ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H"

Transkripsi

1 ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam ilmu ekonomi pembangunan, industrialisasi merupakan salah satu strategi untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena produkproduk industri memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk-produk di sektor yang lain. Untuk itulah pembangunan industri dapat dijadikan sebagai alat penggerak perekonomian, karena diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah ekonomi yang mendasar. Penyerapan tenaga kerja, pemerataan pendapatan dan khususnya pengentasan kemiskinan. Hal inilah yang menyebabkan negara-negara berkembang seperti Indonesia melakukan strategi industrialisasi sebagai alat untuk pembangunan ekonomi. Untuk kondisi Indonesia saat ini, perbaikan ekonomi merupakan salah satu hal yang sangat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pertumbuhan di sektor makro dan mikro diharapkan dapat membawa pengaruh yang positif dalam perbaikan ekonomi. Pada beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia di sektor makro ekonomi menunjukkan peningkatan yang positif. Meningkatnya kinerja ekonomi makro yang ditandai dengan inflasi rendah, stabilitas nilai tukar, dan melejitnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 52 persen pada 2006.

3 3 Tetapi hal ini tidak diikuti oleh sektor mikro ekonomi, dimana pertumbuhan sektor riil mengalami kemunduran yaitu terlihat dari penurunan kinerja investasi pada tahun Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan realisasi penanaman modal asing (PMA) pada tahun 2006 turun persen dibanding 2005 menjadi US$ 4.48 miliar, sementara PMDN turun 55.8 persen menjadi Rp 13.5 triliun. Kondisi ini mencerminkan kelesuan investasi dan dunia usaha yang semakin jauh dari upaya mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Untuk menciptakan lapangan kerja, sektor riil perlu digerakkan dan investasi perlu ditingkatkan. Jumlah pengangguran diprediksi meningkat 1 sampai 1.5 juta orang, dengan asumsi angkatan kerja baru bertambah 2 sampai 2.5 juta sedangkan yang terserap sekitar satu juta sehingga masih tersisa antara 1 sampai 1.5 juta orang. Dapat dikatakan secara riil pertumbuhan ekonomi belum terasa. Padahal sektor riil dapat dijadikan sebagai andalan untuk menghasilkan devisa, mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan, mengurangi ketidakmeratan pendapatan, dan mencegah kerawanan sosial. Kurang adanya perbaikan kondisi perekonomian di sektor mikro, salah satunya dapat disebabkan oleh kebijakan di sektor industri yang dinilai tidak fokus dan tidak mempunyai tahapan yang jelas sehingga sektor industri bergerak di bawah performa. Indonesia yang dikenal sebagai pemasok gas dunia, justru industri dalam negerinya kolaps karena tidak mendapatkan pasokan bahan bakar gas. Di bidang investasi, Indonesia dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat. Berbagai negara di Asia, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura berlomba memperbaiki iklim investasi, sementara di Indonesia masih menghadapi

4 4 masalah yang sama yaitu, lambannya birokrasi dan ketidakpastian hukum. Ada tiga faktor yang berpotensi menjadi motor penggerak bangkitnya sektor riil pada 2007, yaitu investasi pemerintah berupa pembangunan infrastruktur, investasi dunia usaha, dan investasi asing. Perekonomian Indonesia tidak akan dapat bergerak kearah pertumbuhan yang tinggi jika tidak diikuti dengan perubahan formasi industri di Indonesia. Pendekatan yang harus dilakukan terkait dengan perubahan formasi industri adalah pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekspor baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu bidang industri yang saat ini dapat diandalkan adalah industri elektronika. Industri elektronika Indonesia merupakan industri yang strategis untuk dikembangkan karena memiliki potensi yang besar untuk berkembang di masa yang akan datang. Menurut Thoha (1996), ada tiga alasan yang mendasari potensi tersebut, yaitu: merupakan sarana bagi terlaksananya pembangunan secara umum, teknologi elektronika sangat vital dan strategis bagi kelangsungan hidup bangsa di masa depan, dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Sebagai salah satu negara anggota ASEAN, Indonesia dapat memanfaatkan pasar di kawasan ini. ASEAN yang merupakan satu kesatuan pasar, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang tertinggi di dunia dan penduduk sekitar 500 juta orang, diperkirakan sangat ekonomis untuk mengembangkan jenis industri dengan teknologi canggih tertentu. Jenis industri yang didorong perkembangannya, antara lain industri telekomunikasi, industri elektronika yang menunjang informasi dan elektronika, konsumen dan profesional, termasuk semi konduktor.

5 5 Selain hal diatas, industri elektronika memiliki potensi nilai ekspor yang cukup besar. Sejak tahun 1996, beberapa negara di Asia telah memfokuskan pengembangan industri elektronika pada sektor yang pertumbuhannya tinggi. Untuk perkembangan ekspornya sendiri, industri elektronika, telematika dan mesin listrik menyumbangkan ekpor senilai US$ juta pada tahun 2004 dan US$ juta pada tahun Sementara untuk periode Januari sampai Oktober tahun 2006 senilai US$ juta. Tabel 1.1 Perkembangan Ekspor Komoditi Utama Non-migas Indonesia periode (US$ Juta) No Uraian Jan-Okt Jan-Juni % % 1 Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik 2 Tekstil dan Produk Tekstil 3 Kayu dan Barang Dari Kayu 4 Besi Baja dan Otomotif Sumber: Depperin (2008). Industri elektronika Indonesia sangat bertumpu pada industri elektronika konsumsi rumah tangga yang nilai pasar ekspornya kecil serta pertumbuhannya rendah. Pangsa terbesar dari ekspor elektronika Indonesia adalah produk sound system, TV, recorder, kipas angin, seterika, pompa air serta radio, dimana semuanya adalah elektronika rumah tangga yang pada umumnya dikonsumsi oleh sebanyak 33 juta keluarga dari masyarakat berpenghasilan rendah. Sementara untuk rumah tangga

6 6 berpenghasilan menengah keatas, yaitu sebanyak 23 juta keluarga mengkonsumsi lemari es, mesin cuci, AC, LCD TV, kamera digital dan komputer. Tingginya kandungan impor dalam bahan baku produk elektronika Indonesia, yaitu sekitar persen merupakan salah satu permasalahan yang belum dapat diatasi sampai saat ini. Hal ini menunjukkan lemahnya keterkaitan industri ini dengan industri pendukung lainnya. Selain itu permasalahan struktural lainnya adalah, kualitas sumber daya manusia yang rendah dan juga rendahnya penguasaan teknologi yang menyebabkan industri elektronika Indonesia hanya bersifat sebagai perakit saja. Selain permasalahan struktural di atas, saat ini industri elektronika Indonesia menghadapi beberapa permasalahan yang memungkinkan untuk menjadi penghalang dalam pertumbuhan industri ini. Permasalahannya antara lain adalah: tren produk China yang menunjukkan laju pertumbuhan yang terus meningkat. Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena produk elektronika China ini akan menjadi pemain yang dominan dalam industri elektronika. Jika hal ini terus dibiarkan, maka industri elektronika Indonesia akan semakin mengalami penurunan. Menurut Rahmat Gobel, produk elektronika China yang masuk ke Indonesia bukan dari industri yang berteknologi tinggi melainkan industri sederhana yang dapat dibuat oleh setingkat Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia. Hal ini akan mengurangi kesempatan industri sederhana untuk berkembang. Di pasaran juga ditemukan sekitar 40 persen produk elektronika yang beredar adalah produk ilegal yang berasal dari black market. Maraknya produk ilegal ini bisa jadi disebabkan karena tingginya PPnBM (Pajak Pertambahan nilai atas Barang Mewah). Ekonomi biaya tinggi, pungutan di pelabuhan, masalah distribusi dan sistem perpajakan. Tingginya tarif terminal

7 7 handling charge dan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) per dokumen sangat dikeluhkan para pelaku bisnis elektronika. Infrastrutur yang kurang memadai juga turut menghambat pertumbuhan dari industri ini. Jalan tol dan jalan raya menuju dan ke kawasan industri selalu macet. Hal ini mendorong para pelaku bisnis di kawasan Jabotabek mengusulkan agar dibangun jalur khusus bagi kontainer agar arus masuk dan distribusi barang semakin cepat ke pelabuhan. Masalah terkosentrasinya industri di pulau Jawa sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang belum dapat dipecahkan dengan baik. Hambatan tidak hanya datang dari dalam negeri. Ekspor produk China yang sangat kompetitif semakin menguasai pasaran dunia. Begitu juga dengan semakin berjayanya negara-negara seperti Vietnam, Kamboja, Thailand membuat posisi daya saing Indonesia semakin terpuruk. Ekspor negara-negara itu semakin gencar ke Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Melihat banyaknya tantangan yang dihadapi, para pelaku industri elektronika ini harus meningkatkan daya saing dan kinerja yang lebih baik agar mampu menghadapi ketatnya kompetisi dari perkembangan industri elektronika dunia. Sehingga produk elektronika Indonesia dapat menjadi tuan rumah di pasar domestik dan mampu bersaing di pasaran dunia. 1.2 Perumusan Masalah Industri elektronika Indonesia merupakan industri yang strategis untuk dikembangkan karena memiliki potensi yang besar untuk berkembang di masa yang akan datang. Sebagai salah satu industri yang diunggulkan, industri elektronika dapat

8 8 memanfaatkan pasar domestik yang cukup besar dan industri ini dapat menjadi tuan rumah di Indonesia. Ada tiga jenis industri elektronika yang akan kembangkan di dalam negeri untuk menjadi industri elektronika unggulan Indonesia di masa depan. Industri yang dimaksud, pertama industri elektronika komponen, kedua industri berbasis pendingin, seperti lemari es dan pendingin ruangan (AC) dan pabrik televisi, ketiga peralatan telekomunikasi berbasis radio seperti telepon wireless dan handphone. Karena industri ini potensi pasarnya cukup besar di dalam negeri. Kulkas dan AC misalnya potensi pasarnya cukup besar mengingat Indonesia merupakan negera tropis dan industri pendukungnya juga sudah ada. Sama halnya dengan televisi, pasarnya bisa mencapai 2.5 juta unit per tahun dan industri pendukung seperti tabung gambar sudah ada di dalam negeri. Sedangkan industri peralatan telekomunikasi juga pasarnya cukup menjanjikan, mengingat Indonesia negara kepulauan yang luas dan membutuhkan peralatan telekomunikasi banyak. Pasar handphone di Indonesia setidaknya sudah mencapai 200 ribu unit per bulan. Padahal produsen handphone internasional biasanya sudah mau berinvestasi bila produksi dan penjualannya mencapai 10 ribu unit per bulan. Potensi yang besar ini dapat dimanfaatkan untuk mendorong produsen handphone dunia membuat pabriknya di Indonesia, sehingga bisa menyerap tenaga kerja baru. Industri elektronika yang akan dibahas dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga subsektor berdasarkan International Standard Industrial Classification (ISIC) 5 dijid, yaitu: ISIC (subsektor industri komponen), ISIC (subsektor industri alat komunikasi), ISIC (subsektor industri televisi dan

9 9 radio). Masing-masing sub sektor industri elektronika ini memiliki pasarnya masingmasing, dimana setiap pasar memiliki ciri khas dan kinerjanya masing-masing untuk setiap subsektor industri. Adanya perbedaan pangsa pasar berpengaruh terhadap struktur pasar. Struktur pasar yang berbeda ini akan memperlihatkan adanya perbedaan perilaku setiap perusahaan dalam mencapai tujuan. Perbedaan perilaku ini juga akan mempengaruhi kinerja dari masing-masing pasar. Dengan melihat banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh industri elektronika di Indonesia, perlu diciptakan perubahan mekanisme pasar. Dimana struktur sebuah pasar akan mempengaruhi perilaku perusahaan dan akan mempengaruhi kinerja dari industri itu sendiri. Peningkatan daya saing produk juga dapat meningkatkan kinerja pasar menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan nilai tambah industri. Berdasarkan keterangan diatas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: bagaimana hubungan struktur industri elektronika akan berimplikasi terhadap perilaku perusahaan dan kinerja industri elektronika. 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis struktur pasar dari industri elektronika di Indonesia sebelum masa krisis ekonomi dengan sesudah masa krisis ekonomi. 2. Menganalisis perilaku perusahaan dari industri elektronika di Indonesia. 3. Menganalisis kinerja dari industri elektronika di Indonesia sebelum masa krisis ekonomi dengan sesudah masa krisis ekonomi.

10 10 4. Menganalisis hubungan antara struktur pasar industri elektronika dan kinerja industri elektronika di Indonesia. 5. Mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan faktor penentu daya saing industri elektronika di Indonesia. 1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah industri elektronika Indonesia berdasarkan kode ISIC 5 dijid yang berkaitan dengan kondisi dasar dari industri, struktur, perilaku dan kinerja industri elektronika di Indonesia. Populasi data yang digunakan adalah data yang berasal dari Biro Pusat Statistik (BPS), dan instansi terkait lainnya pada periode tahun Keterbatasan dari penelitian ini adalah data yang tersedia di Biro Pusat Statistik (BPS) hanya sampai pada tahun 2005, dimana analisis perilaku dan daya saing industri elektronika menggunakan data yang bersifat kualitatif. Selain itu penelitian ini hanya terbatas pada produksi domestik dan tidak menganalisis kinerja dan daya saing industri elektronika di pasar internasional. 1.5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat mampu memberikan gambaran yang lebih baik mengenai struktur, perilaku, kinerja serta daya saing dari industri elektronika di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah maupun lembaga atau instansi terkait dalam usaha untuk mengembangkan industri elektronika Indonesia. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian berikutnya. Sementara

11 11 untuk peneliti sendiri, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana dalam mengembangkan intelektualitas.

