BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak Konsumsi Lemak Lemak merupakan sumber makanan kaya energi kedua bagi manusia. Konsumsi lemak dunia berkisar antara 10 45% dari total energi (Trugo & Torres, 2003). Trigliserida menjadi bahan lemak yang memiliki kemudahan dicerna paling tinggi dan mengandung energi yang tertinggi pula (9 kkal/gram). Penggolongan lemak dapat dilihat pada Gambar 2.1. LIPID JENUH TAK JENUH TUNGGAL TAK JENUH JAMAK mega 9 mega 6 mega 3 Rantai menengah C6-C12 Minyak inti kelapa Babassu Kelapa Cohune Minyak inti sawit Tocum MCT Rantai panjang C14-C24 Lemak coklat Lemak susu Gemuk Tallow Sawit Stearat Kaya oleat Zaitun Kanola Safflower (hibrid) Bunga matahari (hibrid) Kaya linoleat Jagung Kapas Kedelai Safflower (reguler) Bunga matahari (reguler) Minyak γ-asam linolenat Black-currant Borage Primrose Kaya linolenat Minyak ikan Salmon Makarel Tuna Trigliserida rantai panjang Gambar 2.1 Penggolongan lemak Sumber : JP. Kennedy (1991) Gambar 2.2 Asam lemak jenuh : asam stearat Gambar 2.3 Asam lemak tak jenuh : asam oleat B

2 Konsumsi lemak biasa ditunjukkan dalam persentase energi dalam makanan (en%). Konsumsi lemak yang disarankan bagi orang yang kelebihan berat badan adalah 30- en%, sedangkan untuk orang yang aktif disarankan 35-en%. Konsumsi lemak perlu dibatasi karena konsumsi berlebihan dapat mengakibatkan obesitas dan penyakit kronis. Lemak memiliki cita rasa yang dapat membangkitkan selera makan sehingga orang kesulitan mengontrol asupan lemak. Untuk mengatasi hal tersebut telah banyak dilakukan penelitian mengenai berbagai produk pengganti lemak yang lebih sehat dan rendah kalori namun memiliki cita rasa lemak Beberapa Produk Pengganti Lemak Beberapa pengganti lemak yang dikembangkan di antaranya adalah sebagai berikut : a. Pengganti lemak berbasis protein. Salah satu pengganti lemak berbasis protein, Simplesse, pertama kali diperkenalkan pada Januari 1988 oleh perusahaan Nutra Sweet. Protein rendah kalori ini dibuat melalui mikropartikulasi protein susu dan putih telur yang menghasilkan partikel-partikel protein yang sangat kecil namun memiliki cita rasa seperti lemak. b. Pengganti lemak berbasis karbohidrat. Pada tahun 1971, P&G mempatenkan olestra, yaitu polimer sukrosa yang terdiri dari sukrosa dengan asam-asam lemak rantai panjang. lestra tidak dapat diserap tubuh tetapi memiliki cita rasa lemak sehingga banyak digunakan sebagai campuran dalam minyak goreng. c. Pengganti lemak sintetik. Salah satu contoh pengganti lemak sintetik adalah esterified propoxylated glycerol (EPG). EPG merupakan pengganti lemak rendah kalori yang terdiri dari kombinasi oksida propilen dengan lemak konvensional. d. Medium chain triglyceride (MCT). MCT merupakan trigliserida yang dimodifikasi sehingga memiliki gugus asam lemak rantai menengah, khususnya asam kaprilat dan kaprat. B

3 2.2 MCT Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat, permintaan terhadap produk-produk yang mengandung lemak sehat sebagai pengganti lemak konvensional makin meningkat. MCT merupakan salah satu pengganti lemak konvensional masa kini yang memiliki banyak keunggulan. Keunggulan MCT antara lain lebih mudah dicerna dan diserap sistem pencernaan, dan sangat cepat teroksidasi menjadi energi di dalam tubuh. Medium chain triglyceride (MCT) atau trigliserida rantai menengah merupakan trigliserida dengan tiga buah gugus alkil dari asam lemak jenuh rantai menengah. Asam lemak jenuh rantai menengah yang dimaksud adalah asam lemak dengan rantai karbon enam sampai dengan dua belas. Asam lemak utama yang terkandung dalam MCT komersial adalah asam kaprilat (C 8 ) dan kaprat (C 10 ), sedangkan asam kaproat (C 6 ) dan asam laurat (C 12 ) terdapat dalam jumlah sedikit. Perbandingan ester gliserol kaprilat (C 8 ) dan kaprat (C 10 ) pada MCT adalah sekitar 65 75% : 25 35%, sedangkan asam kaproat (C 6 ) dan asam laurat (C 12 ) secara akumulatif sebanyak 1 2%. Salah satu contoh produk MCT disajikan pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Produk MCT B

