PERBEDAAN KEMANDIRIAN SISWA SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR. Vitrie Maulani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN KEMANDIRIAN SISWA SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR. Vitrie Maulani"

Transkripsi

1 1 PERBEDAAN KEMANDIRIAN SISWA SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN DALAM BIMBINGAN BELAJAR Vitrie Maulani Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya ABSTRACT This study was conducted to determine the differences of elementary school students autonomy in terms of participation in tutoring. The hypothesis is there is a difference between the autonomy of elementary school students who participating in tutoring and who do not participating in tutoring. The subjects were students SDK Corjesu grade 4, 5, 6 at total 190 students. The sampling technique is using saturated samples. Measuring instruments used are autonomy scale (23 aitem valid). Analysis data using independent t-test method. Based on the results obtained by the analysis of the value of t test (2.326) is greater than t-table (1.973) and significance value (0.021) is smaller than alpha (0.05). It states that there are significant differences between the two groups studied, it was 97.9 %. Autonomy mean score of students who participating in tutoring are 65, 6204 and students do not participating in tutoring was 67, The results showed that the mean scores of elementary students autonomy who do not participate in tutoring are higher than the mean score of elementary school students who participating in tutoring Keywords: difference, autonomy, elementary school students ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemandirian siswa sekolah dasar ditinjau dari keikutsertaan dalam bimbingan belajar (bimbel). Hipotesis yang diajukan adalah terdapat perbedaan kemandirian antara siswa sekolah dasar yang mengikuti bimbingan belajar dan yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Subjek penelitian adalah siswa SDK Corjesu kelas 4, 5, 6 berjumlah 190 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah menggunakan sampel jenuh. Alat ukur yang digunakan adalah skala kemandirian (23 aitem valid). Teknik analisis data menggunakan independent t-test. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai t-hitung (2.326) lebih besar dari t tabel (1.973) dan nilai signifikansi (0.021) < dari alpha (0.05) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok yang diteliti sebesar 97,9%. Skor mean kemandirian siswa yang mengikuti bimbel adalah dan siswa yang tidak mengikuti bimbel adalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor mean kemandirian siswa sekolah dasar yang tidak mengikuti bimbel lebih tinggi dibanding skor mean kemandirian siswa sekolah dasar yang mengikuti bimbel. Kata kunci: perbedaan, kemandirian, siswa sekolah dasar

2 2 LATAR BELAKANG Tingginya nilai pelajaran di sekolah sampai saat ini masih menjadi tolak ukur dalam melihat pencapaian hasil belajar siswa. Persaingan mendapatkan nilai yang baik di sekolah menciptakan fenomena menjamurnya praktek bimbingan belajar di luar sekolah. Catatan Ditjen Diklusepa Departemen Pendidikan Nasional tahun 2003 menyebutkan, di Indonesia terdapat lembaga bimbingan belajar, sebanyak buah diantaranya adalah LBB bahasa. Sementara jumlah SMA hanya sebanyak buah dan SMK (Kemdikbud, 2003). Menurut Sukardi (2002), bimbingan belajar adalah tuntunan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, untuk memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukarankesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. Lebih lanjut, Sukardi (2002) mengemukakan tujuan pelayanan bimbingan belajar antara lain mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau sekelompok anak, membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian, memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatannya, menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu dan melatih kemandirian anak. Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sesuai dengan tahap perkembangan dan kapasitasnya (Lie, 2004). Suyati (2011) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kemandirian dan prestasi belajar. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemandirian adalah salah satu faktor penting bagi keberhasilan belajar siswa. Upaya untuk mengetahui adakah hasil yang diperoleh dari mengikuti program bimbingan belajar bagi siswa tentu saja merupakan hal yang penting untuk ditelusuri lebih dalam. Bukan

3 3 hanya yang berkaitan dengan prestasi siswa, namun faktor penting lain yang juga harus diperhatikan yaitu kemandirian. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat perbedaan kemandirian siswa sekolah dasar ditinjau dari keikutsertaan dalam bimbingan belajar. LANDASAN TEORI Kemandirian berasal dari kata dasar diri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan self, merupakan inti dari kemandirian. Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu. Individu yang memiliki kemandirian tinggi relatif mampu menghadapi segala permasalahan karena tidak tergantung pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada (Mohammad, 2004). Kemandirian merujuk kepada kemampuan individu untuk berpikir, merasakan dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri (Russel & Bakken, 2002). Siswa sering dihadapkan pada permasalahan yang menuntut siswa untuk mandiri dan menghasilkan suatu keputusan yang baik. Steinberg (Russel & Bakken, 2002) menyebutkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu: a. Kemandirian emosi (Emotional Autonomy) Kemandirian emosional berhubungan dengan emosi, perasaan personal dan bagaimana kita berhubungan dengan orang di sekitar kita. Aspek emosional menekankan pada kemampuan individu untuk melepaskan diri dari ketergantungan orangtua dalam pemenuhan kebutuhan dasar mereka. Terdapat 4 aspek kemandirian emosional, yaitu: 1) Kemampuan melakukan de-idealized terhadap orangtua. Individu harus mampu memahami bahwa tidak ada orang yang sempurna atau ideal, termasuk orangtua

4 4 mereka. Hal ini membuat individu mampu mandiri dengan tidak lagi bergantung ada orangtua mereka. 2) Kemampuan memandang parent as people atau orangtua selayaknya orang pada umumnya. Kemampuan ini menjadikan individu mampu berinteraksi dengan orangtua mereka, bukan sebagai hubungan antar anak dan orangtua saja, namun berinteraksi sebagai dua individu. 3) Non-dependency atau suatu derajat dimana individu bergantung kepada dirinya sendiri, bukan kepada orang lain maupun orangtua mereka. Individu mampu mengontrol emosi dan mampu menunda keinginan untuk meminta dukungan emosional dari sekitarnya. 4) Individuated atau individualisasi. Individu mampu melihat perbedaan pandangan dengan orangtuanya namun mampu memunculkan perilaku bertanggung jawab. b. Kemandirian bertindak (Behavioral Autonomy) Kemandirian berperilaku merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dam mengambil keputusan. Saran dan nasehat dari orang lain yang menurutnya sesuai dijadikan sebagai perbandingan dan alternatif untuk dipertimbangkan dalam mengambil keputusan. Kemampuan berperilaku juga ditunjukkan dengan kemampuan mengambil tindakan setelah pengambilan keputusan. Terdapat 3 aspek kemandirian perilaku yaitu: 1) Kemampuan mengambil keputusan: a) Menyadari resiko dari perilakunya. b) Memilih alternatif pemecahan masalah berdasarkan pertimbangan sendiri dan orang lain. c) Bertanggung jawab akan konsekuensi dari keputusan yang diambil.

5 5 2) Memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain: a) Tidak mudah terpengaruh situasi yang menuntut konformitas. b) Tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orangtua dalam mengambil keputusan. c) Memasuki kelompok sosial tanpa tekanan. 3) Memiliki rasa percaya diri (self reliance): a) Merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan di sekolah. b) Merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan di sekolah. c) Merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya. d) Berani mengemukakan ide atau gagasan. c. Kemandirian nilai (Value Autonomy) Kemandirian nilai berarti individu memiliki sikap mandiri dan kepercayaan terhadap spiritualitas, politik dan moral. Kemandirian nilai pada individu muda berarti mereka mampu mendapatkan kesimpulan dari nilai-nilai mengenai benar dan salah, kewajiban dan hak, penting atau tidak penting sesuai prinsip mereka dan tidak hanya menerima dan mengikuti nilai dari teman sebaya. Individu mampu menolak tekanan untuk mengikuti tekanan orang lain tentang perbedaan keyakinan (belief) dan nilai. Terdapat 3 aspek perkembangan kemandirian nilai, yaitu: 1) Keyakinan akan nilai-nilai abstrak (abstract belief) 2) Nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat prinsip (Principle belief): a) Berpikir sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai.

6 6 b) Bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggung jawabkan dalam bidang nilai. c) Bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri. 3) Keyakinan akan nilai-nilai semakin terbentuk dalam diri individu bukan hanya dari sistem nilai yang diberikan orangtua atau orang dewasa lainnya (independent belief): a) Individu mulai mengevaluasi keyakinan dan nilai-nilai yang diterima dari orang lain b) Berpikir sesuai dengan keyakinan sendiri c) Bertingkah laku sesuai dengan keyakinan sendiri Kemandirian merupakan salah satu faktor yang dapat membantu siswa dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelajar. Siswa belajar tanggung jawab, mampu mengutarakan pendapat dan tidak bergantung pada orang lain. Pertumbuhan kemandirian pada siswa tidak hanya diperlukan dalam mengambil keputusan yang sehat, tetapi juga penting dalam pertumbuhan kepercayaan diri siswa akan dirinya (self) dan juga kepercayaan dirinya dalam hubungannya dengan orang lain. Perkembangan kemandirian terjadi secara bertahap mengikuti perkembangan fisik, psikis dan kognitif individu tersebut. Menjelang akhir masa anak-anak, terjadi perubahan lingkungan yang lebih besar sehingga anak dituntut untuk beradaptasi dengan baik. Tugas pihak-pihak yang terkait dengan anak adalah membimbing agar perkembangan fisik, psikis dan kognitif tersebut bergerak ke arah yang positif. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian anak menurut Basri (2000), yaitu faktor internal: (a) bakat, (b) potensi, (c) intelektual dan (d) potensi pertumbuhan tubuhnya;

7 7 dan faktor eksternal: (a) Lingkungan keluarga, (b) teman sebaya, (c) nilai masyarakat, (d) kebiasaan hidup, (e) kebudayaan (f) pola asuh orangtua. Kemdikbud (2003) dalam situs resminya menjelaskan bahwa Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni Sekolah Dasar (atau sederajat) 6 tahun dan Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat) 3 tahun. Menurut Santrock (2007), anak pada usia ini disebut dengan masa kanak-kanak tengah (middle childhood). Perkembangan kritis pada bidang sosial dan emosional terjadi pada usia 6-12 tahun. Ini menyatakan bahwa periode anak masa sekolah merupakan periode perkembangan kritis. Perkembangan anak meliputi perkembangan fisik, kognitif dan juga perkembangan sosioemosianl. Erikson (2010) menyatakan bahwa pada usia masa kanak-kanak tengah terjadi perkembangan pada tahap industry vs inferiority. Industry bisa diartikan sebagai rajin, kebiasaan, pekerjaan atau kerajinan. Tahapan ini merujuk kepada kemampuan anak untuk melakukan regulasi diri, sesuai tahapan perkembangan, sebagai salah satu kecakapan (skill), dan kemampuan untuk melakukan sesuatu secara teratur dengan baik. Ketidakmampuan anak untuk melakukan industry, akan menimbulkan inferiority atau rasa rendah diri. Pada masa awal hingga akhir anak-anak, perkembangan terfokus ke dalam diri individu yang kemudian berpengaruh pada kehidupan sosialnya. Pusat kehidupan anak bukan lagi hanya orang tua dan keluarga di rumah, namun bertambah hingga ke lingkungan sekolah. Anak mulai menjadikan teman sebaya

8 8 sebagai tolak ukur kegiatan dan kode moral mereka sehari-hari. Pencapaian perkembangan anak pada tahap industri merupakan kemajuan perkembangan yang sangat penting bagi kemandirian individu usia sekolah. Masa kanak-kanak tengah juga berarti masa berkelompok. Minat dan kegiatan anak berpusat pada kegiatan dengan teman sebaya mereka, anak ingin menjadi bagian dan ingin menyesuaikan diri dengan kelompok. Pada masa ini, sebagian besar anak mengembangkan kode moral yang dipengaruhi oleh standar moral kelompoknya. Agar dapat melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan yang ada ada diri anak dan perubahan yang terjadi di lingkungannya, anak harus mampu menyelesaikan berbagai tugas perkembangan anak. Salah satu tugas perkembangan anak pada fase kanak-kanak tengah adalah kemampuan untuk memulai regulasi perilaku pada susunan waktu yang berbeda (Mu tadin, 2002). Beberapa tugas perkembangan lainnya yaitu mengembangkan hati nurani, moral dan tingkatan nilai serta mampu mengutarakan ide dan ekspresi dari keinginan atau perasaan (Eagle, 2006). Tiga tugas perkembangan ini erat kaitannya dengan perkembangan kemandirian pada siswa sekolah dasar. Menurut teori yang dikemukakan oleh Lev Vygotsky (Santrock, 2007) dan konsepnya mengenai perkembangan kognitif anak khususnya pengajaran, terdapat Zone Proximal Developmental (ZPD). ZPD adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai anak seorang diri namun dapat dipelajari dengan bantuan atau bimbingan orang dewasa atau anak yang lebih terlatih. Oleh karena itu batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri dan batas atas ZPD adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak dengan bantuan instruktur. ZPD menangkap keahlian kognitif anak yang sedang berada dalam proses kedewasaan dan dapat disempurnakan dengan bantuan orang yang lebih ahli.

9 9 Vygotsky menyatakan bahwa dialog dan pertisipasi siswa membuat siswa mampu belajar tidak hanya dari materi yang diberikan guru namun juga belajar dari lingkungannya. Hal ini membuat anak lebih percaya diri akan kemampuannya dan lebih mandiri dalam belajar (Santrock, 2007). Beberapa pendapat mengatakan bahwa beberapa anak mungkin menjadi malas dan mengharapkan bantuan dari orang dewasa meskipun mereka telah mampu melakukan sesuatu secara mandiri. Bowlby (1956) menyatakan dalam jurnalnya bahwa anak yang terus menerus dalam pengawasan orangtua atau orang dewasa akan menunjukkan sikap babyish atau kekanakkanakan. Mendukung pernyataan Bowlby (1956), hasil penelitian Islam (2003) mengenai siswa dan kontribusi orangtua dalam belajar di rumah menemukan adanya indikasi anak bersikap manja terhadap orangtua yang membantu atau menemani mereka ketika belajar, namun ternyata anak lebih memperhatikan pelajaran. Namun, hasil penelitian dari Islam (2003) juga menjabarkan bahwa terdapat beberapa kelebihan yang didapat oleh siswa yang belajar di rumah atau dibimbing langsung oleh orangtua mereka antara lain situasi rumah yang lebih kondusif untuk belajar dan munculnya perasaan lebih diperhatikan oleh orangtua. Kedua hal tersebut memunculkan sikap belajar dan kepercayaan diri yang lebih baik pada siswa. Kepercayaan diri akan membantu anak memunculkan sikap pengandalan diri (self reliance) dan menumbuhkan sikap mandiri pada siswa. Bimbingan belajar dinilai membuat anak terbiasa mendapatkan bantuan dan tidak terbiasa untuk membuat keputusan sendiri. Anak terbiasa langsung menanyakan tugas kepada instruktur bimbingan belajar dan menyalin tanpa menganalisa terlebih dahulu. Bantuan yang diberikan oleh

10 10 bimbingan belajar pada akhirnya hanya memindahkan ketergantungan anak dari orangtua dan guru kepada instruktur bimbingan belajar (Pabelan Pos, 2008). Usia siswa sekolah dasar merupakan masa pertumbuhan kritis, sehingga akan sangat membantu apabila pihak orangtua dan sekolah mau mengajak siswa belajar berdiskusi dan melibatkan siswa mengenai program belajar yang cocok bagi masing-masing individu. Tanggung jawab ini adalah milik seluruh pihak yang terkait dengan siswa tersebut, bukan hanya tanggung jawab lembaga bimbingan belajar. Lembaga bimbingan belajar berfungsi sebagai wadah bagi siswa untuk mendalami materi pelajaran dan mendapatkan prestasi di sekolah dengan lebih baik. Bimbingan itupun sebaiknya diberikan tidak hanya untuk mengaya materi pelajaran, tetapi juga membantu meningkatkan percaya diri dan kemandirian anak. Bimbingan yang diberikan oleh instuktur secara terus menerus membuat anak terbiasa dibantu dan tergantung. Ketergantungan yang muncul pada siswa tampak dari cara pengambilan keputusan, sudut pandang dan sikap sehari-hari. Siswa yang rata-rata masih bergantung secara emosional, behavioral dan nilai terhadap orang dewasa masih beranggapan bahwa segala keputusan mengenai dirinya ditentukan oleh orang lain, baik orang yang lebih dewasa maupun teman sebaya yang berpengaruh. Sementara siswa yang rata-rata menunjukkan ketergantungan emosional, behavioral dan nilai yang lebih sedikit sudah mulai mampu memandang bahwa keputusan mengenai dirinya dapat ditentukan oleh diri sendiri. Bantuan saran maupun diskusi dengan orang dewasa berfungsi sebagai alternatif pilihan, teman sebaya dan konformitas tidak memiliki kekuatan atas pengambilan keputusan tersebut.

11 11 METODE PENEITIAN Partisipan dan Desain Penelitian Peneliti membuat rancangan penelitian dengan menggunakan metode non-probability dengan teknik sampling jenuh. Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel dikarenakan jumlah populasi relatif kecil (Sugiyono, 2012). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ysng ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Siswa sekolah dasar SDK Corjesu Malang kelas 4, 5, 6 dengan total sebanyak 190 siswa. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini membandingkan satu variabel pada dua sampel yang berbeda. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner (Sugiyono, 2012). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas (X1) adalah siswa sekolah dasar yang mengikuti bimbingan belajar. Variabel bebas (X2) adalah siswa sekolah dasar yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Variabel terikat adalah variabel yang dibandingkan untuk mengetahui besarnya hubungan dengan variabel bebas. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kemandirian.

12 12 Alat Ukur dan Prosedur Penelitian Aspek yang diukur dalam kuisioner penelitian ini adalah aspek kemandirian yaitu kemandirian emosional, kemandirian behavioral dan kemandirian nilai (Russel & Bakken, 2010). Sebelum kuisioner penelitian digunakan, peneliti melakukan uji coba alat ukur yang bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Uji coba alat ukur pada variabel kemandirian dilakukan dengan jumlah 50 aitem pernyataan pada 35 subjek. Hasil perhitungan uji coba validitas menggunakan teknik corrected item-total correlations pada perangkat SPSS menyatakan 27 aitem gugur dan 23 aitem dinyatakan lolos uji validitas. Aitem yang gugur tidak disertakan dalam kuisioner. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan alpha cronbach menunjukkan skor Aitem yang dinyatakan lolos disertakan dalam kuisioner yang kemudian disebar untuk mendapatkan data subjek mengenai aspek kemandirian. Dilakukan uji asumsi untuk mengetahui normalitas dan homogenitas sebaran data. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji One-sample Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujiannya adalah nilai signifikansi p = < 5%. Hasil uji normalitas Kemandirian Siswa yang tidak mengikuti bimbel adalah dan siswa yang mengikuti bimbel adalah Keduanya memiliki nilai > 0.05 maka kedua data tersebut dinyatakan normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan metode uji Lavene menggunakan perangkat SPSS didapatkan nilai dan dapat dikatakan bahwa alat ukur lolos uji homogenitas. Selanjutnya data dianalisa menggunakan teknik independent t-test untuk mengetahui perbedaan mean dari dua kelompok.

13 13 HASIL Berdasarkan pengolahan menggunakan perangkat lunak SPSS, hasil dan deskripsi data untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Tabel 1. Deskripsi Data Data Kemandirian Siswa Mengikuti Bimbel Tidak Mengikuti Bimbel Jumlah Sampel Nilai Minimal Nilai Maksimal Nilai Mean Nilai Standar Deviasi Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 190 jumlah sampel, sebanyak 108 siswa mengikuti bimbingan belajar dan sebanyak 82 siswa tidak mengikuti bimbingan belajar. Variabel kemandirian siswa yang mengikuti bimbingan belajar memiliki nilai minimal 56, nilai maksimal 74, nilai mean , dan nilai standar deviasi Variabel kemandirian siswa yang tidak mengiktui bimbingan belajar memiliki nilai minimal 58, nilai maksimal 77, nilai mean dan nilai standar deviasi Pada pengamatan Kemandirian Siswa didapatkan t-hitung sebesar dengan nilai signifikansi p = ( p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara siswa yang mengikuti bimbingan belajar dan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Nilai signifikansi p = (p = < 0.05 ) menjelaskan perbedaan antara kedua kelompok tersebut, atau dengan kata lain yaitu tingkat kepercayaan dalam menyatakan perbedaan antara kedua kelompok tersebut adalah sebesar 97.9%.

14 14 Mean kemandirian siswa yang mengikuti bimbingan belajar adalah dan mean kemandirian siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar adalah Hal ini menunjukkan bahwa mean kemandirian siswa yang mengikuti bimbingan belajar lebih rendah daripada siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Berdasarkan data yang diperoleh dari alat ukur, skor aitem alat ukur tertinggi dengan nilai 685 diraih oleh aitem nomer 19 yaitu aitem mengenai pemilihan ekstrakurikuler dimana sebagian besar siswa SDK Corjesu telah memilih ekstrakurikuler berdasarkan keinginan sendiri. Aitem nomer 19 mewakili aspek kemandirian dimensi perilaku. Indikator dari dimensi ini adalah kemampuan siswa dalam mengambil keputusan, memiliki kekuatan terhadap pihak lain dan memiliki rasa percaya diri (self reliance). Sementara skor aitem nilai terendah adalah 252 diraih oleh aitem nomer 23 mengenai pandangan mereka terhadap orangtua. Aitem nomer 23 mewakili aspek kemandirian dimensi nilai (value). Indikator dari dimensi nilai adalah keyakinan nilai-nilai individu dan prinsipil. Hampir seluruh siswa beranggapan bahwa orangtua mampu memilihkan masa depan yang paling baik bagi mereka. Secara garis besar, kapasitas kemandirian siswa sekolah dasar dapat dilihat dari skor aitem tertinggi dan terendah pada alat ukur. Siswa sekolah dasar telah mampu mengambil keputusan-keputusan sederhana dalam hidup, contohnya dalam memutuskan ekstrakurikuler sesuai minat dan keinginannya sendiri. Sebagian besar siswa sekolah dasar berpendapat bahwa orangtua mampu memilihkan masa depan yang paling baik bagi mereka.

15 15 DISKUSI Berdasarkan hasil uji hipotesis, skor mean kemandirian siswa Sekolah Dasar yang tidak mengikuti bimbingan belajar lebih tinggi dibandingkan skor mean kemandirian siswa sekolah dasar yang mengikuti bimbingan belajar. Maka dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan kemandirian yang signifikan antara kedua kelompok tersebut dimana siswa Sekolah Dasar yang tidak mengikuti bimbingan belajar ( ) memiliki sikap kemandirian yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan siswa sekolah dasar yang mengikuti bimbingan belajar ( ). Hal ini terlihat dari hasil perbandingan skor kemandirian siswa SD yang mengikuti dan tidak mengikuti bimbingan belajar. Siswa SD yang mengikuti bimbingan belajar memiliki hasil skor kemandirian yang lebih rendah dibanding skor kemandirian siswa SD yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Berdasarkan hasil analisis perbedaan kemandirian siswa sekolah dasar ditinjau dari keikutsertaan dalam bimbingan belajar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada perbedaan kemandirian antara siswa sekolah dasar yang mengikuti bimbingan belajar dengan yang tidak mengikuti bimbingan belajar dapat diterima. Kedua, berdasarkan hasil analisa, terdapat perbedaan kemandirian yang nyata antara siswa yang mengikuti bimbingan belajar ( ) dan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar ( ). Nilai t hitung (2.326) lebih besar dari t tabel (1.973) atau nilai signifikansi (0.021) lebih kecil dari alpha 5% (0.050) menjadikan perbedaan kedua kelompok tersebut sebesar 97.9%.

16 16 Ketiga, siswa yang terbiasa mendapatkan bantuan dari instruktur bimbingan belajar menunjukkan sikap kemandirian yang lebih sedikit dibandingkan siswa yang belajar sendiri dan mendapatkan bantuan belajar dari anggota keluarga. Berdasarkan kondisi dan situasi pada saat penelitian ini dilakukan, penulis menemuan adanya beberapa keterbatasan. Perbedaan standar kemandirian yang ada pada tiap sekolah adalah salah satunya, sehingga alat ukur yang dibuat pada penelitian ini mengikuti budaya sekolah di lokasi penelitian lapangan. Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah masih belum adanya standar kemandirian bagi siswa sekolah dasar secara umum, sehingga hasil pengukuran mungkin tidak sama apabila diterapkan pada siswa sekolah dasar dengan budaya sekolah yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Basri, H. (2000). Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Solusinya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bowlby, J. (1956). The Growth of Independence in the Young Child. Royal Society of Health Journal, 76, Diakses pada 17 September 2013 dari Eagle, M. (2006). The Developing World of the Children. Britain: Athenaeum Press Erikson, H. E. (2010). Childhood and Society.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Islam, H. M. (2003). Kontribusi Bimbingan Belajar Ibu Rumah Tangga Dalam Mendukung Peningkatan Mutu Pendidikan di Sidoarjo. Diakses pada 2 Januari 2014 dari Kemdikbud. (2003). diakses pada 11 September 2013

17 17 Lie, A. (2004). 101 cara membina kemandirian dan tanggung jawab anak. Jakarta: PT Elek Media Komputindo. Mustikawan, A. (2006). Efektivitas Bimbingan Belajar dalam Bimbingan dan Konseling di Madrasah. Diakses pada 18 Desember 2013 dari Mu tadin, Z. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi Pada Remaja. Diakses pada 11 September 2013 dari Pabelan Pos. (2008). Diakses pada 11 September 2013 Russel, S. & Bakken, R. J. (2002). Development of Autonomy in Adolescence. University of Nebraska-Lincoln Extension, Institute of Agriculture and Natural Resources. Diakses pada 1 Oktober 2013 dari Santrock, J. W. (2007). Child Development. Erlangga: Jakarta Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV Alfaberta. Sukardi, D. K. (2002). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Alfabeta. Suyati. (2011). Pengaruh Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Diakses pada 11 September 2013 dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas meliputi kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN Perbedaan Keterampilan Sosial (Afrian Budiarto) 512 PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN DIFFERENCE SOCIAL SKILLS STUDENTS ACTIVE AND PASSSIVE

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era kompetitif ini, Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Edwina Renaganis Rosida 1, Tri Puji Astuti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh REMILDA TRINORA RISWANDI ERNI MUSTAKIM

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh REMILDA TRINORA RISWANDI ERNI MUSTAKIM 1 HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL Oleh REMILDA TRINORA RISWANDI ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik untuk mendapatkan pengetahuan ataupun dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA 1 HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan ilmiah didisain untuk menjawab pertanyaan penelitian atau hipotesis secara

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Perbedaan Kemnadirian Belajar (Fitri Sulistyowati) 1 PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Fitri Sulistyowati NIM 08104244024

Lebih terperinci

Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta Kata kunci: Persepsi profesi bidan, prestasi belajar Asuhan Kebidanan II

Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta   Kata kunci: Persepsi profesi bidan, prestasi belajar Asuhan Kebidanan II KORELASI PERSEPSI MAHASISWA PROFESI BIDAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2014 Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING 1 PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING Shella Rahmi Putri (shellarahmi@yahoo.co.id) Dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS Saryatun, Ranto, Danar Susilo Wijayanto Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN METODE BERBASIS PENGALAMAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA ISLAM YMI WONOPRINGGO

KEEFEKTIFAN METODE BERBASIS PENGALAMAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA ISLAM YMI WONOPRINGGO KEEFEKTIFAN METODE BERBASIS PENGALAMAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA ISLAM YMI WONOPRINGGO Hanindya Restu Aulia PBSI Unikal ABSTRAK This study aims to prove the existence of

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan (Sumadi Suryabrata, 000:

Lebih terperinci

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016 1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016 PERBEDAAN PARTISIPASI SISWA KELAS X ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL EVERYONE IS A TEACHER HERE DENGAN YANG MENGGUNAKAN TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAYU ADHY TAMA K

BAYU ADHY TAMA K PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN SISWA KELAS X SMA NEGERI PUNUNG TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL Oleh: BAYU ADHY TAMA K3109019

Lebih terperinci

PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KELAS X MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KELAS X MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KELAS X MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK Tri Oktha Ayu Evita (triokthaayuevita@rocketmail.com) 1 Muswardi Rosra2 Shinta Mayasari3 ABSTRACT This research aim was to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KOMPARASI HASIL BELAJAR MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA ANTARA LULUSAN SMA DENGAN SMK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M. GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA 12-15 TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.PSI 1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK Kemandirian

Lebih terperinci

PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN

PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN (Penelitian Pada Siswa Kelas X SMA Negeri Punung Kabupaten Pacitan Tahun Ajaran 2013/2014)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Subyek Penelitian Gambaran umum subjek penelitian ini diperoleh dari data yang diisi responden, yaitu inisial, usia, jenis kelamin responden,

Lebih terperinci

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE 1 Prof. Dr. Mudjiran, MS.Kons. Dosen Bimbingan dan Konseling, UNP Padang Email: mudjiran.01@yahoo.com Abstract The research

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA PENGARUH PENGELOLAAN KELAS DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Anisa Nabilasari, Purwati Kuswarini Suprapto, Diana Hernawati

Anisa Nabilasari, Purwati Kuswarini Suprapto, Diana Hernawati PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DENGAN GROUP INVESTIGATION PADA SUB KONSEP SISTEM PENCERNAAN MANUSIA (The Differences Between Students Achievement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung yang bertempat di Jl. Kopo Sayati No. 337 Margahayu Bandung 40228. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS

ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS 1 ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS by Yuda Ardi Saputra *, Erni Mustakim **, Syaifuddin Latif *** Bandar Lampung City Email: Yudaardisaputra@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Pudyastuti Widhasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN PROBLEM POSING DAN PROBLEM SOLVING MEMPERHATIKAN EQ

EFEKTIVITAS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN PROBLEM POSING DAN PROBLEM SOLVING MEMPERHATIKAN EQ EFEKTIVITAS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN PROBLEM POSING DAN PROBLEM SOLVING MEMPERHATIKAN EQ Defryana Eka Susanti, Eddy Purnomo, Nurdin Pendidikan Ekonomi P. IPS FKIP Unila Jalan Prof. Dr.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK Umi Chasanah (miu_mutzz44@yahoo.com) Syaifuddin Latif Shinta Mayasari ABSTRACT

Lebih terperinci

Bab 4. Hasil Penelitian Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. belajar dan self regulation yaitu siswa yang berjenis kelamin

Bab 4. Hasil Penelitian Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. belajar dan self regulation yaitu siswa yang berjenis kelamin Bab 4 Hasil Penelitian 4.1 Gambaran profil subjek 4.1.1 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin Subjek yang ikut mengisi kuesioner penelitian motivasi belajar dan self regulation yaitu siswa

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DAN STAD MEMPERHATIKAN MOTIVASI

HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DAN STAD MEMPERHATIKAN MOTIVASI HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DAN STAD MEMPERHATIKAN MOTIVASI Isra Selvy Rolina, Pujiati, Nurdin Pendidikan Ekonomi P.IPS FKIP Unila Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

THE DIFFERENCES OF SOCIAL VALUES OF THE STUDENTS WHO PARTICIPATE SPORTS AND NON SPORTS EXTRACURRICULAR AT STATE HIGH SCHOOL 1 IMOGIRI BANTUL

THE DIFFERENCES OF SOCIAL VALUES OF THE STUDENTS WHO PARTICIPATE SPORTS AND NON SPORTS EXTRACURRICULAR AT STATE HIGH SCHOOL 1 IMOGIRI BANTUL PERBEDAAN NILAI-NILAI SOSIAL PADA PESERTA DIDIK YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DENGAN PESERTA DIDIK YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER NON OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL Oleh Eko Dwi Purnomo

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat. 0 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian komparatif. Menurut Sugiyono (006) penelitian komparatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: Variabel independent : motivasi kerja (X 1 ) dan sikap karyawan (X 2 ) Variabel dependent

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN GURU SEKOLAH DASAR DENGAN SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA (JURNAL) Oleh DEDI SUPARMAN ROCHMIYATI SUGIYANTO

HUBUNGAN PERANAN GURU SEKOLAH DASAR DENGAN SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA (JURNAL) Oleh DEDI SUPARMAN ROCHMIYATI SUGIYANTO HUBUNGAN PERANAN GURU SEKOLAH DASAR DENGAN SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA (JURNAL) Oleh DEDI SUPARMAN ROCHMIYATI SUGIYANTO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2015 2 HALAMAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD Wiwit Wiarti (wiwitwiarti@yahoo.co.id) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingasih 3 ABSTRACT The purpose in this

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Variabel tergantung Variabel bebas : Empati : Bermain peran (roleplay) B. Definisi Operasional 1.

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui informasi yang dapat menjelaskan mengenai gambaran kemandirian remaja bungsu SMA Negeri X di Bandung berdasarkan tiga aspek kemandirian Steinberg (2002),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif. Menurut Babby (1995), yang dimaksud rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul studi deskriptif mengenai behavioral autonomy dalam proses belajar pada siswa kelas akselerasi SMAN X di Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelititan ini dilakukan untuk mengetahui derajat kemandirian emosional pada siswi SMA yang tinggal di asrama X Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan penelitian Penelitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

Diskusi untuk Meningkatkan Kemandirian Pengambilan Keputusan Karier Peserta Didik SMK

Diskusi untuk Meningkatkan Kemandirian Pengambilan Keputusan Karier Peserta Didik SMK CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling First Published Vol 3 (1) December 2015 CONSILIUM Diskusi untuk Meningkatkan Kemandirian Pengambilan Keputusan Karier Peserta Didik SMK Rani Indri

Lebih terperinci

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X PENGARUH MODEL KOOPERATIPE BAMBOO DANCING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI SISWA SMP Maisuri Hardani Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia maisurihardani@student.upi.edu ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian. Subjek dalam penelitian ini melibatkan santri di pondok pesantren As-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian. Subjek dalam penelitian ini melibatkan santri di pondok pesantren As- 62 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini melibatkan santri di pondok pesantren As- Syafi iyah yang menempuh pendidikan ditingkat Madrasah Aliyah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN 1. Defenisi Kemandirian Menurut Steinberg (2002) kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertingkah laku secara seorang diri. Steinberg (2006) juga menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (Poerwanti, 2000:32) yaitu data penelitiannya bersifat numerik yang berupa gejala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah 20 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA 70 Regulasi Diri Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 83 Jakarta Utara REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA Nurhasanah 1 Moch. Dimyati, M.Pd 2 Dra. Meithy

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN MOTIF AFILIASI PADA SISWA KELAS X TEKNIK ELEKTONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN MOTIF AFILIASI PADA SISWA KELAS X TEKNIK ELEKTONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN MOTIF AFILIASI PADA SISWA KELAS X TEKNIK ELEKTONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 Oleh : KURNIA WATI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN PRESTASI MAHASISWA Menik Sri Daryanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta E-mail:meniksridaryanti@gmail.com Abstract: This study aimed to analyze the relationship between the learning

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DIPADU DENGAN EKSPERIMEN TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: AGASTA IKA WULANSARI

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH 10508075 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mahasiswa Tingkat

Lebih terperinci

Ani Widyastuti PGSD Universitas PGRI Yogyakarta Abstrak

Ani Widyastuti PGSD Universitas PGRI Yogyakarta   Abstrak EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD BAKALAN SEWON BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016 Ani Widyastuti PGSD Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA 1 MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA Fatwa Mustika Adji (fatwamustikaadji@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingsih 3 ABSTRACT The objective

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR Sri Wahyuni (sriwah@yahoo.co.id) 1 Muswardi Rosra 2 Shinta Mayasari 3 ABSTRACT The aims

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angkaangka, mulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Tempat penelitian Metode penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Suharsini Arikunto (1998) menyatakan bahwa penelitian korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL Oleh RENANTI WIDYA DARA NAZARUDDIN WAHAB ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Perbedaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat... (Celien Mamengki)

Perbedaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat... (Celien Mamengki) PERBEDAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN BANTUL ANTARA YANG MELAKSANAKAN PROGRAM UKS DENGAN YANG TIDAK MELAKSANAKAN PROGRAM UKS THE DIFFERENCES OF SANITARIAN

Lebih terperinci

PRESTASI BELAJAR IPA

PRESTASI BELAJAR IPA PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA Lastian Dwi Hastuti Disusun bersama: Drs. Veator Renyaan, M.Pd. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sarjawiyata Tamansiswa

Lebih terperinci

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO) Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Karena angka tersebut

Lebih terperinci

Oleh: MUHAMMAD DZIKRI ZUFRIANSYAH A

Oleh: MUHAMMAD DZIKRI ZUFRIANSYAH A KREATIVITAS BELAJAR MAHASISWA DITINJAU DARI PENGGUNAAN MEDIA INTERNET DAN BUKU AJAR DALAM MATA KULIAH AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI FKIP-UMS ANGKATAN TAHUN 2015/2016 Disusun

Lebih terperinci

Citra Passa Hartadi 1 Syarifuddin Dahlan 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT

Citra Passa Hartadi 1 Syarifuddin Dahlan 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT PENGGUNAAN IEKAD DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MEMBANTU SISWA MEMAHAMI RENCANA PILIHAN KARIR Citra Passa Hartadi (cici.dinda@yahoo.com) 1 Syarifuddin Dahlan 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The purpose of

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMANDIRIAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SEWON BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN KEMANDIRIAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SEWON BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN KEMANDIRIAN DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SEWON BANTUL YOGYAKARTA Rumswasti Dhaneswari rumswastid@gmail.com Prodi PKK FKIP UST Abstrak Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh HAMDA WARA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh HAMDA WARA PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI (Jurnal) Oleh HAMDA WARA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS 3 JURUSAN TATA BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH SRI DEFI MUSTIKA

MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS 3 JURUSAN TATA BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH SRI DEFI MUSTIKA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS 3 JURUSAN TATA BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH SRI DEFI MUSTIKA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda periode Maret 2013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. perorangan, akan tetapi lembaga pendidikan ini adalah milik masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN. perorangan, akan tetapi lembaga pendidikan ini adalah milik masyarakat. 62 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mengarah terhadap pembentukan generasi bangsa yang berakhalaqul

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI ORANG TUA PADA PROGRAM PARENTING EDUCATION DENGAN PENGASUHAN ANAK USIA DINI DI UPTD SKB CERME KABUPATEN GRESIK.

HUBUNGAN PERSEPSI ORANG TUA PADA PROGRAM PARENTING EDUCATION DENGAN PENGASUHAN ANAK USIA DINI DI UPTD SKB CERME KABUPATEN GRESIK. HUBUNGAN PERSEPSI ORANG TUA PADA PROGRAM PARENTING EDUCATION DENGAN PENGASUHAN ANAK USIA DINI DI UPTD SKB CERME KABUPATEN GRESIK Rizki Dwi Antari Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Iilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci