) 19 Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ) Riadi Budiman Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost)

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost) BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Biaya II.1.1 Definisi Biaya Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost) adalah pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk Bab IV PEMBAHASAN Perhitungan harga pokok produksi yang akurat sangatlah penting bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk dapat menentukan harga pokok produksi

Lebih terperinci

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18 Analisis Penerapan Activity Based Costing Sistem Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Pada PT. V. Collection Sejahtera Periode 2011 Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : 22209555 Kelas : 3 EB 18 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran dan keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran dan keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kemampuan Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kelancaran dan keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan. Agar operasi perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk dapat bertahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk dapat bertahan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Banyak usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk dapat bertahan dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat sekarang ini. Perusahaan perusahaan saat ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM PADA PT. ARTA MAKMUR INDUSTRI DI MAKASSAR

ANALISIS PENERAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM PADA PT. ARTA MAKMUR INDUSTRI DI MAKASSAR ANALISIS PENERAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM PADA PT. ARTA MAKMUR INDUSTRI DI MAKASSAR Hj. RUSDIAH HASANUDDIN STIE YPUP Makassar ABSTRAK Tujuan dari dilaksanakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masingmasing perusahaan saling beradu

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING. Prepared by Yuli Kurniawati

ACTIVITY BASED COSTING. Prepared by Yuli Kurniawati ACTIVITY BASED COSTING Prepared by Yuli Kurniawati BIAYA PER UNIT Biaya per unit adalah total biaya terkait dengan unit yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh : Jumlah biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN Gejala-gejala Sistem Biaya yang Telah Usang 1. Hasil penawaran yang sulit dijelaskan 2. Harga jual bervolume tinggi yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perkembangan Konsep Biaya Pengertian Biaya menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai berikut : a. Usry dan Hammer (1995:25) mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi global menuntut perusahaan menata manajemennya, mengingat ketatnya persaingan dan segala bentuk perubahan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek kehidupan perusahaan, baik pada negara yang sudah maju maupun pada negara yang sedang

Lebih terperinci

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone ANALISIS PERBANDINGAN METODE TRADISIONAL DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING UNTUK MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI (STUDI KASUS PADA PT.PYRAMID MEGAH SAKTI DI MAKASSAR) Risma Yurnita, Holly Deviarti Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan

Lebih terperinci

Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Tradisional dan Activity Based Costing (ABC) pada UD. Cella Cake dan Bakery Manado

Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Tradisional dan Activity Based Costing (ABC) pada UD. Cella Cake dan Bakery Manado Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Tradisional dan Activity Based Costing (ABC) pada UD. Cella Cake dan Bakery Manado Jimmy Kamasih 1 David. P. E. Saerang 2 Lidya Mawikere 3 Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Konsep Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen membutuhkan pemahaman yang berkaitan dengan biaya.

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian pada suatu penelitian. Dalam penelitian ini objek penelitian yang menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Definisi Biaya Sebelum membahas activity based costing, ada baiknya kita mengerti pengertian dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29)

Lebih terperinci

Activity Based Costing System (ABC Sistem) KUWAT RIYANTO, SE, M.M

Activity Based Costing System (ABC Sistem) KUWAT RIYANTO, SE, M.M Activity Based Costing System (ABC Sistem) KUWAT RIYANTO, SE, M.M Kuwat_riyanto@yahoo.com http://kuwatriy.wordpress.com 081319434370 ABC SYSTEM Ray H. Garrison menyatakan bahwa ABC system adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Horngren dkk (2003:3) Akuntansi biaya adalah mengukur, menganalisis dan melaporkan informasi keuangan dan non keuangan yang terkait

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS Pert 4 PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya per Unit Perhitungan biaya berdasarkan fungsi dan berdasarkan aktivitas membebankan biaya kepada objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan perubahan dunia bisnis, telah menciptakan kebutuhan akan pendekatan strategi manajemen yang baru, serta dapat memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan. hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan. hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke

Lebih terperinci

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2. ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM MENINGKATKAN AKURASI BIAYA PADA PT. MARTINA BERTO Hesti Wulandari Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan, perusahaan asuransi, jasa pariwisata ataupun lembaga keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan, perusahaan asuransi, jasa pariwisata ataupun lembaga keuangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara dalam jumlah besar tergantung pada industriindustri yang ada khususnya sektor jasa seperti perusahaan transportasi, pelayanan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Dengan adanya krisis, perusahaan pasti ingin terus berinovasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Dengan adanya krisis, perusahaan pasti ingin terus berinovasi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di tengah krisis ekonomi yang terjadi saat ini dimana daya beli konsumen menurun, banyak bidang usaha yang harus bergelut dengan susah payah agar dapat bertahan

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI Bab II LANDASAN TEORI II.1. Biaya (Cost) II.1.1. Definisi Biaya Maher dan Deakin yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo dan Adjat Djatnika (1997) mendefinisikan, Biaya adalah pengorbanan sumber daya (h.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi persaingan global terutama terkait dengan sistem perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus bertahan dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan analisis penerapan sistem ABC pada PT.MIPCI, penulis akan memberikan simpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan. Selain itu, penulis juga akan memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Mutu Pelayanan Kesehatan a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan mendekati hasil yang diharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA MARIO S HANDICRAFT

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA MARIO S HANDICRAFT ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA MARIO S HANDICRAFT Ni Made Ayu Galih Anom1, Wayan Cipta1, Anjuman Zukhri2 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya Menurut Mulyadi (2003) Akuntansi Biaya adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi

Lebih terperinci