4 2.2.1 Struktur MCT MCT berasal dari gliserol yang kehilangan gugus-gugus hidroksil dan sebagai gantinya terdapat gugus-gugus alkil dari asam lemak rantai menengah, terutama asam kaprilat dan asam kaprat (Gambar 2.5 dan Gambar 2.6). Struktur umum MCT disajikan pada Gambar 2.7. R 1, R 2, dan R 3 merupakan gugus alkil dari asam kaprilat atau kaprat. Secara khusus, MCT memiliki enam kemungkinan struktur seperti pada Gambar 2.8. Gambar 2.5 Struktur asam kaprilat Gambar 2.6 Struktur asam kaprat Gambar 2.7 Struktur umum MCT B

5 trikaprilin trikaproin 1,3-dikaprilo-kaproin 1,2-dikaprilo-kaproin 1,2-dikapro-kaprilin 1,3-dikapro-kaprilin Gambar 2.8 Variasi struktur MCT Karakteristik MCT MCT memiliki sifat-sifat unik yang disebabkan oleh struktur kimianya. Sifat-sifat ini disebut unik karena tidak dimiliki oleh lemak konvensional maupun pelarut lain yang dipakai dalam industri pangan. Pada temperatur ruang MCT berwujud cair dan memiliki viskositas yang rendah (25-31 cp pada temperatur 20 o C). Secara fisik, MCT tidak berwarna serta memiliki rasa dan bau yang tidak terlalu kuat. Hal yang paling menarik dari MCT adalah kestabilan terhadap oksidasi yang disebabkan kandungan asam lemak dalam MCT yang jenuh (Megremis, 1991). Perbandingan stabilitas terhadap oksidasi MCT dengan beberapa minyak lemak disajikan dalam Tabel 2.1. B

6 Tabel 2.1 Stabilitas oksidasi beberapa minyak lemak Periode induksi Jenis minyak lemak (jam) Minyak ikan 0,3 Minyak biji bunga matahari 6,7 Minyak biji kedelai 11,2 Minyak biji kanola 14,7 Minyak biji bunga matahari (kaya oleat) 25,3 Minyak zaitun 27,3 Minyak biji kedelai terhidrogenasi 160 MCT 180 Metoda analisis Rancimat pada temperatur 100 o C Sumber : Megremis (1991) MCT tetap stabil meskipun berada dalam lingkungan dengan temperatur yang ekstrim. MCT akan tetap encer setelah dipanaskan hingga temperatur tinggi sedangkan minyak sayur lain akan mengalami polimerisasi yang mengakibatkan minyak mengental. Pada temperatur 0 o C, MCT juga tetap jernih dan encer sehingga tidak diperlukan pemanasan untuk dapat menggunakannya. Spesifikasi MCT yang umum ditunjukkan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Spesifikasi MCT Parameter Nilai Angka asam (Acid value) < 0,1 Angka penyabunan (Saponification value) Angka iodium (Iodine value) < 1 Angka peroksida (Peroxide value) < 1 meq / kg Kandungan air < 0,2% Viskositas (pada 20 o C) mpa.s Specific Gravity (pada 20 o C) 0,93-0,96 Sumber: Imperial Industrial Chemicals (1999) Keunggulan dan Kegunaan MCT MCT sebagai lemak sehat memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan lemak konvensional, terutama dalam hal pencernaan dan penyerapan dalam tubuh. Pencernaan dan penyerapan MCT maupun lemak konvensional dapat dilihat pada Gambar 2.9. Keunggulan MCT diantaranya : B