12 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Pengertian Industri Industri diartikan sebagai sekumpulan perusahaan yang serupa atau sekelompok dengan produk yang berkaitan erat (Lipsey, et al., 1996). Sementara itu menurut Dumairy (1996), industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan dari beberapa perusahaan sejenis. Menurut pengertian diatas, industri elektronika adalah sekelompok perusahaan yang menghasilkan produk elektronika. Kedua, industri dapat diartikan sebagai sebuah sektor ekonomi dengan kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Dengan pengolahan yang bersifat masinal, elektrikal, atau bahkan manual. Sedangkan pengertian dari perusahaan atau usaha industri menurut BPS (2005) adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Dalam teori ekonomi mikro, industri merupakan kumpulan dari perusahaanperusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen atau barang-barang yang mempunyai sifat saling menggantikan yang sangat erat. Tetapi secara ekonomi

13 13 makro, industri diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan nilai tambah. Menurut penggolongannya, industri elektronika termasuk dalam jenis industri pengolahan. Dimana menurut BPS (2002), industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakaian akhir. Perusahaan industri pengolahan dibagi dalam empat golongan sebagaimana dijelaskan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Pengolongan industri pengolahan berdasarkan jumlah tenaga kerja Golongan Industri Besar Sedang Kecil Rumah Tangga Banyaknya Tenaga Kerja 100 orang orang 5-19 orang 1-4 orang Sumber: BPS (2002) Kondisi Dasar Industri Kondisi dasar dari sistem mekanisme pasar terbagi dua, yaitu, pihak pertama kondisi yang ditentukan oleh sisi penawaran, sedangkan dipihak lain melalui sisi permintaan. Pada sisi permintaan, faktor-faktor yang berpengaruh adalah: elastisitas, tingkat pertumbuhan, substitusi, tipe pemasaran, cara pembelian, sifat-sifat siklis dan musiman. Sedangkan pada sisi penawaran, bahan baku, teknologi ketahanan produk,

14 14 nilai atau berat, sikap bisnis dan organisasi buruh mempengaruhi kondisi dasar dari sebuah sistem mekanisme pasar. Dalam bukunya, Hasibuan (1991), menjelaskan bahwa dalam kondisi dasar regulasi pemerintah dapat dimasukkan, yang dalam hal ini memiliki dua pengaruh. Pertama, regulasi merupakan pengaturan, sehingga terjadi konsentrasi yang semakin tinggi, seperti izin monopoli untuk suatu barang dalam pasar dalam negeri. Kedua, kalau terjadi deregulasi terhadap mekanisme pasar yang semakin bersaing, maka struktur pasar tidak terkonsentrasi. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, peranan pemerintah semakin jelas pengaruhnya terhadap struktur, perilaku dan kinerja industri. Menurut Jaya (1993), ekonomi industri merupakan ilmu yang menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisir dan bagaimana pengorganisirannya mempengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur, perilaku dan kinerja pasar. Struktur pasar menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses persaingan. Unsur-unsur struktur pasar meliputi: konsentrasi, diferensiasi produk, hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya, dan tingkat pengaturan pemerintah. Banyak pandangan yang muncul berkaitan dengan pendekatan Struktur Perilaku dan Kinerja ini. Diantaranya: 1. Pandangan Klasik Menurut pandangan klasik, struktur pasar akan mempengaruhi perilaku pasar yang kemudian akan berpengaruh terhadap kinerja pasar. Semakin tinggi konsentrasi

15 15 suatu pasar akan membuat pasar mengarah kepada struktur monopoli. Hal ini akan mempermudah perusahaan untuk menggunakan kekuasaan pasarnya dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi, sehingga konsumen harus membayar harga yang tinggi. Persaingan yang kompetitif merupakan struktur pasar yang menguntungkan bagi konsumen. 2. Pandangan Chicago-UCLA School Menurut pandangan Chicago-UCLA School, pangsa pasar yang tinggi menunjukan kepuasan konsumen, bukan bentuk dari kinerja yang buruk. Sementara keberhasilan perusahaan diukur dengan keuntungan. Tingkat efisiensi suatu perusahaan merupakan faktor yang menentukan posisi perusahaan di dalam pasar. Tingkat efisiensi ini diakibatkan oleh penerapan teknologi dan tidak adanya hambatan masuk pasar. Menurut pandangan ini, sebuah perusahaan yang efisien dan inovatif dapat menarik konsumen dengan memberikan harga yang lebih rendah atau barang yang lebih berkualitas sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan. 3. Pandangan Behaviourist Pandangan ini menyatakan bahwa perilaku suatu perusahaan merupakan penyebab yang lebih kuat dibandingkan dengan struktur pasar. Keuntungan monopoli akan terjadi apabila dua perusahaan bekerja sama, dan jika dua perusahaan berkompetisi maka sulit untuk memperoleh keuntungan. 4. Pandangan Potential Competition (Contestable Market) Pandangan ini menjelaskan mengenai model pasar yang diperebutkan (Contestable market). Perusahaan tidak menemui hambatan dalam keluar masuk pasar. Yang berarti bahwa pasar dapat diperebutkan secara sempurna, jika ada

16 16 perusahaan yang masuk kedalam pasar untuk mencari keuntungan tidak mengalami kerugian jika perusahaan tersebut gagal. Modal yang besar merupakan syarat utama agar perusahaan dapat menjadi bagian dari pasar yang diperebutkan secara sempurna. 5. Pandangan New Industrial Organization Pandangan ini memberi perhatian lebih pada peran perilaku, dimana perusahaan tidak hanya bereaksi dan beradaptasi terhadap kondisi eksternal. Menjaga lingkungan ekonomi tempat perusahaan berada juga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Dalam melakukan analisis Ekonomi Industri, ada empat cara untuk mengamati kaitan antara struktur, perilaku dan kinerja. Pertama, hanya memperhatikan secara mendalam dua aspek, yakni kaitan antara struktur dan kinerja industri, sedangkan aspek perilaku kurang ditekankan. Kedua, pengamatan kinerja dan perilaku yang kemudian dikaitkan dengan struktur. Ketiga, menelaah kaitan struktur terhadap perilaku dan kemudian baru diamati kinerjanya. Keempat, kinerja tidak perlu diamati lagi karena telah dijawab oleh hubungan struktur dan perilakunya. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis yang pertama dimana hanya melihat kaitan antara struktur dan kinerja industri sedangkan aspek perilaku kurang ditekankan Struktur Pasar Secara sederhana pasar adalah pertemuan antara penjual dan pembeli. Jika pengertian ini dikaitkan dengan industri, penjual dapat diartikan sebagai individu

17 17 perusahaan yang ada dalam industri. Sementara pembeli adalah sejumlah individu yang tergabung sebagai pembeli. Menurut Jaya (1993), struktur pasar menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses persaingan. Unsur-unsur struktur pasar meliputi: konsentrasi, diferensiasi produk, hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya, dan tingkat pengaturan pemerintah. Struktur pasar juga menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan. Dan untuk memperluas pangsa pasar, suatu perusahaan menghadapi sejumlah rintangan. Setiap struktur pasar berada di antara monopoli (pangsa pasar dan hambatan untuk masuk yang tinggi) dan persaingan murni. Struktur biasanya mempengaruhi perilaku dari perusahaan. Struktur industri juga berhubungan dengan karakteristik dan pentingnya pasar tertentu (individual) di dalam ekonomi. Dalam hal ini struktur menggambarkan lingkungan dimana suatu pasar beroperasi. Kondisi demikian dapat diidentifikasikan dengan melihat dari sisi penawaran produk, seperti sifat dari perusahaan yang memproduksi, karakteristik atau jenis biaya produksi dan kemungkinan masuk pasar (entry), ukuran relatif dan urutan kekuatan pasar para produsen, jenis barang dari industri dan pendistribusiannya. Perusahaan dengan tipe monopoli murni seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN) biasanya hanya ada satu perusahaan dimana permintaannya bersifat sangat inelastis. Sementara perusahaan dominan menguasai sebagian pasar dan tidak ada pesaing yang kuat.

18 18 Tabel 2.2 Karakteristik Pasar No 1 Struktur Pasar Monopoli Kondisi Utama Pangsa Indeks HH (Hirscman- Herfindhal) HHI=1 Hambatan Masuk Sangat Efisiensi Kurang Jumlah Produsen Satu Murni pasarnya 100 tinggi baik perusahaan persen 2 Perusahaan Pangsa 0.25<HHI<1 Tinggi Kurang Banyak yang pasarnya 50 Baik dominan sampai 100 persen tanpa adanya pesaing kuat <HHI<0.18 Tinggi Kurang Sedikit Oligopoli Gabungan 4 Baik Oligopoli perusahaan Ketat yang memiliki pangsa pasar persen. Kesepakatan untuk menentukan harga relatif mudah

19 19 Gabungan 4 Banyak Oligopoli Longgar perusahaan yang memiliki pangsa pasar sekitar 40 persen. Kesepakatan dalam menentukan harga sebenarnya tidak mungkin dilakukan 4 Banyak 0.01<HHI<0.1 Rendah Cukup Banyak Persaingan Monopolistik pesaing yang efektif, tidak satu pun yang memiliki pangsa pasar lebih dari 10 Baik 5 persen HHI<0.01 Sangat Baik Sangat Persaingan Lebih dari 50 Rendah Banyak Murni pesaing, dimana tidak

20 20 satu pun yang memiliki pangsa pasar yang berarti Sumber : Jaya (1993) dan Hasibuan (1991). Oligopoli ketat merupakan kondisi dimana empat perusahaan terbesar memiliki pangsa gabungan lebih dari 60 persen, dimana permintaannya adalah bersifat inelastis dan adanya kerjasama dalam penentuan harga (berkolusi). Oligopoli yang longgar merupakan kombinasi empat perusahaan yang memiliki pangsa dibawah 40 persen dan kecil kemungkinan untuk menentukan harga melalui penetapan harga. Permintaanya bersifat elastis sehingga setiap perusahaan mendorong harga turun sampai mendekati tingkat biaya. Persaingan monopolistik merupakan tingkatan monopoli yang paling rendah, dimana pada tingkatan ini terdapat banyak pesaing yang memiliki kekuatan pasar yang kecil. Sementara untuk struktur persaingan murni terdapat banyak pesaing dan tidak satu pun mempunyai pengaruh terhadap pasar keseluruhan. a. Pangsa Pasar (market share) Pasar secara sederhana adalah pertemuan antara penjual dan pembeli. Secara nyata, pasar adalah lokasi terjadinya transaksi jual-beli. Menurut David Hyman (1996), pasar adalah pengaturan dimana pembeli dan penjual bertemu atau berkomunikasi untuk memperdagangkan barang dan jasa. Ini merupakan cara dari para pembeli dan penjual dalam melakukan bisnis bersama-sama. Sementara pangsa pasar dalam kegiatan bisnis merupakan tujuan atau motivasi perusahaan. Pangsa

21 21 pasar yang besar biasanya mencerminkan kekuatan pasar, dan sebaliknya. Peranan pangsa, seperti halnya elemen struktur yang lain, adalah sebagai sumber keuntungan bagi perusahaan. Pangsa pasar mengukur rasio hasil penjualan suatu perusahaan dengan total penjualan dalam industri. Rasio ini menjelaskan posisi setiap perusahaan dalam kontribusinya terhadap output total industri. Setiap perusahaan memiliki pangsa pasar tertentu. Pangsa pasar ini menunjukkan kekuatan pasar yang dimiliki keuntungan dari penjualan produknya. Makin tinggi kekuatan pasar maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Besarnya pangsa pasar berkisar antar persen dari total penjualan seluruh pasar. Suatu perusahaan dengan pangsa pasar 100 persen memiliki kekuatan monopoli. Dengan pangsa pasar yang dimilikinya perusahaan memiliki keleluasaan untuk menetukan harga produk dan keputusan tentang pemasaran barang dan jasa. Suatu perusahaan dikatakan dominan bila perusahaan tersebut menguasai 40 persen pangsa pasar. Sementara pangsa pasar terbesar lainnya kurang dari separuh perusahaan dominan, semakin dekat perusahaan itu untuk menjadi perusahaan monopoli murni. Jika pangsa pasar terbesar berkisar antara persen, maka kekuatan pasar yang terjadi adalah oligopoli. Kesepakatan diantara perusahaan terbesar dapat terjadi sehingga dapat bertindak layaknya monopolis sejati. Akhirnya jika pangsa pasar terbesar dibawah 20 persen dan kombinasi pemusatan empat perusahaan dibawah 40 persen menunjukkan kekuatan kekuatan pasar yang relatif kecil. Hal ini berdampak pada munculnya berbagai bentuk persaingan. Meskipun terdapat hambatan masuk, namun kondisi tersebut cenderung

22 22 membentuk pasar persaingan murni. Walaupun dalam derajat yang rendah, persaingan dapat membawa alokasi sumber daya ekonomi yang relative lebih efisien. b. Konsentrasi Konsentrasi merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopoli dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan. Kombinasi pangsa pasar membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Penerimaan rata-rata industri yang terkonsentrasi akan lebih tinggi daripada penerimaan dari jenis industri yang kurang terkonsentrasi. Konsentrasi dapat dihitung dengan menggunakan metode Rasio Konsentrasi Empat Perusahaan Terbesar (CR4) dan Indeks Hirschman-Herfindhal (HHI). CR4 memerlukan data mengenai ukuran pasar secara keseluruhan dan ukuran perusahaan yang memimpin pasar, sedangkan HHI merupakan penjumlahan kuadrat pangsa pasar semua perusahaan dalam suatu industri. CR4 = CR 4 dirumuskan sebagai berikut : Total jumlah 4 perusahaan terbesar Total penjualan industri (2.1) Nilai CR4 yang dihasilkan antar 0-1. Semakin besar nilai CR4 yang dihasilkan maka struktur pasar semakin monopoli, sebaliknya jika nilainya semakin kecil maka persaingan mendekati sempurna. Peningkatan konsentrasi bisa disebabkan karena perluasan yang terjadi pada establishment dan berkurangnya jumlah perusahaan. Menurut Jaya (1993), semakin meningkatnya konsentrasi rasio tetapi jumlah perusahaan naik, berarti skala establishment dalam perusahaan yang masuk lebih banyak berskala sedang dan kecil.

