ANTISIPASI REMAJA TERHADAP BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SLEMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANTISIPASI REMAJA TERHADAP BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SLEMAN"

Transkripsi

1 ANTISIPASI REMAJA TERHADAP BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SLEMAN Wafi Nur Muslihatun, Mina Yumei Santi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Abstract: This study aims to determine the factors that influence the behavior of adolescent anticipation of the dangers of drug abuse in SMK YPKK Ambarketawang Sleman, Yogyakarta. This research is an analytical research with cross sectional design, using 74 sample with simple random sampling metod. The analysis showed many factors that influence the anticipative behavior of the drug abuse dangers are sex (p=0.01 with OR=6.534; 95% CI=1.955 to ), age (p=0.31 with OR=4.909; 95% CI=1.010 to ), and friendship environment (p= with OR=10.182; 95% CI=1.245 to ). It is advised to give more attention to boys adolescent, building a good friendship environment of adolescents to have the anticipate behavior for the drug abuse dangers. Keywords: adolescents, drug abuse dangers anticipation Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisipasi remaja terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba di SMK YPKK Ambarketawang Sleman Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian analitik desain cross sectional, menggunakan sampel 74 orang dengan metode simple random samping. Hasil analisis menunjukkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku antisipasi terhadap penyalahgunaan narkoba adalah jenis kelamin (p=0,01 dengan OR=6,534; 95% CI=1,955-21,836), umur (p=0,31 dengan OR= 4,909; 95% CI=1,010-23,857) dan lingkungan pergaulan (p=0,009 dengan OR=10,182; 95% CI=1,245-83,249). Disarankan lebih memperhatikan remaja laki-laki, masa remaja akhir, menciptakan lingkungan pergaulan remaja yang baik agar berperilaku antisipasi terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Kata kunci: remaja, antisipasi bahaya penyalahgunaan narkoba

2 42 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: PENDALUHUAN Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental dan sosial. Tiga hal yang harus dihindari oleh remaja untuk mencapai kesehatan reproduksi remaja (TRIAD KRR) adalah narkoba, perilaku seks bebas dan HIV/AIDS. Ketiganya merupakan risiko atau masalah yang akan/sering dijumpai oleh kaum remaja dan akan saling mempengaruhi satu sama lain. Ketika seorang remaja terjerumus pada salah satu perilaku berisiko yang dimaksud, remaja tersebut akan berisiko pula untuk memasuki perilaku berisiko lainnya. Sebagai contoh, remaja yang sudah kecanduan narkoba akan berisiko melakukan perilaku seks bebas dan berisiko pula terkena HIV/AIDS (Muadz, 2006). Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain narkoba, Kementerian Kesehatan RI juga mengenalkan istilah NAPZA (Narkoba, Psikotropika dan zat adiktif). Baik narkoba maupun NAPZA mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Pada dasarnya narkotika dan psikotropika adalah senyawasenyawa yang dipergunakan untuk kebutuhan anestesi dan pengobatan penyakitpenyakit tertentu. Namun saat ini disalahartikan akibat pemakaian di luar kegunaan dan dosis semestinya yang berdampak pada perilaku menyimpang (Presiden RI, 2009, Kemenkes RI, 2014). Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang. Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis. Gangguan fisik meliputi gangguan sistem syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit, paru-paru, ginjal, hati, sistem reproduksi dan fungsi seksual, risiko tertular penyakit hepatitis B, C dan HIV. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian. United Nations Office on Drugs and Crime (2014) memperkirakan ada kematian yang berhubungan dengan penyalahgunaan obat pada tahun 2012 dengan angka kematian 40,0 per satu juta orang usia tahun. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap psikis adalah (1) lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah; (2) hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga; (3) agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal; (3) sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan; dan (4) cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan sosial yaitu, (1) gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan; (2) merepotkan dan menjadi beban keluarga; Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram; dan (3) tindak kriminalitas (BNNP DIY, 2015; UNODC, 2014). Penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan Hasil penelitian oleh Badan Nasional Narkotika (BNN) dan Pusat Penelitian Kesehatan (Puslitkes) UI menunjukkan angka 1,75% pada tahun 2005; 1,9% pada tahun 2008; 2,2% pada tahun 2011 dari populasi penduduk berusia tahun. Penyalahgunaan narkoba di DIY lebih tinggi dari angka nasional yaitu pada tahun 2008 sebesar 2,72 dan 2,8 pada tahun DIY merupakan wilayah rawan penyalahgunaan

3 Muslihatun, Santi, Antisipasi Remaja Terhadap Bahaya narkoba. Berdasarkan data kasus narkoba di BNN DIY tahun 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan pengungkapan kasus penyalagunaan narkoba di Kabupaten Sleman. Pada tahun 2011 dari 74 tersangka terungkap 45 kasus, pada tahun 2012 dari 73 tersangka terungkap 41 kasus, dan pada tahun 2013 dari 67 tersangka, terungkap 47 kasus. Pada tahun 2014 dari 77 tersangka, terungkap 58 kasus (BNN, 2012; BNN, 2015; BNNP DIY, 2015). Hasil survei oleh BNN tahun 2011 menunjukkan dari 100 pelajar/mahasiswa, terdapat empat orang pernah menyalahgunakan narkoba, tiga orang menyalahgunakan dalam satu tahun terakhir dan dua sampai tiga orang dalam satu bulan terakhir. Data rekapitulasi tersangka narkoba berdasarkan pendidikan tahun 2014 menunjukkan dari 512 tersangka yang ditemukan, paling banyak (90%) berpendidikan SMA/sederajat, selanjutnya 0,05% tersangka berpendidikan SMP, 0,04% berpendidikan perguruan tinggi dan hanya 0,02% tersangka berpendidikan SD (BNN, 2012; BNN, 2015). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perilaku berisiko pada remaja di Indonesia berhubungan signifikan dengan pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, akses terhadap media informasi, komunikasi dengan orang tua dan adanya teman yang berperilaku berisiko (Lestary H dan Sugiharti, 2011). Faktor-faktor penyalahgunaan narkoba oleh remaja berasal dari faktor individu dan lingkungan. Lingkungan pergaulan/pengaruh teman sangat dominan terhadap penyalahgunaan narkotika oleh remaja. Remaja yang berteman dengan pemakai narkotika umumnya mudah terpengaruh dan terlibat dalam penyalahgunaan narkotika (Siregar, 2004). Penelitian oleh Asti, dkk. (2013) menemukan adanya hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku penyalahgunaan narkoba pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisipasi remaja terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba di SMK YPKK Ambarketawang Sleman Yogyakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan di SMK YPKK Ambarketawang Sleman Yogyakarta pada bulan Februari sampai Mei Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK YPKK Ambarketawang Sleman Yogyakarta sejumlah 282 orang. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan sebesar 5% sehingga nilai dengan nilai presisi 10%, diperoleh hasil 74 sampel. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode simple random samping pada seluruh siswa SMK YPKK Ambarketawang Sleman Yogyakarta. Variabel independen dalam penelitian ini ada empat, yaitu pengetahuan remaja tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, lingkungan keluarga remaja, lingkungan pergaulan remaja dan sikap remaja terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku antisipasi remaja terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Pengetahuan remaja tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dikategorikan menjadi dua yaitu pengetahuan rendah dan pengetahuan tinggi. Lingkungan keluarga remaja dikategorikan menjadi dua yaitu lingkungan baik dan tidak baik. Lingkungan pergaulan remaja dikategorikan menjadi dua yaitu lingkungan baik dan tidak baik. Sikap remaja terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba dikategorikan menjadi dua yaitu sikap negatif dan sikap positif. Perilaku antisipasi terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba dikategorikan menjadi dua, yaitu perilaku antisipatif dan perilaku tidak

4 44 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: Tabel 1. Karakteristik Remaja Melakukan Antisipasi Bahaya Narkoba di SMK YPKK Ambarketawang Sleman Yogyakarta (N=74) Tidak Antisipatif Total Karakteristik Antisipatif n % n % N % Jenis Kelamin Laki-laki 23 51,1 4 13, ,5 Perempuan 22 48, , ,5 Umur >18 tahun 12 26,7 2 6, , tahun 33 73, , ,1 Tingkat Pendidikan Ayah Rendah 24 53, , ,5 Menengah dan Tinggi 21 46,7 6 20, ,5 Tingkat Pendidikan Ibu Rendah , ,6 Menengah dan Tinggi , ,4 Pekerjaan Ayah Tidak Bekerja 3 6,7 3 10,3 6 8,1 Bekerja 42 93, , ,9 Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 19 42, , ,3 Bekerja 26 57, , ,7 antisipatif (Azwar, 2007). Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan kuesioner tentang antisipasi remaja terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Analisis data penelitian ini menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS for windows terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan dengan cara membuat distribusi frekuensi dari setiap variabel dan karakteristik responden. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antar dua variabel yaitu masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi square dengan menghitung OR. Tingkat kepercayaan ditentukan p= 0,05 dengan CI 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1 menunjukkan bahwa remaja berjenis kelamin perempuan yang memiliki perilaku narkoba jumlahnya lebih lebih banyak (86,2%) dibanding remaja perempuan yang memiliki perilaku tidak antisipatif (48,9%). Remaja berusia tahun memiliki perilaku antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba lebih banyak (93,1%) dibanding remaja umur tahun yang memiliki perilaku tidak antisipatif (73,3%). Remaja dengan ayah berpendidikan rendah (tidak sekolah atau tidak lulus SD atau lulus SD atau lulus SMP) memiliki perilaku narkoba lebih banyak (79,3%) dibanding remaja dengan ayah berpendidikan rendah yang memiliki perilaku tidak narkoba (53,3%). Remaja dengan ibu berpendidikan rendah (tidak sekolah atau tidak lulus SD atau lulus SD atau lulus SMP)

5 Muslihatun, Santi, Antisipasi Remaja Terhadap Bahaya Tabel 2 Analisis Bivariat Antisipasi Remaja terhadap Bahaya Penyalahgunaan Narkoba di SMK YPKK Ambarketawang Sleman Yogyakarta (N=74) Tidak Antisipatif Karakteristik Antisipatif OR 95% CI P f % F % Jenis Kelamin Laki-laki 23 51,1 4 13,8 6,534 1,955-21,836 0,001* Perempuan 22 48, ,2 Umur >18 tahun 12 26,7 2 6,9 4,909 1,010-2,132 0,031* tahun 33 73, ,1 Lingkungan Pergaulan Tidak Baik 12 26,7 1 3,4 10,182 1,245-83,249 0,009* Baik 33 73, ,6 Pengetahuan ttg. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Rendah 7 15,6 8 27,6 0,484 0,154-1,521 0,168 Tinggi 38 84, ,4 Sikap terhadap Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Negatif 15 33,3 9 31,0 1,111 0,408-3,025 3,025 Positif 30 66, memiliki perilaku antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba lebih banyak (79,3%) dibanding remaja dengan ibu berpendidikan rendah memiliki perilaku tidak narkoba (60%). Remaja dengan ayah bekerja memiliki perilaku tidak antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba lebih banyak (93,3%) dibanding remaja dengan ayah bekerja yang memiliki perilaku antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba (89,7%). Remaja dengan ibu bekerja memiliki perilaku tidak antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba lebih banyak (57,8%) dibanding remaja dengan ibu bekerja yang memiliki perilaku antisipatif (44,8%). Tabel 2 menunjukkan dari empat variabel independen ada tiga variabel yang secara statistik berhubungan dengan variabel dependen, yaitu jenis kelamin, umur dan lingkungan pergaulan remaja. Ada hubungan bermakna antara jenis kelamin remaja dengan perilaku antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba (p= 0,001 dengan OR 6,534 dan 95% CI 1,955-21,836). Remaja dengan jenis kelamin perempuan mempunyai perilaku antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba enam kali lebih besar dibanding remaja berjenis kelamin laki-laki. Remaja perempuan lebih banyak mempunyai perilaku antisipatif (86,2%) dibanding remaja perempuan yang mempunyai perilaku tidak antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba (46,9%). Ada hubungan bermakna antara lingkungan pergaulan remaja dengan perilaku narkoba (p= 0,009 dengan OR 10,182 dan 95% CI 1,245-83,249). Remaja dengan lingkungan pergaulan yang baik mempunyai perilaku narkoba sepuluh kali lebih besar dibanding remaja dengan lingkungan

6 46 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: pergaulan tidak baik. Remaja dengan lingkungan pergaulan baik lebih banyak mempunyai perilaku antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba (96,6%) dibanding remaja dengan lingkungan pergaulan yang baik dan mempunyai perilaku tidak narkoba (73,3%). Hasil uji statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap remaja terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba tidak berhubungan dengan perilaku antisipatif (p>0,05) Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas remaja (60,81%) mempunyai perilaku tidak antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Berbeda dengan hasil penelitian Hidayati dan Indarwati (2012) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden (64,6%) memiliki upaya pencegahan yang baik terhadap penyalahgunaan narkoba. Remaja laki-laki lebih banyak (51,1%) berperilaku tidak narkoba dibanding remaja perempuan, dan remaja berumur >18 tahun lebih banyak (26,7%) berperilaku tidak antisipatif dibanding remaja berumur tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil survei nasional perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa di 16 Provinsi di Indonesia tahun Pola penyalahgunaan narkoba tahun 2006, 2009 dan 2011 menunjukkan bahwa angka penyalahguna lebih tinggi pada laki-laki dan semakin tinggi umur responden semakin meningkat juga angka penyalahgunaan narkobanya (BNN, 2012). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Hidayati dan Indarwati (2012) yang menyebutkan bahwa sebagian besar pengguna narkoba berjenis kelamin laki-laki (90%). Berdasarkan hasil uji statistik, variabel jenis kelamin, umur, lingkungan pergaulan remaja berpengaruh pada perilaku antisipatif remaja terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Hasil penelitian oleh Lestary H dan Sugiharti (2011) menyebutkan bahwa di antara faktor pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, akses terhadap media informasi, komunikasi dengan orang tua dan adanya teman yang berperilaku berisiko, faktor yang paling dominan hubungannya dengan perilaku remaja berisiko adalah jenis kelamin lakilaki. Remaja laki-laki secara statistik terbukti memiliki peluang 27 kali lebih besar untuk berperilaku berisiko dibanding remaja perempuan (p= 0,000 dengan OR= 26,966 dan 95% CI 24,691-29,452). Remaja lakilaki berpeluang 30 kali lebih besar untuk merokok, 10 kali lebih besar untuk minum alkohol, 20 kali lebih besar untuk menyalahgunakan narkoba dan lima kali lebih besar untuk berhubungan seksual pranikah dibanding remaja perempuan. Hampir semua penelitian penyalahgunaan obat menunjukkan bahwa laki-laki lebih mudah melakukan penyalahgunaan obat dibanding perempuan. Penelitian terakhir tentang penyalahgunaan obat di Australia, Amerika Serikat, Spanyol, Afganistan kota dan Pakistan menunjukkan bahwa penyalahgunaan obat lebih umum dilakukan pada laki-laki dibanding perempuan (UNODC, 2015). Penelitian oleh Hidayaningsih, dkk (2011) juga menyebutkan bahwa jenis kelamin mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku berisiko kesehatan remaja, yaitu melakukan kekerasan, kenakalan remaja, kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular seksual, HIV/ AIDS, penyalahgunaan obat dan merokok. Remaja laki-laki lebih berisiko dalam

7 Muslihatun, Santi, Antisipasi Remaja Terhadap Bahaya berperilaku kesehatan dibanding remaja perempuan (OR= 5,363, 95% CI= 2,890-9,954). Kondisi ini antara lain disebabkan oleh adanya konsep gender yang menjadi penting kaitannya dengan kesehatan. Perempuan Indonesia masih belum optimal dalam mengontrol kesehatannya serta ketergantungan perempuan dalam sektor publik dan politik masih tinggi. Dalam kontruksi sosial perempuan dituntut untuk penurut, pasif, sabar, setia, sementara laki-laki bersikap dominan, agresif, pengambil inisiatif dalam suatu hubungan. Umur remaja berpengaruh pada perilaku narkoba. Mayoritas pelaku dalam penyalahgunaan narkoba adalah kaum muda dan remaja yang kemungkinan besar disebabkan oleh kondisi sosial psikologi yang membutuhkan pengakuan identitas dan emosi yang masih labil. Pada masa remaja awal (14-16 tahun) dan remaja tengah (17-18 tahun), remaja umumnya belum mendapatkan atau menemukan jati dirinya. Pada masa remaja akhir (>18 tahun), remaja sering merasa sudah cukup dewasa dan mampu untuk mandiri tetapi di lain pihak remaja belum mampu mempertanggungjawabkan tindakannya. Kondisi inilah yang melatarbelakangi remaja usia >18 tahun untuk berperilaku tidak antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba (Siregar, 2004). Lingkungan pergaulan remaja berpengaruh pada perilaku antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Teman adalah orang yang paling sering menawari narkoba pada pelajar/mahasiswa, terutama teman di luar lingkungan sekolah. Teman yang paling banyak untuk menawarkan narkoba adalah di rumah teman luar sekolah dan lingkungan sekolah/kampus (BNN, 2012). Sesuai dengan hasil penelitian Lestary I dan Sugiharti (2011), adanya teman yang berperilaku berisiko berpegaruh terhadap perilaku remaja berisiko melakukan penyalahgunaan narkoba. Alasan remaja melakukan penyalahgunaan narkoba karena ingin tahu, identitas pergaulan, modern dan mendapat pengakuan teman sebaya. Alasan lain remaja menyalahgunakan narkoba adalah karena ikut-ikutan teman. Pengaruh teman sangat besar terhadap penyalahgunaan obat atau zat terlarang. Hukuman oleh kelompok teman sebaya yang berbentuk pengucilan bagi anggota kelompok yang mencoba berhenti dirasakan lebih berat dari penyalahgunaan obat itu sendiri (Hidayati dan Indarwati, 2012). Lingkungan pergaulan/pengaruh teman sangat dominan terhadap penyalahgunaan narkotika oleh remaja. Remaja yang berteman dengan pemakai narkotika umumnya mudah terpengaruh dan terlibat dalam penyalahgunaan narkotika (Siregar, 2004). Pengaruh dari teman kelompok merupakan salah satu faktor yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba (Handayani, S., 2011). Remaja yang memiliki teman sebaya penyalahguna NAPZA memiliki risiko tinggi untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Penelitian lain oleh Safaria (2007) menyebutkan bahwa pengaruh negatif teman sebaya sangat menentukan kecenderungan terlibatnya remaja dalam penyalahgunaan NAPZA. Semakin kuat pengaruh negatif teman sebaya, akan menimbulkan dampak negatif bagi remaja berupa kurang tertarik mengambil langkah-langkah preventif dan mempunyai kepercayaan fatalistik, sehingga meyakini bahwa remaja tidak mampu melakukan apapun juga untuk mencegah terjadinya masalah buruk dalam hidupnya. Pengaruh negatif teman sebaya tidak dipengaruhi oleh motivasi berprestasi, tingkat religiusitas dan regulasi emosi remaja, karena pengaruh negatif teman sebaya berhubungan langsung dengan kecenderungan penyalahgunaan NAPZA.

8 48 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: Sebagian besar responden (79,73%) memiliki pengetahuan tinggi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Namun demikian, berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang bahaya penyalahgunaan narkoba tidak berpengaruh pada perilaku antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Asti (2013) dan penelitian oleh Lestari dkk (2014) yang menujukkan bahwa pengetahuan remaja tidak berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba. Ada kecenderungan manusia untuk menghindari perilaku, sehingga perilaku tidak sesuai dengan sikap atau pengetahuan tidak bersesuaian dengan sikap dan perilaku. Manusia pada dasarnya selalu logis dan terasumsi sehingga berusaha menjaga konsistensi pengetahuan yang telah dimilikinya. Namun ternyata, manusia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa perilaku manusia sering tidak rasional, sehingga seseorang yang berpengetahuan baik belum tentu bersikap baik. Seseorang berpengetahuan baik tentang penyalahgunaan narkoba tetapi memiliki keinginan coba-coba mengkonsumsi karena pengaruh lingkungan atau meniru tokoh yang dianggap panutan, maka sikap dan perilaku yang ditimbulkan dapat bertentangan dengan pengetahuan (Anja et al, 2010). Remaja SMK berada pada rentang usia remaja yang rawan terkena dampak penyalahgunaan narkoba. Remaja memiliki sifat rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu ingin mencoba hal-hal yang baru sehingga rentan dan mudah terjebak oleh perilaku negatif dan menyimpang, termasuk salah satunya penyalahgunaan narkoba. Sebagian besar remaja menggunakan narkoba karena motif ingin tahu, adanya kesempatan dan sarana prasarana, ketidakstabilan emosi dan lemahnya mental. Faktor lain yang mendukung tindakan penyalahgunaan narkoba ini antara lain gangguan psikososial keluarga, lemahnya pendidikan agama dan bimbingan konseling sekolah serta faktor pergaulan dan budaya global (Lestari dkk, 2014). Berbeda dengan pendapat Afiatin (2004) yang menyebutkan bahwa aspek kognitif yang diidentifikasi berperan penting dalam penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah rendahnya pengetahuan tentang NAPZA. Sebagian besar responden (67,57%) memiliki sikap positif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Namun demikian, berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa sikap remaja terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba tidak berpengaruh pada perilaku antisipatif terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Asti (2013) yang menemukan adanya hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku penyalahgunaan narkoba pada remaja. Perwujudan dari perilaku dapat melalui pengetahuan dan sikap, namun suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan.suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk praktik. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2005; Azwar, 2013). Sikap didefinisikan sebagai posisi seseorang pada suatu dimensi afektif atau dimensi bipolar terhadap suatu objek, tindakan atau kejadian serta predisposisi yang dipelajari untuk bertindak atau merespon secara konsisten dan mengevaluasi secara positif atau negatif. Dalam Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action) dari Ajzen and Fisbein tahun 1988, sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dampaknya terbatas pada tiga hal: Pertama, perilaku banyak ditentukan oleh sikap spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap

9 Muslihatun, Santi, Antisipasi Remaja Terhadap Bahaya tetapi juga norma subjektif. Norma subjektif adalah keyakinan tentang perilaku yang diinginkan orang lain. Ketiga, sikap bersama norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu (Adi, 2011) SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa jenis kelamin, umur dan lingkungan pergaulan remaja berpengaruh terhadap perilaku antisipatif remaja terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba. Disarankan kepada keluarga, sekolah dan pihak-pihak yang peduli dengan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia agar lebih memperhatikan remaja laki-laki, remaja pada masa remaja akhir dan menciptakan lingkungan pergaulan remaja yang baik sehingga remaja mempunyai perilaku narkoba. DAFTAR RUJUKAN Adi TN Wanita dan Deteksi Dini Kanker Serviks (Studi Korelasional antara Sikap dan Norma Subjektif dengan Intensi Wanita Dewasa dalam Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks). Acta Diurna, Vol.7 No Afiatin, T Pengaruh Program Kelompok AJI dalam Peningkatan Harga Diri, Asertivitas dan Pengetahuan Mengenai NAPZA untuk Prevensi Penyahgunaan NAPZA pada Remaja. Jurnal Psikologi, No : Anja, C., dkk Tobacoo, Cannabis and Other Illicit Drug Use among Finish Adolescents Twins: Causal Relationship or Causal Liabilities. Journal of Studies on Alcohol and Drugs, Vol. 71: Asti,Y Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Penyalahgunaan Narkoba pada Siswa-siswi SMP Negeri 4 Kota Pontianak Tahun Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, Vol. 1 No Azwar, S Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. BNN, Ringkasan Eksekutif, Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar/Mahasiswa di Indonesia Tahun Jakarta: BNN. BNN, Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan Penyalahguna Narkoba Tahun Anggaran Jakarta: BNN. BNNP DIY, 2015, Laporan Tahunan Badan Narkotika Nasional Propinsi DIY Tahun Yogyakarta: BNNP DIY. Handayani, S Pengaruh Keluarga, Masyarakat dan Pendidikan terhadap Pencegahan Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja. Tesis Diterbitkan. Jakarta: Pascasarjana Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional UI. Hidayaningsih, P.S., dkk., Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Perilaku Berisiko Remaja Kota Makassar Tahun Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 39 No : Hidayati, P.E., dkk., Gambaran Pengetahuan dan Upaya Pencegahan terhadap Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja di SMK Negeri 2 Sragen. Jurnal Gaster, Vol.9 No.1 Februari 2012.

10 50 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 11, No. 1, Juni 2015: Kemenkes RI, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika. Jakarta: Kemenkes RI. Lestari, I., dkk Hubungan Pengetahuan, Sikap Siswa dan Pekerjaan Orangtua tentang Narkoba pada Siswa SMA Negeri 1 Takalar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, Vol. 5 No. 2 Tahun Lestary, H., dkk., Perilaku Berisiko Remaja di Indonesia menurut Survey Kesehatan Reproduksi Remaja di Indonesia (SKRRI) Tahun Jurnal Kesehatan Reproduksi, Vol. 1 No. 3. Agustus 2011: Muadz, M. dkk, Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR), Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi. Jakarta: BKKBN. Notoatmodjo, S Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Presiden RI, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Jenisjenis Narkoba Safaria, T Kecenderungan Penyalahgunaan NAPZA ditinjau dari Tingkat Religiusitas, Regulasi Emosi, Motif Berprestasi, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga dan Pengaruh Negatif Teman Sebaya. Jurnal Humanitas, Vol.4 No.1. Januari 2007: Siregar, M Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkotika pada Remaja. Studi Deskriptif di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan. Jurnal Pemberdayaan Komunitas, Vol.3 No.2 Mei 2004: United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) World Drug Report 2014, United Nations, New York.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN Putri Eka Hidayati, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung Abstrak Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung 1 Ega Kusmawati 2 Antonius Ngadiran 3 Tri Sulastri 1,2,3 Program Studi Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat dewasa ini menimbulkan banyak masalah yang mengancam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama generasi muda. Salah satunya adalah penyalahgunaan

Lebih terperinci

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena penggunaan narkoba di kalangan generasi muda semakin mencemaskan. Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Menurut

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

DETERMINAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMAN 24 JAKARTA

DETERMINAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMAN 24 JAKARTA DETERMINAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMAN 24 JAKARTA Oki Fitriani 1, Sarah Handayani 2, Nur Asiah 2 1) Rumah Sakit Ibu Anak Asih, Jakarta 2) Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H A. PENDAHULUAN Narkoba sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, narkoba sudah menjadi momok bagi orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Remaja adalah fase kehidupan manusia yang spesifik. Pada saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini berdampak pada fisik dan jiwa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang bermarkas besar di United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang melaporkan bahwa

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Bandung terhadap Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS Tahun 2016 Relationship Between Knowledge

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan dunia. Remaja dan berbagai permasalahannya menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang luas dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA DENGAN KEJADIAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B PEKANBARU TAHUN 2015 Dewinny Septalia Dale Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) bukan menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for Youth on Drug, badan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya tumbuh kembang ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan obat seperti narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya merupakan masalah yang sangat kompleks dan memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci

Efektivitas Penyuluhan NAPZA Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Di SMK DD Kabupaten Tanah Laut

Efektivitas Penyuluhan NAPZA Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Di SMK DD Kabupaten Tanah Laut Efektivitas Penyuluhan NAPZA Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa Di SMK DD Kabupaten Tanah Laut The Effectiveness of Socialization about Drug Abuse on the Knowledge of Students in Vocational High School

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas upaya kesehatan pada setiap periode kehidupan sepanjang siklus hidup, termasuk

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 40 BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 A. Faktor-faktor Terjadinya Penyebab Penyalahgunaan Narkoba Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai keingintahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data dari WHO tercatat 91 juta orang yang terjejas karena penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya kecelakaan dan tindak kriminal di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses kematangan emosional, psiko-sosial dan seksual yang ditandai dengan mulai berfungsinya organ reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang membuat remaja itu kebingungan mengenai situasi yang ia hadapi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA Ita Rahmawati 1 INTISARI Perubahan tanda-tanda fisiologis dari kematangan seksual yang tidak langsung

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat komplek dan urgent, permasalahan ini menjadi marak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Fakta bahwa sekitar 2000 anak diseluruh dunia umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tunas, generasi penerus, dan penentu masa depan yang merupakan modal dasar pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan kelompok remaja tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan nasional yang berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia tidak kunjung tuntas dan semakin memprihatinkan bahkan sampai mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini seseorang cenderung mencari jati diri, memiliki rasa ingin tahu yang besar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang umum di masyarakat Indonesia. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pola perilaku yang terjadi

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010 Skripsi Diajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja seseorang akan mengalami tugas-tugas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja seseorang akan mengalami tugas-tugas perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang tumbuh dan berkembang, bukan hanya dalam dimensi fisik tetapi juga dalam kompetensi kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Disisi lain, apabila disalahgunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk terbanyak keempat di dunia yaitu sebesar 256 juta jiwa pada tahun 2015. Pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah penduduk

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29, PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29, 9 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan aktivitas

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini. STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini Dewi Elliana*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : elliana_dewi@yahoo.com ABSTRAK Masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. adalah penggunaan kondom pada hubungan seks risiko tinggi dan penggunaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. adalah penggunaan kondom pada hubungan seks risiko tinggi dan penggunaan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyakit HIV/AIDS di ibaratkan seperti fenomena gunung es, dimana yang tampak hanyalah puncaknya saja. Sama halnya dengan penyakit HIV/AIDS yang tampak hanyalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja Indonesia banyak yang memiliki prestasi tinggi baik itu dari segi akademis maupun non akademis. Sudah banyak pemuda indonesia yang mengharumkan nama indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur 10-19 tahun (WHO, 2015 a ). Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus. 1 Remaja merupakan individu berusia 10-19 tahun yang mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah penduduk yang berusia tahun yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah penduduk yang berusia tahun yang mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah penduduk yang berusia 10-19 tahun yang mengalami perubahan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (WHO, 2015). Data demografi menunjukkan adanya populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh tingginya arus globalisasi yang masuk ke Indonesia baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja yang

Lebih terperinci

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI KELAS X DAN XI TENTANG KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) DI MAN 1 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2015 Yusnidar 1*) 1 Dosen Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu mengalami perubahan diri masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 21 tahun (Potter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai untuk anastesi yang dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 144 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 2, Agustus 2016 TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014 Suherni 1, Anita Rahmawati 1 1 Jurusan Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memperkenalkan istilah NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) atau yang sering dikenal dengan Narkoba(Narkotika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI UNIVERSITAS UDAYANA PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Puslitkes UI pada 10 kota besar di Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012 SITI WAHYUNI 1 1 Tenaga Pengajar Pada STiKes Ubudiyah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK E A T Volume7, Nomor 1, Juni 2016 Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7 (1) Jurnal Kesehatan Medika Saintika http://jurnal.syedzasaintika.ac.id KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGGUNA DAN POLA PENYALAHGUNAAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba sudah menjadi istilah popular di masyarakat, namun masih sedikit yang memahami arti narkoba. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika psikotropika dan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Merokok merupakan kebiasaan buruk yang menjadi masalah seluruh dunia baik Negara maju maupun Negara berkembang. Di negara-negara yang maju kebiasaan merokok telah jauh

Lebih terperinci

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA KELOMPOK REMAJA DESA DUMOGA I KECAMATAN DUMOGA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Berlandy C. Mamangkey*, Ardiansa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang padat, yaitu mencapai 248,8 juta jiwa dengan jumlah penduduk berusia 10 sampai 19 tahun mencapai

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Corah Julianti/105102061 adalah mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 Perilaku seksual pranikah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang yang terjadi akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perilaku seksual pranikah ini akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS Eny Pemilu Kusparlina (Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun) ABSTRAK Pendahuluan: Angka aborsi di

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 Irma Fitria 1*) Herrywati Tambunan (2) 1,2 Dosen Program

Lebih terperinci