7 a. MCT sangat stabil terhadap oksidasi karena kandungan asam lemaknya telah jenuh sedangkan minyak konvensional pada umumnya rentan terhadap oksidasi sehingga mudah terdegradasi. b. MCT sangat cepat diabsorp oleh usus halus, seperti glukosa (Alex Merolli, 1997). MCT dapat diabsorp melalui dua cara. Cara pertama langsung diabsorp tanpa dihidrolisis sedangkan cara yang kedua melalui hidrolisis menjadi asam lemak bebas dan gliserol kemudian baru diserap usus halus. Hal ini berbeda dengan lemak konvensional yang harus dihidrolisis dahulu sebelum diserap usus halus. c. Hidrolisis MCT tidak membutuhkan enzim lipase seperti halnya hidrolisis lemak konvensional (Alex Merolli, 1997). Hal ini mempercepat penyerapan MCT dalam bentuk MCT maupun hidrolisatnya. Kemudahan hidrolisis ini menjadikan MCT sangat cocok bagi penderita sindrom malabsorpsi (kelainan pada sistem pencernaan dan penyerapan bahan gizi). d. Energi yang dihasilkan dari pembakaran MCT (8,3 kkal/gram) hampir dua kali lipat lebih besar daripada energi pembakaran glukosa (4 kkal/gram) tetapi sedikit lebih rendah daripada energi pembakaran lemak konvensional (9 kkal/gram) sehingga MCT dapat menyuplai energi yang cukup besar secara cepat. e. MCT tidak ditransportasikan melalui sistem limfatik, melainkan melalui vena porta hepatik langsung menuju hati. Dalam hati, MCT dioksidasi untuk menghasilkan energi dan tidak disimpan dalam jaringan adiposa. Hal ini sangat menguntungkan karena MCT tidak menyebabkan kegemukan. f. Asam-asam lemak rantai menengah hasil hidrolisis MCT dapat melalui membran mitokondria (organel sel tempat oksidasi lemak menjadi energi) tanpa bantuan karnitin (Babayan, 1991). Hal ini sangat menguntungkan bagi penderita defisiensi karnitin untuk dapat memperoleh pasokan energi. B

8 Sumber : Alex Merolli (1997) Gambar 2.9 Absorpsi dan metabolisme MCT dan LCT (MCFA = asam lemak rantai menengah; LCFA = asam lemak rantai panjang; MCT = trigliserida rantai menengah; MG = monogliserida; LCT = trigliserida rantai panjang) Keunggulan-keunggulan dan karakteristik unik MCT menyebabkan penggunaan MCT makin luas. Penggunaan MCT meliputi : a. Nutrisi khusus. Kemudahan MCT dalam hal pencernaan dan penyerapan membuat MCT sangat cocok dijadikan nutrisi khusus bagi balita dalam masa pertumbuhan dan penderita sindrom malabsorpsi. Selain itu, sebagai lemak sehat, MCT dipercaya dapat mengontrol penyimpanan kolesterol dalam jaringan adiposa dan menurunkan serum kolesterol dalam tubuh (Babayan, 1981). b. Suplemen berenergi tinggi. Dalam tubuh, MCT langsung diserap usus halus dan ditransportasikan ke hati untuk dibakar menjadi energi. Karena hal tersebut, MCT menjadi suplai energi yang sangat direkomendasi bagi pasien dalam masa penyembuhan dan bayi prematur. B

9 c. Pelarut rasa. MCT digunakan sebagai pelarut rasa dalam industri pangan. Hal ini disebabkan sifat MCT yang stabil terhadap oksidasi yang tinggi, viskositas yang rendah dan tidak berasa, berwarna ataupun berbau. Sifat-sifat tersebut sangat penting agar rasa yang terlarut tidak terpengaruh oleh MCT. Selain sebagai pelarut rasa, MCT juga digunakan sebagai pelarut warna, vitamin dan bahan obat-obatan. d. Pelapis bahan pangan. Dalam industri pangan, misalnya industri permen, MCT digunakan sebagai pelapis luar permen agar permen berkilau dan tidak lengket. Contoh lainnya dalam industri buah-buahan kering, MCT digunakan sebagai pelapis luar buah kering untuk menghindari buah dari kelembaban yang berlebihan Sumber MCT MCT diproduksi dari asam kaprilat dan kaprat atau ester metil kaprilat dan kaprat. Sumber bahan baku utama tersebut yang paling umum di industri MCT diperoleh dari hasil fraksionasi minyak sawit, minyak kelapa dan minyak inti sawit. Minyak biji Cuphea sp. (Gambar 2.10) juga merupakan sumber potensial MCT karena mengandung banyak asam kaprilat dan kaprat (Wilson et al, 1960). Namun pemanfaatan Cuphea sp. masih terbentur kendala dalam hal penentuan lahan yang tepat untuk perkembangan bakal buah dan pembuahan silang (Arkcoll, 1988). Komposisi asam lemak beberapa bahan pangan disajikan pada Tabel 2.3 sedangkan komposisi asam lemak beberapa spesies Cuphea sp. disajikan pada Tabel 2.4. Gambar 2.10 Cuphea sp. B

10 Tabel 2.3 Komposisi asam lemak (%-b) dalam minyak kelapa dan minyak inti sawit Asam Lemak Kelapa Inti Sawit Kaproat 0 1 tapak Kaprilat Kaprat Laurat Miristat Palmitat Stearat Sumber : Soerawidjaja (2002) Tabel 2.4 Komposisi asam lemak (%-total asam lemak) dalam beberapa spesies Cuphea sp. Asam Lemak Cuphea painteri Cuphea hookeriana Cuphea koehneana Cuphea lanceolata Kaprilat 73 65,1 0,2 87,5 Kaprat 20,4 23,7 95,3 2,1 Laurat 0,2 0,2 1 1,4 Miristat 0,3 0,2 0,3 9 Lainnya 6,1 10,9 3,2 0 Sumber : Rute Pembuatan MCT MCT dapat dibuat melalui dua rute, yaitu melalui esterifikasi asam lemak kaprat / kaprilat dengan gliserol dan transesterifikasi ester metil kaprat / kaprilat dengan gliserol. Gliserol atau gliserin (Gambar 2.11) merupakan alkohol dengan tiga buah gugus hidroksil (H). Gliserol berwujud cairan kental pada suhu ruang, tidak berwarna, dan berasa manis. Gliserol mudah larut dalam air karena ikatan hidrogen antara molekul zatzat itu dengan molekul-molekul air. Karena berasa manis dan tidak beracun, gliserol digunakan sebagai pelarut berbagai jenis obat-obatan, misalnya obat batuk. B

11 Gambar 2.11 Rumus bangun gliserol Asam lemak merupakan asam karboksilat tak bercabang dengan jumlah atom karbon genap. Gugus karboksil pada asam karboksilat mengandung sebuah gugus hidroksil dan sebuah gugus karbonil. Antaraksi kedua gugus ini menghasilkan kereaktifan kimia yang unik dari asam lemak. Ikatan hidrogen yang kuat antara molekul-molekul asam lemak menyebabkan titik didih dan titik leleh asam lemak relatif lebih tinggi Proses Transesterifikasi Ester Metil dengan Gliserol menjadi MCT Transesterifikasi adalah pertukaran bagian alkohol dari suatu ester dalam larutan asam atau basa. Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi reversibel dan beranalogi langsung dengan hidrolisis dalam asam atau basa. Karena reversibel, biasanya digunakan alkohol awal secara berlebih. Jika senyawa yang direaksikan adalah gliserol dan ester metil, maka ester yang terbentuk adalah trigliserida dan alkohol yang dihasilkan adalah metanol. Persamaan umum reaksi transesterifikasi ester metil dengan gliserol ditunjukkan dengan Gambar Jika triester gliserol (trigliserida) yang terbentuk memiliki gugus asam lemak rantai sedang (terutama kaprilat dan/atau kaprat) maka disebut MCT. R 1 C CH 3 H 2 C C R 1 CH 2 H R 2 C CH 3 CH H HC C R CH 3 H R 3 C CH 3 CH 2 H H 2 C C R 3 ester metil gliserol trigliserida metanol Gambar 2.12 Transesterifikasi ester metil dengan gliserol B

12 Transesterifikasi ester metil dengan gliserol dilakukan dengan menggunakan katalis yang bersifat basa. Dalam paten Amerika Serikat nomor 5,254,722 Peukert dkk. (1993) mengemukakan bahwa untuk memproduksi trigliserida rantai sedang maupun rantai panjang dari ester metil, katalis yang digunakan adalah senyawa alkali karbonat kering (misalnya: natrium karbonat, litium karbonat, dan kalium karbonat). Cara pembuatan yang mereka patenkan adalah dengan melarutkan katalis natrium karbonat kering ke dalam gliserol, kemudian direaksikan dengan ester metil dari asam lemak rantai sedang (misalnya asam kaprat dan asam kaprilat) dengan perbandingan mol ester metil : gliserol yaitu 1 : 0,15 hingga 1 : 0,30. Reaksi dilangsungkan pada temperatur antara 150 o C o C, tekanan dibawah tekanan atmosfer, dan keadaan anhidrat (tak ada air). Hasil yang diperoleh adalah trigliserida rantai sedang dan metanol (yang telah menguap pada temperatur o C). Setelah itu, ditambahkan ester metil yang baru agar bereaksi dengan campuran gliserol dan katalis (Na 2 C 3 ) yang belum bereaksi pada pereaksian tahap pertama dan untuk menurunkan titik didih campuran gliserida. Agar diperoleh konversi yang tinggi, ester metil yang ditambahkan adalah 10% dari ester metil pereaksian tahap awal. Pada reaksi ini, metanol yang terbentuk secara kontinyu teruapkan dari campuran reaksi, sehingga kesetimbangan reaksi senantiasa bergeser ke arah pembentukan trigliserida. Dengan demikian, akan didapatkan perolehan trigliserida yang tinggi. Pada proses pemisahan, trigliserida dipisahkan dari ester metil yang berlebih dengan cara menguapkan ester metil dengan proses distilasi, sehingga hanya trigliserida dan natrium karbonat yang tersisa dalam produk reaksi. Natrium karbonat yang mengendap dengan terbentuknya trigliserida dipisahkan dengan proses filtrasi, sentrifugasi atau teknik pemisahan lain yang mungkin digunakan. Filtrasi biasanya dilakukan pada temperatur 40 o hingga 800 o C. Katalis (natrium karbonat) hasil pemisahan dengan filtrasi tersebut dapat digunakan kembali. Hal yang perlu diperhatikan adalah reaktan dan katalis yang digunakan harus dalam keadaan kering (anhidrat). Adanya 1%-berat kandungan air dalam campuran reaksi B

13 menyebabkan terbentuknya sabun maupun emulsi. Diagram blok proses percobaan ini dapat dilihat pada Gambar Gambar 2.13 Diagram blok proses transesterifikasi oleh Peukert, dkk Proses Esterifikasi Asam Lemak dengan Gliserol menjadi MCT Suatu ester asam karboksilat adalah senyawa yang mengandung gugus C 2 R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Esterifikasi adalah reaksi antara asam karboksilat dan alkohol. Esterifikasi berkatalis asam dan merupakan suatu reaksi yang reversibel. Asam B

14 yang digunakan dapat berupa asam sulfat pekat. Persamaan umum reaksi esterifikasi adalah : KATALISASAM RCH + R' H RCR' + H 2 Persamaan umum reaksi esterifikasi asam lemak dengan gliserol ditunjukkan dengan Gambar R 1 C H R 2 C H R 3 C H H 2 C C R 1 CH 2 H + CH H HC C R 2 + CH 2 H H 2 C C R 3 3H 2 asam lemak gliserol trigliserida air Gambar 2.14 Esterifikasi asam lemak dengan gliserol Dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang terputus adalah ikatan C- dari asam karboksilat dan ikatan -H dari alkohol. Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya berperanan kecil dalam laju pembentukan ester. Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari ester, kesetimbangan harus digeser ke sisi ester. Teknik untuk mencapai hal tersebut adalah menggunakan salah satu zat pereaksi (yang murah) secara berlebih, atau membuang salah satu produk dari dalam campuran reaksi (misal dengan distilasi air secara azeotrop). Bila asam karboksilat diesterkan, digunakan alkohol berlebih. Untuk membuat reaksi kebalikannya, yakni hidrolisis berkataliskan asam dari ester menjadi asam karboksilat digunakan air berlebih. Kelebihan air akan menggeser kesetimbangan ke sisi asam karboksilat. Dengan bertambahnya halangan sterik dalam zat antara, laju pembentukan ester akan menurun sehingga rendemennya berkurang. Alasannya, esterifikasi merupakan reaksi yang reversibel dan spesi yang kurang terintangi (pereaksi) akan lebih disukai (Fessenden, 1982). B

15 Hartman dkk (1989) melakukan esterifikasi melalui dua cara, yaitu esterifikasi dengan katalis dan tanpa katalis. Esterifikasi dengan katalis serbuk Zn dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : Seratus sepuluh gram asam lemak rantai rantai sedang ditempatkan dalam labu berleher tiga yang dihubungkan dengan separator dan kondensor, kemudian ditambahkan 20,25 gram gliserol dan 0,5 gram serbuk Zn. Campuran diaduk dengan magnetic stirrer pada tekanan 40 kpa dan temperatur 150 o C yang dipertahankan sampai jumlah air yang terkumpul pada separator setengah dari nilai teoritisnya. Setelah itu tekanan diturunkan sampai 6 kpa dan temperatur akan naik sampai 180 o C. Setelah pendinginan sampai 50 o C, dilakukan pencampuran dengan HCl yang dilanjutkan pencucian dengan air panas untuk menghilangkan katalis. Diagram blok proses percobaan ini dapat dilihat pada Gambar ,25 gr gliserol + 0,5 gr Zn serbuk 110 gr asam lemak dalam labu berleher tiga Ditempatkan dalam bath silicon,sambil diaduk dengan magnetic stirrer sampai jumlah air yang terkumpul di separator 1/2 nilai teoritis T = 150 C, 40kPa HCl Trigliserida + asam lemak + Zn Trigliserida + Zn T dinaikkan sampai 180 C, P = 6 kpa Pencucian dengan air panas Zn Trigliserida Gambar 2.15 Reaksi esterifikasi asam lemak dan gliserol dengan katalis Zn menurut metode Hartman Esterifikasi tanpa katalis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Seratus duapuluh gram asam lemak rantai sedang (berlebih sebesar 20%) dicampur dengan 20,25 gram gliserol. Pada tahap pertama, campuran diaduk pada tekanan 40 kpa dan B

16 temperatur o C sampai jumlah air yang terkumpul di separator lebih dari setengah nilai teoritisnya. Kondisi ini dipertahankan untuk mencegah hilangnya gliserol. Waktu yang diperlukan sampai jumlah air yang terkumpul lebih dari setengah nilai teoritisnya adalah sekitar 6 jam. Pada tahap kedua temperatur dinaikkan secara bertahap sampai 220 o C dan tekanan diturunkan sampai 6 kpa selama + 3 jam sampai air yang terkumpul di separator sebanyak jumlah teoritisnya, yaitu 11,8 ml, menandakan akhir reaksi. Hal ini dapat ditentukan dengan angka asam produk esterifikasi yang turun sampai 58 (angka asam awal 318,2). Pada tahap terakhir, dilakukan distilasi asam lemak bebas dalam aliran nitrogen. Distilasi dilakukan menggunakan labu berleher tiga yang dihubungkan dengan kolektor distilat melalui kondensor, kemudian kolektor distilat dihubungkan dengan pompa vakum mekanik. Temperatur pada penangas akan naik sampai 230 o C, kemudian gas nitrogen atau karbondioksida dialirkan ke dalam campuran reaksi pada tekanan 0,4 kpa. Setelah 3 jam distilasi asam-asam lemak dihentikan dan produk didinginkan dalam kondisi vakum sampai temperatur 30 o C. Produk yang dihasilkan memiliki angka asam dan kandungan monogliserida yang rendah, angka hidroksil 1 1,8 yang menunjukkan jumlah digliserida tidak signifikan, selain itu warna produk tidak terlalu terang. Diagram blok proses percobaan ini dapat dilihat pada Gambar B

17 120 gr asam lemak + 20,25 gr gliserol diaduk pada sampai jumlah air yang terbentuk > nilai teoritis (+ 6 jam) T = C, p = 40 kpa Trigliserida + asam lemak yang belum bereaksi T = 220 C, p = 6 kpa Terus diaduk sampai v air yang terbentuk = 11,8 ml, angka asam = 58 Trigliserida + asam lemak sisa T = 230 C, p = 0,4 kpa Didistilasi selama 3 jam dialirkan N 2 atau C 2 Trigliserida Asam Lemak Didinginkan sampai 30 C Trigliserida dengan angka asam,kandungan monogliserida,dan digliserida yang rendah Gambar 2.16 Reaksi esterifikasi asam lemak dan gliserol tanpa katalis menurut metode Hartman B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Proses pembuatan MCT dapat melalui dua reaksi. Menurut Hartman dkk (1989), trigliserida dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak kaprat/kaprilat

Lebih terperinci

BAB III RENCANA PENELITIAN

BAB III RENCANA PENELITIAN BAB III RENCANA PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Untuk pembuatan MCT yang memenuhi kualitas pangan dari asam lemak dan gliserol maka perlu dilakukan : a. Penelitian keefektifan metode Hartman dkk tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

Lebih terperinci

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Pada suhu kamar : - lemak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

Judul PEMBUATAN TRIGLISERIDA RANTAI MENENGAH (MEDIUM CHAIN TRIGLYCERIDE) Kelompok B Pembimbing

Judul PEMBUATAN TRIGLISERIDA RANTAI MENENGAH (MEDIUM CHAIN TRIGLYCERIDE) Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester I 2006/2007 Judul PEMBUATAN TRIGLISERIDA RANTAI MENENGAH (MEDIUM CHAIN TRIGLYCERIDE) Kelompok Sarastri Cintya Hapsari (130 03 009) Pilandari Lembono (130 03 095) Pembimbing

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol )

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) JENIS LIPID 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) Lipid Definisi Lipid adalah Senyawa organik yang dibentuk terutama dari alkohol dan asam lemak yang digabungkan

Lebih terperinci

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK 8 LEMAK DAN MINYAK A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK Lipid berasal dari kata Lipos (bahasa Yunani) yang berarti lemak. Lipid didefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katalis Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi. Katalis meningkatkan laju reaksi dengan energi aktivasi Gibbs

Lebih terperinci

Biodiesel Dari Minyak Nabati

Biodiesel Dari Minyak Nabati Biodiesel Dari Minyak Nabati Minyak dan Lemak Minyak dan lemak merupakan campuran dari ester-ester asam lemak dengan gliserol yang membentuk gliserol, dan ester-ester tersebut dinamakan trigliserida. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA 1629061030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARAJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2017 SOAL: Soal Pilihan Ganda 1. Angka yang menunjukkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml) LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi Berat Mikroalga Kering (gr) Volume Pelarut n-heksana Berat minyak (gr) Rendemen (%) 1. 7821 3912 2. 8029 4023 20 120 3. 8431

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas BAB II PUSTAKA PENDUKUNG 2.1 Bahan Bakar Nabati Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas mengarah kepada penggunaan energi asal tanaman. Energi asal tanaman ini disebut sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI Pardi Satriananda ABSTRACT Ethyl ester and gliserol produce by reacting coconut

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Metode yang akan digunakan untuk pembuatan monogliserida dalam penelitian ini adalah rute gliserolisis trigliserida. Sebagai sumber literatur utama mengacu kepada metoda konvensional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, (C 17 H 35 COO Na+).Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan melalui kekuatan pengemulsian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan Minyak Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Murni Buah kelapa memilki cukup banyak manfaat, yaitu sebagai minyak makan atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat yang tinggi.

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Biodiesel dari proses transesterifikasi menghasilkan dua tahap. Fase atas berisi biodiesel dan fase bawah mengandung gliserin mentah dari 55-90% berat kemurnian [13].

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses.

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN TABEL DATA HASIL PENELITIAN Tabel 1. Perbandingan Persentase Perolehan Rendemen Lipid dari Proses Ekstraksi Metode Soxhlet dan Maserasi Metode Ekstraksi Rendemen Minyak (%) Soxhletasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa sawit yang ada. Tahun 2012 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 9.074.621 hektar (Direktorat

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Yoghurt Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri. Yoghurt dapat dibuat dari susu apa saja, termasuk susu kacang kedelai. Tetapi produksi modern

Lebih terperinci

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut

Lebih terperinci

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P Lipid Dr. Ir. Astuti,, M.P Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid bukan merupakan suatu polimer Suatu molekul dikategorikan dalam lipid karena : mempunyai kelarutan yg rendah di dlm air larut dalam

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katalis Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi. Katalis digunakan secara luas baik di alam, laboratorium dan

Lebih terperinci

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No. 2, Mei 2011 79 Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Wara Dyah Pita Rengga & Wenny Istiani Program Studi Teknik

Lebih terperinci

LIPID. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

LIPID. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd LIPID Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id LIPID Komposisi : C, H dan (umum), kadang : N, P Tidak memiliki gugus fungsional khusus Merupakan ester dari asam karboksilat rantai panjang

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( ) Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil Oleh : Riswan Akbar (4207 100 091) Latar Belakang Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng Curah Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah cairan kental yang diambil atau diekstrak dari tumbuhtumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap berkesinambungan agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Penelitian dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Bahan Baku Sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan cocodiesel, minyak kelapa terlebih dahulu dianalisa. Adapun hasil analisa beberapa karakteristik minyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperatur kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MINYAK BIJI KAPUK Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari, Hetty Nur Handayani Jurusan Teknik Kimia, Institut

Lebih terperinci

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) DASAR TEORI Penggolongan lipida, dibagi golongan besar : 1. Lipid sederhana : lemak/ gliserida,

Lebih terperinci

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR Jurnal Rekayasa Produk dan Proses Kimia JRPPK 2015,1/ISSN (dalam pengurusan) - Astriana, p.6-10. Berkas: 07-05-2015 Ditelaah: 19-05-2015 DITERIMA: 27-05-2015 Yulia Astriana 1 dan Rizka Afrilia 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Merujuk pada hal yang telah dibahas dalam bab I, penelitian ini berbasis pada pembuatan metil ester, yakni reaksi transesterifikasi metanol. Dalam skala laboratorium,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan kelapa yang mencapai 3.187.700 ton pada tahun 2013 (BPS, 2014).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN PERCBAAN Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak 1.2 DASAR TERI 1.2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Lebih terperinci

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) Disusun oleh : Dyah Ayu Resti N. Ali Zibbeni 2305 100 023

Lebih terperinci

Potensi Produk Transesterifikasi Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil) sebagai Bahan Baku Pembuatan Base Oil Epoksi Metil Ester

Potensi Produk Transesterifikasi Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil) sebagai Bahan Baku Pembuatan Base Oil Epoksi Metil Ester Potensi Produk Transesterifikasi Minyak Dedak Padi (Rice Bran Oil) sebagai Bahan Baku Pembuatan Base Oil Epoksi Metil Ester Yuti Mentari, Miftahul Hasanah, Ratri Ariatmi Nugrahani Jurusan Teknik Kimia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biomassa Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa sebagai sumber energi. Biomassa mengacu pada material yang berasal dari makhluk hidup, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari analisis kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Minyak Nabati Minyak dan lemak adalah triester dari gliserol, yang dinamakan trigliserida. Minyak dan lemak sering dijumpai pada minyak nabati dan lemak hewan. Minyak umumnya

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI Afifa Ayu, Farida Rahmawati, Saifudin Zukhri INTISARI Makanan jajanan sudah menjadi bagian

Lebih terperinci

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH

Molekul, Vol. 2. No. 1. Mei, 2007 : REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KACANG TANAH (Arahis hypogea. L) DAN METANOL DENGAN KATALIS KOH Purwati, Hartiwi Diastuti Program Studi Kimia, Jurusan MIPA Unsoed Purwokerto ABSTRACT Oil and fat as part

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak sawit mentah mempunyai nilai koefisien viskositas yang tinggi (sekitar 11-17 kali lebih tinggi dari bahan bakar diesel), sehingga tidak dapat langsung digunakan

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat 1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran

Lebih terperinci

Reaksi Esterifikasi. Oleh : Stefanus Dedy ( ) Soegiarto Adi ( ) Cicilia Setyabudi ( )

Reaksi Esterifikasi. Oleh : Stefanus Dedy ( ) Soegiarto Adi ( ) Cicilia Setyabudi ( ) Reaksi Esterifikasi Oleh : Stefanus Dedy (5203011003) Soegiarto Adi (5203011006) Cicilia Setyabudi (5203011014) Macam Reaksi Senyawa Organik Reaksi Substitusi Reaksi penggantian (penukaran) suatu gugus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ACARA 4 SENYAWA ASAM KARBOKSILAT DAN ESTER Oleh: Kelompok 5 Nova Damayanti A1M013012 Nadhila Benita Prabawati A1M013040 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak Kelapa Murni (VCO, Virgin Coconut Oil) berasal dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Minyak Kelapa Murni (VCO, Virgin Coconut Oil) berasal dari tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak Kelapa Murni (VCO, Virgin Coconut Oil) berasal dari tanaman kelapa (Cocos nucifera) yang telah turun temurun digunakan dan dimanfaatkan dalam bidang kesehatan

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas transesterifikasi in situ pada ampas kelapa. Penelitian dilakukan 2 tahap terdiri dari penelitian pendahuluan dan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET Dwi Ardiana Setyawardhani*), Sperisa Distantina, Hayyu Henfiana, Anita Saktika Dewi Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI TRIGLISERIDA BAHAN BAKU MINYAK SAWIT MENTAH CPO HASIL ANALISA GC-MS Tabel L1.1 Komposisi Trigliserida CPO Komponen Penyusun Komposisi Berat Mol %Mol %Mol x (%)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia ISOLASI BAHAN ALAM Bahan kimia yang berasal dari tumbuhan atau hewan disebut bahan alam. Banyak bahan alam yang berguna seperti untuk pewarna, pemanis, pengawet, bahan obat dan pewangi. Kegunaan dari bahan

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Rita Arbianti *), Tania S. Utami, Heri Hermansyah, Ira S., dan Eki LR. Departemen Teknik Kimia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, namun perlu dipahami bahwa makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber energi dan

Lebih terperinci