23 23 c. Hambatan untuk Masuk (Barrier to entry) Pesaing yang potensial adalah perusahaan-perusahaan diluar pasar yang mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya. Hambatan untuk masuk pasar merupakan segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru. Hal ini dapat berupa hak paten, hak mineral, dan franchise. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai hambatan untuk masuk pasar, yaitu: Hambatan-hambatan yang timbul dalam kombinasi pasar yang mendasar, tidak hanya dalam bentuk perangkat yang legal ataupun dalam bentuk kondisi-kondisi yang berubah dengan cepat. Hambatan dalam kegiatan, mulai dari tanpa hambatan sama sekali (free entry), hambatan rendah sedang sampai tingkat tinggi dimana tidak ada lagi jalan untuk masuk. Hambatan merupakan sesuatu yang kompleks, yang masih diperdebatkan oleh para ahli ekonomi Perilaku Pasar Jika pasar berstruktur persaingan sempurna maka penetapan harga akan berlangsung secara alamiah. Perilaku pasar seperti penetapan harga, strategi produksi, kolusi dan penawaran vertikal umumnya terjadi pada pasar oligopoli.

24 24 a. Penetapan Harga Interdependensi (saling ketergantungan), antara satu pesaing dengan pesaing lain yang saling mempengaruhi satu sama lain merupakan konsep dasar dari oligopoli. Kecenderungan utama pada pasar oligopoli adalah adanya persamaan harga dan ciri-ciri produk yang sama pada semua perusahaan. Pada pasar oligopoli, perusahaan mengawasi pesaingnya. Harga yang ditetapkan harus berada jauh diatas biaya yang dikeluarkan agar dapat memperoleh keuntungan. Menurut Burgess dalam Hasibuan (1989), ada tiga kemungkinan perusahaan dalam menentukan harga, yaitu: menyepakati harga jual yang sama dengan pesaingnya, menetukan harga yang rendah agar dapat mematikan pesaingnya, kemudian memperlambat laju pemunculan produk baru jika terdapat derajat diferensiasi. b. Strategi Produk, Promosi dan Distribusi Menurut Jaya (1993), suatu perusahaan tidak dapat bertahan hidup tanpa menciptakan produk yang baru. Produk yang sebelumnya dihasilkan akan menjadi semakin dewasa dan pada suatu saat nanti akan mengalami penurunan sehingga layak untuk digantikan. Produk baru menuntut sebuah perkenalan yang sukses serta partisipasi aktif seluruh jajaran manajemen perusahaan agar produk baru tersebut sukses di pasar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pasar seperti kondisi perekonomian, sosial politik dan teknologi harus selalu diperhatikan. Dalam menyiapkan produk baru, diperlukan adanya strategi-strategi khusus. Selain itu adanya pemeriksaan khusus secara berkala terhadap produk yang diciptakan akan memberikan dimana posisi produk tersebut berada dalam siklus produk. Adapun siklus suatu produk dibagi menjadi empat, yaitu: Pertama, fase

25 25 perkenalan dimana pada fase produk masih mencari jati diri di pasar. Fase ini memerlukan riset dan pengembangan serta modifikasi produk yang disesuikan dengan pasar. Kedua, fase pertumbuhan dimana pada fase ini desain produk sudah dapat dikatakan mulai stabil dan diperlukan penentuan kapasitas produksi dimasa yang akan datang. Ketiga, fase kedewasaan. Dalam fase ini dilakukan inovasi-inovasi dalam mempertahankan pangsa pasar. Keempat, fase penurunan dimana pada fase ini para pengambil keputusan harus mengambil langkah tegas terhadap produk-produk yang telah mencapai tahap akhir dari siklus. Tabel 2.3 Karakteristik pada Daur Hidup Suatu Produk Siklus Kategori Pengenalan Pertumbuhan Kedewasaan Penurunan Penjualan Rendah Naik cepat Naik perlahan Menurun Laba Kecil Tinggi Menurun Rendah atau nol Arus Kas Negatif Sedang Tinggi Rendah Pelanggan Coba-coba Masal Masal Berkurang Pesaing Sedikit Bertumbuh Banyak Berkurang Biaya Tinggi Tinggi mulai Merosot Rendah Pemasaran menurun Harga Tinggi Rendah Paling Rendah Mulai naik Desain Produk Dasar Disempurnakan Diferensiasi Rasionalisasi Sumber : Jaya (1993). Sementara untuk penjualannya sendiri ada beberapa strategi yang dilakukan oleh perusahaan. Mengadakan obral secara besar-besaran di akhir tahun atau memberikan diskon. Selain itu adanya promosi berupa iklan-iklan juga dilakukan perusahaan dalam memasarkan produknya. Usahan peningkatan penjualan bersifat informasi dan persuasif. Karena bersifat informasi iklan mempunyai keuntungan sosial marginal yang sama dengan biayanya. Informasi juga mampu menambah

26 26 pengetahuan kepada konsumen terkait dengan produk apa saja yang tersedia dan kegunaanya. Sementara dalam hal distribusi, perusahaan perlu untuk membangun jaringan dengan pengecer ataupun dealer-dealer sehingga distribusi yang memadai dapat tercapai Kinerja Kinerja secara sederhana dapat diartikan sebagai nilai yang dihasilkan dari perilaku pasar. Kinerja menggambarkan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Kinerja sering dikaitkan dengan keuntungan, efisiensi, pertumbuhan, kesempatan kerja. Efisiensi menunjukkan seberapa baik perusahaan tersebut mengelola sumber daya dan memenuhi kepuasan konsumen. Efisiensi-X berarti biaya pada tingkat minimum yang memungkinkan untuk dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dikelola dengan baik. Efisiensi alokasi menggambarkan alokasi sumberdaya ekonomi dalam berproduksi sehingga dapat menaikkan output. Sementara efisiensi dinamis disebabkan oleh adanya perubahan teknologi. Keuntungan atau laba secara sederhana diartikan sebagai nilai penjualan dikurangi dengan nilai pengorbanan untuk membuat suatu barang. Secara akuntansi, keuntungan atau laba adalah kelebihan penghasilan dari ongkos-ongkos yang dikeluarkan perusahaan. Secara matematis dirumuskan sebagai (R-C); dimana R adalah Revenue atau penghasilan dan C adalah Cost atau komponen ongkos produksi pada satuan waktu tertentu. Secara neraca nasional, keuntungan atau laba adalah bagian nilai tambah atau pendapatan yang diciptakan oleh perusahaan.

27 27 Tingkat pertumbuhan industri tergantung pada pertumbuhan keuntungan, tingkat pertumbuhan perusahaan atau pertumbuhan tenaga kerja. Menurut Jaya (1993), tujuan kinerja ada 4, yaitu: Efisiensi dalam pengalokasian sumber daya. Kemajuan teknologi dan penggunaannya. Keseimbangan dalam distribusi. Dimensi lain berupa kebebasan individu dalam memilih, keamanan dari bahaya yang mengancam dan keanekaragaman budaya yang ada Daya Saing Daya saing atau competitiveness secara sederhana dapat diartikan sebagai produktivitas. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995), daya saing berarti kemampuan untuk melakukan sesuatu atau melakukan tindakan dalam merebut pasar. Keunggulan bersaing suatu perusahaan menurut Porter (1995), bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya. Keunggulan bersaing yang dimaksud antara lain, tersedianya peranan sumber daya. Persaingan dalam hal ini kompetisi dapat meningkatkan level suatu produk yang berarti akan meningkatkan daya saing dari produk itu sendiri. Peningkatan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit yang digunakan dapat berupa peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi (total faktor produktivity). Penentu daya saing nasional (Porter s diamond) menurut Michael E. Porter ditunjukkan dalam bagan dibawah ini:

28 28 Peran Kesempatan Strategi perusahaan, struktur dan persaingan Kondisi faktor Kondisi permintaan Industri terkait dan industri pendukung Peran Pemerintah Gambar 2.1 Penentu Daya Saing Nasional (Porter s Diamond) Adapun komponen dari penentu daya saing nasional ini adalah sebagai berikut: 1. Kondisi faktor Kondisi faktor merupakan faktor endomen yang dimiliki oleh suatu negara untuk mengembangkan industrinya. Kondisi faktor ini merupakan salah satu komponen daya saing yang sangat basis dan penting. Kondisi faktor dapat berupa sumber daya alam, tenaga kerja yang terampil, atau infrastruktur yang baik. 2. Kondisi permintaan Kondisi permintaan ini biasanya mengandalkan permintaan dari dalam negeri. Jumlah penduduk yang besar di suatu negara dapat menyebabkan permintaan akan barang dalam jumlah yang besar. Tetapi selain memiliki daya beli yang tinggi, konsumen yang ada juga harus bersifat sophisticated, sehingga produk yang dihasilkan dapat menjadi lebih baik.

29 29 3. Industri terkait dan industri pendukung Untuk mengembangkan industri perlu dibangun keterkaitan antar industri. Baik industri pemasok ataupun industri terkait lainnya. Hal ini dapat meningkatkan nilai tambah dari industri tersebut. 4. Strategi perusahaan, struktur dan persaingan Dalam hal ini pemerintah berperan dalam mengatur bagaimana perusahaan diciptakan, diatur dan dikelola, sebagaimana juga sifat dari persaingan domestik. Pemerintah juga berperan dalam membuat regulasi yang dapat menunjang pembangunan industri yang memiliki daya saing. Selain keempat komponen penentu daya saing diatas, ada 2 faktor lain yang akan mempengaruhi interaksi antara tiap komponen, yaitu: peran kesempatan dan peran pemerintah. Peran kesempatan merupakan faktor yang berada diluar kendali perusahaan atau pemerintah. Tetapi kondisi ini dapat mempengaruhi peningkatan ataupun penurunan daya saing industri baik secara domestik maupun secara global. Salah satu diantaranya adalah faktor yang berpengaruh pada biaya produksi yang tidak berlanjut seperti perubahan harga minyak dan energi, perubahan kurs mata uang, dan lain-lain. Selain itu kondisi sosial politik dalam suatu negara juga dapat mempengaruhi daya saing industri. Peran pemerintah merupakan faktor yang dapat memepengaruhi kondisi industri yang sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah. Dalam melakukan peran ini pemerintah dapat melakukan beberapa regulasi yang diharapkan mampu untuk meningkatkan daya saing industri.

30 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah pernah dilakukan antara lain: 1. Penelitian mengenai Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Rokok Kretek di Indonesia pada tahun 2004, yang meneliti hubungan antara struktur pasar dan kinerja industri rokok kretek di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa struktur pasar dari industri rokok kretek adalah oligopoli ketat. Sementara hasil analisis hubungan struktur dan kinerja, variabel bebas yang memiliki pengaruh terhadap tingkat keuntungan (PCM) adalah tingkat konsentrasi (CR4), efisiensi internal (X-eff), dan skala ekonomis (MES). Variabel utilitas kapasitas produksi (CU) tidak berpengaruh terhadap PCM. Variabel yang memiliki hubungan yang positif adalah CR4 dan X-eff, sedangkan variabel MES memiliki hubungan negatif dan tingkat keuntungan. 2. Penelitian tentang struktur, perilaku dan kinerja industri elektronik pasca deregulasi penanaman modal asing tahun Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa industri elektronik pra dan pasca deregulasi penanaman modal asing cenderung memiliki struktur pasar yang bersifat oligopoli. 3. Penelitian mengenai analisis struktur, kinerja dan kluster industri elektronika Indonesia tahun Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, struktur pasar yang ada bersifat oligopoli. Kontribusi nilai tambah indusri elektronika terhadap total industri manufaktur selama tahun hanya mengalami kenaikan sebesar 2,41 persen.

31 31 Penelitian yang saat ini akan dilakukan adalah mendukung penelitian yang sebelumnya. Dimana data terakhir yang dipakai pada penelitian terdahulu adalah tahun Sehingga penelitian ini melanjutkan penelitian yang telah ada. Selain itu penelitian ini akan membahas tentang daya saing dari industri elektronika di Indonesia yang belum disinggung dalam penelitian terdahulu. 2.3 Kerangka Pemikiran Globalisasi ekonomi yang telah terjadi saat ini menuntut suatu negara termasuk Indonesia untuk mampu memperkuat perekonomiannya. Adanya industrialisasi di Indonesia diharapkan mampu mengurangi ketergantungan terhadap impor dan mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara yaitu melalui ekspor. Salah satu sektor industri yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah industri elektronika. Industri ini memiliki potensi ekspor yang besar dan mampu menyerap tenaga kerja. Dalam upaya peningkatan untuk meingkatkan potensi yang dimiliki, industri elektronika menghadapi beberapa permasalahan yang mendasar. Permasalahan yang dihadapi antara lain: Pertama, adanya ketergantungan bahan baku impor yang mengakibatkan tingginya biaya produksi karena adanya fluktuasi nilai tukar. Ketidakstabilan nilai tukar ini secara langsung menjadi hambatan bagi perusahaan baru untuk masuk industri karena tingginya resiko yang akan dihadapi. Kedua, masuknya produk dumping dan ilegal di pasar. Hal ini secara langsung akan menurunkan pangsa pasar dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan lokal karena

32 32 harga dari produk dumping dan ilegal tersebut lebih rendah dibandingkan harga dari produk elektronika lokal. Industri elektronika di Indonesia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri elektronika yang dibagi atas tiga sub sektor berdasarkan standar klasifikasi internasional (ISIC), yaitu: subsektor industri komponen, subsektor industri alat komunikasi, dan subsektor televisi dan radio. Masing-masing sub sektor industri elektronika ini memiliki pasarnya masing-masing, dimana setiap pasar memiliki ciri khas masing-masing untuk setiap sub sektor industri. Kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan dalam diagram alir (flow chart) berikut ini:

33 33 Industrialisasi Industri elektronika ISIC ISIC ISIC Daya Saing Industri Perilaku Perusahaan Struktur Pasar Kinerja Industri Analisis Daya Saing Porter s Diamond Analisis Perilaku Penetapan harga Strategi produk Strategi promosi dan distribusi Analisis Struktur Pasar CR4 Analisis Kinerja Kontribusi terhadap industri manufaktur Pertumbuhan Keunggulan dan kelemahan faktor penentu daya saing Hubungan Struktur dan Kinerja industri Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran dari Analisis Struktur, Perilaku, Kinerja dan Daya Saing Industri Elektronika di Indonesia

34 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1995 sampai tahun Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian (Depperin), perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan instansi-instansi terkait lainnya. Data ini menggunakan sistem penggolongan industri yang disebut dengan nama International Standard Industrial Classification (ISIC). Data yang digunakan adalah rasio konsentrasi, nilai output, nilai tambah, nilai input atau biaya antara dan jumlah tenaga kerja. 3.2 Metode Analisis Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis yang bersifat deskriptif dengan menggunakan kerangka analisis Stucture, Conduct, Performence (SCP) untuk meneliti struktur, perilaku dan kinerja industri elektronika di Indonesia. Sedangkan daya saing akan dianalisis menggunakan analisis Porter s Diamond. Berdasarkan penggolongan industri dengan sistem ISIC maka pada penelitian ini akan membagi sektor industri elektronika dalam 3 subsektor, yaitu ISIC (subsektor industri komponen), ISIC (subsektor industri alat komunikasi), ISIC (subsektor industri televisi dan radio).

35 Analisis Struktur Pasar Struktur pasar industri elektronika dapat dilihat dengan menghitung rasio konsentrasi empat perusahaan besar (CR4). CR4 menunjukkan pangsa pasar 4 perusahaan terbesar dari suatu industri tertentu CR4 dirumuskan sebagai berikut: CR4 = 4 i=1 Si (3.1) Dimana : CR4= rasio konsentrasi 4 perusahaan terbesar Si= pangsa pasar perusahaan ke-i Si = dimana : Xi k Xi i=1 (3.2) Xi = Pangsa pasar, k = jumlah pemain dalam pasar Xi = output atau nilai tambah dari perusahaan ke-i Secara sederhana pangsa pasar dapat diperoleh dengan membagi jumlah output yang dihasilkan perusahaan ke-i dengan jumlah output yang dihasilkan dalam suatu industri. Nilai CR4 menunjukkan bentuk struktur pasar industri elektronika di Indonesia. Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100 persen) maka struktur pasarnya adalah monopoli. Jika mendekati lebih besar dari 60 persen struktur

36 36 pasarnya adalah oligopoli, dan bila mendekati nol persen maka struktur pasarnya adalah pasar persaingan sempurna. Hambatan perusahaan baru untuk masuk kedalam pasar atau industri juga dapat digunakan untuk mengukur struktur pasar. Hambatan untuk pasar dapat diproksi dari kekuatan perusahaan terbesar dalam menguasai pasar, sehingga menghalangi pesaing potensial yang mempunyai kemungkinan untuk masuk pasar dan menjadi pesaing baru Analisis Perilaku Industri Analisis perilaku industri elektronika di Indonesia yang akan diteliti adalah strategi harga, produk, promosi dan distribusi. Untuk menganalisis perilaku industri ini tidak menggunakan data yang bersifat kuantitatif, sehingga analisis perilaku ini hanya bersifat kualitatif Analisis Kinerja Industri Analisis kinerja industri elektronika akan mengamati kontribusi industri elektronika terhadap penyerapan tenaga kerja, nilai tambah, output dan jumlah perusahaan. Keuntungan yang diperoleh, produktivitas dan efisiensi. Nilai tambah yang digunakan adalah hasil keuntungan perusahaan setelah dikurangi dengan biaya input termasuk biaya yang dikeluarkan untuk gaji pekerja, biaya bahan bahan baku dan lain-lain. Nilai tambah dapat dirumuskan sebagai berikut: Nilai Tambah = Nilai Output Nilai Input (3.3)

37 37 Efisiensi menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam industri untuk menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Efisiensi yang dihitung dalam hal ini adalah efisiensi internal (efisiensi-x) yang menggambarkan suatu indutri dikelola dengan baik. Pengukuran efisiensi dapat dilakukan dengan menghitung rasio nilai tambah dengan nilai input, yang dirumuskan sebagai berikut: Efisiensi = Nilai Tambah Industri Nilai Input Industri X 100% (3.4) Analisis Daya Saing Industri Elektronika di Indonesia Dalam analisis daya saing industri ini akan dilihat bagaimana hubungan dari faktor-faktor penentu daya saing, yaitu: kondisi faktor, kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung serta strategi perusahaan, struktur dan persaingan dalam mempengaruhi industri elektronika di Indonesia. Dalam menganalisa daya saing industri ini akan menggunakan analisa secara kualitatif. Penelitian ini akan melihat bagaimana secara umum kaitan antara faktor-faktor penentu daya saing dari industri elektronika di Indonesia. Dalam analisis ini akan dapat dilihat bagaimana keunggulan dan kelemahan dari masing-masing faktor penentu daya saing dari kerangka porter s diamond. Keunggulan akan ditunjukkan dengan lambang (+), sementara untuk kelemahan akan ditunjukkan dengan lambang (-). Untuk keterkaitan antar faktor akan dilihat dari interaksi masing-masing faktor penentu daya saing. Keterkaitan yang saling

38 38 mendukung akan ditunjukkan dengan garis merah dan keterkaitan yang tidak saling mendulung akan ditunjukkan dengan garis biru.

39 39 BAB IV GAMBARAN UMUM INDUSTRI 4.1 Sejarah Perkembangan Industri Elektronika di Indonesia Industri elektronika di Indonesia dimulai pada tahun 1950-an, dimana pada masa itu industri elektronika komponen skala usahanya masih berupa operasi perakitan dengan memproduksi transistor radio. Pada masa ini telah berdiri pabrik radio Philip di Bandung dan Surabaya, dimana kedua pabrik ini merupakan peninggalan dari Belanda. Kemudian pabrik radio Philip di Surabaya berubah menjadi pabrik bola lampu. Tahun 1956 didirikan PT Radio Mfg. Co yang memproduksi radio merk Tjawang. Kemudian industri ini semakin berkembang dimana pada awal tahun 1960 skala operasinya mulai pada perakitan unit-unit televisi hitam-putih (B/W) di bawah merk perusahaan lokal. Pada saat itulah mulai didirikan service center, yang tujuannya memenuhi permintaan konsumen akan layanan pasca pembelian. Pada tahun 1960-an, industri elektronika di Indonesia masih berskala kecil dan sedang dan belum adanya turut campur pihak asing. Industri elektronika masih bergerak di bidang reparasi dan perakitan. Hal ini yang menyebabkan pemerintah masih harus terus mengimpor produk-produk elektronika. Kondisi ini jugalah yang mendorong pemerintah membuat kebijakan substitusi impor. Melalui kebijakan ini pemerintah mulai mendorong industri elektronika untuk mampu memproduksi kebutuhan di dalam negeri. Selama periode tahun , telah terjadi pertumbuhan produksi pada sektor industri, yang disebabkan oleh pertumbuhan ekenomi dan pembangunan infrastruktur. Pada tahun 1970-an mulai

40 40 tercipta kerjasama antara perusahaan Jepang dan perusahaan lokal dengan berdirinya perusahaan-perusahaan seperti National, Sanyo, dan Sharp. Sementara itu perusahaan seperti Fairchild MNC, Grundig dan Philips merupakan perusahaan asing milik Eropa. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi pemerintah karena mampu menghasilkan investasi asing dalam bentuk perusahaan modal asing. Perusahaanperusahaan inilah yang pada akhirnya menjadi produsen terbesar dari produk elektronika di Indonesia. Hal ini juga diikuti dengan terbentuknya perusahaan lokal yang berskala besar yang masih terbatas pada operasi perakitan dengan desain dan komponen yang berasal dari perusahaan asing atau pemegang lisensi. Sampai tahun 1973 telah berdiri 15 perusahaan aktif baik sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) maupun yang memproduksi dengan merek lokal. Perusahaan ATPM yang saat itu telah berdiri antara lain, seperti PT Yasonta yang merakit televisi dengan merek Sharp dari Jepang, PT Sanyo Industries Indonesia yang merakit radio, televisi dan alat-alat rumah tangga dengan merek Sanyo dari Jepang; PT National Gobel yang merakit radio, televisi dan alat-alat rumah tangga dengan merek National dari Jepang. PT Asia Electronics Corp. yang merakit radio dan televisi merek Grundig dari Jerman. Sedangkan yang memproduksi merek lokal adalah seperti PT Galindra Electric Ltd. yang juga merakit radio, televisi, tape recorder dengan merek Galindra; PT Telesonic, dan sebagainya. Sampai tahun 1985 jumlah perusahaan elektronika bertambah menjadi sekitar 58 perusahaan dengan berbagai merek produksi. Sampai tahun 1973 produk yang dihasilkan masih terbatas pada radio, televisi, dan tape recorder. Setelah tahun 1973 jenis produk yang dihasilkan mulai merambah kepada alat-alat listrik rumah tangga.

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak kepada ketatnya persaingan, dan cepatnya perubahan lingkungan usaha. Perkembangan

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang perlunya pengorganisasian pasar dan bagaimana pengorganisasian

Lebih terperinci

INDUSTRI.

INDUSTRI. INDUSTRI INDUSTRI Istilah industri mempunyai 2 arti: Himpunan perusahaan2 sejenis Suatu sektor ekonomi yg didalamnya terdapat kegiatan produktif yg mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau ½ jadi.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan)

DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan) DAMPAK PRODUKTIVITAS TERHADAP LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Tekstil PT. Pismatex di Pekalongan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR 2.1. Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean China Free Trade Area (AC-FTA) yang terjadi saat ini sungguh sangat mengkhawatirkan bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli

Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Oligopoli: Arti & Sumbernya Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi

Lebih terperinci

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 ASUMSI YANG MELANDASI BENTUK-BENTUK PASAR No Asumsi-asumsi Persaingan Sempurna Monopolistik Oligopoli Monopoli 1 Banyaknya Penjual

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama)

EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) EKONOMI INDUSTRI (Pertemuan Pertama) Dosen Pengasuh: Khairul Amri, SE. M.Si Bacaan Dianjurkan: Wihana Kirana Jaya, 2008. Ekonomi Industri, BPFE-UGM Yogyakarta. Mudrajat Kuncoro, 2012. Ekonomika Aglomerasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian.

Lebih terperinci

Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada

Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi jumlahnya sedikit Apabila hanya ada dua penjual namanya Duopoli Oligipoli Murni: apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para pengusaha harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan suatu produk. Inovasi dari produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan komponen otomotif baik untuk kendaraan baru (original equipment manufacture) dan spare parts (after market) cukup besar. Menurut data statistik jumlah populasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN EKONOMI. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan ekonominya

INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN EKONOMI. Kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan ekonominya INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN EKONOMI Lingkungan ekonomi adalah faktor ekonomi yang memengaruhi jalannya usaha atau kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan dewasa ini dituntut agar lebih inovatif dan kreatif dalam bersaing agar mampu memenangkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1980-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi 1.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Leoco Indonesia PT Leoco Indonesia didirikan pada tahun 1981, Leoco adalah produsen kelas dunia interkoneksi dan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan penting terhadap pembangunan perekonomian suatu negara. Struktur perekonomian suatu negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri produk kertas yang juga termasuk dalam industri stasioneri adalah salah satu industri manufaktur yang mengolah kertas menjadi barang dari kertas seperti buku,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang diterangkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran dari suatu hipotesis.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Adanya modal dalam sebuah perusahaan menjamin berlangsungnya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

pada persepsi konsumen.

pada persepsi konsumen. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia mencapai 2.581

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

Copyright Rani Rumita

Copyright Rani Rumita Perusahaan yang tetap beroperasi di dalam negeri untuk bermain aman, mungkin tidak hanya kehilangan peluang mereka untuk memasuki pasar lain, tetapi juga beresiko kehilangan pasar dalam negeri mereka.

Lebih terperinci

Kebijakan Makro Ekonomi

Kebijakan Makro Ekonomi EKONOMI MAKRO PENJELASAN Memberikan gambaran bagaimana suatu perekonomian berfungsi dan menjalankan kegiatannya Menerangkan bagaimana suatu masyarakat yang memiliki faktor produksiyang terbatas, tetapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan

PENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan PENDAHULUAN Pada bab I akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan. Pada latar belakang dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Persaingan Sempurna Persaingan Tidak Sempurna Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA ATAU STRUCTURE- CONDUCT-PERFORMANCE BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Industri Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses,

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Indonesia yang kaya akan budaya dan hasil alamnya memiliki banyak industri yang menggantungkan usahanya pada hasil alam tersebut. Salah satu industri yang menggabungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN JUDUL Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, merupakan pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Pasar. Categories : Bentuk-Bentuk Pasar. ekonomi.

Bentuk-Bentuk Pasar. Categories : Bentuk-Bentuk Pasar. ekonomi. http://www.plengdut.com/2013/01/bentuk-bentuk-pasar.html Bentuk-Bentuk Pasar Diposkan oleh irmawan hadi saputra di 7:29 PM Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook Categories : Bentuk-Bentuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci